• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT PENGEMBANGAN WILAYAH INDUSTRI II TAHUN 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT PENGEMBANGAN WILAYAH INDUSTRI II TAHUN 2016"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA

INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP)

DIREKTORAT PENGEMBANGAN WILAYAH

INDUSTRI II

TAHUN 2016

DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN

PERWILAYAHAN INDUSTRI

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

(2)

i Kata Pengantar

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas berkat dan rahmatNya Direktorat Pengembangan Fasilitasi industri Wilayah II dapat menyelesaikan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2016. Salam shalawat tercurah pada Rasululloh Muhammad SAW.

Dasar hukum penyusunan LAKIP diantaranya adalah Perpres No. 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah,Permen PAN dan RB No. 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan tatacara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Perindustrian No 150/M-IND/PER/12/2011 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah di Lingkungan Kementerian Perindustrian.

Laporan ini merupakan pertanggungjawaban Direktorat Pengembangan Wilayah Industri II atas pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya dalam membantu Direktorat Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri, sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 107/M-IND/PER/11/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian.

Dengan dukungan alokasi anggaran (DIPA) Tahun Anggaran 2016 telah dilaksanakan berbagai program pembangunan guna merealisasikan target-target pengembangan perwilayahan industri di Sumatera dan Kalimantan sebagaimana ditetapkan dalam Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri dan Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Pengembangan Wilayah Industri II.

Melalui LAKIP ini, kami berharap dapat memberikan gambaran obyektif tentang kinerja Direktorat Pengembangan Wilayah Industri II tahun 2016, selain itu laporan ini diharapkan juga dapat menjadi acuan yang berkesinambungan dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan pada tahun mendatang.

Kepada semua pihak yang telah terlibat dalam proses penyusunan laporan ini, baik dalam bentuk kontribusi data, kontribusi penulisan laporan, maupun bentuk kontribusi lainnya kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Jakarta, Januari 2017

DIREKTUR PENGEMBANGAN WILAYAH INDUSTRI II

(3)
(4)

i IKHTISAR EKSEKUTIF

LAKIP Direktorat Pengembangan Wilayah Industri II Tahun 2016 disusun sebagai akuntabilitas kinerja atas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi sebagaimana Perpres No. 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

Rencana Strategis (Renstra) menetapkan sasaran yang menjadi Indikator Kinerja Kunci bagi Direktorat Pengembangan Wilayah Industri II pada tahun tertentu. Sasaran tersebut mempunyai target masing-masing, dimana pelaksanaannya didukung oleh anggaran yang tersedia di dalam DIPA.

Pagu Awal Sebesar Rp.159.360.147.000,- (Seratus lima puluh sembilan milyar tiga ratus enam puluh juta seratus empat puluh tujuh ribu rupiah), yang meliputi program utama dan program penunjang. Anggaran tersebut kemudian terkena penghematan anggaran self blocking sebesarRp 83.579.239.000.- (delapan puluh tiga milyar lima ratus tujuh puluh sembilan juta dua ratus tiga puluh sembilan ribu rupiah) sehingga pagu berkurang menjadi sebesar Rp 75.780.908.000 (tujuh puluh lima milyar tujuh ratus delapan puluh rjuta sembilan ratus delapan ribu rupiah)

Berdasarkan Pengukuran Kinerja yang dilaksanakan, rata-rata nilai capaian kinerja adalah sebesar 106,36 %. Nilai capaian tersebut telah menunjukkan bahwa program kerja Direktorat Pengembangan Pengembangan Wilayah Industri II telah dilaksanakan sesuai dengan sasaran dan capaian IKU sesuai target yang ditetapkan.

Untuk meningkatkan kinerja dalam mendukung sasaran yang telah ditetapkan dan pelayanan bagi stakeholder terkait, perlu kiranya dilakukan perbaikan terutama melakukan pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia di lingkungan Direktorat Pengembangan Wilayah Industri II.

Dari sisi keuangan diharapkan pula adanya pembenahan dalam upaya pencai ran dana yang selama ini mengalami berbagai hambatan serta bagi penanggung jawab kegiatan lebih meningkatkan pertanggungjawaban kegiatan yang telah dilaksanakan.

Mulai Tahun 2017 penyusunan LAKIP mengacu pada Renstra PWI II yang baru. Renstra baru tersebut lebih fokus dan lebih sederhana daripada saat ini.

(5)

ii DAFTAR ISI

Kata Pengantar... i

Ikhtisar Eksekutif ... ii

Daftar Isi ... iii

Daftar Tabel ... iv

Daftar Gambar ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Tugas Pokok dan Fungsi... 1

B. Struktur Organisasi ... 1

C. Latar Belakang Kegiatan/Program ... 2

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. Rencana Strategis Direktorat Pengembangan Wilayah Industri II.... 4

1. Visi dan Misi ... 4

2. Tujuan dan Sasaran ... 5

3. Arah Kebijakan dan Strategi Direktorat PWI II ... 6

B. Rencana Kinerja ... 10

1. Sasaran... 10

2. Indikator Kinerja Utama ... 11

C. Rencana Anggaran ... 14

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. Analisis Capaian Kinerja ... 17

B. Akuntabilitas Keuangan ... 57

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 60

B. Saran ... 61

(6)

iii DAFTAR TABEL

Tabel 1. Daerah-daerah yang ditetapkan sebagai WPPI ... 7

Tabel 2. Indikator Kinerja Utama Sasaran Strategis Dit. PWI II Tahun 2016 . 12 Tabel 3. Program Kegiatan Direktorat Pengembangan Wilayah Industri II Tahun 2016 ... 15

Tabel 4. Capaian IKU I dari Meningkatnya penyebaran dan pemerataan industri di Wilayah Sumatera dan Kalimantan ... 18

Tabel 5. Capaian IKU II dari Meningkatnya penyebaran dan pemerataan industri di Wilayah Sumatera dan Kalimantan... 19

Tabel 6. Capaian IKU III dari Meningkatnya penyebaran dan pemerataan industri di Wilayah Sumatera dan Kalimantan... 20

Tabel 7. Capaian IKU IV dari Meningkatnya penyebaran dan pemerataan industri di Wilayah Sumatera dan Kalimantan... 21

Tabel 8. Jumlah industri Pengolahan Besar dan Sedang, Jawa dan Luar Jawa, 2010-2016... 21

Tabel 9. Capaian IKU V dari Meningkatnya penyebaran dan pemerataan industri di Wilayah Sumatera dan Kalimantan) ... 22

Tabel 10. Capaian IKU VI dari Meningkatnya penyebaran dan pemerataan industri di Wilayah Sumatera dan Kalimantan) ... 23

Tabel 11. Pertumbuhan Sektor Industri Manufaktur di Jawa dan Luar Jawa ... 24

Tabel 12. Pertumbuhan Sektor Industri Manufaktur di Wilayah II... 25

Tabel 13 Capaian IKU VII dari Meningkatnya penyebaran dan pemerataan industri di Wilayah Sumatera dan Kalimantan) ... 26

Tabel 14. Capaian IKU VIII dari Meningkatnya penyebaran dan pemerataan industri di Wilayah Sumatera dan Kalimantan) ... 27

Tabel 15. Investasi PMDN dan PMA Tahun 2016 Menurut Provinsi di Wilayah Sumatera dan Kalimantan ... 28

Tabel 16. Investasi PMDN Tahun 2016 terhadap nasional di Wilayah II... 29

Tabel 17. Investasi PMA Tahun 2016 menurut provinsi di Wilayah II ... 29

Tabel 18. Investasi PMA Tahun 2016 di Wilayah II... 30

Tabel 19. Capaian IKU IX dari Meningkatnya penyebaran dan pemerataan industri di Wilayah Sumatera dan Kalimantan) ... 30

Tabel 20. Capaian IKU IX dari Meningkatnya penyebaran dan pemerataan industri di Wilayah Sumatera dan Kalimantan) ... 31

(7)

iv Tabel 21. Share Sektor Industri Pengolahan terhadap PDRB di Wilayah II ... 32 Tabel 22. Capaian IKU dari Tumbuh dan Berkembangnya Wilayah Pusat

Pertumbuhan Industri (WPPI) di Wilayah Sumatera dan Kalimantan ... 32 Tabel 23. Capaian IKU dari Tumbuh dan Berkembangnya Kawasan Industri

di Wilayah Sumatera dan Kalimantan... 37 Tabel 24. Capaian IKU dari Tumbuhnya Sentra Industri Kecil dan Industri

Menengah (SIKIM) di Wilayah Sumatera dan Kalimantan ... 43 Tabel 25. Capaian IKU dari Berkembangnya industri di daerah melalui

Penyusunan Rencana Pembangunan Industri Provinsi/ Kabupaten/Kota di Wilayah Sumatera dan Kalimantan... 47 Tabel 26. Capaian IKU dari Berkembangnya industri di daerah tertinggal,

terdepan, terluar dan pasca konflik di Wilayah Sumatera dan Kalimantan ... 52 Tabel 27. Capaian IKU dari Forum kegiatan/koordinasi/monev/ pembinaan

pengembangan fasilitasi industri di daerah Wilayah II... 55 Tabel 28. Realisasi Anggaran Direktorat PWI II Tahun 2016 ... 58

