KATA PENGANTAR
Laporan Akhir ini merupakan salah satu dokumen yang disyaratkan bagi kelengkapan pekerjaan Paket 1 (Satu) : Perencanaan Teknis Pembangunan Sarana dan Prasarana Air Bersih di Kawasan Teknopolitan Kecamatan Langgam.
Laporan Akhir ini berisikan ..
Terimakasih Kami ucapkan kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Akhir ini.
Riau, Desember 2017
iii | Hal LAPORAN AKHIR
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR TABEL... v
DAFTAR GAMBAR ... vii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ... I – 1
1.2 Maksud dan Tujuan ... I – 2
1.3 Keluaran Pelaksanaan Pekerjaan ... I – 2
1.4 Ruang Lingkup Pekerjaan ... I – 3
BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH
2.1 Geografis ... II – 1
2.2 Batas Wilayah ... II – 3
2.3 Topografi ... II – 3
2.4 Iklim ... II – 4
2.5 Kependudukan ... II – 4
2.6 Akses Terhadap Air Bersih ... II – 5
2.7 Kawasan Techno Park Pelalawan ... II – 6
2.7.1 Struktur Ruang Kawasan ... II – 6 2.7.2 Luasan Zonasi Kawasan ... II – 7 2.7.3 Pola Ruang Kawasan ... II – 8
BAB 3 PENDEKATAN DAN METODOLOGI
3.1 Pendekatan ... III – 1
3.1.1 Pendekatan Teoritis ... III – 2 3.1.2 Pendekatan Data Teknis ... III – 2
iv | Hal LAPORAN AKHIR
3.1.3 Pendekatan Infrastruktur ... III – 3 3.1.4 Pendekatan Perencanaan ... III – 3
3.2 Metodologi ... III – 3
3.2.1 Kajian Teknis/Des Study ... III – 6 3.2.2 Identifikasi dan Pengumpulan Data ... III – 25 3.2.3 Analisis Data ... III – 33 3.2.4 Perencanaan Teknis ... III – 54
3.3 Tahapan Kegiatan ... III – 96
3.4 Penyusunan Laporan ... III – 98
3.5 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan ... III – 100
3.6 Identifikasi dan Kompilasi Data ... III – 102
3.7 Analisa dan Perumusan ... III – 104
3.8 Penyusunan DED ... III – 105
3.9 Pelaporan ... III – 107
BAB 4 KRITERIA PERENCANAAN TEKNIS
4.1 Periode Perencanaan ... IV – 1
4.2 Sasaran dan Prioritas Penanganan ... IV – 4
4.3 Strategi Penanganan ... IV – 5
4.4 Kriteria Kulaitas dan Kuantitas Air ... IV – 5
4.4.1 Kriteria Kualitas Air ... IV – 5 4.4.2 Kriteria Kuantitas Air ... IV – 8
4.5 Kriteria Pelayanan Air Minum ... IV – 8
4.6 Proyeksi Penduduk ... IV – 8
4.7 Penentuan Kebutuhan Air ... IV – 9
4.8 Kriteria Perencanaan SPAM ... IV – 9
4.8.1 Sumber Air ... IV – 9 4.8.2 Jalur Transmisi ... IV – 12 4.8.3 Pengelolaan Air ... IV – 17 4.8.4 Reservoar Distribusi ... IV – 26 4.8.5 Sistem Distribusi ... IV – 31 4.8.6 Jaringan Distribusi ... IV – 32
v | Hal LAPORAN AKHIR
BAB 5 RENCANA PENGEMBANGAN DAN RENCANA DETAIL SPAM
5.1 Umum ... V – 1
5.2 Daerah Pelayanan ... V – 1
5.3 Proyeksi Penduduk ... V – 1
5.4 Proyeksi Kebutuhan Air ... V – 2
5.4.1 Proyeksi Kebutuhan Air Kawasan Teknopolitan ... V – 3 5.4.2 Proyeksi Kebutuhan Air Kecamatan Langgam ... V – 4
5.5 Kapasitas Sistem ... V – 14
5.6 Rencana Sistem ... V – 16
5.7 Unit Air Baku ... V – 17
5.7.1 Sumber Air Baku dan Lokasi Intake ... V – 17
5.7.2 Pipa Transmisi Air Baku ... V – 27
5.8 Unit Produksi ... V – 27
5.8.1 Instalasi Pengolah Air (IPA) ... V – 27
5.8.2 Bangunan Reservoar ... V – 27
5.8.3 Bangunan Penunjang ... V – 28
5.9 Unit Distribusi ... V – 28
5.10 Rencana Komponen Sistem ... V – 29
BAB 6 RENCANA ANGGARAN BIAYA
6.1 Umum ... VI – 1
6.2 Rekapitulasi Anggaran Biaya ... VI – 1
6.3 Rincian Rencana Anggaran Biaya ... VI – 3
BAB 7 RENCANA ANGGARAN BIAYA
7.1 Umum ... VII – 1
7.2 Pekerjaan Tanah ... VII – 2
7.3 Pekerjaan Beton ... VII – 3
7.4 Pekerjaan Struktur Baja ... VII – 4
7.5 Pekerjaan Pipa ... VII – 5
vi | Hal LAPORAN AKHIR
Gambar 2.1 Peta Kecamatan Langgam ... II – 1 Gambar 2.2 Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Pelalawan ... II – 2 Gambar 2.3 Peta Sistem Pusat Kegiatan Struktur Ruang ... II – 12 Gambar 2.4 Skema Penentuan Luasan Zonasi ... II – 13 Gambar 2.5 Peta Rencana Pola Ruang Kawasan ... II – 16 Gambar 2.6 Prespektif 3D Konseptual Techno Park ... II – 17 Gambar 3.1 Diagram Metodologi Pekerjaan ... III – 4 Gambar 3.2 Diagram Alir Metodologi ... III – 5 Gambar 3.3 Diagram Pengoahan Air Bersih Konvensional ... III – 24 Gambar 3.4 Diagram Alir Pengolahan Air Bersih ... III – 24 Gambar 3.5 Contoh Bench Mark ... III – 28 Gambar 3.6 Pengukuran Poligon ... III – 30 Gambar 3.7 Bentuk Geometris Poligon Tertutup dengan Sudat Luar
dan Dalam ... III – 30 Gambar 3.8 Pengukuran Sudut Jurusan ... III – 31 Gambar 3.9 Pengamatan Azimuth Astronomis ... III – 31 Gambar 3.10 Pengukuran Sipat Datar ... III – 31 Gambar 3.11 Gaya Dorong dan Gaya Penahan ... III – 52 Gambar 3.12 Gaya Dorong Pada Belokan ... III – 52 Gambar 3.13 Pemasangan Angker Blok Di Tempat Pipa Berubah Arah ... III – 53 Gambar 3.14 Pemasangan Angker Blok Di Tempat Pipa Berubah Diameter ... III – 54 Gambar 3.15 Jet Injection Sistem Pengadukan Cepat ... III – 65 Gambar 3.16 In – Line Mechanical Mixer ... III – 68 Gambar 5.1 Peta Jumlah Penduduk dan Kebutuhan Air Kec. Langgam ... V – 13 Gambar 5.2 Kapasitas Sistem ... V – 15 Gambar 5.3 Skema Rencana Sistem ... V – 16 Gambar 5.4 Situasi Rencana Intake ... V – 17 Gambar 5.5 Hasil Uji Lab Sungai Kampar ... V – 18 Gambar 5.6 Hasil Sondir Boring ... V – 26
vii | Hal LAPORAN AKHIR
BAB 1
PENDAHULUAN
5.5 LATAR BELAKANG
Program Penataan Kawasan Teknopolitan dan Kawasan Strategis Lainnya
Pemerintah Kabupaten Pelalawan yang direncanakan melalui Kegiatan
Pembangunan Pengembangan Jaringan Air Bersih/Air Minum pada Tahun Anggaran 2017 ini, diharapkan mampu menyediakan sarana dan prasarana penunjang infrastruktur Kawasan Teknopolitan. Yang mana setiap infrastruktur Kawasan Teknopolitan ini harus diwujudkan dengan sebaik-baiknya, sehingga secara optimal mampu memenuhi fungsi dan kaidah yang diharapkan, handal dan dapat menjadi teladan bagi lingkungan khususnya di lingkungan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Pelalawan.
Setiap pelaksanaan infrastruktur Kawasan Teknopolitan perlu dilakukan Perencanaan oleh tenaga ahli yang professional sehingga dapat memenuhi kriteria teknis bangunan yang layak dari segi mutu, biaya dan kriteria administrasi bagi Pembangunan Kawasan Teknopolitan.
Penyedia jasa untuk perencanaan Kegiatan Pembangunan Pengembangan Jaringan Air Bersih/Air Minum yaitu Perencanaan Teknis Pembangunan Sarana dan Prasarana Air Bersih di Kawasan Teknopolitan Kec. Langgam perlu diarahkan secara baik dan menyeluruh sehingga mampu menghasilkan perencanaan kawasan yang
viii | Hal LAPORAN AKHIR
baik. Hasil perencanaan yang layak adalah yang dapat diterima menurut kaidah, norma serta tata laku professional.
Dalam hal pelaksanaan pekerjaan konstruksi pada Kegiatan Kegiatan Pembangunan Pengembangan Jaringan Air Bersih/Air Minum, diiringi dengan pelaksanaan Perencanaan teknisnya. Pada Tahun Anggaran 2017 ini, terdapat pekerjaan Perencanaan Teknis untuk kegiatan ini antara lain : Kegiatan Perencanaan teknis ini dibuat untuk mendukung pekerjaan konstruksi yang akan dilaksanakan.
