• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS MUSIM KEMARAU 2015 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2015/2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS MUSIM KEMARAU 2015 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2015/2016"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG

Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Tangerang Selatan

Telp. (021) 7353018 / Fax: 7355262

E-mail: staklim.pondok.betung@gmail.com, Website: www.staklimpondokbetung.net

B M K G

TANGERANG SELATAN, SEPTEMBER 2015

ANALISIS MUSIM KEMARAU 2015

DAN

PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2015/2016

ANALISIS MUSIM KEMARAU 2015

DAN

(2)

laporan Analisis Musim Kemarau 2015 dan laporan Prakiraan Musim Hujan 2015/2016 di wilayah Propinsi Banten dan DKI Jakarta.

Analisis Musim Kemarau 2015 disusun berdasarkan keadaan yang terjadi pada periode berlangsung sedangkan Prakiraan Musim Hujan 2015/2016 dibuat berdasarkan analisis yang dilakukan oleh Stasiun Klimatologi Pondok Betung dengan mempertimbangkan hasil prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak, khususnya Instansi pengelola Pos Hujan Kerjasama di wilayah Propinsi Banten dan DKI Jakarta yang telah membantu dalam penyusunan publikasi ini.

Kami menyadari masih ada kekurangan dari publikasi ini mengingat data yang kami terima sangat terbatas, khususnya dari pos kerjasama, karena itu saran dan kritik yang membangun diharapkan untuk penyempurnaan publikasi ini.

Semoga bermanfaat.

TANGERANG SELATAN, SEPTEMBER 2015

KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG – TANGERANG

Ir. BUDI ROESPANDI NIP. 196007061981031002

ALA STASIUN KLIMATOLOGI ONDOK BETETETETEE UNG G––––––TANGERANG

Ir. BUDI RORORORORR ESESESESSSPANDI NIP. 196007060606060 1981031002

(3)

DAFTAR ISI --- III

1. PENDAHULUAN --- 1

1.1. Latar Belakang --- 1

1.2. Tujuan --- 1

2. TINJAUAN UMUM --- 2

2.1. Pemutakhiran Zona Musim di Wilayah Propinsi Banten dan DKI Jakarta --- 2

2.2. Curah Hujan --- 3

3. PEMBAHASAN --- 5

3.1. Analisis Musim Kemarau 2015 --- 5

3.2. Kondisi Suhu Udara pada saat Musim Hujan 2014/2015 --- 7

3.2.1. Suhu Udara Stasiun Meteorologi Kemayoran--- 7

3.2.2. Suhu Udara Stasiun Meteorologi Cengkareng --- 7

3.2.3. Suhu Udara Stasiun Meteorologi Serang --- 8

3.2.4. Suhu Udara Stasiun Meteorologi Curug --- 9

3.2.5. Suhu Udara Stasiun Maritim Tanjung Priok --- 9

3.2.6. Suhu Udara Stasiun Geofisika Tangerang--- 10

3.3. Iklim Mikro Stasiun Klimatologi Pondok Betung pada saat Musim Hujan 2014/2015 --- 11

3.3.1. Suhu Udara --- 11

3.3.2. Curah Hujan --- 11

3.3.3. Kelembaban Udara --- 12

3.3.4. Lama Penyinaran Matahari --- 12

3.3.5. Windrose --- 13

3.4. Prakiraan Musim Hujan 2015/2016 --- 13

3.4.1. Kondisi Dinamika Atmosfer --- 13

3.4.2. Prediksi Dinamika Atmosfer --- 15

3.4.3. Prakiraan Awal Musim Hujan 2015/2016 --- 17

3.4.4. Prakiraan Perbandingan Awal Musim Hujan 2015/2016 --- 17

3.4.5. Prakiraan Sifat Hujan Musim Hujan 2015/2016 --- 19

3.4.6. Prakiraan Curah Hujan di Luar Zona Musim (Non ZOM) Wilayah Banten dan DKI Jakarta --- 21

4. PENUTUP --- 22

4.1. Kesimpulan --- 22

4.2. Saran --- 22 ii

(4)

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Wilayah Indonesia berada pada posisi strategis, terletak di daerah tropis, diantara Benua Asia dan Australia, diantara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia, serta dilalui garis katulistiwa, terdiri dari pulau dan kepulauan yang membujur dari barat ke timur, terdapat banyak selat dan teluk, menyebabkan wilayah Indonesia memiliki sistem iklim/cuaca yang unik.

