• Tidak ada hasil yang ditemukan

Akibat Hukum Pembelian Saham Perusahaan Bukan Penanaman Modal Asing Oleh Warga Negara Asing Atau Badan Hukum Asing

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Akibat Hukum Pembelian Saham Perusahaan Bukan Penanaman Modal Asing Oleh Warga Negara Asing Atau Badan Hukum Asing"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing

(PMA) menjadi salah satu sumber pembiayaan yang penting bagi wilayah yang

sedang berkembang dan mampu memberikan kontribusi yang cukup besar bagi

pembangunan. Sebagai salah satu komponen aliran modal, David Kairupan

mengatakan:

PMA dianggap sebagai aliran modal yang relatif stabil dibandingkan dengan aliran modal lainnya, misalnya investasi portofolio maupun utang luar negeri. Berbagai kebijakan telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk mencapai suatu tujuan yaitu menjadikan masyarakat Indonesia sejahtera dengan perekonomian yang ada saat ini, salah satu caranya yaitu dengan investasi (penanaman modal) baik yang dilakukan oleh investor domestik maupun investor Asing.1

Kerjasama antara modal asing dan nasional dapat diadakan dalam bidang

usaha yang terbuka bagi modal asing. Kerjasama ini cenderung menggunakan bentuk

perusahaan joint venture. Kesepakatan antara investor asing dan nasional dituangkan

dalam perjanjian joint venture, yang selanjutnya digunakan sebagai acuan dalam

membuat anggaran dasar perusahaan joint venture.2

1

David Kairupan, Aspek Penanaman Modal Asing di Indonesia, (Jakarta: Kharisma Putra Utama, 2013), hal. 15.

2

(2)

Secara teoritis dapat dikemukakan kehadiran investor asing disuatu negara

mempunyai manfaat yang cukup luas (multiplier effect). Manfaat yang dimaksud

yakni kehadiran investor asing dapat menyerap tenaga kerja dinegara penerima

modal, dapat menciptakan demand bagi produk dalam negeri sebagai bahan baku,

menambah devisa apalagi investor asing yang berorientasi ekspor, dapat menambah

penghasilan negara dari sektor pajak, adanya alih teknologi (transfer of technology)

maupun alih pengetahuan (transfer of know how).3

1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional

Pentingnya peranan penanaman modal asing dalam pembangunan ekonomi

Indonesia terefleksi dalam tujuan yang tertera dalam Undang-Undang No. 25 Tahun

2007 tentang Penanaman Modal sebagai landasan hukum positif bagi kegiatan

penanaman modal di Indonesia. Pasal 3 Ayat (2) Undang-Undang No. 25 Tahun 2007

tentang Penanaman Modal menyebutkan tujuan penyelenggaraan penanaman modal,

yaitu:

2. Menciptakan lapangan kerja

3. Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan

4. Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional 5. Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional 6. Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan

7. Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan dana yang berasal, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri

8. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

3

(3)

Keberadaan penanaman modal asing di Indonesia sangat penting dan strategis

dalam menunjang pelaksanaan pembangunan nasional. Hal ini disebabkan

pembangunan nasional Indonesia memerlukan pendanaan yang sangat besar untuk

dapat menunjang tingkat pertumbuhan ekonomi yang diharapkan. Kebutuhan

pendanaan tersebut tidak hanya dapat diperoleh dari sumber-sumber pendanaan

dalam negeri, tetapi juga dari luar negeri. Hal itu menyebabkan penanaman modal

asing menjadi salah satu sumber pendanaan luar negeri yang strategis dalam

menunjang pembangunan nasional, khususnya dalam pengembangan sektor riil yang

pada gilirannya diharapkan berdampak pada pembukaan lapangan kerja secara luas.4

Masuknya modal asing bagi perekonomian Indonesia merupakan tuntutan

keadaan bagi ekonomi maupun politik Indonesia, dimana investasi melalui modal

asing secara langsung lebih baik dari pada penarikan dana melalui pinjaman luar

negeri sebab melalui penanaman modal asing secara langsung, pertumbuhan ekonomi Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman

Modal mengartikan penanaman modal adalah “segala bentuk kegiatan menanam

modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk

melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia”. Kemudian pada Pasal 1

angka 4 Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal mengatur

para pihak yang ikut serta dalam Penanam modal yaitu “perseorangan atau badan

usaha yang melakukan penanaman modal yang dapat berupa penanam modal dalam

(4)

Indonesia dapat dikontrol lebih mudah karena para investor asing tunduk pada

ketentuan hukum di Indonesia, sedangkan pinjaman luar negeri Indonesia akan

dikenai aturan-aturan yang berasal dari pihak pemberi pinjaman.