(8)

v DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur Organisasi Direktorat Pengembangan

Pengembangan Wilayah Industri II ... 2 Gambar 2. Pertumbuhan Sektor Industri Manufaktur Tahun 2010-2016 ... 25 Gambar 3. Pertumbuhan Rata-Rata Sektor Industri Manufaktur Tahun

(9)

2016

Direktorat Pengembangan Wilayah Industri II 1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Tugas Pokok dan Fungsi

Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat Perwilayahan Industri II (Sumatera dan Kalimantan) mengalami perubahan yang mendasar sejak adanya perubahan struktur organisasi. Perubahan ini menyebabkan juga adanya mismatch dan mislink dengan Rencana Kinerja Direktorat Pengembangan Fasilitasi Industri Wilayah I (Sumatera dan Kalimantan) Tahun 2016 yang di susun setahun sebelum program/kegiatan berjalan. Lebih jauh lagi perubahan ini memaksa Perjanjian Kinerja Direktorat PWI II untuk disesuaikan kembali. Namun demikian, sejumlah perubahan sudah diprediksi pada saat penyusunan Renkin tersebut. Pada saat itu, Undang-Undang No 3 Tahun 2014 Tentang Perindustrian telah berlaku. Selain itu juga draft Rencana Induk Pengembangan Industri Nasional masih dalam versi awal namun sudah dipahami bersama bahwa RIPIN ini akan menjadi landasan acuan bagi semua pengembangan industri, menggantikan Peraturan Presiden No 28 Tahun 2008 tenang Kebijakan Industri Nasional. Perlu di tambahkan bahwa pada saat Renkin disusun, Presiden terpilih Jokowi mencanangkan Nawacita. Ini juga harus diakomodir.

Semenjak dikeluarkannya Undang-undang No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian dan tersusunnya Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN), Direktorat Pengembangan Wilayah Industri II kini mempunyai tugas untuk melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengembangan wilayah industri di Sumatera dan Kalimantan.

Dalam melaksanakan tugas diatas, dibentuk 3 (tiga) unit subdirektorat yakni: Subdirektorat Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri II yang bertanggungjawab pada pengembangan WPPI di Sumatera dan Kalimantan, Subdirektorat Sentra Industri Kecil dan Menengah II yang bertanggungjawab pada pengembangan SIKIM di Sumatera dan Kalimantan, serta yang tidak mengalami perubahan tupoksi (hanya nomenklatur yang berbeda) adalah Sudirektorat Kawasan Industri II yang bertanggungjawab pada

(10)

2016

Direktorat Pengembangan Wilayah Industri II 2

pembangunan Kawasan Industri di Sumatera dan Kalimantan termasuk didalamnya adalah 7 (tujuh) Kawasan Industri Prioritas Nasional yakni: KI Jorong, KI Tanggamus, KI Landak, KI Kuala Tanjung, KI Sei Mangkei, KI Ketapang, dan KI Batu Licin.

A.1 Subdirektorat Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri II

Mempunyai tugas penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusuna n norma, standar, prosedur, dan kriteria serta bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengembangan Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri di Sumatera dan Kalimantan.

Dalam melaksanakan tugas diatas, Subdirektorat Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri II memiliki fungsi:

a) analisis dan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengembangan wilayah pusat pertumbuhan industri untuk wilayah Sumatera dan Kalimantan; b) analisis dan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,

penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengembangan kawasan peruntukan industri untuk wilayah Sumatera dan Kalimantan;

c) penyiapan bahan bimbingan teknis, pemantauan dan evaluasi di bidang pengembangan bidang pengembangan wilayah pusat pertumbuhan industri untuk wilayah Sumatera dan Kalimantan; dan

d) penyiapan bahan bimbingan teknis, pemantauan dan evaluasi di bidang pengembangan bidang pengembangan kawasan peruntukan industri untuk wilayah Sumatera dan Kalimantan.

Subdirektorat wilayah Pusat Pertumbuhan Indusri II terdiri atas 2 unit eselon IV: 1. Seksi Perencanaan dan Promosi Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri

mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan rencana induk pembangunan industri nasional, kebijakan industri nasional, dan pengembangan perwilayahan industri, penyiapan bahan pengembangan wilayah pusat pertumbuhan industri dan kawasan peruntukan industri, serta

(11)

2016

Direktorat Pengembangan Wilayah Industri II 3

penyiapan bahan promosi wilayah pusat pertumbuhan industri wilayah Sumatera dan Kalimantan

2. Seksi Fasilitasi Penyediaan Infrastruktur Industri mempunyai tugas melakukan bahan fasilitasi penyediaan infrastruktur industri dan pengembangan kerja sama teknis wilayah pusat pertumbuhan industri di wilayah Sumatera dan Kalimantan

A.2 Subdirektorat Kawasan Industri II

Mempunyai tugas penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pembangunan kawasan industri wilayah Sumatera dan Kalimantan.

Dalam melaksanakan tugas diatas, Subdirektorat Kawasan Industri menyelenggarakan fungsi:

a) Penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan rencana induk pembangunan industri nasional, kebijakan industri nasional, pengembangan perwilayahan industri, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta bimbingan teknis dan supervise perizinan kawasan industri wilayah Sumatera dan Kalimantan; dan

b) penyiapan bahan pembangunan kawasan industri, fasilitasi penyediaan infrastruktur penunjang kawasan industri, pengembangan kerja sama teknis kawasan industri wilayah Sumatera dan Kalimantan.

Subdirektorat Kawasan Industri terdiri atas 2 unit eselon IV:

1. Seksi Perencanaan dan Promosi Kawasan Industri mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan rencana induk pembangunan industri nasional, kebijakan industri nasional, pengembangan perwilayahan industri, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta bimbingan teknsi dan supervisi perizinan kawasan industri, serta promosi kawasan industri wilayah Sumatera dan Kalimantan

(12)

2016

Direktorat Pengembangan Wilayah Industri II 4

2. Seksi Fasilitasi dan Pembangunan Kawasan Industri mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pembangunan kawasan industri, fasilitasi penyediaan infrastruktur penunjang kawasan industri, dan pengembangan kerja sama teknis kawasan industri wilayah Sumatera dan Kalimantan.

A.3 Subdirektorat Sentra Industri Kecil dan Industri Menengah

Mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan rencana induk pembangunan industri nasional, kebijakan industri nasional, dan pengembangan perwilayahan industri, penyiapan pembangunan sentra industri kecil dan industri menengah, fasilitasi penyediaan infrastruktur pendukung sentra industri kecil dan industri menengah, pengembangan kerja sama teknis, serta promosi sentra industri kecil dan industri menengah wilayah Sumatera dan Kalimantan.

Dalam melaksanakan tugas diatas, Subdirektorat Sentra Industri Kecil dan Industri Menengah menyelenggarakan fungsi:

a) penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengembangan dan pembangunan sentra industri kecil dan industri menengah di Sumatera dan Kalimantan; dan

b) penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta bimbingan teknis dan evaluasi di bidang fasilitasi pengembangan dan promosi Sentra industri kecil dan industri menengah di wilayah Sumatera dan Kalimantan.

Subdirektorat Sentra Industri Kecil dan Industri Menengah II terdiri atas 2 unit eselon IV: 1. Seksi Perencanaan dan Promosi Sentra Industri Kecil mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengembangan infrastruktur pendukung sentra industri kecil dan industri menengah di Sumatera dan Kalimantan.

(13)

2016

Direktorat Pengembangan Wilayah Industri II 5

2. Seksi Fasilitasi dan Pembangunan Sentra Industri Kecil dan Industri Menengah mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pembangunan sentra industri kecil dan industri menengah, fasilitasi penyediaan infrastruktur pendukung sentra industri kecil dan industri menengah, pengembangan kerja sama teknis sentra industri kecil dan industri menengah wilayah Sumatera dan Kalimantan

A.4 Subbagian Program dan Tata Usaha

Mempunyai tugas melakukan urusan rencana, program, anggaran, evaluasi dan pelaporan kinerja, tata usaha,dan rumah tangga direktorat Struktur Organisasi

Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi seperti pada bagian A diatas, unit organisasi Direktorat Pengembangan Wilayah Industri II dibagi menjadi 3 (tiga) unit Eselon III, dengan struktur seperti pada Gambar 1.

Gambar 1. Struktur Organisasi Direktorat Pengembangan Wilayah Industri II

Direktur PWI II

Subdirektorat Pengembangan Wilayah Pusat Pertumbuhan

Industri II

Seksi Perencanaan dan Promosi Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri Seksi Fasilitasi Penyediaan Infrastruktur Industri Subdirektorat Pengembangan Kawasan Industri II

Seksi Perencanaan dan Promosi Kawasan Industri

Seksi Fasilitasi dan Pembangunan Kawasan

Industri

Subdirektorat Pengembangan Sentra Industri Kecil dan Industri

Menengah II

Seksi Perencanaan dan Promosi Sentra industri

Kecil dan Industri Menengah

Seksi Fasilitasi dan Pembangunan Sentra Industri Kecil dan industri

Menengah Subbagian Program dan

(14)

2016

Direktorat Pengembangan Wilayah Industri II 6 B. Latar Belakang Kegiatan/Program

Peranan sektor industri terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat sudah tidak diragukan lagi. Sektor industri memberikan efek berantai bagi sektor -sektor lain untuk tumbuh dan berkembang. Suatu industri akan memerlukan tenaga kerja dalam jumlan banyak sehingga mengurangi pengangguran. Para pekerja tersebut memerlukan kebutuhan sehari-hari sehingga menumbuhkan sektor perdagangan. Para pekerja memerlukan tempat tinggal sehingga menumbuhkan sektor properti.

