• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang 1.2. Rumasan Masalah 1.3. Tujuan Penulisan Tujuan Umum Tujuan Khusus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang 1.2. Rumasan Masalah 1.3. Tujuan Penulisan Tujuan Umum Tujuan Khusus"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Ergonomi menjembatani berbagai lapangan ilmu Higiene perusahaan dan keselamatan kerja dan perencanaan kerja. Namun kekhususan utamanya adalah perencanaan dari cara bekerja yang lebih baik meliputi tata kerja dan peralatannya. Sejalan dengan bertambahnya jumlah orang yang banyak menghabiskan waktu diruang kerja dengan duduk, maupun diatas kendaraan maka makin menambah insiden keluhan nyeri pada punggung bagian bawah (Low Back Pain).

Dalam hal perawatan secara umum pada penyakit LBP dengan penyakit syaraf lainnya mempunyai kesamaan dalam pemberian asuhan keperawatan menitik beratkan pada pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Ada beberapa kendala yang ditemukan sehingga standar keperawatan yang telah ditetapkan rumah sakit tidak dapat dicapai secara maksimal, dari pihak klien misalnya alasan faktor ekonomi dimana klien dengan LBP membutuhkan waktu yang lama untuk menyembuhkan sehingga membutuhkan dana yang cukup besar jika harus dirawat di rumah sakit, sedangkan dari pihak rumah sakit misalnya masih minimnya tenaga kesehatan dibandingkan jumlah dengan jumlah klien yang memerlukan perawatan sehingga tidak setiap klien dapat dilayani secara maksimal menurut standar keperawatan yang ada di rumah sakit.

1.2. Rumasan Masalah

1. Apa defenisi low back pain ? 2. Bagaimana etiologi low back pain ? 3. Bagaimana patofisiologi low back pain ? 4. Apa manifestasi klinis low back pain ?

5. Bagaimana pemeriksaan penunjang low back pain ? 6. Bagaimana penatalaksanaan low back pain ?

7. Bagaimana asuhan keperawatan dengan gangguan low back pain ?

1.3. Tujuan Penulisan 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk menjelaskan secara teoritis gangguan sistem muskuluskeletal (low back pain) dan bagaimana rehabilitasi medik pada pasien dengan Low back pain. 1.3.2. Tujuan Khusus

(2)

1.Untuk mengetahui Definisi Low Back Pain. 2.Untuk mengetahui Etiologi Low Back Pain 3.Untuk mengetahui Patofisiologi Low Back Pain 4.Untuk mengetahui Manifestasi Klinis Low Back Pain 5.Untuk mengetahui Pemeriksaan Penunjang Low Back Pain 6.Untuk mengetahui Penatalaksanaan Low Back Pain

7.Untuk mengetahui asuhan keperawatan pasien dengan Low Back Pain. 1.4. Manfaat Penulisan

1.4.1. Teori

Manfaat makalah ini untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan bagi para mahasiswa/mahasiswi AKPER MADIUN agar lebih mengetahui dan memahami tentang Low Back Pain

1.4.2. Praktis

Manfaat yang kami harapkan dalam penulisan makalah ini, agar dapat dijadikan sebagai ilmu pengetahuan dan penunjang untuk mahasiswa/mahasiswi.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Nyeri punggung bawah adalah perasaan nyeri di daerah lumbasakral dan sakroiliakal, nyeri pinggang bawah ini sering disertai penjalaran ketungkai sampai kaki.

(3)

dampak trauma atau perubahan degeneratif yang berhubungan dengan proses penuaan

Low back pain adalah nyeri kronik didalam lumbal, biasanya disebabkan oleh terdesaknya para vertebral otot, herniasi dan regenerasi dari nucleus pulposus,osteoartritis dari lumbal sacral pada tulang belakang. Low back pain (LBP) atau nyeri punggung bawah adalah suatu sensasi nyeri yang dirasakan pada daerah lumbasakral dan sakroiliakal atau pada diskus intervertebralis umumnya lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S1, nyeri pinggang bawah ini sering disertai penjalaran ketungkai sampai kaki.

Low back pain dapat berupa rasa sedikit pegal sampai nyeri sekali, sakit ini dapat timbul secara mendadak ataupun secara perlahan-lahan dalam waktu beberapa jam sampai beberapa hari. Rasa sakit dapat dirasakan pada tubuh bagian belakang, dari tulang iga terakhir sampai bagian bawah bokong dan juga dapat menjalar ketungkai.

