• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERAGAAN PERTUMBUHAN IKAN NILA SPESIFIK LAHAN GAMBUT F-2, F-1 DENGAN NILA LOKAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KERAGAAN PERTUMBUHAN IKAN NILA SPESIFIK LAHAN GAMBUT F-2, F-1 DENGAN NILA LOKAL"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

KERAGAAN PERTUMBUHAN IKAN NILA SPESIFIK LAHAN GAMBUT F-2,

F-1 DENGAN NILA LOKAL

Gleni Hasan Huwoyon*), Rudhy Gustiano*), Endang Mudjiutami**), Wahyutomo**), Pudji Widodo**), Akmal**), Tulus**),

dan Ishak Usman**)

*) Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar Jl. Sempur No. 1, Bogor

E-mail: rgustiano@yahoo.com; gleni_hh@yahoo.com **) Balai Budidaya Air Tawar Mandiangin

ABSTRAK

Kondisi lahan gambut yang tidak optimal dalam pemanfaatannya, membuka peluang yang cukup besar dalam mengembangkan kawasan budidaya perikanan. Berkaitan dengan optimalisasi lahan gambut, maka diperlukan terobosan dalam pengembangan wilayah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaan pertumbuhan ikan nila unggul spesifik lahan gambut dengan generasi sebelumnya dan ikan lokal yang telah dikembangkan masyarakat. Pada penelitian ini pemeliharaan dilakukan dalam hapa berukuran 2 m x 2 m x 2 m dengan padat penebaran 25 ekor/m3. Ikan yang diuji adalah ikan nila spesifik lahan gambut F-2, F-1, dan nila lokal yang ada di masyarakat. Pemeliharaan dilakukan selama 2 bulan. Pemberian pakan sebesar 5% dari bobot badan, pengulangan sebanyak 3 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pertambahan bobot menunjukkan bahwa populasi nila F-2 memiliki pertambahan bobot sebesar 7,6±1,01c g lebih tinggi 1,3 kali dibandingkan F-1 yaitu sebesar 5,6±0,67b g dan lebih tinggi 1,6 kali dari nila lokal sebesar 4,6±0,27a g.

KATA KUNCI: pertumbuhan, nila, spesifik lahan gambut, lokal

PENDAHULUAN

Konsep industrialisasi perikanan yang menjadi target Kementerian Kelautan Perikanan bertujuan untuk menciptakan nilai tambah sehingga bisa mengakselerasi peningkatan kesejahteraan pelaku usaha perikanan termasuk pembudidaya ikan. Strategi industrialisasi perikanan budidaya KKP tidak hanya berpedoman pada peluang ekspor, tetapi lebih pada upaya untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi sekaligus pemerataan pendapatan bagi masyarakat perikanan. Realita yang terjadi di masyarakat adalah terjadinya surplus tenaga kerja dan buka surplus modal, sehingga strategi industrialisasi perikanan budidaya pada tahap awal dititikberatkan pada upaya menyediakan ikan untuk konsumsi masyarakat luas di dalam negeri melalui pemilihan komoditas budidaya yang tidak membutuhkan modal besar tetapi melibatkan masyarakat perikanan dalam jumlah banyak.

Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang mempunyai nilai ekonomis penting dan merupakan komoditas unggulan. Upaya-upaya untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi ikan nila telah dilakukan sejak tahun 1995. Upaya perbaikan secara genetik nila terus dilakukan seperti halnya pembentukan nila BEST spesifik lahan gambut. Kegiatan domestikasinya telah dilakukan mulai tahun 2011 dan telah menghasilkan calon induk F-1 sebanyak 4.000 ekor. Kegiatan pembentukan nila BEST spesifik lahan gambut pada tahun 2012 terus dilanjutkan untuk memperoleh calon induk hasil seleksi F-2. Sehingga diharapkan pada tahun 2013 diperoleh calon induk hasil seleksi F-3 dan produksi massal dari ikan tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi keragaan pertumbuhan ikan nila spesifik lahan gambut dibandingkan dengan ikan yang ada di masyarakat.

