• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model-model Desain Pembelajaran (Rusman)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Model-model Desain Pembelajaran (Rusman)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL–MODEL DESAIN PEMBELAJARAN

Model desain pembelajaran pada dasarnya merupakan pengelolaan dan pengembangan yang dilakukan terhadap komponen-komponen pembelajaran. Beberapa model pengembangan pembalajaran antara lain : Model PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional), Model Jerold E.Kemp, Glasser,Bella Banathy, Rogers dan model- model pembelajaran lainnya. Adapun model- model pembelajaran yang akan dikaji pada buku ini adalah: Model PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional), Model Glasser. Model Gerlach & Elly dan Model Jerold E. Kemp.

A. MODEL PPSI (PROSEDUR PENGEMBANGAN SISTEM

INSTRUKSIONAL)

Munculnya model PPSI dilatarbelakangi oleh beberapa hal berikut :

1. Pemberlakuan Kurikulum 1975, metode penyampaian adalah “Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI) “untuk Pengembangan Satuan Pembelajaran (RPP).

2. Berkembangnya paradigma “pendidikan sebagai suatu sistem”, maka pembelajaran menggunakan pendekatan sistem (PPSI).

3. Pendidik/guru masih menggunakan paradigma “Transfer of Knowledge” belum pada pembelajaran yang profesional.

4. Tuntutan Kurikulum 1975 yang berorientasi pada tujuan, relevansi, efisiensi, efektivitas, dan kontinuitas.

5. Sistem Semester pada Kurikulum 1975 menuntut Perencanaan Pengajaran sampai satuan materi terkecil.

Konsep dari PPSI ini adalah bahwa sistem instruksional yang menggunakan pendekatan sistem, yaitu satu kesatuan yang terorganisasi, yang terdiri atas sejumlah komponen yang saling berhubungan satu sama lainnya dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Sedangkan fungsi PPSI adalah untuk mengefektifkan perencanaan dan pelaksanaan program pengajaran secara

(2)

sistematik dan sistematis, untuk dijadikan sebagai pedoman bagi pendidik dalam melaksanakan proses belajar – mengajar.

Ada lima langkah – langkah pokok dari pengembangan model PPSI ini yaitu : 1. Merumuskan Tujuan Pembelajaran (menggunakan istilah yang

operasional, berbentuk hasil belajar, berbentuk tingkah laku dan hanya satu kemampuan/ tujuan).

2. Pengembangan Alat Evakuasi (menentukan jenis tes yang akan digunakan, menyusun item soal untuk setiap tujuan).

3. Menentukan Kegiatan Belajar Mengajar, (merumuskan semua kemungkinan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan, menetapkan kegiatan pembelajaran yang akan ditempuh).

4. Merencanakan Program Kegiatan Belajar Mengajar, (merumuskan materi pelajaran, menetapkan metode yang digunakan, memilih alat dan sumber yang digunakan dan menyusun program kegiatan/jadwal).

5. Pelaksanaan, (mengadakan pretest, menyampaikan materi pelajaran, mrngadakan posttest dan revisi).

B. MODEL GLASSER

1. Pendahuluan

Model desain pembelajaran pada dasarnya merupakan pengelolaan dan pengembangan yang dilakukan terhadap komponen–komponen pembelajaran. Adapun model pembelajaran yang akan dipaparkan adalah Model Glasser adalah model yang paling sederhana.

2. Langkah–langkah Model R. Glasser

Langkah–langkah yang harus ditempuh dalam mengembangkan desain pembelajaran Model Glasser adalah sebagai berikut :

a. Instructional Goals (Sistem Objektif)

Pembelajaran dilakukan dengan cara langsung melihat atau menggunakan objek sesuai dengan materei pelajaran dan tujuan pembelajaran. Jadi, seorang

(3)

siswa diharapkan langsung bersentuhan dengan objek pelajaran. Dalam hal ini siswa lebih ditekankan pada praktik.

b. Entering Behavior (Sistem Input)

Pelajaran yang diberikan pada siswa dapat diperlihatkan dalam bentuk tingkah laku, misalnya siswa terjun langsung ke lapangan.

c. Instructional Procedures (Sistem Operator)