2.2. Etiologi

Menurut para ahli, yang menjadi penyebab nyeri pinggang dan jenis nyeri pinggang banyak ragamnya dan pada akhirnya memerlukan pendekatan penanganan yang multidisipliner tergantung dari apa yang menjadi penyebabnya. Diantara penyebabnya antara lain menurut Macnab dibagi dalam :

1. Viscerogenik LBP, berkaitan dengan adanya gangguan penyakit dalam seperti ginjal, tomur didaerah retroperitoneal.

2. Neurogenik LBP berkaitan dengan adanya gangguan system syaraf oleh karena sebab tertentu seperti thalamic tumor,arachnoid irritasion tumor pada spinal dura

3. Vascular LBP (berkaitan gangguan sirkulasi) contohnya Aneurysma 4. Psychogenic LBP berkaitan dengan factor pikiran,dan emosi

5. Spondylogenik LBP berkaitan dengan struktur tulang belakang dan struktur penyokongnya

6. Pendapat lain mengelompakkan penyebab nyeri pinggang sebagai berikut 1) Back-strains. Ketegangan/keseleo/peregangan Ini adalah penyebab yang

paling sering muncul pada nyeri pinggang. Strain dapat terjadi pada otot,ligament atau pada persendian tulang belakang. Abnormal stress,

(4)

gerakan yang tiba-tiba atau penggunaan yang berlebihan seperti duduk lama dikantor atau ngenet dapat memicu back strain, terjatuh, otot yang lemah, hentakan yang tidak dikehendaki dapat juga menjadi pemicunya

2) Disc degeneration, terjadinya kelainan discus, mencakup spondilosis, HNP, Stenosis Spinalis, Osteoartritiss, Arthritis.

3) Sciatica Syaraf sciatica dari pinggang bawah yang berjalan dari tulang belakang ketungkai bagian belakang dapat teriritasi oleh adanya pembengkakan atau peradangan yang pada akhirnya menimbulkan nyeri 4) Osteoporosis, pengeropsan tulang atau hilangnya massa tulang

5) Emotional-stress terkait dengan adanya peningkatan ketegangan otot karena ketegangan pikiran.

6) Perubahan postur tubuh biasanya karena trauma primer dan sekunder. Trauma primer seperti : Trauma secara spontan, contohnya kecelakaan. Trauma sekunder seperti : Adanya penyakit HNP, osteoporosis, spondilitis, stenosis spinal, spondilitis,osteoartritis.

7) Ketidak stabilan ligamen lumbosacral dan kelemahan otot.

8) Prosedur degenerasi pada pasien lansia, penggunaan hak sepatu yang terlalu tinggi, kegemukan, mengangkat beban dengan cara yang salah, keseleo, terlalu lama pada getaran, gaya berjalan, merokok, duduk terlalu lama, kurang latihan (olah raga).

2.3. Patofisiologi

Struktur spesifik dalam system saraf terlibat dalam mengubah stimulus menjadi sensasi nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi dan persepsi nyeri disebut sebagai system nosiseptif. Sensitifitas dari komponen system nosiseptif dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor dan berbeda diantara individu. Tidak semua orang yang terpajan terhadap stimulus yang sama mengalami intensitas nyeri yang sama. Sensasi sangat nyeri bagi seseorang mungkin hampir tidak terasa bagi orang lain.

Reseptor nyeri (nosiseptor) adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang berespons hanya pada stimulus yang kuat, yang secara potensial merusak, dimana stimuli tersebut sifatnya bisa kimia, mekanik, termal. Reseptor nyeri merupakan jaras multi arah yang kompleks. Serabut saraf ini bercabang sangat dekat dengan

(5)

asalnya pada kulit dan mengirimkan cabangnya ke pembuluh darah lokal, sel-sel mast, folikel rambut dan kelenjar keringat. Stimuli serabut ini mengakibatkan pelepasan histamin dari sel-sel mast dan mengakibatkan vasodilatasi. Serabut kutaneus terletak lebih kearah sentral dari cabang yang lebih jauh dan berhubungan dengan rantai simpatis paravertebra system saraf dan dengan organ internal yang lebih besar.

Sejumlah substansi yang dapat meningkatkan transmisi atau persepsi nyeri meliputi histamin, bradikinin, asetilkolin dan substansi prostaglandin dimana zat tersebut yang dapat meningkatkan efek yang menimbulkan nyeri dari bradikinin. Substansi lain dalam tubuh yang berfungsi sebagai inhibitor terhadap transmisi nyeri adalah endorfin dan enkefalin yang ditemukan dalam konsentrasi yang kuat dalam system saraf pusat.

Kornu dorsalis dari medulla spinalis merupakan tempat memproses sensori, dimana agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada system assenden harus diaktifkan. Aktivasi terjadi sebagai akibat input dari reseptor nyeri yang terletak dalam kulit dan organ internal. Proses nyeri terjadi karena adanya interaksi antara stimulus nyeri dan sensasi nyeri.

Patofisiologi Pada sensasi nyeri punggung bawah dalam hal ini kolumna vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang yang elastik yang tersusun atas banyak unit vertebrae dan unit diskus intervertebrae yang diikat satu sama lain oleh kompleks sendi faset, berbagai ligamen dan otot paravertebralis. Konstruksi punggung yang unik tersebut memungkinkan fleksibilitas sementara disisi lain tetap dapat memberikan perlindungan yang maksimal terhadap sum-sum tulang belakang. Lengkungan tulang belakang akan menyerap goncangan vertical pada saat berlari atau melompat. Batang tubuh membantu menstabilkan tulang belakang. Otot-otot abdominal dan toraks sangat penting ada aktifitas mengangkat beban. Bila tidak pernah dipakai akan melemahkan struktur pendukung ini. Obesitas, masalah postur, masalah struktur dan peregangan berlebihan pendukung tulang belakang dapat berakibat nyeri punggung.

Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia bertambah tua. Pada orang muda, diskus terutama tersusun atas fibrokartilago dengan matriks gelatinus. Pada lansia akan menjadi fibrokartilago yang padat dan tak teratur. Degenerasi diskus intervertebra merupakan penyebab nyeri punggung biasa. Diskus

(6)

lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S6, menderita stress paling berat dan perubahan degenerasi terberat. Penonjolan diskus atau kerusakan sendi dapat mengakibatkan penekanan pada akar saraf ketika keluar dari kanalis spinalis, yang mengakibatkan nyeri yang menyebar sepanjang saraf tersebut.

2.4. Pathway Low Back Pain

2.5. Manifestasi Klinis

Gejala utama nyeri punggung bawah adalah nyeri di manapun di antara tulang rusuk dan paha atas Anda. Nyeri dapat terlokalisasi pada satu daerah kecil atau menjadi lebih umum sakit di punggung bawah.Intensitas rasa sakit dapat bervariasi

Gangguan pola tidur

(7)

dengan waktu, meningkat dengan gerakan, atau menyebar dari satu tempat ke tempat lain.

Dalam kebanyakan kasus Low Back Pain hanya berlangsung selama seminggu atau lebih, tetapi banyak orang menemukan masalahnya berulang, kecuali jika mereka mengubah gaya hidup mereka dan cara di mana mereka melakukan aktivitas sehari-hari.Dalam minoritas orang, terus-menerus rendah kembali sakit kronis dapat menyebabkan kecacatan.

Secara praktis manifestasi klinis diambil dari pembagian berdasarkan sistem anatomi :

1. LBP Viscerogenik

Tipe ini sering nyerinya tidak bertambah berat dengan adanya aktivitas maupun istirahat. Umumnya disertai gejala spesifik dari organ viseralnya. Lebih sering disebabkan oleh faktor ginekologik, kadang-kadang didapatkan spasme otot paravertebralis dan perubahan sudut ferguson pada pemeriksaan radiologik, nyeri ini disebut juga nyeri pinggang akibat referred pain.

2. LBP Vaskulogenik

Tahap dini nyerinya hanya sakit pinggang saja yang dirasakan, nyeri bersifat nyeri punggung dalam, nyeri sering menjalar kebokong, belakang paha, dan kedua tungkai, nyeri sering menjalar kebokong, belakang paha, dan kedua tungkai. Nyeri tidak timbul karena adanya stress spesifik pada kolumna vertebralis (membungkuk, batuk dan lain-lain). Diagnosa ditegakkan apabila ditemukan benjolan yang berpulpasi.

3. LBP Neurogenik

Nyeri sangat hebat, bersifat menetap, sedikit berkurang pada saat bediri tenang, terutama dirasakan pada saat malam hari. Nyeri dapat dibangkitkan dengan aktivitas, dan rasa nyeri berkurang saat penderita berbaring, sering didapat kompresi akar saraf, ditemukan juga spasme otot paravertebralis.

4. LBP Spondilogenik

(8)

1) HNP : Nyeri disertai iskialgia, dirasakan sebagai nyeri pinggang, menjalar kebokong, paha belakang tumit sampai telapan kaki.

2) Miofasial : Nyeri akibat trauma pada otot fasia atau ligamen, keluhan berupa nyeri daerah pinggang, kurang dapat dilokasikan dengan tepat, timbul mendadak waktu melakukan gerakan yang melampau batas kemampuan ototnya.

3) Keganasan : Tumor ganas pada daerah vertebrae dapat bersifat primer atau sekunder. Pada foto rontgen terlihat adanya destruksi, pemeriksaan laboratorium terlihat adanya peningkatan alkalifostase.

4) Osteoporotik : Terjadi pada lansia terutama wanita, nyeri bersifat pegal atau nyeri radikuler karena adanya fraktur kompresi sebagai komplikasi osterporosis tulang belakang.

5. LBP Psikogenik

Keluhan nyeri hebat tidak seimbang dengan kelainan organik yang ditemukan, penderita memilih suatu mekanisme pembelaan terhadap ancaman rasa amannya dengan menghindarkan diri bila tidak melakukan hal tertentu. Keadaan ini akan menyebabkan otot-otot dalam keadaan tegang sehingga meningkatkan spasme otot dan timbul rasa nyeri.

2.6. Pemeriksaan Penunjang

Prosedur diagnostik perlu dilakukan pada pasien yang mendertita nyeri punggung bawah. Sinar X- vertebra mungkin memperlihatkan adanya fraktur, dislokasi, infeksi, osteoartritis atau scoliosis.

