• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Potensi Retribusi Terminal Penumpang Dalam Meningkatkan. Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Boyolali Tahun SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Potensi Retribusi Terminal Penumpang Dalam Meningkatkan. Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Boyolali Tahun SKRIPSI"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Potensi Retribusi Terminal Penumpang Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Boyolali Tahun 2001 – 2007

SKRIPSI

Disusun dan diajukan untuk memenuhi syarat ujian akhir Guna memperoleh gelar sarjana jenjang strata I

Program Studi Ilmu Ekonomi Universitas Islam Indonesia

Oleh :

Nama : Eko Sumiyanto Nomor Mahasiswa : 02313088 Program Studi : Ilmu Ekonomi

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FAKULTAS EKONOMI

YOGYAKARTA 2009

(2)

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

“Saya yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa skripsi ini telah ditulis dengan sungguh-sungguh dan tidak ada bagian yang merupakan penjiplakan karya orang lain seperti dimaksud dalam buku pedoman penyusunan skripsi Program Studi Ilmu Ekonomi FE UII. Apabila di kemudian hari terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar maka saya sanggup menerima hukuman/sanksi apapun sesuai peraturan yang berlaku.”

Yogyakarta, Desember 2009 Penulis,

(3)

PENGESAHAN

ANALISIS POTENSI RETRIBUSI TERMINAL PENUMPANG

DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH

KABUPATEN BOYOLALI

TAHUN 2001 – 2007

Nama : Eko Sumiyanto Nomor Mahasiswa : 02313088 Program Studi : Ilmu Ekonomi

Yogyakarta, Desember 2009 Telah disetujui dan disahkan oleh

Dosen pembimbing,

(4)
(5)

HALAMAN MOTTO

(6)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Terimakasih Kepada :

1. Bapak Ibu tercinta dan Adikku Erisa

2. Daffa “Pororo” Muhammad, jangan nakal yaa 3. My #Ind@# Lovely makasih untuk semuanya……. 4. Seluruh keluarga besar Universitas Islam Indonesia 5. Teman teman D’FAFU

6. Apartement monjali

(7)
(8)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Pembangunan merupakan rangkaian berkesinambungan yang meliputi kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara, untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional. Bagi bangsa Indonesia yang terdiri dari beberapa daerah dengan kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, pembangunan nasional bertujuan mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945 dengan memanfaatkan kekayaan daerah yang dimiliki oleh daerah masing – masing.

Sesuai dengan prinsip otonomi daerah yang nyata dan bertanggung jawab, penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan secara bertahap akan lebih banyak dilimpahkan kepada pemerintah daerah. Dengan semakin meningkatnya kewenangan pemerintah daerah, maka peranan keuangan daerah menjadi semakin penting karena pembiayaan pembangunan sebagian besar akan dibiayai oleh pemerintah daerah itu sendiri. Oleh karena hal tersebut pemerintah daerah diharapkan dapat lebih aktif lagi dalam memobilisasi sumber dananya sendiri dan mengelolanya secara efektif dan efisien.

Usaha penggalian dan peningkatan sumber pendapatan daerah guna membiayai belanja daerah ini diatur dalam Undang-undang Nomor 5 tahun 1974 tentang Pokok-pokok pemerintahan di Daerah yang telah diperbaharui

(9)

dengan Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dimana menurut undang-undang tersebut pendapatan daerah terdiri dari: 1. Pendapatan Asli Daerah, yaitu:

a. Hasil Pajak Daerah. b. Hasil Retribusi Daerah.

c. Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.

d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah. 2. Dana Perimbangan

3. Pinjaman Daerah

4. Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah.

Dalam kaitannya dengan pelaksanaan otonomi daerah dimana pemerintah daerah mempunyai tanggung jawab pembangunan yang lebih besar, sumber-sumber penerimaan daerah sebagai sumber pendapatan daerah harus terus diusahakan agar mampu memikul beban biaya yang diperlukan untuk penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Untuk itu perlu adanya intensifikasi pemungutan dari sumber-sumber dana pembangunan yang ada selama ini (Mardiasmo, 2001 : 191).

Salah satu komponen Pendapatan Asli Daerah yang memberikan sumbangan cukup besar bagi penerimaan daerah dibandingkan dengan komponen lainnya adalah retribusi daerah. Dengan diberlakukannya otonomi daerah diharapkan pemerintah daerah lebih mandiri baik secara fiskal untuk membiayai pembangunan maupun mengelola pemerintah beserta

(10)

aparaturnya. Begitu juga dengan Kabupaten Boyolali yang termasuk daerah otonomi harus mampu menggali peluang di daerahnya dengan mengidentifikasi sumber-sumber pendapatannya dan mengelolanya dengan optimal, mengelola keuangan daerah secara efektif dan efisien, serta mampu mempertanggung jawabkan kinerja kepada pemerintah diatasnya dan kepada masyarakat.

Variabel penting dalam membentuk PAD suatu daerah diantaranya adalah pajak daerah dan retribusi daerah. Dari berbagai retribusi yang dipungut, retribusi terminal penumpang bisa dijadikan sebagai salah satu sumber penerimaan daerah yang potensial. Retribusi terminal penumpang merupakan sumber penerimaan retribusi daerah yang potensial apabila dikelola secara optimal. Kabupaten Boyolali merupakan salah satu daerah Dengan daya dukung bus AKAP yang melalui wilayah Boyolali selama 24 jam, maka menunjukkan mobilitas penduduk dengan menggunakan jasa angkutan umum berlangsung sepanjang hari, sehingga berdampak positif pula pada sistem jasa transportasi selama 24 jam. Perkembangan penerimaan retribusi terminal di Kabupaten Boyolali cenderung mengalami peningkatan dari tahun 2001-2006, kecuali tahun 2002 dan tahun 2004 mengalami penurunan. Pada tahun 2001 besarnya penerimaan retribusi terminal adalah sebesar Rp. 281.251.000, menurun menjadi Rp. 241.212.000 pada tahun 2002. Pada tahun 2003 penerimaan retribusi terminal mengalami kenaikan lagi menjadi Rp. 394.273.000. Akan tetapi pada tahun 2004 penerimaan retribusi terminal di Kabupaten Boyolali mengalami penurunan menjadi Rp.

(11)

37.843.000 Hingga pada tahun 2005 besarnya penerimaan retribusi terminal di Kabupaten Boyolali mangalami kenaikan lagi menjadi Rp. 448.133.000, kenaikan tersebut terjadi hingga tahun 2006, dengan besarnya penerimaan retribusi adalah Rp. 496.109.000. Kenaikan tersebut terjadi hingga tahun 2007 dengan besarnya penerimaan sebesar Rp. 527.978.000.

Tabel 1.1

Perkembangan Penerimaan Retribusi Terminal Dan Pendapatan Asli Daerah Tahun 2001-2006 Tahun Realisasi Retribusi

(Ribu Rp) PAD (Ribu Rp) Kontribusi (%) 2001 281251 17675167 1,5912 2002 241212 17195302 1,4028 2003 394273 32781306 1,2027 2004 378436 32791247 1,1541 2005 448133 49816906 0,8996 2006 496109 42327225 1,1721

Sumber : Boyolali Dalam Angka, BPS Jawa Tengah.

Walaupun penerimaan retribusi terminal cenderung mengalami kenaikan dalam tiap tahunnya, namun untuk kontribusinya terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Boyolali cenderung mengalami penurunan. Misalnya saja pada tahun 2001 kontribusi retribusi terminal adalah 1,5912% terhadap PAD. Menurun menjadi 1,4028% pada tahun 2002. Penurunan ini terjadi hingga tahun 2005 menjadi 0,8996%, akan tetapi untuk tahun 2006 kontribusi penerimaan retribusi terhadp PAD mangalami peningkatan menjadi 1,1721%. Untuk lebih jelasnya perkembangan penerimaan retribusi terminal di Kabupaten Boyolali dan kontribusinya terhadap PAD dapat dilihat pada Tabel 1.1 diatas.

(12)

Selain bersumber dari retribusi angkutan umum, retribusi terminal penumpang juga berasal dari jasa yang tersedia dilingkungan terminal.

