5
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kulit
Kulit merupakan lapisan terluar dari tubuh manusia sehingga menjadi bagian yang bersentuhan langsung dengan lingkungan, Fungsi utama kulit adalah sebagai pelindung. Fungsi perlindungan ini terjadi seperti pelepasan sel-sel yang sudah mati, respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan keringat, dan pembentukan pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya sinar ultraviolet, sebagai perasa dan peraba (Muliyawan dan Suriana, 2013).Luas kulit orang dewasa sekitar 1,5m2 dengan berat kira-kira 15% berat badan.Kulit merupakan organ yang merupakan cermin kesehatan(Wasitaatmadja, 1997).
2.1.1 Struktur kulit
Kulit terbagi atas3 lapisan utama:
1. Epidermis (kulit ari) sebagai lapisan yang paling luar
Para ahli histologi membagi epidermis dari bagian terluar hingga ke dalam menjadi 5 lapisan yaitu:
a. Lapisan tanduk (stratum corneum)
6
corneum dilapisi oleh suatu pelindung lembab tipis yang bersifat asam, disebut mantel asam kulit.
b. Lapisan jernih (stratum lucidum) disebut juga “lapisan barrier”
Terletak tepat dibawah stratum corneum, merupakan lapisan yang tipis, jernih, mengandung eleidin, sangat tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki.Antara stratum lucidum dan stratum granulosum terdapat lapisan keratin tipis yang disebut rein’s barrier yang tidak bisa ditembus (immpermeabel).
c. Lapisan berbutir-butir (stratum granulosum)
Tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk polygonal, berbutir kasar, berinti mengkerut. Stoughton menemukan bahwa didalam butir keratohyalin itu terdapat bahan logam, khususnya tembaga yang menjadi katalisator.
d. Lapisan malphigi (stratum spinosum) yang selnya seperti berduri
Memiliki sel yang berbentuk kubus dan seperti berduri.Intinya besar dan oval.Setiap sel berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut protein, Cairan limfe masih ditemukan mengitari sel-sel dalam lapisan malphigi ini.
e. Lapisan basal(stratum germinativum)
Lapisan ini hanya tersusun oleh satu lapis sel-sel basal. Adalah lapisan terbawah epidermis.Di dalam stratum germinativum juga terdapat sel-sel melanosit, yaitu sel-sel yang tidak mengalami keratinasi dan fungsinya hanya membentuk pigmen melanin dan memberikannya kepada sel-sel keratinosit melalui denrit-denritnya.
2. Dermis (korium, kutis, kulit jangat)
7
dermis juga berperan menyuplai nutrisi bagian epidermis (Muliyawan dan Suriana, 2013).
Dalam dermis terdapat adneksa-adneksa kulit seperti folikel rambut, papila rambut,kelenjar keringat,saluran keringat, kelenjar sebasea, otot penegak rambut.Ujung pembuluh darah danujung sarafjuga sebagian serabut lemak yang terdapat pada lapisan lemak bawah kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).
3. Hipodermis
Lapisan ini terdiri atas jaringan pembuluh darah, dan sel-sel penyimpanan lemak yang memisahkan dermis dengan otot, tulang dan struktur lain. Lapisan hipodermis berfungsi sebagai cadangan makanan dan bantalan untuk melindungi tubuh dari benturan-benturan fisik serta dalam pengaturan suhu tubuh. Jumlah lemak dalam lapisan ini akan meningkat bila makan berlebihan (Guyton dan Hall, 1996).
2.1.2 Fungsi biologik kulit
a. Proteksi
Lapisan tanduk dan mantel lemak kulit menjaga kadar air tubuh dengan cara mencegah masuknya air dari luar tubuh dan mencegah penguapan air, selain itu juga berfungsi sebagai barrier terhadap racun dari luar. Mantel asam kulit dapat mencegah pertumbuhan bakteri di kulit (Tranggono dan Latifah, 2007). b. Thermoregulasi
8
vasodilatasi untuk meningkatkan pembuangan panas (Tranggono dan Latifah, 2007).
c. Persepsi sensoris
Kulit bertanggung jawab sebagai indera terhadap rangsangan dari luar berupa tekanan, raba, suhu, dan nyeri melalui beberapa reseptor. Rangsangan dari luar diterima oleh reseptor dan diteruskan ke sistem saraf pusat dan selanjutnya diinterpretasikan oleh korteks serebri (Tranggono dan Latifah, 2007)
d. Absorbsi
Beberapa bahan dapat diabsorbsi kulit melalui dua jalur yaitu melalui epidermis dan melalui kelenjar sebasea. Material yang mudah larut dalam lemak lebih mudah diabsorbsi dibanding air dan material yang larut dalam air (Taranggono dan Latifah, 2007).
