PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI
PADA CARPAL TUNNEL SYNDROME BILATERAL
DI RSUP DR SARDJITO YOGYAKARTA
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Diploma III pada Program Studi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan
Oleh: DWI LESTARI
J100130059
PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017
i
HALAMAN PERSETUJUAN
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI
PADA CARPAL TUNNEL SYNDROME BILATERAL
DI RSUP DR SARDJITO YOGYAKARTA
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh:
Dwi Lestari J100130059
Telah diperiksa dan disetujui oleh:
Dosen Pembimbing
Edy Waspada, S.Fis., M.Kes NIK. 110.1696
ii
HALAMAN PENGESAHAN
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI
PADA CARPAL TUNNEL SYNDROME BILATERAL
DI RSUP DR SARDJITO YOGYAKARTA
OLEH DWI LESTARI
J100130059
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada hari Jum’at, 16 Juni 2017 dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Dewan Penguji:
1. Edy Waspada, S.Fis., M.Kes ( ) (Ketua Dewan Penguji)
2. Dwi Rosella Komala Sari, S.Fis., M. Kes ( ) (Anggota I Dewan Penguji)
3. Isnaini Herawati, S. Fis., M. Sc ( ) (Anggota II Dewan Penguji)
Dekan
Dr. Mutalazimah, SKM., M.Kes NIK.786/ NIDN. 0617117301
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.
Surakarta, Juli 2017 Penulis
Dwi Lestari J100130059
1
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CARPAL TUNNEL SYNDROME BILATERAL DI RSUP DR SARDJITO YOGYAKARTA
Abstrak
Latar Belakang: Carpal Tunnel Syndrome adalah kumpulan gejala dan tanda akibat penekanan nervus medianus di terowongan karpal, tepatnya dibawah
fleksor retinakulum. Carpal Tunnel Syndrome disebabkan oleh penggunaan tangan berlebihan dengan tekanan berulang, gerakan memutar dari pergelangan tangan dan penggunaan alat yang bergetar.
Tujuan: Untuk mengetahui manfaat pemberian terapi TENS dan Mobilisasi Saraf dapat menurunkan nyeri, meningkatkan lingkup gerak sendi, meningkatkan kekuatan otot dan meningkatkan aktivitas fungsional pada kasus CTS bilateral.
Hasil: setelah dilakukan terapi selama 5 kali didapat hasil penurunan nilai nyeri diam dextra: T0: 4,5 menjadi T5: 2, nyeri tekan dextra: T0: 4,9 menjadi T5: 2,7, nyeri gerak dextra: T0: 5,1 menjadi T5: 2,8, penurunan nilai nyeri diam sinistra: T0: 2,2 menjadi T5: 0, nyeri tekan sinistra: T0: 2,6 menjadi T5: 1 , nyeri gerak sinistra: T0: 2,9 menjadi T5: 1,5, peningkatan lingkup gerak sendi wrist dextra secara aktif bidang sagital: T0: S: 50°-0°-60° menjadi T5: 65°-0°-75°, peningkatan lingkup gerak sendi wrist sinistra bidang sagital: T0: S: 65°-0°-75° menjadi T5: 70°-0°-80°, peningkatan kekuatan otot dan terjadi peningkatan aktivitas fungsional.
Kesimpulan: Trancutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) dan Mobilisasi Saraf dapat mengurangi nyeri, meningkatkan lingkup gerak sendi, meningkatkan kekuatan otot dan meningkatkan aktivitas fungsional pada kasus Carpal Tunnel Syndrome bilateral.
Kata Kunci: Carpal Tunnel Syndrome, Trancutaneus Electrical Nerve Stimulation dan Mobilisasi Saraf.
Abstract
Background: Carpal Tunnel Syndrome is a collection of symptoms and signs due to suppression of the median nerve in the carpal tunnel, precisely under the flexor retinaculum. Carpal Tunnel Syndrome is caused by excessive hand use with repetitive stress, twisting of the wrist and the use of vibrating devices.Carpal Tunnel Syndrome is caused by excessive use of the hands to repeated stress, the twist of the wrist and the use of tools that vibrate.