Adapun tarif retribusi terminal sebagai berikut : a. Retribusi Angkutan Umum

Jenis Kendaraan Tarif Keterangan

Bus AKAP Rp. 1500 Sekali Masuk

Bus AKDP Rp. 1000 Sekali Masuk

MPU Rp. 750 Sekali Masuk

Angkutan Kota Rp. 500 Sekali Masuk

b. Fasilitas lain di Lingkungan Umum

Jenis Jasa Pelayanan Tarif Keterangan

Kamar Kecil Rp. 1000 Sekali Masuk

Buang Air Besar/Mandi Rp. 2000 Sekali Masuk

Kios Rp. 1000 Tiap Hari

Sumber : Dinas Perhubungan Kabupaten Boyolali

Tabel 1.2

Penerimaan Retribusi dan Pertumbuhannya di Kabupaten Boyolali Tahun 2004-2006

( Dalam Ribu Rupiah)

Jenis Retribusi 2004 % 2005 % 2006 %

Retribusi pelayanan

kesehatan RSU 9306000 49.64 9660104 37.66 10516664 42.41 Retribusi pelayanan

kesehatan Dinas 3188596 17.01 3708056 14.46 4131788 16.66 Retribusi Dinas pasar 2838129 15.14 8092660 31.55 4124575 16.63 Retribusi Cetak KTP

(13)

Retribusi Dinas PU, Perhubungan, Kebersihan 799494 4.26 796404 3.11 1162099 4.69 Retribusi Dinas peternakan dan perikanan 621083 3.31 639833 2.49 645173 2.60 Retribusi dinas pariwisata 456473 2.43 509884 1.99 519380 2.09

Retribusi jasa usaha

terminal 378436 2.02 448133 1.75 496109 2.00

Retribusi Dinas

pertanian 186500 0.99 160500 0.63 217600 0.88

Retribusi ijin gangguan 0 0.00 0 0.00 185000 0.75 Retribusi pemakaian

kekayaan daerah 425608 2.27 100503 0.39 180785 0.73 Retribusi Dinas

perindustrian 131440 0.70 129831 0.51 119781 0.48 Retribusi parkir tepi

jalan 40648 0.22 40650 0.16 107444 0.43

Rtbs pelayanan

persampahan 60777 0.32 60777 0.24 0 0.00

Retribusi Jasa usaha

tempat khusus parkir 18740 0.10 19380 0.08 90703 0.37 Jumlah 18746923 100 25648715 100 24796103 100 Sumber : Boyolali Dalam Angka, BPS Jawa Tengah.

Pada tabel 1.2 juga dapat dilihat perkembangan berbagai macam jenis retribusi daerah di Kabupaten Boyolali. Jika dibandingakan dengan retribusi lainnya, retribusi terminal hanya mampu memberikan kontribusi rata-rata 2 % dalam setiap tahunnya. Mengingat, Kabupaten Boyolali adalah salah satu Kabupaten yang memiliki terminal yang beroperasi 24 jam. Sehingga diharapkan adanya terminal tersebut bisa dimanfaatkan secara optimal. Sehingga nantinya akan meningkatkan penerimaan retribusi khususnya dari retribusi jasa usaha terminal.

Berdasarkan latar belakang dan masalah tersebut, maka obyek penelitian adalah retribusi terminal penumpang Kabupaten Boyolali yang

(14)

terdiri dari retribusi bus AKAP, AKDP, Angkota, Angkudes dan fasilitas umum terminal seperti toilet umum dan kios. Terminal penumpang sendiri terdiri dari terminal utama atau terminal kota yang menampung bus AKAP, AKDP, Angkota dan Angkudes di Desa Banyudono. Dengan latar belakang masalah tersebut diatas, dalam penulisan skripsi ini penulis mengambil judul “ANALISIS POTENSI RETRIBUSI TERMINAL PENUMPANG DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2001 – 2006”

1.2. Rumusan Masalah

a. Seberapa besar kontribusi retribusi terminal terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Boyolali tahun 2001 sampai 2006?

b. Seberapa besar tingkat upaya pemungutan retribusi terminal di Kabupaten Boyolali tahun 2001 sampai 2006?

c. Seberapa besar tingkat efektivitas retribusi terminal di Kabupaten Boyolali tahun 2001 sampai 2006?

d. Seberapa besar tingkat Efisiensi retribusi terminal di Kabupaten Boyolali tahun 2001 sampai 2006?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengukur seberapa besar kontribusi retribusi terminal terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Boyolali tahun 2001 sampai 2006.

(15)

b. Untuk mengukur seberapa besar tingkat upaya pemungutan retribusi terminal di Kabupaten Boyolali tahun 2001 sampai 2006.

c. Untuk mengukur tingkat efektifitas retribusi terminal di Kabupaten Boyolali tahun 2001 sampai 2006.

d. Untuk mengukur efisiensi retribusi terminal di Kabupaten Boyolali tahun 2001 sampai 2006.

1.3.2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan penelitian retribusi pasar adalah :

a. Memberikan masukan bagi instansi atau lembaga yang ada hubungannya dengan masalah retribusi daerah dan retribusi terminal pada khususnya yang selanjutnya dapat digunakan untuk keperluan membuat kebijaksanaan keuangan pada pemerintah daerah setempat b. Sebagai informasi bagi peneliti dan masyarakat umum.

1.4. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari beberapa bab yaitu sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN

Bab ini membahas beberapa unsur yaitu latar belakang masalah, rumusan masalah, manfaat dan tujuan penulisan skripsi, dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Bab ini berisi pendokumentasian atau pengkajian hasil dari penelitian-penelitian yang pernah dilakukan pada area yang sama dan

(16)

landasan teori. Landasan teori ini berisi teori-teori sebagai hasil dari studi pustaka. Teori-teori yang didapat akan menjadi landasan bagi penulisan untuk melakukan pembahasan dan pengambilan kesimpulan mengenai judul yang penulis pilih.

BAB III. METODE PENELITIAN

Bab ini akan menguraikan penjelasan satu pembahasan mengenai metode analisa yang digunakan dalam penelitian dan jenis data-data yang digunakan beserta sumber data.

BAB IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi semua temuan-temuan yang dihasilkan dalam penelitian dan analisa statistik.

BAB V. SIMPULAN DAN IMPLIKASI

Bab ini akan menjelaskan kesimpulan dari analisa yang dilakukan dan implikasi yang muncul dari hasil simpulan sebagai jawaban atas rumusan masalah sehingga dapat ditarik benang merah apa implikasi dari penelitian yang dilakukan.

(17)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1. Kajian Pustaka

Bagian ini memuat tentang penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya yang mendasari pemikiran penulis dan menjadi pertimbangan dalam penyusunan skripsi ini, adapun penelitian-penelitian tersebut adalah :

Penelitian yang dilakukan Thahyono, Andik (1996) mengenai kontribusi retribusi pasar terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kota Yogyakarta. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penerimaan Retribusi Pasar, PAD, Jumlah pengguna jasa dan tarif retribusi. Metode yang digunakan untuk analisis adalah dengan menggunakan perhitungan potensi retribusi pasar dan kontribusi retribusi pasar.

a. Potensi Retribusi Pasar

Potensi retribusi pasar untuk mengukur apakah penetapan target pemungutan retribusi pasar sudah dilakukan sebaik-baiknya. Retribusi pasar dapat diperoleh dari jenis pungutan-pungutan antara lain : pungutan kios, dalam los, luar los, titipan sepeda/kendaraan, bongkar muat dan sekaten kemudian dikalikan dengan luas lahan dan dikalikan dengan tarif. Adapun perhitungannya adalah :

(18)

2. Kontribusi Retribusi Pasar

Untuk melihat seberapa besar peranan retribusi pasar terhadap pendapatan asli daerah menggunakan rumus kontribusi yang merupakan rasio antara jumlah retribusi pasar dengan pendapatan asli daerah dikalikan 100 %.