5.5 MAKSUD DAN TUJUAN
Adapun maksud dan tujuan pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Pengembangan Jaringan Air Bersih/Air Minum terutama pada pekerjaan pengawasan teknis ini adalah
a. Maksud
Menyusun dokumen perencanaan teknis untuk mendukung pekerjaan konstruksi yang akan dilaksanakan.
b. Tujuan
Pekerjaan Perencanaan Teknis ini dilaksanakan dengan tujuan untuk dapat memperoleh perencanaan atau gambar teknis yang aman dan ekonomis serta mudah dilaksanakan dengan kuantitas dan kualitas bagian-bagian pekerjaan yang terukur. Selain itu, pekerjaan perencanaan teknis ini bertujuan untuk mendapatkan pedoman kerja sehingga pengawasan pelaksanaan pekerjaan konstruksi nantinya dapat terlaksana dengan baik dan akurat.
5.5 KELUARAN PELAKSANAAN PEKERJAAN
Secara umum keluaran yang diinginkan dari pekerjaan ini adalah sebuah produk perencanaan teknis sistem penyediaan air minum yang lengkap sehingga mudah dan jelas untuk dilaksanakan dan dikendalikan. Volume, disain dan spesifikasi teknis dengan kapasitas 100 lt/dt dari hasil perencanaan ini harus jelas dan dapat dipertanggung jawabkan, sesuai dengan standar pembangunan sarana dan prasarana Air Bersih yang diinginkan.
ix | Hal LAPORAN AKHIR
Selain itu, kesesuaian lokasi pekerjaan dengan harapan masyarakat setempat juga harus dapat dipertanggung jawabkan agar perencanaan pekerjaan konstruksi yang dihasilkan dari perencanaan ini dapat dimanfaatkan secara maksimal.
5.5 RUANG LINGKUP PEKERJAAN
Secara garis besar, ruang lingkup pekerjaan yang akan dilakukan oleh jasa konsultan perencanaan ini adalah sebagai berikut :
a. Melaksanakan pekerjaan persiapan berupa kegiatan ulang yaitu survey dan
investigasi secara teknis maupun non teknis (sosial ekonomi) dan melakukan pengukuran yang kemudian dituangkan dalam konsep rencana teknis (Laporan Pendahuluan);
b. Melaksanakan pembahasan konsep rencana teknis dengan Pengguna
Anggaran, Pelaksana Teknis Kegiatan dan hasil pembahasan tersebut dituangkan dalam konsep pra rencana teknis (Draft Laporan Akhir);
c. Melaksanakan asistensi dengan Pejabat Pembuat Komitmen dan hasilnya
disusun dalam pengembangan rencana teknis, yang memuat antara lain : Dokumen Perencanaan Teknis Pembangunan Sarana dan Prasarana Air Bersih di Kawasan Teknopolitan Kec. Langgam dan Dokumen Rencana Anggaran Biaya (Engineer Estimate) serta Dokumen Lelang sesuai dengan masing-masing paket kegiatan yang akan dilaksanakan (Laporan Akhir);
d. Membuat gambar detail rencana teknis yang terdiri dari : Gambar Situasi (Site
Plan), Denah, Tampak, Potongan dan detail-detail gambar perencanaan teknis;
e. Melaksanakan perbaikan/revisi perencanaan jika dipandang perlu, jika selama
dalam proses pelelangan ditemukan adanya kesalahan dan atau ketidak
jelasan yang menimbulkan keraguan dalam pelaksanaan baik dalam
x | Hal LAPORAN AKHIR
BAB 2
GAMBARAN UMUM WILAYAH
5.5 Geografis
Kecamatan Langgam adalah salah satu kecatana yang berada di Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau, terletak pada sisi timur Pulau Sumatera dan berada di selatan Kota Pekabaru sebagai Ibu Kota Provinsi. Kondisi geografis Kecamatan Langgam berada pada koordinat 0,2477 LS dan 101,7195 BT.
11 | Hal LAPORAN AKHIR
ii | Hal LAPORAN AKHIR
5.5 Batas Wilayah
Batas wilayah Kecamatan Langgam adalah :
Sebelah Utara : Kecamatan Bandar Sei Kijang dan Pankalan Kerinci
Sebelah Selatan : Kabupaten Kuantan Singingi
Sebelah Timur : Kecamatan Pangkalan Kuras
Sebelah Barat : Kabupaten Kampar
5.5 Topografi
Desa/Kelurahan di Kecamatan Langgam pada umumnya merupakan daerah dengan topografi rendah, berada pada ketinggian 7 s/d 39 mdpl, bahkan terdapat wilayah yang terpengaruh oleh pasang surut air sungai.
Banyak sekali terdapat aliran-aliran sungai yang melewati wilayah kecamatan Langgam, baik sungai yang berasal dari kecamatan di atasnya maupun sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut. Beberapa sungai dijadikan sebagai sumber air bersih untuk keperluan masyarakat. Di Kecamaan Langgam tidak terdapat gunung, hanya ada bukit-buit kecil yang memiliki ketinggian muka tanah kurang dari 50 mdpl.
Tabel 2.1 Topografi Wilayah Kecamatan Langgam Desa/Kelurahan Topografi Dataran Tinggi Dataran Rendah Daerah
Aliran Sungai Pantai
Ketinggian Segati v 39 Sotol v 25 Tambak v 20 Langkan v 7 Pangkalan Gondai v 30 Penarikan v 7 Langgam v 20 Padang Luas v 7 Jumlah 0 7 1 0
iii | Hal LAPORAN AKHIR
5.5 Iklim
Seperti halnya daerah lain di Indonesia, di Kecamatan Sambung Makmur juga mempunyai dua musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Curah hujan di suatu daerah di pengaruhi oleh iklim, topografi, perputaran arus udara.
5.5 Kependudukan
Berdasarkan data yang tecatat pada Badan Pusat Statistik Kecamatan Langgam, jumlah rumah tangga pada pertengahan tahun 2016 mencapai 2.723 Rumah Tangga, dengan jumlah penduduk 30.511 orang yang terdiri dari 15.738 laki-laki dan 14.773 perempuan, dengan rata-rata sex ratio 1.07. Jumlah penduduk terbanyak berada di Desa Segati dengan jumlah penduduk 8.460 jiwa. Kepadatan 14 penduduk per kilometer persegi, sedang daerah dengan kepadatan terendah adalah Desa Sotol yaitu 13 penduduk per kilometer persegi.
Tabel 2.2 Penduduk Menurut Jenis Kelamin Per Desa Tahun 2016
Desa/Kelurahan Laki-Laki Perempuan Rasio Jenis
Kelamin Jumlah Penduduk Segati 4.471 3.989 1,12 8.460 Sotol 545 594 0,92 1.139 Tambak 1.634 1.495 1,09 3.129 Langkan 1.990 1.900 1,05 3.890 Pangkalan Gondai 2.639 2.568 1,03 5.207 Penarikan 790 728 1,09 1.518 Langgam 2.486 2.528 0,98 5.014 Padang Luas 1.183 971 1,22 2.154 Jumlah 15.738 14.773 1,07 30.511
Tabel 2.3 Penduduk dan Kepadatan Penduduk Per Desa Tahun 2016
Desa/Kelurahan Jumlah
Penduduk Luas Wilayah
Kepadatan Penduduk
Segati 8.460 597,42 14
iv | Hal LAPORAN AKHIR
Desa/Kelurahan Jumlah
Penduduk Luas Wilayah
Kepadatan Penduduk Tambak 3.129 94 33 Langkan 3.890 17,24 226 Pangkalan Gondai 5.207 298,13 17 Penarikan 1.518 76 20 Langgam 5.014 117 43 Padang Luas 2.154 40 54 Jumlah 30.511 1.326,79 23
Tabel 2.4 Jumlah Penduduk, Keluarga dan Rata-rata Penduduk per Keluarga per Desa Tahun 2016 Desa/Kelurahan Jumlah Penduduk Jumlah Keluarga Rata-rata Penduduk per keluarga Segati 8.460 2.225 4 Sotol 1.139 272 4 Tambak 3.129 788 4 Langkan 3.890 972 4 Pangkalan Gondai 5.207 1.329 4 Penarikan 1.518 414 4 Langgam 5.014 1.222 4 Padang Luas 2.154 562 4 Jumlah 30.511 7.784 4
5.5 Akses Terhadap Air Bersih
Kecamatan Langgam mendapatkan akses air bersih melalui air isi ulang, PAM, Sumur, Mata Air/Sungai dan Air Hujan. Akses air bersih di Kecamatan ini didominasi dengan sumber air yang berasal dari sumur yaitu sebanyak 3.320 keluarga. Sedangkan akses air bersih yang berasal dari PAM/Ledeng hanya sebanyak 205 keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa akses air bersih perpipaan belum banyak mengakses masyarakat di Kecamatan Langgam.
v | Hal LAPORAN AKHIR
Tabel 2.5 Akses Terhadap Air Bersih Tahun 2016
Desa/Kelurahan Air Isi Ulang PAM Sumur Mata Air/Sungai Air
Hujan Segati 685 - 871 665 4 Sotol 69 - 67 113 23 Tambak 28 3 450 137 170 Langkan 956 - 16 - - Pangkalan Gondai 69 - 1.106 154 - Penarikan 172 - 228 14 - Langgam 714 202 283 23 - Padang Luas 263 - 299 - - Jumlah 2.956 205 3.320 1.106 197
5.5 Kawasan Techno Park Pelalawan
2.7.1 Struktur Ruang Kawasan Techno Park Pelalawan
Dalam pengembangan kawasan Techno Park Pelalawan, konsep pengembangannya adalah sistem klaster dimana dalam suatu kawasan terdiri dari sistem-sistem kecil yang bergabung membentuk sistem yang lebih besar menjadi satu kesatuan sistem kawasan.