Keberadaan wilayah Indonesia sebagaimana tersebut, kondisi iklimnya akan dipengaruhi oleh fenomena global seperti El Nino, La Nina, Dipole Mode, dan Madden Julian Oscillation (MJO), disamping pengaruh fenomena regional, seperti sirkulasi monsun Asia-Australia, Daerah Pertemuan Angin Antar Tropis atau Inter Tropical Convergence Zone (ITCZ) yang merupakan daerah pertumbuhan awan, serta kondisi Suhu Muka Laut di sekitar wilayah Indonesia.

Sementara kondisi topografi wilayah Indonesia yang bergunung, berlembah, serta banyak pantai, merupakan fenomena lokal yang menambah beragamnya kondisi iklim di wilayah Indonesia, baik menurut ruang (wilayah) maupun waktu. Secara klimatologis, wilayah Propinsi Banten dan DKI Jakarta terdapat 11 pola iklim, dimana 10 pola merupakan Zona Musim (ZOM) yaitu mempunyai perbedaan yang jelas antara periode musim hujan dan periode musim kemarau (pola Monsun), sedangkan 1 pola lainnya adalah Non Zona Musim (Non ZOM). Daerah Non ZOM pada umumnya memiliki ciri mempunyai 2 kali puncak hujan dalam setahun (pola Ekuatorial), sepanjang tahun curah hujannya tinggi atau rendah, dan waktu terjadinya musim hujan dan musim kemarau kebalikan dengan daerah ZOM (pola Lokal).

1.2. Tujuan

Laporan ini bertujuan untuk:

1. Menginformasikan pola unsur-unsur iklim di wilayah Propinsi Banten dan DKI Jakarta 2. Menganalisis musim kemarau yang terjadi pada periode 2015

3. Menginformasikan kondisi iklim mikro Area Stasiun Klimatologi Pondok Betung dan beberapa stasiun lain pada periode musim hujan 2014/2015

4. Memprakirakan awal musim hujan 2015/2016 di wilayah Propinsi Banten dan DKI Jakarta

(5)

BMKG 2. TINJAUAN UMUM

2.1. Pemutakhiran Zona Musim di Wilayah Propinsi Banten dan DKI Jakarta

Luas suatu wilayah Zona Musim (ZOM) tidak selalu sama dengan luas suatu wilayah administrasi pemerintahan. Dengan demikian, satu wilayah ZOM bisa terdiri dari beberapa kabupaten, dan sebaliknya satu wilayah kabupaten bisa terdiri dari beberapa ZOM.

Sesuai dengan ketentuan WMO mengenai Standar Normal 30 Tahun, maka berakhirnya tahun 2010 merubah nilai rata-rata curah hujan bulanan sebelumnya. Yaitu periode tahun 1981-2010. Data normal curah hujan inilah yang digunakan dalam pemutakhiran Zona Musim yang baru.

Metode analisis data yang diterapkan dalam pemutakhiran ZOM ini adalah metode analisis cluster, yaitu mengelompokkan suatu objek/data yang memiliki kesamaan sifat tanpa menghilangkan struktur alami dari objek/data sehingga kelompok-kelompok yang dihasilkan memiliki makna, seperti pola atau klasifikasi.

Berdasarkan hasil analisis data periode 30 tahun (1981-2010), maka Propinsi Banten dan DKI Jakarta terdiri atas 10 ZOM.