Penerimaan Retribusi Pasar

Kontribusi retribusi pasar = x 100 % PAD

Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun potensial retribusi pasar selalu meningkat walaupun peningkatan tersebut sedikit saja. Peningkatan potensial ini dikarenakan beberapa faktor seperti bertambah luasnya pasar, penambahan jumlah pedagang, perubahan jenis dagangan maupun perubahan sarana dasaran dari los menjadi kios. Mengingat bahwa lahan yang ada di Kota Yogyakarta sudah sangat terbatas maka perluasan pasar sangat sulit dilakukan. Oleh karena itu yang dilakukan oleh dinas pasar adalah peningkatan lahan dasaran sehingga tarifnya dapat dinaikkan. Tetapi hal ini hanya akan meningkatkan sedikit saja dari potensial yang ada tahun sebelumnya dan ini dapat dilihat dari peningkatan untuk tahun anggaran 1996/1997 dari tahun anggaran 1995/1996 yang sebesar 2,17 % dan untuk tahun 1997/1998 serta tahun 1998/1999 adalah sebesar 1,86 % dan 1,53%.

Selain dari penambahan luas dan peningkatan sarana pasar, penambahan potensi juga disebabkan bertambahnya jumlah pedagang. Mulai dari tahun 1995 terdapat 12.762 pedagang, tahun 1996 terdapat 12.762

(19)

pedagang. Untuk tahun 1997 terdapat 12.762, untuk tahun 1998 terdapat 12.748 pedagang serta tahun 1999 terdapat 15.787 pedagang. Tahun 1996 tidak terjadinya penambahan jumlah pedagang disebabkan karena semua lahan sudah dipergunakan, sedangkan penambahan luas pasar tidak terjadi. Tahun 1997 terjadi penurunan jumlah pedagang disebabkan mulai terasanya krisis ekonomi. Sedangkan kontribusi retribusi pasar terhadap Pendapatan Asli Daerah dari tahun ketahun kontribusinya semakin menurun. Pada tahun anggaran 1995/1996 yang menyumbangkan 19,73 % menjadi 15,52 % pada tahun anggaran 1998/1999 retribusi pasar menyumbang 17,06 %.

Penelitan yang dilakukan Syafrudin ( 2002 ), yang berjudul “ Peranan Potensi Retribusi Pasar Sebagai Sumber Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten sleman “. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penerimaan Retribusi Pasar, PAD, PDRB, Jumlah pengguna jasa, luas lahan dan tarif retribusi. Metode yang digunakan untuk analisis adalah dengan menggunakan perhitungan kontribusi retribusi pasar, potensi retribusi pasar dan analisis upaya retribusi.

Hasil analisis menunjukkan bahwa besarnya kontribusi retribusi pasar terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Sleman tahun anggaran 1995/1996 sampai 1999/2000, selama lima tahun terakhir peranan retribusi pasar di Kabupaten Sleman mengalami penurunan dari tahun anggaran 1995/1996 yang menyumbang 8,19 persen menjadi 5,14 persen pada tahun anggaran 1999/2000, dengan rata-rata retribusi pasar menyumbang terhadap Pendapatan Asli Daerah sebesar 6,26 persen. Jika dilihat dari potensi yang ada

(20)

maka realisasi yang telah dicapai dengan manajemen pemungutan retribusi pasar yang telah dilakukan dari tahun 1995/1996 adalah sebesar 1.189.035.280 untuk tahun anggaran 1996/1997 adalah sebesar 1.221.915.265, yang berarti meningkat sebesar 2,76 persen dari tahun anggaran sebelumnya. Untuk tahun anggaran 1997/1998 adalah sebesar 1.316.184.960 yang berarti meningkat sebesar 7,71 persen dari tahun anggaran sebelumnya. Untuk tahun anggaran 1998/1999 adalah sebesar 1.364.051.680 yang berarti meningkat sebesar 3,63 persen dari tahun anggaran sebelumnya. Untuk tahun anggaran 1999/2000 adalah sebesar 1.415.166.688 yang berarti meningkat sebesar 3.74 persen dari tahun anggaran sebelumnya.

Tingkat upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam pemungutan retribusi pasar pada tahun anggaran 1995/1996 – 1996/1997 tidak mengalami perubahan yaitu sebesar 0,04 persen. Pada tahun anggaran 1997/1998 adalah sebesar 0,05 persen yang berarti mengalami kenaikan 25 persen dari tahun 1996/1997. Untuk tahun anggaran 1998/1999 adalah sebesar 0,06 persen, berarti mengalami kenaikan 20 persen dari tahun 1997/1998. Kemudian pada tahun 1999/2000 tidak mengalami kenaikan dari tahun 1998/1999 yaitu sebesar 0,06 persen. Jadi upaya pemungutan retribusi pasar dari tahun 1995/1996 – 1999/2000 mengalami kenaikan rata-rata per tahunnya sebesar 11,27 persen.

Penelitian yang dilakukan Wibisono (2007), yang berjudul “ Analisis Kontribusi Retribusi Terminal Penumpang TerhadapPendapatan Asli Daerah Kabupaten Lumajang Tahun 2000 – 2004 “. Adapun variabel yang digunakan

(21)

dalam penelitian ini adalah Penerimaan Retribusi terminal, PAD, PDRB, Jumlah pengguna jasa, luas lahan dan tarif retribusi. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah analisis kontribusi retribusi terminal, upaya pemungutan retribusi terminal, efektivitas retribusi terminal dan efisiensi retribusi terminal penumpang Kabupaten Lumajang.

Hasil analisis menunjukkan kontribusi retribusi terminal penumpang terhadap pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Lumajang tahun 2000 sampai dengan 2004 masih belum maksimal. Kontribusi retribusi terminal penumpang pada kurun waktu lima tahun tersebut terus mengalami penurunan. Pada tahun 2000 angka kontribusi sebesar 2,35 % dan terus menurun pada tahun 2004 sebesar 0,68 %. Rata-rata kontribusi retribusi terminal penumpang terhadap pendapatan asli daerah adalah sebesar 1,76 %

Pada perhitungan tingkat upaya juga cenderung mengalami penurunan. Kenaikan tingkat upaya pemungutan hanya terjadi pada tahun 2001, yaitu naik dari 0,0214 pada tahun 2000 menjadi 0,0247 pada tahun 2001. Setelah itu, terus mengalami penurunan hingga sebesar 0,0174 pada tahun 2004.

Efektivitas retribusi terminal penumpang Kabupaten Lumajang juga cenderung mengalamui penurunan. Kenaikan hanya terjadi pada Tahun 2002. Efektivitas terendah terjadi pada tahun 2004 sebesar 73,77 %, dan efektivitas tertinggi terjadi pada tahun 2000 sebesar 117 %. Rata-rata efektivitas retribusi terminal penumpang di Kabupaten Lumajang sebesar 95,506 % setiap tahunnya dan dapat digolongkan dalam kinerja pemungutan retribusi yang efektif.

(22)

Efisiensi retribusi terminal penumpang dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2004 bervariasi antara 8,527 % hingga 13,551 % dengan rata-rata tingkat efisiensinya sebesar 10, 743 % tiap tahunnya sehingga dapat digolongkan dalam kinerja pemungutan retribusi yang efisien, karena menunjukkan hasil perhitungan rata-rata efisiensi kurang dari 60 %.

2.1.1. Persamaan dan perbedaan dengan Peneliti terdahulu

Persamaan penelitian ini dengan peneliti terdahulu sama-sama menganalisis kontribusi retribusi pasar dan analisis upaya retribusi. Perbedaan penelitian ini dengan peneliti terdahulu terletak pada subyek dan tempat yang diteliti.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan asli daerah merupakan suatu pendapatan untuk mewujudkan suatu daerah untuk menghimpun sumber-sumber dana untuk membiayai kegiatan baik rutin maupun pembangunan. Jadi pengertian dari pendapatan asli daerah dapat dikatakan sebagai pendapatan rutin dari usaha-usaha pemerintah daerah dalam memanfaatkan potensi-potensi sumber keuangan daerahnya untuk membiayai tugas dan tanggung jawab. Dasar hukum Pendapatan Daerah secara umum adalah sebagai berikut:

1. Undang-Undang Dasar Tahun 1945, Pasal 23 ayat (2).

2. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, yang telah disempurnakan dengan Undang-undang Nomor 34 tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

(23)

3. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. 4. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

5. Peraturan Daerah yang mengatur tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

6. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 43 Tahun 1999 tentang Sistem Prosedur Administrasi Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Penerimaan Pendapatan lain-lain

2.2.2. Sumber Pendapatan Daerah

Sumber Pendapatan Daerah sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah terdiri dari:

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD), yaitu: a. Hasil Pajak Daerah.

b. Hasil Retribusi Daerah.

c. Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan.

d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah 2. Dana Perimbangan, yaitu:

a. Dana Bagi Hasil yaitu, dari penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan serta penerimaan dari sumber daya alam.