Computed Tomografi (CT) berguna untuk mengetahui penyakit yang mendasari, seperti adanya lesi jaringan lunak tersembunyi disekitar kolumna vertebralis dan masalah diskus intervertebralis. USG dapat membantu mendiagnosa penyempitan kanalis spinalis. MRI memungkinkan visualisasi sifat dan lokasi patologi tulang belakang.

Pemeriksaan neurologi pada tungkai :

1. Sensibilitas (dermatome), motorik (kekuatan), tonus otot, reflek, tropik. 2. Test provokasi (sensorik).

(9)

2) Kernig

3) Bragard dan sicard 4) Patrick (lesi coxae)

5) Kontra Patrik (Lesi Sakroiliakal) 3. Adakah gangguan miksi dan defekasi.

4. Adakah tanda-tanda lesi upper motor neuron (UMN) dan lower motor (LMN). 2.7. Penatalaksanaan

Mengingat nyeri pinggang bawah banyak factor yang menjadi penyebabnya, maka dalam penanganannya pun menjadi memerlukan pendekatan yang comprehensive (Multidispliner) mulai dari Internist, ahli bedah tulang (Orthoped), Neurolog, Rehabilitasi, Fisioterapis dan lain-lain tergantung penyebabnya.

Setelah dilakukan pemerikasaan dan dapatkan diagnosisnya dan ternyata penyebab nyeri pinggang Anda adalah karena Spondylogenic maka langkah – langkah terapinya adalah :

2.7.1. Terapi Konservative 1. Tirah baring :

Tempat tidur dengan alat yang keras dan rata untuk mengendorkan otot yang spasme, sehingga terjadi relaksasi otot maksimal. Dibawah lutut diganjal batal untuk mengurangi hiperlordosis lumbal, lama tirah baring tidak lebih dari 1 minggu.

2. Medika mentosa :

Menggunakan obat tunggal atau kombinasi dengan dosis semiminimal mungkin, dapat diberikan analgetik non-steroid, muscle relaxant, tranguilizer, anti depresan atau kadang-kadang obat blokade neuratik.

3. Fisioterapi :

Dalam bentuk terapi panas, stimulasi listrik perifer, traksi pinggul, terapi latihan dan ortesa (kovset).

4. Psikoterapi :

Diberikan pada penderita yang pada pemeriksaan didapat peranan psikopatologi dalam timbulnya persepsi nyeri, pemberian psikoterapi dapat digabungkan dengan relaksasi, hyprosis maupun biofeedback training.

(10)

5. Akupuntur :

Kemungkinan bekerja dengan cara pembentukan zat neurohumoral sebagai neurotras mitter dan bekerja sebagai activator serat intibitor desenden yang kemudian menutup gerbang nyeri.

2.7.2. Terapi operativ

Dikerjakan apabila tindakan konservatif tidak memberikan hasil yang nyata, atau kasus fraktur yang langsung mengakibatkan defisit neurologik, ataupun adanya gangguan spinger

2.7.3. Teknik William Flexy dan Mc Kenzie Exercise

Latihan perlu dilakukan dengan hati-hati dan terarah agar tidak memperburuk keadaan, dapat dimulai pada hari ke 2 dan ke 3 kecuali jika penyebabnya adalah herniasi diskus. Penanganan Low Back Pain dengan menggunakan teknik william flexy dan mc kenzie bertujuan mengurangi nyeri pada kasus Low Back Pain. Peregangan otot lumbal yang tidak seimbang dapat menyebabkan Low Back Pain, yang disebabkan oleh myogenik, struktur otot tidak seimbang kekuatan (Ketegangan otot-otot erector/kecil-kecil tidak sama untuk menahan).

William Flexy Exercise Prisip WFE :

 Untuk merelaksasikan otot punggung dengan penguluran.  Penguatan Otot Perut.

Cara :

 Stretching otot-otot abdomen dan gluteus maksimus.  Stretching otot-otot extensor punggung.

Gerakan : Flexi Lumbosacral.

Teknik gerakan William Flexi modifikasi :

1. Pelvic tilt. Berbaring terlentang dengan lutut ditekuk, kaki rata dengan tanah. Sejajarkan punggung anda dengan lantai, tanpa menekan kaki. Tahan selama 5-10 detik.

2. Single Knee to chest. Berbaring terlentang dengan lutut ditekuk, kaki rata dengan tanah. Perlahan-lahan tarik lutut kanan anda ke arah pundak dan tahan selama 5-10 detik. Turunkan lutut dan ulangi dengan lutut lainnya.

(11)

3. Double knee to chest. Awali seperti latihan sebelumnya. Setelah menarik lutut ke arah dada dan tahan kedua lutut selama 5-10 detik. Perlahan-lahan turunkan satu kaki pada satu waktu.

4. Partial sit-up. Lakukan latihan angkat pelvis (latihan 1) dan, selagi menahan gerakan ini, perlahan-lahan tundukkan kepala anda dan bahu ikut terangkat dari lantai. Tahan sekuatnya. Kembali ke posisi awal secara perlahan-lahan.

