• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kombinasi Hemodialisis (Hd) Hemoperfusi (Hp) Terhadap Kualitas Hidup Yang Dinilai Dengan Sf-36 Pasien Hemodialisis Reguler

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Kombinasi Hemodialisis (Hd) Hemoperfusi (Hp) Terhadap Kualitas Hidup Yang Dinilai Dengan Sf-36 Pasien Hemodialisis Reguler"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

5 II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyakit Ginjal Kronik

2.1.1 Definisi Penyakit Ginjal Kronik10

Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah suatu proses patofisiologi dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, yang umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Sedangkan gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang ireversibel, dimana akan memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap berupa dialisis atau transplantasi ginjal. Kriteria PGK dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Kriteria Penyakit Ginjal Kronik10

1. Kerusakan ginjal yang terjadi >3 bulan, berupa kelainan struktural atau fungsional, dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG), dengan manifestasi:

a. kelainan patologis

b. terdapat tanda kelainan ginjal, termasuk kelainan dalam komposisi darah atau urin,atau kelainan dalam tes pencitraan

2. LFG <60ml/mnt/1,73m2 selama 3 bulan, dengan atau tanpa kerusakan ginjal.

Sumber: Dikutip dari Suwitra K,Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid I.

2.1.2 Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik10

PGK diklasifikasikan atas dua hal yaitu, atas dasar derajat penyakit dan atas dasar diagnosis etiologi. Klasifikasi atas dasar derajat penyakit, dibuat atas dasar LFG, yang dihitung dengan mempergunakan rumus Kockcroft-Gault sebagai berikut:

LFG (ml/mnt/1,73m2) =

72 x kreatinin plasma (mg/dl) (140-umur) x berat badan *)

(2)

Klasifikasi tersebut tampak pada tabel 2.2.

Tabel 2.2 Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik atas Dasar Derajat Penyakit10

Derajat Penjelasan

(ml/mnt/1,73m2)

LFG

1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau ↑ ≥90 2 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ ringan 60-89 3 Kerusakan ginjal dengan LFG↓ sedang 30-59 4 Kerusakan ginjal dengan LFG↓ berat 15-29

5 Gagal ginjal <15 atau

dialisis Sumber: Dikutip dari Suwitra K, Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid I.

2.1.3 Penatalaksanaan Penyakit Ginjal Kronik10 Penatalaksanaan PGK meliputi:

a. Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya

b. Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid c. Memperlambat perburukan fungsi ginjal

d. Pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskular e. Pencegahan dan terapi terhadap komplikasi

f. Terapi pengganti ginjal

Terapi Pengganti Ginjal (Renal Replacement Therapy/RRT) diperlukan pada penderita PGK stadium terminal, ketika LFG <15 ml/mnt/1,73m2,dimana ginjal tidak dapat mengkompensasi kebutuhan tubuh untuk mengeluarkan zat-zat sisa hasil metabolisme yang dikeluarkan melalui pembuangan urin, mengatur keseimbangan asam-basa dan keseimbangan cairan serta menjaga kestabilan lingkungan dalam.11

(3)

Terapi pengganti ginjal yang tersedia saat ini ada 2 pilihan: dialisis dan transplantasi ginjal. Ada 2 metode dialisis yaitu hemodialisis dan peritoneal dialisis.10

2.2 HEMOPERFUSI

Berdasarkan “Consensus Comference on Biocompatibility” hemoperfusi adalah mengalirnya darah melalui material yang menyerap berbagai zat terlarut. Sistem sorben terbungkus palstik laminar dengan bahan partikel sorben di dalamnya, darah merembes melalui pori plastik pembungkus dan mengalir ke seluruh sistem sorben. Sistem sorben harus mempunyai biokompatibilitas yang cukup untuk langsung kontak dengan darah tanpa menyebabkan kerusakan elemen-elemen darah. Untuk mengatasi masalah ketidakcocokan sistem hemoperfusi, Chang memperkenalkan proses mikroenkapsulasi di mana partikel-partikel sorben dilapisi dengan polimer membran, seperti albumin-collodion.12

