ABSTRAK
Anggie Rizky* Edi Yunara** Rafiqoh Lubis***
Tindak pidana korupsi dan tindak pidana pencucian uang merupakan tindak pidana yang dikategorikan sebagai kejahatan luar biasa (extra ordiniory crime). Sehingga, perlu upaya serius untuk mengatasi tindak pidana tersebut. Tindak pidana korupsi dan tindak pidana pencucian uang memiliki hubungan yang sangat erat. Sehingga, Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 dalam Pasal 2 ayat (1) menyebutkan salah satu tindak pidana asal (predicate crime) tindak pidana pencucian uang adalah tindak pidana korupsi. Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) berdasarkan Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi, melegitimasi bahwa KPK memiliki kewenangan dalam penyelidikan, penyidikan dan penuntutan tindak pidana korupsi. Dewasa ini, banyak kasus tindak pidana pencucian uang hasil tindak pidana korupsi, yang mana KPK bertindak sebagai Penuntut Umum. Berdasarkan Pasal 74 Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010,KPK memiliki kewenangan melakukan penyidikan tindak pidana pencucian uang hasil tindak pidana korupsi. Namun, tidak satu pasalpun dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 dan Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002 memberikan kewenangan kepada KPK untuk melakukan Penuntutan tindak pidana pencucian uang.
Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah menggunakan penelitian hukum normatif (yuridis normative) yang dilakukan dengan penelitian kepustakaan (library research). Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data-data sekunder yang diperoleh dari bahan hukum primer seperti menganalisis peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan judul skripsi ini. Dan bahan hukum sekunder seperti buku-buku , putusan-putusan pengadilan, serta berbagai majalah, literatur, artikel, dan internet yang berkaitan dengan permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini
Hasil penelitian ini menujukan bahwa Komisi Pemberantasan Korupsi memiliki kewenangan dalam Penuntutan tindak pidana pencucian uang hasil tindak pidana korupsi. Berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 77/PUU-XII/ 2014, dalam Amar Putusannya Mahkamah Konstitusi berpendapat Penuntut Umum yang berada di Kejaksaan Republik Indonesia dan di Komisi Pemberantasan Korupsi adalah satu kesatuan yang sama.
* Mahasiswa Fakultas Hukum Sumatera Utara.
** Staf Pengajar Hukum Pidana, Dosen Pembimbing I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
*** Staf Pengajar Hukum Pidana, Dosen Pembimbing II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.