5. Hamstring stretch. Awali dengan posisi duduk selonjor dengan jari-jari kaki mengarah atau berdiri tegak dan lutut extensi penuh. Perlahan-lahan turunkan tulang leher melewati kaki, tahan lutut supaya tetap extensi, lengan juga direntangkan ke depan melewati kaki, dan mata fokus ke depan.

6. Hip Flexor stretch. Letakkan satu kaki didepan kaki yang lainnya dengan posisi kaki kiri (didepan) di-flexikan dan kaki kanan (dibelakang) ditarik lurus ke belakang. Flexikan tulang leher sampai lutut kiri menyentuh ketiak. Lakukan dengan kaki satunya.

7. Squat. Berdiri dengan kedu kaki berdiri paralel, sejajar dengan bahu. Dengan tujuan mengatur tulang leher se-perpendikular mungkin dengan lantai, mata fokus ke depan, dan kaki datar dengan lantai, Pasien menurunkan posisi berdirinya dengan memflexikan lututnya.

8. Pasien terlentang pada bed yang padat, kedua tangan disilangkan di depan dada dan lutut semi flexi. Gerakan : bagian badan diangkat dengan pandangan lurus ke depan (Sit Up). Dilakukan 5-10 kali tiap sesi.

9. Pasien berdiri tegak. Gerakan : Kaki menyilang, kepala flexi dn kedua tangan ditarik ke arah kaki semaksimal mungkin.

10. Pasien duduk bersila, kedua telapak kaki bertemu. Gerakan : Kedua tangan memegang jempol kaki kemudian badan di flexikan semaksimal mungkin hingga mencium ibu jari kaki.

11. Pasien berhadapan dengan terapist, kedua tangan terapis dan pasien menyentuh bahu masing-masing berhadapan. Kaki dibuka selebar bahu. Gerakan : Badan Dibungkukkan sampai paralumbal terulur.

(12)

1) Latihan 1 : Retraksi Kepala

Latihan : Retraksi kepala artinya menarik kepala ke bela-kang. Jadi dalam posisi duduk, pandangan mata lurus ke depan tarik kepala ke belakang tanpa ada fleksi dan ekstensi kepala.

Lakukan latihan ini sampai 10 kali tiap latihan. Waktu retraksi ditahan 5 hitungan atau 5 detik.

Latihan pertama ini merupakan dasar latihan berikutnya. 2) Latihan 2 : Ekstensi Leher

Latihan : Latihan ke dua ini mengikuti latihan pertama, artinya waktu melakukan latihan pertama dan kepala dalam posisi retraksi kemudian dagu diangkat mata melihat langit-langit. Sewaktu kepala dalam posisi extensi dilakukan rotasi ke kanan dan kiri beberapa derajat, kemudian kembali ke posisi awal. Ulangi latihan ini 10 kali setiap kali latihan.

3) Latihan 3 : Retraksi Kepala

Latihan : Latihan ini prinsipnya sama dengan latihan pertama, tetapi dalam posisi berbaring. Mula-mula tekankan kepala ke alas kuat-kuat pada waktu itu tariklah dagu ke tubuh, pandangan tetap ke atas dan tahan sampai hitungan ke lima dan kemudian lemas. Latihan ini diulang sampai 10 kali setiap pengobatan.

Latihan ini untuk nyeri tengkuk yang hebat bila latihan dalam posisi duduk kurang tahan dilakukan.

4) Latihan 4 : Ekstensi Leher

Latihan : Tangan kanan yang menyangga kepala pelan-pelan dilepaskan hingga kepala ekstensi ke bawah. Secara aktif kepala diekstensikan lagi hingga maksimal. Waktu posisi eks-tensi penuh ini kepala dirotasikan ke kanan dan ke kiri. Tangan kanan kembali menyangga lagi ke bawah kepala dan geserkan badan hingga kepala tersangga penuh kembali di atas tempat tidur.

Latihan ini dilakukan sekali saja setiap latihan.

(13)

Latihan : Lakukan retraksi kepala (latihan 1) kemudian pada posisi retraksi, gerakan fleksi ke lateral kanan, kemudian ke kiri. Agar lebih efektif, lateral fleksi ditambah tekanan pasif sehingga maksimal kemudian diulang sampai 10 kali tiap latihan.

6) Latihan 6 : Rotasi leher ke kanan dan ke kiri

Latihan : Ulangi latihan 1 beberapa kali, kemudian tahan pada posisi retraksi kepala. Pada posisi tersebut kepala diputar ke kanan dan kiri. Jagalah kepala tetap dalam posisi retraksi pada waktu rotasi kepala tadi. Kadang-kadang dirasakan nyeri pada satu gerakan, misalnya rotasi ke kanan, namun teruskan sampai maksimum. Pada posisi rotasi maksimum ini tambah-kan sedikit pasif ke rotasi lebih lanjut, tahan kira-kira 5 kali hitungan dan kembali ke posisi awal sambil rileks. Gerakan pasif ini dilakukan sendiri dengan tangan. Ulangi latihan tersebut 10 kali gerakan ke kanan dan kiri setiap latihan.