(24)

b. Dana alokasi umum. c. Dana alokasi khusus 3. Pinjaman Daerah, yaitu:

a. Pemerintah

b. Pemerintah Daerah lain c. Lembaga Keuangan Bank d. Lembaga Keuangan Bukan Bank e. Masyarakat

4. Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah. Antara lain: hibah dan pendapatan dana darurat.

Dengan demikian pendapatan daerah, diperoleh daerah sebagai hasil dari: a. Pendapatan Asli Daerah sendiri

b. Pendapatan berasal dari Pemerintah

c. Lain-lain pendapatan yang sah, yang digunakan untuk membiayai pengaturan dan pengurusan daerah setempat

2.2.3. Retribusi Daerah

Terdapat dua karakteristik yang penting dalam retribusi (menurut Adolf Waqner C.Goedhart, 1973 : 94) yaitu:

a. Adanya sifat kontraprestasi tertentu yang langsung dapat ditunjuk bagi jasa yang diberikan oleh negara.

b. Prestasi negara yang bersangkutan dilakukan berdasarkan tugas spesifik negara.

(25)

1. Retribusi adalah pungutan sebagai pembayaran pemakaian atau karena jasa yang diberikan oleh daerah (Bachrul Elmi, dikutip oleh Halim, 2000 : 52).

2. Retribusi adalah pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus diberikan atau disediakan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan (Suparmoko, 2002 : 85).

3. Retribusi adalah pungutan sumber daya ekonomi oleh pemerintah kepada warga negara dan digunakan untuk melaksanakan tugas pemerintahan atau melayani kepentingan masyarakat dalam hubungannya yang bersifat publik, dapat diartikan sebagai dari pungutan yang dilakukan oleh pemerintah daerah (Soelarno, 1984: 202).

4. Retribusi adalah pembayaran dari rakyat kepada negara dimana bisa dilihat adanya hubungan antara balas jasa yang langsung diterima dengan adanya pembayaran retribusi tersebut (Suparmoko 2002 : 94). 5. Retribusi adalah pungutan atas pemakaian atau manfaat yang diperoleh

secara langsung oleh seorang atau suatu badan karena jasa yang nyata dari pemerintah daerah.

Menurut Undang-Undang No. 34 Tahun 2000 dalam pasal 1 menjelaskan pengertian retribusi sebagai berikut “Retribusi adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

(26)

2.2.4. Ketentuan Umum Retribusi Daerah

Ketentuan yang dimaksud adalah ketentuan yang diatur dalam peraturan perundang undangan pajak dan retribusi daaerah yaitu meliputi: 1. Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas

jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

2. Wajib Retribusi adalah orang atau badan yang menuurt peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu.

3. Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya badan usaha milik negara atau daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, koperasi, koperasi yayasan atau organisasi yang sejenis, lembaga, dana pensiun, bentuk usaha tetap serta bentuk badan usaha lainnya.

4. Jasa adalah kegiatan Pemerintah Daerah berupa usaha dan pelayanan yang menyebabkan barang, fasilitas, atau kemanfaatan lainnya yang dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

5. Jasa Umum adalah jasa yang diberikan atau disediakan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan pemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

(27)

6. Jasa Usaha adalah jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta.

7. Perizinan Tertentu adalah kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan, pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. 8. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan

batas waktu bagi Wajib Retribusi diwajibkan untuk memanfaatkan jasa dan perizinan tertentu dari Pemerintah Daerah yang bersangkutan. 9. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara

teratur untuk mengumpulkan data dan informasi.

10. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, dan mengolah data dan atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan retribusi berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah dan retribusi.

11. Penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan daerah dan retribusi adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil.

(28)

2.2.5. Retribusi Terminal

Sesuai dalam peraturan daerah Kabupaten Boyolali tentang retribusi terminal tertuang di dalamnya bahwa: (Dinhub , 2005)

1. Terminal adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan memuat, menurunkan orang, barang, mengatur kedatangan, dan pemberangkatan kendaraan umum yang merupakan wujud simpul jaringan transportasi.

2. Retribusi terminal adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas fasilitas yang diberikan kepada umum didalam lingkungan terminal. 2.2.6. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Gambaran kegiatan ekonomi secara singkat dan sistematis dengan suatu informasi yang lengkap dan cocok untuk menganalisa struktur dan sistem perekonomian suatu daerah dapat diketahui melalui neraca ekonomi regional. Pendapatan regional mencakup seluruh transaksi ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu (biasanya satu tahun).

Perhitungan pendapatan regional hanya dipakai konsep domestik, berarti seluruh nilai tambah yang ditimbulkan oleh berbagai faktor atau lapangan usaha yang melakukan berbagai kegiatan usahanya di suatu wilayah region (Provinsi atau Kotamadya) dimasukan tanpa memperhatikan pemilikan faktor produksi. Dengan demikian PDRB secara agregatif menunjukan kemampuan suatu daerah dalam menghasilkan balas

(29)

jasa atau pendapatan kepada faktor-faktor produksi yang ikut berpartisipasi dalam proses produksi di daerah tersebut.

Perkembangan PDRB antara lain mencerminkan struktur ekonomi suatu daerah sekaligus memberikan gambaran ketergantungan suatu daerah terhadap sektor ekonomi tertentu. PDRB juga memberikan tingkat kesejahteraan masyarakat dan kemampuan daerah untuk menggali serta memanfaatkan sumber yang tersedia. Ada tiga pendekatan perhitungan PDRB bila ditinjau dari segi yang berlainan, yaitu:

1. Segi Produksi: PDRB merupakan jumlah nilai tambah produksi barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam suatu jangka waktu tertentu.

2. Segi Pendapatan: PDRB adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun).

3. Segi Pengeluaran: PDRB adalah jumlah pengeluaran yang dilakukan oleh konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung, perubahan stok dan netto (barang keluar dikurangi barang yang masuk suatu daerah).

(30)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data sekunder yang merupakan data time series yaitu mulai dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2006, yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS).

3.1.2. Definisi Variabel

a. Penerimaan Retribusi terminal

Adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas fasilitas yang diberikan kepada umum didalam lingkungan terminal. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik dari tahun 2001-2006 dalam satuan Ribu Rupiah.

b. Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan yang dihasilkan oleh suatu daerah dengan menghimpun sumber-sumber dana yang ada untuk membiayai kegiatan rutin pembangunan di daerah. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik dari tahun 2001-2006 dalam satuan Ribu Rupiah.

c. Produk Domestik Regional Bruto

Data tentang Produk Domestik Regional Bruto yang digunakan adalah Produk Domestik Regional Bruto yang didasarkan atas harga

(31)

konstan tahun 2000 dalam Ribu rupiah. Data tersebut diperoleh dari Statistik Indonesia yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik dalam berbagai tahun penerbitan dan dinyatakan dalam satuan Ribu Rupiah.

d. Target Restribusi

Adalah besarnya target yang ditentukan untuk keseluruhan jumlah penerimaan retribusi. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik dari tahun 2001-2006 dalam satuan Ribu Rupiah.

e. Biaya Pemungutuan

Adalah banyaknya biaya yang dikeluarkan untuk pemungutan restribusi. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik dari tahun 2001-2006 dalam Ribu rupiah. 3.2. Metode Analisis Data

3.2.1. Analisis Kontribusi

Perhitungan kontribusi retribusi terminal terhadap Pendapatan Asli Daerah menggunakan rumus yang disebutkan di bawah ini: (Syafrudin, 2002). x 100% QYn QXn = Pn Dimana :

Pn = Kontribusi retribusi terminal QX = Realisasi Retribusi Terminal QY = Realisasi PAD

(32)

n = Tahun tertentu

Pengaruh kenaikan kontribusi retribusi terminal terhadap PAD adalah bila kontribusinya semakin tinggi, maka akan semakin baik bagi PAD karena akan mendorong peningkatan PAD dari sektor lainnya.