Hemoperfusi dilakukan dengan syarat sebagai berikut: artificial hemoperfusi memiliki perangkat inlet dan outlet untuk saluran darah, akses vaskular pada pasien, pompa darah yang cukup untuk mempertahankan kecepatan aliran darah 200-300 ml/menit, pengukur untuk mendeteksi tekanan arteri dan vena, pompa heparin terus-menerus untuk menghindari terjadinya pembekuan darah (gambar 2.1).12

Gambar 2.1 Gambar ekstrakorporeal hemoperfusi12

(4)

2.2.1 Indikasi dilakukan hemoperfusi12 Beberapa indikasi hemoperfusi seperti:

1. Intoksikasi klinis yang menyebabkan kerusakan progresif.

2. Intoksikasi berat dengan depresi fungsi otak tengah mengarah ke hipoventilasi, hipotermia, atau hipotensi .

3. Koma akibat dari pneumonia atau septicemia atau adanya kondisi yang mendasari predisposisi komplikasi tersebut (misalnya , penyakit paru obstruktif kronik ).

4. Eliminasi obat-obatan

Selain kriteria tersebut , hemoperfusi harus dipertimbangkan dalam pengelolaan pasien dengan keracunan obat-obatan seperti berikut (gambar 2.3):

• fenobarbital > 430 / lmolll ( 100 / lglml )

• barbiturat short acting dan menengah > 200 / lmolll ( 50/lglml ) • glutethimide dan methaqualone > 160 / lmolll ( 40 / lglml ) • salisilat > 5 mmolll ( 800 / lglml )

• Etklorvinol > 1 mmolll ( 150 / lglml ) • meprobamate > 460 / lmolll ( 100 / lglml ) • trichloroethanol > 335 / lmolll ( 50/lglml ) • paraquat > 0,5 / lmolll ( 0,1 / lglml )

Tabel 2.3. Obat yang dapat dibuang oleh sorben hemoperfusi.12

Barbiturat Solvents/gases

Amobarbital carbon tetrachloride

Butabarbital ethylene oxide

Heptabarbital Cardiovascular agents

Hexobarbital digoxin

pentobarbital β-methyl-digoxin

Quinalbital digitoxin

Secobarbital methylproscillarin

Thiopental N-acetylprocainamide

Vinalbital procainamide

Nonbarbiturate hypnotics, sedatives, tranquilizers

(5)

Bromisovalum Ethyl-alcohol

carbamazeline Methyl-alcohol

carbromal Analgesics

chlorpromazine Acetyl salicylic acid

chloral hydrate methyl salicylate

Diazepam acetaminophen

Ethchlorvynol phenylbutazone

glutethimide Antimicrobials/anticancer agents

meprobamate adnamycin

methaqualone ampicillin

methypryion cephalothin

phenytoin chloramphenicol

promazine chloroquine

promethazine Clindamycin

Antidepressants Erythromycin

amitriptiline Gentamicin

clomipramine Isoniazid

desipramine methotrexate

nortriptyline penicillin

Plant/animal toxins Miscellaneous

herbicides/insecticides caffeine

amanita phalloides camphor

amanitin phencyclidine

chlorinated insecticides phenformin

demeton-s-methyl sulfoxide theophylline

dimethoate methyl-parathion nitrostigmine paraoxon parathion paraquat phenol phallaoidin

polychlorinated biphenyls

Sumber: Dikutip dari Winchester JF,

2.2.2 Sorbent Hemoperfusi

Sorben yang digunakan dalam perangkat hemoperfusi adalah karbon (arang), atau resin ion atau resin non-ion. Sorben tersedia dalam berbagai bentuk dan umumnya dilapisi granular dalam bentuk tersendiri atau arang granular dilapisi dengan albumin selulosa nitrat (collodion) polimer atau dengan hydrogel akrilik polimer. Pelapis lain adalah selulosa asetat, atau dengan hidrogel metakrila.12