Dalam pengembangan kawasan Techno Park, diproyeksikan akan mempunyai satu pusat inti, dan beberapa sub pusat dengan skala yang lebih kecil. Pusat tersebut saling berkaitan membentuk sistem kota. Dalam perencanaan sistem pusat-pusat kawasan Techno Park sebagai bagian dari struktur kawasan/kota, maka konsepsi pengembangannya bisa diliihat pada gambar 2.3.
Dalam peta sistem pusat kegiatan (Gambar 2.3), dapat dilihat bahwa pusat kawasan Techno Park berada di tengah kawasan sebagai Hirarki 1 atau sebagai kawasan CBD dari kawasan tersebut. Hirarki 1 ini merupakan pusat kegiatan kawasan melayani kegiatan lokal, nasional dan internasional yang Kemudian sesuai dengan multiple
vi | Hal LAPORAN AKHIR
nuclea theory bahwa terdapat pusat-pusat kegiatan lain disekitarnya yang mempunyai tingkat kegiatan lebih rendah dibanding pusat utama yaitu hirarki 2 yang melayani kegiatan dalam beberapa klaster, misalnya klaster perumahan, pendidikan tinggi, dan R&D, ataupun klaster industri. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) dalam kawasan Techno Park ini adalah hirarki 3 yang melayani kegiatan atau aktifitas di kawasan permukiman atau perumahan.
2.7.2 Luasan Zonasi Kawasan Techno Park Pelalawan
Luasan zona dalam kawasan Techno Park ditentukan dengan kebutuhan ruang dari masing-masing zona berdasarkan skenario pengembangan industri hilir kelapa sawit. Dalam skenario pengembangan industri hilir kelapa sawit, sudah mempunyai proyeksi kebutuhan tenaga kerja. Dengan adanya proyeksi kebutuhan tenaga kerja dan proyeksi kebutuhan pabrik yang akan ada dalam zona industri akan didapat luasan zona industri dan luasan zona-zona lainnya.
Luasan kebutuhan zona pendidikan dan zona riset disesuaikan dengan perencanaan yang akan memenuhi zona tersebut. Luasan zona perumahan didasarkan pada asumsi tenaga kerja zona industri, zona pendidikan, zona riset, zona lainnya dan juga mempertimbangkan proyeksi penduduk di Kabupaten Pelalawan, karena kawasan Techno Park Pelalawan ini diciptakan sebagai kawasan yang inklusif untuk Kabupaten Pelalawan, maupun daerah sekitarnya. Kebutuhan zona perdagangan dan jasa, zona sarana pelayanan umum, dan zona lindung akan disesuaikan dengan kesesuaian lahan dan rencana struktur ruang kawasan Techno Park Pelalawan. Berdasarkan skema analisis (Gambar 2.4), luasan zonasi kawasan Techno Park Kabupaten Pelalawan bisa dilihat pada tabel 2.6. Pada tabel tersebut kawasan Techno Park Kabupaten Pelalawan terdiri dari 7 zona sesuai dengan Permen PU No 20 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan RDTR dan Peraturan Zonasi, yaitu zona industri, zona pendidikan, zona R&D/Riset dan Pengembangan, zona perumahan, zona perdagangan dan jasa, zona sarana dan pelayanan umum dan zona lindung yang terdiri dari zona RTH, zona perlindungan kawasan setempat, dan zona yang memberikan perlindungan zona dibawahnya.
vii | Hal LAPORAN AKHIR
2.7.3 Pola Ruang Kawasan Techno Park Pelalawan
Rencana pola ruang merupakan rencana distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.
Rencana pola ruang berfungsi sebagai:
1. Alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial, ekonomi, serta kegiatan pelestarian fungsi lingkungan dalam BWP;
2. Dasar penerbitan izin pemanfaatan ruang; 3. Dasar penyusunan RTBL; dan
4. Dasar penyusunan rencana jaringan prasarana. Rencana pola ruang dirumuskan berdasarkan:
a. daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup dalam BWP; dan
b. perkiraan kebutuhan ruang untuk pengembangan kegiatan sosial ekonomi dan pelestarian fungsi lingkungan
Berdasarkan analisis dari kebutuhan zonasi kawasan Techno Park Pelalawan
dibutuhkan 7 zona yang terdiri dari Zona lindung dan konservasi, zona pendidikan, zona R&D, zona industri, zona perumahan, zona sarana dan pelayanan umum, zona perdagangan dan jasa. Pola ruang kawasan Techno Park Pelalawan ditentukan dengan melihat rencana strktur ruang kawasan. Struktur ruang kawasan Techno Park Pelalawan menggunakan pendekatan multiple nuclea theory dimana suatu kawasan berkembang dengan mempunyai satu pusat utama yang diikuti dengan beberapa sub pusat dengan skala yang lebih kecil.
Zona perumahan berdekatan dengan zona pendidikan dan zona R&D/Riset dan Pengembangan sebagai salah satu faktor yang diperhatikan dalam pengembangan kawasan (BKPM,2011). Hal ini dimaksudkan untuk efisienasi mobilitas dari tempat hunian menuju zona R&D. Zona pendidikan dan zona R&D mempunyai letak yang bersebelahan dikarenakan zona pendidikan masih merupakan satu klaster dengan zona R&D sehingga untuk mempermudah akases dan interaksi antar dua zona tersebut maka posisi zona diletakkan bersampingan. Hal ini sesuai dengan pedoman dalam mengembangankan kawasan bahwa harus tersedia klaster bangunan dalam lingkungan R&D dengan tema multidisiplin berdasarkan program pelatihan
viii | Hal LAPORAN AKHIR
universitas termasuk teknologi komunikasi maju, biosains dan bioteknologi, material maju, teknologi lingkungan dll (BKPM,2011).
Zona industri dibagi menjadi 2 lokasi, yaitu zona industri 1 untuk Kawasan industri UKM dan Aneka Industri yang tidak mengandung banyak limbah seluas 193 Ha, dan zona industri 2 untuk industri skala menengah dan besar di lahan seluas 625 Ha. Zona industri 2 diletakkan pada wilayah yang tidak berdekatan dengan zona perumahan sesuai dengan peraturan pengembangan kawasan industri bahwa kawasan industri harus berjarak minimal 2 KM dari zona perumahan dan dipisahkan dengan sabuk hijau atau green belt yaitu zona RTH. Zona RTH yang dimaksud disini bukan merupakan green belt keseluruhan, melainkan terdiri dari RTH publik dan RTH Privat.
Pembagian zonasi kawasan Pelalawan tersebut dapat diturunkan dalam tabel dibawah ini:
Tabel 2.6 Pembagian Zonasi Kawasan Techno Park Pelalawan
No Zonasi Klasifikasi Turunan Zonasi
1 Zona Industri • Industri oleo pangan
• Industri oleo oleo kimia dasar
• Industri oleo kimia turunan
• Industri kecil dan menengah (IKM)
• Aneka Industri (aneka pengolahan pangan yang
• menghasilkan kebutuhan pokok di bidang pangan
• seperti garam, gula, margarine,
• minyak goreng, shampo, kosmetik, dll)
• Area logistik dan gudang.
• Fasilitas peribadatan
• Sarana olahraga
ix | Hal LAPORAN AKHIR
No Zonasi Klasifikasi Turunan Zonasi
2 Zona
Perumahan
• Rumah kepadatan sangat tinggi >1000 Rumah/Ha
• Rumah kepadatan tinggi 100-1000 Rumah/Ha
• Rumah kepadatan sedang 40-100 Rumah/Ha
• Rumah kepadatan rendah 10-40 Rumah/Ha
• Rumah kepadatan rendah 1-10 Rumah/Ha
• Hunian tidak bertingkat:
– Rumah Tunggal
– Rumah Kopel
– Rumah Deret
• Hunian bertingkat/rumah susun/apartemen:
– Rumah susun sederhana sewa
– Rumah susun sederhana
– Rumah susun mewa/apartmen
• Fasilitas umum dan sosial:
– Balai pertemuan warga, gardu listrik, parkir umum,
TPS, posyandu, balai pengobatan warga,
puskesmas, apotik, tempat peribadatan, sarana olahraga.
3 Zona
Perdagangan dan Jasa
• Zona Perdagangan:
– Bangunan usaha perdagangan (eceran dan grosir):
toko, warung, tempat perkulakan, pertokoan, dan sebagainya;
– Bangunan penginapan: hotel, guest house,
motel, dan penginapan lainnya;
– Bangunan penyimpanan dan pergudangan: tempat
parkir, gudang;
– Bangunan tempat pertemuan: aula, tempat
konferensi;
– Bangunan pariwisata/rekreasi (di ruang tertutup):
bioskop, area bermain.