3.2.2. Analisis Upaya Retribusi

Metode ini membandingkan antara jumlah realisasi retribusi terminal penumpang dengan kemampuan membayar (ability to pay) retribusi terminal suatu daerah. Kapasitas bayar retribusi ini dapat ditunjukkan dengan besarnya PDRB (Nick Devas, 1989).

Upaya retribusi dapat diketahui dengan menggunakan rumus:

Upaya Retribusi = x 100% PDRB

Terminal Retribusi

Penerimaan

Dengan demikian dapat ditunjukkan seberapa besar upaya Pemerintah Kabupaten dalam memungut retribusi di daerahnya melalui retribusi terminal penumpang.

3.2.3. Analisis Efektifitas

Analisis Efektifitas merupakan perbandingan antara realisasi dan target penerimaan retribusi terminal penumpang, sehingga dapat digunakan sebagai ukuran keberhasilan dalam melakukan pungutan (Halim, 2002). Rumus yang digunakan adalah:

Efektifitas = x 100% Terminal Retribusi Penerimaan Target Terminal Retribusi Penerimaan Realisasi

(33)

Apabila efektifitas mendekati 100%, atau dengan kata lain semakin besar maka retribusi terminal dianggap semakin efektif dan sebaliknya. Efektifitas ini akan dibandingkan dengan efektifitas pada tahun-tahun sebelumnya, sehingga dapat diketahui penerimaan retribusi terminal apakah efektif sesuai dengan target yang telah ditentukan.

3.2.4. Analisis Efiisiensi

Efisiensi retribusi terminal mengukur besarnya biaya pemungutan yang digunakan terhadap realisasi penerimaan retribusi terminal itu sendiri (Halim, 2002). Besarnya efisiensi retribusi dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Efisiensi = x 100% Terminal Retribusi Penerimaan Realisasi Terminal Retribusi Pemungutan Biaya

Semakin kecil biaya pemungutan retribusi terminal terhadap penerimaan retribusi terminal maka pemungutan retribusi terminal dikatakan semakin efisien. Artinya, dikatakan efisien apabila nilai yang diperoleh dari perhitungan efisien menunjukkan prosentase yang semakin kecil, dan sebaliknya apabila hasil perhitunganya semakin besar maka semakin tidak efisien.

(34)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisis Data

Dalam rangka pelakasanaan Otonomi Daerah yang luas, nyata, dan bertanggungjawab, Kabupaten Boyolali mempunyai kewenangan yang sesuai dalam Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

Dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 34 tahun 2000 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagai upaya perwujudan otonomi yang luas, nyata dan bertanggungjawab, pembiayaan pemerintah dan pembangunan daerah yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah, khususnya pendapatan yang bersumber dari retribusi daerah perlu ditingkatkan sehingga kemandirian daerah dalam hal pembiayaan pemerintahan di daerah dapat terwujud dengan baik.

Untuk menyediakan sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah yang hasilnya memadai, upaya yang dilakukan untuk peningkatan penyediaan pembiayaan dari sumber tersebut antara lain dengan peningkatan kinerja pemungutan, penyempurnaan, dan penambahan jenis retribusi, serta pemberian keleluasaan bagi daerah untuk menggali sumber-sumber penerimaan khususnya yang berasal dari retribusi daerah.

(35)

Di Kabupaten Boyolali, Retribusi Terminal Penumpang merupakan salah satu sumber retribusi daerah yang potensial dan perlu dikembangkan untuk dapat memberikan kontribusi yang maksimal. Di Kabupaten Boyolali memiliki empat terminal penumpang yaitu :

1. Terminal Bus Antar Kota Propinsi (AKDP) di Desa Banyudono, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali.

2. Terminal MPU (Mobil Pengangkutan Umum) dan Angkudes, eks terminal bus lama di Kecamatan Karangede, Sruwen, Simo, Bangak, Wonosegoro Kinerja dari keberhasilan dalam pemungutan Retribusi terminal Penumpang di Kabupaten Boyolali dapat diukur melalui beberapa indikator antara lain : 1. Tingkat kontribusi Retribusi Terminal Penumpang terhadap Pendapatan

Asli Daerah Kabupaten Boyolali yang dapat dihitung dengan membandingkan antara penerimaan Retribusi Terminal Penumpang dengan penerimaan Pendapatan Asli Daerah.

2. Tingkat upaya pemungutan Retribusi Terminal Penumpang Kabupaten Boyolali yang dapat dihitung dengan membandingkan penerimaan Retribusi Terminal penumpang dengan kemampuan masyarakat Kabupaten Boyolali yang menggunakan PDRB atas dasar harga konstan sebagai tolak ukumya.

3. Tingkat efektifitas dari pemungutan Retribusi Terminal Penumpang yang di hitung dengan membandingkan antara realisasi penerimaan Retribusi Terminal dan target Retribusi Terminal yang telah ditetapkan.

(36)

4. Tingkat efisiensi dari pemungutan retribusi terminal, yang dapat diketahui dengan membandingkan besarnya biaya pemungutan retribusi terminal dengan realisasi penerimaan retribusi terminal.

4.2. Penerimaan PAD dan Retribusi Terminal Penumpang

Pendapatan Asli Daerah yang terdiri Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Perusahaan Milik Daerah, dan Pendapatan Asli Daerah yang Sah merupakan komponen yang sangat penting dalam peningkatan keuangan daerah. Penerimaan PAD Kabupaten Boyolali enam tahun terakhir mengalami kenaikan yang cukup berarti. Perkembangan penerimaan PAD dan Retribusi Terminal Penumpang Kabupaten Boyolali dapat dilihat dari persentase pertumbuhan penerimaan tiap tahunnya. Perkembangan PAD dan Retribusi Terminal Kabupaten Boyolali dalam enam tahun terakhir dapat dilihat dalam tabel 4.1 berikut :

Tabel 4.1

PAD dan Retribusi Terminal Penumpang Kabupaten Boyolali Tahun Anggaran 2001 – 2006 Tahun Anggaran PAD (Ribu Rp) Pertumbuhan (%) Retribusi Terminal (Ribu Rp) Pertumbuhan (%) 2001 17675167 - 281251 - 2002 17195302 -2,71 241212 -14,24 2003 32781306 90,64 394273 63,45 2004 32791247 0,03 378436 -4,02 2005 49816906 51,92 448133 18,42 2006 42327225 -15,03 496109 10,71 Sumber: DLLAJ Kab Boyolali – Dispenda Kab Boyolali (data diolah)

Tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa PAD Kabupaten Boyolali mengalami peningkatan dari tahun-ketahun. Kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 2003 yaitu sebesar 90,64%. Untuk kenaikan PAD terkecil terjadi pda tahun 2004

(37)

yaitu sebesar 0,03%. Sedangkan untuk perkembangan penerimaan retribusi terminal di Kabupaten Boyolali cenderung mengalami peningkatan dari tahun 2001-2006, kecuali tahun 2002 dan tahun 2004 mengalami penurunan. Pada tahun 2001 besarnya penerimaan retribusi terminal adalah sebesar Rp. 281251 Ribu Rupiah, menurun menjadi Rp. 241212 Ribu Rupiah pada tahun 2002. Pada tahun 2003 penerimaan retribusi terminal mengalami kenaikan lagi menjadi Rp. 394273 Ribu Rupiah. Akan tetapi pada tahun 2004 penerimaan retribusi terminal di Kabupaten Boyolali mengalami penurunan menjadi Rp. 378436 Ribu Rupiah. Hingga pada tahun 2005 besarnya penerimaan retribusi terminal di Kabupaten Boyolali mangalami kenaikan lagi menjadi Rp. 448133 Ribu Rupiah, kenaikan tersebut terjadi hingga tahun 2006, dengan besarnya penerimaan retribusi adalah Rp. 496109 Ribu Rupiah

4.3. Kontribusi Retribusi Terminal Penumpang Terhadap PAD

Retribusi Terminal Penumpang adalah salah satu komponen Retribusi Daerah yang memberikan kontribusi yang cukup berarti bagi Pendapatan Asli Daerah. Terminal Penumpang merupakan prasarana transportasi umum untuk keperluan menaikkan dan menurunkan penumpang, perpindahan penumpang antar sarana ransportasi umum serta mengatur kedatangan dan keberangkatan kendaraan umum.