2.1.3 Jenis kulit
Secara umum kulit terbagimenjadi3 jenis, yaitu kulit kering, kulit normal, dan kulit berminyak.Pembagian ini didasarkan pada kandungan air dan minyak yang terdapat pada kulit (Muliyawan dan Suriana, 2013).
a. Kulit normal
Kulit normal adalah kulit yang memiliki kadar air tinggi dan kadarminyak rendah sampai normal (Muliyawan dan Suriana, 2013).
Ciri-ciri fisik yang dimiliki oleh kulit normal adalah : - Tidak berminyak
- Kulit tampak segar dan cerah
9 b. Kulit berminyak
Kulit berminyak yaitu kulit yang memiliki kandungan air dan minyak yang tinggi (Muliyawan dan Suriana, 2013).
Secara Fisik, kulit jenis ini memiliki ciri-ciri berikut :
- Pori-pori kulit besar terutama di hidung, pipi, dagu karena di sini minyak sangat banyak menumpuk
- Kulit bertekstur kasar dan berminyak - Mudah kotor dan sangat rentanberjerawat c. Kulit Kering
Kulit kering adalah kulit yang memiliki kadar air kurang atau rendah (Muliyawan dan Suriana, 2013).
Ciri-ciri fisik yang tampak pada kulit kering yaitu: - Kulit kelihatan kusam
- Pori-pori halus, kulit muka tipis - Sangat sensitif
- Cepat menampakkan kerutan-kerutan, karena kelenjar minyak kurang menghasilkan minyak
Kulit terdiri dari beberapa jenis, biasanya disebabkan oleh beberapa faktor yang menyebabkan perubahan jenis kulit tersebut.Seperti kulit normal menjadi kering atau normal menjadi berminyak. Faktor-faktor tersebut antara lain:
10
b. Iklim, pengaruh dari udara dapat merubah jenis kulit, misalnya kulit normal menjadi kering oleh hawa dingin.
c. Makanan, pembentukan kulit tergantung pada zat makanan yang bervariasi dan seimbang. Makanan yang berlemak, panas dan pedas atau minuman-minuman keras menyebabkan kulit normal akan menjadi berminyak.
d. Pengaruh sinar, pengaruh sinar UV dari matahari terhadap kulit adalah: - Kulit berwarna hitam
- Cepat keriput dan tua
- Kemungkinan terjadi kanker kulit (Muliyawan dan Suriana, 2013). 2.1.4 Faktor yang menyebabkan dehidrasi kulit
Normalnya, kulit sehat dilindungi dari kekeringan oleh bahan-bahan yang bisa menyerap air seperti asam amino, purin, pentose, choline, dan derivate asam fosfat yang jumlah totalnya 20% dari berat lapisan stratum corneum. Bahan-bahan yang larut dalam air tersebut dapat terangkat dari kulit oleh perspirasi atau pencucian jika bahan-bahan itu tidak dilindungi oleh lapisan lemak tipis yang tidak larut dalam air.Jika lapisan lemak tipis itu diangkat, bahan-bahan yang dapat larut airitu terbuka dan siraman air berikutnya akan mengangkat mereka, meninggalkan kulit yang sebagian atas sepenuhnya kehilangan karakter hidrofilik dan elastisitasnya. Demikian penghilang lapisan lemak kulit menyebabkan dehidrasi kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).
11
pada udara, stratum corneumdengan cepat mengering dan menjadi kasar dan pecah-pecah (Tranggono dan latifah, 2007).