BAHAN DAN METODE

Seleksi ikan nila spesifik lahan gambut merupakan hasil kerja sama antara Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar (BPPBAT) Bogor dengan Instalasi Budidaya Ikan Lahan Gambut, Pulang Pisau, Kalimantan Tengah yang berada di bawah naungan Balai Budidaya Air Tawar (BBAT)

(2)

Mandiangin, Kalimantan Selatan. Seleksi dilakukan untuk ikan nila spesifik lahan gambut melalui seleksi individu pada ikan nila yang sudah dipelihara di lingkungan perairan lahan gambut. Induk yang akan digunakan dalam penelitian seleksi ini telah berumur di atas 8 bulan. Sebelum dipijahkan, induk dipisahkan antara jantan dan betina selama 1 bulan untuk pematangan gonad. Selama pemeliharaan ini induk diberi pakan pelet secara ad-satiation.

Pada penelitian ini pemeliharaan dilakukan dalam hapa berukuran 2 m x 2 m x 2 m dengan padat penebaran 25 ekor/m3. Ikan yang diuji adalah ikan nila spesifik lahan gambut F-2, F-1, dan nila lokal

yang ada di masyarakat. Pemeliharaan dilakukan selama 2 bulan. Pemberian pakan sebesar 5% dari bobot badan, pengulangan sebanyak 3 kali. Pengamatan dilakukan terhadap parameter pertumbuhan dan sintasan. Sampling dilakukan setiap bulan untuk mengamati pertumbuhan dan sintasan. Pengukuran kualitas air dilakukan untuk melihat fluktuasi kualitas air media pemeliharaan selama proses kegiatan berlangsung.

Perhitungan pertambahan biomassa dan laju pertambahan panjang bulanan menggunakan rumus sebagai berikut (Matricia et al., 1989):

 Pertumbuhan Mutlak

dimana:

ÄW = Wt – Wo

ÄW = pertumbuhan mutlak

Wt = rata-rata bobot mutlak pada hari

ke-Wo = rata-rata bobot mutlak pada awal penelitian

 Laju Pertumbuhan Spesifik

dimana:

SGR = (ln Wt – ln Wo)/t x 100%

SGR = laju pertumbuhan spesifik (%bt/hari) Wt = bobot ikan pada akhir penelitian (g Wo = bobot ikan pada awal penelitian (g) t = waktu penelitian (hari)

 Sintasan

dimana:

SR = Nt/No x 100% SR = sintasan (%)

Nt = jumlah populasi pada akhir penelitian (ekor) No = jumlah populasi pada awal penelitian (ekor)

 Koefisien Keragaman Panjang

Wo Wt W   100% x t Wo ln Wt ln SGR  100% x No Nt SR  100% x X f KVF  

(3)

Koefisien keragaman menunjukkan seberapa besar variasi ukuran dalam satu populasi menyebar dari nilai rata-ratanya. Menurut Singh & Chaudary (1977), koefisien keragaman fenotip dirumuskan: dimana:

f

= ragam fenotip X = rata-rata umum

HASIL DAN BAHASAN

Kegiatan pengujian pertumbuhan diawali dengan pemilihan induk jantan dan betina yang sudah berumur di atas delapan bulan. Kemudian dilakukan pemijahan secara serentak pada ikan nila F-2 dan F-1 spesifik lahan gambut dan ikan lokal di masyarakat.

Pada tahap berikutnya kegiatan dilakukan dengan melakukan pemeliharaan pada waktu yang bersamaan untuk mengetahui rata-rata bobot, pertambahan bobot, laju pertumbuhan harian (SGR), dan keragaman dari F-2, F-1, dan ikan nila lokal yang dibudidayakan oleh masyarakat. Diharapkan dengan mengetahui perbedaan antar generasi maka diharapkan dapat diketahui seberapa besar peningkatan yang terjadi pada tiap generasi. Rata-rata bobot, panjang, SGR, dan koefisien keragaman F-2, F-1, dan lokal dilihat pada Tabel 1 dan 2.

