• Tidak ada hasil yang ditemukan

EDUKASI KESEHATAN REPRODUKSI DAN PERILAKU HIDUP SEHAT SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN STATUS KESEHATAN DI LINGKUNGAN PONDOK PESANTREN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EDUKASI KESEHATAN REPRODUKSI DAN PERILAKU HIDUP SEHAT SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN STATUS KESEHATAN DI LINGKUNGAN PONDOK PESANTREN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

EDUKASI KESEHATAN REPRODUKSI DAN PERILAKU HIDUP SEHAT SEBAGAI UPAYA

PENINGKATAN STATUS KESEHATAN DI LINGKUNGAN PONDOK PESANTREN

Khairun Nisa Berawi1,7, Lusmelia Afriani2, Siti Khoriah3, Nisa Karimah4, Ahmad Aulia Fadly5,

Aina Salsabila Muslim6, Dewi Ayu Puspaningrum7

1,4,5,6Program Studi Sarjana Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Fakultas Tehnik2, Fakultas Hukum3,

Program Pasca Sarjana Magister Ilmu Lingkungan, Universitas Lampung e-mail: khairun.nisa@fk.unila.ac.id

Abstract

Education in adolescence is a measure of character building, health, behavior and thinking patterns of children in adulthood where adolescence is said to be a transitional period, a period of change, a period of trouble, a period of searching for identity and a period of irrationality, so understanding healthy behavior is an activity. which must be done by all parties, including the boarding school environment. The implementation of community service activities (PKM) is carried out by providing education and training on clean and healthy living behaviors, which can provide increased awareness of healthy behaviors to reduce the risks caused by ignoring the cleanliness of the body and the environment. The method used is education through health behavior counseling and training targeted at students of the Minhadlul Ulum Islamic Boarding School (Ponpes), Tegineneng District, Pesawaran Regency and the Faculty of Medicine, University of Lampung. PKM is carried out with two activities where the first activity begins with providing education by the resource person, the second activity is a demonstration of healthy behavior and training on health checks and first aid in accidents to 50 participants representing Islamic boarding school students, and held in the Minhadlul Ulum Islamic Boarding School hall. PKM activities produce students who are expected to become role models for healthy behavior in the boarding school environment and the boarding school health post guidebook as a vehicle for sustainable education on healthy behavior in the boarding school environment.

Keywords: education, reproductive health, healthy behavior of young students Abstrak

Pendidikan di masa remaja merupakan tolak ukur pada pembentukan karakter, kesehatam, perilaku dan pola berfikir anak di masa dewasa dimana usia remaja dikatakan sebagai periode peralihan, periode perubahan, periode bermasalah, periode pencarian identitas dan periode tidak ralistis, sehingga pemahaman mengenai perilaku sehat merupakan kegiatan yang wajib untuk dilakukan oleh semua pihak, termasuk lingkungan pondok pesantren. Pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat (PKM) dilaksanakan dengan memberikan edukasi dan pelatihan perilaku hidup bersih dan sehat dapat memberikan peningkatan kesadaran perilaku sehat untuk menurunkan risiko yang ditimbulkan dengan mengabaikan kebersihan lingkungan tubuh maupun lingkungan. Metode yang digunakan adalah dengan edukasi melalui penyuluhan dan pelatihan perilaku kesehatan yang ditargetkan kepada santri Pondok Pesantren (ponpes) Minhadlul Ulum, Kecamatan Tegineneng, Kabupaten Pesawaran dan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. PKM dilaksanakan dengan

(2)

dua kegiatan diimana kegiatan pertama diawali dengan pemberian edukasi oleh narasumber, kegiatan kedua merupakan demontrasi perilaku sehat dan pelatihan pemeriksaan kesehatan dan pertolongan pertama pada kecelakaan pada 50 peserta santri ponpes yang mewakili, dan dilaksanakan di aula Ponpes Minhadlul Ulum. Kegiatan PKM menghasilkan para siswa yang diharapkan menjadi role model perilaku sehat di lingkungan ponpes dan buku panduan pos kesehatan pesantren sebagai wahana edukasi berkelanjutan perilaku sehat di lingkungan pondok pesantren.