Membuat prosedur pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan materi pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa, sehingga pembelajaran sesuai dengan prosedurnya.

d. Performance Assessment (Output Monitor)

Pembelajaran diharapkan dapat mengubah penampilan atau perilaku siswa secara tetap atau perilaku siswa yang menetap. Model Glasser adalah model yang paling sederhana. Ia menggambarkan suatu desain atau pengembangan pembelajaran ke dalam empat komponen, yaitu dapat digambarkan sebagai berikut:

C. MODEL GERLACH DAN ELY

1. Pendahuluan

Ada beberapa model pembelajaran yang digunakan, salah satunya adalah model pembelajaran Gerland dan Ely (1971). Gerlach dan Ely mendesain sebuah model pembelajaran yang cocok digunakan untuk segala kalangan termasuk untuk pendidikan tingkat tinggi, karena didalamnya terdapat penentuan strategi yang cocok digunakan oleh peserta didik dalam menerima materi yang akan disampaikan. Di samping itu, model Gerlach dan Ely menetapkan pemaikaian produk teknologi pendidikan sebagai media dalam menyampaikan materi.

Model ini merupakan suatu upaya untuk menggambarkan secara grafis, suatu metode perencanaan pembelajaran yang sistematis. Model ini merupakansuatu pedoman atau suatu peta perjalanan dan hendaknya digunakan sebagai checklist dalam menbuat sebuah rencana untuk kegiatan pembelajaran.

2. Komponen – komponen Model Pembelajaran Gerlach dan Ely a. Merumuskan Tujuan Pembelajaran (Specification of Objectives) Berikut petunjuk praktis merumuskan tujuan pembelajaran.

(4)

1) Formulasikan dalam bentuk yang operasional (mudah diukur). 2) Rumuskan dalam bentuk produk belajar.

3) Rumuskan dalam tingkah laku siswa, bukan tingkah laku guru.

4) Rumuskan sedemikian rupa sehingga menunjukkan dengan jelas tingkah laku yang dituju.

5) Usahakan hanya mengandung satu tujuan belajar (satu kemampuan). 6) Rumuskan tujuan dalam tingkah laku yang dikehendaki.

7) Rumuskan kondisi dari tingkah laku yang dikehendaki. 8) Catumkan standar tingkah laku yang dapat diterima. b. Menentukan Isi Materi (Specification of Content)

Bahan / materi pada dasarnya adalah “isi/konten” dari kurikulum, yakni berupa pengalaman belajar dalam bentuk topik/subtopik dan rinciannya. Isi materi berbeda–beda menurut bidang studi, sekolah, tingkatan, dan kelasnya. Namun, isi materi harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Oleh karena itu, apa yang akan diajarkan pada siswa hendaknya dipilih pokok bahasan yang lebih spesifik. Gunanya, selain untuk membatasi ruang lingkupnya juga apa yang akan diajarkan dapat lebih jelas dan mudah dibandingkan atau dipisahkan dengan pokok bahasan lain dalam satu mata pelajaran yang sama.

c. Penilaian Kemampuan Awal Siswa (Assessment of Entering Behaviors)

Pengumpulan data siswa dilakukan dengan dua cara :

1) Pretest. Dilakukan untuk mengetahui student achievement, yaitu apa yang sudah diketahui dan apa yang belum diketahui tentang rencana pokok bahasan yang akan diajarkan. Misalnya, dengan mengukur sampai di mana pengetahuan siswa tentang:

• Definisi: sampai dimana siswa dapat menerangkan istilah–istilah pokok dalam pokok bahasan yang akan diajarkan;

• Konsep: apakah siswa mengerti dan dapat menerangkan konsep– konsep dasar dari pokok bahasan yang akan diajarkan;

(5)

2) Mengumpulkan data pribadi siswa (personal data) untuk mengukur potensi siswa dan mengelompokkannya ke dalam kategori siapa–siapa yang termasuk slow learners. Caranya dapat dengan mengadakan intelligency test. Misalnya, mengukur kesanggupan siswa dalam :

• Membuat alasan/ sanggahan;

• Kemampuan mengungkapkan kembali; • Keterampilan mengolah data, dan sebagainya. d. Menetukan Strategi (Determination of Strategy)