(6)

dengan membran polimer dengan ketebalan 0,05-0,5 JLM. Pori-pori diklasifikasikan sebagai micropores (a radius ofless dari 20 A) yang pada pokoknya menentukan efisiensi adsorpsi, pori-pori transisi (radius 20 sampai 500 A) dan pori makro (radius sama dengan atau lebih besar dari 500 A) (gambar 2.2). Untuk penggunaan medis dalam perangkat hemoperfusion karbon aktif harus memiliki kualitas berikut: bebas dari 'microparticulate', mudah di cuci, tahan gesekan, kapasitas serap tinggi, morfologi permukaan halus, mikropartikel rendah , tanpa ion beracun, tinggi kompatibilitas darah , dan sterilisasi mudah, toksisitas rendah dan pirogenitas rendah.12

Gambar 2.2Contoh gambar dialyzer hemoperfusi.12

Sumber: Dikutip dari Winchester JF,

2.2.3 Spektrum zat terlarut adsorbed dan efek dari lapisan sorben Spektrum zat terlarut yang diserap oleh karbon aktif dan

khususnya molekul-molekul racun uremik ditunjukkan pada Tabel 2.4.12

Tabel 2.4Toksin uremia putative yang di hapus oleh sorbent (dengan batas berat molekul 60 sampai 21.500)12

adrenocorticotrophin myoinositol

aldosterone non-protein nitrogen

amino acids nor-epinephrine

calcium oeganic acids

25,OH-cholecalciferol oxalate

creatinine parathyroid hormone

cyclic AMP phenols

epinephrine phosphate

folic acid polyamino acids

gastrin renin

glucagon ribonuclease

glucose serotonin

growth hormone thyroxine

(7)

indoles Cr, Se

insulin triglycerides

L-dopamine triiodothyronine

magnesium urea

middle molecule peaks uric acid

vitamin B12

Sumber: Dikutip dari Winchester JF,

2.2.4 Manfaat klinis dalam pengobatan stadium akhir penyakit ginjal

Manfaat klinis hemoperfusion berhubungan dengan spektrum absorsi arang dan perbaikan dalam gejala-gejala uremik. Hal ini menunjukkan bahwa hemoperfusion mungkin memiliki peran dalam pengobatan uremia . Hemoperfusi tidak menyebabkan ultrafiltrasi, perpindahan cairan dan proses dialisis. Hemofiltrasi hanya mengabsorsi molekul racun melalui permukaan adrorben. Sehingga sangat mungkin mengabungkan hemodialisis dangan hemofiltrasi untuk mencapai tujuan efisiensi dan kapasitas pembersihan darah yang lebih besar.12

2.2.5 Kombinasi hemoperfusi dengan hemodialisis pada pasien penyakit

ginjal kronik dengan hemodialisis

Penelitian telah menunjukkan bahwa terjadinya komplikasi menengah dan jangka panjang uremik berkaitan dengan tingkat clearance rendah racun molekul uremik menengah dan besar saat hemodialisis. Sebagai komponen beracun dari racun uremik dan efek biologis yang berhubungan menjadi semakin jelas, pengobatan kation purifi darah yang bertujuan untuk membuang racun ini telah berkembang dari tahap untuk meningkatkan kualitas hidup dan memungkinkan pasien untuk kembali ke masyarakat sebagai orang normal (gambar 2.3). Aplikasi klinis dari berbagai model teknologi pemurnian darah extracorporeal menunjukkan tingkat pembersihan racun molekul uremik menengah dan besar, tingkat efektifitasnya jika diurutkan sebagai berikut : Hemodialisis (HD) / hemoperfusion (HP) > HP > bio-artificial kidney > hemodiafiltration

(8)

Pada penelitian yang dilakukan oleh chen dan kawan-kawan, dilakukan penelitian pada 100 pasien dengan maintenance hemodialisis, dibagi ke dalam 2 subgrup dimana subgrup pertama pasien hanya dengan hemodialisis dan subgrup kedua pasien dengan hemodialisis dikombinasikan dengan hemoperfusi. Penelitian ini memfolow-up pasien selama 2 tahun, dinilai primary end point berupa kematian dan secondary end point berupa leptin, high sensitive C-reactive protein (hsCRP),

interleukin-6 (IL-6), β2 microglobulin (β2-MG), immunoreactive parathyroid hormone (iPTH), tumor necrosis factor-α (TNF-α) danSF-36. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa kombinasi hemodialisis dengan hemoperfusi lebih superior daripada hemodialisis sendiri dimana kombinasi tersebut secara reguler mampu mengeliminasi toksin uremia molekul besar dan molekul sedang secara lebih baik.2