Untuk mengetahui seberapa besar peranan retribusi terminal penumpang terhadap PAD, menggunakan rasio antara realisasi penerimaan retribusi terminal penumpang dengan PAD dikalikan 100%. Semakin besar persentase kontribusi retribusi terminal penumpang terhadap Pendapatan Asli

(38)

Daerah, semakin dinilai baik. Besar kontribusi retribusi terminal penumpang terhadap PAD di Kabupaten Boyolali dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.2

Kontribusi Retribusi Terminal Terhadap PAD Kabupaten Boyolali Tahun Anggaran 2001 – 2006 Tahun Anggaran Realisasi Retribusi Terminal (Ribu Rp) PAD (Ribu Rp) Kontribusi (%) 2001 281251 17675167 1,5912 2002 241212 17195302 1,4028 2003 394273 32781306 1,2027 2004 378436 32791247 1,1541 2005 448133 49816906 0,8996 2006 496109 42327225 1,1721

Sumber: DLLAJ Kab Boyolali – Dispenda Kab Boyolali (data diolah)

Hasil perhitungan diatas, dapat dilihat bahwa kontribusi Retribusi Terminal Penumpang terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Boyolali terus mengalami penurunan dari tahun 2001 hingga tahun 2006 dengan rata-rata tiap tahunnya sebesar 1,24%. Kontribusi terbesar terjadi pada tahun 2001 yaitu sebesar 1,5912% dan kontribusi terkecil pada tahun 2005 yaitu 0,8996%. Pada tahun 2001 kontribusi retribusi terminal adalah 1,5912% terhadap PAD. Menurun menjadi 1,4028% pada tahun 2002. Penurunan ini terjadi hingga tahun 2005 menjadi 0,8996%, akan tetapi untuk tahun 2006 kontribusi penerimaan retribusi terhadp PAD mangalami peningkatan menjadi 1,1721%.

4.4. Upaya Pemungutan Retribusi Terminal Penumpang

Tingkat upaya pemungutan retribusi terminal penumpang perlu diketahui untuk mengukur besar upaya yang telah dilakukan dalam pemungutan retribusi terminal penumpang itu sendiri. Upaya pemungutan

(39)

retribusi terminal penumpang dapat diketahui dengan membandingkan antara jumlah penerimaan retribusi terminal penumpang dengan kemampuan bayar (ability to pay) retribusi terminal oleh masyarakat Kabupaten Boyolali yang ditunjukkan dengan besamya PDRB Kabupaten Boyolali. Tingkat upaya pemungutan retribusi terminal penumpang Kabupaten Boyolali dapat dilihat dalam tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3

Upaya Pemungutan Retribusi Terminal Terhadap PDRB Kabupaten Boyolali Tahun Anggaran 2001 – 2006

Tahun Anggaran

Retribusi Terminal Penumpang

(Ribu Rp)

PDRB atas dasar harga Konstan tahun 200 (Ribu Rp) Upaya Pemungutan Retribusi (%) 2001 281251 2984872320 0,0094 2002 241212 3062304140 0,0079 2003 394273 3211066500 0,0123 2004 378436 3320736820 0,0114 2005 448133 3456062130 0,0130 2006 496109 3600897970 0,0138

Sumber: DLLAJ Kab Boyolali – Dispenda Kab Boyolali (data diolah)

Tingkat upaya pemungutan retribusi terminal di Kabupaten Boyolali cenderung mengalami kenaikan pada periode 2001-2006, sedangkan untuk penurunan tingkat upaya pemungutan retribusi terminal hanya terjadi pada 2002 dan 2004. Pada tahun 2001 besarnya tingkat upaya pemungutan retribusi terminal di Kabupaten Boyolali adalah 0,0094% turun menjadi 0,0079% pada tahun 2002. Pada tahun 2003 tingkat upaya pemungutan retribusi terminal mengalami kenaikan menjadi 0,0123%, kemudian menurun menjadi 0,0114% pada tahun 2004. Pada tahun berikutnya yaitu tahun 2005, tingkat upaya pemungutan retribusi mengalami kenaikan menjadi 0,0130%, kenaikan ini terjadi hingga tahun 2006 menjadi 0,0138%. Adanya peningkatan tingkat

(40)

upaya pemungutan retribusi di Kabupaten Boyolali ini menunjukkan keseriusan Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali untuk meningkatkan penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor retribusi. Karena retribusi terminal merupakan salah satu sumber yang potensial untuk meningkatkan penerimaan daerah.

6.5 Efektifitas Restribusi Terminal

Tingkat efektifitas Retribusi Terminal Kabupaten Lumajang dihitung dengan membandingkan antara realisasi penerimaan Retribusi Terminal dengan target Retribusi Terminal yang sebelumnya telah ditetapkan. Apabila hasil perhitungan efektifitas Retribusi Terminal mendekati 100% maka kinerja pemungutan Retribusi Terminal di Kabupaten Boyolali semakin baik. Efektifitas Retribusi Terminal Kabupaten Boyolali tahun 2001-2006 dapat dilihat dalam tabel 4.4 berikut:

Tabel 4.4

Efektifitas Retribusi Terminal Kabupaten Boyolali Tahun 2001-2006 Tahun Anggaran Target Retribusi Terminal (Ribu Rp) Realisasi Retribusi Terminal (Ribu Rp) Efektifitas Retribusi Terminal (%) 2001 235451 281251 119,45 2002 265621 241212 90,81 2003 338723 394273 116,40 2004 364621 378436 103,79 2005 451712 448133 99,21 2006 510109 496109 97,26

Sumber: DLLAJ Kab Boyolali – Dispenda Kab Boyolali (data diolah)

Hasil perhitungan di atas, dapat dilihat bahwa tingkat efektifitas Retribusi Terminal di Kabupaten Boyolali pada tahun anggaran 2001 sampai dengan tahun 2006 cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 2001 tingkat

(41)

efektifitas retribusi terminal Boyolali sebesar 119,458%, kemudian menurun menjadi 90,81 % pada tahun 2002. Pada tahun 2003 efektifitas retribusi terminal Boyolali mengalami peningkatan lagi menjadi 116,40%. Namun pada tahun 2004 efektifitas retribusi terminal Boyolali menurun menjadi 103,79%. Penurunan ini terus terjdi hingga tahun 2006 dengan besarnya efektifitas adalah 97,26% pada tahun 2006.

Dengan rata-rata tingkat efektifitas Retribusi Terminal Kabupaten Boyolali sebesar 104,49% setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja dalam pemungutan Retribusi Terminal Penumpang di Kabupaten Boyolali sudah cukup baik. Menurunya tingkat efektifitas Retribusi Terminal Penumpang di Kabupaten Boyolali disebabkan oleh karena banyaknya kepemilikan kendaraan pribadi dan sedikitnya angkutan umum yang beroperasi karena sepinya jumlah penumpang.

4.6. Efisiensi Retribusi Terminal

Efisiensi Retribusi Terminal penumpang dapat dihitung dengan membandingkan antara biaya pemungutan retribusi dengan realisasi penerimaannya. Apabila hasil perhitungan semakin kecil maka semakin efisien pemungutan retribusi tersebut. Dengan semakin efisien pemungutan retribusi terminal penumpang, maka kinerja pemungutannya akan semakin baik.