Strategi pembelajaran merupakan pendekatan ynag dipakai pengajar dalam memanipulasi informasi, memilih sumber – sumber dan menentukan tugas / peranan siswa dalam kegiatan belajar – mengajar (Gerlach dan Ely). 1) Bentuk ekspose (expository) yang lazim dipergunakan dalam kuliah – kuliah

tradisional, biasanya lebih bersifat komunikasi satu arah. Pada expository, pengajar lebih besar peranannya. Biasanya guru berdiri di depan kelas dan menerangkan dengan metode ceramah. Siswa diharapkan memperoleh informasi dari ceramah pengajar di deapan kelas. Metode lain yang biasanya diguanakan adalah metode diskusi.

2) Bentuk inquiry lebih mengutamakan partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar. Pengajar hanya menampilkan demontrasi.

e. Pengelompokan Belajar (organization of groups)

Pendekatan yang menghendaki kegiatan belajar secara mandiri dan bebas memerlukan pengorganisasian yang berbeda dengan pendekatan yang memerlukan banyak diskusi dan partisipasi aktif siswa dalam ruangan kecil, untuk mendengarkan ceramah dalam ruang kelas. Beberapa pengelompokan siswa antara lain:

1. Pengelompokan berdasarkan jumlah siswa (groping by size) yaitu belajar mandiri, kelompok kecil dan kelompok besar

2. Pengelompokan campuran (ungraded grouping) yaitu pengelompokan yang tidak memandang kelas (tingkat) maupun usia, tetapi mereka mempunyai tingkat pengetahuan yang sama dalam satu mata pelajaran.

(6)

3. Gabungan beberapa kelas (multiclass grouping), yaitu gabungan dari beberapa kelas yang sama dalam satu ruangan besar. Mereka mendapat pelajaran dengan bermacam-macam kegiatan pada saat yang bersamaan dalam satu ruangan yang sama.

4. Sekolah dalam sekolah (school within school), yaitu satu kompleks yang besar yang terdiri dari beberapa gedung sekolah. Pengelompokan ini berdasarkan atas pengelompokan kemapuan maupun hasil-hasilyang dicapai oleh siswa, tetapi hanya untuk memudahkan pengaturan administrative karena besarnya jumlah siswa yang mendaftar.

5. Taman kependidikan (educational park), yaitu kampus yang terdiri dari TK samapai perguruan tinggi dengan pemusatan sarana, pelayanan, dan informasi.

f. Pembagian Waktu (allocation of time)

Pemilihan strategi dan teknik untuk ukuran kelomok yang ada berbeda-beda tersebut mau tidak mau akan memaksa pengajar memikirkan penggunaan waktu. Apakah sebagaian besar waktunya akan dialokasikan untuk persentasi atau pemberian informasi, untuk praktik laboratorium atau untuk diskusi. Rencana penggunaan waktu akan berbeda berdasarkan pokok permasalahan, tujuan-tujuan yang dirumuskan, ruangan yang tersedia, pola-pola administrasi serta abilitas dan minat-minat para siswa.

g. Menentukan Ruangan (allocation of space)

Ada tiga alternative ruangan belajar, agar proses belajar mengajar dapat terkondisikan, yaitu:

1. Ruangan-ruangan kelompok besar 2. Ruangan-ruangan kelompok kecil 3. Ruangan untuk belajar mandiri.

h. Memilih Media (allocation of resources)

Memilih media ditentukan menurut tanggapan siswa yang disepakati, sehingga fungsinya tidak hanya sebagai stimulus rangsangan belajar siswa semata. Gerlach dan Ely membagi media sebagai sumber belajar ini ke dalam lima kategoro yaitu:

(7)

1. Manusia dan benda nyata 2. Media visual proyeksi 3. Media audio

4. Media cetak 5. Media display

i. Evaluasi hasil belajar (evaluation of permance)

Yang dievalusi dalam proses belajar mengajar sebenarnya bukan hanya siswa, tetapi justru system pengajarannya. Oleh karena itu dalam proses belajar mengajar terdapat rangkaian tes yang dimulai dari tes awal untuk mengetahui mutu/isi pelajaran apa yang sudah diketahui oleh siswa dan apa yang belum, terhadap rencana yang akan diajarkan. Entering behavior untuk mengukur kemampuan siswa dan mengelompokan ke dalam kelompok kemampuan yang kurang, sedang dan pandai.

j. Menganilis Umpan Balik (Analysis Of Feedback)

Umpan balik merupakan tahap terakhir dari pengembangan system instruksional ini. Data umpak balik yang diperoleh dari evaluasi, tes, observasi maupun tanggapan-tanggapan tentang usaha-usaha intruksional ini menentukan apakah system, metode, maupun media yang dipakai dalam kegiatan instruksional tersebut sudah sesuai untuk tujuan ynag ingin dicapai atau masih perlu disempurnakan.