Awal Akhir Awal Akhir

F-1 4 10,1 6,1 1,8 19,2 39,4 F-1 3,7 9,6 5,9 1,9 26,7 37,9 F-1 3,8 8,6 4,8 1,6 23,3 34 Rataan±SD 3,8±0,17a 9,4±0,73b 5,6±0,67b 1,8±0,14 23,1±3,73 37,1±2,82 Lokal 3,6 7,9 4,3 1,6 30,8 24,3 Lokal 3,2 8 4,8 1,9 21,9 24,2 Lokal 3,4 8 4,6 1,7 25,9 30,2 Rataan±SD 3,4±0,22a 8,0±0,06a 4,6±0,27a 1,7±0,14 26,2±4,48 26,2±3,43 F-2 3,4 11,9 8,5 2,5 33 30,5 F-2 4,3 10,8 6,5 1,9 21,1 24,6 F-2 4,2 12,1 7,9 2,1 29,7 26,5 Rataan±SD 4,0±0,46a 11,6±0,72c 7,6±1,01c 2,2±0,32 27,9±6,11 27,2±3,03

Generasi Bobot (g) Pertambahan

bobot (g)

SGR (%)

CV (%)

Tabel 1. Rata-rata bobot badan, pertambahan bobot, SGR, dan koefisien keragaman F-2, F-1, dan lokal selama masa pemeliharaan

Keterangan: sampel masing-masing generasi 20 ekor

Koefisien variasi untuk bobot badan ikan pada F-1 sebagai induk untuk menghasilkan F-2 adalah sebesar pada pemeliharaan di perairan gambut menunjukkan kisaran 37,1±2,82% sedangkan untuk F-2 menunjukkan kisaran 27,2±3,03%. Melihat kondisi keragaman genetik yang dihasilkan cukup tinggi yaitu di atas 25%, maka untuk kegiatan pengujian pertumbuhan dapat diarahkan untuk seleksi yang dapat dilakukan dengan seleksi individu. Tave (1993) menyatakan bahwa “coefficient of variation”’ memberikan gambaran keragaman fenotif yang akan mendukung keberhasilan suatu program seleksi. Melihat kondisi keragaman genetik yang dihasilkan cukup tinggi yaitu di atas 25%, maka untuk kegiatan seleksi dapat dilakukan dengan seleksi individu. Pemijahan secara berpasangan dilakukan dengan melakukan pemijahan induk terseleksi maupun kontrol populasi.

Untuk pertambahan bobot dengan menggunakan perlakuan yang sama menunjukkan bahwa populasi nila F-2 memiliki pertambahan bobot sebesar 7,6±1,01c g lebih tinggi 1,3 kali dibandingkan

(4)

generasi sebelumnya F-1 dengan pertambahan bobot sebesar 5,6±0,67b g dan lebih tinggi 1,6 kali

dari nila lokal sebesar 4,6±0,27a g. Kondisi tersebut dinilai bahwa generasi kedua dari ikan nila

spesifik lahan gambut memiliki toleransi yang cukup tinggi terhadap lingkungan perairan lahan gambut, sehingga tidak memengaruhi performanya untuk tetap tumbuh dan berkembang pada kondisi tersebut. Huet (1971) dalam Huwoyon & Kusmini (2010), menyatakan bahwa pertumbuhan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya faktor internal yang meliputi umur, genetis, kemampuan memanfaatkan pakan, dan kemampuan daya tahan tubuh terhadap penyakit, sedangkan faktor eksternal meliputi kualitas air, pakan, dan ruang gerak.

