• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA. wilayah yang jelas, sebagaimana yang telah diatur dalam Undang-Undang. Kota

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA. wilayah yang jelas, sebagaimana yang telah diatur dalam Undang-Undang. Kota"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Tata Ruang Kota

Kota adalah sebagai suatu wadah yang mempunyai batasan administrasi wilayah yang jelas, sebagaimana yang telah diatur dalam Undang-Undang. Kota sebagai suatu lingkungan dengan rangkaian ekosistem yang kompleks, yang terdiri dari komponen-komponen fisik, biologis, sosial, budaya dan ekonomi selalu mengalami perkembangan dan perubahan yang akan berpengaruh pada tata kota (Nurisjah, 1997).

Tata ruang kota secara fisik dapat dipisahkan menjadi ruang terbangun dan ruang terbuka. Berdasarkan Depdagri (1998), ruang terbuka adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah lebih luas, baik dalam area memanjang/jalur yang dalam penggunaannya bersifat terbuka atau dasarnya tanpa bangunan.

Tata ruang kota penting dalam efisiensi sumberdaya kota dan juga efektifitas penggunaannya, baik sumberdaya alam maupun sumberdaya lainnya. Ruang-ruang kota yang ditata terkait dan saling berkesinambungan ini mempunyai pendekatan dalam perencanaan dan pembangunannya. Tata guna lahan, sistem tranportasi, dan sistem jaringan utilitas merupakan tiga factor utama dalam menata ruang kota. Dalam perkembangan selanjutnya, konsep ruang kota selain dikaitkan dengan permasalahan utama perkotaan yang akan dicari solusinya juga dikaitkan dengan pencapaian tujuan akhir dari suatu penataan ruang yaitu untuk kesejahteraan, kenyamanan, serta kesehatan warga dan kotanya.

(2)

Berdasarkan Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang penataan Ruang dan Peraturan Menteri PU No.05/PRT/M/2008 tentang pedoman penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan disebutkan bahwa pengertian Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah area memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh tanaman secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Dalam UU No. 26 Tahun 2007, secara khusus mengamanatkan perlunya penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau, yang proporsi luasannya ditetapkan paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas wilayah kota.

Menurut Intruksi Menteri Dalam Negeri No. 4 Tahun 1998, Ruang Terbuka Hijau merupakan bagian dari ruang terbuka yang pemanfatannya lebih bersifat pengisian hijau tanaman atau tumbuh-tumbuhan secara alamiah maupun bududaya tanaman. Ruang Terbuka Hijau menurut Nurisjah (1997) adalah ruang terbuka yang ditanami dengan tanaman, mulai dari yang bersifat alami(rumput, jalur hijau, Taman bermain dan taman lingkungan didaerah pemukiman). Sedangkan Ruang Terbuka Hijau Menurut Handikto (1997) adalah suatu ruang terbuka yang ditumbuhi oleh pepohonan, dengan persentase ideal 20-30% dari luas bidang tanah termasuk yang ditempati bangunan rumah, misalnya halaman rumah.

Secara umum ruang terbuka publik di perkotaan terdiri dari Ruang Terbuka Hijau dan Ruang Terbuka non Hijau, Ruang Terbuka Hijau (RTH) perkotaan adalah bagian dari ruang-ruang terbuka suatu wilayah perkotaan yang

(3)

sosial budaya dan arsitektural yang dapat memberi manfaat ekonomi dan kesejahteraan bagi masyarakatnya, seperti antara lain :

1. Fungsi ekologis, RTH dapat meningkatkan kualitas air tanah, mencegah banjir, mengurangi polusi udara dan pengatur iklim mikro.

2. Fungsi sosial budaya, keberadaan RTH dapat memberikan fungsi sebagai ruang interaksi sosial. Saranarekreasi dan sebagai landmark kota.

3. Fungsi arsitektural, RTH dapat meningkatkan nilai keindahan dan kenyamanan kota melalui keberadaan taman-taman kota dan jalur hijau jalan kota.

4. Fungsi ekonomi, RTH sebagai pengembangan sarana wisata hijau perkotaan yang dapat mendatangkan wisatawan.

Berdasarkan luasannya , ruang terbuka hijau dibedakan atas :

1. Ruang Terbuka Makro, mencakup daerah pertanian, perikanan, hutan lindung, hutan kota, dan pengaman di ujung landasan Bandar Udara. 2. Ruang Terbuka Medium, mencakup pertamanan kota, lapangan olah raga,

Tempat Pemakaman Umum (TPU).

3. Ruang Terbuka Mikro, mencakup taman bermain (playground) dan taman lingkungan (community park).

Haryadi (1993) membagi sistem budidaya dalam ruang terbuka hijau dengan dua sistem yaitu sistem monokultur dan sistem aneka ragam hayati. Sistem monokultur hanya terdiri dari satu jenis tanaman saja, sedang sistem aneka ragam hayati merupakan sistem budidaya dengan menanam berbagai jenis

(4)

tanaman (kombinasi antar jenis) dan dapat juga kombinasi antar flora dan fauna, seperti perpaduan antaran taman dengan burung-burung merpati. Banyak pendapat tentang luas ruang terbuka hijau ideal yang dibutuhkan oleh suatu kota.