3. Kelebihan Model Belajar Gerlach Dan Ely

Model pembelajaran gerlach dan ely memiliki perbedaan tersendiri dibandingkan dengan model pembejaran yang lainnya. Perbedaan yang paling kentara adalah diadakannya pre test (tes awal) sebelum kegiatan belajar mengajar dilaksanakan. Di samping itu model Gerlach dan Ely sangat teliti sekali dalam melaksanakan atau merencanakan pembelajaran, terbukti dengan diadakannya tahapan pengelompokan belajar, penghitungan pembagian waktu, serta peraturan ruanagn belajar. Hal ini merupakan kelebihan tersendiri dari model gerlach dan ely yang telah dikenal dan dikembangkan sejak 1971. 4. Kekurangan Model Belajar Gerlach Dan Ely

(8)

Model pembelajaran gerlach dan ely memiliki sedikit kekurangan di antaranya tidak adanya tahapan pengenalan karakteristiksiswa sehingga sedikitnya akan membuat guru kewalahan dalam menganalisis kebutuhan belajar siswa selam proses pembelajaran. Bahkan mungkin lebih jauhnya akan membuat guru salah dalam memberikan dosis pelajaran karena tidak mengenal latar belakang keluarga, psikologis, pendidikan social serta budaya dari siswa tersebut.

D. MODEL JEROLD E. KEMP 1. Pendahuluan

Model Kemp memberikan bimbingan kepada para siswanya untuk berpikir tentang masalah-masalah umum dan tujuan-tujuan pembelajaran. Model ini juga mengarahkan para pengembang desain instruksional untuk melihat karakteristik para siswa serta menentukan tujuan-tujuan belajar yang tepat. Langkah berikutnya adalah spesifikasi isi pelajaran dan mengembangkan pretes dari tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Selanjutnya adalah menetapkan strategi dan langkah-langkah dalam kegiatan belajar-mengajar serta sumber-sumber belajar yang akan digunakan. Selanjutnya materi/isu kemudian dievaluasi atas dasar-dasar tujuan-tujuan yang telah dirumuskan. Langkah berikutnya adalah melakukan identifikasi dan revisi didasarkan atas hasil-hasil evaluasi.

Desain pembelajaran model Kemp ini dirancang untuk menjawab tiga pertanyaan yakni:

1. Apa yang harus dipelajari siswa

2. Apa/bagaimana prosedur, dan sumber-sumber belajar apa yang tepat untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan (kegiatan, media, dan sumber belajar yang digunakan.

3. Bagaimana kita tahu bahwa hasil belajar yang diharapkan telah tercapai (evaluasi)

Langkah-langkah pengembangan desain pembelajaran model Kemp terdiri dari delapan langkah yakni:

(9)

a. Menentukan tujuan instruksional umum (TIU) atau kompetensi dasar, yaitu tujuan umum yang ingin dicapai dalam mengajarkan masing-masing pokok bahasan

b. Membuat analisis tentang karateristik siswa. Analisis ini diperlukan antara lain untuk mengetahui apakah latar belakang pendidikan dan social budaya siswa memungkinkan untuk mengikuti program, serta langkah-langkah apa yang perlu diambil.