Pengaruh udara terhadap dehidrasi stratum corneum juga diketahui.Jika kelembaban relatif udara rendah (kandungan uap air dalam udara sedikit), maka resiko kekeringan kulit lebih besar.Dalam udara yang panas, stratum corneum tidak cepat mengering seperti dalam udara dingin, karena kelenjar sebasea aktif mensuplai permukaan kulit dengan minyak dan air. Jika angin keras, pengupan air kulit lebih cepat karena uap airnya tersapu oleh angin (Tranggono dan latifah, 2007).
Elastisitas stratum corneum dalam udara dingin berkurang karena lilin kulit (bahan semen antara sisik-sisik keratin stratum corneum) menjadi lebih keras dan kokoh, selain itu sekresi sebum juga berkurang (Tranggono dan Latifah, 2007).
2.1.5 Alasan kulit dilembabkan
Secara alamiah kulit memiliki lapisan lemak tipis dipermukaannya, yang
antara lain terdiri atas produksi kelenjar minyak kulit. Pembentukanlapisan lemak tersebut terutama untuk melindungi kulit dari kelebihan penguapan air yang menyebabkan dehidrasi (Tranggono dan Latifah, 2007).
Menurut penelitian Blank, et al., (1952), kandungan air di dalam stratum corneum, meskipun sedikit(hanya 10%), sangat penting. Kelembutan dan
12
petrolatum.Stratum corneum ini baru menjadi lunak kembali setelah diberi air (Tranggono dan Latifah, 2007).
Stratum corneum terbuat dari sisik-sisik keratin dan semen yang mirip
lilin, yang mengisi celah-celah piringan-piringan keratin tersebut. Keratin terdiri molekul-molekul rantai panjang yang dihubungkan satu sama lain dengan jembatan garam atau hidrogen. Semakin sedikit jumlah air diantara rantai-rantai, semakin kuat ikatan itu dan semakin rendah elastisitas keratin stratum corneum. Kulit akan kering dan pecah-pecah. Mikroorganisme, kotoran, sisa sabun dan lain-lain akan masuk dan menumpuk dalam celah tersebut sehingga menimbulkan berbagai gangguan kebersihan dan kesehatan serta menjadi sumber infeksi. Bila bakteri atau bahan iritan menembus retak V tersebut sampai ke bawah lapisan rein’s tipe kelainan kulit yang lain, keratinisasiyang tidak normal, dapat terjadi.
stratum germinativum bereaksi terhadap bahan iritan dengan meningkatkan
pembelahan sel-selnya, mengakibatkan migrasi sel yang sangat cepat ke atas sehingga terjadi penebalan stratum corneumdengan sel-sel semi- keratinisasi. Komposisi bahan semen stratum corneum juga menjadi abnormal, membuat aglomerasi sel-sel menjadi sisik-sisik yang lebih kasar.Bila sisik-sisik ini terlepas, terjadi celah yang lebih dalam yang dapat menampung lebih banyak kotoran dan mikroorganisme (Tranggono dan Latifah, 2007).
13
yang juga akan melemahkan kulit. Disinilah perlunya kosmetik pelembab kulit untuk mencegah dehidrasi kulit yang menyebabkan kekeringan dan retak-retak pada kulit serta akibat-akibat buruknya (Tranggono dan Latifah, 2007).
2.2 Emulsi
Emulsi adalahsediaan dasar berupa sistem dua fase, terdiri dari dua cairan
yang tidak tercampur, dimana salah satu cairan yang terdispersi dalam bentuk globul dalam cairan lainnya (Anief, 2004).
Emulsi mengandung bahan obat cair, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfakatan yang cocok. Emulsi biasanya mengandung dua zat yang tidak bercampur, yaitu air dan minyak, dimana cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan lain. Dispersi ini tidak stabil, butir-butir ini bergabung dan membentuk dua lapisan air dan minyak yang terpisah. Zat pengemulsi (emulgator) merupakan komponen yang paling penting agar diperoleh emulsi stabil (Anief, 2004).
Emulsi dinyatakan sebagai sistem minyak dalam air (m/a) jika fase dispersi merupakan fase yang tidak bercampur dengan air, dan air merupakan fase kontinyu. Jika terjadi sebaliknya, maka emulsi tersebut dinyatakan emulsi air dalam minyak (Ditjen POM, 1985).