Perserikatan Bangsa - Bangsa (PBB) melalui World Development Report (1984) menyatakan bahwa prosentase ruang terbuka hijau yang harus ada di kota adalah 50% dari luas kota atau kalau kondisi sudah sangat kritis minimal 15% dari luas kota. Direktorat Jendral Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum, menyatakan bahwa luas ruang terbuka hijau yang dibutuhkan untuk satu orang adalah 1,8 m2. Jadi ruang terbuka hijau walaupun hanya sempit atau dalam bentuk tanaman dalam pot tetap harus ada di sekitar individu. Lain halnya jika ruang terbuka hijau akan dimanfaatkan secara fungsional, maka luasannya harus benar-benar diperhitungkan secara proporsional.

RTH perkotaan mempunyai manfaat kehidupan yang tinggi. Berbagai fungsi yang terkait dengan keberadaannya (fungsi ekologis, sosial, ekonomi, dan arsitektural) dan nilai estetika yang dimilikinya (obyek dan lingkungan) tidak hanya dapat dalam meningkatkan kualitas lingkungan dan untuk kelangsungan kehidupan perkotaan tetapi juga dapat menjadi nilai kebanggaan dan identitas kota. Untuk mendapatkan RTH yang fungsional dan estetik dalam suatu sistem perkotaan maka luas minimal, pola dan struktur, serta bentuk dan distribusinya harus menjadi pertimbangan dalam membangun dan mengembangkannya. Karakter ekologis, kondisi dan keinginan warga kota, serta arah dan tujuan pembangunan dan perkembangan kota merupakan determinan utama dalam menentukan besaran RTH fungsional ini.

(5)

Keberadaan RTH penting dalam mengendalikan dan memelihara integritas dan kualitas lingkungan. Pengendalian pembangunan wilayah perkotaan harus dilakukan secara proporsional dan berada dalam keseimbangan antara pembangunan dan fungsi-fungsi lingkungan. Kelestarian RTH suatu wilayah perkotaan harus disertai dengan ketersediaan dan seleksi tanaman yang sesuai dengan arah rencana dan rancangannya.

Komponen Ruang Terbuka Hijau

Ruang terbuka hijau merupakan salah satu bentuk konsep untuk meningkatkan kualitas hidup di wilayah perkotaan. Pengembangan ruang terbuka hijau di perkotaan diupayakan membuka peluang terciptanya kawasan hijau bersifat alami dengan vegetasi jenis tanaman yang merupakan bagian dari penataan ruang kota sebagai kawasan hijau (Purnomo, 2001).

Dengan keberadaan ruang terbuka hijau yang memadai, warga kota akan merasakan manfaat ruang terbuka hijau berupa nilai estetis, ekologis, hidrologis, klimatologis, edhapis, orologis, protektif, higenis, dan edukatif ( Nazaruddin dalam Aji, 2000).

Rencana umum tata ruang kota menetapkan komponen-komponen ruang terbuka hijau berdasarkan kriteria, sasaran dan fungsi penting, vegetasi serta intensitas manajemennya yaitu :

1. Taman, fungsi utamanya adalah menghasilkan oksigen. Oleh karena itu jenis tanaman yang dibudidayakan dipilih dari jenis-jenis yang menghasilkan oksigen tinggi.

(6)

2. Jalur Hijau, termasuk didalamnya adalah pohon peneduh pinggir jalan, jalur hijau disekitar sungai dan hijauan ditempat parker maupun ruang terbuka hijau lainnya,

3. Kebun dan pekarangan, selain bertujuan untuk produksi, kebun dan pekarangan hendaknya ditanam dengan jenis-jenis yang mendukung kenyamanan lingkungan perkotaan.

4. Hutan kota, merupakan suatu penerapan beberapa fungsi hutan seperti ameliorasi iklim, hidrologis dan penangkal pencemaran. Fungsi-fungsi ini bertujuan mengimbangi kecenderungan menurunnya kualitas lingkungan. Berbagai potensi dan peluang hutan kota akan mengatasi, mencegah, dan mengendalikan lingkungan.

Sementara itu dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 2007 disebutkan bahwa komponen pengisi RTH yaitu :

1. Taman Kota.

2. Taman Wisata Alam. 3. Taman Rekreasi.

4. Taman Lingkungan Perumahan dan Pemukiman.

5. Taman Lingkungan Perkantoran dan Gedung Komersial. 6. Taman Hutan Raya.

7. Hutan Kota. 8. Hutan Lindung.

9. Bentang alam seperti gunung, bukit, lereng dan lembah. 10. Cagar Alam.

(7)

11. Kebun Raya. 12. Kebun Binatang. 13. Pemakaman Umum. 14. Lapangan Olah Raga. 15. Lapangan Upacara. 16. Parkir Terbuka.