Aims of reseach: To find out the benefits of therapy TENS and nerve mobilization can reduce pain, increase range of motion, increase muscle strength and improve functional activity in the case of CTS bilateral.
Result: After treatment for 5 times the results obtained impairment silent pain dextra: T0: 4.5 to T5: 2, tenderness dextra T0: 4.9 to T5: 2.7, painful motion dextra: T0: 5.1 to T5: 2,8, obtained impairment silent pain sinistra: T0: 2.2 to T5: 0, tenderness sinistra T0: 2.6 to T5: 1, painful motion sinistra: T0: 2.9 to T5: 1.5, increased range of motion wrist actively dextra sagittal plane: T0: S: 60°-0°-50° to T5: 65°-0°-75°, increased range of motion wrist actively sinistra sagittal plane:
2
T0: S: 65°-0°-75° to T5: 70°-0°-80°, an increase in muscle strength and functional activity.
Conclusion: Trancutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) and nerve mobilization can reduce pain, increase range of motion, increase muscle strength and improve functional activity in the case of Carpal Tunnel Syndrome bilateral.
Key word: Carpal Tunnel Syndrome, Trancutaneus Electrical Nerve Stimulation and Nerve Mobilization.
1. PENDAHULUAN
Tangan merupakan salah satu anggota gerak tubuh manusia yang sangat penting dengan fungsi yang sangat kompleks. Apabila tangan mengalami gangguan pada pergelangan tangan seperti kasus Carpal Tunnel Syndrome
bisa dibayangkan betapa rumitnya masalah yang akan muncul, karena sebagian besar manusia menggantungkan produktifitasnya pada kemampuan fungsional tangan yang dapat diandalkan.
Carpal Tunnel Syndrome adalah gangguan umum dengan gejala yang melibatkan nervus medianus. Nervus medianus rentan terhadap cedera di telapak tangan dan pergelangan tangan. Carpal Tunnel Syndrome merupakan kombinasi dari kelainan jari, tangan dan lengan dengan gejala yang mencerminkan kompresi sensoris atau motoris (Salawati & Syahrul, 2014).
Modalitas fisioterapi yang dapat diberikan pada kasus Carpal Tunnel Syndrome adalah Infra Red (IR), Ultrasound, Trancutaneus Elctrical Nerve Stimulation (TENS), Parafin Bath, Terapi Latihan dan Mobilisasi Saraf.
Untuk mengetahui manfaat pemberian terapi TENS dan Mobilisasi Saraf dapat menurunkan nyeri, meningkatkan lingkup gerak sendi, meningkatkan kekuatan otot dan meningkatkan aktivitas fungsional pada pasien Carpal Tunnel Syndrome Bilateral.
2. METODE PENELITIAN
2.1Identitas Pasien
Dari hasil anamnesis didapatkan data sebagai berikut: 1) Nama Pasien Ny. R, 2) Umur 52 Tahun, 3) Jenis Kelamin Perempuan, 4) Agama Islam,
3
5) Pekerjaan PNS , (6) Alamat Jalan Gambiran 106, Umbulharjo, Yogyakarta , 7) Nomor RM 00274626.
2.2Keluhan Utama
Pasien merasakan nyeri dan kesemutan pada pergelangan tangan sampai ke ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah pada kedua tangan.
2.3 Pemeriksaan
Pemeriksaan fisioterapi pada kasus Carpal Tunnel Syndrome meliputi pemeriksaan tanda-tanda vital, inspeksi (statis dan dinamis), palpasi, gerakan dasar (aktif, pasif dan isometrik), nyeri, kekuatan otot, lingkup gerak sendi, sensibilitas,tes khusus dan kemampuan fungsional.
2.4Diagnosis Fisioterapi
Problematika fisioterapi yang muncul yaitu adanya nyeri, keterbatasan LGS, penurunan kekuatan otot dan penurunan kemampuan fungsional.