Diketahui pula bahwa penanaman modal asing secara langsung adalah

merupakan suatu fenomena yang riil dalam konteks pembangunan di negara-negara

berkembang salah satunya Indonesia, selain menghasilkan devisa secara langsung

bagi negara, kegiatan penanaman modal secara langsung menghasilkan manfaat yang

sangat berpengaruh dalam peningkatan perekonomian domestik Indonesia, sebab

tujuan penanaman modal dengan sifat yang permanen/ jangka panjang menciptakan

lapangan kerja, meningkatkan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan,

meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional dan mewujudkan

kesejahteraan masyarakat dalam suatu sistem perekonomian yang berdaya saing.

Selain penanaman modal asing, terdapat pula Penanaman Modal Dalam

Negeri (PMDN) yang pada dasarnya juga memberikan efek positif terhadap

perekonomian bangsa. Pasal 1 angka 2 Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang

Penanaman Modal, yang dimaksud dengan Penanaman Modal Dalam Negeri adalah

“kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik

Indonesia yang dilakukan oleh Penanam Modal Dalam Negeri dengan menggunakan

modal dalam negeri”.

Mekanisme penanaman modal asing di Indonesia berdasarkan

Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dapat dilakukan dengan tiga

(5)

melalui restrukturisasi. Dari ketiga mekanisme tersebut, pada kenyataannya yang

sering timbul permasalahan adalah dalam hal pembelian saham.

Pembelian saham atas suatu perusahaan bukan PMA atau perseroan terbatas

oleh pihak asing atau perusahaan PMA dapat mengakibatkan status perusahaan target

yang sahamnya dibeli tersebut berubah menjadi PMA. Jual beli saham tersebut

tentunya melalui proses tertentu sesuai dengan peraturan yang ada.

Proses masuknya modal asing melalui pembelian saham suatu perusahaan

perseroan terbatas secara umum haruslah memenuhi ketentuan Pasal 58 dan Pasal 59

Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Dalam Pasal 58

menyebutkan Dalam hal anggaran dasar mengharuskan pemegang saham penjual

menawarkan terlebih dahulu sahamnya kepada pemegang saham klasifikasi tertentu

atau pemegang saham lain, dan dalam jangka waktu tiga puluh hari terhitung sejak

tanggal penawaran dilakukan ternyata pemegang saham tersebut tidak membeli,

pemegang saham penjual dapat menawarkan dan menjual sahamnya kepada pihak

ketiga. Sedangkan Pasal 59 menyebutkan Pemberian persetujuan pemindahan hak

atas saham yang memerlukan persetujuan Organ Perseroan atau penolakannya harus

diberikan secara tertulis dalam jangka waktu paling lama sembilan puluh hari

terhitung sejak tanggal Organ Perseroan menerima permintaan persetujuan

pemindahan hak tersebut.

Pada sisi lain pembelian saham oleh pihak asing juga tidak dapat dilalukan

(6)

Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang

Penanaman Modal membatasi bidang usaha-usaha tertentu bagi kegiatan penanaman

modal asing. Perpres tersebut juga mengatur mengenai pembatasan kepemilikan asing

dalam perusahaan di Indonesia.

Terbukanya kesempatan pihak asing untuk membeli saham perusahaan

PMDN tidak dapat dilepaskan dengan ketentuan bidang usaha apa yang

diperbolehkan untuk dijalankan. Apabila terdapat ketentuan berapa persen perusahaan

PMA boleh memiliki saham di bidang usaha tersebut, maka tidak seluruh saham

dapat dijual kepada pihak asing khususnya PMA.

Permasalahan lain yang timbul dari pembelian saham atas perusahaan PMDN

tersebut adalah terkait dengan perlindungan terhadap pemegang saham minoritas.

Hak suara yang dimiliki seorang pemegang saham minoritas tentu saja tidak

sebanding dengan pemegang saham mayoritas. Tidak selalu pemegang saham

minoritas memiliki kepentingan yang sama dengan pemegang saham mayoritas,

namun dikarenakan kepemilikan saham yang kecil pemegang saham minoritas selalu

disisihkan atas hak suara yang dimilikinya.