Namun demikian pengembangan sektor industri memerlukan modal yang sangat besar. Infrastruktur dasar seperti jalan, peruntukan lahan, akses logistik (pelabuhan, dryport, bandara), bahan baku yang dijamin berkesinambungan, serta tenaga kerja yang terampil di bidang industri adalah hal-hal yang harus disiapkan. Berdasarkan itu, maka banyak pelaku industri lebih memilih berlokasi di Jawa karena persyaratan bagi pengembangan industri seperti yang disebut diatas lebih siap. Hal ini menimbulkan disparitas ekonomi antara Jawa dengan Luar Jawa menjadi sangat lebar.

Kalimantan dan Sumatera memiliki sumber daya alam yang jauh melimpah ketimbang Jawa, namun infrastruktur dasarnya terbatas. Bagi sektor swasta, kecuali untuk ekspolitasi bahan baku mentah, memerlukan investasi pada infrastruktur dasar yang jauh lebih besar dan sering kali tidak layak menurut perhitungan ekonomi perusahaan ketimbang dengan berinvestasi di Jawa. Maka dari itu diperlukan peran Pemerintah untuk menyiapkan infrastruktur dasar yang diperlukan untuk pengembangan industri di Kalimantan dan Sumatera. Sumatera lebih siap secara infrastruktur ketimbang Kalimantan sehingga pembagian komposisi pembiayaan bagi pengembangan industri akan juga proporsional. Lebih jauh dari itu, pertimbangan lain juga sangat mempengaruhi pengembangan suatu industri. Walaupun Kalimantan sangat kaya akan sumber daya alam, disisi lain ia juga merupakan paru-paru dunia. Dengan demikian pengembangan industri di Kalimantan akan lebih terbatas. Ini akan mempengaruhi soal statistik ekonomi mengenai sumbangsih Kalimantan di bidang industri terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Tidak semua wilayah dipaksakan untuk menumbuhkan sektor industrinya.

Pada kenyataannya, pembangunan industri di Sumatra dan Kalimantan selama ini telah mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kemajuan di daerah. Namun,

(15)

2016

Direktorat Pengembangan Wilayah Industri II 7

adanya perbedaan kondisi geografis, sumber daya alam, infrastruktur, sosial budaya dan kapasitas sumber daya manusia yang menyebabkan masih adanya kesenjangan dan ketimpangan pembangunan industri antar wilayah di Sumatera dan Kalimantan. Akibatnya, kesejahteraan masyarakat tidak selalu sama dan merata di seluruh wilayah. Kemajuan pembangunan industri di Sumatera hanya berada pada kawasan di Sumatra Utara, Kepulauan Riau, dan Sumatera Selatan. Sedangkan untuk Wilayah Kalimantan, pembangunan industri lebih terfokus pada Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan sebagian kecil Kalimantan Selatan sehingga terjadi disparitas yang tinggi antar wilayah di kedua pulau tersebut.

Rencana Induk Pengembangan Industri Nasional, yang merupakan penjabaran rencana pembangunan industri jangka panjang, memberikan amanah untuk melakukan pemerataan dan penyebaran industri keseluruh NKRI melalui perwilayahan industri dengan 4 mekanisme: 1. Mengembangan WPPI, 2. Membangun KI, 3. Mengelola tata ruang KPI, dan 4. Membangun SIKIM. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2015 dinyatakan bahwa pembangunan industri harus diarahkan pada industri yang mengolah Sumber Daya Alam, pembangunan industri yang memperkuat kemampuan pembangunan jaringan interaktif, komunikasi dan informasi, pengembangan industri yang mampu merespon dinamika pasar dalam negeri maupun global dan membangun industri yang memperkuat integrasi ekonomi nasional, kemandirian bangsa dan keberlangsungan industri ke depan.

Bercermin pada RIPIN dan RJPMN, maka salah satu misi pembangunan jangka panjang yang terkait dengan pengembangan wilayah adalah mewujudkan pemerataan dan penyebaran pembangunan industri berlandaskan potensi yang dimiliki oleh masing-masing wilayah. Pengembangan wilayah tersebut diarahkan untuk memantapkan penataan pengembangan perwilayahan industri dengan menekankan upaya pada peningkatan kualitas sumber daya alam yang berkelanjutan dan berdaya saing yang didukung infrastruktur yang memadai. Berdasarkan misi Kementerian Perindustrian tahun 2016 diantaranya mendorong peningkatan nilai tambah industri; memfasilitasi pembangunan infrastruktur industri; dan mendorong penyebaran pembangunan industri ke luar Jawa, yang dalam hal ini ke Sumatera dan Kalimantan.

(16)

2016

Direktorat Pengembangan Wilayah Industri II 8

Arah pembangunan industri kewilayahan yang hendak dicapai pada dasarnya merupakan upaya untuk meningkatkan daya saing industri, yang diharapkan dapat memberikan dampak positif, baik yang menyangkut penyerapan tenaga kerja, peningkatan investasi dan kredit yang digunakan, maupun dalam memberikan pendapatan bagi masyarakat lokal. Konsep dasar pengembangan industri kewilayahan dengan mengaitkan dan mensinergikan aspek utamanya, yaitu pembangunan kawasan industri dan sentra industri kecil dan industri menengah, ditunjang oleh grand-strategy konektivitas yang ada pada wilayah pusat pertumbuhan industri, serta pengembangan kawasan pruntukan industri.

Wilayah Sumatera dan Kalimantan memiliki prospek pengembangan industri dengan pendekatan kewilayahan jauh lebih maju ketimbang Kawasan Timur Indonesia, walaupun masih dibelakang Jawa. Sumatera dan Kalimantan, seiring dengan perubahan lingkungan strategis dan sebagai salah satu pusat kegiatan ekonomi nasional, diupayakan untuk dikembangkan potensi sumber daya yang ada. Pada dasarnya pembangunan sektor industri di daerah diserahkan kepada peran aktif sektor swasta, sementara pemerintah lebih banyak berperan sebagai fasilitator yang mendorong dan memberikan berbagai kemudahan bagi aktivitas-aktivitas sektor swasta, kecuali jika swasta tidak berminat.

(17)

2016

Direktorat Pengembangan Wilayah Industri II 9 BAB II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

Berdasarkan Inpres Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, disebutkan bahwa perencanaan strategis merupakan proses yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) tahun dengan memperhitungkan potensi, peluang, dan kendala yang ada atau mungkin timbul. Perencanaan strategis mengandung visi, misi, tujuan, sasaran, dan strategi (yang meliputi kebijakan, program, dan kegiatan yang realistis) dengan mengantisipasi perkembangan masa depan.

Direktorat Pengembangan Pengembangan Wilayah Industri II sebagai unit pada Direktorat Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri telah menyusun Rencana Strategis (Renstra) yang merupakan suatu dokumen perencanaan yang disusun untuk dijadikan sebagai alat bantu untuk memberikan arah kebijakan dan strategi pembangunan perwilayahan industri di Sumatera dan Kalimantan dengan melakukan perencanaan terpadu dan menyelaraskan pelaksanaan program, serta pengendaliannya untuk kurun waktu 2015-2019 yang telah direvisi pada awal tahun 2017, sehingga diharapkan mampu mendukung pencapaian tugas pokok dan fungsi Direktorat Pengembangan Wilayah Industri II, selain itu juga merupakan tolok ukur pencapaian sasaran dan kinerja.

A. Rencana Strategis Direktorat Pengembangan Fasilitasi Industri Wilayah II

Berdasarkan UU No 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian yang mengamanatkan bahwa pendekatan yang dilakukan dalam rangka pengembangan industri nasional dilakukan dengan mengkombinasikan 2 (dua) pendekatan yaitu pendekatan sektoral dan pendekatan spasial. Pendekatan sektoral dilaksanakan melalui pengembangan industri prioritas nasional sedangkan pendekatan spasial dilaksanakan melalui pengembangan perwilayahan industri. Pengembangan perwilayahan industri mencakup pengembangan Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI), Kawasan Peruntukan Industri (KPI), Kawasan Industri (KI), dan Sentra Industri Kecil dan Industri Menengah (Sentra IKM).

Strategi pengembangan perwilayahan industri adalah dengan menumbuhkan pusat pertumbuhan industri baru dengan pemberian fasilitas terutama di luar Pulau Jawa. Strategi tersebut dilakukan dengan :

(18)

2016

Direktorat Pengembangan Wilayah Industri II 10 b. Pengembangan Kawasan Peruntukan Industri (KPI),

c. Pengembangan Kawasan Industri (KI),

d. Pengembangan Sentra Industri Kecil dan Industri Menengah (Sentra IKM).