Pada pertambahan panjang antar generasi menunjukkan peningkatan dibandingkan generasi sebelumnya, namun tidak berbeda nyata, tetapi bila dibandingkan dengan ikan nila lokal yang ada di masyarakat menunjukkan perbedaan yang nyata antara F-2 dengan pertambahan panjang sebesar 2,3±0,29b cm; F-1 sebesar 1,8±0,28ab cm dan ikan lokal dengan pertambahan panjang sebesar

1,8±0,16a cm. Dalam hal ini pertambahan panjang badan ikan nila memang tidak terlalu berperan,

karena pada umumnya pertambahan bobot yang akan lebih dominan walaupun dengan kondisi panjang yang relatif tidak jauh berbeda. Dalam hal ini diketahui bahwa pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal yang meliputi genetik dan kondisi fisiologis ikan, serta faktor eksternal yang berhubungan dengan lingkungan dan faktor eksternal yaitu komposisi kualitas kimia dan fisika air, bahan buangan metabolik, ketersediaan pakan, dan penyakit (Herper & Prugnin, 1984). Peran serta dengan adanya data kualitas air dapat mendukung keberhasilan kegiatan pengujian pertumbuhan ikan nila F-2, F-1, dan Lokal yang dilakukan di lahan gambut. Kondisi perairan gambut yang cukup ekstrim mengharuskan dalam melakukan kegiatan pengukuran parameter kualitas air untuk mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tidak diharapkan pada saat kegiatan seleksi sedang berlangsung. Dari hasil pengamatan parameter kualitas air di media pemeliharaan diperoleh data kualitas air yang meliputi suhu, pH, DO, amoniak, alkalinitas, nitrit, nitrat, dan kecerahan yang diukur selama kegiatan pemeliharaan dalam kolam di lahan gambut (Tabel 3).

Kualitas air memegang peranan penting dalam bidang perikanan terutama untuk kegiatan budidaya. Kualitas air didefinisikan sebagai faktor kelayakan dalam suatu perairan untuk menunjang kehidupan dan pertumbuhan organisme akuatik yang nilainya ditentukan dalam kisaran tertentu (Boyd, 1982).

Keterangan: sampel masing-masing generasi 20 ekor

Awal Akhir Awal Akhir

F-1 4,8 6,8 2 0,7 7,3 13,4 F-1 4,7 6,5 1,8 0,7 9,4 12,4 F-1 4,7 6,2 1,5 0,6 7,1 11,9 Rataan±SD 4,7±0,03a 6,5±0,29ab 1,8±0,28ab 0,6±0,08 7,9±1,28 12,6±0,75 Lokal 4,6 6,3 1,7 0,6 10,4 9,3 Lokal 4,4 6,4 2 0,8 10,7 6,4 Lokal 4,4 6,2 1,8 0,7 11 11,1 Rataan±SD 4,5±0,14a 6,3±0,09a 1,8±0,16a 0,7±0,07 10,7±0,28 8,9±2,37 F-2 4,4 6,9 2,6 0,9 11,6 11,5 F-2 4,8 6,8 2 0,7 7,6 8,9 F-2 4,6 7 2,4 0,8 9,9 8,4 Rataan±SD 4,6±0,19a 6,9±0,13b 2,3±0,29b 0,8±0,11 9,7±2,05 9,6±1,65

Generasi Panjang (cm) Pertambahan

panjang (cm) SGR (%)

CV (%)

Tabel 2. Rata-rata panjang badan, pertambahan panjang, SGR, dan koefisien keragaman F-2, F-1, dan lokal selama masa pemeliharaan

(5)

Parameter kualitas air pada media pemeliharaan seleksi ikan di kolam lahan gambut tergolong kurang layak namun demikian kendala tersebut tidak menjadi patokan tidak dapat dilakukannya kegiatan seleksi. Dengan melakukan pengolahan lahan pada tahap awal, mampu memperbaiki kualitas air dalam menunjang kegiatan seleksi yang dilakukan. Dalam kondisi pH rendah (4,4-5,8) dan kandungan amoniak yang tinggi (0,12-0,32 mg/L) kegiatan seleksi tetap berlangsung, tingkat adaptasi dari ikan nila unggul yang digunakan mampu mengembangkan ikan tersebut hingga dapat beradaptasi walaupun kondisi perairan tersebut tidak optimal. Wardoyo (1981) menyatakan bahwa kandungan amoniak yang dapat menunjang kehidupan ikan dan organisme perairan lainnya adalah kurang dari 1 mg/L.