17. Lahan Pertanian Perkotaan.

18. Jalur dibawah tegangan tinggi (SUUT dan SUTET). 19. Sempadan Sungai, Pantai, Bangunan, Situ dan Rawa.

20. Jalur pengaman jalan, median jalan, rel kereta api, pipa gas dan pedestrian. 21. Kawasan dan Jalur Hijau.

22. Daerah penyangga (buffer zone) lapangan Udara. 23. Taman Atap (roof garden).

Menurut Grey dan Denneke (1986) dan Fahutan IPB (1987) berdasarkan kriteria sasaran, fungsi penting, jenis vegetasi, intensitas manajemen, status pemilik serta pengelolanya; komponen penyusun RTH dapat dikelompokkan kedalam empat bentuk yaitu butan kota, taman kota, jalur hijau kota serta kebun dan pekarangan. Selanjutnya menurut Irwan (1997), sempadan sungai, sempadan pantai, dan lereng/bukit/gunung yang tersebar didalam kota juga merupakan komponen RTH yang penting keberadaannya.

Fungsi dan Manfaat Ruang Terbuka Hijau

Manusia yang tinggal dilingkungan perkotaan membutuhkan suatu lingkungan yang sehat dan bebas polusi untuk kenyamanan hidup. Perencanaan

(8)

tata ruang kota merupakan wahana untuk mewujudkan suatu kota yang nyaman asri, dan sehat. Salah satu tolok ukur penataan ruang yang mampu memberikan kenyamanan, keasrian, dan kesehatan bagi penghuni kota adalah tersedianya alokasi RTH. RTH dalam hal ini adalah RTH yang mencukupi kebutuhan lingkungan perkotaan dan berkelanjutan dari waktu ke waktu(Aji, 2000)

Fungsi RTH di perkotaan menurut Simonds (1983), yaitu sebagai penjaga kualitas lingkungan, penyumbang ruang bernafas yang segar dan keindahan visual, paru-paru kota, penyangga sumber air dalam tanah, untuk mencegah erosi dan sarana pendidikan. Ruang terbuka hijau (RTH) memiliki fungsi utama (intrinsik) yaitu fungsi ekologis, dan fungsi tambahan (ekstrinsik) yaitu fungsi aritektural, sosial, dan fungsi ekonomi. Dalam suatu wilayah perkotaan empat fungsi utama ini dikombinasikan sesuai dengan kebutuhan, kepentingan, dan keberlanjutan kota.

RTH berfungsi ekologis, yang menjamin keberlanjutan suatu wilayah kota secara fisik, harus merupakan satu bentuk RTH yang berlokasi, berukuran. Dan berbentuk pasti dalam satu wilayah kota, seperti RTH untuk perlindungan sumberdaya penyangga kehidupan manusia dan untuk membangun jejaring habitat kehidupan liar. RTH untuk fungsi-fungsi lainnya (sosial, ekonomi, struktural) merupakan RTH pendukung dan penambah nilai kualitas lingkungan dan budaya kota tersebut sehingga dapat berlokasi dan berbentuk sesuai dengan kebutuhan dan kepentingannya, seperti untuk keindahan, rekreasi, dan pendukung arsitektur kota.

(9)

Manfaat RTH berdasarkan fungsinya dibagi atas manfaat langsung (dalam pengertian cepat dan berifat tangible) seperti mendapatkan bahan-bahan untuk dijual (kayu dan bunga), kenyamanan fisik (teduh, segar), keinginan dan manfaat tidak langsung (berjangka panjang dan bersifat intangible) seperti perlindungan tata air dan konservasi hayati atau keanekaragaman hayati.

Manfaat lain dari ruang terbuka hijau antara lain yaitu :

a. Ameliorasi iklim, artinya dapat mempengaruhi dan memperbaiki iklim mikro. Ruang terbuka hijau menghasilkan O2 dan uap air (H2O) yang menurunkan, serta menyerap CO2 yang bersifat gas rumah kaca sehingga dapat menaikkan suhu udara dan berpengaruh pada iklim mikro setempat.

b. Memberikan perlindungan terhadap terpaan angin kencang dan peredam suara. Tanaman berfungsi sebagai pematah angin (windbreak) dan peredam suara (soundbreak).

c. Memberikan perlindungan terhadap terik sinar matahari. Kehadiran tanaman dalam ruang terbuka hijau akan mengintersepsi dan memantulkan radiasi matahari untuk fotosintesis dan transpirasi sehingga di bawah tajuk akan terasa lebih sejuk

d. Memberikan perlindungan terhadap asap dan gas beracun, serta penyaring udara kotor dan debu

e. Mencegah erosi. Arsitektur tanaman (pilotaxi) berupa pohon akan mempengaruhi sifat aliran batang (steam flow) air hujan yang tertampung oleh tajuk, sehingga dapat mempengaruhi tata air dan erosi lahan.