(6)

2.2. Curah Hujan

Hujan merupakan gejala atau fenomena cuaca yang dipandang sebagai variabel tak bebas karena terbentuk dari proses berbagai unsur. Curah hujan (mm) merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir. Curah hujan 1 (satu) milimeter, artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung air setinggi satu milimeter atau tertampung air sebanyak satu liter. Jumlah curah hujan dalam satu dasarian (rentang waktu selama 10 hari) lebih dari 50 milimeter dan diikuti oleh beberapa dasarian berikutnya ditetapkan sebagai permulaan musim hujan. Sedangkan perbandingan antara jumlah curah hujan selama rentang waktu yang ditetapkan (satu periode musim hujan atau satu periode musim kemarau) dengan jumlah curah hujan normalnya (rata-rata selama 30 tahun periode 1981-2010) disebut sebagai sifat hujan.

Tabel 1. Cakupan Wilayah ZOM Propinsi Banten dan DKI Jakarta

ZOM Wilayah 55 Kab Pandeglang dan Kab Lebak bagian barat

56 Kab Pandeglang bagian utara dan Kab Serang bagian barat daya

57

Kab Serang bagian selatan, Kab Pandeglang bagian timur laut dan Kab Lebak bagian utara

58

Kota Cilegon, Kota Serang, Kab Serang bagian timur, Kab Tangerang bagian tengah dan Kota Tangerang, Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Selatan bagian utara, Jakarta Timur bagian barat

59 Kab Serang bagian timur laut dan Kab Tangerang bagian utara 60 Jakarta Utara, Jakarta Timur bagian utara, Jakarta Barat bagian utara

61

Jakarta Timur bagian selatan, Jakarta Selatan bagian selatan, Kota Tangerang Selatan, Kab Tangerang bagian selatan, Kab Serang bagian tenggara, Kab Lebak bagian timur laut

62 Kab Lebak bagian tengah 63 Kab Lebak bagian selatan

(7)

BMKG

Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) katagori, yaitu :

a. Sifat Hujan Atas Normal (AN) : jika nilai curah hujan lebih dari 115% terhadap rata-ratanya.

b. Sifat Hujan Normal (N) : jika nilai curah hujan antara 85% - 115% terhadap rata-ratanya.

c. Sifat Hujan Bawah Normal (BN) : jika nilai curah hujan kurang dari 85% terhadap rata-ratanya.

(8)

3. PEMBAHASAN

3.1. Analisis Musim Kemarau 2015

Hasil Analisis Musim Kemarau 2015 di wilayah Banten dan DKI Jakarta menunjukkan bahwa Awal Musim Kemarau periode 2015 di wilayah ini terjadi pada dasarian I April sampai dengan dasarian III Juni. Jika dibandingkan dengan Normal Awal Musim Kemarau, maka Musim Hujan 2014/2015 di wilayah Propinsi Banten dan DKI Jakarta Maju 1 - 4 dasarian, Sama dan Mundur antara 2 - 3 dasarian.

(9)

BMKG

6

Tabel 2. Analisis Musim Kemarau 2015

ZOM NORMAL FAKTA

PERBANDINGAN TERHADAP NORMAL SELISIH 55 16 18 MUNDUR 2 56 17 17 SAMA 0 57 17 17 SAMA 0 58 14 13 MAJU -1 59 8 11 MUNDUR 3 60 11 10 MAJU -1 61 16 12 MAJU -4 62 18 17 MAJU -1 63 17 17 SAMA 0

Keterangan : Selisih merupakan perbedaan periode dasarian dari nilai normal dengan faktanya Sumber : Staklim Pondok Betung

(10)

3.2. Kondisi Suhu Udara pada saat Musim Hujan 2014/2015

Suhu udara mempunyai variabilitas yang kecil jika dibandingkan dengan curah hujan. Berikut ini disajikan kondisi suhu udara pada Musim Hujan 2014/2015 yang dapat dijadikan sebagai acuan pada Musim Hujan 2015/2016.