• Zona Jasa:
– Perkantoran Pemerintah
– Perkantoran Swasta
x | Hal LAPORAN AKHIR
No Zonasi Klasifikasi Turunan Zonasi
4 Zona sarana
pelayanan umum
• sarana pelayanan umum transportasi (Terminal),
• sarana pelayanan umum kesehatan,
• sarana pelayanan umum olahraga (Gedung Olahraga, Gym,
dll),
• sarana pelayanan umum sosial budaya,
• sarana pelayanan umum peribadatan,
5 Zona Lindung •
tertentu. RTH privat adahal RTH milik institusi tertentu atau orang perseorangan yang pemanfaatannya untuk kalangan terbatas antara lain berupa kebun atau halaman rumah/gedung milik masyarakat/swasta yang ditanami tumbuhan, lapangan olahraga berbayar (lapangan golf, lapangan sepakbola, dll). RTH Publik adalah adalah RTH yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah kota/kabupaten yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum, misalnya sabuk hijau (greenbelt), Taman RT, RW, Kelurahan, Kecamatam, Kota, jalur hijau jalan, jalur hijau listrik tegangan tinggi dll.
• Zona perlindungan setempat sempadan pantai,
sempadan sungai, zona sekitar danau atau waduk, zona sekitar mata air
• Zona yang memberikan perlindungan terhadap zona di
bawahnya: zona bergambut dan zona resapan air
6 Zona
Pendidikan
• Pendidikan tinggi, SD, SMP & SMA, Akademi Komunitas,
dan Bumi Perkemahan.
7 Zona Riset • Perkantoran dan pusat riset kelapa sawit, Lembaga
Litbang, Laboratorium peternakan, perkantoran pusat inovasi, dan Cadangan untuk lahan pengembangan Pusat Inovasi dan Fasilitas Riset lainnya
ii | Hal LAPORAN AKHIR
iii | Hal LAPORAN AKHIR
iv | Hal LAPORAN AKHIR
Tabel 2.7 Luasan Zonasi Kawasan Techno Park Pelalawan
No Pola Ruang Kawasan
Pelalawan
Luasan Kebutuhan
(Ha) Zona 1 Zona 2 Keterangan
1. Zona Lindung &
Konservasi 2228 2228 -
Fungsi konservasi, fungsi kebun percontohan/riset, dan fungsi lindung. Pemanfaatan lahan gambut akan berpedoman pada PP No 71 Tahun 2014 ttg perlindungan & pengelolaan ekosistem gambut.
2. Zona Pendidikan 100 100 - Universitas / Perguruan Tinggi, Sekolah Kepolisian , TK &SD,
SMP & SMA, Akademi Komunitas , Area Perkemahan
3. Zona R&D 180 180 -
Perkantoran dan pusat riset kelapa sawit, Lembaga Litbang, Laboratorium peternakan, perkantoran pusat inovasi, dan Cadangan untuk lahan pengembangan Pusat Inovasi dan Fasilitas Riset lainnya
4. Zona industri 818 625 193
Zona Industri 818 Ha. (dasar perhitungan adalah 3 skenario pengembangan industri hilir kelapa sawit). Zona Industri ini terbagi menjadi 458Ha untuk kavling industri sesuai 3 skenario pengembangan industri, 114,5Ha lahan pengembangan industri diproyeksikan 25% dari luas kavling industri, RTH 163,7Ha (20% dari luas total kavling industri), Fasilitas penunjang 81,8Ha (10% dari luas total kavling industri) -> Permenperin 35/2010.
v | Hal LAPORAN AKHIR
No Pola Ruang Kawasan
Pelalawan
Luasan Kebutuhan
(Ha) Zona 1 Zona 2 Keterangan
5. Zona Perumahan 502 120 382
Luasan Lahan zona perumahan 502Ha. (Luas Kapling Perumahan berdasarkan asumsi pekerja industri sesuai luasan kavling
industri dan proyeksi SDM di zona lain (Permenperin 35/2010)
6. Zona sarana dan
Pelayanan Umum 160 11 149
sarana pelayanan umum transportasi, sarana pelayanan umum kesehatan, sarana pelayanan umum olahraga (Gedung Olahraga, Gym dll), sarana pelayanan umum sosial budaya, dan sarana pelayanan umum peribadatan,
7 Zona Perdagangan dan
Jasa 282 99,2 182,8
perdagangan jasa deret dan perdagangan jasa tunggal, (bila diperlukan dapat dirinci lebih lanjut ke dalam lokasi PKL, pasar tradisional, pasar modern, pusat perbelanjaan, dan sebagainya), termasuk kantor pemerintah dan swasta yang merupakan bagian dari jasa, bangunan penginapan (Hotel, guest house, dll),
bangunan tempat pertemuan(Aula, tempat konferensi), bangunan pariwisata/rekreasi di ruang tertutup(bioskop, area bermain) dll.
Kebutuhan jaringan jalan
dan buffer kawasan 560
384,8 Ha
175, 4Ha
Jaringan Jalan Primer dan Sekunder, Jaringan pejalan kaki dan sepeda, jaringan jaringa terminal barang dan penumpang, jaringan transportasi umum, dan buffer zonasi.
vi | Hal LAPORAN AKHIR
vii | Hal LAPORAN AKHIR
8 | Hal LAPORAN AKHIR
BAB 3
PENDEKATAN, METODOLOGI & RENCANA
KERJA
3.1 PENDEKATAN
Secara umum uraian pendekatan pekerjaan merupakan upaya untuk mencapai hasil akhir sesuai dengan maksud, tujuan dan sasaran pekerjaan. Hal ini dicapai dengan pendekatan terhadap aspek-aspek yang berkaitan dengan subtansi materi pekerjaan dan aspek-aspek yang berkaitan dengan pelaksanaan untuk mencapai hasil akhir pekerjaan yang diharapkan.
Hal-hal yang berkaitan dengan materi pekerjaan dilakukan dengan melakukan konsep perancangan,design,danpengembangan terhadap rencana Pembangunan melalui uraian pendekatan yang sesuai dengan hasil yang akan dicapai. Perencanaan teknis pada dasarnya merupakan suatu proses perencanaan terakhir sebelum diwujudkan atau dilaksanakan dalam bentuk fisik baik bangunan maupun kawasannya. Tingkat keberhasilan harus bermanfaat bagi semua pihak baik bagi pihak pemerintah, swasta maupun bagi masyarakat.
Pendekatan yang ditempuh dalam pelaksanaan pekerjaan perencanaan ini akan dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai aspek secara sistemik sehingga dapat menghasilkan perencanaan yang baik sesuai dengan kaidah perencanaanteknis bangunan,kawasan maupun teknis lain yang dijabarkan ke dalam bentuk nyata. Pendekatan umum yang akan digunakan dalam pekerjaan ini, yaitu:
9 | Hal LAPORAN AKHIR
3.1.1 Pendekatan Teoritis
Pendekatan teoritis dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data teknis (desk study) dari kajian sebelumnya terhadap pekerjaan ini terutama faktor-faktor yang sangat kuat relevansinya dengan, yang dalam hal ini berupa : (i) kajian terhadap teknis menyeluruh yang dilakukan sebelumnya (ii) review (jika diperlukan) terhadap data teknis yang ada, (iii) menggunakan rumus-rumus baku perencanaan teknis, (iv) Masterplan atau Rencana Induk yang telah ada.
3.1.2 Pendekatan Data Teknis
Pendekatan data teknis digunakan untuk memperoleh metode dalam perencanaan teknis sehingga hasil yang diperoleh sesuai dengan kaidah yang berlaku, baik teknis maupun lingkungan. Adapun data teknis yang diperlukan adalah sebagai berikut:
Master Plan dan RISPAM secara keseluruhan lokasi perencanaan untuk menentukan pembangunan serta berapa debit yang akan direalisasikan terlebih dahulu, peruntukan masing-masing bangunan yang menjadi objek perencanaan dan pembangunan.
Peta Topografi dengan skala yang sesuai dan cukup menggambarkan lokasi
Detail Engineering Design daribangunan yang direncanakan sebelumnya. Pendekatan Teoritis
Pendekatan Data Teknis
Pendekatan Infrastruktur
10 | Hal LAPORAN AKHIR
Data curah hujan pada lokasi perencanaan untuk menentukan ketinggian batas banjir sehingga bangunan yang direncanakan tidak mendapat ancaman tergenang air pada saat curah hujan tinggi.
3.1.3 Pendekatan Infrastruktur
Pada pendekatan ini, perencanaan mempertimbangkan keberadaan infrastruktur eksisting yang dapat membantu pelaksanaan pembangunan fisik.Atau kendala dari infrastruktur yang tersedia sehingga dapat diantisipasi pada saat membuat perencanaan. Pada pendekatan ini perlu dilakukan pengamatan atau investigasi atas apa yang sudah dilakukan oleh pihak lain untuk hal yang serupa.
3.1.4 Pendekatan Perencanaan
Pendekatan ini dimaksudkan untuk memberikan hasil perencanaan dan tidak terlepas dari hubungannya dengan Pembangunantersebut berada sehingga masyarakat akan merasa memiliki bangunan tersebut dengan adanya identitas budaya yang tercermin dalam bentuk aristektur.
Diharapkan dengan adanya identitas ini pemerintah daerah dan masyarakat akan menjaga serta terlibat secara langsung dalam berbagai kegiatan karena menjadi modal dan aset daerah, membantu warga untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan merasa memiliki, sehingga manfaat serta fungsi dari pembangunan ini sesuai dengan tujuannya.
3.2 METODOLOGI
Metodologi perencanaan disusun berdasarkan lingkup kegiatan pekerjaan yang diisyaratkan dalam Kerangka Acuan Kerja dan pertimbangan yang dianggap perlu untuk mempermudah / meningkatkan kualitas pekerjaan.
Pekerjaan DED ini , untuk mendapatkan konsep perencanaan dan detail design dalam gambar dan dokumen yang terpadu, sehingga dapat menjadi pegangan pada waktu pelaksanaan pembangunan dilapangan.