(10)

f. Merupakan sarana penyumbang keindahan dan keserasian antara struktur buatan manusia secara alami.

g. Ruang terbuka hijau berfungsi secara tidak langsung untuk memperbaiki tingkat kesehatan masyarakat.

h. Membantu peresapan air hujan sehingga memperkecil erosi dan banjir serta membantu penanggulangan intrusi air laut. Tanaman dalam ruang terbuka hijau yang diperuntukkan untuk mencegah intrusi air laut adalah jenis tanaman yang berkemampuan dalam menyerap, menyimpan, dan memasok air. Sebagai sarana rekreasi dan olah raga.

i. Tempat hidup dan berlindung bagi hewan dan pakan mikroorganisme.

j. Sebagai tempat konservasi satwa dan tanaman lain.

k. Sarana penelitian dan pendidikan.

l. Sebagai pelembut, pengikat, dan pemersatu bangunan.

m. Meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar ruang terbuka hijau, apabila jenis tanaman yang ditanam bernilai ekonomi.

n. Sarana untuk bersosialisasi antar warga masyarakat.

o. Sebagai media pengaman antar jalur jalan.

Kebutuhan Luasan Ruang Terbuka Hijau

Penetapan berapa besar luasan yang harus disediakan untuk menciptakan RTH disuatu wilayah dapat ditetapkan dalam suatu standar. Menurut Eckbo

(11)

(1964) untuk mengakomodasikan kebutuhan 100-300 orang diperlukan paling sedikit 40.000 m2 luasan RTH. Luasan ini didistribusikan menjadi :

1. Taman lingkungan ketetanggan (neighbourhood parks) ≥ 4.000 m2 dengan jangkauan pelayanan 10-200 m.

2. Taman lingkungan komunitas ≥ 100.000 m2 dengan jangkauan pelayanan 625-900 m.

3. Taman Kota atau Taman Regional dengan luasan yang lebih besar dan berada di daerah strategis.

Selain itu standar luasan RTH juga dapat dihitung berdasarkan masalah penting diwilayah perkotaan antara lain dengan menggunakan pendekatan perhitungan pemenuhan kebutuhan oksigen untuk warga kota dengan menggunakan rumus Gerarkis dan metode Kunto, serta dengan perhitungan pemenuhan kebutuhan air untuk warga kota.

Standar luasan RTH lainnya diajukan oleh Simond (1983) yang secara hirarki mempertimbangkan kebutuhan dalam suatu wilayah seperti tercantum pada Tabel 1.

Tabel 1. Standar Luasan RTH oleh Simonds

Hirarki Wilayah Jumlah KK Wilayah Jumlah Jiwa Wilayah Ruang Terbuka (m/1000 jiwa) Penggunaan Ruang Terbuka

Ketetanggaan 1.200 4.320 12.000 Lapangan Bermain,

Areal rekreai, Taman

Komunitas 10.000 36.000 20.000 Lapangan Bermain atau

taman

Kota 100.000 40.000 RTH umum, taman

areal bermain

Wilayah/Regoinal 1.000.000 80.000 RTH umum, areal

rekreasi, berkemah

(12)

Secara singkat dari tabel berikut standar kebutuhan RTH menurut simond yaitu 40 m2/penduduk. Dalam Penelitian ini penulis mengacu kepada UU No. 26 Tahun 2007 dan Permendagri No.1 Tahun 2007 dimana disebutkan bahwa suatu kota harus memiliki proporsi luasan RTH minimal 30 % dari luas wilayah kota.

Penggunaan Lahan

Lahan (land) adalah lingkungan fisik yang terdiri dari iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta benda yang ada di atasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan (Sitorus, 2003). Menurut Lillesand dan Kiefer (1987), penggunaan lahan (land use) merupakan perwujudan fisik obyek-obyek yang menutupi lahan dan terkait dengan kegiatan manusia pada sebidang lahan. Pendapat Townshend dan Justice (1981 dalam Hartanto, 2006) mengenai penutupan lahan, yaitu perwujudan secara fisik (visual) dari vegetasi, benda alam, dan unsur-unsur budaya yang ada di permukaan bumi tanpa memperhatikan kegiatan manusia terhadap obyek tersebut.

Menurut Arsyad (1989) penggunaan lahan diartikan sebagai bentuk intervensi (campur tangan) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik materil maupun spiritual. Penggunaan lahan dibagi kedalam dua kelompok utama yaitu penggunaan lahan pertanian dan non pertanian. Penggunaan lahan pertanian dibedakan dalam tegalan, sawah, kebun karet, hutan produksi dan sebagainya. Sedangkan penggunaan lahan bukan pertanian dapat dibedakan kedalam penggunaan kota atau desa (pemukiman), industry, rekreasi dan sebagainya.

