• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH AKHIR MASA JABATAN TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH AKHIR MASA JABATAN TAHUN"

Copied!
444
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN

PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

AKHIR MASA JABATAN

TAHUN 2007 - 2012

PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

TAHUN 2012

(2)

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA

(3)

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA

AKHIR MASA JABATAN GUBERNUR PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2007-2012 ii

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR GRAFIK ... ix BAB I PENDAHULUAN ... I-1

A. DASAR HUKUM PENYUSUNAN LPPD AMJ ... I-1 B. DASAR HUKUM PEMBENTUKAN PROVINSI DKI JAKARTA .. I-4 1. SEJARAH KOTA JAKARTA ... I-4

2. DASAR HUKUM

PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ... I-9 C. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA ... I-10 1. KONDISI GEOGRAFIS... I-10 2. KONDISI DEMOGRAFIS ... I-22 3. KONDISI EKONOMI ... I-25

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH... II-1

A. KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH ... II-2 1. Visi dan Misi ... II-2 2. Tujuan, Strategi dan Pendekatan Pembangunan Daerah . II-5 3. Program Prioritas Pembangunan Daerah ... II-9 B. EVALUASI PELAKSANAAN RPJMD ... II-20 1. Tingkat Kepatuhan terhadap Peraturan Perundangan .... II-21 2. Tingkat Kesehatan Fiskal ... II-22 3. Tingkat Responsif terhadap Kebutuhan Masyarakat ... II-28 4. Tingkat Efisiensi Pelayanan Publik ... II-29 5. Tingkat Akuntabilitas ... II-30

BAB III PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH ... III-1

Umum ... III-2 A.

1. Program Pembangunan Daerah ... III-2 2. Satuan Kerja Perangkat Daerah ... III-2 3. Jumlah dan Kualifikasi Pegawai ... III-9 PROGRAM DEDICATED ... III-13 B.

(4)

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA

AKHIR MASA JABATAN GUBERNUR PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2007-2012 iii

3. Penanggulangan Polusi ... III-27 4. Peningkatan Kualitas Kebutuhan Dasar Masyarakat ... III-32 5. Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan ... III-36 6. Pengembangan Budaya Keragaman ... III-40 7. Penerapan Kaidah Good Governance ... III-44 8. Pengelolaan Bencana ... III-50 9. Antisipasi Perubahan Iklim ... III-53 PROGRAM PRIORITAS

C.

MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN ... III-54 1. Urusan Pendidikan ... III-54 2. Urusan Kesehatan ... III-61 3. Urusan Lingkungan Hidup ... III-70 4. Urusan Pekerjaan Umum ... III-83 5. Urusan Penataan Ruang ... III-98 6. Urusan Perencanaan Pembangunan ... III-104 7. Urusan Perumahan Rakyat ... III-109 8. Urusan Kepemudaan dan Olahraga ... III-111 9. Urusan Penanaman Modal ... III-117 10. Urusan Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah ... III-122 11. Urusan Kependudukan dan Catatan Sipil ... III-128 12. Urusan Ketenagakerjaan ... III-134 13. Urusan Ketahanan Pangan ... III-140 14. Urusan Pemberdayaan Perempuan

dan Perlindungan Anak ... III-143 15. Urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera .. III-149 16. Urusan Perhubungan ... III-157 17. Urusan Komunikasi dan Informatika ... III-170 18. Urusan Pertanahan ... III-175 19. Urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri .... III-175 20. Urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum,

Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah,

Kepegawaian dan Persandian ... III-180 21. Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa ... III-194

(5)

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA

AKHIR MASA JABATAN GUBERNUR PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2007-2012 iv

24. Urusan Statistik ... III-211 25. Urusan Kearsipan ... III-212 26. Urusan Perpustakaan ... III-215 27. Urusan Kelautan dan Perikanan ... III-218 28. Urusan Pertanian ... III-225 29. Kehutanan ... III-229 30. Urusan Energi dan Sumber Daya Mineral ... III-233 31. Urusan Pariwisata ... III-240 32. Urusan Perdagangan ... III-246 33. Urusan Ketransmigrasian ... III-248 34. Urusan Industri ... III-251 DAMPAK PEMBANGUNAN DAERAH ... III-257 D.

1. Indeks Pembangunan Manusia ... III-257 2. Indikator Ekonomi Makro ... III-259 3. Indikator Makro Sosial ... III-273 KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN

E.

DAERAH ... III-280 1. Pengelolaan Pendapatan Daerah ... III-286 2. Permasalahan dan Solusi ... III-296 PENGELOLAAN BELANJA DAERAH ... III-298 F.

1. Kebijakan Pengelolaan Belanja Daerah ... III-298 2. Target dan Realisasi Belanja ... III-299 3. Permasalahan dan Solusi ... III-300 PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAERAH ... III-303 G.

1. Kebijakan Pembiayaan ... III-303 2. Target dan Realisasi Pembiayaan ... III-303 3. Permasalahan dan Solusi ... III-304 DANA CADANGAN DAERAH ... III-305 H.

APBD PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2008-2012 ... III-306 I.

BAB IV PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN DAN

DEKONSENTRASI ... IV-1

(6)

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA

AKHIR MASA JABATAN GUBERNUR PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2007-2012 v

1. Instansi Pemberi dan Instansi Pelaksana ... IV-2 2. Pelaksanaan Kegiatan ... IV-4 D. TUGAS PEMBANTUAN YANG DIBERIKAN ... IV-10 E. DEKONSENTRASI ... IV-10 1. Instansi Pemberi dan Instansi Pelaksana ... IV-10 2. Pelaksanaan Kegiatan ... IV-12 F. PERMASALAHAN DAN SOLUSI ... IV-28

BAB V PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN ... V-1

KERJASAMA ANTAR DAERAH/KOTA... V-1 A.

1. Kerjasama DKI Jakarta dengan Bogor, Depok,

Tangerang, Bekasi, Cianjur (Bodetabekjur) ... V-1 2. Kerja sama Provinsi DKI Jakarta dengan Provinsi

se Jawa-Bali ... V-4 3. Kerjasama Multilateral Mitra Praja Utama (MPU) ... V-13 4. Kerjasama Luar Negeri ... V-16 KERJASAMA DAERAH DENGAN PIHAK KETIGA ... V-26 B.

INSTANSI VERTIKAL ... V-27 C.

(7)

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA

AKHIR MASA JABATAN GUBERNUR PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2007-2012 vi

Tabel 1.1 Jumlah Kecamatan, Kelurahan, Rukun Warga dan Rukun

Tetangga, 2007-2011 ... I-14 Tabel 1.2 Jumlah Penduduk Provinsi DKI Jakarta ... I-23 Tabel 1.3 Nilai Ekspor Melalui Pelabuhan Muat DKI Jakarta menurut

Sepuluh Negara Tujuan Utama Tahun 2007-2011

(FOB, Juta US $) ... I-26 Tabel 1.4 Nilai Impor melalui DKI Jakarta menurut BEC

Tahun 2007-2011 (CIF, Juta US $) ... I-29 Tabel 2.1 Indikator Kesehatan Fiskal ... II-22 Tabel 3.1 Perangkat Daerah Provinsi DKI Jakarta ... III-3 Tabel 3.2 SKPD Pelaksana Urusan Pemerintahan ... III-8 Tabel 3.3 Jumlah dan Penyebaran Pejabat Fungsional ... III-9 Tabel 3.4 Kualifikasi Pegawai Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... III-10 Tabel 3.5 Kualifikasi Pegawai Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

Berdasarkan Jabatan Eselon ... III-11 Tabel 3.6 Kualifikasi Pegawai Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

Berdasarkan Golongan ... III-11 Tabel 3.7 Pegawai Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Yang Pensiun ... III-12 Tabel 3.8 Rekapitulasi Hukuman Disiplin Pegawai Pemerintah

Provinsi DKI Jakarta ... III-12 Tabel 3.9 Perbandingan Program Nasional dan Program Provinsi

Urusan Pertanian ... III-226 Tabel 3.10 Sarana dan Prasarana Dinas Kelautan dan Pertanian... III-227 Tabel 3.11 Panen dan Produksi Padi, Jagung, Kacang Tanah dan

Ubi Kayu di DKI Jakarta ... III-228 Tabel 3.12 Perbandingan Program Nasional dan Program Provinsi

Urusan Kehutanan ... III-230 Tabel 3.13 Luas Kawasan Hutan Kota di Provinsi DKI Jakarta (Ha) ... III-232 Tabel 3.14 Perbandingan Program Nasional dan Program Provinsi

Urusan Ketransmigrasian ... III-249 Tabel 3.15 Program Urusan Ketransmigrasian ... III-249 Tabel 3.16 Perbandingan Program Nasional dan Program Provinsi

Urusan Perindustrian ... III-252 Tabel 3.17 Program Urusan Perindustrian ... III-252 Tabel 3.18 Kontribusi Sektor Industri ... III-253 Tabel 3.19 PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga

Berlaku 2007-2011 (%) ... III-261 Tabel 3.20 Distribusi Persentase PDRB menurut Pengeluaran

2007-2011 (persen) ... III-262 Tabel 3.21 PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga

(8)

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA

AKHIR MASA JABATAN GUBERNUR PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2007-2012 vii

Semester I ... III-269 Tabel 3.23 Realisasi Total Pendapatan Daerah Provinsi DKI Jakarta

Tahun Anggaran 2007 - 2011 ... III-287 Tabel 3.24 Realisasi Total Pendapatan Daerah Provinsi DKI Jakarta