Masalah-masalah yang muncul atas pembelian saham perusahaan PMDN oleh

pihak asing tentu saja menjadi kajian yang menarik sehingga dalam hal ini sangat

perlu dan penting untuk diteliti untuk melihat sejauh mana peraturan-peraturan yang

ada dapat memberikan kepastian hukum dalam proses jual beli saham suatu

(7)

ada dapat memberikan perlindungan hukum terhadap pemegang saham minoritas

dalam menjaga hak suaranya atas suatu perusahaan PMDN.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini penulis

merumuskan 3 (tiga) permasalahan yang akan diteliti, yaitu:

1. Bagaimana pembelian saham secara akuisisi pada perusahaan bukan PMA

oleh warga negara asing atau badan hukum asing?

2. Bagaimana kedudukan hukum perusahaan bukan PMA setelah sahamnya

dibeli (diakuisisi) oleh warga negara asing atau badan hukum asing?

3. Bagaimana pengendalian dan pengawasan pemerintah terhadap pembelian

saham (akuisisi) bukan PMA oleh warga negara asing atau badan hukum

asing?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis peraturan perundang-undangan di Indonesia berkaitan

dengan pembelian saham secara akuisisi pada perusahaan bukan PMA oleh

warga negara asing atau badan hukum asing.

2. Untuk menganalisis peraturan perundang-undangan di Indonesia berkaitan

dengan kedudukan hukum perusahaan bukan PMA setelah sahamnya dibeli

(8)

3. Untuk menganalisis peraturan perundang-undangan di Indonesia berkaitan

dengan pengendalian dan pengawasan pemerintah terhadap pembelian

saham (akuisisi) bukan PMA oleh warga negara asing atau badan hukum

asing.

D. Manfaat Penelitian

Adapun dilakukan penelitian untuk memberikan manfaat kepada semua,

berikut manfaatnya:

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini memberikan sejumlah manfaat/ kontribusi terhadap para

akademisi maupun masyarakat umumnya serta dapat menambah khasanah

ilmu hukum Penanaman Modal di Indonesia.

2. Manfaat praktis

Penelitian ini memberikan informasi kepada praktisi hukum, perusahaan,

maupun masyarakat mengenai kegiatan pembelian saham perusahaan

bukan PMA maupun PMA baik masyarakat Indonesia atau pihak asing di

Indonesia.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan data yang ada dan melalui penelusuran yang telah dilakukan di

kepustakaan Universitas Sumatera Utara dan kepustakaan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara maka penelitian yang berkenaan dengan judul “Akibat

(9)

Negara Asing atau Badan Hukum Asing” belum pernah di angkat sebagai judul

penulisan tesis. Namun demikian terdapat beberapa penelitian yang menyangkut

kepemilikan saham asing sebagai berikut:

1. Analisis Hukum Terhadap pembelian kembali saham Sebagai Bentuk Pengambilalihan Perseroan Terbuka Dan Go Private Perusahaan oleh Fitri Wahyuni (077005097)

2. Kepemilikan Saham Asing dan Pengaturannya Pada Perbankan Nasional oleh Annur Parlindungan (097005076)

3. Perlindungan Pemegang Saham Minoritas Dalam Pelaksanaan Tender

Offer oleh Suhatma Arsyad (027005055)

Dari beberapa tulisan yang pernah ditulis tersebut diatas, secara umum

pembahasan yang akan ditulis tidaklah memiliki kesamaan. Namun kesamaan bisa

saja timbul akibat sumber kutipan atau buku-buku yang menjadi sumber metode

penulisan, sehingga penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya secara

ilmiah dan terbuka atas masukan serta saran-saran yang membangun dan apabila

dikemudian hari ternyata penelitian ini melanggar asas-asas keilmuan tersebut maka

peneliti bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

F. Kerangka Teori dan Konseptual 1. Kerangka Teori

Penelitian tesis ini menggunakan teori hukum perjanjian. Teori ini

dipergunakan karena pada dasarnya pengalihan hak atas saham kepada Warga Negara

Asing atau Badan Hukum Asing didasarkan pada hubungan hukum perjanjian antara

(10)

mengikatkan dirinya terhadap satu orang lebih5 dalam karangan memiliki arti

persetujuan (tertulis atau dengan lisan) yang dibuat oleh dua pihak atau lebih,

masing-masing bersepakat akan menaati apa yang tersebut dalam persetujuan itu6. Sedangkan

menurut Pakar Hukum Perjanjian R. Subekti, perjanjian adalah suatu peristiwa

dimana seseorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang atau lebih saling

berjanji untuk melaksanakan suatu hal.7 Pengertian perjanjian menurut Sudikno

Mertokusumo adalah hubungan hukum antara kedua orang yang bersepakat untuk

menimbulkan akibat hokum, dua pihak sepakat untuk menentukan peraturan atau

kaedah atau hak-hak dan kewajiban yang mengikat mereka untuk ditaati atau

dijalankan8

Tiap-tiap perjanjian mempunyai dasar pembentukannya, Pasal 1320 Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata menguraikan mengenai empat unsur pokok yang

harus ada agar suatu perbuatan hukum dapat disebut dengan perjanjian yang sah,

yaitu kesepakatan, kecakapan, obyeknya tertentu dan sebab yang halal. Keempat

unsur tersebut selanjutnya oleh ilmu hukum digolongkan ke dalam dua unsur pokok . Pasal 1313 KUHPerdata mengartikan suatu perjanjian adalah perbuatan

dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau

lebih.