c. Menentukan tujuan instruksional spesifik, operasional dan terukur (dalam KTSP adalah indicator). Dengan demikian, siswa akan tahu apa yang harus dikerjakan, bagaimana mengerjakannya dan apa ukurannya bahwa ia telah berhasil. Bagi guru, rumusan itu akan bergunu dalam menyusun tes kemampuan/keberhasilan dan pemilihan materi/bahan belajar yang sesuai d. Menentukan materi/bahan ajar yang sesuai dengan tujuan instrusional

khusus (indicator) yang telah dirumuskan. Masalah yang seringkali dihadapi guru-guru adalah begitu banyaknya materi pelajaran yang harus diajarkan dengan waktu yang terbatas. Demikian juga, timbuk kesulitan dalam mengorganisasikan materi/bahan ajar yang akan disajikan kepada para siswa. Dalam hal ini diperlukan ketepatan guru dalam memilih dan memilah sumber belajar, materi, media dan prosedur pembelajaran yang akan digunakan.

e. Menetapkan penjajagan atau tes awal. Ini diperlukan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan awal siswa dalam memenuhi prasyarat belajar yang dituntut untuk megikuti program pembelajaran yang akan dilaksanakan. Dengan demikian, guru dapat memilih materi yang diperlukan tanpa harus menyajikan yang tidak perlu, sehingga siswa tidak menjadi bosan.

f. Menentukan strategi belajar mengajar, media dan sumber belajar.

g. Mengoordinasikan sarana penunjang yang diperlukan meliputi biaya, fasilitas, peralatan, waktu dan tenaga.

(10)

2. Pokok Bahasan Dan Tujuan Umum (Goals, Topics, And General Purposes)

a. Pokok bahasan

Pokok bahasan menjadi dasar dalam pembelajaran dan menggambarkan ruang lingkup pembelajaran itu sendiri. Pada sekolah dasar kelas tendah, tema/topic bahasan biasanya lebih sederhana umum nyta pada pengalaman kehidupan siswa sehari-hari, sedangkan di SD kelas tinggi sampai SMA biasanya pokok bahasan disesuaikan dengan SK/KD yang telah dikeluarkan oleh BNSP.

b. Tujuan Pembelajaran Umum

Tujuan pembelajaran umum adalah tujuan pembelajaran yang sifatnya masih umum dan belum dapat menggambarkan tingkah laku yang lebih spesifik. Tujuan pembelajaran umum ini dapat dilihat dari tujuan setiap pokok bahasan suatu mata pelajaran yang ada di dalam silabus atau kurikulum.

3. Karakteristik Siswa (Learner Characteristic)

Tujuan mengetahui karateristik siswa adalah untuk mengukur apakah siswa akan mampu mencapai tujuan belajar atau tidak. Hal-hal yang perlu diketahui dari siswa bukan hanya dari factor akademisnya, tetapi juga dilihat factor-faktor sosialnya, sebab kedua hal tersebut mempengaruhi proses belajar.

4. Tujuan Pembelajaran Khusus (Learning Objegtive)

Tujuan pembelajaran khusus merupakan penjabaran dari tujuan pembelajaran umum. Tujuan ini dirumuskan oleh guru dengan maksid agar tujuan pembelajaran umum tersebut dapat lebih dispesifikasikan dan mudah diukur tingkat ketercapaiannya.

a. Klasifikasi Tujuan Pembelajaran

Menurut Bloom dan Krathwohl dan Bloom dan Maria (dalam Rusman, 2009:24-25) klasifikasi tujuan terdiri dari tiga domain atau schemata, yaitu: 1. Domain kognitif

2. Domain afektif 3. Domain psikomotorik

(11)

b. Pemisahan dan Penggabungan Tujuan

Dengan adanya pemisahan tujuan menjadi tiga domain tersebut, pertanyaan yang mungkin timbul adalah apakah dalam merumuskan saja atau tujuan afektif saja secara terpisah, rasanya lebih mudah, tetapi tujuan kognitif dan kedua tujuan yang lainnya tampak sukar dipisahkan.

c. Tahapan-tahapan Tujuan

Tujuan itu bertahap dari yang mudah, sedang dan sulit. Menurut Gagne, tahap-tahap atau tingkatan belajar itu adalah pertama, belajar tentang fakta, kemudian konsep, dilanjutkan dengan belajar prinsip dan akhirnya pemecahan masalah. Fakta digunakan untuk mengindentifikasi suatu konsep, kemudian menggabungkan beberapa konsep untuk mengindentifikasi prinsip dan akhirnya prinsip dipergunakan untuk memecahkan masalah.