Kata Kunci : edukasi, kesehatan reproduksi, perilaku sehat remaja santri

PENDAHULUAN

Pesantren merupakan salah satu tempat yang menjadi bagian dari pengaruh utama dalam kehidupan seorang remaja santri, tak hanya keluarga dan lingkungan sekitarnya. Pada tahun 2030, berasarkan siaran pers oleh BAPPENAS tanggal 22 Mei 2017, Indonesia diprediksi akan menalami era bonus demograf, yaitu dimana penduduk usia produktif (15-64 tahun) akan lebih banyak dari yang tidak produktif. Untuk mendapatkan keuntungan dari hal ini otomatis membutuhkan persiapan calon SDM pembangunan itu sendiri dengan meningkatkan kualitas pendidikan di kalangan remaja. Pelajar notabene masuk dalam golongan remaja yang akan menjadi penerus bangsa pada hal ini termasuk para santri di pondok pesantren perlu diberikan peningkatan pengetahuan dan pemahaman tentang pentingnya menjaga kesehatan diri termasuk kesehatan reproduksi dan membangun perilaku sehat dalam upaya meningkatkan kualitas dirinya. Kegiatan PKM ini juga berlandaskan pada Peraturan Menteri Kesehatan (PERMENKES) Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan dan Pembinaan Pos Kesehatan Pesantren tentang kebijakan negara dalam bidang kesehatan yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024 diantaranya yaitu 1) Peningkatkan Kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, dan kesehatan reproduksi, 2) Percepatan Perbaikan Gizi Masyarakat, 3) Peningkatan Pengendalian Penyakit, 4) Penguatan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat, 5) Peningkatan Pelayanan Kesehatan dan Pengawasan Obat dan Makanan. Memberikan pembinaan kesehatan kepada para santri seperti pengetahuan tentang kesehatan dan membangun perilaku sehat termasuk aspek reproduksi dan PHBS (Pola Hidup Bersih dan Sehat) serta melakukan gerakan go green merupakan tanggung jawab bersama antara negara, masyarakat dan pondok pesantren itu sendiri dalam upaya membangun generasi penerus bangsa (Bella,S.M & Istihanah,F, 2017; BKKBN, 2013; Kemenkes RI, 2015; Syafe’i I, 2017; Wulandari, 2012).

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), remaja adalah orang yang berusia 12 hingga 24 tahun. Masa remaja merupakan peralihan dari kanak-kanak menjadi dewasa. Remaja perlu memiliki pengetahuan seputar kesehatan reproduksi untuk membangun perilaku sehat yang dapat tidak hanya untuk menjaga kesehatan dan fungsi organ tersebut, tetapi juga membangun perilaku sehat pada remaja untuk menghindari melakukan hal-hal yang tidak merugikan. Pemahaman yang salah akan menyebabkan remaja bertendensi melakukan hal-hal yang merugikan dirinya, termasuk kurangnya kesadaran diri untuk menjaga kesehatan termasuk kesehatan reproduksi. Kesehatan reproduksi yang terganggu baik dari aspek kesehatan organnya, fungsinya ataupun perilakunya pada akhirnya akan mengganggu proses regenerasi jangka panjang bagi bangsa kita, dan bonus demografi yang seharusnya memberikan banyak keuntungan tidak kita dapatkan. Memiliki pengetahuan yang tepat terhadap proses reproduksi,

(3)

serta cara menjaga kesehatannya, diharapkan mampu membuat remaja lebih bertanggung jawab dan membentuk perilaku sehat bagi dirinya (Hidayati,K.B, 2016; Maolinda,N., 2012; Notoatmodjo,S., 2007; Nursal, DGA., 2008;Triyanto, E.,, 2013; Utomo, I.D., 2009).

Pesantren juga merupakan tempat dimana remaja santri diberikan berbagai macam pengetahuan, sikap dan perilaku yang dilakukan dibawah pengawasan para guru. Selain itu pesantren juga lingkungan sosial yang yang berpengaruh terhadap perkembangan para santri itu sendiri, oleh karenanya penanaman sikap mencintai lingkungan serta melakukan gerakan go

green sangat perlu ditanamkan sejak usia dini dan remaja, agar terbentuknya rasa memelihara

dan rasa memiliki serta rasa menghargai terhadap sumber daya alam yang ada lingkungan sekitar, dengan situasi lingkungan yang bersih pula dapat menimbulkan perasaan nyaman, konsentrasi yang semakin meningkat pada para remaja santri sehingga proses belajar-mengajar akan menjadi lebih efektif (Hermiyanty, 2016; Nizarani, N., 2020; Nisa, K., 2020., Alwi,, BM., 2013; Pakasi, TD, 2013; Setiawan,D., 2013).