Emulsi dikatakan pecah jika partikel halus yang terdispersi secara spontan bersatu membentuk partikel yang lebih besar dan akhirnya terpisah menjadi dua fase. Secara umum, ada tiga pola kerusakan emulsi:
14
2. Inversi fase adalah ketidakstabilan emulsi yang terjadi karena perubahan fase m/a menjadi a/m atau sebaliknya.
3. De-emulsifikasi adalah proses pemisahan sempurna emulsi menjadi masing-masing komponen cair.
Sumber ketidakstabilan lainnya adalah pertumbuhan mikroorganisme. Emulsi m/a yang dibuat dengan bahan alam seperti gom, karbohidrat, dan protein sangat cepat ditumbuhi bakteri pembusuk, jamur (Anief, 2004)
2.3 Kosmetik
2.3.1 Defenisi kosmetik
Kosmetik berasal dari kata kosmetikos (yunani) yang berarti keterampilan, menghias, dan mengatur.Kosmetik adalah campuran bahan yang diaplikasikan pada anggota tubuh bagian luar seperti epidermis kulit, kuku, rambut, bibir, gigi, dan sebagainya dengan tujuan untuk menambah daya tarik, melindungi, memperbaiki, sehingga penampilannya lebih cantik dari semula (Muliyawan dan Suriana, 2013).
2.3.2 Tujuan penggunaan kosmetik
Tujuan penggunaan kosmetik dapat dikelompokkan sebagai berikut
(Rostamailis, 2005):
a. Melindungi kulit dari pengaruh-pengaruh luar yang merusak misalnya sinar matahari, perubahan cuaca.
15
c. Mencegah kulit cepat kering dan keriput, karena kosmetik menembus ke bawah lapisan luar dan memasukkan bahan-bahan aktif ke lapisan-lapisan yang terdapat lebih dalam.
d. Melekat di atas permukaan kulit untuk mengubah warna atau rona daerah kulit tertentu.
e. Memperbaiki kondisi kulit misalnya kulit yang kering, normal dan berminyak. f. Menjaga kulit tetap kencang.
g. Mengubah rupa/penampilan misalnya, bila telah dipakai kosmetik yang diinginkan sehingga orang memandang kita ada perasaan berubah, bisa berubah bertambah cantik/segar.
2.3.3 Kosmetika pelembab
Setiap orang mempunyai jenis kulit yang berbeda-beda.Namun, apapun jenis kulit itu membutuhkan perawatan dan perlindungan agar tetap sehat dan terhindar dari gejala penuaan dini.Ada beberapa langkah idealyang harus dilakukan dalam rangkaian perawatan kulit sehari-hari yaitu pembersihan, pelembaban, perlindungan dan tata rias.Perawatan kulit ini penting untuk melindungi kulit dari kerusakan dan penuaan dini.Salah satu hal dalam perawatan kulit adalah melindungi kulit dari dehidrasi. Kulit yang mengalami dehidrasi akan cepat berkerut dan tampak kusam, sehingga pelembaban merupakan salah satu langkah terpenting dalam rangkaian kegiatan perawatan kulit (Muliyawan dan Suriana, 2013).
16
dalam lingkungan yang mengeringkan kulit, misalnya ruangan ber-AC (Tranggono dan Latifah, 2007).
Menggunakan produk pelembab adalah salah satu cara termudah untuk menjaga kelembapan kulit. Krim pelembab memang dirancang untuk meningkatkan dan menjaga kelembapan kulit dalam berbagai kondisi, baik kondisi panas maupun dingin (Muliyawan dan Suriana, 2013).
Krim pelembab memiliki kekentalan yang bervariasi dari ringan hingga sangat kental. Kekentalan krim ini ditentukan oleh dua faktor yaitu, kandungan minyak dan gliserol yang menyusun krim pelembab tersebut. Beberapa penyusun krim pelembab ini yaitu:
• Emulsi minyak dalam air, yaitu krim dengan bahan dasar air yang
mengandung tetesan kecil minyak.
• Emulsi air dalam minyak, yaitu krim yang mengandung lebih banyak
minyak. Krim ini cocok dipakai pada kulit yang kering, karena mampu bertahan lebih lama.