5 Guse Prayudi, Seluk Beluk Perjanjian Yang Penting Untuk Diketahui: Mulai Dari A-Z,

(Yogyakarta: Pustaka Pena, 2007), hal. 1.

6Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Indonesia, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat

Bahasa), hal. 580.

7 Op. Cit, hal. 1.

8Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), (Yogyakarta: Liberty, 2003), hal.

(11)

yang menyangkut unsur subjektif yaitu kesepakatan dan kecakapan dan unsur objektif

yaitu obyeknya tertentu dan sebab yang halal.

Selanjutnya, didalam KUHPerdata memberikan hak kepada para pihak untuk

membuat dan melakukan kesepakatan apa saja dengan siapa saja, selama mereka

memenuhi syarat-syarat sahnya perjanjian yang dimuat dalam Pasal 1320

KUHPerdata tersebut. Setiap orang dapat secara bebas membuat perjanjian selama

memenuhi syarat sahnya perjanjian dan tidak melanggar hukum, kesusilaan, serta

ketertiban umum. Menurut Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata, “semua perjanjian yang

dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.

“Semua perjanjian

Hukum kontrak mengenal asas kebebasan berkontrak (the principle of

freedom of the parties), kebebasan berkontrak merupakan alasan yang ideal bagi

keseimbangan bergaining power di antara pihak-pihak yang melakukan kontrak,

tidak adanya perbuatan yang tidak adil yang dilakukan terhadap sebagian besar

kepentingan ekonomi masyarakat.

” berarti perjanjian apapun, diantara siapapun. Dalam Pasal 1338

KUHPerdata pada intinya memberikan kebebasan bagi tiap-tiap subjek hukum untuk

melakukan kontrak dengan muatan materi yang disepakati oleh kedua belah pihak,

kebebasan tersebut meliputi isi, bentuk maupun hukumnya.

9

Kontrak yang dilakukan para pihak meskipun adanya suatu kebebasan dalam

hal materi kontraknya, namun harus adanya suatu batas-batas yang melekat

(12)

mempunyai konsekuensi yang sah sepanjang tidak bertentangan dengan ketertiban

umum (public policy), kepatutan serta kesusilaan atau tidak melanggar itikad baik

serta undang-undang.

Pembelian saham yang merupakan perbuatan ekonomis bagi para pihak, dan

menimbulkan aturan serta menciptakan hak dan kewajiban tersebut selanjutnya juga

tidak terlepas dari peraturan yang bersifat khusus, dimana untuk melakukan jual beli

saham tidak terlepas dari aturan jual beli saham dalam sebuah perusahaan.

Pembelian saham perusahaan bukan PMA, merupakan suatu sistem jual beli

yang harus memperhatikan beberapa peraturan perundang-undangan yang ada tentang

penjualan, pembelian maupun penanaman modal baik Penanaman Modal Dalam

Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA). Pasal 5 Ayat (3)

Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal menjelaskan bahwa penanam

modal dalam negeri dan penanam modal asing yang melakukan penanaman modal

dalam bentuk Perseoran Terbatas dilakukan dengan membeli saham. Aturan jual beli

saham ini tidak dapat dilepaskan dengan syarat sahnya perjanjian yang disesuaikan

dengan Pasal 1320 KUHPerdata.

Benda bergerak memiliki pengertian benda-benda yang karena sifatnya atau

karena penetapan undang-undang dinyatakan sebagai benda bergerak, misalnya

kendaraan, surat-surat berharga dan sebagainya. Dengan demikian kebendaan

bergerak ini sifatnya adalah kebendaan yang dapat berpindah atau dipindahkan.10

10P.N.H Simanjuntak.Pokok-Pokok Hukum Perdata Indonesia. (Jakarta: Penerbit Djambatan),

(13)

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata memberikan pengertian dari benda

bergerak itu yaitu suatu barang bergerak yang dapat berpindah sendiri atau karena

dipindahkan.11

1. Contoh barang-barang bergerak seperti kapal, perahu, sampan tambang dan

tempat penimbunan kayu, Pasal 510 KUHPerdata.