1. Visi dan Misi a. Visi

Visi Direktorat Pengembangan Wilayah Industri II adalah: “Terwujudnya Industri Tangguh yang Berdaya Saing Tinggi di Sumatera dan Kalimantan”

b. Misi

Dalam rangka mewujudkan visi tersebut di atas, Direktorat Pengembangan Wilayah Industri II mengemban misi :

1. Mempercepat penyebaran dan pemerataan pembangunan industri ke seluruh pelosok Sumatera dan Kalimantan melalui fasilitasi, regulasi dan implementasi pengembangan Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri, Pengembangan Kawasan Peruntukan Industri, Pembangunan Kawasan Industri dan Pengembangan Sentra Industri Kecil dan Industri Menengah; 2. Memfasilitasi dan mendorong pembangunan industri daerah pada wilayah

Sumatera dan Kalimantan berlandaskan potensi sumber daya yang dimiliki daerah;

3. Mengokoordinasikan dan melaksanakan pembangunan infrastrukur industri dan penunjang industri di Sumatera dan Kalimantan, serta sarana dan prasarana industri dalam mendukung perwilayahan industri;

2. Tujuan dan Sasaran a. Tujuan

Tujuan pengembangan perwilayahan industri Direktorat Pengembangan Wilayah Industri II adalah:

1. Terwujudnya percepatan pembangunan industri dengan berkembangnya WPPI, KPI dan KI di Sumatera dan Kalimantan, dengan Indikator Tujuan:

(19)

2016

Direktorat Pengembangan Wilayah Industri II 11

a). Tumbuhnya industri baru berskala besar yang mengolah potensi sumber daya alam, baik yang terbarukan maupun yang tidak terbarukan di Sumatera dan Kalimantan untuk memaksimalkan nilai tambah di dalam negeri.

No Pulau 2013 2014 2015 2016

1 Sumatera 14.84 16.35 18.18 18.18

2 Kalimantan 3.07 6.60 9.58 9.58

3 Jawa 74.11 65.23 59.09 59.09

Tabel 1.1 Pertumbuhan Industri Skala Besar di Sumatera dan Kalimantan

Sumb er : Pusdatin Industri 2015

2. Terwujudnya percepatan pemerataan pembangunan industri melalui penumbuhan Sentra IKM di Sumatera dan Kalimantan dengan berbasiskan pada potensi sumber daya daerah.

Tabel 1.2 Pertumbuhan IKM di Sumatera dan Kalimantan

Sumb er : Pusdatin 2015,

b. Sasaran (outcome)

Pengembangan wilayah industri dilakukan untuk mencapai sasaran kontribusi industri pengolahan non-migas di Sumatera dan Kalimantan

No. Provinsi 2013 2014 2015 2016 1 Aceh 33 37 41 44 2 Sumatera Utara 71 76 78 80 3 Sumatera Barat 12 16 21 25 4 Riau 8 11 13 16 5 Kep. Riau 9 10 11 12 6 Jambi 3 4 6 7 7 Sumatera Selatan 12 15 16 18 8 Bangka Belitung 3 5 7 8 9 Bengkulu 2 3 3 4 10 Lampung 7 7 8 10 11 Kalimantan Barat 9 10 11 12 12 Kalimantan Tengah 1 2 3 3 13 Kalimantan Selatan 5 6 6 7 14 Kalimantan Timur* 12 12 13 15 15 Kalimantan Utara* - - 4 5 Dalam Persen

(20)

2016

Direktorat Pengembangan Wilayah Industri II 12

dapat dilihat pada Tabel 2.1 dan Tabel 2.2. Sedangkan sasaran pertumbuhan industri pengolahan non-migas Provinsi di Sumatra dan Kalimantan tercantum pada Tabel 2.3 dan Tabel 2.4.

Berdasarkan sasaran di atas, maka ditetapkan indikator sasaran:

Tabel 2.1. Sasaran Kontribusi Industri Pengolahan Non-Migas Menurut Wilayah (Dalam Persen) No. Wilayah 2013 2015 2016 2017 2018 2019 2025 2035

1 Sumatera 20.63 21.10 21.34 21.58 21.91 22.29 25.60 28.65 2 Kalimantan 3.27 3.29 3.34 3.38 3.44 3.52 4.10 5.42

Sumb er : BPS 2015,

Tabel 2.2. Sasaran Kontribusi Industri Pengolahan Non-Migas Menurut Provinsi (Dalam Persen) No. Provinsi 2013 2015 2016 2017 2018 2019 2025 2035 1 Aceh 0.20 0.20 0.20 0.20 0.21 0.21 0.21 0.23 2 Sumatera Utara 5.74 5.79 5.88 5.97 6.09 6.23 7.66 8.55 3 Sumatera Barat 0.90 0.91 0.91 0.92 0.92 0.93 0.95 0.96 4 Riau 5.85 6.04 6.11 6.18 6.27 6.39 7.32 8.03 5 Kep. Riau 3.17 3.23 3.27 3.31 3.37 3.43 3.86 4.75 6 Jambi 0.55 0.55 0.55 0.55 0.56 0.56 0.56 0.60 7 Sumatera Selatan 1.96 2.05 2.07 2.09 2.12 2.15 2.35 2.59 8 Bangka Belitung 0.49 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.51 0.53 9 Bengkulu 0.08 0.08 0.08 0.08 0.08 0.08 0.08 0.08 10 Lampung 1.69 1.75 1.77 1.78 1.80 1.83 2.10 2.33 11 Kalimantan Barat 0.91 0.93 0.95 0.98 1.01 1.05 1.29 1.60 12 Kalimantan Tengah 0.28 0.26 0.26 0.26 0.27 0.27 0.30 0.40 13 Kalimantan Selatan 0.49 0.49 0.50 0.51 0.52 0.53 0.63 0.95 14 Kalimantan Timur* 1.58 1.61 1.62 1.63 1.65 1.67 1.88 2.47 15 Kalimantan Utara* 1.58 1.61 1.62 1.63 1.65 1.67 1.88 2.47 Sumb er : BPS 2015,

Tabel 2.3. Sasaran Pertumbuhan Industri Pengolahan Non-Migas Menurut Wilayah (Dalam Persen) No Wilayah 2013 2015 2016 2017 2018 2019 2020-2024 2025-2035 1 Sumatera 5.65 8.03 8.56 9.08 9.86 10.27 11.17 11.15 2 Kalimantan 5.04 7.20 8.82 9.33 10.21 10.65 11.45 12.88 Sumb er : BPS 2015,

(21)

2016

Direktorat Pengembangan Wilayah Industri II 13

Tabel 2.4. Sasaran Pertumbuhan Industri Pengolahan Non-Migas Menurut Provinsi (Dalam Persen) No. Provinsi 2013 2015 2016 2017 2018 2019 2020-2024 2025-2035 1 Aceh 1.69 6.78 8.15 8.68 9.31 9.65 9.02 10.64 2 Sumatera Utara 4.05 7.34 8.99 9.50 10.44 10.90 12.38 11.27 3 Sumatera Barat 4.86 7.35 7.70 8.23 8.68 8.95 9.22 9.89 4 Riau 8.08 8.51 8.58 9.09 9.88 10.29 11.14 10.95 5 Kep. Riau 5.67 7.90 8.70 9.21 10.04 10.47 10.82 12.06 6 Jambi 5.56 6.68 7.64 8.17 8.60 8.85 8.85 10.42 7 Sumatera Selatan 8.06 9.15 8.37 8.89 9.60 9.98 10.33 10.89 8 Bangka Belitung 3.85 7.92 7.35 7.87 8.19 8.38 9.08 10.16 9 Bengkulu 7.65 5.88 7.35 7.87 8.19 8.38 8.76 9.73 10 Lampung 7.56 8.74 8.27 8.79 9.47 9.83 11.18 11.08 18 Kalimantan Barat 4.29 7.74 10.12 10.59 11.91 12.50 12.44 12.30 19 Kalimantan Tengah 3.08 3.00 7.97 8.49 9.05 9.36 10.72 12.90 20 Kalimantan Selatan 4.26 6.56 8.99 9.50 10.44 10.90 11.87 14.28 21 Kalimantan Timur* 6.54 7.79 8.15 8.67 9.30 9.64 10.80 12.75 Sumb er : BPS 2015,

3. Sasaran Strategis Program Percepatan Penyebaran dan Pemerataan Pembangunan Industri

3.1 Perspektif Pemangku Kepentingan

Sasaran Strategis 1 : Meningkatnya penyebaran dan pemerataan industri.

Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran strategis ini adalah: 1) Persentase nilai tambah sektor industri di Sumatera dan Kalimantan

terhadap total nilai tambah sektor industri;

2) Persentase jumlah unit usaha industri besar sedang di Sumatera dan Kalimantan terhadap total populasi industri besar sedang nasional

Sasaran Strategis 2 : Tumbuhnya industri daerah di Sumatera dan Kalimantan

Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran strategis ini adalah: 1) Meningkatnya share sektor industri terhadap total PDRB di Sumatera dan

Kalimantan;

(22)

2016

Direktorat Pengembangan Wilayah Industri II 14

Sasaran Strategis 3 : Tumbuh dan berkembangnya Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI) di Sumatera dan Kalimantan

WPPI merupakan wilayah yang dirancang dengan pola berbasis pengembangan industri dengan pendayagunaan potensi sumberdaya wilayah melalui penguatan infrastruktur industri dan konektivitas yang memiliki keterkaitan ekonomi kuat dengan wilayah di sekitarnya. Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran strategis ini adalah:

1) Laju pertumbuhan PDRB industri pengolahan non-migas di WPPI dalam Wilayah Sumatera dan Kalimantan;

2) Kontribusi PDRB industri pengolahan non-migas terhadap PDRB di WPPI dalam Wilayah Sumatera dan Kalimantan.