Pada beberapa penelitian jangka pendek (kurang dari 3 bulan), kombinasi hemodialiasis dan hemoperfusi arang meningkatkan bersihan rata-rata dari creatinine, urate dan molekul sedang. Analisis total dari solute yang dibuang, menunjukkan jumlah total solute yang dibuang

dalam 2 jam pada kombinasi hemodialisis dan hemoperfusi lebih banyak bila dibandingkan dengan hanya dengan dialisis selama 5 jam. Pada analisis berikutnya Gerfald dan Winchester menunjukkan molekul kecil seperti urea, asam urat, guanidine, dan fenol dengan tidak dapat dibersihkan oleh hemoperfusi sendiri, dan harus dikombinasi dengan hemodialisis untuk efisiensi yang lebih besar (tabel 2.3).2

(9)

akses veskular. Capodicasa dan kawan-kawan menjelaskan bahwa kombinasi hemodialisis dan hemoperfusi memberikan out come yang baik sehingga secara ekonomi mengurangi biaya (tabel 2.4).2

Gambar 2.3 Skema kombinasi hemodialisis dan hemoperfusi12 Sumber: Dikutip dari Winchester JF,

Tabel 2.5 Penelitian-penelitian pendek sebelumnya tentang kombinasi HD/HP.12

Sorbent system and method

Solute removed or %↓ in plasma level

adverse effects, comment

Reference

Uncoated merck charcoal 200 g, HP alone

U(100), Cr(220), UA(227), P(175),

G(191), I(190), O(167)

↓platelets 50%, ↓fibrinogen 40%, ↓protein, pyrexia,

hypotension

Yatzidis

Uncoated union carbide charcoal 200g, HP alone

Cr(160), UA, Ca, GI.

↓platelets 50%,

blood lost, hemolysis

Dunea

Fisher albumin collodion coated charcoal(ACAC)

Cr(160), UA(180) platelets 92% of control, pyrexia

(10)

300g, HP alone ACAC 300g with HD or with charcoal 150g HP alone

Cr, UA, P, G ↓platelets 40% Yatzidis

Uncoated fixed-bed charcoal 100g, HP alone or with HD

Cr(100HP/HD), UA, Ca, triglycerides,

↓platelets 53% or

26%

Dunea

Petroleum based albumin collodion coated charcoal 300g HP with HD

Cr(↓65%),

UA(↓68%)

Platelets variable Ota

Suteliffe-speakman acrylic hydrogel-coated charcoal or XAD-4 resin HP alone

Cr(↓67% charcoal) Cr(↓95% XAD-4) charcoal 300g HP alone coated charcoal 300g HP alone or with HD

Cr(180), UA(115), MMS, AAS,

hormones

↓platelets 30%, ↓fibrinogen 30%,

dialysis charcoal 300g HP alone or with HD charcoal 300g HP alone or with HD

↓platelets 20% Trznadel

Uncoated pyrolized resin XE-336 200g HP alone

Sumber: Dikutip dari Winchester JF,

Tabel 2.6 Penelitian-penelitian panjang sebelumnya tentang kombinasi HD+HP12

Sorbent system and method

Solute removed or %↓ in plasma level

adverse effects, comment

Reference

(11)

charcoal 200 g, HP

carbide charcoal 200g, HP alone

Cr(160), UA, Ca, GI.