Besarnya biaya pemungutan Retribusi Terminal Penumpang di Kabupaten Boyolali adalah sebesar 10% dari target penerimaan retribusi Terminal Penumpang yang ditetapkan. Hal itu dikarenakan biaya pemungutan yang tidak bisa dihitung secara rinci, karena banyaknya biaya yang tidak dapat

(42)

dinominalkan sehingga ketidaksesuaian biaya yang telah ditetapkan dengan biaya sesungguhnya diabaikan. Tingkat efisiensi Retribusi Terminal Penumpang Kabupaten Boyolali dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut:

Tabel 4.5

Efisiensi Retribusi Terminal Kabupaten Boyolali Tahun 2001-2006 Tahun Anggaran Biaya Pemungutan (Ribu Rp) Realisasi Retribusi Terminal (Ribu Rp) Efisiensi Retribusi Terminal (Ribu %) 2001 20215 281251 7,19 2002 25364 241212 10,52 2003 34246 394273 8,69 2004 50235 378436 13,27 2005 72360 448133 16,15 2006 84236 496109 16,98

Sumber: DLLAJ Kab Boyolali – Dispenda Kab Boyolali (data diolah)

Hasil perhitungan di atas, dapat dilihat bahwa tingkat efisiensi Retribusi Terminal Penumpang dari tahun 2001 - 2006 bervariasi antara 7,19% - 16,98%. Rata-rata tingkat efisiensinya sebesar 12,13% tiap tahunnya. Pada tahun 2001 tingkat efisiensi Retribusi Terminal Penumpang sebesar 7,19%, kemudian pada tahun 2002 efisiensinya menurun menjadi 10,52%. Pada tahun 2003 efisiensi mengalami kenaikan menjadi sebesar 8,69% dan menurun lagi pada tahun 2004 menjadi sebesar 13,27 %, penurunan tingkat efisiensi tersebut terjadi hingga tahun 2006 menjadi 16,98. Tingkat efisiensi paling tinggi terjadi pada tahun 2001, sedangkan efisiensi terendah terjadi pada tahun 2006.

Tingkat efisiensi terus mengalami penurunan dikarenakan dampak kenaikan BBM, sehingga transportasi umum, terutarna bus AKDP, mengurangi jumlah armadanya yang beroperasi. Selain itu, penurunan efisiensi juga

(43)

disebabkan oleh berkurangnya mobilitas masyarakat menggunakan transportasi umum karena meningkatnya kepemilikan kendaraan pribadi.

(44)

BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, dan dari hasil analisis data maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Kontribusi Retribusi Terminal Penumpang terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Boyolali terus mengalami penurunan dari tahun 2001 hingga tahun 2006 dengan rata-rata kontribusi tiap tahunnya sebesar 1,24%.

2. Tingkat upaya pemungutan retribusi terminal di Kabupaten Boyolali cenderung mengalami kenaikan pada periode 2001-2006, dengan rata-rata tingkat upaya pemungutan retribusi terminal adalah 0,01 %.

3. Tingkat efektifitas retribusi terminal di Kabupaten Boyolali pada tahun anggaran 2001 sampai dengan tahun 2006 cenderung mengalami penurunan, dengan rata-rata tingkat efektifitas retribusi terminal Kabupaten Boyolali sebesar 104,49% setiap tahunnya.

4. Efisiensi retribusi terminal penumpang di Kabupaten Boyolali dari tahun 2001 - 2006 digolongkan dalam kinerja pemungutan retribusi yang efisien dengan rata-rata tingkat efisiensinya sebesar 12,13%. Karena menunjukkan hasil perhitungan rata-rata efisiensi kurang dari 60%.

(45)

5.2. Implikasi

1. Pemerintah daerah Kabupaten Boyolali hendaknya menaikkan tarif retribusi penumpang untuk meningkatkan kontribusi retribusi terminal penumpang terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Boyolali. 2. Dinas perhubungan harus bertindak tegas kepada bus AKDP dan angkutan kota yang mangkal diluar area terminal dan tidak mau masuk ke dalam terminal karena hal itu mengurangai realisasi penerimaan retribusi terminal penumpang.

3. Dinas perhubungan harus menertibkan jalur angkutan kota karena hingga saat ini, angkutan kota beroperasi tidak sesuai dengan jalur yang telah ditetapkan.

(46)

DAFTAR PUSTAKA

Adolf Wagner C. Goedhart, (Terjemahan Ratmoko, SH) (1973), Garis-Garis Besar Ilmu Keuangan Negara, Penerbit Jambatan.

BPS (2001-2006), Boyolali Dalam Angka, Badan Pusat Statistik, Jawa Tengah. Devas, Nick (1989), Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia, Cetakan

Pertama, Universitas Indonesia, Jakarta.

Dinas Perhubungan (2005), Definisi Retribusi Terminal, Dinas Perhubungan Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.

Halim, Abdul (2002), Akuntansi dan Pengendalian Keuangan Daerah, UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

Mardiasmo (2001), Perpajakan, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Syafrudin (2002), Peranan Potensi Retribusi Pasar Sebagai Sumber Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten sleman, FE UII, Yogyakarta.

Suparmoko (2002), Ekonomi Publik: Untuk Keuangan dan Pembangunan Daerah, Andi Offset, Yogyakarta.

Soelarno, Slamet (1984), Administrasi Pajak dan Retribusi Daerah, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Thahyono, Andik (1996), Kontribusi Retribusi Pasar Terhadap Pendapatan Asli Daerah, FE UII, Yogyakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 34 Tahun 2000 tentang Retribusi

Wibisono (2007), Analisis Kontribusi Retribusi Terminal Penumpang Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lumajang, FE UII, Yogyakarta.

(47)

PROPOSAL PENELITIAN

Analisis Potensi Retribusi Terminal Penumpang Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Boyolali Tahun 2001 – 2006

Disusun dalam menulis skripsi

Oleh :

Nama : Eko Sumiyanto

Nomor Mahasiswa : 02313088

Program Studi : ilmu Ekonomi

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FAKULTAS EKONOMI

YOGYAKARTA 2009

(48)

PROPOSAL PENELITIAN

Analisis Potensi Retribusi Terminal Penumpang Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Boyolali Tahun 2001 – 2006

Disusun dalam menulis skripsi

Oleh :

Nama : Eko Sumiyanto

Nomor Mahasiswa : 02313088

Program Studi : Ilmu Ekonomi

Yogyakarta,………

Telah disetujui oleh

Dosen Pembimbing,

(49)

LAMPIRAN I

Perhitungan Pertumbuhan PAD di hitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : 100% x 1 -PADt 1 -PADt -PADt = PAD n Pertumbuha Keterangan :

PADt : PEndapatan Asli Daerah tahun t

PAD t-1 : Pendapatan Asli Derah tahun sebelumnya Tahun PAD ( Ribu Rp) Pertumbuhan (%)

2001 17675167 - 2002 17195302 -2,71 2003 32781306 90,64 2004 32791247 0,03 2005 49816906 51,92 2006 42327225 -15,03 71 , 2 100% x 17675167 17675167 -17195302 2002= =− Tahun 64 , 90 100% x 17195302 17195302 -32781306 2003= = Tahun 03 , 0 100% x 3278306 3278306 -32791247 2004= = Tahun 92 , 51 100% x 32791247 32791247 -49816906 2005= = Tahun 03 , 15 100% x 49816906 49816906 -42327225 2006= =− Tahun

(50)

LAMPIRAN II

Perhitungan Pertumbuhan Retribusi terminal di Kabupaten Boyolali di hitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

100% x 1 -RTt 1 -RTt -RTt = RT n Pertumbuha Keterangan :

RTt : Retribusi Terminal tahun t

RT t-1 : Retribusi Terminal tahun sebelumnya Tahun Restribusi Terminal

( Ribu Rp) Pertumbuhan (%) 2001 281251 2002 241212 -14,24 2003 394273 63,45 2004 378436 -4,02 2005 448133 18,42 2006 496109 10,71 24 , 14 100% x 281251 281251 -241212 2002= =− Tahun 45 , 63 100% x 241212 241212 -394273 2003= = Tahun 02 , 4 100% x 394273 394273 -378436 2004= =− Tahun 42 , 18 100% x 378436 378436 -448133 2005= = Tahun 71 , 10 100% x 448133 448133 -496109 2006= = Tahun

(51)

LAMPIRAN III

Perhitungan Kontribusi Retribusi terminal terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Boyolali di hitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

x 100% QYn QXn = Pn Dimana :

Pn = Kontribusi retribusi terminal QX = Realisasi Retribusi Terminal QY = Realisasi PAD n = Tahun tertentu Tahun Anggaran Realisasi Retribusi Terminal (Ribu Rp) PAD (Ribu Rp) Kontribusi (%) 2001 281251 17675167 1,5912 2002 241212 17195302 1,4028 2003 394273 32781306 1,2027 2004 378436 32791247 1,1541 2005 448133 49816906 0,8996 2006 496109 42327225 1,1721 5912 , 1 100% x 17675167 281251 2001= = Tahun 4028 , 1 100% x 17195302 241212 2002= = Tahun 2027 , 1 100% x 32781306 394273 2003= = Tahun 1541 , 1 100% x 32791247 378436 2004= = Tahun 8996 , 0 100% x 49816906 448133 2005= = Tahun 1721 , 1 100% x 42327225 496109 2006= = Tahun