METODE

Pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat (PKM) dilakukan pada bulan Oktober 2020, di Pondok pesantren Minhadlul Ulum, Desa Trimulyo, Kecamatan Tegineneng, Kabupaten Pesawaran dan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Pelaksanaan kegiatan ini menggunakan metode edukasi dengan bantuan audiovisual yang disampaikan oleh Dr. dr. Khairun Nisa, M.Kes AIFO selaku narasumber dari Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dan tim PKM, serta kegiatan praktik kesehatan ditunjukkan oleh seluruh tim PKM kepada 50 peserta santri PP Minhadlul Ulum yang mewakili para santri Ponpes dari semua jenjang pendidikan, Ibtidaiyah (SD), Tsanawiyah (SMP), dan Aliyah (SMA dan SMK). Adapun tahapan pelaksanaan kegiatian ini dimulai dari persiapan dimana tim PKM melakukan survei dan koordinasi dengan pihak terkait dan pengelola pendok pesantren. Diidentifkasi bahwa masalah kesehatan di lingkungan pesantren masih menjadi hal yang memerlukan solusi dan pengelolaan berkelanjutan.

Kegiatan PKM dilanjutkan dengan pelaksanaan edukasi mengenai perilaku sehat remaja santri yang terbagi menjadi 2 bagian kegiatan, yaitu:

Kegiatan 1

Tim PKM memberikan edukasi tentang pentingnya menjaga kesehatan termasuk kesehatan reproduksi dan membangun perilaku sehat remaja santri di lingkungan pesantren yang kemudian diikuti oleh sesi diskusi.

Kegiatan 2

Tim PKM melakukan pelatihan dan simulasi dalam beberapa sesi -Pelatihan Kesehatan khususnya kesehatan reproduksi -Pelatihan personal hygiene

-Pelatihan pertolongan pertama

-Pelatihan Pola hidup Bersih dan Sehat dan Sanitasi Lingkungan

Masing-masing kegiatan diberikan pre-test dan pos-test sebagai bentuk evaluasi penilaian yang mengidentifikasikan keberhasilan edukasi yang diberikan kepada peserta santri. Selanjutnya, hasil dari pelaksanaan disusun oleh seluruh tim PKM dalam bentuk laporan yang akan diberikan kepada internal organisasi dan mitra terkait.

(4)

Remaja menjadi target komunitas yang perlu untuk mendapatkan informasi yang tepat. Edukasi kesehatan remaja maupun perilaku sehat dan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan termasuk kesehatan reproduksi. Kesehatan reproduksi remaja baik aspek fungsi, proses, dan sistem reproduksi remaja menjadi informasi yang bisa membangun perilaku sehat remaja. Sehat yang dimaksudkan tidak hanya semata-mata bebas dari penyakit atau dari cacat saja, tetapi juga sehat baik fisik, mental maupun sosial. Penelitian menunjukkan bahwa kebersihan organ intim yang tidak terjaga bisa memicu terjadinya infeksi yang mengakibatkan penyakit kelamin.

Pelaksanaan kegiatan ini didukung oleh ibu rektor selaku ketua Dharma Wanita Universitas Lampung dan pimpinan PP Minhadlul Ulum yaitu Gus Amin Udin el-Hady,S.H.I, M.Pd.I yang bekerja sama dengan ibu Dr. dr. Khairun Nisa, M.Kes AIFO selaku narasumber dan ketua dari kegiatan PKM ini beserta anggota tim lainya. Edukasi Kesehatan termasuk kesehatan reproduksi dan perilaku sehat merupakan bentuk mendidik santri pondok dalam mengelola kebersihan diri dan lingkungan pesantren dalam upaya meningkatkan kualitas proses pembelajaran di ponpes.18

Pelaksanaan edukasi pada kegiatan pertama dilakukan pada tanggal 15 Oktober 2020, diikuti 50 peserta yang bertempat di aula PP Minhadlul Ulum, Pesawaran. Materi diberikan mengenai kesehatan termasuk kesehatan reproduksi serta diikuti dengan sesi tanya jawab oleh peserta dan narasumber. Tim PKM juga berkoordinasi dengan pengelola untuk memfasilitasi pembentukan tim kesehatan pesantren yang dibantu dari siswa siswi santri terpilih dari hasil kegiatan PKM ini, yang bisa membantu pengawasan dan peningkatan perilaku sehat di lingkungan pondok pesantren dengan pengawasan dokter dari tim PKM sendiri. Evaluasi proses juga kami lakukan selama kegiatan dengan membandingkan jumlah peserta yang hadir dengan jumlah tanya jawab dan jalannya diskusi dengan rasio 50:18.