Tahun Anggaran 2007 – 2011 Menurut Sumber Pendapatan III-288 Tabel 3.25 Realisasi Pendapatan Asli Daerah Provinsi DKI Jakarta

Tahun Anggaran 2007 – 2011... III-289 Tabel 3.26 Realisasi Pajak Daerah Tahun Anggaran 2007 - 2011 ... III-290 Tabel 3.27 Realisasi Retribusi Daerah Tahun Anggaran 2007 - 2011 ... III-291 Tabel 3.28 Realisasi Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah

Yang Dipisahkan Tahun Anggaran 2007-2011 ... III-292 Tabel 3.29 Realisasi Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

Tahun Anggaran 2007-2011 ... III-293 Tabel 3.30 Realisasi Dana Perimbangan Tahun Anggaran 2007 - 2011 .. III-295 Tabel 3.31 Realisasi Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah

Tahun Anggaran 2007 - 2011 ... III-295 Tabel 3.32 Realisasi Belanja Daerah Tahun Anggaran 2007-2011 ... III-300 Tabel 3.33 Realisasi Penerimaan Pembiayaan

Tahun Anggaran 2007-2011 ... III-303 Tabel 3.34 Realisasi Pengeluaran Pembiayaan

Tahun Anggaran 2007-2011 ... III-304 Tabel 3.35 Ringkasan APBD Tahun Anggaran 2008-2012 (dalam milyar

rupiah) ... III-307 Tabel 4.1 Dana Tugas Pembantuan (TP) dari Kementerian ... IV-3 Tabel 4.2 Anggaran dan Realisasi Tugas Pembantuan (TP)

Tahun Anggaran 2007 - 2012 ... IV-3 Tabel 4.3 Dana Dekonsentrasi dari Kementerian

Tahun Anggaran 2007-2012 ... IV-11 Tabel 4.4 Anggaran dan Realisasi Dekonsentrasi ... IV-12 Tabel 5.1 Alokasi Belanja Hibah per Kota/Kabupaten

Tahun 2007-2012 ... V-2 Tabel 5.2 Bantuan Hibah Operasional Sekretariat BKSP Jabodetabekjur

Tahun 2007-2011 ... V-4 Tabel 5.3 Alokasi Hibah untuk Mitra Praja Utama Tahun 2007-2012 ... V-14

(9)

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA

AKHIR MASA JABATAN GUBERNUR PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2007-2012 viii

Sungai, Kanal, dan Flood Way yang Mengaliri Gambar 1.1

DKI Jakarta ... I-11 Peta Administrasi Kawasan Strategis Nasional

Gambar 1.2

Jabodetabekpunjur ... I-12 Peta Pembagian Wilayah DKI Jakarta ... I-13 Gambar 1.3

Morfologi Tanah ... I-17 Gambar 1.4

Potongan Melintang Selatan - Utara ... I-19 Gambar 1.5

Topografi DKI Jakarta ... I-21 Gambar 1.6

Peta Kemiringan Lereng Jabodetabek ... I-22 Gambar 1.7

Gambar 2.1 Kerangka Pembangunan DKI Jakarta menurut

RPJMD 2007-2012 ... II-1 Gambar 2.2 Pembangunan DKI Jakarta Menurut Isu Dedicated ... II-10

(10)

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA

AKHIR MASA JABATAN GUBERNUR PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2007-2012 ix

Grafik 1.1 Suhu Maksimum, Suhu Minimum dan Suhu Rata-Rata

di DKI Jakarta, 2007-2010 ... I-15 Grafik 1.2 Curah Hujan Rata-Rata per Tahun di DKI Jakarta,

2007-2010 ... I-15 Grafik 1.3 Jumlah Penduduk Provinsi DKI Jakarta 2007-2011... I-23 Grafik 1.4 Piramida Penduduk Tahun 2007 – 2010 ... I-24 Grafik 1.5 Nilai Ekspor Melalui DKI Jakarta (Juta US$) ... I-26 Grafik 1.6 Nilai Ekspor Produk DKI Jakarta (Juta US$) ... I-28 Grafik 1.7 Nilai Impor Melalui DKI Jakarta (Juta US$) ... I-29 Grafik 1.8 Laju Pertumbuhan Ekonomi (%) DKI Jakarta dan

Nasional, 2007-2011 ... I-30 Grafik 3.1 IPM DKI Jakarta dan Nasional Tahun 2007-2011 ... III-258 Grafik 3.2 PDRB – Harga Berlaku (TriliunRp) ... III-260 Grafik 3.3 PDRB PerKapita Atas Dasar Harga Berlaku Dengan

Migas ... III-263 Grafik 3.4 PDRB-HargaKonstan 2000 (TriliunRp) ... III-263 Grafik 3.5 Rata-Rata Distribusi Persentase Menurut Komponen

Pengeluaran, 2007 - 2011 ... III-269 Grafik 3.6 PDRB PerKapita Atas Dasar Harga Konstan Dengan

Migas (Juta Rp) ... III-270 Grafik 3.7 Investasi PMA dan PMDN DKI Jakarta ... III-272 Grafik 3.8 Gambaran Kemiskinan di DKI Jakarta

Tahun 2007-2011 ... III-274 Grafik 3.9 Tingkat Pengangguran Terbuka DKI Jakarta

2007-2011 ... III-276 Grafik 3.10 Angka Melek Huruf di DKI Jakarta 2007-2012 ... III-277 Grafik 3.11 Angka Partisipasi Sekolah di DKI Jakarta 2007-2012... III-279

(11)

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DARAH (LPPD)

AKHIR MASA JABATAN GUBERNUR PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2007-2012

I-1

BAB I

PENDAHULUAN

I

A. DASAR HUKUM PENYUSUNAN LPPD AMJ

Sesuai amanat Pasal 27 ayat (2) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 bahwa Kepala Daerah berkewajiban untuk memberikan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada

Pemerintah, dan memberikan Laporan Keterangan

Pertanggungjawaban (LKPJ) kepada DPRD, serta menginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada masyarakat. Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dimaksud sebagai media informasi atas pelaksanaan tugas-tugas desentralisasi, tugas pembantuan serta tugas-tugas perintahan umum lainnya.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat, Pasal 1 ayat (8), disebutkan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah yang selanjutnya disebut LPPD adalah laporan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah selama 1 (satu) tahun anggaran berdasarkan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) yang disampaikan oleh kepala daerah kepada Pemerintah.

Tahun 2012 merupakan tahun Akhir Masa Jabatan (AMJ) Gubernur Provinsi DKI Jakarta periode 2007-2012. Sesuai Pasal 9 ayat (5) Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007, Kepala Daerah wajib menyampaikan LPPD Akhir Masa Jabatan (LPPD-AMJ), paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah pemberitahuan DPRD perihal berakhirnya masa jabatan Kepala Daerah. Materi LPPD-AMJ terdiri

(12)

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DARAH (LPPD)

AKHIR MASA JABATAN GUBERNUR PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2007-2012

I-2 dari Rekapitulasi LPPD Tahun 2007-2011 ditambah dengan LPPD sisa masa jabatan yang belum dilaporkan.

Dengan berakhirnya masa jabatan Gubernur Provinsi DKI Jakarta periode 2007-2012, perlu disusun Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Akhir Masa Jabatan Gubernur yang akan disampaikan kepada Pemerintah melalui Menteri Dalam Negeri. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tidak mengatur secara tegas outline AMJ, oleh karena itu outline penyusunan LPPD-AMJ ini berpedoman pada Surat Menteri Dalam Negeri Nomor 120.04/354/OTDA Tanggal 8 Februari 2010 dengan substansi/materi sekurang-kurangnya memberikan informasi tentang visi-misi, program dan kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan realisasi pelaksanaan program dan kegiatan masing-masing SKPD.

Landasan penyusunan LPPD Akhir Masa Jabatan meliputi : 1. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008;

2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;

3. Undang-undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia;

4. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah;

5. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah;

6. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada

(13)

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DARAH (LPPD)

AKHIR MASA JABATAN GUBERNUR PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2007-2012

I-3 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada masyarakat;

7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antar Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;

8. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan;

9. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 yang selanjutnya diubah lagi dengan Peraturan Meneteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011;

11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksaaan Rencana Pembangunan Daerah;

12. Surat Menteri Dalam Negeri Nomor 120.04/354/OTDA Tanggal 8 Februari 2010 Perihal Penyampaian Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) dan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Akhir Masa Jabatan (LPPD-AMJ);

13. Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2007 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi DKI Jakarta tahun 2007 14. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2008 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2007-2012;

15. Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2008 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi DKI Jakarta tahun 2008;

(14)

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DARAH (LPPD)

AKHIR MASA JABATAN GUBERNUR PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2007-2012

I-4 16. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2008, tentang Pokok-Pokok

Pengelolaan Keuangan Daerah;

17. Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah;

18. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi DKI Jakarta tahun 2009; 19. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2010 tentang Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi DKI Jakarta tahun 2010; 20. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2011 tentang Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi DKI Jakarta tahun 2011; 21. Peraturan Gubernur Nomor 46 Tahun 2006 tentang Pelimpahan

Wewenang Sebagian Urusan Pemerintahan Daerah dari Gubernur Kepada Walikotamadya/Bupati Administrasi, Camat dan Lurah; 22. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 131 Tahun 2007

tentang RKPD 2008;

23. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 75 Tahun 2008 tentang RKPD 2009;

24. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 83 Tahun 2009 tentang RKPD 2010;

25. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 119 Tahun 2010 tentang RKPD 2011;

26. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 59 Tahun 2011 tentang RKPD 2012.