3.2.1. Suhu Udara Stasiun Meteorologi Kemayoran

Gambar 5. Grafik Suhu Udara Maksimum, Rata-rata dan Minimum Pada Stasiun Meteorologi Kemayoran Periode Oktober 2014 - Maret 2015

Suhu udara rata-rata selama Musim Hujan periode 2014/2015 tertinggi terjadi pada bulan Oktober 2014 di Stasiun Meteorologi Kemayoran yaitu 30.8oC dan terendah terjadi pada bulan Pebruari 2015 sebesar 24.2oC. Sedangkan suhu maksimum absolut mencapai 36.8oC terjadi pada bulan Oktober 2014 dan suhu minimum absolut terjadi pada bulan Januari 2015 sebesar 23.0oC.

3.2.2. Suhu Udara Stasiun Meteorologi Cengkareng

Pada Musim Hujan periode 2014/2015, suhu udara rata-rata tertinggi di Stasiun Meteorologi Cengkareng terjadi pada bulan Nopember 2014 yaitu 30.3oC dan terendah pada bulan Januari 2015 yaitu 23.9oC. Sedangkan suhu udara maksimum absolut sebesar 35.4oC terjadi pada Oktober 2014, dan suhu udara minimum absolut sebesar 22.0oC terjadi pada bulan Pebruari 2015.

(11)

BMKG

Gambar 6. Grafik Suhu Udara Maksimum, Rata-rata dan Minimum Pada Stasiun Meteorologi Cengkareng Periode Oktober 2014 - Maret 2015

3.2.3. Suhu Udara Stasiun Meteorologi Serang

Gambar 7. Grafik Suhu Udara Maksimum, Rata-rata dan Minimum Pada Stasiun Meteorologi Serang Periode Oktober 2014 - Maret 2015

Suhu udara rata-rata tertinggi di Stasiun Meteorologi Serang pada Musim Hujan periode 2014/2015, terjadi pada bulan Oktober 2014 yaitu 30.1oC dan terendah pada bulan Januari

(12)

2015 yaitu 24.1oC. Sedangkan suhu udara maksimum absolut sebesar 36.4oC terjadi pada bulan Oktober 2014 dan suhu udara minimum absolut sebesar 20.2oC terjadi pada bulan Pebruari 2015.

3.2.4. Suhu Udara Stasiun Meteorologi Curug

Gambar 8. Grafik Suhu Udara Maksimum, Rata-rata dan Minimum Pada Stasiun Meteorologi Curug Periode Oktober 2014 - Maret 2015

Pada Musim Hujan periode 2014/2015 di Stasiun Meteorologi Curug, suhu udara rata-rata tertinggi terjadi pada bulan Nopember 2014 yaitu 29.0oC dan terendah pada bulan Januari 2015 yaitu 23.5oC. Sedangkan suhu udara maksimum absolut sebesar 36.2oC terjadi pada bulan Oktober 2014 dan suhu udara minimum absolut sebesar 19.9oC terjadi pada bulan Oktober 2014.

3.2.5. Suhu Udara Stasiun Maritim Tanjung Priok

Suhu udara rata-rata pada Musim Hujan periode 2014/2015 di Stasiun Maritim Tanjung Priok tertinggi pada bulan Oktober dan Nopember 2014 sebesar 31.0oC dan terendah pada bulan Pebruari 2015 sebesar 24.0oC. Sedangkan suhu udara maksimum absolut terjadi pada bulan Oktober 2014 sebesar 35.8oC dan suhu minimum absolut terjadi pada bulan Pebruari 2015 sebesar 23.2oC. Grafik dapat dilihat pada gambar 9.

(13)

BMKG

Gambar 9. Grafik Suhu Udara Maksimum, Rata-rata dan Minimum Pada Stasiun Maritim Tanjung Priok Periode Oktober 2014 - Maret 2015

3.2.6. Suhu Udara Stasiun Geofisika Tangerang

Gambar 10. Grafik Suhu Udara Maksimum, Rata-rata dan Minimum Pada Stasiun Geofisika Tangerang Periode Oktober 2014 - Maret 2015

Pada Musim Hujan periode 2014/2015, suhu udara rata-rata tertinggi di Stasiun Geofisika Tangerang terjadi pada bulan Oktober 2014 yaitu 29.9oC dan terendah pada bulan Pebruari

(14)

11

2015 yaitu 24.2oC. Sedangkan suhu udara maksimum absolut sebesar 36.4oC terjadi pada bulan Oktober 2014 dan suhu udara minimum absolut sebesar 21.4oC terjadi pada bulan Oktober 2014 dan Pebruari 2015.