Gambar 2. Kegiatan Pertama Pemberian edukasi oleh tim PKM

Proses pelatihan, dilaksanakan pada hari Minggu 18 Oktober 2020 di PP PP Minhadlul Ulum dimulai dengan peserta mengisi daftar hadir yang kemudian dilanjutkan dengan pre-test

(5)

mengenai perilaku sehat termasuk kesehatan reproduksi, pola hidup bersih dan sehat, sanitasi lingkungan dan pertolongan pertama pada kecelakaan pada 50 peserta santri pondok, dan didapatkan rerata nilai 56.

Gambar 3. Kegiatan Kedua Pelatihan kesehatan

Kegiatan kedua diakhiri dengan evaluasi akhir yaitu memberikan post-test kepada peserta yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang sama dengan pre-test. Skor pre-test dibandingkan dengan skor nilai post-test untuk menilai ada tidaknya peningkatan pengetahuan peserta. Hasil post-test menunjukkan peningkatan pengetahuan peserta. Pada saat post-test kegiatan kedua nilai rata-rata peserta adalah 78. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan peserta, yang dapat diartikan bahwa adanya peningkatan pengetahuan peserta pada kegiatan yang dilaksanakan dan tujuan dari kegiatan ini berhasil. Masing-masing kegiatan ditutup dengan foto bersama yang dapat dilihat pada gambar 4. Tim PKM juga mendapatkan 12 santri terpilih yang akan mendapat pelatihan kesehatan di laboratorium klinik Fakultas Kedokteran Universitas Lampung sebagai tindak lanjut PKM dalam upaya pembentukan unit kesehatan pesantren Minhadlul Ulum.

(6)

Gambar 4. Foto Bersama

PKM juga menghasilkan buku pedoman pelatihan yang berjudul “Pos Kesehatan Pesantren” sebagai wahana edukasi berkelanjutan khususnya bagi para peserta santri.

Gambar 5. Buku pedoman pelatihan KESIMPULAN DAN SARAN

Hasil PKM bagi para santri PP Minhadlul Ulum, dari tingkat MI, MTS, MA dan SMK dinilai mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para santri mengenai bagaimana membangun sikap dan perilaku sehat sebagai remaja santri di lingkungan pondok dan nuku yang disusun dapat menjadi media edukasi berkelanjutan bagi santri. Kegiatan PKM ini diharapkan berdampak dengan peningkatan kualitas pembelajaran di lingkungan pondok pesantren.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terimakasih disampaikan kepada LPPM UNILA yang telah mendanai dan pengurus Dharma Wanita universitas Lampung yang ikut mendukung keterlaksanaan kegiatan PKM ini.

REFERENSI

Alwi, B.M. (2013) Pondok Pesantren: Ciri Khas, Perkembangan, dan Pendidikannya. Jur. Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan. 16(2).

Bella, S.M. & Istianah, F. (2017) Pendidikan Seksualitas Sejak Dini sebagai Upaya Menghindarkan Anak-Anak Usia Sekolah Dasar dari Penyimpangan Seksualitas. Jurnal Penelitian

Pendidikan Guru Sekolah Dasar. 5.

BKKBN (2013) Bimbingan Teknis Kesehaan Reproduksi dan Seksualitas yang Komprehensif. BKKBN.

(7)

Hermiyanty., Hasanah. & Setiawan, H. (2016) Implementasi Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja dalam Kurikulum Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Menengah Atas Kota Palu. Jurnal Kesehatan Tadulako. 2.

Hidayati, K.B. & Farid, M. (2016) Konsep Diri, Adversity Quotient dan Penyesuaian Diri pada Remaja. Jurnal Psikologi Indonesia. 5(2).