d. Kelebihan dan Keterbatasan tujuan 1. Kelebihan

a. Membentuk kerangkan tiap program instruksional yang dibangun atas kompetensi dasar.

b. Member tahu siswa tentang apa yang diharapkan daripadanya.

c. Menolong guru (penyusun desain pembelajaran) untuk berpikir lebih spesifik, mempermudah, mengatur dan menyusun sistematika pelajaran. d. Menunjukkan macam dan ragam dari kegiatan yang diharapkan dari

keberhasilan belajar.

e. Menjadi dasar evaluasi, baik terhadap hasil belajar siswa maupun untuk mengukur keefektifan program instruksional.

f. Merupakan sarana komunikasi yang terbaik terhadap sesama pengajar, wali murid, maupun pihak lain dari apa yang diajarkan dan apa yang harus dipelajari.

2. Keterbatasan

a. Kebanyakan tujuan hanya bertujuan untuk tingkat penguasaan pengetahuan saja (tingkat kognitif) yang rendah.

(12)

b. Menyusun struktur (tahap-tahap) pelajaran tertentu seperti matematika, ilmu pengetahuan alam dan pelajaran bahasa lebih mudah dibandingkan seni, ilmu-ilmu social dan humanities.

c. Bila tujuan belajar hanya diarahkan khusus untuk tujuan yang telah ditentukan (pada tujuan instruksional khusus) saja, tampak program akan berjalan sangat kaku.

d. Dengan menetapkan ukuran suatu tujuan, rasanya pendekatan belajar kurang manusisawi, dan menganggap bahwa prosedur pendidikan teralu mekanis dan tidak personal.

5. Materi/Bahan Pelajaran (subject content)

Subject content adalah materi atau isis pokok bahasan. Ini harus spesifik dan erat hubungannya dengan tujuan (learning objectives) yang telah ditetapkan. Jadi, bila kepada siswa diajarkan fakta dan konsep, tentu tidak hanya berhenti sampai prinsip, tetapi harus diadakan pula penerapan prinsip tersebut.

Untuk menyusun materi pokok bahan biasanya kita buat pertanyaan-pertanyaan seperti berikut ini:

a. Apakah spesifik pokok bahasan?

b. Fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip apa yang berhubungan dengan pokok bahasan?

c. Langkah-langkah apa yang ditempuh dari prosedur yang berkaitan dengan pokok bahasan?

d. Teknik apa yang diperlukan dalam melakukan suatu keterampilan? 6. Penjajakan Terhadap Siswa (preassessment)

Tujuan dari kegiatan penjajakan terhadap kemampuan siswa adalah untuk menguji, apakah kepercayaan yang telah disusun pada empat langkah sebelumnya dapat diteruskan ke langkah selanjutnya, yaitu kegiatan pembelajaran (teaching/learning activities and resource. Apakah siswa sudah siap dan mampu mempelajari pokok bahasan yang akan diajarkan.

Jadi, preassesment adalah menguji coba rencana pokok bahasan, tujuan belajar dari rencana isi. Tidak dipergunakan untuk mengukur kemampuan

(13)

siswa dilakukan pada assessment of entering behavios dalam systematic approach to instruction (ely, 1957), sebab kemampuan segala sesuatu yang menjadi latar belakang siswa yang berlaku untuk system perencanaan desain instruksional ini.

7. Kegiatan Belajar-Mengajar Dan Media (Teachin/Learning Activities And Recource)

Prinsip-Prinsip Belajar

Menurut B.F. Skinner dan kawan-kawan ada sepuluh prinsip sebagai berikut: 1. Persiapan belajar (prelearning preparation) minimal sebelum belajar kita

tahu tujuan belajar itu apa, apa yang akan menjadi pendahuluan belajar atau syarat-syarat sehingga nanti akan dicapai tujuan maksimal

2. Motivasi (motivasion) berdasarkan pengalaman siswa, mana yang disukai siswa agar perhatian belajar dapat meningkat.

3. Perbedaan individual (individual differences), membuat desain berdasarkan pengalaman belajar siswa yang menyangkut empat segi, yaitu penentuan kecepatan belajar, penentuan tingkat, penentuan kemampuan, bahan pelajaram apa (materi) yang paling tepat.