3.3. Iklim Mikro Stasiun Klimatologi Pondok Betung pada saat Musim Hujan 2014/2015 Penyajian kondisi iklim mikro Stasiun Klimatologi Pondok Betung pada Musim Hujan 2014/2015 dimaksudkan untuk memberikan gambaran kondisi Musim Hujan 2015/2016.

3.3.1. Suhu Udara

Gambar 11. Grafik Suhu Udara Pada Stasiun Klimatologi Pondok Betung

Periode Oktober 2014 - Maret 2015

Suhu udara rata-rata pada Musim Hujan 2014/2015 mencapai nilai tertinggi pada bulan Oktober 2014 sebesar 30.0oC dan nilai terendah pada bulan Pebruari 2015 sebesar 24.1oC.

Sedangkan suhu maksimum absolut tercatat sebesar 37.6oC terjadi pada bulan Oktober 2014 dan suhu minimum absolut tercatat sebesar 22.2oC terjadi pada bulan Pebruari 2015.

3.3.2. Curah Hujan

Gambar 12. Grafik Curah Hujan Pada Stasiun Klimatologi Pondok Betung

Periode Oktober 2014 - Maret 2015

Akumulasi curah hujan yang terjadi pada Musim Hujan 2014/2015 tercatat sebesar 1315.6 mm.

Curah hujan terbesar sebesar 117 mm terjadi pada bulan Pebruari 2015 dan terendah sebesar 0 mm terjadi hampir disetiap bulan periode tersebut, yaitu pada Oktober 2014 - Maret 2015.

(15)

BMKG

3.3.3. Kelembaban Udara

Gambar 13. Grafik Kelembaban Udara Pada Stasiun Klimatologi Pondok Betung

Periode Oktober 2014 - Maret 2015

Kelembaban udara rata-rata selama Musim Hujan 2014/2015 sebesar 81%. Kelembaban maksimum terukur pada bulan Pebruari 2015 sebesar 97%. Sedangkan nilai minimum terukur pada bulan Oktober 2014 sebesar 51%.

3.3.4. Lama Penyinaran Matahari

Gambar 14. Grafik Lama Penyinaran Matahari Pada Stasiun Klimatologi Pondok Betung

Periode Oktober 2014 - Maret 2015

Nilai maksimum lama penyinaran matahari pada Musim Hujan 2014/2015 sebesar 100%, terjadi pada bulan Oktober 2014.

Sedangkan nilai minimum sebesar 0%, terjadi pada bulan Desember 2014 sampai dengan Maret 2015.

(16)

3.4. Prakiraan Musim Hujan 2015/2016

Hal-hal yang disampaikan dalam dinamika atmosfer adalah, meliputi analisis serta prakiraan terhadap perkembangan El Nino/La Nina, Dipole Mode dan Suhu Permukaan Laut di Indonesia.

3.4.1. Kondisi Dinamika Atmosfer 1. Perkembangan El Nino/La Nina

Sejak akhir tahun 2014 kondisi di Ekuator Pasifik Tengah (Nino 3.4) berada pada kondisi yang cenderung hangat, kondisi ini terus berlanjut hingga Juli 2015. Pada akhir Juli 2015 indeks Nino34 sudah berada pada kondisi El Nino Moderate dengan indeksnya bernilai +1.5.

Beberapa analisis menunjukkan bahwa kondisi El Nino Moderate hingga El Nino Kuat akan dominan hingga akhir tahun 2015. Dalam kaitan ini memberikan indikasi, bahwa awal Musim Hujan 2015 di Wilayah Indonesia akan berada pada kisaran mundur beberapa dasarian hingga normalnya.