Mengenai jenis dari benda bergerak tersebut, telah dirangkum dengan

jelas dalam Pasal 510 sampai dengan Pasal 518 KUHPerdata, yaitu:

2. Yang dianggap sebagai barang bergerak seperti hak pakai hasil dan hak pakai

barang bergerak, hak atas bunga, perikatan dan tuntutan, bukti saham atau saham,

Pasal 511 KUHPerdata.

3. Barang bergerak bersyarat dalam arti apabila dalam undang-undang

dipergunakan alam istilah barang bergerak, maka benda-benda yang disebutkan

dalam pasal ini adalah dianggap sebagai barang bergerak, Pasal 512 KUHPerdata

4. Semua dianggap barang bergarak selama menurut ketentuan disebut sebagai

barang bergerak, Pasal 514 KUHPerdata.

5. Istilah mebel atau perabotan rumah tangga meliputi segala sesuatu yang menurut

Pasal sebelumnya termasuk istilah perkakas rumah, Pasal 515 KUHPerdata.

6. Semua istilah rumah yang ada didalam rumah disebut sebagai benda bergerak,

Pasal 516 KUHPerdata.

7. Segala perhiasan rumah disebut sebagai benda bergarak, Pasal 517 KUHPerdata.

8. Istilah 'rumah yang bermebel’ atau 'rumah beserta mebelnya’ hanya meliputi

(14)

Peralihan benda bergerak menurut KUHPerdata adalah suatu hal yang dapat

dilakukan mengingat benda memiliki ciri cara pemindahan yang berlainan.12 Menurut

Subekti, bahwa benda memiliki sifat melekat, yaitu mengikuti benda bila ini

dipindahtangankan (droit de suite)13

Berdasarkan azasnya, benda bergerak dapat dialihkan kepada pihak lain,

karena benda:

.

14

1. Dapat dipindahkan

Semua hak kebendaaan dapat dipindahkantangankan, kecuali hak pakai dan hak mendiami. Jadi orang yang berhak tidak dapat menentukan bahwa tidak dapat dipindahtangankan. Namun orang yang berhak juga dapat menyanggupi bahwa ia tidak akan memperlainkan barangnya. Akan tetapi, berlakunya oleh Pasal 1337 KUHPerdata yaitu tidak berlaku jika tujuannya bertentangan dengan kesusilaan.

2. Asas individualiteit

Objek dari hak kebendaan selalu suatu barang yang dapat ditentukan. Artinya orang hanya dapat sebagai pemilik barang yang berwujud yang merupakan kesatuan: rumah, meubel, hewan. Jadi orang tidak dapat mempunyai hak kebendaan di atas barang-barang yang ditentukan menurut jenis dan jumlahnya.

Benda bergerak memiliki makna bahwa benda tersebut dapat berpindah atau

dapat dipindahkan. Berpindah atau dapat dipindahkan memiliki arti bahwa benda

tersebut berpindah atau dapat dipindahkan dari satu tempat ke tempat yang lain tanpa

mengubah wujud dari benda tersebut. Berbeda dengan peralihan benda bergerak yang

memiliki arti berpindahnya kepemilikan atas benda tersebut. Peralihan kepemilikan

12

P.N.H Simanjuntak. Op. Cit., hal. 211.

13Subekti. Pokok-Pokok Hukum Perdata, (Jakarta: Intermasa, 1987), hal. 87.

14Sri Soedewi Masjchoen Sofwan. Hukum Perdata: Hukum Benda, (Yogyakarta: Liberty,

(15)

bermakna kepemilikan suatu benda telah berpindah karena adanya perjanjian,

kewarisan atau karena undang-undang seperti pailit.

Diberikannya kebebasan dalam menentukan suatu perjanjian yang tersebut

dalam Pasal 1338 KUHPerdata, memberikan peluang yang besar bagi setiap orang

untuk menentukan jenis perjanjian termasuk dalam perjanjian jual beli saham

tersebut. Dengan kata lain, perjanjian jual beli saham telah dilindungi oleh

KUHPerdata khususnya dalam Pasal 1338, akan tetapi tetap saja tidak dapat keluar

dari syarat sahnya perjanjian Pasal 1320 KUHPerdata.