7) Latihan 7 : Fleksi Leher

Latihan : Pandangan lurus ke depan dan rileks. Jatuhkan kepala ke depan hingga hampir menyentuh dada secara lemas. Kemudian taruh kedua tangan di oksipital kepala (jari-jari saling menjepit), jatuhkan siku dengan rileks ke bawah sehingga beban kedua tangan menambah fleksi leher. Tahan sampai 5 kali hitungan dan kembali lagi ke posisi awal. Latihan 7 ini akan terasa sekali manfaatnya pada kasus nyeri tengkuk atau kaku tengkuk. Latihan diulangi cukup 2 sampai 3 kali setiap latihan.

Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah :

1) Setiap saat, sadar terhadap sikap yang benar dalam keadaan posisi apapun, kemudian peliharalah sikap yang benar ini secara terus menerus sebagai kebiasaan.

2) Jika terasa nyeri tengkuk akut, lakukan latihan 1 dan 2 atau 3 dan 4. 3) Jika timbul rasa nyeri tengkuk di satu pihak, lakukan latihan 5

(14)

4) Jika nyeri sudah berkurang lakukan latihan 6 dan 7, kemudian diikuti latihan 1 dan 2.

5) Jika nyeri tengkuk timbul lagi, lakukan koreksi sikap dan latihan 1 dan 2 dalam interval yang teratur

2.8. Pencegahan

Berhati-Hatilah Saat Mengangkat

1.Gerakanlah tubuh kepada barang yang akan diangkat sebelum mengangkatnya. 2.Tekukan lutut , bukan punggung, untuk mengangkat benda yang lebih rendah. 3.Peganglah benda dekat perut dan dada.

4.Tekukan lagi kaki saat menurunkan benda.

5.Hindari memutarkan punggung saat mengangkat suatu benda. 6.Lindungi Punggung Saat Duduk dan Berdiri.

7.Hindari duduk di kursi yang empuk dalam waktu lama.

8.Jika memerlukan waktu yang lama untuk duduk saat bekerja, pastikan bahwa lutut sejajar dengan paha. Gunakan alat Bantu (seperti ganjalan/bantalan kaki) jika memang diperlukan.

9.Jika memang harus berdiri terlalu lama,letakkanlah salah satu kaki pada bantalan kaki secara bergantian. Berjalanlah sejenak dan mengubah posisi secara periodic.

10. Tegakkanlah kursi mobil sehingga lutut daapt tertekuk dengan baik tidak teregang.

11. Gunakanlah bantal di punggung bila tidak cukup menyangga pada saat duduk dikursi

Tetaplah Aktif dan Hidup Sehat

1. Berjalanlah setiap hari dengan menggunakan pakaian yang nyaman dan sepatu berhak rendah.

2. Makanlah makanan seimbang, diit rendah lemak dan banyak mengkonsumi sayur dan buah untuk mencegah konstipasi.

3. Tidurlah di kasur yang nyaman.

(15)

BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN LOW BACK PAIN

3.1. Pengkajian

1. Aktivitas dan istirahat

Gejala : Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk, mengemudi dalam waktu lama, membutuhkan papan/matras waktu tidur, penurunan rentang gerak dari ekstrimiter pada salah satu bagian tubuh, tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan.

Tanda : Atropi otot pada bagian tubuh yang terkena, gangguan dalam berjalan. 2. Eliminasi

Gejala : Konstribusi, mengalami kesulitan dalam defekasi, adanya inkontenensia/retensi urine.

3. Integritas Ego

1) Gejala : Ketakutan akan timbulnya paralysis, ansietas masalah pekerjaan, finansial keluarga.

2) Tanda : Tampak cemas, defresi, menghindar dari keluarga/orang terdekat. 4. Neurosensori

1) Gejala : Kesemutan, kekakuan, kelemahan dari tangan/kaki.

2) Tanda : Penurunan refleks tendon dalam, kelemahan otot, hipotania, nyeri tekan/spasme pavavertebralis, penurunan persesi nyeri (sensori).

5. Nyeri/kenyamanan

1) Gejala : Nyeri seperti tertusuk pisau yang akan semakin memburuk dengan adanya batuk, bersin, membengkokan badan, mengangkat defekasi, mengangkat kaki, atau fleksi pada leher, nyeri yang tidak ada hentinya atau adanya episode nyeri yang lebih berat secara interminten; nyeri menjalar ke kaki, bokong (lumbal) atau bahu/lengan; kaku pada leher (servikal). Terdengar adanya suara “krek” saat nyeri baru timbul/saat trauma atau merasa “punggung patah”, keterbatasan untuk mobilisasi/membungkuk kedepan.

(16)

2) Tanda : Sikap: dengan cara bersandar dari bagian tubuh yang terkena, perubahan cara berjalan: berjalan dengan terpincang-pincang, pinggang terangkat pada bagian tubuh yang terkena, nyeri pada palpasi.