3.3.5. Windrose

Gambar 15. Windrose

Pada Stasiun Klimatologi Pondok Betung Periode Oktober 2014 - Maret 2015

(17)

BMKG

Indeks Osilasi Selatan (SOI) sejak Mei 2015 sampai dengan Juli 2015 bernilai negatif kuat hingga kurang dari -10, nilai ini berada didalam kisaran El Nino. Kondisi demikian memberikan indikasi bahwa aktivitas sirkulasi angin pasat diperhitungkan cukup berpengaruh signifikan ke wilayah Indonesia.

2. Analisis kondisi Indian Ocean Dipole Mode (IOD)

Nilai Dipole Mode Indeks (DMI) dalam 3 bulan terakhir adalah : +0.45 (Mei 2015) ; +0.35 (Juni 2015) dan +0.29 (Juli 2015). Sementara, prediksi Dipole Mode Indeks (DMI) pada bulan Agustus hingga Oktober 2015 berkisar pada nilai +0.3 s/d +0.7. Nilai ini berada pada kondisi normal positf. Dengan demikian, mengindikasikan bahwa pada Musim Kemarau 2015, uap air dari Samudera Hindia menuju wilayah Indonesia tidak berpotensi bertambah atau berkurang.

3. Kondisi Suhu Permukaan Laut (SST) perairan di Indonesia

Hingga akhir Juli 2015, kondisi suhu permukaan laut di perairan Indonesia, pada umumnya berada pada kondisi netral cenderung dingin dengan anomali suhu berkisar -1°C s/d +1°C. Daerah dengan suhu permukaan laut relatif hangat berada diperairan di barat Sumatera, yang anomali suhu permukaan lautnya mencapai +1°C.

Gambar 16. Kondisi Anomali Suhu Muka Laut tanggal 31 Agustus 2015 Sumber : NCDC NOAA

(18)

Gambar 17. Prediksi Elnino oleh 4 Institusi Internasional dan BMKG Sumber : www.bmkg.go.id

2. Prediksi Dipole Mode

Prediksi Indeks Dipole Mode beberapa bulan ke depan pada kondisi positif hingga normal sehingga terdapat pengurangan curah hujan yang kurang signifikan di Indonesia bagian barat.

3.4.2. Prediksi Dinamika Atmosfer 1. Prediksi La Nina/El Nino

Aktivitas La Nina/El Nino diindikasikan berdasarkan nilai Indeks Nino34. Hasil prediksi dari beberapa institusi seperti NCEP (USA), Jamstec (Japan), POAMA (Australia), serta BMKG menunjukkan bahwa prediksi sampai bulan Desember 2015 berada pada kondisi El Nino Kuat. Dalam kaitan ini memberikan indikasi, bahwa awal Musim Hujan 2015/2016 di Wilayah Indonesia umumnya mundur beberapa dasarian.

(19)

BMKG

Gambar 18. Prediksi DMI oleh 1 Institusi Internasional dan BMKG Sumber : www.bmkg.go.id

3. Prediksi Suhu Permukaan Laut (SST) di Indonesia

Gambar 19. Prediksi Suhu Muka Laut sampai bulan Februari 2016 Sumber : NCEP USA

(20)

Suhu permukaan laut di Indonesia selama Musim Hujan 2015/2016 diprakirakan sebagai berikut :

1) Wilayah perairan di barat Sumatera, utara Kalimantan dan selatan Jawa bagian barat, diprakirakan akan tetap hangat hingga Oktober 2015 dengan anomali suhu berkisar +0.5°C s/d +1°C,

2) Wilayah perairan Indonesia lainnya diprakirakan akan cenderung lebih dingin dengan anomali suhu permukaan laut berkisar antara -1oC s/d 0°C.

3.4.3. Prakiraan Awal Musim Hujan 2015/2016

Berdasarkan dari kondisi analisis dinamika atmosfer secara global dan regional di atas, maka Musim Hujan 2015/2016 untuk wilayah Banten dan DKI Jakarta diprediksikan sebagai berikut :

1) Awal Musim Hujan di Propinsi Banten dan DKI akan sama dan mundur dibandingkan dengan normalnya, diprakirakan akan jatuh pada sekitar periode Akhir September sampai dengan Pertengahan Desember 2015.