B. DASAR HUKUM PEMBENTUKAN PROVINSI DKI JAKARTA 1. SEJARAH KOTA JAKARTA

Bermula dari sebuah bandar bernama Sunda Kelapa yang terletak di Muara Sungai Ciliwung yang saat itu berfungsi sebagai kota perdagangan, berbatasan dengan Kerajaan

(15)

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DARAH (LPPD)

AKHIR MASA JABATAN GUBERNUR PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2007-2012

I-5 Pajajaran di Jawa Barat. Pada abad itu sebagian besar perdagangan di semenanjung Malaka dikuasai oleh bangsa Portugis, yang selalu berusaha mengembangkan kegiatannya di Asia Tenggara.

Pada tahun 1522 utusan Portugis datang di Sunda Kelapa, untuk mengadakan persahabatan dengan Raja Pajajaran. Beberapa tahun kemudian kerajaan Demak yang cukup dikenal dengan kekuatan agama Islamnya mengadakan perluasan kekuasaan dan menyebarkan pengaruhnya ke sebelah Barat. Falatehan seorang guru agama terkenal dari Kerajaan Demak, berhasil merebut Banten dan Sunda Kelapa dari tangan Pajajaran.

Sempat terjadi peperangan terbuka antara Tentara Portugis dengan tentara Islam Demak, yang merupakan musuh kerajaan Pajajaran dan peperangan ini berakhir dengan kekalahan pihak Portugis. Falatehan yang kemudian lebih dikenal dengan nama Fatahillah, pada tanggal 22 Juni 1527 mengganti nama Bandar Sunda Kelapa dengan Fathan Mubina atau Jayakarta, yang berarti “Kemenangan Akhir”. Tanggal tersebut dinyatakan sebagai tanggal dikuasainya Sunda Kelapa oleh Falatehan. Pada akhirnya Jayakarta disingkat menjadi “Jakarta “.

Kota pelabuhan tersebut menarik banyak pendatang asing pada tahun 1596 untuk pertama kalinya Bandar Jakarta didatangi oleh 4 buah kapal Belanda, yang akan memulai melakukan perdagangan dengan Bangsa Indonesia. Belanda yang dipimpin Van Raay pada tanggal 20 Maret 1602 secara paksa mendirikan sebuah Benteng disekitar teluk Jakarta yang diberi nama 'Batavia' dan merupakan pusat dari persekutuan Dagang VOC untuk wilayah Hindia bagian timur. Semenjak itulah Belanda memulai penjajahannya di seluruh kepulauan Nusantara yang berjalan selama tiga setengah abad VOC mendapat izin untuk membangun kompleks perkantoran, gudang, dan tempat tinggal

(16)

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DARAH (LPPD)

AKHIR MASA JABATAN GUBERNUR PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2007-2012

I-6 orang Belanda yang berlokasi di dekat muara tepi bagian timur Sungai Ciliwung pada tahun 1611. Kemudian di lokasi ini dibangun benteng sebagai pusat perdagangan, yang selanjutnya mengubah nama Jayakarta menjadi Batavia.

Pemerintah Belanda membentuk Stad Batavia dan VOC diberi kewenangan oleh Pemerintah Belanda untuk melaksanakan pemerintahan Stad Batavia tersebut pada tanggal 4 Maret 1621. Pada tahun 1799 karena alasan merugi maka VOC dibubarkan sehingga pemerintahan daerah-daerah yang selama itu dikuasai VOC diambil alih kembali oleh Pemerintah Belanda. Sejak saat itu Pemerintah Belanda menjadikan daerah-daerah bekas VOC sebagai daerah otonomi yang dinamakan Hindia Belanda di bawah pimpinan seorang Gubernur Jenderal.

Stad Batavia diubah menjadi Gemeente Batavia pada tanggal 1 April 1905, yang diberi kewenangan untuk mengatur keuangannya sendiri sebagai bagian dari Pemerintah Hindia Belanda. Gemeente Batavia merupakan Pemerintah Daerah yang pertama kali dibentuk di Hindia Belanda. Luas wilayah Gemeente

Batavia kurang lebih 125 km², tidak termasuk pulau-pulau di Teluk Jakarta (Kepulauan Seribu).

Wilayah Karesidenan (Stad) Batavia dibagi menjadi 5 (lima) wilayah yang lebih kecil, yang disebut “afdeling

(kabupaten/ kota), yaitu (1) Afdeling Batavia (kota dan pinggiran kota Batavia), (2) Afdeling Meester Cornelis (sekarang Jatinegara), (3) Afdeling Tanggerang (4) Afdeling Buitenzorg (Bogor) dan (5)

Afdeling Karawang.

Wilayah Afdeling Batavia dibagi menjadi 2 Distrik pada tahun 1908, yakni Distrik Batavia dan Weltevreden yang dibagi lagi menjadi 6 sub Distrik (Onderdistrik). Distrik Batavia terdiri dari sub Distrik Mangga Besar, Penjaringan dan Tanjung Priuk sedangkan

Distrik Weltevreden terdiri dari sub Distrik Gambir, Senen, dan Tanah Abang.

(17)

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DARAH (LPPD)

AKHIR MASA JABATAN GUBERNUR PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2007-2012

I-7 Sekitar tahun 1922 keluar Undang-Undang (UU) tentang Pembaharuan Pemerintahan, yang diikuti dengan terbitnya UU Propinsi, UU Kabupaten (Regentschap, 1924) dan UU Kota (Stadsgemeente, 1926). Selanjutnya “Gemeente Batavia”

ditetapkan menjadi Pemerintahan Kota (Stadsgemeente Batavia). UU Pemerintahan Kota (Stadsgemeente) tahun 1926 menetapkan sistem pemerintahan Kota (Stadsgemeente) yang terdiri dari: (1) DPRD (Raad); (2) DPD (College van Burgemeester en Wethouders) dan (3) Walikota (Burgemeester).

Kota Batavia jatuh ke tangan balatentara Jepang pada tanggal 5 Maret 1942 dan tanggal 9 Maret 1942 Pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Pemerintah Jepang mengeluarkan UU Nomor 42 Tahun 1942 tentang Perubahan Tata Pemerintahan Daerah yang mengatur bahwa Pulau Jawa dibagi menjadi satuan-satuan daerah yang disebut Pemerintahan Keresidenan (Syuu). Karesidenan (Syuu) dibagi lagi menjadi beberapa Kabupaten (Ken) dan Kota (Shi).

Bila Stadsgemeente hanya merupakan badan yang mengurus rumah tangganya saja tanpa melaksanakan urusan kepamongprajaan, maka menurut UU Tata Pemerintahan Daerah masa Pemerintahan Jepang, “Shi” (Stadsgemeente) mengerjakan semua urusan pemerintahan, termasuk kepamongprajaan dalam lingkup wilayahnya. Urusan pemerintahan (pamongpraja) di dalam „Stadsgemeente’ yang sebelumnya diurus oleh Regent (Bupati), Wedana, Asisten-Wedana, Kepala Kampung atau Wijkmeester, sekarang diurus dan merupakan kewenangan “Shichoo

(Walikota). Mereka itu mejadi pegawai Shi dan menjalankan urusan pemerintahan Shi di bawah pemerintahan dan pimpinan

“Shichoo”.

Selanjutnya menurut Undang-Undang tersebut, “Gunseikan” (Kepala Pemerintahan Militer Jepang) dapat membentuk pemerintahan kota khusus (Tokubetsu Shi). Beda

(18)

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DARAH (LPPD)

AKHIR MASA JABATAN GUBERNUR PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2007-2012

I-8 pemerintahan kota khusus (Tokubetsu Shi) dengan pemerintahan kota (Shi) adalah bahwa pemerintahan kota khusus (Tokubetsu Shi) tidak di bawah Keresidenan (Syuu), melainkan langsung di bawah Pemerintahan Militer Jepang (Gunseikan). Jakarta merupakan pemerintahan kota khusus (Jakarta Tokubetsu Shi) yang dipimpin oleh walikota khusus (Tokubetsu Shi), yang berarti kedudukan Jakarta meningkat dari kota (Shi) menjadi kota khusus (Tokubetsu Shi). Walikota khusus Jakarta (Tokubetsu Shichoo) dibantu oleh beberapa pegawai tinggi (Zyoyaku). Walikota dan pegawai tinggi diangkat oleh Pemerintahan Militer Jepang (Gunseikan).

Jakarta adalah satu-satunya pemerintahan kota khusus (Tokubetsu Shi) di Indonesia selama pemerintahan militer Jepang. Walikota pertama kota khusus Jakarta adalah Tsukamoto dan yang terakhir adalah Hasegawa. Setelah kemerdekaan, dengan Keputusan Presiden Nomor 25 Tahun 1950 kedudukan kota Djakarta ditetapkan sebagai daerah Swatantra yang disebut “Kotapradja Djakarta Raya” dengan Walikotanya adalah Soewiryo (1945-1951), Syamsuridjal (1951-1953), dan Soediro (1953-1960).