4. Kondisi pembelajaran (instructional condition), belajar akan berhasil apabila tujuan belajar sudah jelas, dan belajar juga akan lebih mudah apabila materi yang dipelajari juga teratur mulai dari yang mudah dipelajari hingga ke hal yang kompleks.

5. Keaktifan sepenuhnya ada pada siswa dan guruhanya menyediakan bahan dan menunjukkan cara belajar yang baik.

6. Penyampaian hasil belajar siswa (successful achievement), perlu diatur sedemikian rupa sehingga tetap meransang siswa belajar dan menyenangkan mereka sehingga ma uterus mengikuti kegiatan belajar karena setiap usaha diberikan penghargaan yang proporsional.

7. Hasil yang sudah diperoleh (knowledge of result) 8. Latihan (practice)

9. Kadar bahan yang diberikan (rate of presenting material) 10. Sikap mengajar (intructor’s attitude)

(14)

Kegiatan belajar-mengajar

Tiga jenis kegiatan belajar-mengajar adalah:

1. Pembelajaran klasikal (group presentation)

Pembelajaran klasikal adalah kegiatan penyampaian pelajaran kepada sejumlah siswa. Kegaiatan ini akan dianggap baik apabila siswa aktif berpartisipasi selama pengajaran berlangsung. Partisipasi dimaksudkan digolongkan dalam tiga kategori yakni:

a. Active interaction with the instructor yaitu siswa bertanya dan pengajae menjawab atau siswa lebih berkonsultasi sesuadah pengajaran.

b. Working at the student’s seat yaitu siswa mencatat apa yang diajarkan atau mengerjakan tugas-tugas yang diberikan.

c. Other mental participation yaitu siswa juga berpikir tentang apa yang dikemukakan dan mempersiapkan bahan pertanyaan yang akan ditanyakan.

2. Belajar mandiri (individual learning)

Bentuk-bentuk belajar mandiri yang kita kenal adalah self instruction (semacam modul), independent study, individual prescribed instruction (IPI), dan self paced learning. Selain itu, ada pula bentuk-bentuk program belajar mandiri, seperti student contracts, textbook/workshett, self-learning module (SLM) atau minicourse.

3. Pertemuan tatap muka

Pertemuan tatap muka antara beberapa siswa dalam satu kelompok dan pengajar menjadi tekanan di sini, seperti berdiskusi, tukar menukar, pengajaran klasikal, memecahkan masalah bersama tentang hasil belajar dari pengajaran klasikal, dan belajar mandiri. Semuanya dapat diperbincangkan bersama dalam kegiatan belajar-mengajar.

Kegiatan Pembelajaran 1. Pendahuluan

Pendahuluan merupakan kegiatan awaldalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan

(15)

menfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.

2. Inti

Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interakti, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis melalui proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.

3. Penutup

Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktrivitas pembelajaran yang dapat dialkukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut.

Kesimpulan dari hal di atas adalah:

• Hal-hal apa saja yang perlu diajarkan kepada sekelompok siswa.

• Hal-hal apa saja yang perlu dipelajari oleh siswa untuk belajar mandiri sesuai kemampuan siswa

Media Pembelajaran (Instruksional Resource)

Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan media yaitu:  Apakah media itu akan dipergunakan klasikal atau belajar sendiri?

 Apakah media yang dibuat memerlukan presentasi grafis, seperti desai, flowcart, atau caption?

 Apakah medial visual yang akan ditampilkan diam atau bergerak ?  Jika media visual diam, apakah di display atau diproyeksikan?  Jika bergerak, apakah berupa film 16mm, 8mm, tau video tape?

 Apakah media visual akan dilengkapi dengan rekaman suara yang terpisah atau terpadu tetapi dalam bentuk variasi?

 Jika mempergunakan lebih dari satu media sekaligus bagaiman cara mempergunakan?

(16)

 Apakah media tersebut akan dipergunakan oleh pengajar atau oleh siswa?  Jika akan memutar film, proyektor yang akan dipergunakan film 8mm atau

16mm?

 Juga perhatikan biaya?

8. Pelayanan Penunjang (support Service)

Adapun petugas yang menunjang mulai dari peencanaan desain sampai dengan tuntasnya pelaksanaan program secara menyeluruh dan lengkap adalah:

a. Tenaga ahli dan pembantu

 Tenaga ahli seperti 1 orang pengajar, 1 orang perancang (instructional designer), 1 orang ahli media.