Menurut Pasal 60 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan

Terbatas menentukan bahwa saham merupakan benda bergerak dan dapat

memberikan hak kepemilikan kepada pemegangnya. Sebagaimana ditentukan dalam

penjelasan pasal yang sama disebutkan kepemilikan atas saham sebagai benda

bergerak memberikan hak kebendaan terhadap pemegangnya, hak tersebut dapat

dipertahankan terhadap setiap orang. Karena saham tergolong sebagai benda bergerak

dari kekayaan suatup erseroan, maka saham dapat dipakai sebagai jaminan

kebendaan. Dimana pada prinsipnya sistem hukum jaminan terdiri dari jaminan

kebendaan (zakelijke zekerheids) dan jaminan perorangan (persoonlijke zekerheids).

Bila dikaitkan dengan Undang-Undang No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman

Modal bahwa prinsip kebebasan berkontrak berlaku dalam penanaman modal di

Indonesia, dimana setiap orang atau badan hukum, warga negara dalam negeri juga

(16)

langsung, mendirikan badan hukum atau dengan cara membeli saham atau dengan

cara lain yang ditentukan oleh undang undang.

Sedangkan adanya pembatasan dalam kontrak sebagaimana yang

dimaksudkan adalah dengan adanya batasan dari bentuk-bentuk usaha yang terbuka

dan boleh untuk dijalankan bagi warga negara dalam negeri atau yang terbuka untuk

luar negeri.

Prinsip perlindungan hukum bersumber dari konsep tentang pengakuan dan

perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia karena menurut sejarah dari Barat,

lahirnya konsep-konsep tentang pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi

manusia diarahkan kepada pembatasan-pembatasan dan peletakan kewajiban

masyarakat dan pemerintah.

Aspek dominan dalam konsep barat tentang hak asasi manusia menekankan

eksistensi hak dan kebebasan yang melekat pada kodrat manusia dan statusnya

sebagai individu, hak tersebut berada diatas negara dan diatas semua organisasi

politik dan bersifat mutlak sehingga tidak dapat diganggu gugat. Karena konsep ini,

maka sering kali dilontarkan kritik bahwa konsep Barat tentang hak-hak asasi

manusia adalah konsep yang individualistik. Kemudian dengan masuknya hak-hak

sosial dan hak-hak ekonomi serta hak kultural, terdapat kecenderungan mulai

melunturnya sifat indivudualistik dari konsep Barat.15

(17)

Dalam merumuskan prinsip-prinsip perlindungan hukum di Indonesia,

landasannya adalah Pancasila sebagai ideologi dan falsafah negara. Konsepsi

perlindungan hukum bagi rakyat di Barat bersumber pada konsep-konsep rechtstaat

dan ”rule of the law”. Dengan menggunakan konsepsi Barat sebagai kerangka

berpikir dengan landasan pada Pancasila, prinsip perlindungan hukum di Indonesia

adalah prinsip pengakuan dan perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia

yang bersumber pada Pancasila.

Philipus M Hadjon mengemukakan bahwa perlindungan hukum

menitikberatkan kepada sarana perlindungan hukum yang represif, seperti

penanganan perlindungan hukum di lingkungan Peradilan Umum. Ini berarti bahwa

perlindungan hukum baru diberikan ketika masalah atau sengketa sudah terjadi,

sehingga perlindungan hukum yang diberikan oleh Peradilan Umum bertujuan untuk

menyelesaikan sengketa. Begitu juga dengan teori-teori lain yang menyinggung

tentang perlindungan hukum juga membahas sarana perlindungan hukum yang

bersifat represif.16

Perwujudan sarana perlindungan hukum yang bersifat preventif dapat dilihat

dalam peraturan mengenai, perlindungan hukum terhadap pemilik saham minoritas

dalam sebuah perusahaan bukan PMA yang sahamnya dibeli oleh warga negara asing

atau badan hukum asing, contohnya Undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang

(18)

ataupun komisaris yang melanggar fiduciary duty, sehingga merugikan pemegang

saham minoritas dalam sebuah perusahaan bukan PMA yang sahamnya dibeli oleh

warga Negara asing atau badan hukum asing.

2. Kerangka Konsep

Pentingnya suatu kerangka konsep dalam sebuah tulisan karya ilmiah agar

menghindarkan perbedaan pengertian atau penafsiran yang ganda, sehingga dengan

adanya konsep sebuah tujuan tulisan dapat tersusun baik sehingga memungkinkan

untuk memperjelas istilah yang nantinya akan dipakai dan ditulis. Kerangka konsep

juga dapat diartikan dengan defenisi operasional, yang menerangkan dan

mengantarkan sebuah pengertian-pengertian, yang bertujuan meluruskan

tulisan-tulisan yang dipergunakan.