(52)

LAMPIRAN IV. Upaya Retribusi

Perhitungan Upaya Retribusi terminal di Kabupaten Boyolali di hitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Upaya Retribusi = x 100% PDRB Terminal Retribusi Penerimaan Tahun Anggaran Retribusi Terminal Penumpang (Ribu Rp)

PDRB atas dasar harga Konstan tahun 200 (Ribu Rp) Upaya Pemungutan Retribusi (%) 2001 281251 2984872320 0,0094 2002 241212 3062304140 0,0079 2003 394273 3211066500 0,0123 2004 378436 3320736820 0,0114 2005 448133 3456062130 0,0130 2006 496109 3600897970 0,0138 094 , 0 100% x 2984872320 281251 2001= = Tahun 0079 , 0 100% x 3062304140 241212 2002= = Tahun 0123 , 0 100% x 3211066500 394273 2003= = Tahun 0114 , 0 100% x 3320736820 378436 2004= = Tahun 0130 , 0 100% x 3456062130 448133 2005= = Tahun 0138 , 0 100% x 3600897970 496109 2006= = Tahun

(53)

LAMPIRAN V. Efektifitas

Perhitungan Efektifitas retribusi terminal di Kabupaten Boyolali di hitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Efektifitas = x 100% Terminal Retribusi Penerimaan Target Terminal Retribusi Penerimaan Realisasi Tahun Anggaran Target Retribusi Terminal (Ribu Rp) Realisasi Retribusi Terminal (Ribu Rp) Efektifitas Retribusi Terminal (%) 2001 235451 281251 119,45 2002 265621 241212 90,81 2003 338723 394273 116,40 2004 364621 378436 103,79 2005 451712 448133 99,21 2006 510109 496109 97,26 45 , 119 100% x 235451 281251 2001= = Tahun 81 , 90 100% x 265621 241212 2002= = Tahun 40 , 116 100% x 338723 394273 2003= = Tahun 79 , 103 100% x 364621 378436 2004= = Tahun 21 , 99 100% x 451712 448133 2005= = Tahun 26 , 97 100% x 510109 496109 2006= = Tahun

(54)

LAMPIRAN VI. Efisiensi

Perhitungan Efisiensi retribusi terminal di Kabupaten Boyolali di hitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Efisiensi = x 100% Terminal Retribusi Penerimaan Realisasi Terminal Retribusi Pemungutan Biaya Tahun Anggaran Biaya Pemungutan (Ribu Rp) Realisasi Retribusi Terminal (Ribu Rp) Efisiensi Retribusi Terminal (Ribu %) 2001 20215 281251 7,19 2002 25364 241212 10,52 2003 34246 394273 8,69 2004 50235 378436 13,27 2005 72360 448133 16,15 2006 84236 496109 16,98 19 , 7 100% x 281251 20215 2001= = Tahun 52 , 10 100% x 241212 25364 2002= = Tahun 69 , 8 100% x 394273 34246 2003= = Tahun 27 , 13 100% x 378436 50235 2004= = Tahun 15 , 16 100% x 448133 72360 2005= = Tahun 98 , 16 100% x 496109 84236 2006= = Tahun

(55)

RINGKASAN PENERIMAAN RETRIBUSI

KABUPATEN BOYOLALI

TAHUN 2004-2006

URAIAN 2004 2005 2006

RETRIBUSI DAERAH 18.746.923.400 25.648.714.600 24.796.102.730 Retribusi pelayanan kesehatan

RSU

9.306.000.000 9.660.104.000 10.516.664.000

Retribusi pelayanan kesehatan Dinas

3.188.596.000 3.708.056.000 4.131.788.000

Retribusi Dinas pasar 2.838.129.000 8.092.660.200 4.124.574.650 Retribusi Cetak KTP dll 295.000.000 1.282.000.000 2.299.002.000 Retribusi Dinas PU, Perhubungan,

Kebersihan

799.494.000 796.404.000 1.162.099.180

Retribusi Dinas peternakan dan perikanan

621.082.800 639.832.800 645.173.300

Retribusi dinas pariwisata 456.473.000 509.884.000 519.380.000 Retribusi jasa usaha terminal 378.436.000 448.133.000 496.109.000 Retribusi Dinas pertanian 186.500.000 160.500.000 217.600.000 Retribusi ijin gangguan 185.000.000 Retribusi pemakaian kekayaan

daerah

425.607.800 100.502.800 180.784.600

Retribusi Dinas perindustrian 131.440.000 129.831.000 119.781.000 Retribusi parkir tepi jalan 40.648.000 40.650.000 107.444.000 Retribusi pelayanan persampahan 60.776.800 60.776.800

Retribusi Jasa usaha tempat khusus parkir

18.740.000 19.380.000 90.703.000

(56)

Jenis Retribusi 2004 % 2006 % 2006 % Retribusi pelayanan

kesehatan RSU 9306000 49.64 9660104 37.66 10516664 42.41 Retribusi pelayanan

kesehatan Dinas 3188596 17.01 3708056 14.46 4131788 16.66 Retribusi Dinas pasar 2838129 15.14 8092660 31.55 4124575 16.63 Retribusi Cetak KTP dll 295000 1.57 1282000 5.00 2299002 9.27 Retribusi Dinas PU,

Perhubungan, Kebersihan 799494 4.26 796404 3.11 1162099 4.69 Retribusi Dinas

peternakan dan perikanan 621083 3.31 639833 2.49 645173 2.60 Retribusi dinas pariwisata 456473 2.43 509884 1.99 519380 2.09 Retribusi jasa usaha

terminal 378436 2.02 448133 1.75 496109 2.00 Retribusi Dinas pertanian 186500 0.99 160500 0.63 217600 0.88 Retribusi ijin gangguan 0 0.00 0 0.00 185000 0.75 Retribusi pemakaian

kekayaan daerah 425608 2.27 100503 0.39 180785 0.73 Retribusi Dinas

perindustrian 131440 0.70 129831 0.51 119781 0.48 Retribusi parkir tepi jalan 40648 0.22 40650 0.16 107444 0.43 Rtbs pelayanan

persampahan 60777 0.32 60777 0.24 0 0.00

Retribusi Jasa usaha

tempat khusus parkir 18740 0.10 19380 0.08 90703 0.37 Jumlah 18746923 100 25648715 100 24796103 100

Referensi

Dokumen terkait

Indonesia secara geografis merupakan negara maritim dengan luas wilayah laut melebihi luas daratannya, dengan kekayaan alam yang melimpah yang terkandung di

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Persepsi siswa tentang kompetensi guru 2) Prestasi belajar matematika di kelas VI MI Ianatusshibyan Mangkangkulon Tugu

Bahwa Pasal 1 butir 5 dan Pasal 26 ayat (3) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2003 yang membatasi dan melarang gabungan partai politik mencalonkan lebih dari satu pasangan calon

Pemerintah maupun instansi terkait dapat menyediakan anggaran untuk peningkatan pendidikan bagi nelayan serta memberikan peraturan terikat bahwa nelayan diwajibkan

• Potensi sumberdaya hayati (perikanan) laut lainnya yang dapat dikembangkan adalah berbasis bioteknologi, seperti ekstraksi dari mikroalgae (fitoplankton), makroalgae (rumput

1) KPR Bersubsidi: Adalah KPR disediakan oleh Bank sebagai bagian dari program pemerintah atau Jamsostek, dalam rangka memfasilitasi pemilikan atau pembelian rumah

Untuk pengiriman dengan menggunakan sepeda motor, ada beberapa batasan yang perlu diperhatikan, seperti kapasitas setiap sepeda motor untuk mengangkut komoditas

(Studi Kasus : Desa Kemawi, Kecamatan Sumowono) Tema Desain : Arsitektur Vernacular dengan Konsep Suasana Nostalgia..