2) Sifat hujan Musim Kemarau untuk wilayah Banten dan DKI Jakarta diprakirakan akan berada pada kisaran Bawah Normal (BN) sampai dengan Normal (N).

Cakupan wilayah berdasarkan jatuhnya Awal Musim Hujan 2015/2016 adalah sebagai berikut:

Awal musim hujan Sep II – Okt I : Zona Musim 62

Awal musim hujan Okt I – Okt III : Zona Musim 57

Awal musim hujan Okt II – Nop I : Zona Musim 55, 56, 61 dan 63

Awal musim hujan Nop II – Des I : Zona Musim 58

Awal musim hujan Nop III – Des II : Zona Musim 60

Awal musim hujan Des I – Des III : Zona Musim 59

3.4.4. Prakiraan Perbandingan Awal Musim Hujan 2015/2016

Jika dibandingkan dengan normal Awal Musim Hujan, maka Awal Musim Hujan 2015/2016 di wilayah Banten dan DKI Jakarta umumnya Mundur dari Normalnya.

Cakupan wilayah berdasarkan perbandingan terhadap Normal Awal Musim Hujan dengan Prakiraan Awal Musim Hujan 2015/2016 adalah sebagai berikut :

- Sama dengan normalnya : Zona Musim 59 dan 60

(21)

BMKG

18

Gambar 20. Peta Prakiraan Awal Musim Hujan 2015/2016 Propinsi Banten dan DKI Jakarta

Gambar 21. Peta Prakiraan Perbandingan Awal Musim Hujan 2015/2016 Propinsi Banten dan DKI Jakarta

(22)

3.4.5. Prakiraan Sifat Hujan Musim Hujan 2015/2016

Sifat hujan Musim Hujan 2015/2016 Wilayah Propinsi Banten dan DKI Jakarta pada umumnya Normal (N). Namun ada wilayah yang prakiraan sifat hujan Musim Hujan 2015/2016 adalah Bawah Normal (BN).

Gambar 22. Peta Prakiraan Sifat Musim Hujan 2015/2016 Propinsi Banten dan DKI Jakarta

(23)

BMKG

Tabel 3. Prakiraan Awal Musim Hujan 2015/2016 Wilayah Banten dan DKI Jakarta

NO ZOM Daerah / Kabupaten Awal Musim Hujan Antara Perbandingan Thd Rata- rata (Dasarian) Sifat Hujan 1 2 3 4 5

55 Pandeglang dan Lebak bagian barat OKT II - NOV I MUNDUR (1) N

56 Pandeglang bagian utara, Serang

bagian barat daya OKT II - NOV I MUNDUR (2) N

57 Serang bagian selatan, Pandeglang

bagian timur laut, Lebak bagian utara OKT I - OKT III MUNDUR (1) N

58

Kota Cilegon, Kota Serang, Serang bagian timur, Tangerang bagian tengah, Kota Tangerang, Jakarta Pusat dan Barat, Jakarta Selatan bagian utara, Jakarta Timur bagian barat

NOP II - DES I MUNDUR (1) N

59 Serang bagian timur laut, Tangerang

bagian utara DES I - DES III SAMA N

60

Jakarta Utara, Jakarta Timur/Jakarta Barat bagian utara, Bekasi/Karawang utara bagian barat

NOP III - DES II SAMA N

61

Jakarta Timur/Jakarta Selatan bagian selatan, Kota Tangerang/Kab

Tangerang bagian selatan, Serang bagian tenggara, Lebak, Depok, Bogor bagian Utara dan timur laut

OKT II - NOV I MUNDUR (3) BN

62 Lebak bagian tengah SEP II - OKT I MUNDUR (2) BN

(24)

3.4.6. Prakiraan Curah Hujan di Luar Zona Musim (Non ZOM) Wilayah Banten dan DKI Jakarta

Wilayah Non ZOM adalah wilayah yang umumnya memiliki ciri terjadi 2 kali puncak hujan dalam setahun (pola Ekuatorial) atau mengalami curah hujan tinggi/rendah sepanjang tahun, atau daerah yang mengalami kejadian musim hujan dan musim kemarau kebalikan dengan daerah Zona Musim (ZOM) pada umumnya. Berdasarkan hasil analisis serta

pertimbangan kondisi fisis dan dinamika atmosfer, prakiraan curah hujan periode Oktober 2015 – Maret 2016 pada daerah Non ZOM adalah sebagai berikut :

• Curah hujan kumulatif selama periode Oktober 2015 – Maret 2016

¾ Di daerah Non ZOM 26 umumnya berkisar antara 1501-2000 milimeter.