Kota Djakarta ditingkatkan menjadi Daerah Tingkat I dengan Kepala Daerah yang berpangkat Gubernur pada tanggal 15 Januari 1960. Pada periode Gubernur Soemarno (1960-1964) terbit UU Nomor 2 Tahun 1961 tentang pembentukan “Pemerintahan Daerah Chusus Ibukota Djakarta Raya”. Sejak itu disebut Pemerintah DCI Djakarta Raya. Pada periode Gubernur Henk Ngantung (1964-1966) terbit UU Nomor 10 Tahun 1964 tentang Djakarta sebagai Ibukota Republik Indonesia dengan nama “Djakarta”. Sejak itu Pemerintah DCI Djakarta Raya berubah menjadi Pemerintah DCI Djakarta.

Pada periode Gubernur Ali Sadikin (1966-1977) sebutan Pemerintah DCI Djakarta berubah menjadi Pemerintah Daerah DKI Djakarta, dengan Gubernurnya yaitu Tjokropranolo

(19)

(1977-LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DARAH (LPPD)

AKHIR MASA JABATAN GUBERNUR PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2007-2012

I-9 1982), Soeprapto (1982-1987), Wiyogo Atmodarminto (1987-1992). Pada periode Gubernur Wiyogo Atmodarminto terbit UU Nomor 11 Tahun 1990 tentang Susunan Pemerintahan Daerah Khusus Ibukota Negara Republik Indonesia Jakarta. Sejak itu sebutan Pemerintah Daerah DKI Jakarta berubah menjadi Pemerintah Propinsi DKI Jakarta sampai dengan periode Gubernur Surjadi Soedirdja (1992 – 1997).

Pada periode Gubernur Sutiyoso (1997-2007) terbit UU Nomor 34Tahun 1999 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus IbukotaNegara Republik Indonesia Jakarta. Sejak saat itu sebutan Pemerintah Propinsi DKI Jakarta berubah menjadi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan sebutan tersebut berlaku hingga kini. Di masa akhir jabatan Gubernur Sutiyoso terbit Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pada periode Gubernur Fauzi Bowo (2007-2012) terbit Perpres Nomor 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur. Penataan ruang Kawasan Jabodetabekpunjur memiliki fungsi sebagai pedoman bagi semua pemangku kepentingan yang terlibat langsung ataupun tidak langsung dalam penyelenggaraan penataan ruang secara terpadu di Kawasan Jabodetabekpunjur, melalui kegiatan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

2. DASAR HUKUM PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA

Dasar hukum yang melandasi penyelenggaraan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta adalah sebagai berikut :

(20)

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DARAH (LPPD)

AKHIR MASA JABATAN GUBERNUR PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2007-2012

I-10 a. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang

Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008

b. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia.

c. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota.

d. Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah

C. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA 1. KONDISI GEOGRAFIS

Kondisi geografis Provinsi DKI Jakarta disajikan dalam bentuk informasi tentang batas administrasi daerah dan luas wilayah, iklim, dan geologi.

a. Batas Administrasi Daerah dan Luas Wilayah

Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi 6o 12‟ Lintang

Selatan dan 106o 48” Bujur Timur dan merupakan dataran

rendah dengan ketinggian rata-rata + 7 meter di atas permukaan laut. Berdasarkan SK Gubernur Nomor 171 tahun 2007, luas wilayah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Jakarta adalah 7.639,83 km², dengan luas daratan 662,33 km² (termasuk 110 pulau yang tersebar di Kepulauan Seribu) dan luas lautan 6.977,5 km².

(21)

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DARAH (LPPD)

AKHIR MASA JABATAN GUBERNUR PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2007-2012

I-11

Gambar 1.1

Sungai, Kanal, dan Flood Way yang Mengaliri DKI Jakarta

Sumber : Dinas Tata Ruang Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

Berdasarkan posisi geografisnya, Provinsi DKI Jakarta memiliki batas-batas: di sebelah utara membentang pantai dari Barat sampai ke Timur sepanjang ± 35 km yang menjadi tempat bermuaranya 13 sungai, 2 kanal, dan 2 flood way 2 buah kanal, yang berbatasan dengan Laut Jawa. Letak geografis di wilayah Utara sebagai muara 13 sungai yang melintas di Jakarta, menyebabkan Jakarta rawan genangan, baik karena curah hujan maupun karena semakin tingginya air laut pasang (rob). Sementara itu disebelah selatan dan timur berbatasan dengan wilayah Provinsi Jawa Barat, sebelah barat dengan Provinsi Banten.

Disamping itu Provinsi DKI Jakarta merupakan bagian dari kawasan strategis nasional yang ditetapkan dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur, sebagaimana disajikan dalam peta berikut.

(22)

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DARAH (LPPD)

AKHIR MASA JABATAN GUBERNUR PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2007-2012

I-12

Gambar 1.2

Peta Administrasi Kawasan Strategis Nasional Jabodetabekpunjur

Sumber : Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2008

Provinsi DKI Jakarta sebagai ibukota negara, memiliki status istimewa dan diberikan otonomi khusus berdasarkan UU Nomor 29 Tahun 2007, dengan menyandang status khusus, seluruh kebijakan mengenai pemerintahan maupun anggaran ditentukan pada tingkat provinsi karena lembaga legislatif hanya ada pada tingkat provinsi.

Dalam struktur wilayah administrasi, Jakarta mengalami pemekaran wilayah pada tahun 2001 yakni dari 5 kotamadya menjadi1 kabupaten administrasi dan 5 kota aministrasi. Wilayah Administrasi Provinsi DKI Jakarta terbagi menjadi lima wilayah kota Administrasi dan 1 (satu) Kabupaten Administrasi, yakni kota Jakarta Selatan dengan luas daratan 141,27 km2, Jakarta Timur dengan luas daratan 188,03 km2 ,

Jakarta Pusat dengan luas daratan 48,13 km2, Jakarta Barat

dengan luas daratan 129,54 km2 dan Jakarta Utara dengan

luas daratan 146,66 km2, serta Kabupaten Administrasi

(23)

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DARAH (LPPD)

AKHIR MASA JABATAN GUBERNUR PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2007-2012

I-13 Gambar 1.3

Peta Pembagian Wilayah DKI Jakarta

Sumber: RTRW DKI Jakarta 2030

Untuk memudahkan koordinasi pelayanan pemerintah terhadap masyarakat, struktur administrasi wilayah DKI Jakarta dibagi menjadi Rukun Warga (RW) dan Rukun Tetangga (RT). Selama kurun waktu 2007-2011, jumlah RW dan RT pun mengalami penambahan wilayah administrasi dibawahnya juga mengalami penambahan. Jumlah RW yang pada tahun 2007 hanya 2.682, bertambah menjadi 2.706 pada tahun 2011. Demikin pula dengan jumlah RT, pada tahun 2007 hanya 29.904, bertambah menjadi 30. 211 pada tahun 2011

(24)

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DARAH (LPPD)

AKHIR MASA JABATAN GUBERNUR PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2007-2012

I-14 Tabel 1.1

Jumlah Kecamatan, Kelurahan, Rukun Warga dan Rukun Tetangga, 2007-2011

Tahun Kecamatan Kelurahan RW RT

2007 2008 2009 2010 2011 44 267 2.682 29.883 44 267 2.694 29.904 44 267 2.694 29.904 44 267 2.704 30.215 44 267 2.706 30.211

Sumber : Jakarta Dalam Angka 2011 BPS DKI Jakarta dan Biro Tata Pemerintahan DKI Jakarta (diolah)

b. I k l i m

Jakarta beriklim tropis sebagaimana di Indonesia pada umumnya, dengan karakteristik musim penghujan rata-rata pada bulan Oktober hingga Maret dan musim kemarau pada bulan April hingga September. Cuaca di kawasan Jakarta dipengaruhi oleh angin laut dan darat yang bertiup secara bergantian antara siang dan malam. Suhu udara harian rata-rata di daerah pantai umumnya relatif tidak berubah, baik pada siang maupun malam hari. Suhu harian rata-rata berkisar antara 26 – 28° C. Perbedaan suhu antara musim hujan dan musim kemarau relatif kecil. Hal tersebut dapat dipahami oleh karenaperubahan suhu udara di kawasan Jakarta seperti halnya wilayah lainnya di Indonesia tidak dipengaruhi oleh musim, melainkan oleh perbedaan ketinggian wilayah.

(25)

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DARAH (LPPD)

AKHIR MASA JABATAN GUBERNUR PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2007-2012

I-15 Grafik 1.1

Suhu Maksimum, Suhu Minimum dan Suhu Rata-Rata di DKI Jakarta, 2007-2010 34.1 33.4 34.2 33.8 35 30 27.86 27.1 28.1 28.1 23.6 24 23.7 24.5 25 20 15 10 5 0 2007 2008 2009 2010

Suhu maksimum Suhu minimum Suhu rata-rata

Sumber : Jakarta Dalam Angka 2007 – 2011 (diolah)

Tingkat curah hujan pada daerah Provinsi DKI Jakarta relatif rendah dan terbagi dua zona yaitu zona utara dengan rata-rata curah hujan sekitar 1.500 – 2.000 mm/ tahun dan zona selatan dengan rata- rata curah hujan sekitar 2.000 – 3.000 mm/tahun. Semakin ke hulu, curah hujan ini semakin tinggi dengan daerah Depok memiliki curah hujan sekitar 3.000 – 3.500 mm/tahun, daerah Cibinong memiliki curah hujan sekitar 3.500 – 4.000 mm/tahun, dan daerah Bogor memiliki curah hujan 4.000 – 4.500 mm/tahun. Daerah Gunung Salak dimana sungai Ciliwung berhulu memiliki curah hujan diatas 4.500 mm/tahun.