(13)

Karateristik lahan merupakan atribut dari lahan yang dapat diukur dan diduga secara langsung yang berhubungan dengan penggunaan lahan tertentu, misalnya kemiringan lereng, tekstur tanah, kedalaman efektif, curah hujan dan sebagainya (FAO, 1976).

Sistem Informasi Geografis

Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan suatu sistem yang berorientasi operasi berkaitan dengan pengumpulan, penyimpanan, dan manipulasi data yang bereferensi geografis secara konvensional. Operasi ini melibatkan perangkat komputer (perangkat keras dan perangkat lunak) yang mampu menangani data mencakup (input), (b) manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan data) dan (c) manipulasi dan analisis, dan (d) pengembangan produk dan pencetakan (Aronoff, 1989).

Salah satu prosedur kerja yang umum dilakukan dalam SIG adalah penumpang tindihan beberapa peta untuk mencari suatu wilayah tertentu. Dalam pekerjaan perencanaan keruangan dimana data-data disajikan dalam bentuk peta, pendekatan ini sangat biasa dilakukan. Tumpang tindih bukan hanya menggabungkan garis yang terdapat pada dua atau tiga peta tersebut menjadi gabungan, karena hal ini hanya bagian kegiatan fisiknya, akan tetapi yang lebih penting menggali makna yang diakibatkan oleh kegiatan tersebut (Barus dan Wiradisastra, 2000).

Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (SIG) menjanjikan pengelolaan sumber daya dan pembuatan model terutama model kuantitatif menjadi lebih mudah dan sederhana. SIG merupakan suatu cara yang efesien dan efektif untuk mengetahui karateristik lahan suatu wilayah dan potensi pengembangannya.

(14)

Sistem Informasi Geografis dapat dibagi menjadi empat komponen, yaitu :

1. Sistem Komput er

Sistem komputer berupa komputer dan sistem operasi yang digunakan untuk mengoperasikan SIG.

2. Perangkat Lunak

Perangkat Lunak SIG berupa program dan antarmuka pengguna untuk menjalankan perangkat keras

3. Perangkat Pikir

Perangkat pikir menunjuk pada tujuan, sasaran, dan alasan penggunaan SIG 4. Infrastruktur

Infrastruktur menunjuk pada kebutuhan fisik yang berhubungan dengan ketatausahaan organisasi, dan lingkungan penggunaan SIG.

Sub-sistem SIG

Anam (2005) menyatakan bahwa Sistem Informasi Geografis pada dasarnya dapat dirinci menjadi tiga sub sistem yang saling terkait, yaitu :

1. Input Data

Input data dalam SIG terdiri dari data grafis atau data spasial dan data atribut. Kumpulan data tersebut disebut database. Database tersebut melputi data tentang posisinya di muka bumi dan data atribut dari kenampakan geografis yang disimpan dalam bentuk titik-titik, garis atau vektor, area dan piksel atau grid. Sumber database untuk SIG secara konvensional dibagi dalam tiga kategori :

(15)

b. Data grafis atau data spasial, berasal dari peta analog, foto udara dan citra penginderaan jauh lainnya dalam bentuk cetak kertas.

c. Data penginderaan jauh dalam bentuk digital, seperti yang diperoleh dari satelit (Landsat, SPOT, NOOA).

2. Pemrosesan Data

Pemrosesan terdiri dari manipulasi dan analisi data. Fungsi dari manipulasi dan analisi data dilakukan untuk kepentingan geometrik yang digunakan untuk menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan pencarian lokasi atau luas areal yang sesuai dengan kriteria tertentu atau dapat pula dalam pencarian informasi yang ada dalam suatu tempat tertentu. Manipulasi dilakukan dengan rotasi, pengubahan dan penskalaan koordinat, konversi koordinat geografi, registrasi, analisis spasial dan statistik. Analisis data yang ada pada database dilakukan dengan menggunakan overlaying beberapa layer tematik yang berkaitan.

3. Output Data

Output dari SIG dapat berupa peta hasil cetak warna, peta digital, dan data tabuler. Peta hasil cetak dapat berupa peta garis (dengan menggunakan plotter) maupun peta biasa (dengan menggunakan printer).

Sistem Satelit Landsat

Satelit Landsat merupakan salah satu satelit sumber daya bumiyang dikembangkan NASA dan Departemen Dalam Negeri Amerika Serikat. Satelit ini terbagi dalam dua generasi yakni generasi pertama dan generasi kedua. Generasi

(16)

pertama adalah satelit Landsat1 sampai 3. Satelit generasi kedua adalah satelit membawa dua jenis sensor yaitu sensor MMS dan sensor Thematic Mapper (TM).

Kelebihan sensor TM adalah menggunakan tujuh saluran, enam saluran terutama dititikberatkan untuk studi vegetasi dan satu saluran untuk studi geologi, sedangkan Landsat TM mempunyai 7 band. Untuk lebih singkatnya dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Saluran Citra Landsat TM (Lillesand dan Kiefer, 1979).