Dalam menjawab permasalahan maka tesis ini menggunakan pengertian atau

istilah operasional adalah sebagai berikut:

a. Saham adalah instrumen penyertaan modal seseorang atau lembaga dalam

suatu perseroan, serta bukti kepemilikan seseorang terhadap sebuah

perusahaan.17

b. Pembelian saham adalah semua perbuatan hukum yang menyebabkan

peralihan hak atas saham.18

17

M. Irsan Hasanuddin, & Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta: Prenada, 2006), hal. 188.

18Iswi Hariyani, Sefianto, cita yustisia, Marger, Konsolidasi, Akuisisi, & Pemisahan Perusahaan,

(19)

c. Pembelian saham secara langsung adalah pembelian saham yang

dilakukan tidak melalui bursa efek.19

d. Akuisisi adalah pengambilalihan suatu kepentingan pengendalian

perusahaan oleh suatu perusahaan lain.

20

e. Perusahaan adalah keseluruhan perbuatan yang dilakukan secara terus

menerus, bertindak keluar, untuk memperoleh penghasilan dengan cara

memperdagangkan atau menyerahkan barang atau mengadakan perjanjian

perdagangan.21

f. Penanam Modal Dalam Negeri (PMDN) adalah kegiatan menanam modal

untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang

dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal

dalam negeri.22

g. Penanaman Modal Asing (PMA) adalah kegiatan menanam modal untuk

melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan

oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing

sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam

negeri.23

19

Ibid.

20 Munir Fuady, Hukum Tentang Akuisisi, Take Over dan LBO (Berdasarkan

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007), (Bandung: PT Citra Aditya Bakti:2008), hal. 3.

21Molengraaff dalam buku, Sudaryat Permana, Bikin Perusahaan Itu Gampang, (Yogyakarta:

MedPress, 2009), hal. 2.

22

(20)

h. Pihak asing adalah modal yang dimiliki oleh negara asing, perseorangan

warga negara asing, badan usaha asing, badan hukum asing dan bukan

warga Indonesia.24

i. Perusahaan bukan PMA adalah perusahaan yang tidak mendapatkan

fasilitas atau perusahaan penanaman modal dalam negeri.

j. Badan Hukum adalah suatu badan atau perkumpulan yangdapat memiliki

hak dan melakukan perbuatan seperti manusia, serta memiliki kekayaan

sendiri.25

G. Metode Penelitian

Penelitian yang dilakukan diharapkan mampu mengumpulkan data mengenai

akibat pembelian saham suatu perusahaan bukan PMA oleh pihak asing serta

prosedur dalam pembelian saham tersebut, dengan demikian diperoleh jawaban bagi

permasalahan yang sedang diteliti. Suatu penelitian tidak dapat dikatakan penelitian

apabila tidak memiliki metode penelitian karena tujuan dari penelitian adalah untuk

mengungkapkan suatu kebenaran secara sistematis, metodologis dan konsisten.26

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian tesis ini dapat diuraikan

sebagai berikut:

Oleh karena itu penelitian ini menggunakan metode penelitian yang dikenal dalam

penelitan hukum.

24

http://dkbuisness.blogspot.com.

25

R. Subekti

26 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum cetakan ke-3, (Jakarta: Penerbit Sinar Grafika, 2011),

(21)

1. Jenis dan sifat penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum

normatif. Penelitian hukum normatif adalah penelitian yang digunakan untuk

mengkaji penerapan kaedah-kaedah atau norma-norma hukum,27 dikatakan juga

analisis yuridis normatif pada hakekatnya menekankan pada metode deduktif sebagai

pegangan utama, yaitu proses berpikir mulai dari pernyataan yang umum menuju

peryataan yang khusus (spesifik) dengan menggunakan logika yang dapat diterima.28

Dengan demikian, penggunaan jenis penelitian ini akan menghasilkan

jawaban-jawaban terkait dengan akibat hukum pembelian saham suatu perusahaan bukan

PMA oleh pihak asing. Jenis metode penelitian hukum normatif sering juga disebut

dengan penelitian hukum kepustakaan yang mana bahan pustaka atau data sekunder

menjadi bahan sumber data utama29

Sifat dari penelitian tesis ini adalah deskriptif analitis yaitu penelitian yang

menggambarkan, menelaah, menjelaskan dan menganalisis suatu peraturan hukum .

30

Dalam penelitian yuridis normatif ini menggunakan pendekatan

Undang-undang (statute approach) yaitu dilakukan dengan mengkaji semua Undang-Undang-undang dalam hal ini yang berkaitan dengan pembelian saham suatu perusahaan bukan PMA

oleh pihak asing.

27Johny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Surabaya: Bayumedia,

2008), hal. 282.