Sasaran Strategis 4 : Tumbuh dan berkembangnya Kawasan Industri di Sumatera dan Kalimantan

Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran strategis ini adalah: 1) Meningkatkatnya jumlah kawasan industri yang beroperasi di Sumatera dan

Kalimantan;

2) Meningkatnya investasi industri yang masuk ke dalam kawasan industri di Sumatera dan Kalimantan.

Sasaran Strategis 5 : Tumbuh dan berkembangnya Sentra Industri Kecil dan Industri Menengah di Sumatera dan Kalimantan

Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran strategis ini adalah: 1) Meningkatkatnya jumlah SIKIM yang terbangun dan beroperasi di Sumatera

dan Kalimantan;

2) Meningkatnya jumlah IKM yang masuk ke dalam SIKIM di wilayah Sumatera dan Kalimantan.

3.2 Perspektif Proses Internal

Sasaran Strategis 1 : Meningkatnya investasi sektor industri melalui fasilitasi pemberian insentif fiskal dan non-fiskal di Sumatera dan Kalimantan.

(23)

2016

Direktorat Pengembangan Wilayah Industri II 15

1) Meningkatnya nilai investasi di sektor industri dalam wilayah Sumatera dan Kalimantan

Sasaran Strategis 2 : Meningkatnya ketersediaan infrastruktur industri untuk mendukung pertumbuhan industri nasional

Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran ini adalah:

1) Jumlah kawasan industri yang dibangun dan beroperasi di Sumatera dan Kalimantan;

2) Jumlah sentra IKM yang dibangun dan beroperasi

3.3 Perspektif Pembelajaran Organisasi

Sasaran Strategis 1 : Meningkatnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung pelaksanaan tugas dan fungsi di Direktorat Pengembangan Wilayah Industri II

Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran ini adalah: 1) Tingkat pemenuhan sarana dan prasarana kerja di Direktorat PWI II

Sasaran Strategis 2 : Meningkatnya kualitas perencanaan dan penganggaran

Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran ini adalah:

1) Tingkat keseuaian rencana kegiatan dengan dokumen perencanaan di Direktorat PWI II

Sasaran Strategis 3 : Meningkatnya kualitas pelaporan pelaksanaan kegiatan dan anggaran

Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran ini adalah: 1) Tingkat ketepatan waktu penyampaian laporan di Direktorat PWI II; 2) Nilai SAKIP Direktorat PWI II

Sasaran Strategis 4 : Meningkatnya transparansi, akuntabilitas, dan kualitas tata kelola keuangan

Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran ini adalah: 1) Tingkat kualitas laporan keuangan

(24)

2016

Direktorat Pengembangan Wilayah Industri II 16

Sasaran Strategis 5 : Meningkatnya efektivitas penerapan sistem pengendalian internal

Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran ini adalah: 1) Jumlah satker yang melaksanakan sistem pengendalian internal

Sasaran Strategis 6 : Meningkatnya implementasi kebijakan industri melalui monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan

Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran ini adalah: 1) Jumlah rekomendasi perbaikan kebijakan industri

PETA STRATEGIS PWI II

B. Arah Kebijakan dan Strategi Direktorat Pengembangan Wilayah Industri II B.1 Arah Kebijakan Direktorat PWI II

Arah kebijakan Direktorat Pengembangan Wilayah Industri II adalah menarik investasi industri dengan menyediakan tempat industri tersebut dibangun, dalam arti tempat yang seluruh sarana prasarana yang dibutuhkan telah tersedia. Setelah itu baru kebijakan yang menyangkut arah pertumbuhan populasi tersebut serta arah peningkatan produktivitasnya. Uraian rinci tentang arah kebijakan pembangunan industri adalah sebagai berikut:

1) Pengembangan Perwilayahan Industri di Wilayah Sumatera dan Kalimantan : (a) Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri terutama yang berada dalam Koridor ekonomi; (b) Kawasan Peruntukan Industri; (c) Kawasan Industri; dan (d) Sentra IKM. Strategi pengembangan perwilayahan industri adalah:

a. Memfasilitasi Pembangunan 7 (tujuh) Kawasan Industri Prioritas Nasional di Wilayah Sumatera dan Kalimantan, yakni: (i) Batulicin - Kalimantan Selatan; (ii) Jorong -Kalimantan Selatan; (iii) Ketapang - Kalimantan Barat; (iv) Landak –Kalimantan Barat, (v) Kuala Tanjung,

(25)

2016

Direktorat Pengembangan Wilayah Industri II 17

Sumatera Utara, (vii) Sei Mangkei – Sumatera Utara; dan (vii) Tanggamus, Lampung.

b. Memfasilitasi perencanaan pengembangan Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri di Wilayah Sumatera dan Kalimantan ;

c. Memfasilitasi perencanaan pembangunan kawasan industri di Wilayah Sumatera dan Kalimantan;

d. Mengembangkan kawasan peruntukan industri di wilayah Sumatra dan Kalimantan;

e. Membangun 11 SIKIM di Wilayah Sumatera dan Kalimantan

f. Memfasilitasi perencanaan pengembangan Sentra Industri Kecil dan Menengah (Sentra IKM) di Wilayah Sumatera dan Kalimantan;

g. Berkoordinasi dengan para pemangku kepentingan dalam membangun infrastruktur kawasan industri (jalan, listrik, air minum, telekomunikasi, pengolah limbah, dan logistik), dan infrastruktur penunjang industri, serta sarana pendukung kualitas kehidupan.

2) Peningkatan Daya Saing dan Produktivitas (nilai ekspor dan nilai tambah per tenaga kerja).

Sesuai dengan visi dan misi tersebut, maka Direktorat Perwilayahan Industri II telah menetapkan 5 sasaran strategis yang dapat dirinci sebagai berikut: B.2 Strategi Direktorat PWI II

Sejumlah startegi untuk meraih tujuan dan sasaran telah di rancang oleh Direktorat Pengembangan Wilayah Industri II, antara lain adalah:

1) Strategi untuk mempercepat penyebaran dan pemerataan pembangunan industri di Sumatera dan Kalimantan di mulai dengan fasilitasi pembangunan pusat-pusat pertumbuhan industri di Sumatera dan Kalimantan dengan pengembangan 10 (sepuluh) Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri di Sumatera dan Kalimantan. Untuk Provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Aceh ,Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Selatan, dan Lampung.

(26)

2016

Direktorat Pengembangan Wilayah Industri II 18

Sedangkan Jambi, Sumatera Barat, Bengkulu, dan Kalimantan Tengah tidak memiliki WPPI, tetapi disiapkan sebagai pendukung WPPI.

Tabel 2.1. Daerah-daerah yang ditetapkan sebagai WPPI di Sumatera dan Kalimantan

No Lokasi Kabupaten/Kota Provinsi

1 Pontianak-Landak-Sanggau-Ketapang-Sambas-Bengkayang

Kalimantan Barat

2 Tanah Bumbu-Kota Baru Kalimantan Selatan

3 Samarinda-Balikpapan-Kutai Kartanegara-Bontang-Kutai Timur

Kalimantan Timur

4 Tarakan-Nunukan Kalimantan Utara

5 Banda Aceh-Aceh Besar-Pidie-Bireun-Lhokseumawe Aceh 6 Menda-Binjai-Deli-Serdang

Bedagai-Karo-Simalungun-Batu Bara

Sumatera Utara

7 Dumai-Bengkalis-Siak Riau

8 Batam-Bintan Kepulauan Riau

9 Banyuasin-Muara Enim Sumatera Selatan

10 Lampung Barat-Lampung Timur-Lampung Tengah-Tanggamus-Lampung Selatan

Lampung

2) Mengembangkan kawasan peruntukan industri, dengan mendorong industri setiap kabupaten/kota di Sumatera dan Kalimantan dibangun dalam Kawasan Peruntukan Industri (KPI). Pengembangan KPI dilakukan dengan mengacu pada RTRW masing-masing kabupaten/kota. KPI adalah tempat berlokasinya kawasan industri atau industri-industri di daerah yang tidak memiliki kawasan industri.