Kementrian Kesehatan RI, (2015) Infodatin Pusat Data dan Informasi Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementrian Kesehatan, Kementrian Agama, United Nations Population Fund (UNFPA). (2014) Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi untuk

Peserta Didik SMP/MTs dan Sederajat. Jakarta.

KPAI (2016) Rincian Data Kasus Berdasarkan Klaster Perlindungan Anak, 2011-2016.

Maolinda, N., Sriati, A. & Maryati, I. (2012) Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Siswa Terhadap Pendidikan Kesehatan Reproduksi. The Indonesian Journal of Public Health. 13(1).107-118

Nizarani, N., Kristiawan, M. & Sari, A.P. (2020) Manajemen Pendidikan Karakter Berbasis Pondok Pesantren. Jurnal Intelektualita: Keislaman, Sosial dan Sains. 9(1).

Nisa, K. & Chotimah, C. (2020) Pengembangan kurikulum pondok pesantren. Jur.Penelitian

Pendidikan, Agama dan Kebudayaan STAI Hasanuddin Pare Kediri. 6(1).

Notoatmodjo, S. (2007) Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rineka Cipta. Jakarta.

Nursal, D. G. A. (2008) Faktor-Faktor yang Berhubungan denganPerilaku Seksual Murid SMU Negeri di Kota Padang Tahun 2007. Jurnal Kesehatan Masyarakat.

Pakasi, T.D. &Kartikawati, R. (2013) Antara Kebutuhan dan Tabu: Pendidikan Seksualitas dan Kesehatan Reproduksi bagi Remaja di SMA. Jurnal Makara Seri Kesehatan. 17.

Setiawan, D. (2013) Peran Pendidikan Karakter Dalam Mengembangkan Kecerdasan Moral.

Jurnal Pendidikan Karakter. 3(1).

Syafe’i, I. (2017) Pondok Pesantren:Lembaga Pendidikan Pembentukan Karakter. Jurnal

Pendidikan Islam. 8.

Triyanto, E., Anitah, S. & Suryani, N. (2013) Peran Kepemimpinan Kepaia Sekoiah daiam Pemanfaatan Media Pembelajaran sebagai Upaya Peningkatan Kuautas Proses Pembelajaran. Jurnal Teknologi Pendidikan. 1(2).

Utomo, I.D. & McDonald, P. (2009) Adolescent reproductive health in Indonesia: contested values and policy inaction. Studies in Family Planning Journal. 40 (2).

Wulandari, V.F., Nirwana, H. & Nurfarhanah. (2012) Pemahaman SiswaMengenai Kesehatan Reproduksi Remaja Melalui Layanan Informasi. Jurnal Ilmiah Konseling. 1(1).

Gambar

Gambar 2. Kegiatan Pertama Pemberian edukasi oleh tim PKM
Gambar 3. Kegiatan Kedua Pelatihan kesehatan
Gambar 4. Foto Bersama

Referensi

Dokumen terkait

Dengan adanya software database Perpustakaan ini ditujukan agar petugas perpustakaan tidak lagi menggunakan cara manual dalam melakukan proses kegiatan perpustakaan, dimulai dari

Proposisi Nilai, dijelaskan bahwa disaat orang tua lanjut usia melakukan sesuatu yang positif (memberi dukungan, perhatian, merawat) kepada sang anak, maka di kemudian

Proses penelitian meliputi pengukuran dan perhitungan kapasitas pemipilan, tingkat kebersihan, persentase biji jagung rusak, serta konsumsi bahan bakar pada tiga

Hasil uji F pada analisis ragam menunjukkan bahwa varietas berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman umur 15 dan 45 HST, jumlah polong bernas per tanaman, jumlah

banyak faktor yang mempengaruhi intensi berwirausaha pada mahasiswa. Karena keterbatasan biaya, tenaga, dan waktu, maka

Metodologi penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dan pengambilan sampel dengan teknik sensus sampling pada 75 orang aparat pengawas intern

Pengamatan pola distribusi hama PBKo secara vertikal menunjukkan bahwa ada kecenderungan tingkat serangan maupun populasi hama lebih tinggi pada bagian bawah pohon,

Perintah SBB akan mengurangkan nilai Tujuan dengan Asal dengan cara yang sama seperti perintah SUB, kemudian hasil yang didapat dikurangi lagi dengan Carry