↓platelets 50%, blood lost, hemolysis

Cr(160), UA(180) platelets 92% of control, pyrexia

Chang

ACAC 300g with HD or with ultrafiltation

HP/HD Cr(163), coated charcoal 300g HP with HD charcoal 100g, HP alone or with HD 20%-50% depend on

priming

Siemsen

Hydron coated petroleum based activated charcoal 170g HP with HD

- Improved neuropathy and electromyogram

Otsubo

ACAC coated coconut or petroleum based activated charcoal 300 g HP with HD

- Nerve conduction Velocity improved

Agishi

Hydroxylmethacrylate coated Norit charcoal 150 g with HD

HP Cr(77), UA(55), Vit B12(31), HP/HD Cr(174), UA(119),

Sumber; Dikutip dari Winchester JF,

2.3 H

EMODIALISIS

Hemodialisis adalah salah satu terapi pengganti ginjal yang paling banyak dipilih oleh para penderita PGK stadium terminal. Dalam suatu proses HD, darah penderita dipompa oleh mesin ke dalam kompartemen darah pada dialyzer. Dialyzer mengandung ribuan serat sintetis yang berlubang kecil

(12)

dengan cara meningkatkan tekanan hidrostatik melintasi membran dialyzer dengan cara menerapkan tekanan negatif kedalam kompartemen dialisat yang menyebabkan air dan zat-zat terlarut berpindah dari darah kedalam cairan dialisat untuk selanjutnya dibuang.11

Proses hemodialisis pada umumnya tidak bisa membersihkan molekul racun uremik menengah dan besar dan racun yang terikat protein, akibatnya muncul penumpukan racun uremia molekul sedang dan besar (gambar 2.4).11

Gambar 2.4 Proses hemodialisis

Sumber: Dikutip dari Suharjono dan Susalit E, Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid 1.

2.4 KUALITAS HIDUP

(13)

kesehatan, keefektifan suatu tindakan intervensi, dan analisis penggunaan biaya.16

Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas hidup seseorang, seperti faktor kesehatan, ekonomi, lingkungan, keamanan, dan lainnya. Walaupun faktor-faktor ini saling terkait satu sama lain dalam menentukan kualitas hidup seseorang, namun yang akan dibahasi di bidang kesehatan hanya kualitas hidup terkait kesehatan (health related quality of life/ HRQOL). Banyak definisi tentang kualitas hidup terkait kesehatan, salah satunya adalah yang didefinisikan oleh Cella dan Tulsky sebagai penilaian seseorang terhadap derajat fungsi dan kepuasannya sekarang dibandingkan dengan apa yang diharapkan.16

Konsep dasar kualitas hidup mencakup karakteristik fisikal, sosial, dan psikologi yang digambarkan dengan kemampuan individu mengerjakan sesuatu, perasaan puas terhadap sesuatu yang dikerjakan, hubungan dengan penyakit, atau pengobatan. 17 Kualitas hidup menurut Cummins (1997) adalah kumpulan beberapa hal seperti: kesejahteraan material, kesehatan, produktivitas, keakraban, keamanan, kesejahteraan masyarakat dan kesejahteraan emosional yang dinilai baik secara obyektif (menurut nilai-nilai kultural) maupun subyektif (kepuasan yang diukur secara individu). Penilaian kualitas hidup umumnya dilakukan pada penyakit-penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, asma, keganasan, AIDS dan penyakit ginjal tahap akhir, karena pada penyakit-penyakit tersebut kualitas hidup dapat berubah baik akibat pengaruh terapi jangka panjang maupun jangka pendek.4

(14)

Terdapat beberapa instrumen untuk menganalisis kualitas hidup yang meliputi persepsi fisik, psikologi dan hubungan sosial pasien, seperti Sickness Impact Profile, Karnofsky Scales, Kidney Disease Quality of Life (KDQL)

kuesioner dan Medical Outcomes Study 36-Item Short-Form Health Survey (SF-36) yang telah banyak digunakan dalam mengevaluasi kualitas hidup pasien penderita penyakit-penyakit kronis.4

2.4.1 SF 36

SF-36 adalah salah satu instrumen yang telah terbukti dapat dipakai untuk menilai kualitas hidup pada hampir semua penelitian penyakit kronis termasuk pasien hemodialisis dan bisa juga digunakan untuk menilai kualitas hidup pada populasi yang sehat. Instrumen ini sederhana dan mudah dan secara luas telah dipakai.18,19,20