3) Memfasilitasi pembangunan kawasan industri, baik dilakukan oleh swasta maupun pemerintah. Kawasan industri yang dibangun oleh Pemerintah dapat diberikan fasilitas fisik seperti jalan poros, WTP, dan WWTP. Sedangkan bagi kawasan industri yang dibangun oleh Swasta dapat difasilitasi dengan perangkat lunak seperti penyusunan DED, Master plan, dan Studi Kelayakan. Dalam periode tahun 2015-2019, Direktorat PWI II akan memfasilitasi dan membangun 7 (tujuh) kawasan industri prioritas di Sumatera dan Kalimantan

(27)

2016

Direktorat Pengembangan Wilayah Industri II 19 Tabel 2.2. Rencana Pembangunan Kawasan Industri Tahun 2015-2019

No. Nama KI Luas (Ha)

Anchor Industry Fokus Industri

1 Ketapang Kalimantan Barat 1 000 PT. Well Harvest Winning Alumina Refinery

Industri Alumina

2 Landak Kalimantan Barat 336 Industri

Pengolahan Karet 3 Batulicin Tanah Bumbu

Kalimantan Selatan 530 PT. Meratus Jaya Iron and Steel Industri Besi Baja 4 Jorong Tanah Laut

Kalimantan Selatan 6 370 PT. Semeru Surya, PT. Delta Prima Industri Besi Baja dan Industri Agro

5 Tanggamus Lampung 3 500 PT. Repindo Jagat Raya

Industri Maritim 16 Kuala Tanjung Batu Bara

Sumatera Utara

1 000 PT. Inalum Industri Alumina 7 Sei Mangkei Simalungun

Sumatera Utara 2 002 PT.Unilever Oleochemical Indonesia Industri Pengolahan CPO Total 14738

4) Mengembangkan Sentra Industri Kecil dan Industri Menengah (SIKIM) di Sumatera dan Kalimantan

Pengembangan Sentra Industri Kecil dan Industri Menengah (Sentra IKM) dilakukan pada setiap wilayah Kabupaten/Kota (minimal sebanyak satu sentra IKM) yang dapat berada di dalam atau di luar kawasan industri. Bagi kabupaten/kota yang tidak memungkinkan dibangun kawasan industri karena tidak layak secara teknis dan ekonomis, maka pembangunan industri dilakukan melalui pengembangan Sentra IKM yang perlu diarahkan baik untuk mendukung industri besar sehingga perlu dikaitkan dengan pengembangan WPPI, maupun sentra IKM yang mandiri yang menghasilkan nilai tambah serta menyerap tenaga kerja.

Selama 5 tahun (2015-2019), Direktorat PWI II akan memfasilitasi pembangunan 11 SIKIM dengan rincian Kalimantan 5 Sentra dan Sumatera 6 Sentra). Pembangunan SIKIM dilakukan melalui kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten/Kota, dengan syarat Pemerintah Kabupaten/Kota mempunyai komitmen yang tinggi antara lain:

(28)

2016

Direktorat Pengembangan Wilayah Industri II 20

a) Menyediakan lahan untuk pembangunan sentra IKM (minimal 5 Ha) dengan status clear and clean.

b) Menyiapkan rencana bisnis untuk pengelolaan sentra IKM.

c) Menyiapkan SDM dan anggaran yang memadai untuk pengelolaan sentra IKM setelah diserahterimakan dari Ditjen PPI.

d) Melakukan pembinaan terhadap IKM yang berlokasi di sentra, yang difasilitasi oleh Ditjen IKM.

C. Rencana Kinerja 1. Sasaran

Dalam rangka mencapai visi dan misi Direktorat Pengembangan Wilayah Industri II, maka telah ditetapkan sasaran program/kegiatan pengembangan industri di Wilayah Sumatera dan Kalimantan yaitu:

a. Meningkatnya penyebaran dan pemerataan industri di Sumatera dan Kalimantan;

b. Tumbuh dan berkembangnya Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI) di Sumatera dan Kalimantan;

c. Terbangunnya Kawasan Peruntukan Industri;

d. Tumbuh dan berkembangnya kawasan industri di Sumatera dan Kalimantan; e. Tumbuhnya Sentra Industri Kecil dan Industri Menengah (SIKIM) di Sumatera

dan Kalimantan;

2. Indikator Kinerja Utama

Indikator Kinerja Utama untuk mengukur capaian sasaran program/kegiatan sesuai dengan rencana strategis dapat diuraikan sebagai berikut :

(29)

2016

Direktorat Pengembangan Wilayah Industri II 21 Tabel 2. Indikator Kinerja Utama Sasaran Program/Kegiatan Dit. PWI II Tahun 2016

No Sasaran Program/Kegiatan Indikator Kinerja Satuan Target

1

Meningkatnya penyebaran dan pemerataan industri di Wilayah Sumatera dan Kalimantan

Meningkatnya kontribusi nilai tambah sektor industri di Wilayah Sumatera terhadap nilai tambah sektor industri nasional

Persentase 21,34% Meningkatnya kontribusi nilai tambah sektor industri

di Wilayah Kalimantan terhadap nilai tambah sektor industri nasional

Persentase 3,34% Meningkatnya unit usaha industri besar sedang di

Wilayah Sumatera terhadap total populasi industri besar sedang nasional

Persentase 11,01% Meningkatnya unit usaha industri besar sedang di

Wilayah Kalimantan terhadap total populasi industri besar sedang nasional

Persentase 2,78% Meningkatnya pertumbuhan sektor industri di

Wilayah Sumatera Persentase 7,31%

Meningkatnya pertumbuhan sektor industri di

Wilayah Kalimantan Persentase 7,56%

Meningkatnya kontribusi investasi sektor industri di

Wilayah Sumatera Persentase 17,73%

Meningkatnya kontribusi investasi sektor industri di

Wilayah Kalimantan Persentase 4,68%

Meningkatnya share sektor industri terhadap total

PDRB di Wilayah Sumatera Persentase 17,62%

Meningkatnya share sektor industri terhadap total

(30)

2016

Direktorat Pengembangan Wilayah Industri II 22 2

Tumbuh dan berkembangnya Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI) di wilayah Sumatera dan Kalimantan

Tersusunnya kajian pengembangan WPPI Dokumen

10 Terfasilitasinya kawasan industri dalam penyusuna n

dan dokumen perencanaan pembangunan Dokumen 6

3

Tumbuh dan berkembangnya kawasan industri di Wilayah Sumatera dan Kalimantan

Terbangunnya infrastruktur pendukung di dalam

kawasan industri Dokumen

1

4

Tumbuhnya Sentra Industri Kecil dan Industri Menengah (SIKIM) di Wilayah Sumatera dan Kalimantan

Terfasilitasinya sentra IKM dalam penyusuna n

rencana pembangunan Dokumen 5

Terbangunnya Sentra IKM di Wilayah II

SIKIM 1

5

Berkembangnya Kawasan Peruntukan Industri di Wilayah Sumatera dan Kalimantan

Terfasilitasinya Pengembangan kawasan

peruntukan industri Wilayah II Dokumen 10

6

Forum kegiatan/koordinasi/monev/ pembinaan pengembangan fasilitasi industri di daerah wilayah II

Tersusunnya program pengembangan industri

daerah wilayah II Persentase 95%

Terlayaninya operasional perkantoran

Persentase 95% Terlaksananya penerapan budaya kerja 5K

(31)

2016

23

Direktorat Pengembangan Wilayah Industri II

C. Rencana Anggaran

Untuk mewujudkan rencana kinerja Direktorat Pengembangan Wilayah Industri II tahun 2016 dialokasikan anggaran melalui DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran) dengan Pagu Awal Sebesar Rp.174.360.147.000,- (Seratus Tujuh Puluh Empat Juta Tiga Ratus Enam Puluh Juta Seratus Empat Puluh Tujuh Ribu Rupiah), yang meliputi program utama dan program penunjang. Anggaran tersebut terkena proses re-evaluasi di level direktorat jenderal sebelum semua kegiatan di mulai menjadi sebesar Rp 159.360.147.000,- (Seratus lima puluh sembilan milyar tiga ratus enam puluh juta seratus empat puluh tujuh ribu rupiah) karena ada beberapa kegiatan yang memerlukan penganggaran tambahan. Setelah program kegiatan berjalan selama 9 (sembilan) bulan, anggaran tersebut kemudian terkena lagi penghematan self blocking sebesarRp 83.579.239.000.- (delapan puluh tiga milyar lima ratus tujuh puluh sembilan juta dua ratus tiga puluh sembilan ribu rupiah) sehingga pagu berkurang menjadi sebesar Rp 75.780.908.000,- (tujuh puluh lima milyar tujuh ratus delapan puluh juta sembilan ratus delapan ribu rupiah). Pada tahun 2016 ini realisasi pagu anggaran adalah Rp 66.699.720.435,- (enam puluh enam milyar enam ratus sembilan puluh sembilan juta tujuh ratus dua puluh ribu empat ratus tiga puluhlima rupiah) sehingga menyisakan Rp 9.081.187.565,- (Sembilan Milar delapan puluh satu juta seratus delapan puluh tujuh juta lima ratus enam puluh lima rupiah). Sisa tersebut BUKAN karena realisasi anggaran tidak terpenuhi, melainkan dikarenakan keterlambatan pekerjaan di pembangunan 4 (empat) tank farm di Sei Mangkei yang harus melewati tahun anggaran sebesar Rp 5.100.000,- (Lima milyar seratus ribu rupiah) dan pemasangan wesel sebesar Rp 395.000.000,- (Tiga ratus sembilan puluh lima juta rupiah).

