• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat Lokal : studi tentang Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Ponorogo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat Lokal : studi tentang Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Ponorogo"

Copied!
171
0
0

Teks penuh

(1)PENGEMBANGAN PARIWISATA BERBASIS MASYARAKAT LOKAL (Studi Tentang Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Ponorogo). SKRIPSI Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Administrasi Publik Pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya. Disusun Oleh: CHRISNA FARADILLA 0610313036. UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK KONSENTRASI ADMINISTRASI PEMBANGUNAN MALANG 2010.

(2) TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI JUDUL. : Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat Lokal (Studi Tentang Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Ponorogo).. Disusun Oleh : CHRISNA FARADILLA NIM. : 0610313036. Fakultas. : Ilmu Administrasi. Jurusan. : Administrasi Publik. Konsentrasi. : Administrasi Pembangunan. Malang, Desember 2009. Komisi Pembimbing,. Pembimbing I. Drs. Heru Ribawanto, MS NIP. 19520911 197903 1 002. Pembimbing II. Drs.Siswidiyanto, MS NIP. 19600717 198601 1 001.

(3) TANDA PENGESAHAN Telah dipertahankan di depan majelis penguji skripsi, Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya, pada: Hari. : Selasa. Tanggal. : 02 Februari 2010. Jam. : 09.00-10.00 WIB. Skripsi atas nama. : CHRISNA FARADILLA. Judul. : Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat Lokal (Studi. Tentang. Pengembangan. Pariwisata. Kabupaten Ponorogo).. dan dinyatakan LULUS MAJELIS PENGUJI Ketua. Drs. Heru Ribawanto, MS NIP. 19520911 197903 1 002. Anggota. Drs. Andy Fefta Wijaya, MDA, PhD NIP. 19670217 199103 1 000. Anggota. Drs. Siswidiyanto, MS NIP. 19600717 198601 1 001. Anggota. Farida Nurani, S.Sos, MSi NIP. 19700721 200501 2 001. di.

(4) PERNYATAAN ORISINILITAS SKRIPSI Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang sepengetahuan saya, di dalam naskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh pihak lain untuk mendapatkan karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebut dalam sumber kutipan dan daftar pustaka. Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur jiplakan, saya bersedia skripsi ini digugurkan dan gelar akademik yang telah saya peroleh (S1) dibatalkan, serta diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No.20 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan Pasal 70).. Malang, Desember 2009 Mahasiswa, Chrisna Faradilla 0610313036.