Kandungan nitrit (N-NO2) dalam perairan dapat menghambat kemampuan darah biota air dalam mengikat oksigen, sehingga biota ini akan terserang methaemoglobin yang dapat menyebabkan kematian. Konsentrasi nitrit dalam air yang berkisar antara 0,048-0,321 mg/L berada dalam ambang batas bagi organisme akuatik yaitu < 0,1 mg/L; sehingga perlu diwaspadai dalam hal pemeliharaan ikan.

Setelah nitrit terbentuk dan terakumulasi maka nitrobakter akan tumbuh dengan mengonsumsi nitrit tersebut dan kemudian menguraikannya menjadi nitrat (N-NO3) (Purwakusuma, 2002). Konsentrasi nitrat dalam air yang berkisar antara 0,521-0,876 mg/L; nitrat umumnya tidak berbahaya/ beracun bagi ikan tetapi menurut EPA (1986), nitrat dapat berbahaya apabila pada kondisi tertentu nitrat tersebut berkurang dan berubah menjadi nitrit.

Sedangkan kandungan oksigen terlarut pada media pemeliharaan ikan seleksi menunjukkan kisaran normal untuk DO 4,5-6,5 mg/L dan suhu perairan 27R”C-32R”C. Popma & Masser (1999) menyatakan bahwa kandungan oksigen terlarut yang optimal dalam suatu perairan agar ikan nila dapat tumbuh dan berkembang adalah 4-6 mg/L. Boyd (1990) menyatakan bahwa suhu optimal untuk pertumbuhan ikan nila adalah 24R”C-30R”C.

KESIMPULAN

Populasi nila F-2 spesifik lahan gambut memiliki pertambahan bobot yang lebih baik sebesar 7,6±1,01c g atau 1,3 kali dibandingkan generasi sebelumnya F-1 dengan pertambahan bobot sebesar

5,6±0,67b g dan lebih tinggi 1,6 kali dari nila lokal sebesar 4,6±0,27a g.

DAFTAR ACUAN

Boyd, C.E. 1982. Water quality management in pond fish culture. Elsevier Scientific Company. Amsterdam-Oxford-New York, p. 301.

Boyd, C.E. 1990. Water quality in ponds for aquaculture. Auburn University, Alabama.

Herper, B. & Prugnin, Y. 1984. Commercial fish farming, with the special reference to fish culture in Israel. Jhon Wiley and sons. New York.

Huet, M. 1971. Textbook of fish culture, breeding and cultivation of fish. Fishing News (Book) Ltd. London.

Tabel 3. Parameter kualitas di kolam lahan gambut

Keterangan: *) Popma & Masser (1999); **) Boyd (1982); ***) Wardoyo (1981)

Parameter Satuan/Unit Hasil analisis Pustaka

Suhu °C 27-32 24-30** pH - 4,4-5,8 5,6-8,5* DO mg/L 4,5-6,5 4,0-6,0* Amoniak mg/L 0,12-0,32 < 0,52* / < 1*** Alkalinitas mg/L 99,4-109,89 < 100** Nitrit mg/L 0,048-0,321 < 0,1** Nitrat mg/L 0,521-0,876 < 0,5** Kecerahan M < 0,1 > 0,02**

(6)

Huwoyon, G.H. & Kusmini, I.I. 2010. Pertumbuhan ikan tengadak albino dan hitam (Barbonymus schwanenfeldii) dalam kolam. Seminar Nasional Ikan VI dan Kongres Masyarakat Iktiologi Indonesia III. Pusat Penelitian Biologi LIPI. Cibinong, 12 hlm.