28

(22)

dan pengaturan yang bersangkutpaut dengan isu hukum yang sedang ditangani.

Pendekatan Perundang-undangan ini misalnya dilakukan dengan mempelajari

konsistensi atau kesesuaian antara Undang-Undang Dasar dengan Undang-Undang,

atau antara Undang-Undang yang satu dengan Undang-Undang yang lain dan

seterusnya. Oleh karena penelitian tesis ini didasarkan pada pendekatan

undang-undang (statute approach) maka materi yang digunakan untuk penelitian lebih lanjut

bersumber dari peraturan perundang-undangan.

2. Sumber data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitan ini maka

dipergunakan data sekunder yang mana sumber data hukum sekunder ini terdiri dari

bahan hukum primer, sekunder dan tersier. Sebagai berikut penjelasannya:

a. Bahan hukum primer

Bahan hukum primer dari penilitian ini terdiri dari Undang-Undang No. 25

Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal,

Peraturan Presiden No. 39 Tahun 2014 tentang Daftar Bidang Usaha yang

Tertutup dan Daftar Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di

Bidang Penanaman Modal, Peraturan Kepala BKPM No. 5 Tahun 2013

tentang Pedoman dan Tatacara Perizinan dan Nonperizinan Penanaman

(23)

b. Bahan hukum sekunder

Merupakan data yang diperoleh dengan mengumpulkan bahan-bahan

kepustakaan hukum yang terdiri dari buku-buku, makalah, majalah di

bidang hukum dan artikel dari internet yang berkaitan dengan penelitian

ini.

c. Bahan hukum tersier dalam penelitian ini diperoleh dari Kamus Hukum,

Kamus Bahasa Indonesia dan encyclopedia hukum serta bahan yang

memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer

dan bahan hukum sekunder.

3. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data sekunder pada penelitian tesis ini menggunakan

studi pustaka yang memiliki arti bahwa data yang diperoleh melalui penelusuran

kepustakaan berupa data skunder yang ditabulasi kemudian disistemasikan dengan

memilih perangkat-perangkat hukum yang relevan dengan objek penelitian.

Keseluruhan data ini kemudian digunakan untuk mendapatkan landasan teoritis

berupa bahan hukum positif, pendapat-pendapat atau tulisan para ahli atau pihak lain

berupa informasi baik dalam bentuk formal maupun melalui naskah resmi.

4. Analisis data

(24)

klasifikasi terhadap bahan-bahan hukum tertulis tersebut untuk memudahkan

pekerjaan penafsiran dan konstruksi.31

31Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2003), hal. 195.

Data yang diperoleh dari hasil penelitian

dikelompokkan menurut permasalahan yang selanjutnya dilakukan analisis secara

kualitatif. Analisa secara kualitatif dimaksudkan untuk menganalisa dengan

penjelasan dalam bentuk interpretasi yang dituangkan dalam suatu kalimat atau teks

sehingga memberikan penjelasan yang mempresentasikan hasil dari data yang

diperoleh.

Berdasarkan analisa terhadap substansi pembahasan dalam penulisan ini,

maka dapat dilakukan penfasiran dengan metode interpretasi yang dikenal dalam ilmu

hukum. Hasil dari interpretasi yuridis ini diharapkan dapat menjawab segala

Referensi

Dokumen terkait

Validitas teoretik untuk sebuah instrumen evaluasi menunjuk pada kondisi bagi sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan teori dan aturan yang

Berdasarkan uraian di atas, penulis mencoba memberikan suatu solusi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut yaitu merancang suatu sistem menggunakan aplikasi PHP dengan

Pada akhirnya situs buku komputer ini digunakan sebagai petunjuk bagi penggunanya untuk mencari informasi mengenai

Dari kajian tersebut perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang peran AQ dalam proses pembelajaran serta penelitian terkait dengan faktor internal yang

All rights reserved Kata kunci: Kerentanan, Anopheles barbirostris, permethrin puriala Article History: Received: 11 Maret 2017 Revised: 7 April 2017 Accepted: 29 Mei 2017

Untuk membandingkan tingkat signifikansi α = 0,05 dengan hasil uji korelasi ternyata nilai signifikansinya tidak berarti, hal tersebut dilihat dari nilai signifikansi pada

Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa terapi musik merupakan sebuah aplikasi yang unik dalam membantu meningkatkan kualitas hidup seseorang dengan menghasilkan

Adapun metode yang digunakan dalam penyelesaian skripsi ini adalah dengan berbantuan Analisa ekonomi teknik untuk menentukan tarif per kWh kelayakan pembangunan