Terdapat Empat komponen yang tidak bisa dilaksanakan karena gagal lelang dan self blocking yaitu Review Kawasan Peruntukan Industri di Sumatera dengan anggaran

sebesar Rp 1.534.000.000,- (Satu Milyar Lima Ratus Tiga Puluh Empat Juta Rupiah), Penyusunan DED KI Tanjung Api-api sebesar Rp 1.920.000.000,- (Satu Milyar Sembilan Ratus Dua Puluh Juta Rupiah), dan Penyusunan Studi Kelayakan dan Rencana Strategis KI Padang Pariaman sebesar Rp 1.439.000.000,- (Satu Milyar Empat Ratus Tiga Puluh Sembilan Juta Rupiah), pembangunan jalan poros Sei Mangkei sebesar Rp 61.441.000.000,- (Enam Puluh Satu Milyar Empat Ratus Empat

(32)

2016

24

Direktorat Pengembangan Wilayah Industri II

Puluh Satu Juta Rupiah). Adapun alokasi anggaran masing-masing kegiatan yang tercakup dalam program kegiatan disajikan dalam tabel 2 dibawah ini:

(33)

2016

25

Direktorat Pengembangan Wilayah Industri II

Tabel 3. Program Kegiatan Direktorat Pengembangan Wilayah Industri II Tahun 2016

NO SASARAN PROGRAM/KEGIATAN OUTPUT/KOMPONEN/SUB KOMPONEN ANGGARAN (Rp.)

1 Tumbuh dan berkembangnya Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI) di Wilayah Sumatera dan Kalimantan

Penyusunan Masterplan Pengembangan WPPI di Aceh dan Sumatera Utara

4.500.000.000,-

Penyusunan Rencana Kebutuhan Infrastruktur Industri di WPPI Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Riau, dan Lampung

5.362.000,000,-

Penyelenggaraan Sosialisasi dan Koordinasi Pengembangan WPPI di Sumatera dan Kalimantan

500.000.000,-

Rekomendasi Kebijakan Peningkatan Iklim Usaha dan Kerjasama Perwilayahan Industri

1.078.000.000,-

2 Terbangunnya kawasan peruntukan industri di Wilayah Sumatera dan Kalimantan

Review Pengembangan Kawasan Peruntukan Industri (KPI) di Wilayah Kalimantan

3.775.000.000,-

3 Tumbuh dan berkembangnya kawasan industri di Wilayah Sumatera dan Kalimantan

Pembangunan Tank Farm di Kawasan Industri Sei Mangkei

59.041.000.000,-

Operasional Pusat Inovasi Industri di KEK Sei Mangkei Dalam Rangka Menunjang Hilirisasi Berbasis Kelapa Sawit

2.500.000.000,-

Lanjutan Pembangunan Jalur Kereta Api di Kawasan Industri Sei Mangkei

(34)

2016

26

Direktorat Pengembangan Wilayah Industri II

Koordinasi Percepatan Pembangunan Kawasan Industri Prioritas

953.000.000,-

Penyusunan DED KI Tanjung Api-Api 1.920.000.000,- Penyusunan Masterplan KI Mesuji 2.442.000.000,- Penyusunan Studi Kelayakan dan Renstra KI Padang

Pariaman

1.439.000.000,-

Penyusunan Masterplan KI Gandus 1.438.000.000,- Perencanaan Percepatan KEK Lhokseumawe 980.000.000,- Forum Koordinasi Percepatan Pembangunan KI

Wilayah II

953.000.000,-

Kaji Tindak dan Penangan Permasalahan di KI Wilayah II

1.078.000.000,-

3 Tumbuhnya Sentra Industri Kecil dan Industri Menengah (SIKIM) di Wilayah Sumatera dan Kalimantan

Penyusunan Pola Pengembangan Sentra IKM Sumatera dan Kalimantan (Aceh Selatan, OKI, Banyuasin, Sijunjung, Payakumbuh, Agam dan Pesisir Selatan)

3.822.000.000,-

Koordinasi Perencanaan Pembangunan SIKIM Wilayah II (Sumatera dan Kalimantan)

500.000.000,-

(35)

2016

27

Direktorat Pengembangan Wilayah Industri II

6 Forum kegiatan/koordinasi/ monev/pembinaan pengembangan fasilitasi industri di daerah Wilayah II

Koordinasi Penyusunan Program Pengembangan Industri Daerah Wilayah II

500.000.000,-

Layanan Manajemen Kinerja 500.000.000,-

(36)

2016

28

Direktorat Pengembangan Wilayah Industri II

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

A. ANALISIS CAPAIAN KINERJA

Penilaian atas pelaksanaan tugas Direktorat Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri (Ditjen PPI) dilakukan melalui pengukuran kinerja. Pengukuran kinerja digunakan untuk menilai keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan / program / kebijakan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung persentase pencapaian target indikator kinerja terdiri dari dua jenis, yaitu: (1) Perhitungan untuk Indikator Kinerja Utama (IKU) yang memiliki polarisasi maximize

(indikator kinerja yang menunjukkan ekspektasi arah pencapaian indikator kinerja lebih tinggi dari nilai target yang ditetapkan) :

Indeks Capaian = realisasi / target x 100%

(2) Perhitungan untuk Indikator Kinerja Utama (IKU) yang memiliki polarisasi minimize (indikator kinerja yang menunjukkan ekspektasi arah pencapaian indikator kinerja lebih kecil dari nilai target yang ditetapkan) :

Indeks Capaian = [(2 x target) - realisasi)] / target x 100%

Direktorat PWI II melakukan pengukuran Kinerja dengan 6 sasaran strategis dan 19 indikator kinerja utama, yaitu:

1. Meningkatnya penyebaran dan pemerataan industri di wilayah Sumatera dan Kalimantan

a) Indikator Kinerja: Meningkatnya kontribusi nilai tambah sektor industri di wilayah Sumatera dan Kalimantan terhadap nilai tambah sektor industri nasional.

(37)

2016

29

Direktorat Pengembangan Wilayah Industri II

Tabel 4. Capaian IKU I dari Meningkatnya penyebaran dan pemerataan industri di wilayah Sumatera Sasaran program/kegiatan IKU 2015 (Dalam %) 2016 (Dalam %) T R Capaian (%) T R Capaian (%) Meningkatnya penyebaran dan pemerataan industri di Wilayah Sumatera dan Kalimantan Meningkatnya kontribusi nilai tambah sektor industri di Wilayah Sumatera terhadap nilai tambah sektor industri nasional 17,82 15,52 72 17,97 21.34 97.88

Nilai Capaian Meningkatnya penyebaran dan pemerataan industri di Wilayah Sumatera 103.88%

Target yang ditetapkan pada tahun 2016 adalah 17.97% berdasarkan pada proyeksi yang dihitung menurut target yang ada di RIPIN, namun realisasi adalah 21.34 % sehingga hanya tercapai target sebesar 103.88%. Perhitungan kontribusi nilai tambah sektor industri tahun 2016 dilakukan dengan menggunakan basis data perkembangan ekonomi nasional sampai dengan Triwulan III tahun 2016 yang disediakan Pusdatin dengan sistem yoy. Diperkirakan sampai dengan akhir tahun 2016, pangsa nilai tambah sektor industri tersebut tidak akan banyak mengalami perubahan. Naiknya kontribusi nilai tambah pada tahun 2016 di Sumatera disebabkan oleh beberapa hal: 1. Dari 4 Kawasan Industri yang difasilitasi besar-besaran di Sumatera, Sei Mangkei yang berjalan. Tanggamus dan Kuala Tanjung masih terkendala lahan proses industrialisasi tetap berjalan. Perubahan 2. Adanya beberapa perusahaan industri pindah dari dari Cilegon ke Asahan dan Kuala Tanjung. Yang menarik adalah kontribusi terbesar diberikan oleh Sumatera Utara sebesar 5.88% dan yang terkecil diberikan oleh Bengkulu sebesar 0.08%

(38)

2016

30

Direktorat Pengembangan Wilayah Industri II

b) Indikator Kinerja Utama : Meningkatnya kontribusi nilai tambah sektor industri di wilayah Kalimantan terhadap nilai tambah sektor industri nasional.

Tabel 5. Capaian IKU II dari Meningkatnya penyebaran dan pemerataan industri di Kalimantan Sasaran program/kegiatan IKU 2015 (Dalam % ) 2016 (Dalam % ) T R Capaian (% ) T R Capaian (% ) Meningkatnya penyebaran dan pemerataan industri di Wilayah Sumatera dan Kalimantan Meningkatnya kontribusi nilai tambah sektor industri di Wilayah Sumatera terhadap nilai tambah sektor industri nasional 7,61 12.35 142 6.99 4.93 89.05

Nilai Capaian Meningkatnya penyebaran dan pemerataan industri di Wilayah Kalimantan

89.05%

Target yang ditetapkan pada tahun 2016 adalah 6.99 persen menurut Proyeksi RIPIN, sementara realisasinya adalah 4.93% dengan tertinggi diberikan oleh Kalimantan Timur 2.62% dan terendah oleh Kalimantan Tengah 0.26. Perhitungan kontribusi nilai tambah sektor industri tahun 2015 dilakukan dengan menggunakan basis data perkembangan ekonomi nasional sampai dengan Triwulan III tahun 2016 dari Pusdatin. Diperkirakan sampai dengan akhir tahun 2016, kontribusi nilai tambah sektor industri tersebut tidak akan banyak mengalami perubahan. Jika kita membandingkan dengan tahun lalu yang mencapai 142%, itu dikarenakan perhitungan dasar yang keliru. 12.35% diambil dari gabungan Sumatera dan Kalimantan (PWI II), padahal semestinya hanya Kalimantan saja yang diambil.