Grafik 1.2

Curah Hujan Rata-Rata per Tahun di DKI Jakarta, 2007-2010

190.5 159.1 164.42 200.4

2007 2008 2009 2010

(26)

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DARAH (LPPD)

AKHIR MASA JABATAN GUBERNUR PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2007-2012

I-16 Adanya pemanasan global menyebabkan terjadinya perubahan terhadap kondisi klimatologi yang antara lain ditandai dengan semakin tidak meratanya pola temperatur dan tekanan udara secara spasial. Sebagai akibatnya muncul fenomena cuaca ekstrem, badai tropis yang semakin sering, dan pergeseran musim. Hasil analisis BMKG dari pengolahan data selama 50 tahun menunjukkan bahwa akan semakin tingginya intesitas siklon tropis terutama di Samudera Hindia, perubahan panjang musim, dan awal musim hujan/musim kemarau, kenaikan suhu laut dan kenaikan permukaan laut. Untuk Provinsi DKI Jakarta diperkirakan adanya kecenderungan terjadinya awal musi m hujan semakin maju sementara awal musim kemarau semakin mundur. Hal ini menyebabkan musim hujan di Jakarta semakin memanjang dan musim kemarau semakin memendek, walaupun dalam kadar yang tidak terlalu tinggi (0,1 – 0,3 hari pertahun).

Salah satu faktor penting dalam tata kelola air di Jakarta adalah perubahan musim dan pola curah hujan yang terjadi karena perubahan iklim. Ketika curah hujan di Jakarta tinggi, terjadilah banjir, tetapi pada musim kering hal sebaliknya terjadi, air menjadi langka dan tinggi permukaan air di sungai-sungai menurun drastis.

Salah satu dampak perubahan iklim global pada Kota Jakarta adalah kenaikan paras muka air laut. Pemuaian air laut, mencairnya gletser dan lapisan es di kutub menyebabkan permukaan air laut naik antara 9 hingga 100 cm. Kenaikan muka air laut dapat mempercepat erosi wilayah pesisir, memicu intrusi air laut ke air tanah, dan merusak lahan rawa pesisir serta menenggelamkan pulau-pulau kecil. Kenaikan tinggi muka air laut antara 8 hingga 30 centimeter akan berdampak parah pada Kota Jakarta yang rentan terhadap banjir dan limpasan badai.

(27)

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DARAH (LPPD)

AKHIR MASA JABATAN GUBERNUR PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2007-2012

I-17 Sumber :

c. Geologi

Wilayah Jakarta merupakan dataran rendah yang sebagian besar terdiri dari lapisan batu endapan zaman Pleitosen yang batas lapisan atasnya berada 50 meter di bawah permukaan tanah. Bagian selatan merupakan bagian aleuvial Bogor yang terdiri atas lapisan alluvial, sedangkan dataran rendah pantai merentang ke bagian pedalaman sekitar 10 km dan di bawahnya terdapat lapisan endapan yang lebih tua yang tidak tampak pada permukaan tanah karena seluruhnya merupakan endapan alluvium. Di bawah bagian utara, permukaan keras baru terdapat pada kedalaman 10–25 m, makin ke selatan permukaan keras semakin dangkal pada kedalaman 8–15 m, pada bagian kota tertentu, lapisan permukaan tanah yang keras terdapat pada kedalaman 40m.

Gambar 1.4 Morfologi Tanah

Berdasarkan lapisannya tanah di wilayah endapan Jakarta dapat dibagi dalam dua bagian. Bagian selatan

(28)

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DARAH (LPPD)

AKHIR MASA JABATAN GUBERNUR PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2007-2012

I-18 adalah tanah latosol dengan tekstur variabel dari lempung sampai sedikit berpasir. Di bagian utara dekat pantai karena merupakan endapan batuan muda, maka sifatnya tidak padat dan air tanahnya terpengaruh oleh air laut. Sedangkan dari aspek morfologi tanah di sebelah selatan tanggul- tanggul pantai seperti tersebut di atas lebih mirip tanah laterit kemerah-merahan karena merupakan hasil pelapukan dari batuan dan tanah di sebelah utara tebing lebih banyak berwarna keabu-abuan yang merujuk pada endapan lempung laut.

Wilayah Jakarta memiliki lithologi sebagai berikut :

Pasir lempungan dan lempung pasiran, merupakan endapan aluvial sungai dan pantai berangsur-angsur dari atas ke bawah terdiri dari lanau lempungan, lanau pasiran dan lempung pasiran. Semakin kearah Utara mendekati pantai berupa lanau pasiran dengan sisipan lempung organik dan pecahan cangkang kerang, tebal endapan antara perselang-seling lapisannya berkisar antara 3-12 m dengan ketebalan secara keseluruhan diperkirankan mencapai 300 m. Satuan Pasir Lempungan, merupakan endapan pematang pantai berangsur-angsur dari atas ke bawah terdiri dari perselang- selangan lanau pasiran dan pasir lempungan. Tebal endapan antara 4,5 – 13 m.

Satuan Lempung Pasiran dan Pasir Lempungan, merupakan endapan limpah banjir sungai. Satuan ini tersusun berselang-selang antara lempung pasiran dan pasir lempungan.

Lempung Lanauan dan Lanau Pasiran, merupakan endapan kipas aluvial vulkanik (tanah tufa dan

(29)

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DARAH (LPPD)

AKHIR MASA JABATAN GUBERNUR PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2007-2012

I-19 konglomerat), berangsur-angsur dari atas ke bawah terdiri dari lempung lanauan dan lanau pasiran dengan tebal lapisan antara 3 – 13,5 m.

Potongan melintang Selatan-Utara Jakarta menunjukkan endapan vulkanik kuarter yang terdiri dari Formasi Citalang, Formasi Kaliwangu, dan Formasi Parigi. Formasi Citalang memiliki kedalaman hingga kira-kira 80 m dengan bagian atasnya merupakan batu lempung. Formasi ini didominasi oleh batu pasir pada bagian bawahnya dan pada beberapa tempat terdapat breksi/konglomerat, terutama di sekitar Blok M dan Dukuh Atas. Sementara itu, Formasi Kaliwangu memiliki kedalaman sangat bervariasi dengan kedalaman bagian Utaranya lebih dari 300 m dan Formasi Parigi di sekitar Babakan mendesak ke atas hingga kedalaman 80 m. Formasi ini di dominasi oleh batu lempung diselang-selingi oleh batu pasir.

Potongan Melintang Selatan - Utara Gambar 1.5

(30)

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DARAH (LPPD)

AKHIR MASA JABATAN GUBERNUR PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2007-2012

I-20 Jakarta merupakan kota delta yang dilintasi oleh 13 sungai dan diapit 2 sungai besar di sebelah timur Sungai Citarum dan sebelah barat Sungai Cisadaden. Dua sungai besar ini membawa lebih banyak bahan erosi sehingga terjadi pengendapan yang lebih bayak dari sungai lainnya. Keadaan ini menyebabkan pergeseran garis pantai pada wilayah kedua muara sungai, sehingga terbetuk delta dan semenanjung yang menjorok ke laut, akibatnya terbentuklah Teluk Jakarta.

Proses pembentukan wilayah di sepanjang pantai Teluk Jakarta dipengaruhi oleh 2 (dua) faktor : (1) pembentukan lahan pantai baru yang berada di muara sungai yang kandungan sendimennya tinggi lebih cepat daripada di muara sungai-sungai yang kandungan sedimennya rendah. Dalam masa ribuan tahun terbentuklah dataran lebar yang disebut dataran alluvial (dataran endapan). Proses sedimentasi yang berlangsung bertahun-tahun mengakibatkanterbentuknya dataran Jakarta semakin melebar, menggeser garis pantai rata-rata enam sampai 9 (sembilan) meter per tahun. Dengan bertambah lebarnya dataran alluvial, maka dataran rendah menjadi lebih landai; (2) iklim yang menimbulkan angin pada musim angin barat meniup ke arah daratan. Hempasan air laut dapat menghalangi pembentukan lahan yang bergantung pada perbandingan antara arus sungai dan besar kecilnya kandungan sedimen yang terbawa. Akibatnya pembentukan Teluk Jakarta ada yang berlangsung cepat, agak lamban bahkan juga terjadi penggerusan dari lahan pantai. Di bagian timur antara Kalibaru sampai Marunda pantai semakin mundur, akibat terkikis oleh abrasi laut.

(31)

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DARAH (LPPD)

AKHIR MASA JABATAN GUBERNUR PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2007-2012

I-21 Topografi DKI Jakarta

Gambar 1.6

Sumber : Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

Kondisi geografis serta topografi Jakarta sebagai kota delta yang sebagian kawasan utaranya merupakan daerah rendah di bawah permukaan laut serta adanya fenomena perubahan iklim yang mengakibatkan perubahan intensitas dan variabilitas curah hujan serta peninggian muka air pasang, menjadikan Jakarta sebagai wilayah rawan banjir. Dalam siklus lima tahunan, Jakarta memiliki potensi banjir cukup tinggi, terbukti pada tahun 2002 dan 2007 terjadi banjir besar dengan kerugian yang besar pula.