Saluran Kisaran

Gelombang (μm) Kegunaan Utama

1 0,45 – 0,52 Penetrasi tubuh air, analisis penggunaan lahan, tanah, dan vegetasi. Pembedaan vegetasi dan lahan.

2 0,52 – 0,60 Pengamatan puncak pantulan vegetasi pada saluran hijau yang terletak diantara dua saluran penyerapan. Pengamatan ini dimaksudkan untuk membedakan jenis vegetasi dan untuk membedakan tanaman sehat terhadap tanaman yang tidak sehat

3 0,63 – 0,69 Saluran terpenting untuk membedakan jenis vegetasi. Saluran ini terletak pada salah satu daerah penyerapan klorofil

4 0,76 – 0,90 Saluran yang peka terhadap biomasa vegetasi. Juga untuk identifikasi jenis tanaman. Memudahkan pembedaan tanah dan tanaman serta lahan dan air.

5 1,55 – 1,75 Saluran penting untuk pembedaan jenis tanaman,

kandungan air pada tanaman, kondisi kelembapan tanah.

6 2,08 – 2,35 Untuk membedakan formasi batuan dan untuk

pemetaan hidrotermal.

7 10,40 – 12,50 Klasifikasi vegetasi, analisis gangguan vegetasi. Pembedaan kelembapan tanah, dan keperluan lain yang berhubungan dengan gejala termal.

8 Pankromatik Studi kota, penajaman batas linier, analisis tata ruang

Citra penginderaan jauh ini sangatlah bermanfaat untuk pemetaan tutupan lahan karena selain mempermudah dalam hal pengklasifikasian lahan juga mempermudah dalam hal menganalisis tutupan suatu lahan atau areal tertentu. Interpretasi dan Monogram Dalam Sistem Informasi Geografis

(17)

Interpretasi citra adalah tindakan mengkaji foto atau citra dengan maksud untuk mengenali objek dan gejala serta menilai arti pentingnya objek dan gejala tersebut. Dalam interpretasi citra, penafsir mengkaji citra dan berupaya mengenali objek melalui tahapan kegiatan, yaitu:

1. Deteksi 2. Identifikasi 3. Analisis

Setelah melalui tahapan tersebut, citra dapat diterjemahkan dan digunakan ke dalam berbagai kepentingan seperti dalam: geografi, geologi, lingkungan hidup dan sebagainya. Pada dasarnya kegiatan interpretasi citra terdiri dari 2 proses, yaitu:

A. Pengenalan objek melalui proses deteksi, yaitu pengamatan atas adanya suatu objek. Berarti penentuan ada atau tidaknya sesuatu pada citra atau upaya untuk mengetahui benda dan gejala di sekitar kita dengan menggunakan alat pengindera (sensor). Untuk mendeteksi benda dan gejala di sekitar kita, penginderaan tidak dilakukan secara langsung atas benda, melainkan dengan mengkaji hasil reklamasi dari foto udara atau satelit. Dalam identifikasi ada tiga ciri utama benda yang tergambar pada citra berdasarkan cirri yang terekam oleh sensor yaitu sebagai berikut:

1. Spektoral, ciri yang dihasilkan oleh interaksi antara tenagaelektromagnetikdan benda yang dinyatakan dengan rona dan warna.

2. Spatial, ciri yang terkait dengan ruang yang meliputi bentuk, ukuran, bayangan, pola, tekstur, situs dan asosiasi.

(18)

3. Temporal, ciri yang terkait dengan umur benda atau saat perekaman.

B. Penilaian atas fungsi objek dankaitan antar objek dengan cara menginterpretasi dan menganalisis citra yang hasilnya berupa klasifikasi yang menuju kea rah terorisasi dan akhirnya dapat ditarik kesimpulan dari penilaian tersebut. Pada tahapan ini interpretasi dilakukan oleh seorang yang sangat ahli pada bidangnya, karena hasilnya sangat tergantung pada kemampuan penafsir citra.

Citra dapat diterjemahkan dan digunakan ke dalam berbagai kepentingan seperti dalam: geografi, geologi, lingkungan hidup, dan sebagainya. Interpretasi citra berlandaskan 9 metode kunci interpretasi yang dijelaskan oleh Sutanto; 1986 sebagai berikut ini:

a) Rona

Merupakan tingkat kehitaman atau tingkat kegelapan obyek pada citra/ foto, rona merupakan tingkatan dari hitam ke putih atau sebaliknya, dengan mata biasa rona dapat dibedakan menjadi 5 tingkatan putih, kelabu-putih, kelabu, kelabu hitam dan hitam.

b) Warna

Merupakan wujud yang tampak oleh mata dengan menggunakan spectrum sempit, lebih sempit dari spectrum tampak, contohnya warna atap pabrik adalah putih, warna taman adalah hijau, dsb.