SF-36 ini telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia tanpa mengubah makna aslinya dan telah divalidasi. 21,22 Beberapa penelitian di Indonesia yang menggunakan skor yang baru yang belum diterjemahkan dan divalidasi, bahkan menggunakan SF-36 sebagai baku emas, termasuk penelitian Perwitasari di Yogyakarta yang menggunakan European Organization for Research and Treatment of Cancer Quality of Life

Questionnaire-C30 (EORTC QLQ-C30), yang meneliti mengenai

pengukuran kualitas hidup pasien kanker sebelum dan sesudah kemoterapi dengan EORTC QLC-C30 di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.8

SF-36 berisi 36 pertanyaan yang terdiri dari 8 skala antara lain:5

a. Fungsi fisik (Physical Functioning/PF)

(15)

b. Keterbatasan akibat masalah fisik (Role of Physical/RF)

Terdiri dari 4 pertanyaan yang mengevaluasi seberapa besar kesehatan fisik mengganggu pekerjaan dan aktivitas sehari-hari lainnya. Nilai yang rendah menunjukkan bahwa kesehatan fisik menimbulkan masalah terhadap aktivitas sehari-hari, antara lain tidak dapat melakukannya dengan sempurna, terbatas dalam melakukan aktivitas tertentu atau kesulitan di dalam melakukan aktivitas. Nilai yang tinggi menunjukkan kesehatan fisik tidak menimbulkan masalah terhadap pekerjaan ataupun aktivitas sehari-hari.

c. Perasaan sakit/ nyeri (Bodily Pain/BP)

Terdiri dari 2 pertanyaan yang mengevaluasi intensitas rasa nyeri dan pengaruh nyeri terhadap pekerjaan normal baik di dalam maupun di luar rumah. Nilai yang rendah menunjukkan rasa sakit yang sangat berat dan sangat membatasi aktivitas. Nilai yang tinggi menunjukkan tidak ada keterbatasan yang disebabkan oleh rasa nyeri.

d. Persepsi kesehatan umum (General Health/GH)

Terdiri dari 5 pertanyaan yang mengevaluasi kesehatan termasuk kesehatan saat ini, ramalan tentang kesehatan dan daya tahan terhadap penyakit. Nilai yang rendah menunjukkan perasaan terhadap kesehatan diri sendiri yang memburuk. Nilai yang tinggi menunjukkan persepsi terhadap kesehatan diri sendiri yang sangat baik.

e. Energi/ Fatique (Vitality/VT)

Terdiri dari 4 pertanyaan yang mengevaluasi tingkat kelelahan, capek, dan lesu. Nilai yang rendah menunjukkan perasaan lelah, capek, dan lesu sepanjang waktu. Nilai yang tinggi menunjukkan perasaan penuh semangat dan berenergi.

f. Fungsi sosial (Social Functioning/SF)

(16)

g. Keterbatasan akibat masalah emosional (Role Emotional/RE) Terdiri dari 3 pertanyaan yang mengevaluasi tingkat dimana masalah emosional mengganggu pekerjaan atau aktivitas sehari-hari lainnya. Nilai yang rendah menunjukkan masalah emosional mengganggu aktivitas termasuk menurunnya waktu yang dihabiskan untuk beraktivitas, pekerjaan menjadi kurang sempurna, dan bahkan tidak dapat bekerja seperti biasanya. Nilai yang tinggi menunjukkan tidak adanya gangguan aktivitas karena masalah emosional.

h. Kesehatan mental (Mental Health/MH)

Terdiri dari 5 pertanyaan yang mengevaluasi kesehatan mental secara umum termasuk depresi, kecemasan, dan kebiasaan mengontrol emosional. Nilai yang rendah menunjukkan perasaan tegang dan depresi sepanjang waktu. Nilai yang tinggi menunjukkan perasaan tenang, bahagia, dan penuh kedamaian.