11 | Hal LAPORAN AKHIR
Metodologi yang digunakan dalam Kegiatan Konsultan Perencanaan, diuraikan dalam bentuk tahapan-tahapan yang berisikan alur kegiatan penyelesaian pekerjaan sebagai berikut :
Kajian Teoritis/Desk Study
Identifiakasi dan Pengumpulan Data Teknis
Analisis Data
Perencanaan Teknis
Pengumpulan Data Harga, Material dan Upah Pekerja Lokal
Dokumen Lelang
Gambar 3.1 Diagram Metodologi Pekerjaan
Kajian Teoritis / Desk Studi: - Data teknis lokasi
perencanaan
- Data teknis hasil pekerjaan sebelumnya
- Rencana Pembangunan dan - Standar perencanaan
Identifikasi &
Pengumpulan Data Teknis (primer& sekunder) Identifikasi data lokasi perencanaan Identifikasi data teknis
Identifikasi Arsitektur Identifikasi struktur
Analisis Data Teknis
Analisis Arsitektur
Analisis Struktur Analisis Mekanikal & Elektrikal
Identifikasi mekanikal & elektrikal Konsep Perencanaan - Perencanaan teknis - Disain - Spesifikasi teknis - Dokumen lelang
12 | Hal LAPORAN AKHIR
13 | Hal LAPORAN AKHIR
3.2.1 Kajian Teknis/Desk Study
Pada tahapan ini dijabarkan tinjauan pustaka dari beberapa ahli maupun buku mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan air bersih antara lain mengenai sumber air baku, syarat pemilihan air baku, unit – unit pengolahan air bersih dan juga operasi serta pemeliharaannya.diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Perhitungan Kebutuhan Air
Kebutuhan air dihitung berdasarkan kebutuhan untuk rumah tangga (domestik), non domestik dan juga termasuk perhitungan atas kebocoran air.Analisis kebutuhan air ini disesuaikan dengan hasil perhitungan proyeksi penduduk, prosentase penduduk yang dilayani dan besarnya pemakaian air.
Semakin padat jumlah penduduk dan semakin tinggi tingkat kegiatan akan menyebabkan semakin besarnya tingkat kebutuhan air. Variabel yang menentukan besaran kebutuhan akan air bersih antara lain adalah sebagai berikut:
a. Jumlah penduduk b. Jenis kegiatan
c. Standar konsumsi air untuk individu d. Jumlah sambungan
Target pelayanan dapat merupakan potensi pasar atau mengacu pada kebijaksanaan nasional. Asumsi-asumsi lain yang digunakan mengikuti kecenderungan data yang ada di lapangan serta kriteria dan standar yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang, yaitu seperti:
a. Cakupan pelayanan
b. Jumlah pemakai untuk setiap jenis sambungan c. Jenis sambungan
d. Tingkat kebutuhan konsumsi air e. Perbandingan SR/HU
f. Kebutuhan Domestik dan Non Domestik g. Angka kebocoran
14 | Hal LAPORAN AKHIR
h. Penanggulangan kebakaran
Perencanaan pengadaan sarana prasarana air bersih dilakukan dengan memperhitungkan jumlah kebutuhan air yang diperlukan bagi daerah perencanaan.Proyeksi kebutuhan air dihitung dengan menggunakan data proyeksi jumlah penduduk, standar kebutuhan air bersih, cakupan pelayanan, koefisien kehilangan air, dan faktor puncak yang diperhitungkan untuk keamanan hitungan perencanaan.
1.1 Satuan Kebutuhan Air Bersih
Kebutuhan air terbagi atas kebutuhan untuk: a. Rumah Tangga
b. Non Rumah Tangga
Pemerintah Indonesia telah menyusun program pelayanan air bersih sesuai dengan kategori daerah yang dikelompokkan berdasarkan jumlah penduduk.
Tabel 3.1 Tingkat Pemakaian Air Rumah Tangga Sesuai Kategori
No Kategori Kota Jumlah
Penduduk Sistem
Tingkat Pemakaian Air
1 Kota Metropolitan > 1.000.000 Non Standar 190
2 Kota Besar 500.000 –
1.000.000
Non Standar 170
3 Kota Sedang 100.000 – 500.000 Non Standar 150
4 Kota Kecil 20.000 – 100.000 Standar BNA 130
5 Kota Kecamatan < 20.000 Standar IKK 100
6 Kota Pusat Pertumbuhan
< 3.000 Standar DPP 30
Sumber : SK-SNI Air Bersih
Tabel 3.2 Tingkat Pemakaian Air Non Rumah Tangga No. Non Rumah Tangga
(fasilitas)
Tingkat Pemakaian Air
15 | Hal LAPORAN AKHIR
No. Non Rumah Tangga (fasilitas)
Tingkat Pemakaian Air
2 Rumah Sakit 200 liter/hari
3 Puskesmas (0,5 - 1) m3/unit/hari
4 Peribadatan (0,5 - 2) m3/unit/hari
5 Kantor (1 - 2) m3/unit/hari
6 Toko (1 - 2) m3/unit/hari
7 Rumah Makan 1 m3/unit/hari
8 Hotel/Losmen (100 - 150) m3/unit/hari 9 Pasar (6 - 12) m3/unit/hari 10 Industri (0,5 - 2) m3/unit/hari 11 Pelabuhan/Terminal (10 - 20) m3/unit/hari 12 SPBU (5 - 20) m3/unit/hari 13 Pertamanan 25 m3/unit/hari
Sumber : SK-SNI Air Bersih
1.2 Kehilangan Air
Kehilangan air merupakan banyaknya air yang hilang. Hilang yang diperlukan bagi penjagaan tujuan penyediaan air bersih, yaitu tercukupinya kualitas, kuantitas, dan kontinuitasnya dan yang disebabkan aktivitas penggunaan dan pengolahan air.Kehilangan ditentukan dengan mengalikan faktor tertentu (15-20%) dengan angka total produksi air.
Kehilangan air dapat dibagi menjadi 3 kategori yaitu:
a. Kehilangan air rencana (unacounted for water)
Kehilangan air rencana memang dialokasikan khusus untuk kelancaran operasi dan pemeliharaan fasilitas, faktor ketidaksempurnaan komponen fasilitas dan hal lain yang direncanakan beban biaya.
16 | Hal LAPORAN AKHIR
b. Kehilangan air insidentil
Penggunaan air yang sifatnya insidentil, misalnya penggunaan air yang tidak dialokasikan khusus, seperti pemadam kebakaran.
c. Kehilangan air secara administratif
Kehilangan air secara administratif adalah dapat disebabkan oleh:
Kesalahan pencatatan meteran
Kehilangan air akibat sambungan liar
Kehilangan akibat kebocoran dan pencurian illegal
Perencanaan kebutuhan air bersih yang aman biasanya memperhitungkan kondisi pada saat terjadinya kebutuhan maksimum (puncak).Untuk keamanan perencanaan jalur transmisi dan instalasi pengolahan, digunakan faktor hari puncak, sedangkan untuk keamanan rancangan reservoir dan distribusi, digunakan faktor jam puncak.
1.3 Kriteria Penyediaan Air Bersih
Untuk mendapatkan hasil perencanaan sistem penyediaan air bersih yang baik, yaitu supply air tersedia setiap saat dengan debit dan tekanan yang cukup, serta kualitas memenuhi syarat, maka diperlukan kriteria perencanaan agar sistem berikut dimensi dan spesifikasi komponen sistem mempunyai kinerja yang baik.Kriteria perencanaan yang digunakan berpedoman pada kriteria perencanaan dan petunjuk teknik bidang air bersih. Secara umum kriteria perencanaan yang digunakan dalam perencanaan sistem penyediaan air bersih ini meliputi hal-hal sebagai berikut:
Penentuan daerah pelayanan disesuaikan dengan kondisi
setempat berdasarkan kepadatan penduduk.
Cakupan pelayanan/ banyaknya penduduk yang dilayani sistem
air bersih.
17 | Hal LAPORAN AKHIR
Usaha pelayanan air bersih ke konsumen pada umumnya
melalui 2 cara yaitu melalui Sambungan Rumah (SR) dan Hydrant Umum (HU), dengan perbandingan berkisar antara
50:50 atau 80:20 dimana faktor cost recovery merupakan
faktor yang perlu dipertimbangkan. Besarnya angka perbandingan tersebut ditetapkan berdasarkan hasil survey dilapangan.
Kebutuhan dasar atau besarnya pemakaian air perhari,
tergantung pada jenis kawasan kota kecil, sedang dan metropolitan. Di daerah perkotaan, pemakaian air untuk sambungan rumah adalah 100-120 l/org/hari sedangkan untuk hydrant umum adalah 30 l/org/hari.
Pelayanan fasilitas non domestik diperhitungkan sebesar
10-30% dari kebutuhan domestik.
Kebocoran/kehilangan air, biasanya diasumsikan sebesar 20%
dari total produksi.
Fluktuasi pemakaian air.
Pemakaian air pada hari maksimum = (1,10-1,15) x Qtotal.
Pemakaian air pada jam maksimum = (1,50-2,00) x Qtotal.
Pipa transmisi direncanakanpengaliran air pada saat debit hari
maksimum.
Pipa distribusi direncanakan untuk pengaliran air pada saat
debit jam puncak.
Kapasitas reservoir pada umumnya berkisar antara 15-20%
dari total produksi (Qmax).