2.5Tindakan Fisioterapi
Pelaksanaan terapi dilakukan sebanyak 5 kali dengan modalitas yang diberikan yaitu Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) dan Mobilisasi Saraf. Tujuan yang ingin dicapai dari terapi ini adalah mengurangi nyeri, meningkatkan lingkup gerak sendi, meningkatkan kekuatan otot dan meningkatkan kemampuan fungsional.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1Hasil
3.1.1 Hasil Pemeriksaan Derajat Nyeri Dengan VAS
Grafik 4.1 Hasil Evaluasi Nyeri Dextra 0 1 2 3 4 5 6 T0 T1 T2 T3 T4 T5 Nyeri Diam Nyeri Tekan Nyeri Gerak
4
Grafik 4.2 Hasil Evaluasi Nyeri Sinistra
3.1.2 b. Hasil pemeriksaan LGS dengan goneometer
Grafik 4.3 Hasil Evaluasi LGS Dextra
Grafik 4.4 Hasil Evaluasi LGS Sinistra 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 T0 T1 T2 T3 T4 T5 Nyeri Diam Nyeri Tekan Nyeri Gerak 0 20 40 60 80 100 T0 T1 T2 T3 T4 T5 Dorsi Fleksi Palmar Fleksi Ulnar Deviasi dan Ekstensi MCP 0 20 40 60 80 100 T0 T1 T2 T3 T4 T5 Dorsi Fleksi Palmar Fleksi Ulnar Deviasi dan Ekstensi MCP Radial Deviasi
5
3.1.3 c. Hasil pemeriksaan kekuatan otot dengan MMT
Grafik 4.5 Hasil Evaluasi Kekuatan Otot Dextra
Grafik 4.6 Hasil Evaluasi Kekuatan Otot Sinistra
3.1.4 d. Hasil pemeriksaan aktivitas fungsional sehari-hari dengan WHDI
Grafik 4.7 Hasil Evaluasi Aktivitas Fungsional Sehari-Hari
0 1 2 3 4 5 6 T0 T1 T2 T3 T4 T5 Dorsi Fleksor Palmar Fleksor Ulnar Deviasi Radial Deviasi Fleksi MCP Ekstensi MCP 0 1 2 3 4 5 6 T0 T1 T2 T3 T4 T5 Dorsi Fleksor Palmar Fleksor Ulnar Deviasi Radial Deviasi Fleksi MCP Ekstensi MCP 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 T0 T5 Intensitas Nyeri Kesemutan dan Rasa Tebal Perawatan Diri Kekuatan Toleransi Menulis/mengetik Bekerja Menyetir/menge mudi
6 3.2Pembahasan
3.2.1 Nyeri
Sesuai dengan grafik 4.1 dan 4.2 bahwa TENS dan mobilisasi saraf mampu menurunkan nyeri, seperti yang tertera dalam rumusan masalah apakah TENS dan mobilisasi sarafdapat mengurangi nyeri atau tidak.
Pemberian TENS pada arus gelombang frekuensi 150 Hz, durasi 150 ms, frekuensi impuls yang sebanding dengan biolectricy alami, akan merangsang pengurangan nyeri karena dapat menghambat receptor nyeri
(nosiceptor). Perjalanan impuls pada serabut A delta yang dihasilkan oleh TENS akan menabrak impuls nosiceptif yang berjalan di A delta yang sama, sehingga terlepasnya zat “P” dari neuron sensoris akan berujung terjadi vasodilatasi sehingga pengangkutan zat zat limbah seperti histamin, zat “P” akan ikut terangkut (Watson, 2013).
Pada terowongan karpal akibat terjepitnya saraf medianus dari efek gerakan neurodynamic dapat melepaskan iritasi saraf karena adanya penjepitan saraf medianus pada terowongan karpal akan meningkatkan kelenturan saraf karena efek strech pada saraf tersebut. Ditambah lagi adanya gerakan pada sendi-sendi tertentu maka menyebabkan sirkulasi darah menjadi lancar (Ellis, 2008).