 Tenaga pembantu seperti asisten pengajar, juru foto, graphic artist, kepala bagian perpustakaan, teknisi, asisten laboratorium, tenaga administrasi, pesuruh.

b. Pengadaan bahan, bahan-bahan tersebut berupa bahan untuk grafis, rekaman suara, cetak, pratikum laboratorium, buku teks, fotografi, dan lain-lain.

c. Ruangan

d. Peralatan, pemilihan peralatan hendaknya berdasarkan efisiensi dan diusahakan semurah-murahnya. Peralatan bias berupa proyektor, tape recorder, kamera, alat-alat laboratorium, alat-alat tulis kantor, dan lain-lain.

e. Penjadwalan waktu

 Jadwal pengajaran atau jadwal belajar termasuk asisten  Jadwal pemakaian ruangan

 Jadwal dan daftar/pemesanan/peminjaman alat-alat dan buku teks, untuk melayani pengajar atau siswa.

 Pemasangan atau instalasi peralatan, display, dan lain-lain. 9. Ukuran Pencapaian (Standard of Achievement)

(17)

Norm referenced testing, yaitu dikategorikan orang sebagai cara lama

karena pencapaian siswa ukurannya sangat relative, kurang ada alasan yang kuat untuk dikatakan baku karena hasil belajar seorang siswa hanya dibedakan dengan hasil yang dicapai oleh teman sekelasnya atau rata-rata pada satu sekolah dibandingkan dengan hasil rata-rata sekolah lain.

Criterion referenced testing, yaitu cara yang dikehendaki dalam rangka

proses belajar mengajar dengan menggunakan desain system instruksional. Penguasaan belajar tuntas pada dasarnya adalah demikian, yaitu tiap siswa diharapkan dapat mencapai seluruh tujuan belajar yang telah ditentukan sebelumnya dengan jelas dan rinci.

Menilai tujuan belajar kognitif

Tes tertulis bias berbentuk tes objektif dan esay. Macam tes objektif biasanya berupa: benar salah, menjodohkan, mengisi jawaban pendek, dan multiple choice.

Menilai tujuan belajar psikomotor

Tujuan belajar psikomotorik bersifat keterampilan (motor skill). Jadi tujuan belajarnya adalah siswa dapat/terampil mengerjakan sesuatu.

Menilai tujuan belajar afektif

Menilai tujuan belajar siswa yang berhubungan dengan sikap dan nilai, perlu dikumpulkan data siswa dengan berbagai cara, misalnya dengan:

• Meneliti tingkah laku siswa

• Mendengarkan pendapat dan komentar siswa

Referensi

Dokumen terkait

1. Elemen bangunan belum dapat memberikan kenyamanan termal yang memadai terutama pada malam hingga pagi hari, dimana kondisi bangunan cenderung mengalami underheating

Peranan guru dalam pembelajaran kian berubah dengan pertambahan dalam penggunaan teknologi di dalam bilik darjah. Walaupun tempat guru tidak dapat diambil alih oleh

Barang bukti yang berasal dari komputer telah muncul dalam persidangan hampir 30 tahun. Awalnya, hakim menerima bukti tersebut tanpa melakukan pembedaan dengan bentuk

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan metode pengumpulan data berupa dokumentasi (kepustakaan/ library research ) dan wawancara untuk memperdalam

Pertanyaan Menurut saya, tampilan menu ATM user friendly (ramah terhadap pengguna) mendapatkan suara sebnayak 69 untuk parameter Setuju, Sangat Setuju 21 suara.dan

Tabel 3 menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan secara bermakna dengan gizi kurang balita adalah variabel usia balita, riwayat pemberian ASI, asupan makanan, persepsi ibu

Berdasarkan latar belakang diatas tersebut alat ini disebut CEPO (Costum Casing Powerbank). Alat ini didesain menjadi lebih fleksibel , mudah dibawa-bawa, ramah

dengan jenis Pluteus cervinus merupakan salah satu jenis jamur makro yang dapat dimakan dan sangat potensi untuk dikembangkan dalam bentuk budi daya, namun belum ada