Tekanan air dalam pipa:
- Tekanan maksimum direncanakan sebesar 75 m kolom air
- Tekanan minimum direncanakan sebesar 10 m kolom air
Kecepatan pengaliran dalam pipa
- Transmisi 0,6 – 4,0 m/detik
- Distribusi 0,6 – 2,0 m/detik
18 | Hal LAPORAN AKHIR
Untuk perhitungan hidrolis baik untuk pipa transmisi maupun distribusi, koefisien kekasaran pipa (koefisien Hazen William) digunakan nilai sebagai berikut:
- Pipa PVC : 120 -140
- Pipa Steel : 120
- Pipa GIP : 110
Pipa distribusi, pengaliran pada konsumen dengan
menggunakan jaringan pipa yang direncanakan dapat mengalirkan air dengan jumlah sesuai kebutuhan jam puncak dengan waktu pengaliran sepanjang 24 jam.
Tekanan dan kecepatan pengaliran di dalam pipa, tekanan
statis maksimum sebesar 75 mka atau tergantung pada spesifikasi komponen sistem. Kecepatan pengaliran 0,3-3 m/detik. Kriteria perencanaan didasarkan pada pedoman perencanaan sektor air bersih yang dikeluarkan oleh Direktorat Air Bersih PU – Cipta Karya.
Tabel 3.3 Alokasi dan Persentase Pelayanan
No Uraian Prosentase Pelayanan Tingkat Pelayanan
1 Hidran Umum Tergantung dari hasil studi dan
kebijakan daerah yaitu berkisar
antara 20-40% daerah
pelayanan
Tergantung dari hasil studi dan kebijakan daerah yaitu berkisar antara 50-100 jiwa/HU
2 Sambungan Rumah
Tergantung dari hasil studi dan kebijakan daerah yaitu berkisar antara 60-80% pelayanan
Tingkat pemakaian air berdasarkan kategori kota yaitu :
Metropolitan 190 l/org/hari Kota Besar 170 l/org/hari Kota Sedang 150 l/org/hari Kota Kecil 130 l/org/hari Kecamatan 100 l/org/hari
19 | Hal LAPORAN AKHIR
No Uraian Prosentase Pelayanan Tingkat Pelayanan
jiwa. 3 Pemadam
kebakaran
Kebutuhan pemadam
kebakaran diambil 20% dari kapasitas reservoir atau 5% dari kebutuhan domestik
Sumber : Juknis Sistem Penyediaan Air Bersih Kimpraswil 1998
Tabel 3.4 Pedoman Perencanaan Air Bersih PU Ciptakarya
No Uraian
Kategori Kota Berdasarkan Jumlah Penduduknya Kota Sedang 100.000 – 500.000 Kota Kecil 20.000 – 100.000 Perdesaan 3.000 – 20.000
1 Konsumsi unit Sambungan Rumah (SR) l/org/hari
100-150 100-150 90-100
2 Persentase konsumsi unit non domestik terhadap konsumsi domestik
25-30 20-25 10-20
3 Persentase kehilangan air (%)
15-20 15-20 15-20
4 Faktor Hari Maksimum 1.1 1.1 1.1-1.25
5 Faktor jam puncak 1.5-2.0 1.5-2.0 1.5-2.0
6 Jumlah jiwa per SR 6 5 4-5
7 Jumlah jiwa per Hidrant Umum (HU)
100 100-200 100-200
8 Sisa tekan minimum di titik
kritis jaringan distribusi
(meter kolom air)
10 10 10
9 Volume reservoir (%) 20-25 15-20 12-15
10 Jam operasi 24 24 24
20 | Hal LAPORAN AKHIR
No Uraian
Kategori Kota Berdasarkan Jumlah Penduduknya Kota Sedang 100.000 – 500.000 Kota Kecil 20.000 – 100.000 Perdesaan 3.000 – 20.000
Sumber : Juknis Sistem Penyediaan Air Bersih Kimpraswil 1998
2. Identifikasi Sumber Air Baku
Identifikasi air baku terutama dimaksudkan untuk mendapatkan informasi mengenai:
Jarak dan beda tinggi sumber air terhadap daerah pelayanan
Debit andalan sumber air
Kualitas air baku dan jenis alokasi sumber air baku pada saat ini
Adapun sumber-sumber air yang dapat digunakan sebagai air baku adalah :
1) Air Permukaan
Air hujan yang jatuh ke permukaan tanah / bumi dan tidak meresap ke dalam tanah selanjutnya akan mengalir di permukaan tanah secara gravitasi, dan pada umumnya dalam proses mengalirnya air permukaan mengalami pengotoran baik berupa fisik, kimia, dan bakteriologi. Pengotoran tersebut berbeda - beda tergantung pada daerah pengalirannya dan untuk pengolahan pun tergantung dari kualitas dan karakteristik airnya, pada umumnya air permukaan memerlukan pengolahan lengkap. Air permukaan dapat dibedakan :
a. Air Sungai
Kuantitas dan kualitas air sungai sangat dipengaruhi oleh musim, dimana pada saat musim hujan debit air relatif lebih besar dan tingkat kekeruhan juga relatif besar sedangkan pada musim kemarau debit relatif kecil dan kekeruhannya juga relatif kecil. Pada umumnya sungai mengandung zat-zat
21 | Hal LAPORAN AKHIR
organik maupun non organik dipengaruhi oleh daerah yang dilaluinya begitu juga dengan kualitasnya.
b. Danau/Waduk
Kuantitas air danau relatif tetap sedangkan kualitasnya pada umumnya danau yang luas lebih baik dibandingkan dengan air sungai, karena penampungan air yang cukup lama di dalam danau sehingga memungkinkan terjadinya pengendapan bahan-bahan seperti lumpur dan bahan terlarut lainnya. Titik atau lokasi pengambilan air baku sebaiknya berada ditengah – tengah kedalaman danau untuk menghindari lumut yang biasanya terdapat dipermukaan maupun endapan – endapan lain seperti Fe dan Mn yang terdapat didalamnya.
c. Air Laur
Kadar garam NaCl dalam air laut sebesar 3 %, dengan keadaan ini air laut tidak layak dikonsumsi walaupun kuantitasnya sangat melimpah ruah disekitar pantai tetapi biaya untuk pengolahannya sangat mahal.
2) Air Tanah
Air tanah berasal dari air hujan yang jatuh dipermukaan bumi dan sebagian meresap ke dalam tanah selanjutnya mengisi rongga - rongga di dalam tanah dan bergabung membentuk lapisan air tanah ( aquifer ). Kandungan air tanah tergantung dari struktur tanahnya, apakah tanahnya rembes air (porous) atau kedap air.Artesies adalah air tanah yang terletak di bawah lapisan kedap air, disebut artesies positif apabila keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah, dan disebut artesies negatif apabila tidak mampu menembus ke permukaan tanah sehingga untuk pemanfaatannya harus dibantu dengan pompa atau dengan menggali tanah. Air tanah menurut letak sumbernya dapat dibedakan menjadi :
a. Air Tanah Dangkal
Yaitu air yang meresap hanya sampai pada muka air tanah yang berada pada lapisan kedap air.Air tanah dangkal umumnya mempunyai kedalaman ± 50 meter di bawah
22 | Hal LAPORAN AKHIR
permukaan tanah.Sebagai sumber air minum, air tanah ditinjau dari kualitas baik tetapi kuantitasnya kurang sebab tergantung dengan musim.
b. Air Tanah Dalam
Adalah air tanah yang terletak diantara dua lapisan kedap air dan letaknya cukup jauh dengan permukaan tanah kurang lebih 100 - 200 m di bawah permukaan tanah. Apabila tekanan air besar maka air dapat menyembur ke permukaan tanah dan sumur yang terbentuk disebut sumur artesis positif jika air tidak muncul ke permukaan tanah maka pemanfaatannya harus menggunakan pompa. Kuantitas air tanah dalam lebih besar dibanding air tanah dangkal, dan kualitasnya pun umumnya lebih baik dari air dangkal karena mengalami penyaringan yang lebih sempurna.
c. Mata Air
Mata air adalah air tanah yang mengalir ke permukaan tanah melalui lapisan tanah atau melalui celah pada batu bila terhalang oleh lapisan kedap air (batu, tanah liat, tanah cadas) maka akan mengalir ke permukaan. Untuk pengolahan dengan cara sederhana hanya dengan membubuhkan desinfektan saja karena air yang keluar umumnya baik seperti air tanah dalam tetapi kuantitasnya terbatas.
3) Air Hujan
Air hujan berasal dari uap air yang terkondensasi dan jatuh ke bumi, dari segi kuantitas air hujan sangat terbatas, karena tergantung dari berbagai faktor, antara lain :
- Luas daerah tangkapan
- Intensitas hujan
- Distribusi
Faktor diatas sangat terpengaruh oleh letak geografis, bentang alam dll. Umumnya air hujan relatif baik, hanya kurang mengandung
23 | Hal LAPORAN AKHIR
mineral.Dan Komponen Yang harus diperhatikan dalam pemeilihan air baku adalah :
Kualitas
Kualitas air merupakan faktor yang penting dan harus memenuhi syarat yang telah ditentukan, Standar kualitas air yang biasa dipakai antara lain : American Drinking Water Standard, British Drinking Water Standard, WHO Drinking Water Standar. Untuk Indonesia yang berlaku Peraturan Menteri Kesehatan tahun 1990 No. 416/MENKES/PER/IX/1990 mengenai air bersih dan Keputusan Menteri Kesehatan No. 907/MENKES/SK/VII/2002 mengenai air minum .