(32)

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DARAH (LPPD)

AKHIR MASA JABATAN GUBERNUR PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2007-2012

I-22 Peta Kemiringan Lereng Jabodetabek

Gambar 1.7

Sumber : RTRW Provinsi DKI Jakarta 2011-2030

2. KONDISI DEMOGRAFIS

Jumlah penduduk Kota Jakarta dari 2007 sampai dengan 2011 terus bertambah. Pada tahun 2007 jumlah penduduk hanya 9.064.591 ribu jiwa sedangkan tahun 2010 mencapai 9.761,992 ribu jiwa. Pada kurun waktu 2007-2009, jumlah penduduk perempuan sedikit lebih banyak dibandingkan laki-laki, sedangkan pada 2010-2011, jumlah penduduk laki-laki lebih

(33)

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DARAH (LPPD)

AKHIR MASA JABATAN GUBERNUR PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2007-2012

I-23 banyak dibandingkan perempuan.

Grafik 1.3

Jumlah Penduduk Provinsi DKI Jakarta 2007-2011

10,500,000 8,500,000 6,500,000 4,500,000 2,500,000 500,000 (1,500,00) 2007 2008 2009 2010 2011 Jumlah Penduduk Laki-laki Jumlah Penduduk Perempuan Total Jumlah Penduduk

Sumber : BPS Provinsi DKI Jakarta 2007 – 2011 (diolah)

Laju pertumbuhan penduduk DKI Jakarta tahun 2007-2011 rata-rata di atas 1%. ingginya laju pertumbuhan penduduk ini disebabkan tingginya jumlah migrasi masuk sedangkan jumlah migrasi keluar relatif lebih sedikit. Selain itu, peningkatan laju pertumbuhan penduduk disebabkan juga oleh adanya jumlah kelahiran yang lebih besar dari pada jumlah kematian.

Tabel 1.2 Jumlah Penduduk Provinsi DKI Jakarta

No Uraian Satuan 2007 2008 2009 SP2000 SP2010 Proyeksi

SP2011 1 Jumlah Penduduk Jiwa 9,064,591 9,146,181 9,223,000 8.347.08 9.607.787 9.761.992 2 Laki-laki Jiwa 4,460,325 4,491,392 4,520,111 4.223.12 4.870.938 4.950.228 3 Perempuan Jiwa 4,604,266 4,654,789 4,702,889 4.123.96 4.736.849 4.811.764 4 Pertumbuhan Penduduk % 0,14 1,42 5 Kepadatan Penduduk Jiwa/ Km ² 13.676 13 800 13 925 12.603 14.469 14.739 6 Sex Ratio % 99,49 96.49 96.11 102 103 103

(34)

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DARAH (LPPD)

AKHIR MASA JABATAN GUBERNUR PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2007-2012

I-24 Grafik 1.4 Piramida Penduduk Tahun 2007 – 2010

Piramida Penduduk Tahun 2007 Piramida Penduduk Tahun 2008

Piramida Penduduk Tahun 2009 Piramida Penduduk Tahun 2010

Sumber : BPS Provinsi DKI Jakarta (diolah)

Jika dilihat dari komposisi penduduk DKI Jakarta, diketahui bahwa pada tahun 2007, penduduk DKI Jakarta didominasi oleh penduduk usia 25-29 tahun. Akan tetapi, selama tahun 2008-2009 penduduk DKI Jakarta didominasi oleh penduduk usia 30-34 tahun. namun, pada tahun 2010 penduduk DKI Jakarta didominasi kembali oleh penduduk usia 25-29 tahun. Jika diamati pada piramida penduduk, dalam kurun waktu 2007

(35)

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DARAH (LPPD)

AKHIR MASA JABATAN GUBERNUR PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2007-2012

I-25 – 2010 dan untuk kelompok usia 0-4 tahun cenderung lebih besar dibandingkan dengan penduduk yang berusia 5-9. Fenomena ini merupakan indikasi bahwa penanganan kesehatan oleh pemerintah DKI Jakarta pada anak balita semakin baik, sehingga tingkat kematian pada anak balita menjadi lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya disamping tingkat kelahiran yang masih relatif lebih tinggi.

3. KONDISI EKONOMI

a. Ekspor Melalui DKI Jakarta

Potensi unggulan perekonomian daerah salah satunya dapat dilihat dari gambaran ekspor produk DKI Jakarta, yang merupakan kemampuan provinsi DKI Jakarta dalam menghasilkan tingkat devisa. Nilai ekspor melalui DKI Jakarta tahun 2008 sebesar US $ 36.090 juta naik 12,13 persen dari tahun 2007 sebesar US $ 32.187 juta. Sedangkan nilai ekspor melalui DKI Jakarta tahun 2009 sebesar US $ 32.537 juta, atau turun 9,84 persen dari tahun 2008 yang mencapai US$ 36.090 juta. Meskipun secara total ekspor tahun 2009 lebih rendah dari tahun 2008, namun kinerja ekspor bulanan menunjukkan arah peningkatan. Penurunan nilai ekspor tahun 2009 disebabkan menurunnya kinerja ekspor melalui DKI Jakarta baik ekspor migas maupun non migas. Menurunnya kinerja ekspor tahun 2009 (khususnya produk non migas) menunjukkan bahwa lokomotif perekonomian. Indonesia, khususnya DKI Jakarta, masih terimbas oleh kondisi ekonomi dunia yang masih mengalami krisis.

Sejalan dengan membaiknya perekonomian global, nilai ekspor melalui DKI Jakarta tahun 2010 sebesar US $ 39.656 juta, atau naik 21,88 persen dari tahun 2009 yang sebesar US$ 32.537 juta. Nilai ekspor 2010 bahkan tertinggi dalam 10 tahun. Nilai ekspor melalui DKI Jakarta periode Januari-Desember 2011 mencapai US $ 46.475 juta atau naik

(36)

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DARAH (LPPD)

AKHIR MASA JABATAN GUBERNUR PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2007-2012

I-26 17,20 persen dari periode yang sama tahun 2010 yang sebesar US $ 39.656 juta.

Grafik 1.5 Nilai Ekspor Melalui DKI Jakarta (Juta US$)

50,000 45,000 40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 - 32,187 36,090 32,537 39,656 46,475 2007 2008 2009 2010 2011

Sumber : BPS Provinsi DKI Jakarta

Tabel 1.3

Nilai Ekspor Melalui Pelabuhan Muat DKI Jakarta menurut Sepuluh Negara Tujuan Utama Tahun 2007-2011 (FOB, Juta US $)

Negara Tujuan Utama 2007 2008 2009 2010 2011

Amerika 6,097.64 6,444.46 6,210.71 7,375.24 7,952.73 Jepang 3,499.79 4,234.24 3,168.32 3,602.67 4,432.78 Cina 1,907.97 1,727.30 1,665.01 1,816.69 2,657.45 Malaysia 1,647.46 1,882.14 1,602.28 2,061.10 2,349.56 Thailand 1,304.70 1,626.96 1,350.67 2,016.26 2,302.02 Singapura 1,795.07 1,809.68 1,598.37 1,502.13 2,242.00 Hongkong 885.56 949.89 1,027.98 1,447.89 1,797.22 Filipina 792.01 991.54 1,111.96 1,638.58 1,796.69 Republik Federal Jerman 1,071.87 1,150.13 1,174.13 1,452.26 1,625.70 Australia 1,047.87 1,241.73 1,016.25 1,441.84 1,463.13

(37)

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DARAH (LPPD)

AKHIR MASA JABATAN GUBERNUR PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2007-2012

I-27 Selama tahun 2007-2011, negara tujuan ekspor barang yang melalui DKI Jakarta yang paling dominan adalah Amerika Serikat. Sedangkan negara tujuan ekspor komoditi di Asia adalah negara Jepang sebesar 4,432.78 juta US $ dan negara Cina sebesar 2,657.45 juta US $ pada tahun 2011. Negara tujuan ekspor barang yang melalui DKI Jakarta di ASEAN yang terbesar terdapat di tiga negara yaitu negara Malaysia, Thailand, dan Singapura. Negara tujuan utama ekspor di kawasan benua Eropa adalah negara Jerman dengan nilai ekspor sebesar 1,625.70 juta US $ pada tahun 2011. Pada tahun yang sama, untuk kawasan benua Australia yang merupakan negara tetangga Indonesia, potensi ekspor terbesar terdapat pada negara Australia, di tahun 2011 sebesar 1,463.13 juta US $.

Ekspor Produk DKI Jakarta

Nilai ekspor produk-produk DKI Jakarta dalam kurun waktu 2007-2011 cenderung mengalami peningkatan. Ekspor yang mempunyai pengaruh besar dan langsung terhadap perekonomian Jakarta adalah ekspor atas produk-produk yang dihasilkan oleh unit usaha yang berdomisili di wilayah DKI Jakarta dan diekspor melalui pelabuhan DKI Jakarta maupun ekspor produk DKI Jakarta yang diekspor melalui pelabuhan lain seperti Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan lain- lain. Rangkaian proses produksi maupun jalur distribusi mulai dari penanganan bahan baku untuk diproses hingga menjadi komoditi siap ekspor, seluruh kegiatan itu akan menciptakan lapangan kerja dan sekaligus akan

(38)

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DARAH (LPPD)

AKHIR MASA JABATAN GUBERNUR PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2007-2012

I-28 Grafik 1.6

Nilai Ekspor Produk DKI Jakarta (Juta US$)

11.038 8.060 9.393 7.536 8.465 2007 2008 2009 2010 2011

Sumber : Statistik Daerah Provinsi DKI Jakarta, 2011

Impor

Selama kurun waktu 2007 sampai 2011, nilai impor melalui pelabuhan bongkar DKI Jakarta cenderung mengalami peningkatan diatas 150 persen. Tahun 2007 nilai impor melalui DKI Jakarta sebesar 34.739,27 juta US $, dan pada tahun 2011 melonjak cukup tinggi mencapai 88.874,10 juta US $ atau meningkat 155,83 persen. Nilai impor tahun 2008 sebesar US $ 63.312,74 juta naik 82,25 persen dari tahun 2007. Sedangkan impor DKI Jakarta tahun 2009 sebesar US $ 48.099,31 juta, atau turun 24,03 persen dari tahun 2008 yang mencapai US$ 63.312,74 juta.