c) Bentuk

Merupakan atribut yang jelas sehingga banyak obyek yang dapat dikenali berdasarkan bentuknya saja, contoh pengenalan obyek berdasarkan bentuk;

(19)

Bangunan Gedung: berbentuk I, L, U, tajuk pohon alma: berbentuk bintang, Gunung berapi: berbentuk kerucut, dsb.

d) Ukuran

Atribut obyek yang berupa panjang (sungai,jalan), luas (lahan), volume, ukuran ini merupakan fungsi skala. Misalnya ukuran rumah berbeda dengan ukuran perkantoran, biasanya rumah berukuran lebih kecil dibandingkan dengan bangunan perkantoran.

e) Tekstur

Frekuensi perubahan rona pada citra/ foto atau pengulangan rona pada kelompok objek (permukiman) tekstur dinyatakan dengan kasar (hutan) sedang (belukar) halus (tanaman padi, permukaan air).

f) Pola

Susunan keruangna merupakan ciri yang menandai bagi banyak objek bentukan manusia dan bagi beberapa objek bentukan alamiah, contoh; pola teratur (tanaman perkebunan.Permukiman transmigrasi), pola tidak teratur: tanaman di hutan, jalan berpola teratur dan lurus berbeda dengan sungai yang berpola tidak teratur atau perumahan (dibangun oleh pengembang) berpola lebih teratur jika dibandingkan dengan perumahan diperkampungan.

g) Bayangan

Merupakan kunci pengenalan objek yang penting untuk beberpa jenis objek, misalnya, untuk membedakan antara pabrik dan pergudangan, dimana pabrik akan terlihat adanya bayangan cerobong asap sedangkan gudang tidak ada.

(20)

h) Situs

Menjelaskan letak objek terhadap objek lain disekitarnya, contoh pohon kopi di tanah miring, pohon nipah di daerah payau, sekolah dekat lapangan olahraga, pemukiman akan memanjang di sekitar jalan utama. i) Assosiasi

Diartikan sebagai keterkaitan antara objek yang satu dengan objek yang lain. Sehingga asosiasi ini dapat dikenali 2 objek atau lebih secara langsung. Contohnya stasiun KA, terdapat jalur rel KA.

j) Konvergensi Bukti

Penggunaan beberapa unsur interpretasi citra sehingga lingkupnya menjadi semakin menyempit kea rah satu kesimpulan tertentu . Contoh: Tumbuhan dengan tajuk seperti bintang pada citra, menunjukkan pohon palem. Bila ditambah unsurinterpretasi lain, seperti situsnya di tanah becek dan berair payau, maka tumbuhan palma tersebut adalah sagu, (andimanwno, 2013).

Bentang alam dan bentang budaya merupakan objek dari penginderaan jauh. Contoh pengenalan unsur bentang alam dan bentang budaya dari citra penginderaan jauh oleh Prof. Dr. Sutanto dalam bukunya penginderaan jauh, tahun 1992.

1. Unsur Bentang Alam

a. Sungai, memiliki tekstur permukaan air yang seragam dengan rona yang gelap jika airnya jernih atau cerah jika keruh. Arah aliran sungai ditandai oleh bentuk sungai yang lebar pada bagian muara, pertemuan sungai memiliki

(21)

sudut lancip sesuai dengan arah aliran, perpindahan meander ke arah samping dan ke arah bawah (muara).

b. Dataran banjir, memiliki permukaan yang rata dengan posisi lebih rendah dari daerah sekitar. Dataran banjir memiliki rona yang seragam atau kadang-kadang tidak seragam, dan terdapat sungai yang posisinya kadang-kadang-kadang-kadang agak jauh.

c. Guguk pasir, berbentuk sempit dan memanjang, lurus atau melengkung, igir rendah dengan permukaan air yang datar, sejajar sama lain dan sejajar pantai. Tak terdapat aliran permukaan dan erosi. Pada kawasan terbukti bentuknya sesuai garis tinggi.

d. Hutan bakau, memiliki rona sangat hitam karena daya pantul terhadap cahaya rendah, ketinggian pohon seragam dan tumbuh pada pantai yang becek, tepi sungai atau peralihan air payau.

e. Hutan rawa, memiliki rona dan tekstur tidak seragam. Hal ini disebabkan karena ketinggian pohonnya berbeda. Terletak antara hutan bakau dengan hutan rimba di kawasan pedalaman.

2. Unsur bentang budaya

a. Jalan raya dan jalan kereta api

Jalan raya dan jalan kereta api memiliki bentuk memanjang, lebarnya seragam dan relative lurus. Tekstur halus serta rona yang kontras dengan daerah sekitar dan pada umumnya cerah.

b. Terowongan dan jembatan

1. Pada terowongan Nampak seperti jalan atau jalan kereta api yang tiba-tiba hilang pada satu titik dan timbul lagi pada titik lain.