Kuantitas
Kuantitas air sangat diperlukan karena air bersih yang dibutuhkan harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dan harus disesuaikan pula dengan aktivitas masyarakat setempat. Kebutuhan untuk domestik antara lain adalah untuk mandi, cuci dan masak yang disebut sebagai kebutuhan dasar yang telah ditetapkan oleh Pemerintah antara 30 - 150 liter/orang/hari.( Widhi Handoko, 2005 )
Kontinuitas
Pelayanan air bersih kepada konsumen harus secara kesinambungan, dengan dasar pelayanan yang mengarah 24 jam/hari sehingga selalu terpenuhi. Di samping itu pengaliran selama 24 jam juga mengurangi kemungkinan terjadinya pencemaran air dari luar apabila ada pipa yang bocor.
3. Pemeriksaaan dan Penilaian Kualitas Air
Kualitas air produksi/olahan harus memenuhi standar kualitas air yang telah ditetapkan, hal ini dilakukan agar tidak membahayakan kesehatan manusia yang memakainya. Standar kualitas air yang dipakai antara lain :American Drinking Water Standard, British Drinking Water Standard, WHO Drinking Water Standar. Indonesia yang berlaku Peraturan Menteri
24 | Hal LAPORAN AKHIR
Kesehatan tahun 1990 No. 416/MENKES/PER/IX/1990 mengenai air bersih dan Keputusan Menteri Kesehatan No. 907/MENKES/SK/VII/2002 mengenai air minum .
Klasifikasi kualitas air menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001, ditetapkan menjadi 4 ( empat ) kelas :
Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku
air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air
Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi tanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain
Kualitas air harus dijaga agar tidak membahayakan kesehatan manusia dan tidak merusak fasilitas ( pipa-pipa ) pembawa air. Karakteristik kualitas air dibagi dalam beberapa unsur seperti Fisika, Kimia, Bakteriologi dan Radiologi.
a) Fisik
Yang termasuk karakteristik kualitas air secara fisik antara lain meliputi: bau, warna, rasa, suhu, kekeruhan dan daya hantar listrik. Disyaratkan bahwa air minum tidak berwarna, tidak berbau, berasa segar, temperatur maksimal sama dengan temperatur udara, jernih (tidak keruh).
- Kekeruhan : merupakan kemampuan air untuk menyerap atau memancarkan cahaya, muncul akibat adanya partikel halus dalam air merupakan parameter air yang sangat penting karena
25 | Hal LAPORAN AKHIR
banyak zat tercemar yang dapat terserap dan menyatu dalam partikel-partikel.
- Warna : warna dalam air pada umumnya disebabkan oleh senyawa organik alami dan warna alami dalam air tidak berbahaya bagi kesehatan tetapi dapat menimbulkan masalah estetika.
- Bau dan Rasa : bau dan rasa umumnya muncul akibat dari adanya zat organik terlarut misalnya Fe, cloro fenol, dan limbah domestik sedangkan kandungan algae tertentu dan komposisi zat organik dapat menimbulkan bau pada air. Bau dan rasa sulit diukur dan bersifat sangat subjektif.
- Suhu : merupakan faktor yang penting dalam air karena banyak proses fisika, kimia maupun biologi yang akan dipengaruhi. - Konduktifitas : merupakan kemampuan air untuk menyalurkan
arus listrik sifat ini berhubungan dengan total konsentrasi ion yang ada dalam air, makin banyak zat terionisasi maka makin baik sifat konduksi air. Air hasil pengolahan memiliki konduktifitas 50 – 500 µs/cm.
- pH : pH air berkisar 0 – 14 dengan pH 7 sebagai kondisi netral banyak reaksi kimia dipengaruhi oleh pH dan biasanya aktifitas mikroorganisme berada pada pH 6 – 8.
b) Kimia
Meliputi kandungan zat non organik dan organik.non organik meliputi kation, anion, gas, kesadahan, sedangkan organik meliputi BOD, COD, organik nitrogen, minyak, pestisida dan deterjen.
- BOD menunjukan banyaknya oksigen yang diperlukan untuk mikroorganisme mencerna zat organik yang ada dalam air. Air sungai yang aman mempunyai BOD < 50 mg/l.
- Alumunium pada konsentrasi yang tinggi akan menyebabkan perubahan warna air disamping menggangu kesehatan ginjal. - Natrium diatas 200 mg/l menimbulkan masalah rasa pada air. - Klorida diatas 250 mg/l menimbulkan rasa tidak enak dan
26 | Hal LAPORAN AKHIR
- Tembaga lebih dari 1 mg/l menyebabkan warna dan rasa air pahit.
- Kesadahan diatas 500 mg/l menimbulkan masalah rasa dan konsumsi sabun yang tinggi.
- Besi dalam jumlah yang sangat kecil diperlukan hemoglobin dalam jumlah besar menimbulkan masalah rasa, bau dan warna
c) Bakteriologi
Meliputi kandungan organisme indikator dan bakteriologi antara lain : kuman penyakit, bakteri pathogen, dan bakteri Estercia coli.
d) Radioaktif
Dalam air bersih tidak diperbolehkan adanya unsur radioaktif seperti sinar alfa dan beta yang membahayakan kesehatan.
Tabel 3.5 Standar Kualitas Air Minum
NO PARAMETER SATUAN
PERMENKES RI No.907 Th 2002
Air Minum
A Fisika
1 Suhu ºC Suhu Udara
2 Warna TCU 15
3 Bau - Tidak Berbau
4 Rasa - Tidak Terasa
5 Kekeruhan NTU 5
6 Total Padat Terlarut (TDS) mg/I 1000
7 Total Padatan Tersuspensi (TSS) mg/I -
B Kimia
1 Derajat Keasaman (pH) - 6,5 - 8,5
2 Air Raksa mg/I 0,001
3 Barium mg/I 0,01
4 Boron mg/I 0,7
27 | Hal LAPORAN AKHIR NO PARAMETER SATUAN PERMENKES RI No.907 Th 2002 Air Minum 6 Arsen mg/I 0,2 7 Besi mg/I 0,3 8 Flourida mg/I 1,5 9 Kadmium mg/I 0,003
10 Kesadahan Total mg/I 500
11 Klorida mg/I 250
12 Keomium, valens-6 mg/I 0,05
13 Mangan mg/I 0,1
14 Nitrat (NO3) mg/I 50
15 Nitrit (NO2) mg/I 3
16 Selenium mg/I 0,01 17 Seng mg/I 3 18 Sianida mg/I 0,07 19 Sulfat mg/I 250 20 Timbal mg/I 0,01 21 Belerang (H2S) mg/I 0,05
22 Zat Organik (KMnO4) mg/I -
23 Oksigen Terlarut (BO) mg/I -
24 Biological Oxigen Demand (BOD) mg/I -
25 Chemical Oxigen Demand (COD) mg/I -
26 DDT mg/I 2
27 Detergen mg/I -
28 Minyak & Lemak mg/I -
C Bakteriologi
1 E. Coli / fecal boli /100 ml 0
2 Total Bakteri Coliform /100 ml 0
D Radio Aktivitas
28 | Hal LAPORAN AKHIR NO PARAMETER SATUAN PERMENKES RI No.907 Th 2002 Air Minum 2 Altivitas Beta Bq/L 1
Sumber : Departemen Kesehatan, 2005
* Kualitas Air Minum Berdasarkan KEPMENKES RI NO. 907/MENKES/SK/VII/2002
Tabel 3.6 Standar Kualitas Air Baku
NO PARAMETER SATUAN PP No.82 Th 2001
Air Baku
A Fisika
1 Suhu ºC Suhu Udara
2 Warna TCU -
3 Bau - -
4 Rasa - -
5 Kekeruhan NTU -
6 Total Padat Terlarut (TDS) mg/I 1000
7 Total Padatan Tersuspensi (TSS) mg/I 50
B Kimia
1 Derajat Keasaman (pH) - 6,0 - 9,0
2 Air Raksa mg/I 0,001
3 Barium mg/I 0,05 4 Boron mg/I 1 5 Alumunium mg/I 1 6 Arsen mg/I - 7 Besi mg/I 0,3 8 Flourida mg/I 0,5 9 Kadmium mg/I 0,01
29 | Hal LAPORAN AKHIR
NO PARAMETER SATUAN PP No.82 Th 2001
Air Baku
11 Klorida mg/I 600
12 Keomium, valens-6 mg/I 0,01
13 Mangan mg/I 0,1
14 Nitrat (NO3) mg/I 10
15 Nitrit (NO2) mg/I 0,05
16 Selenium mg/I 0,01 17 Seng mg/I 0,05 18 Sianida mg/I 0,02 19 Sulfat mg/I 400 20 Timbal mg/I 0,03 21 Belerang (H2S) mg/I 0,002
22 Zat Organik (KMnO4) mg/I -
23 Oksigen Terlarut (BO) mg/I 2
24 Biological Oxigen Demand (BOD) mg/I 10
25 Chemical Oxigen Demand (COD) mg/I 6
26 DDT mg/I 2
27 Detergen mg/I 200
28 Minyak & Lemak mg/I 1000
C Bakteriologi
1 E. Coli / fecal boli /100 ml 100
2 Total Bakteri Coliform /100 ml 1000
D Radio Aktivitas
1 Aktivitas Alpha Bq/L 0,1
30 | Hal LAPORAN AKHIR
4. Pemilihan Alternatif Sistem
Sistem penyediaan air bersih yang dirancang merupakan sistem terpilih yang diperoleh berdasarkan hasil pemilihan terhadap beberapa alternatif pilihan sistem. Penentuan pilihan didasarkan pada penilaian berdasarkan aspek:
Teknis
Ekonomis
Lingkungan
Berdasarkan pada kelengkapan unit / proses pengolahan yang dilakukan pada instalasi pengolahan air dapat dibedakan menjadi dua bagian diantaranya:
a. Instalasi pengolahan lengkap
Yaitu instalasi yang memiliki unit pengolahan secara lengkap baik pengolahan fisik maupun biokimiawi. Pengolahan lengkap digunakan terhadap air baku dengan kualitas yang kurang baik misalnya air sungai. Dalam perkembangannya dapat dibedakan menjadi dua katagori yaitu :
1. Pengolahan konvensional adalah pengolahan yang setiap prosesnya berlangsung pada unit yang berbeda. Pada umumnya memiliki unit pengolahan seperti : bangunan penangkap air, pengolahan pendahuluan, bangunan koagulasi, bangunan flokulasi, bangunan pengendap, saringan pasir, dan bangunan penampung.