(39)

2016

31

Direktorat Pengembangan Wilayah Industri II

Tidak tercapainya target kontribusi nilai tambah sektor industri di seluruh Wilayah Kalimantan, namun cukup baik di Sumatera seiring dengan perkembangan sektor industri di tingkat nasional. Tidak optimalnya peningkatan kontribusi nilai tambah sektor industri ini disebabkan antara lain menurunnya kinerja sektor industri dikarenakan adanya ketidakpastian nilai tukar rupiah terhadap dollar yang cenderung meningkat pada tahun 2016 sehingga meningkatkan biaya produksi sektor industri yang menggunakan bahan baku impor. Secara kumulatif data impor Indonesia awal tahun 2016 mengalami penurunan mencapai US$ 22,70 miliar atau sebesar 10,12% dibanding dengan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy). Di tingkat global disebabkan oleh menurunnya ekspor produk-produk hasil industri ke negara-negara tujuan ekspor utama seperti China, Amerika Serikat, Jepang dan Eropa sebagai akibat melemahnya perekonomian di negara-negara tersebut. Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia mencapai US$ 39,13 miliar atau turun sebesar 11,67% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy). Di tingkat nasional, penurunan kontribusi tersebut sebagai akibat tidak optimalnya kinerja sektor industri sehingga menurunkan daya saing karena faktor-faktor seperti ketersediaan gas yang sangat terbatas untuk sektor industri, keterbatasan pasokan energi listrik, masalah infrastruktur yang menyebabkan tingginya biaya logistik, iklim investasi yang belum sepenuhnya kondusif seperti perijinan, pertanahan, perpajakan dan faktor birokrasi.

c) Indikator Kinerja Utama : Meningkatnya unit usaha industri besar sedang di Wilayah Sumatera terhadap total populasi industri besar sedang nasional.

Tabel 6. Capaian IKU III dari Meningkatnya penyebaran dan pemerataan industri di wilayah Sumatera Sasaran program/kegiata n IKU 2015 (Dalam % ) 2016 (Dalam % ) T R Cap aian (% ) T R Capaia n (% )

(40)

2016

32

Direktorat Pengembangan Wilayah Industri II

Meningkatnya penyebaran dan pemerataan industri di Wilayah Sumatera dan Kalimantan Meningkatny a unit usaha industri besar sedang di Wilayah Sumatera terhadap total populasi industri besar sedang nasional 10.27 10.39 101 10.39 10.42 100.2

Nilai Capaian Meningkatnya penyebaran dan pemerataan industri di Wilayah Sumatera

100.2

Target yang ditetapkan pada tahun 2016 adalah 10.39 persen berdasarkan proyeksi RIPIN, sementara realisasinya adalah 10.42 persen. Perhitungan unit usaha industri besar sedang pada tahun 2016 dilakukan dengan menggunakan basis data perkembangan ekonomi nasional sampai dengan Triwulan III tahun 2016 yang telah dirilis oleh BPS. Diperkirakan sampai dengan akhir tahun 2016, peningkatan unit usaha industri besar sedang tersebut tidak akan banyak mengalami perubahan. Walaupun melebihi target, secara pemerataan dan penyebaran industri masih terjadi ketimpangan. Hal ini dapat disimpulkan karena penyumbang terbesar unit usaha besar ada di Sumatera Utara 7.31% dengan adanya investasi dari Korea dan China di Sei Mangkei. Provinsi penyumbang lainnya adalah Kepulauan Riau dari Kota Batam 2.1%. Dengan adanya proyek pengolahan oli di Mempawah pada tahun 2017, diharapkan unit usaha besar sedang juga akan naik.

d) Indikator Kinerja Utama :meningkatnya unit usaha industri besar sedang di Wilayah Kalimantan terhadap total populasi industri besar sedang nasional

(41)

2016

33

Direktorat Pengembangan Wilayah Industri II

Tabel 7. Capaian IKU IV dari Meningkatnya penyebaran dan pemerataan industri di wilayah Kalimantan Sasaran Program/kegiatan IKU 2015 (Dalam % ) 2016 (Dalam % ) T R Capaian (% ) T R Capaian (% ) Meningkatnya penyebaran dan pemerataan industri di Wilayah Sumatera dan Kalimantan Meningkatnya unit usaha industri besar sedang di Wilayah Kalimantan terhadap total populasi industri besar sedang nasional 2.26 1.65 73 2.26 1.77 78.31

Nilai Capaian Meningkatnya penyebaran dan pemerataan industri di Wilayah Kalimantan

78.31

Target yang ditetapkan pada tahun 2016 adalah 2.26 persen berdasarkan perhitungan RIPIN, sementara realisasinya adalah 1,77 persen. Perhitungan jumlah unit usaha industri besar sedang pada tahun 2016 dilakukan dengan menggunakan basis data jumlah unit usaha industri besar sedang pada tahun 2016. Diperkirakan sampai dengan akhir tahun 2016, jumlah unit usaha industri besar sedang tersebut tidak akan banyak mengalami perubahan.

Capaian jumlah unit besar dan sedang di Pulau Sumatera dipengaruhi oleh faktor-faktor kurang kondusifnya iklim investasi. Contohnya di Sei Mangkei yang pembangunan infrastrukturnya mengalami kendala di level kebijakan, di Tanggamus dan Kuala Tanjung yang tidak pernah selesai masalah lahan dan kurang mendukung pengembangan industri besar dan sedang. Sedangkan di Kalimantan, serta ketersediaan hard infrastruktur maupun soft infrastruktur yang belum memadai.

(42)

2016

34

Direktorat Pengembangan Wilayah Industri II

Tabel 8. Jumlah Industri Pengolahan Besar dan Sedang, Sumatra dan Kalimantan 2011-2015*

Lokasi 2011 2012 2013 2014 2015*)

Sumatera 6.07 6.60 5.96 4.70 6.13 Kalimantan 3 784 3 734 5 120 4 931 4 487

Nasional 20 685 20 729 29 468 27 998 25 694 Catatan : *) Angka Sementara

Sumber: www.bps.go.id- 2015

e) Indikator Kinerja Utama : Meningkatnya pertumbuhan sektor industri di Wilayah Sumatera

Tabel 9. Capaian IKU V dari Meningkatnya penyebaran dan pemerataan industri di wilayah Sumatera Sasaran Program/kegiatan IKU 2015 (Dalam % ) 2016 (Dalam % ) T R Capaian (% ) T R Capaian (% ) Meningkatnya penyebaran dan pemerataan industri di Wilayah Sumatera dan Kalimantan Meningkatnya pertumbuhan sektor industri di Wilayah Sumatera 8.05 4.70 58% 6,19% 5,87% 84,22%

Nilai Capaian Meningkatnya penyebaran dan pemerataan industri di Wilayah Sumatera

84,22%

Target yang ditetapkan pada tahun 2016 berdasarkan RIPIDA adalah 6,19 persen, sementara realisasinya adalah 5,87 persen. Perhitungan peningkatan pertumbuhan sektor industri pada tahun 2016 dilakukan dengan menggunakan basis data perkembangan ekonomi nasional sampai dengan Triwulan III tahun 2016 yang telah dirilis oleh BPS. Diperkirakan sampai dengan akhir tahun 2016, pertumbuhan sektor industri tersebut tidak akan banyak mengalami perubahan. Di Sumatera tiga

Gambar

Gambar 1.  Struktur Organisasi Direktorat Pengembangan Wilayah Industri II
Tabel 2.1. Sasaran Kontribusi Industri Pengolahan Non-Migas Menurut Wilayah   (Dalam Persen)  No
Tabel 2.4. Sasaran Pertumbuhan Industri Pengolahan Non-Migas Menurut Provinsi   (Dalam Persen)  No
Tabel 2.1. Daerah-daerah yang ditetapkan sebagai WPPI di Sumatera dan Kalimantan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pemberian larutan serbuk biji tanaman jarak yang mengandung agensia antifertilitas jatrophone dengan dosis subkronis 0,2 g/ekor/hari belum berpotensi mempengaruhi

Dengan demikian dapat disimpulkan kurkumin menghambat kadar cAMP dan kadar progesteron pada steroidogenesis kultur sel luteal (KSL) yang mendapat stimulasi LH

Sehingga dalam mengatur kepemilikan tanah oleh badan hukum asing, selain dapat memakai status dan kewenangan badan hukum yang ditetapkan berdasarkan hukum dari tempat

Data hasil penelitian menggiring bola zig-zag menggunakan satu kaki berikut hasil keseluruhan tes menggiring bola menggunakan satu kaki siawa kelas V putra SD Negeri 69

Pada aplikasi satu kali (26 hst), laju fotosintesis, total klorofil, total nitrogen, total protein, total gula, total gula reduksi, dan total sukrosa tanaman setelah

Orang yang mengalami buta warna tidak hanya dapat melihat warna hitam atau putih saja, akan tetapi buta warna dapat terjadi karena adanya kelemahan atau penurunan melainkan

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Yogyakarta (RSUD) Kota Yogyakarta yang merupakan rumah sakit milik Pemerintah Kota Yogyakarta dengan klasifikasi RS Tipe B

Tujuh lidah api merupakan simbol ketujuh suluh api, yaitu ketujuh Roh Allah (Wahyu 4 : 5) membentuk lingkaran yang menghadirkan kekekalan, keabadian. Simbol ini