(5) RINGKASAN Chrisna Faradilla, 2009, Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat Lokal (Studi Tentang Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Ponorogo). Skripsi. Konsentrasi Administrasi Pembangunan. Jurusan Administrasi Publik. Universitas Brawijaya Malang. Dosen Pembimbing: (1.) Drs. Heru Ribawanto, MS (2.) Drs. Siswidiyanto, MS. (154 halaman + xiv). Kabupaten Ponorogo memiliki 4 jenis obyek wisata, yaitu : 1.) Wisata Alam, 2.) Wisata Budaya, 3.) Wisata Minat Khusus, 4.) Wisata Buatan. Pengembangan pariwisata di Kabupaten Ponorogo bertujuan untuk mewujudkan Kabupaten Ponorogo sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Jawa Timur. Rumusan masalah dari penelitian ini bagaimana gambaran umum potensi pariwisata di Kabupaten Ponorogo, peran pemerintah dan masyarakat lokal untuk mengembangkan pariwisata, faktor yang mempengaruhi pengembangan pariwisata, dan dampak pengembangan pariwisata di Kabupaten Ponorogo. Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran umum potensi pariwisata di Kabupaten Ponorogo, peran pemerintah dan masyarakat lokal dalam mengembangkan pariwisata, faktor yang mempengaruhi pengembangan pariwisata, serta dampak pengembangan pariwisata di Kabupaten Ponorogo. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Fokus penelitian ini adalah: (1.) Kondisi Potensi Pariwisata di Kabupaten Ponorogo. (2.) Peran Pemerintah dan Masyarakat Lokal Dalam Pengembangan Pariwisata. (3.) Faktor Yang Mempengaruhi Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Ponorogo. (4.) Dampak Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Ponorogo. Dari hasil penelitian diperoleh: (1.)Kabupaten Ponorogo mempunyai potensi pariwisata alam, budaya, minat khusus, dan buatan. (2.)Pemerintah dan masyarakat berperan dalam penyediaan sarana prasarana, pengembangan obyek dan daya tarik wisata, dan peningkatan promosi wisata. (3.)Faktor pendukung pengembangan pariwisata di Kabupaten Ponorogo adalah obyek wisata yang terkenal, kerja sama yang baik antara pemerintah, pengusaha pariwisata, dan masyarakat lokal serta diberlakukan UU No.9 Tahun 1990. Faktor penghambatnya yaitu rendahnya SDM, keterbatasan dana, sarana prasarana, dan masalah pemasaran.(4.)Dampak positif pengembangan pariwisata memperluas kesempatan kerja,meningkatkan kesejahteraan masyarakat, melestarikan budaya dan makanan khas Ponorogo serta kesenian Reog sebagai penangkal masuknya budaya asing. Dampak negatifnya dengan adanya keramba ikan di Telaga Ngebel dan pedagang liar menyebabkan Telaga Ngebel tidak nyaman dari segi pariwisata, pertunjukan Reog yang memakai minuman keras dan pengembangan wisata kuliner pada saat produksi menyebabkan polusi. Saran yang diberikan: 1.) Pemerintah dan masyarakat harus menjaga kelestarian alam dan budaya di Kabupaten Ponorogo. 2.) Penyediaan sarana prasarana di tempat wisata di Kabupaten Ponorogo perlu dikembangkan. 3.) Dengan keterbatasan dana seyogyanya pemerintah dalam mengembangkan pariwisata memprioritaskan pada ikon pariwisata di Kabupaten Ponorogo. 4.) Dalam mengembangkan pariwisata perlu kerja sama yang baik antara pemerintah, pengusaha dan masyarakat..

(6) ABSTRACT Chrisna Faradilla, 2009, The Development of Tourism Based Local Community (A study on The Development of Tourism at Ponorogo Regency). Skripsi. Concentration on Development Administration. Public Administration Department. Malang Brawijaya University. Supervisor: Heru Ribawanto. Co-supervisor: Siswidiyanto. (154 pages+xiv). Ponorogo Regency has four tourism resorts: (1) natural tourism,(2) cultural, (3) special interest tourism, (4) artificial tourism. The development of tourism at Ponorogo Regency as a tourism destination in East Java. The determination of problems involve: what does the description about tourism potential at Ponorogo Regency, what does the role played by the government and the local community in developing tourism, what factors do affecting the tourism development, and how does the impact given by local community based tourism development at Ponorogo Regency. Research aims at understanding the general description of tourism potential at Ponorogo Regency, examining the role played by government and local community in the tourism development, observing the factors affecting the development of local community based tourism at Ponorogo Regency. Research employs qualitative descriptive study method.The focus of research emphasizes on: (1)the condition of tourism at Ponorogo Regency; (2) the role of government and local community in the tourism development; (3) factors affecting the tourism development at Ponorogo Regency; (4) the impact of tourism development at Ponorogo Regency. Results of research indicate:(1)Ponorogo has tourism potentials natural,cultural,special interest and artificial;(2)Government and the community play important role in providing the structure infrastructure of tourism objects,in developing tourism objects and attractions,in upgrading the tourism promotion activity;(3)The supporting factors for tourism development at Ponorogo regency is the famous tourism object, the presence of good cooperation among government,entrepreneurs,local society and the prevail of Act No 9 of 1990. The inhibiting factors is the low human resources,the limited fund, structure infrastructure,and the lack of marketing.(4)positive impact of tourism development equalize the job opportunities,improve the societal welfare,able to preserve culture and special food of Ponorogo and Reog as prevention of foreign culture.Negative impact the presence of fish keramba at Ngebel lake and unauthorized traders make the Ngebel lake inconvenient from tourism side,presence of Reog using alcoholic drink,and in developing culinary tourism during the production time cause pollution. The research may suggest:(1)the government and the community must preserve the nature culture of Ponorogo;(2)the provisioning of structure and infrastructure at tourism places at Ponorogo should be improved.(3)The limited fund, government in developing tourism more priority at tourism icon in Ponorogo.(4)Ponorogo Regency will still need for the cooperation between the government, entrepreneur and community..