Skala SF-36 ini kemudian dibagi menjadi 2 dimensi, dimana persepsi kesehatan umum, energi, fungsi sosial, dan keterbatasan akibat masalah emosional disebut sebagai dimensi “Kesehatan Mental” (Mental Component Scale/MCS), sementara fungsi fisik, keterbatasan akibat masalah fisik, perasaan sakit/ nyeri, persepsi kesehatan umum dan energi disebut sebagai dimensi “Kesehatan Fisik” (Physical Component Scale/PCS). Masing-masing skala dinilai 0-100, dimana skor yang lebih tinggi menandakan kualitas hidup yang lebih baik.6,7

Pertanyaan yang mewakili ke-8 dimensi dapat terlihat pada table 2.7. Penghitungan hasil skor kualitas hidup terkait kesehatan dengan kuesioner SF-36 menggunakan daftar nilai seperti yang tersebut dalam tabel 2.8. Untuk skor akhir, dilakukan perhitungan rata-rata pada masing-masing pertanyaan yang menunjukkan dimensi yang diwakilinya seperti pada tabel di bawah sehingga hasil akhirnya akan menunjukkan skor masing-masing dimensi yaitu skor dimensi fungsi fisik, peranan fisik, rasa nyeri, kesehatan umum, fungsi sosial, energi, peranan emosi, dan kesehatan jiwa.5

Tabel 2.7 Pertanyaan yang mewakili 8 dimensi kuesioner SF-365

Skala Jumlah Item Nomor Pertanyaan

(17)

Peranan fisik 4 13, 14, 15, 16

Peranan emosi 3 17, 18, 19

Energi 4 23, 27, 29, 31

Kesehatan jiwa 5 24, 25, 26, 28, 30

Fungsi sosial 2 20, 32

Rasa nyeri 2 21, 22

Kesehatan umum 5 1, 33, 34, 35, 36

Tabel 2.8 Skor kuesioner SF-36

No Pertanyaan No Respon Skor

1, 2, 20, 22, 34, 36 1 100

2 75

3 50

4 25

5 0

3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12

1 0

2 50

3 100

13, 14, 15, 16, 17, 18, 19

(18)

2 100

21, 23, 26, 27, 30 1 100

2 80

3 60

4 40

5 20

6 0

24, 25, 28, 29, 31 1 0

2 20

3 40

4 60

5 80

6 100

32, 33, 35 1 0

2 25

3 50

4 75

Gambar

Tabel 2.2 Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik atas Dasar Derajat Penyakit10
Gambar 2.1 Gambar ekstrakorporeal hemoperfusi12 Sumber: Dikutip dari Winchester JF, Replacement of Renal Function by Dialysis
Gambar 2.2Sumber: Dikutip dari Winchester JF, Replacement of Renal Function by Dialysis
Tabel 2.5 Penelitian-penelitian pendek sebelumnya tentang kombinasi HD/HP.12
+5

Referensi

Dokumen terkait

Penulis membuat aplikasi ini dengan menggunakan program Vusual Basic 5.0 dimana VB merupakan salah satu aplikasi dalam system windows yang menggunakan pendekatan visual

Oleh karena itu untuk mengembangkan keprofesian guru di wilayah kabupaten Garut, maka KKG GUGUS ...kabupaten Garut akan melaksanakan kegiatan diseminasi praktik pembelajaran yang

Program Aplikasi ini diharapkan dapat mempercepat dan meningkatkan keakuratan penyajian informasi laporan Penjualan sehingga dapat memberikan kontribusi yang baik bagi pihak

[r]

“Aplikasi Peralatan Flexible Alternating Current Transmission Systems (FACTS) pada Sistem Tenaga Listrik”.. New York: The McGraw

Berikan tanda benar (X) pada salah satu kolom pilihan jawaban yang paling sesuai untuk menggambarkan KONDISI DIRI ANDA selama bekerja.. Pilihan jawaban yang

Rizka Tama Line di Bandar Lampung mempunyai dampak yang positif terhadap peningkata disiplin kerja karyawan, 7 orang karyawan (18,925) menyatakan bahwa, kompensasi yang

Belanja daerah yaitu semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang mengurangi ekuitas dana yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran dan