Nilai impor DKI Jakarta tahun 2010 sebesar US $ 70.069,08 juta, atau naik 45,68 persen dari tahun 2009 yang sebesar US$ 48.099,31 juta. Nilai impor DKI Jakarta periode Januari-Desember 2011 naik 26,84 persen dari periode yang sama tahun 2010 yang sebesar US $ 70.069,08 juta.

(39)

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DARAH (LPPD)

AKHIR MASA JABATAN GUBERNUR PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2007-2012

I-29 Grafik 1.7 Nilai Impor Melalui DKI Jakarta (Juta US$)

90000 80000 70000 60000 50000 40000 30000 20000 10000 0 34739.27 63312.74 48099.31 70069.08 88874.10

Nilai impor bahan baku dan penolong sejak tahun 2007 sampai tahun 2011 meningkat dari 21.910,20 juta US $ menjadi 56.213,88 juta US $ atau sekitar 156,56 persen. Peningkatan yang lebih tinggi terjadi pada nilai impor barang modal yaitu dari sebesar 9.296,72 US $ pada tahun 2007. menjadi 25.732,61 juta US $ pada tahun 2011 atau naik sekitar 176,79 persen.

Tabel 1.4 Nilai Impor melalui DKI Jakarta menurut BEC Tahun 2007-2011 (CIF, Juta US $)

Kelompok BEC 2007 2008 2009 2010 2011

Barang Konsumsi

Bahan Baku dan Penolong Barang Modal 3,532.35 21,910.20 9,296.72 4,433.94 42,936.66 15,942.14 3,784.53 30,138.36 14,176.42 5,281.60 44,063.29 20,724.20 6,927.61 56,213.88 25,732.61 JUMLAH 34,739.27 63,312.74 48,099.31 70,069.08 88,874.10

Sumber : Statistik Daerah Provinsi DKI Jakarta, 2011

1 2 3 4

(40)

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DARAH (LPPD)

AKHIR MASA JABATAN GUBERNUR PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2007-2012

I-30 Pertumbuhan Ekonomi

Dalam perekonomian nasional, kontribusi DKI Jakarta sebesar 16% dan masih menjadi penyumbag terbesar dibandingkan provinsi lainnya. Sehingga kondisi perekonomian nasional akan sangat bergantung dengan kondisi perekonomian di Jakarta.

Dari sisi pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan ekonomi Jakarta hampir selalu di atas pertumbuhan nasional. Penyebabnya adalah struktur ekonomi DKI Jakarta ditopang oleh sektor jasa, sementara struktur ekonomi nasional masih bertumpu pada sektor pertanian dan industri pengolahan. Sektor jasa masih akan berkembang dengan cakupan yang luas.

Perekonomian DKI Jakarta pada tahun 2011 masih mampu tumbuh 6,7 persen, lebih baik dari tahun 2010 yang tumbuh 6,5 persen. Kondisi ini sangat berbeda dengan perekonomian global yang pada tahun 2011 belum sepenuhnya terlepas dari krisis. Krisis utang di Eropa masih menjadi penyebab utama melambatnya perekonomian global. Dengan struktur ekonomi yang bertumpu pada sektor pertanian dan industri pengolahan, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih relatif terjaga pada kisaran 6,5 persen.

Grafik 1.8

Laju Pertumbuhan Ekonomi (%) DKI Jakarta dan Nasional, 2007-2011

8 6.44 6.18 6 6.28 6.06 4 2 5.02 4.5 6.51 6.7 6.1 6.5 Nasional DKI Jakarta 0 2007 2008 2009 2010 2011

Sumber : BPS Provinsi DKI Jakarta tahun 2011

(41)

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DARAH (LPPD)

AKHIR MASA JABATAN GUBERNUR PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2007-2012

I-31 sekitar 30 persen mampu menjadi sumber pertumbuhan ekonomi Jakarta disamping kekuatan pasar domestik yang besar. Krisis ekonomi yang melanda kawasan Eropa dan Amerika Serikat membawa berkah tersendiri bagi kawasan Asia, termasuk Jakarta. Stabilitas perekonomian membuat aliran masuk dana investor lebih tinggi dari tahun sebelumnya hingga mendorong investasi yang menunjukkan pertumbuhan cukup baik.

Grafik I.9

Laju Pertumbuhan Tiga Sektor Utama DKI Jakarta (%) 8,00 7,00 6,00 5,00 6,88 6,66 4,60 7,27 7,42 5,04 Indus tri pengolahan/ manufacturing 4,00 3,00 4,47 4,21 3,87 4,01 3,97 4,21 3,63

Perdagangan, hotel & restoran/trade, hotel dan restaurant 2,00 1,00 0,00 0,14 2,45 Keuangan,

persewaan & jasa perusahaan/ financial , ownership & business serv ice

(42)

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DARAH (LPPD)

AKHIR MASA JABATAN GUBERNUR PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2007-2012

I-32

1 2 3 4 5

Sumber : BPS Provinsi DKI Jakarta tahun 201

Melambatnya perekonomian dunia sedikit banyak mempengaruhi permintaan produk Jakarta. Pada gilirannya, perlambatan permintaan membuat sektor industri pengolahan juga menunjukkan perlambatan produksi meskipun tidak sampai terkontraksi. Pada tahun 2011 sektor ini tumbuh 2,4 persen setelah pada tahun sebelumnya tumbuh 3,6 persen.

Peningkatan kegiatan industri telah mendorong meningkatnya nilai impor, baik impor barang konsumsi, bahan baku maupun barang modal, sehingga hal ini menjadi salah satu pendorong pertumbuhan sektor perdagangan-hotel-restoran menjadi 7,4 persen setelah pada periode yang sama di tahun sebelumnya tumbuh 7,3 persen. Faktor lain yang mendorong pertumbuhan sektor ini adalah kegiatan di sektor jasa hiburan dan mulai beroperasinya beberapa hotel berbintang yang baru di Jakarta.

Pergerakan sektor riil tentunya akan diikuti oleh pergerakan sektor keuangan. Pada tahun 2011 pertumbuhan yang dicapai oleh sektor keuangan-real estat-jasa perusahaan meningkat men- jadi 5 persen setelah sebelumnya tumbuh 4,2 persen. Faktor- faktor yang mendorong tingginya pertumbuhan di sektor ini antara lain adalah peningkatan yang cukup tinggi pada nilai kredit yang disalurkan serta berkembangnya kegiatan leasing, asuransi dan pegadaian. Selain itu juga didorong oleh menguatnya pasar properti di Jakarta, baik berupa apartemen maupun ruang perkantoran dan ruko.

Laju Inflasi

Jakarta sebagai ibukota negara secara umum merupakan pusat dari segala kegiatan ekonomi di Indonesia. Pola perkembangan laju inflasi DKI Jakarta dan

(43)

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DARAH (LPPD)

AKHIR MASA JABATAN GUBERNUR PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2007-2012

I-33 Indonesia periode tahun 2007–2012 cukup berfluktuatif. Bila diperhatikan, fluktuasi inflasi DKI Jakarta dengan nasional relatif hampir sama, ini menandakan bahwa perilaku inflasi yang terjadi di DKI Jakarta juga dapat menggambarkan perilaku inflasi secara nasional.

Pada tahun 2007 inflasi DKI Jakarta mencapai 6,04 persen, namun pada tahun 2008 tekanan terhadap inflasi cukup tinggi yaitu 11,06 persen dikarenakan adanya kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang dilakukan Pemerintah Pusat untuk mengimbangi tingginya harga minyak dunia, dan respon pemerintah daerah dengan melakukan penyesuaian tarif angkutan kota.

Sedangkan pada tahun 2009 inflasi DKI Jakarta mencapai 2,34 persen dikarenakan adanya kebijakan pemerintah pusat menurunkan harga sejumlah kebutuhan pokok masyarakat dan kebijakan pemerintah DKI Jakarta menurunkan tarif angkutan kota sebagai respon dari kebijakan pemerintah pusat menurunkan harga BBM.

Tahun 2010, inflasi DKI Jakarta mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2009. Inflasi DKI Jakarta Tahun 2010 mencapai 6,21 persen. Adanya program pemerintah menaikkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) beras sebesar 10 persen pada awal tahun 2010, ditambah cukai rokok naik diatas 5 persen, dan kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) yang mencapai 25 persen, serta naiknya tarif jasa pembuatan STNK, mendorong inflasi di tahun 2010 mengalami kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya.

(44)

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DARAH (LPPD)

AKHIR MASA JABATAN GUBERNUR PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2007-2012

I-34 Grafik I.10

Inflasi DKI Jakarta dan Nasional (%) Tahun 2007-2011

Sumber : BPS Provinsi DKI Jakarta tahun 2011

Tahun 2011 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2010. Inflasi DKI Jakarta mencapai angka 3,97 persen di tahun 2011 namun lebih tinggi dibandingkan angka inflasi nasional tahun 2011 sebesar 3,79 persen. Penyebab utama hal tersebut adalah dari faktor global terutama dari peningkatan harga emas sebagai dampak ketidakpastian ekonomi global. Mengingat peran Jakarta sebagai pusat perdagangan dan finansial Indonesia, maka keterkaitan dengan kondisi perdagangan dan ekonomi dunia menjadi dominan.