6. Keamanan

Gejala : Adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi. 7. Pemeriksaan Fisik

 Observasi : amati cara berjalan penderita pada waktu masuk ruang periksa, juga cara duduk yang disukainya. Bila pincang, diseret, kaku (merupakan indikasi untuk pemeriksaan neurologis). Amati juga apakah perilaku penderita konsisten dengan keluhan nyerinya (kemungkinan kelebihan psikiatrik).

 Inspeksi : untuk kolumna vertebralis (thoroko-lumbal dan lumbopsakral) berikut deformitasnya, serta gerakan tulang belakang, seperti fleksi kedepan, ekstensi kebelakang, fleksi kelateral kanan dan kiri. Nyeri yang timbul hampir pada semua pergerakan daerah lumbal sehingga penderita berjalan sangat hati-hati (kemungkinan infeksi, inflamasi, tumor dan fraktur)

 Palpasi : apakah terdapat nyeri tekan pada tulang belakang atau pada otot-otot disamping tulang belakang? Apakah tekanan dari diantara dua prosessus spinosus menimbulkan rasa nyeri (spurling sign)

 Perkusi : perhatikan apakah timbul nyeri jika processus spinosus diketok. 3.2. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri b.d masalah muskuloskeletal.

2. Kerusakan mobilitas fisik b.d nyeri spasme otot dan berkurangnya kelenturan. 3. Gangguan pola tidur b.d nyeri, tidak nyaman.

3.3. Intervensi

1. Nyeri b.d masalah muskuloskeletal. Kriteria hasil :

1) Mampu mengontrol nyeri

2) Melaporkan bahwa nyeri berkurang 3) Mampu mengenali nyeri

4) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang Intervensi:

(17)

1. Lakukan observasi nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.

R/ Memberi informasi untuk membantu dalam menentukan pilihan intervensi. 2. Observasi reaksi abnormal dari ketidaknyamanan.

R/ Masing-masing pasien mempunyai respon yang berbeda terhadap nyeri, perubahan respon verbal dan hemodinamik dapat mendeteksi adanya perubahan kenyamanan.

3. Ajarkan teknik non farmakologi.

R/ Membantu mengurangi rasa nyeri yang dialami pasien secara psikologis dimana dapat mengalihkan perhatian pasien sehingga tidak terfokus pada nyeri yang dialami.

4. Tingkatkan istirahat.

R/ Istirahat akan meningkatkan kebutuhan O2 sehingga suplai darah ikut meningkat.

5. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.

R/ Untuk menghilangkan nyeri hebat/berat, memberikan relaksasi mental dan fisik.

2. Kerusakan mobilitas fisik b.d nyeri spasme otot dan berkurangnya kelenturan.

Kriteria Hasil :

1) Klien meningkat dalam aktivitas fisik 2) Mengerti tujuan dan peningkatan aktivitas

3) Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah

4) Memperagakan penggunaan alat bantu mobilisasi Intervensi:

1. Lakukan TTV sebelum/sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan. R/ Untuk mengetahui keadaan pasien secara umum.

2. Observasi kemampuan klien dalam mobilisasi. R/ Mengetahui kemampuan klien untuk bergerak. 3. Ajarkan pasien tentang teknik ambulasi.

R/ Supaya secara psikologis pasien dapat menghadapi keadaannya ketika berada dalam perawatan.

4. Latih pasien dalam latihan pemenuhan ADLs secara mandiri sesuai kemampuan.

R/ Untuk membantu pemenuhan ADLs pasien secara mandiri.

5. Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi ADLs pasien. R/ Membantu pasien dalam hal pergerakan tubuh dan membantu memenuhi ADLs pasien.

6. Berikan alat bantu jika diperlukan.

(18)

3. Gangguan pola tidur b.d nyeri, tidak nyaman. Kriteria Hasil:

1) Jumlah jam tidur cukup 2) Pola tidur normal 3) Kualitas tidur cukup 4) Tidur secara teratur 5) Tidak sering terbangun

6) Tanda vital dalam batas normal Intervensi:

1. Observasi pola tidur / pola aktivitas.

R/ Untuk mengetahui pola tidur dan kecukupan kebutuhan tidur/istirahat pasien. 2. Anjurkan klien tidur secara teratur.

R/ Supaya pasien teratur dalam memenuhi kebutuhan istirahat dan tidurnya. 3. Jelaskan tentang pentingnya tidur yang cukup selama sakit dan terapi.

R/ Memberi pengetahuan kepada pasien bahwa tidur penting untuk mobilitas fisik pasien.

4. Monitor pola tidur dan catat keadaan fisik, psikososial yang mengganggu tidur. R/ Mengetahui pola tidur dan keadaan fisik dan psikososial pasien yang mengganggu kebutuhan istirahat pasien.

5. Diskusikan pada klien dan keluarga tentang tehnik peningkatan pola tidur. R/ Untuk memberitahu kepada klien dan keluarga (memberi pengetahuan) mengenai pola tidur dan pentingnya tidur.