3.2.2 Lingkup gerak sendi
Ellis dan Hing (2008) menjelaskan bahwa saraf melakukan penyesuaian melalui dua gerakan yaitu gerakan memanjang (longituginal) dan gerakan sliding terhadap jaringan lunak (interface) di sekitarnya. Mekanisme adaptasi saraf terhadap penguluran dipengaruhi oleh : 1) peningkatan tekanan intraneural dan intradural, 2) gerakan saraf yang berupa gerakan terhadap jaringan interface (gross movement) dan gerakan
intraneural terhadap jaringan lunak. Dengan menggerakkan jaringan saraf pada jaringan interface-nya, maka akan mengurangi tekanan pada jaringan saraf dan mengoptimalkan fungsi fisiologis saraf. Jika tekanan pada jaringan
intraneural berkurang, maka suplay darah dan sirkulasi aksoplasma akan membaik sehingga nyeri berkurang dan LGS meningkat.
7
3.2.3 Kekuatan otot
Menurut Huldani (2013) dengan terselesaikannya masalah nyeri dan peningkatan LGS maka kekuatan otot secara berangsur-angsur dapat kembali seperti semula.
3.2.4 Kemampuan aktvitas fungsional
Hal ini dapat terjadi bersamaan dengan adanya penurunan nyeri, peningkatan LGS dan peningkatan kekuatan otot maka terjadilah peningkatan dalam aktifitas fungsional sehari-hari.
4. PENUTUP
Pasien dengan diagnosa Carpal Tunnel Syndrome Bilateral, setelah mendapat terapi dengan modalitas Trancutaneus Electrical Nerve Stimulation
dan mobilisasi saraf sebanyak 5 kali terapi, dapat disimpulkan hasil sebgai berikut: Terjadi penurunan tingkat nyeri diam, nyeri tekan dan nyeri gerak pada daerah carpal tunnel dextra dan sinistra; Terjadi peningkatan LGS pada gerakan dorsi fleksi dan palmar fleksi pada wrist dextra dan sinistra; Terjadi peningkatan kekuatan otot pada wrist dextra dan sinistra; Terjadi peningkatan kemampuan aktivitas fungsional sehari-hari.
Pada penderita Carpal Tunnel Syndrome Billateral sering dihadapkan pada pemenuhan kebutuhan sehari-hari, sehingga penderita membutuhkan pertolongan dalam masalah ini. Pemberian terapi dengan menggunakan TENS dan mobilisasi sarafdapat membantu dalam mengurangi nyeri sehingga terjadi peningkatan LGS, meningkatkan kekuatan otot dan meningkatkan aktivitas fungsional sehari-hari. Saran yang diberikan kepada pasien adalah pasien diminta untuk melakukan terapi secara rutin sampai sembuh serta melakukan latihan-latihan yang telah diajarkan.
DAFTAR PUSTAKA
Bachrudin, Moch. 2011. Carpal Tunnel Syndrome (CTS). Staff Pengajar pada Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang. Volume 7. Nomor 14: Januari 2011.
Ellis and Hing. 2008. Neural Mobilization: A Systematic Review of Randomized Controlled Trials with an Analysis of Therapeutic Efficacy. Journal of
8
Manual & Manipulative Therapy. Dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2565076/diakses tanggal 21 maret 2017.
Huldani. 2013. Carpal Tunnel Syndrome. Banjarmasin.
Laillya, N. 2010. Sindroma Terowongan Karpal dalam Neurology in Daily Practice bagian ilmu penyakit saraf. Bandung.
Megerian, J.T., dkk. 2007. Evidence based clinical medicine. Utility of nerve conduction studies for carpal tunnel syndrome by family medicine, primary care, and internal medicine physicians. JABFM, 20(1):60-64.
Mujianto. 2013. Cara capat mengatasi 10 besar kasus musculoskeletal dalam praktik klinik fisioterapi. Jakarta: TIM.
Munir, Badrul. 2015. Neurologi Dasar. Jakarta: Sagung Seto.
Salawati, L dan Syahrul. 2014. Carpal Tunnel Syndrome. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala. Volume 14. Nomor 1: 1 April 2014: Halaman 29-32.
Watson, Tim, 2015; Ultrasound Dose Calculation, School of Health & Social WorkUniversity of Hertfordshire UK, Diakses tanggal 21/03/2017 dari http://www.electrotherapy.org/assets/Downloads/Ultrasound_Dose_Calculat ions_2015.pdf.