17
Usia dewasa, kulit mengalami beberapa perubahan, sesuai dengan bertambahnya usia, seperti usia 20-30 tahun. Pada usia ini kulit berada pada kondisi yang paling optimal, perkembangan pembuluh darah, kolagenmencapai puncaknya. Pergantian sel kulit mati dengan yang baru berjalan dengan baik. Perawatan kulit pada usia ini tidaklah rumit, hanya diperlukan perawatan standar berupa pembersih, sabun dan penyegar, jangan lupa menggunakan pelembab minimal 2 kali sehari. Sebaiknya dioleskan setiap setelah mandi (Muliyawan dan Suriana, 2013).
2.4 Bahan-Bahan Sediaan Krim Pelembab
Bahan-bahan yang digunakan mencakup emolien, zat sawar, zat humektan, zat pengemulsi, zat pengawet, parfum (Ditjen, POM., 1985).
a. Emolien: Zat yang paling penting untuk bahan pelembut kulit adalah turunan dari lanolin dan derivatnya, hidrokarbon, asam lemak.
b. Zat sawar: Bahan-bahan yang biasa yang digunakan adalah paraffin wax, asam stearat.
c. Humektan: Suatu zat yang berfungsi sebagai pelembab kulit. Berbagai macam humektan digunakan dalam kosmetik termasuk alkohol polihidrat seperti gliserin, propilen glikol, dan sorbitol. Humektan memainkan peran penting dalam kosmetik, yaitu untuk mempertahankan kadar air pada kulit dan mampu menarik air dari udara serta menahan air agar tidak menguap.
d. Zat pengemulsi adalah bahan yang memungkinkan tercampurnya semua bahan-bahan secara merata., misalnya gliseril monostearat, trietanolamin
18
terjadinya tengik oleh aktivitas mikroba sehingga kosmetika menjadi stabil. Selain itu juga dapat bersifat antioksidan yang dapat menangkal terjadinya oksidasi.
f. Parfum: Pemilihan parfum yang digunakan pada sediaan krim biasanya didasarkan atas nilai keindahan, tetapi sudah pasti jika wangi yang ditimbulkan dari parfum menambah daya tarik dari konsumen untuk memilih produk yang ditawarkan produsen.
2.5 Uraian Tanaman Wijen
Wijen termasuk tanaman dari famili pedaliceae. Tanaman ini tergolong jenis terna tahunan yang tingginya dapat mencapai 2 meter. Batang tanaman mempunyai bau yang khas, bersegi empat dengan sudut agak tumpul. Daunnya berbentuk bundar atau telur, sedikit lonjong. Daunnya memiliki tepi yang rata atau sedikit bergigi dengan tekstur kasar. Daun ini tersusun berselang seling atau hampir berhadapan (Jaelani, 2009).
Jenis biji wijen ada 2 yaitu wijen hitam dan wijen putih tetapi biasa digunakan yang berwarna putih pada industri makanan.Biji wijen dengan warna putih cenderung menghasilkan minyak dengan mutu yang lebih baik dibandingkan dengan biji yang berwarna hitam.Sedangkan warna hitam menghasilkan persentase minyak yang lebih besar (Jaelani, 2009).
19
banyak. Biji-biji ini bentuknya bundar seperti telur tetapi agak putih dan meruncing di ujungnya (Jaelani, 2009).
2.5.1 Taksonomi wijen (Sesamum indicum)
Tanaman wijen mempunyai taksonomi sebagai berikut: Philum : Spermatophyta
Divisi : Angiospermae Sub-divisi : Dicotyledone Ordo : Pedaliales Famili : Pedaliceae Genus : Sesamum
Spesies : Sesamum indicum L
2.5.2 Kandungan dan manfaat minyak wijen
Biji wijen mengandung kadar minyak nabati sebesar 45-55% yang terdiri atas asam stearat, asam palmitat, asam oleat, asam linoleat. Minyak ini berwarna kuning agak jernih dan berasa agak manis. Selain minyak nabati ada protein, serat, kalsium, vitamin B dan vitamin E (Jaelani, 2009).