(45)

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DARAH (LPPD)

AKHIR MASA JABATAN GUBERNUR PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2007-2012

II-1

KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH

II

Kebijakan Pemerintah Daerah merupakan penjabaran dari Visi dan misi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, sebagai komitmen bersama dari segenap pemangku kepentingan pembangunan daerah untuk bersama membangun Provinsi DKI Jakarta. Visi dan misi ini menjadi acuan dalam merumuskan strategi dan program-program pembangunan baik untuk jangka pendek (tahunan) maupun jangka menengah (lima tahunan).

Dalam LPPD-AMJ Gubernur Provinsi DKI Jakarta Tahun 2007-2012 disajikan visi, misi, strategi pembangunan dan prioritas daerah sebagaimana yang dimuat dalam Perda Nomor 1 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi DKI Jakarta 2007 – 2012 yang secara skematis digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Pembangunan DKI Jakarta menurut RPJMD2007-2012

(46)

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DARAH (LPPD)

AKHIR MASA JABATAN GUBERNUR PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2007-2012

II-2

A. KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH 1. Visi dan Misi

Visi

a.

Visi Pembangunan 2007–2012 adalah ”JAKARTA YANG NYAMAN DAN SEJAHTERA UNTUK SEMUA”.

Pemahaman terhadap visi tersebut adalah sebagai berikut:

 Jakarta yang nyaman bermakna terciptanya rasa aman, tertib, tentram dan damai.

 Jakarta yang sejahtera bermakna terwujudnya derajat kehidupan penduduk Jakarta yang sehat, layak dan manusiawi.

Jakarta adalah sebuah kota metropolitan yang menjanjikan kehidupan yang nyaman dan sejahtera untuk semua, jika pemerintah dan masyarakatnya bersepakat untuk secara optimal menjawab tantangan, menyelesaikan permasalahan yang timbul, serta memanfaatkan potensi dan peluang yang ada. Kebersamaan adalah sebuah kata kunci. Kepemimpinan adalah jawaban terhadap setiap tantangan. Tata kelola pemerintahan yang baik adalah titik tolak untuk menyelesaikan berbagai permasalahan.

Dengan modal kebersamaan, kepemimpinan dan tata kelola pemerintahan yang baik, diharapkan masyarakat akan lebih optimal memanfaatkan segala potensi dan peluang yang tersedia.

Misi

b.

Misi pembangunan 2007-2012 adalah sebagai berikut:

 Membangun tata kelola pemerintahan yang baik dengan menerapkan kaidah-kaidah Good Governance.

 Melayani masyarakat dengan prinsip pelayanan prima.

 Memberdayakan masyarakat dengan prinsip pemberian otoritas pada masyarakat untuk mengenali

(47)

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DARAH (LPPD)

AKHIR MASA JABATAN GUBERNUR PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2007-2012

II-3 permasalahan yang dihadapi dan mengupayakan pemecahan yang terbaik pada tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian pembangunan.

 Membangun sarana dan prasarana kota yang menjamin kenyamanan, dengan memperhatikan prinsip pembangunan berkelanjutan.

 Menciptakan lingkungan kehidupan kota yang dinamis dalam mendorong pertumbuhan dan kesejahteraan.

Makna misi yang dimaksud adalah:

 Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dengan menerapkan kaidah-kaidah ”Good Governance”, bermakna bahwa tata pemerintahan dijalankan dengan mengacu pada 10 (sepuluh) prinsip Good Governance, yakni:

o Partisipasi masyarakat

o Tegaknya supremasi hukum

o Transparansi

o Kesetaraan

o Daya tanggap kepada stakeholders

o Berorientasi pada visi

o Akuntabilitas

o Pengawasan

o Efektivitas dan efisiensi

o Profesionalisme

Pendekatan yang dilakukan untuk aktualisasi misi ini melalui peningkatan kinerja aparatur, sistem dan unit kerja. Misi ini akan mewujudkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan program dan kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah provinsi.

 Melayani masyarakat dengan prinsip pelayanan prima, bermakna bahwa pelayanan prima dilakukan dengan mengutamakan norma pelayanan yakni: ramah, efisien,

(48)

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DARAH (LPPD)

AKHIR MASA JABATAN GUBERNUR PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2007-2012

II-4 bermutu, cepat, transparan dan berkepastian hukum. Pelayanan prima terutama akan diprioritaskan pada bidang-bidang yang sangat menyentuh kehidupan masyarakat antara lain pendidikan, kesehatan, sosial budaya, keamanan, ketertiban, hukum, sarana dan prasarana kota, serta perhubungan dan transportasi.

 Memberdayakan masyarakat dengan prinsip pemberian

otoritas pada masyarakat untuk mengenali permasalahan yang dihadapi dan mengupayakan pemecahan yang terbaik pada ahapan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian pembangunan, bermakna bahwa pemberian otoritas dilandasi oleh pertimbangan bahwa di kalangan masyarakat telah ada komunitas keahlian tertentu yang berkemampuan untuk berpartisipasi secara luas dalam pembangunan. Pemberian otoritas telah dapat diimplementasikan pada bidang tertentu, sesuai dengan kemampuan masyarakatnya.

 Lebih lanjut melalui pemberdayaan masyarakat ini, terbuka pula ruang publik untuk bermusyawarah dan sekaligus merupakan proses pembelajaran kehidupan demokratis.

 Membangun sarana dan prasarana kota yang menjamin kenyamanan dengan memperhatikan prinsip pembangunan berkelanjutan, bermakna bahwa untuk menjamin kenyamanan dilakukan melalui pembangunan sarana dan prasarana kota terutama berkaitan dengan pengendalian banjir, kelancaran arus lalu lintas, penyediaan layanan air bersih, penyediaan ruang terbuka hijau skala kota dan taman interaktif.

 Menciptakan lingkungan kehidupan kota yang dinamis dalam mendorong pertumbuhan dan kesejahteraan, bermakna bahwa Jakarta memiliki “favorable climate”

(49)

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DARAH (LPPD)

AKHIR MASA JABATAN GUBERNUR PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2007-2012

II-5 untuk 7 (tujuh) aset kota, yakni:

o Human

o Social

o Cultural

o Intelectual and Creative

o Natural

o Environmental

o Infrastructure

Pertumbuhan yang diharapkan adalah pertumbuhan yang serasi antar bidang dan wilayah. Kesejahteraan yang diarahkan adalah meningkatnya derajat kualitas kehidupan yang sinergis untuk ketujuh aset kota dimaksud.

2. Tujuan, Strategi dan Pendekatan Pembangunan Daerah

Strategi pembangunan Provinsi DKI Jakarta yang merupakan bagian dari kebijakan pemerintah daerah diuraikan dengan komponen tujuan dan strategi pembangunan daerah dibawah ini.

Tujuan Pembangunan Daerah

a.

 Meningkatnya kualitas layanan publik sesuai prinsip-prinsip layanan prima

 Meningkatnya kualitas dan kapasitas infrastruktur ekonomi dan infrastruktur sosial

 Meningkatnya kapasitas keuangan daerah untuk membiayai pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur kota

 Meningkatnya kualitas lingkungan hidup

 Meningkatnya kebersamaan antara Pemerintah Provinsi, masyarakat dan semua pemangku kepentingan dalam rangka menyelesaikan berbagai masalah, menjawab tantangan masa depan, dan memanfaatkan potensi dan peluang yang dimiliki kota

Gambar

Tabel 1.2   Jumlah Penduduk Provinsi DKI Jakarta
Grafik 1.5  Nilai Ekspor Melalui DKI Jakarta (Juta US$)
Tabel 1.4   Nilai Impor melalui DKI Jakarta menurut BEC Tahun 2007- 2007-2011 (CIF, Juta US $)
Gambar 2.1  Kerangka Pembangunan DKI Jakarta   menurut RPJMD2007-2012
+4

Referensi

Dokumen terkait

berkelanjutan pada tingkat global, regional, nasional, dan lokal, yang perlu dilaksanakan adalah evaluasi dari berbagai peraturan yang ada dengan disandingkannya dengan kriteria

dengan biaya pengelolaan verifikasi lapangan dibandingkan dengan realisasi Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, kecukupan dilihat dari waktu yang diperlukan

%terhidrol hidrolisis isis&. $ika hidrolisis menghasilkan ion  &.. idrolisis garam sebenarnya adalah reaksi asam basa "ronsted :owry. #omponen garam idrolisis

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dalam mengumpulkan datanya karena untuk mendeskripsikan kesulitan-kesulitan siswa menggunakan kalimat verbal dalam simple

Peraturan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 104 Tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas I sebanyak 5 kelas dengan jumlah 120 peserta didik. Jumlah populasi 5 kelas diambil semua dengan

Teknik analisis data merupakan cara untuk menganalisa data yang diperoleh dengan tujuan untuk menguji rumusan masalah. Peneliti harus memastikan pola analisis yang

Penelitian yang dilakukan oleh Noviadi (2001) tentang penggunaan alat pelindung telinga menunjukkan bahwa pengetahuan pekerja di bagian produksi Ammonia PT.. PUSRI Palembang