• Sifat hujan pada daerah Non ZOM wilayah Banten diprakirakan adalah Normal. Sifat hujan yang dimaksud adalah jumlah hujan kumulatif periode Oktober 2015 - Maret 2016 dibandingkan dengan rata-ratanya pada masing-masing daerah dalam periode yang sama.

(25)

BMKG 4. PENUTUP 4.1. Kesimpulan

• Awal Musim Kemarau 2015 di wilayah Propinsi Banten dan DKI Jakarta Maju antara 1 - 4 dasarian, Sama dan Mundur antara 2 - 3 dasarian.

• Awal Musim Hujan 2015/2016 di sebagian besar wilayah Propinsi Banten dan DKI Jakarta diprakirakan akan terjadi sekitar periode bulan Oktober – Desember 2015. • Jika dibandingkan terhadap normal/rata-ratanya, maka Awal Musim Hujan 2015/2016

diprakirakan Sama dan Mundur dari normalnya.

• Sifat Hujan selama Musim Hujan 2015/2016 di wilayah Propinsi Banten dan DKI Jakarta diprakirakan Bawah Normal (BN) sampai dengan Normal (N).

4.2. Saran

• Ketersediaan data dari masing-masing pos hujan sangat diperlukan untuk ketepatan dan keakuratan prakiraan.

• Kerjasama antara instansi-instansi terkait (PEMDA, PEMKOT, PEMPROV) serta masyarakat sangat dibutuhkan untuk menyebarluaskan informasi-informasi cuaca dan iklim.

• Kritik dan saran dari pembaca kami harapkan untuk peningkatan kualitas informasi iklim ini.

(26)

Gambar

Gambar 1. Pembagian Wilayah ZOM Propinsi Banten dan DKI Jakarta
Tabel 1. Cakupan Wilayah ZOM Propinsi Banten dan DKI Jakarta
Gambar 2. Grafik Normal Hujan di Wilayah Propinsi Banten dan DKI Jakarta
Gambar 3. Distribusi Awal Musim Kemarau 2015
+7

Referensi

Dokumen terkait

[Invoice] [Data Konfirmasi] [Laporan Pendapatan Service Keseluruhan] [Laporan Transaksi Service] [Laporan Penjualan Sparepart] [Data Sparepart] [Biaya Penjualan Sparepart]

Pada periode Januari hingga Juni 2015, Singapura menjadi penyumbang wisman terbesar Great ini dengan kontribusi sebesar 56,65% dan diikuti oleh Malaysia yang memberikan

Seorang murid yang terus diperlengkapi dan pada akhirnya bertumbuh dan berkembang menjadi seorang pemimpin yang berintegritas; seorang pemimpin pelayan yang

Perseroan hingga akhir Agustus 2012 berhasil meraih kontrak baru senilai Rp 6,9 triliun atau 51,11% dari target kontrak baru tahun ini sebesar Rp 13,5

Tendangan merupakan salah satu jenis serangan dengan menggunakan tungkai atau kaki didalam olahraga beladiri pencak silat, yang bertujuan untuk meraih point dan

Rendemen ekstraksi buah rotan menghasilkan resin jernang dengan rendemen terendah adalah jernang burung (1,20%), sedangkan jenis lainnya relatif sama yaitu jernang umbut

Dengan berlandaskan pada prinsip mekanika gerak tersebut dan dengan mempertimbangkan anggapan bahwa penempatan kaki staggered akan menghasilkan hasil tolakan yang