3.4. Implementasi

1. Nyeri b.d masalah muskuloskeletal.

1) Melakukan observasi nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.

2) Mengobservasi reaksi abnormal dari ketidaknyamanan. 3) Mengajarkan teknik non farmakologi.

4) Meningkatkan istirahat.

5) Memberikan analgetik untuk mengurangi nyeri.

2. Kerusakan mobilitas fisik b.d nyeri spasme otot dan berkurangnya kelenturan. 1) Memonitor TTV sebelum/sesudah latihan dan lihat respon pasien saat

latihan.

2) Mengobservasi kemampuan klien dalam mobilisasi. 3) Mengajarkan pasien tentang teknik ambulasi.

4) Melatih pasien dalam latihan pemenuhan ADLs secara mandiri sesuai kemampuan.

5) Mendampingi dan membantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi ADLs pasien.

(19)

3. Gangguan pola tidur b.d nyeri, tidak nyaman. 1) Mengobservasi pola tidur / pola aktivitas. 2) Mengajurkan klien tidur secara teratur.

3) Menjelaskan tentang pentingnya tidur yang cukup selama sakit dan terapi. 4) Memonitor pola tidur dan catat keadaan fisik, psikososial yang mengganggu

tidur.

5) Mendiskusikan pada klien dan keluarga tentang tehnik peningkatan pola tidur.

3.5. Evaluasi Diagnosa 1:

1. Menghilangkan nyeri hilang/terkontrol

2. Mengungkapkan metode yang memberikan penghilangan

3. Mendemontrasikan penggunaaan intervensi (misalnya keterampilan relaksasi) untuk menghilangkan nyeri.

Diagnosa 2:

1. Mengungkapkan pemahaman tentang situasi/faktor resiko dan aturan pengobatan individual

2. Mendemontrasikan teknik/perilaku yang mungkin

3. Mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang sakit dan/atau kompensasi

Diagnosa 3:

(20)

BAB IV PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Low Back Pain adalah nyeri kronik didalam lumbal,biasanya disebabkan oleh terdesaknya para vertebral otot, herniasi dan regenerasi dari nucleus pulposus,osteoartritis dari lumbal sacral pada tulang belakang.

Low back pain dapat terjadi pada siapasaja yang mempunyai masalah pada muskuloskeletal seperti ketegangan lumbosacral akut,ketidakmampuan ligamen lumbosacral,kelemahan otot,osteoartritis,spinal stenosis serta masalah pada sendi inter vertebra dan kaki yang tidak sama panjang.

Kebanyakan nyeri punggung bawah disebabkan oleh salah satu dari berbagai masalah muskuloskeletal (misal regangan lumbosakral akut, ketidakstabilan ligamen lumbosakral dan kelemahan otot, osteoartritis tulang belakang, stenosis tulang belakang, masalah diskus intervertebralis, ketidaksamaan panjang tungkai).

Penyebab lainnya meliputi obesitas, gangguan ginjal, masalah pelvis, tumor retroperitoneal, aneurisma abdominal dan masalah psikosomatik. Kebanyakan nyeri punggung akibat gangguan muskuloskeletal akan diperberat oleh aktifitas, sedangkan nyeri akibat keadaan lainnya tidak dipengaruhi oleh aktifitas.

4.2. Saran

Diharapkan siswa mampu memahami tentang bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan low back pain sehingga dapat meningkatkan kesehatan pekerja yang ada di masyarakat.

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 1. Jakarta : EGC

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 3. Jakarta : EGC

Mutakin Arif. 2012. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Islam "Ibnu Sina" Yarsi Sumbar Bukittinggi menunjukkan bahwa 54,7% perawat memiliki kecendrungan turnover, dari

Tahap pelaksanaan analisis meliputi: (1) analisis deskriptif, (2) uji persyaratan analisis meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, uji linieritas,

value Teks default yang akan dimunculkan jika user hendak mengisi input maxlength Panjang teks maksimum yang dapat dimasukkan. emptyok Bernilai true jika user dapat tidak

Semua mahasiswa yang telah dinyatakan diterima oleh Mitra IDUKA mengikuti sesi pembekalan dari Ditjen DIKTI secara online agar mahasiswa memahami etika dan lebih siap

Sebelumnya dikatakan bahwa Kecamatan Reok lolos untuk menjadi Pusat Kegiatan Lokal dikarenakan memiliki pelabuhan kelas III dan jalan areteri yang mendukung

Lokasi tersebut dipilih secara purposif dengan alasan (a) ja- lan lintas Papua merupakan jalan yang mengikuti garis perbatasan antara Indonesia dan Papua New Guinea

Faktor Fisika dan Kimia Air Sungai Jorong Mudiak Palupuh Nagari Koto Rantang Kecamatan Palupuh Kabupaten Agam dapat dilihat pada tabel 3 yaitu suhu ketiga stasiun

Hasil penelitian menunjukkan tanaman kopi robusta yang dinaungi sengon memperoleh intensitas cahaya sebesar 46,50 %, sedangkan yang di naungi lamtoro sebesar 82,58%,