Matricia, T., Talbot, A.J., & Doyle, R.W. 1989. Instantaneous growth rate of tilapia genotypes in undisturbed aquaculture systems I. “Red” and “Grey” morphs in Indonesia. Aquaculture, 77: 295-302.

Popma, T. & Masser, M. 1999. Tilapia life history and biology. SRAC Publication. No. 283.

Purwakusuma, W. 2002. Parameter air, pH (Kemasaman). O-Fish (Ornamental Fish Information Service Highlight). http://www.o-fish.com/.

Singh, R.K. & Chaudary, B.D. 1977. Biometrical methods in quantitative genetics analysis. Kalyani Publishers. Indiana New Delhi, 304 pp.

Tave, D. 1993. Genetics for fish managers. The AVI Publ. Comp. Inc. NY, USA, 418 pp.

Wardoyo, S.T.H. 1981. Kriteria kualitas air untuk keperluan pertanian dan perikanan. Makalah Training Analisa Dampak Lingkungan. Kerjasama PPLH-UNDP-PSL IPB Bogor, 19-31 Januari 1981.

(7)

DISKUSI

Nama Penanya: Sularto Pertanyaan:

DO 8,5-10,8 kapan dilakukannya pengukuran, apakah alatnya sudah dikalibrasi? Pengambilan datanya diharapkan pada kondisi kritis,sebaiknya pada pukul 05.00. Tanggapan

Pengukuran dilakukan setelah pengapuran dan pemupukan dan tumbuh plankton pukul 08.00-16.00

Nama Penanya: Otong Zaenal Arifin Pertanyaan:

Lahan gambut dengan pH 3-3, tetapi pH 4,4-5,8 (normal), sehingga persepsi lahan gambutnya susah, mungkin lahan gambut dengan pH normal konsepsinya bagaimana? Tidak bisa diaplikasikan di lahan gambut secara keseluruhan. Tanggapan

Kondisi pH tergantung tebal tipisnya lahan gambut pengukuran pH setelah pengolahan memang ada peningkatan pH dari 3-4 menjadi 4,4 – 5,8

Nama Penanya: Didik Ariyanto Pertanyaan:

Apakah dari F1-F2 ada proses seleksinya?apakah bahan bakunya dari nila local? Tanggapan:

Seleksi yang dilakukan adalah seleksi individu ikan awal yang didatangkan adalah BEST dan dari LIDO yang digunakan sebagai uji tantang

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Mereka yang mempunyai pendidikan yang tinggi mempunyai lebih banyak pilihan pekerjaan berbanding dengan mereka yang berpendidikan rendah dan yang lebih penting pendapatan yang

Implementasi pendidikan karakter melalui budaya sekolah memiliki nilai-nilai karakter yang dapat ditanamkan pada siswa, meliputi; (a) nilai kedisplinan: kegiatan “Sarapan

Tahap penelitian meliputi pengumpulan bahan, determinasi, pembuatan simplisia, ekstraksi, identifikasi flavonoid pada ekstrak, pembuatan sediaan masker gel peel Off

Hasil dari penelitian ini adalah hanya ada empat variabel bebas yang berpengaruh secara parsial terhadap variabel terikat struktur modal yaitu variabel struktur aktiva,

pelanggaran terhadap kode etik, baik dugaan tersebut berasal dari pengetahuan Dewan Kehormatan Daerah sendiri maupun karena laporan dari Pengurus Daerah ataupun pihak lain kepada

Hal ini mungkin dikarenakan sifat metilen biru adalah basa dan karbon aktif yang digunakan dalam penelitian ini juga diaktivasi dengan kalium karbonat yang

pendidikan mempunyai hubungan yang bermakna dengan tingkat pengetahuan responden, dimana pada kelompok pendidikan tinggi mempunyai proporsi pengetahuan baik yang lebih besar