(22)

2. Pada jembatan Nampak adanya sungai atau saluran irigasi yang menyilang jalan, terdapat bayangan karena perbedaan tinggi antara jembatan dengan sungai.

c. Rumah permukiman

1) Rumah mukim berbentuk empat persegi panjang, terdapat bayangan di tengah-tengah bagian atapnya, terletak di dekat jalan dan ukuran rumah relative kecil

2) Gedung sekolah bentuknya seperti I, L atau U dengan halaman yang teratur dan bersih serta luas.

3) Rumah sakit merupakan bangunan seragam, besar dan memanjang, pola teratur dengan deretan bangunan yang terpisah satu sama lain yang dihubungkan oleh bangunan penghubung. Memiliki halaman yang luas untuk parker dan letaknya di tepi jalan.

4) Pabrik/industri memiliki gedung dengan ukuran besar dan pada umumnya memanjang, beberapa gedung sering bergabung dengan jarak yang dekat (rapat). Terletak di pinggir jalan , terdapat tempat bongkar muat barang, kadang-kadang nampak tangki air/bahan bakar, cerobong asap dan sebagainya.

5) Pasar memiliki bentuk dan ukuran gedung yang teratur dan seragam. Pola teratur dengan jarak rapat, terletak di tepi jalan besar dan nampak konsentrasi kendaraan bermotor dan tidak bermotor.

d. Tanah pertanian dan perkebunan

1) Sawah berupa petak-petak persegi panjang pada daerah datar, pada daerah miring bentuk petak mengikuti garis tinggi. Sering nampak saluran

(23)

irigasi. Jika pada sawah tersebut terdapat tanaman padi, memiliki tekstur yang halus dengan rona gelap pada usia tua. Jika ditanami tebu, tekstur lebih kasar dari padi dan tampak jalur lariknya. Tekstur dan rona nampak seragam pada kawasan yang luas.

2) Perkebunan karet memiliki jalur lurus dengan tinggi pohon seragam, jarak tanaman dalam jalur teratur demikian juga jarak antar jalur. Tekstur mirip beledu dengan rona yang gelap.

3) Perkebunan kopi tampak sebagai deretan lurus titik-titik hitam dan latar belakang cerah. Pohon pelindung lebih tinggi dan lebih jarang.

4) Perkebunan kelapa memiliki pola yang teratur dengan rona yang cerah dan terdapat pada daerah yang mudah meresap air dengan curah hujan yang cukup banyak. Tajuk pohon berbentuk bintang.

5) Perkebunan kelapa sawit memiliki tajuk yang rapat dan berbentuk bintang, teksturnya lebih halus dari tanaman kelapa, (laurentius, 2013). Monogram adalah suatu tema atau bentuk yang dibuat untuk melengkapi atau mengkombinasikan dua bentuk citra atau beberapa grafik kedalam satu symbol. Jenis objek yang ditaksir dalam menyusun monogram ini adalah kelas potensi penutupan tajuk, kelas diameter tajuk dan jumlah pohon pada citra digital resolusi tinggi. Penyusunan monogram digunakan sebagai penyajian gambar dari hasil analisis atau interpretasi citra sehingga dapat dilihat perbandingan kelas potensi dilapangan dengan di citra. Dalam penafsiran monogram juga membedakan atas warna, tekstur, rona, dan pola serta bentuk yang terlihar secara visual pada citra landsat, sehingga membantu dalam penentuan jenis tutupan lahan.

Referensi

Dokumen terkait

Tipe paling umum dari mesin ini adalah mesin pembakaran dalam putaran empat stroke yang membakar bensin. Pembakaran dimulai oleh sistem ignisi yang membakaran spark

Untuk mendukung peralatan dalam suatu gedung distribusi Listrik merupakan salah satu rangkaian penting dalam melayani kebutuhan energi listrik, dimulai dari pembangkit

This research aims to find out the typical categories of answers to Yes/No questions most used by students at selected Public Senior High Schools in Medan,

Adanya Peniruan identitas dan pembajakan yang dilakukan dalam sistem komputer misalnya sengaja dilakukan oleh para pembajak merupakan usaha dan kemampuan yang

Ada 30 variabel yang diajukan oleh peneliti berkaitan dengan manfaat dan kekurangan dalam penerapan SMM, ternyata responden menyatakan bahwa manfaat yang secara signifikan

11 Jarak antar sel lebih besar, akar lebih pendek dan rasio akar/tajuk lebih rendah dan pada tanaman legume,bintil akar lebih sedikit dan lebih kecil.. Bila

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD N 1 Sidabowa, sedangkan untuk sampelnya diambil seluruh siswa kelas VA sebagai kelas kontrol

Sehingga perlunya suatu bentuk kegiatan pendampingan masyarakat untuk lebih memasyarakatkan tanaman obat keluraga (TOGA) ini sebagai suatu bentuk kemandirian