2. Pengolahan non konvensional adalah pengolahan yang dalam satu unit berlangsung beberapa proses, contoh :
Unit clarifier terjadi proses koagulasi, flokulasi, sedimentasi
Pulsator terjadi proses koagulasi, flokulasi, sedimentasi,
31 | Hal LAPORAN AKHIR
Gambar 3.3 Diagram Pengolahan Air Bersih Secara Konvensional
b. Instalasi pengolahan sebagian
Yaitu instalasi pengolahan air yang hanya terdiri atas beberapa unit / proses pengolahan. Biasanya diadakan pengolahan kimiawi atau bakteriologi saja. Digunakan pada air yang kualitasnya cukup baik. c. Sedangkan versi yang telah dimodifikasi adalah:
Proses pengolahan air level tinggi komplit Two – stage filtration.
32 | Hal LAPORAN AKHIR
5. Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih Sistem Penyediaan Air Bersih terdiri dari:
Sistem Produksi meliputi Intake dan Instalasi Pengolahan Air
Sistem Distribusi meliputi Reservoir dan Pipa Induk
Sistem Pemanfaatan melalui Sambungan Rumah dan Hydrant
Umum
Faktor-faktor yang mempengaruhi sistem distribusi adalah:
Pola tata guna lahan
Kepadatan penduduk
Kondisi topografi kota
Rancangan induk kota
3.2.2 Identifikasi dan Pengumpulan Data
Kegiatan identifikasi ini merupakan tahapan menginventarisir seluruh data yang akan menunjang pelaksanaan perencanaan teknis data-data yang harus diidentifikasi antara lain:
a. Pengumpulan Data Primer
Dilaksanakan melalui survey lapangan untuk memperoleh gambaran mengenai situasi lapangan (site) pembangunan IPA dan Jaringan Distribusie yang akan dibangun dan keterangan mengenai kegiatan-kegiatan yang berlangsung di lokasi yang bersangkutan, antara lain berupa:
1. Survey Pendahuluan
Dalam survey pendahuluan, konsultan akan mengumpulkan sebanyak mungkin data yang diperlukan untuk perencanaan lebih lanjut. Untuk itu konsultan akan melakukan hal-hal sebagai berikut :
Mempersiapkan Peta Dasar berupa Peta Topografi skala 1:250.000 s/d 1:25.000, tata guna tanah dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan studi kelayakan dan analisis mengenai dampak lingkungan serta data geografi,geoteknik dan hidrologi;
33 | Hal LAPORAN AKHIR
Melaksanakan konfirmasi dan koordinasi dengan instansi terkait didaerah sehubungan dengan akan dilaksanakanya survey; Konsultan harus mengumpulkan informasi mengenai:
Harga Satuan Upah/Bahan pada Dinas setempat,
Harga Satuan Upah/Bahan pada proyek yang sedang
berjalan.
Melakukan identifikasi site plan ,dan trase prasarana di lapangan;
Untuk desain jalan,dilakukan pematokan sepanjang rencana trase jalan dengan patok kayu bernomor dengan interval 50 m, untuk memudahkan tim pengukuran;
Membuat foto dokumentasi lapangan sekurang-kurangnya pada:
Lokasi-lokasi perencanaan prasarana, sarana, dan Utilitas
Umum(PSU)Kawasan dan bangunan pelengkapnya,
Untuk jalan,awal dan akhir rencana trase
Setiap 1(satu) km,dengan identifikasi arah pengambilan
foto,
Lokasi yang di perkirakan memerlukan penanganan
khusus, atau ada PSU lainnya (missal:jembatan,PJU dll),
Lokasi Quarry,
Kondisi awal pada lokasi yang dilaksanakan pada tahun
pertama.
Membuat laporan lengkap perihal pada butir diatas,dan memberikan saran-saran yang diperlukan untuk penencanaan pelaksanaan selanjutnya.
2. Survey Lapangan dan Analisis Data
Survey pengukuran dilakukan untuk penyempurnaan pengukuran yang pernah dilakukan. Urutan pekerjaan sebagai berikut :
a) Pemasangan Patok Kayu dan CP
34 | Hal LAPORAN AKHIR
Ukuran patok kayu sesuai dengan yang disyaratkan
dalam KAK adalah 3cmx5cmx50cm, dimana patok kayu cukup kuat tertancap dalam tanah dan terdapat bagian yang menonjol diatas tanah dengan pajang + 10 cm diberi cat berwarna merah dan dibagian atasnya diberi paku payung serta diberi nomor yang teratur sesuai petunjuk Pengawas.
Patok dipasang sepanjang/melingkupi batas jaringan
distribusi perpipaan, dengan jarak antar patok 50 meter untuk lokasi yang lurus dan kurang dari 50 meter ( lebih rapat ) pada belokan.
b.
Benchmark (BM), Ukuran : 20 cm x 20 cm x 100 cm
BM harus dipasang sebelum melakukan pengukuran,
ditempatkan pada lokas yang stabil, aman dari gangguan dan mudah dicari.
Setiap pemasangan BM harus dipasang CP ( Central
point ) pendamping untuk orientasi arah dan memudahkan cross check.
Setiap BM harus diphoto, dibuat diskripsinya, diberi
nomor dan kode sesuai petunjuk pengawas.
Karena BM sudah dilakukan pemasangan pada saat
pelaksanaan pekerjaan sebelumnya maka dalam pekerjaan ini tidak ada pemasangan BM sesuai dengan yang tertera di KAK.
BM sebagai referensi perlu dilakukan pengecekan,
terutama koordinatnya dengan alat ukur GPS apabila belum ada datanya.
c.
Central Point (CP) Ukuran : 10 cm x 10 cm x 80 cm
CP ( Central point ) dipasang dengan jarak 25 m dari
35 | Hal LAPORAN AKHIR
digunakan untuk titik target pengamatan Azimuth Matahari dan memudahkan pengecekan sudut jurusan pada titik tersebut.
Jumlah CP yang 48 buah asumsi setiap satu lokasi
adalah 3 buah, dengan demikian yang lainnya dipasang pada lokasi bangunan atau sesuai petunjuk Pengawas.
Gambar 3.5 Contoh Bench Mark
b) Pengukuran Kerangka Horisontal (X,Y)
Metode pengukuran adalah polygon,
Alat ukur sudut adalah theodolit T-2 atau alat lain yang
sejenis
Pengukuran jarak menggunakan EDM dan dikontrol secara
optis dengan T-2, dalam pekerjaan ini tidak digunakan EDM.
Jalur pengukuran polygon utama mengikuti jalur kerangka
pengukuran ( kring atau loop )
Sudut horisontal diukur satu seri lengkap ( B, LB ),
40 20 15 65 20 100 Beton 1:2:3 Pasir dipadatkan Pen kuningan Tulangan tiang Ø10 S engkang Ø5-15 Pelat marmer 12 x 12 20 10 20 10 Bench Mark
36 | Hal LAPORAN AKHIR
Pengukuran dudut dilakukan dengan 2 ( dua ) seri 4 (
empat ) bacaan sudut dengan ketelitian sudut 5” ( lima ) detik.
Kesalahan penutup sudut maksimum 10” n, dimana n =
banyaknya titik poligon.
Untuk orientasi arah dan kontrol ukuran sudut harus
dilakukan pengamatan matahari sesuai petunjuk pengawas,
Semua BM dan CP serta patok kayu yang terpasang harus
dilewati jalur polygon.
Panjang seksi pengukuran polygon maksimum 2,5 km dan
setiap ujungnya ditandai dengan BM.
Semua BM dan CP, baik yang lama maupun yang baru
harus diukur.
3. Pengukuran Kerangka Vertikal
Metode pengukuran adalah waterpass/penyipat datar
Alat yang digunakan : Automatic level, Ni2, Na 2 atau sejenis.
Sebelum melaksanakan pengukuran, alat ukur sipat datar
harus di cek garis bidiknya, data pengececekan dicatat dalam Buku Ukur.
Bidikan rambu antara interval 0,5 & 2,75 (untuk rambu yang 3
m)
Jarak bidikan alat ke rambu maksimum 50 m.
Usahakan pembidikan jarak ke rambu muka sama dengan jarak
ke rambu belakang da jumlah slaag per seksi selalu genap.
Rambu dibaca ke tiga benang silang ( Benang Atas, Benang
Tengah , dan Benang Bawah)
Pengukuran dilakukan setelah BM dan CP terpasang.
Ketinggian/Elevasi setiap titik-titik polygon/patok/patok, BM