(7) KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr. Wb Puji syukur kami panjatkan kepada Alllah SWT atas karunia-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan semaksimal mungkin. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi pada Jurusan Ilmu Administrasi Publik Universitas Brawijaya. Judul skripsi ini adalah “Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat Lokal (Studi Tentang Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Ponorogo)”. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan dapat terselesaikan dengan baik tanpa keterlibatan berbagai pihak yang berkenan membantu memberikan pemikiran, kritik, dan saran-saran, karena itu penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada: 1. Kedua orang tuaku tercinta, adikku, dan seluruh keluarga besarku terima kasih atas doa dan dukungannya. 2. Spesial terima kasih untuk “Mas Dana Pribadi” atas semangat ketika saya putus asa, capek, memberikan motivasi, dan atas kesabarannya. 3. Bapak Drs. Heru Ribawanto, MS, selaku dosen pembimbing atas masukan dan saran-saran dalam penyusunan skripsi ini. 4. Bapak Drs. Siswidiyanto, MS, selaku dosen pembimbing atas masukan dan saransaran dalam penyusunan skripsi ini. 5. Bapak Prof. Dr. Sumartono, MS, selaku Dekan Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang. 6. Bapak Dr. M.R Khairul Muluk, S. Sos, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang beserta seluruh staff. 7. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang atas segala ilmu yang diberikan. 8. Seluruh pegawai dan staff Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang atas bantuan dan kerja sama yang diberikan..

(8) 9. Seluruh pegawai dan staff Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olah Raga Kabupaten Ponorogo atas bantuan dan kerja sama yang diberikan. 10. Pemilik usaha sate ayam Ponorogo ”Tukri Sobikun” dan Jenang dodol ”Teguh Raharjo” atas segala bantuannya. 11. Masyarakat setempat sekitar tempat-tempat wisata di Kabupaten Ponorogo khususnya sekitar obyek wisata Telaga Ngebel, masyarakat Gang Sate Ponorogo, dan masyarakat Jalan Wibisono. 12. Teman-teman Administrasi Publik angkatan 2006, khususnya teman-teman klas B FIA Publik 2006 terima kasih atas segala kenangan dan pengalamannya. 13. Teman-teman kost Kertosentono 78 (Iim, Nura, dan Iid) serta teman-teman kost Watu Mujur I No.2 terima kasih atas segala semangat dan canda-tawanya yang berkesan. 14. Semua pihak yang membantu penyelesaian skripsi ini. Semoga Allah SWT akan membalas budi baik semua pihak yang telah membantu pelaksanaan sampai dengan penyusunan skripsi ini. Dalam penyusunan skripsi ini penulis sudah berusaha sekuat tenaga untuk memperoleh hasil yang terbaik namun apabila masih kurang sempurna penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak demi sempurnanya skripsi ini. Penulis juga mohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada kata-kata yang salah, itu semata-mata datang dari saya, dan jika ada yang bermanfaat itu semata-mata datang dari Allah SWT. Karena penulis menyadari bahwa penulis hanya manusia biasa yang tak luput dari salah dan lupa. Akhir kata penulis mengharapkan banyak manfaat dari skripsi ini baik untuk masa sekarang maupun yang akan datang. Amin. Wassalamualaikum Wr. Wb.. Malang, Desember 2009. Penulis.

(9) DAFTAR ISI Halaman TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI ......................................................... .. TANDA PENGESAHAN MAJELIS PENGUJI ...................................... .. PERNYATAAN ORISINILITAS SKRIPSI ............................................. .. RINGKASAN .............................................................................................. .. ABSTRACT ................................................................................................. .. KATA PENGANTAR................................................................................. .. DAFTAR ISI................................................................................................ .. DAFTAR TABEL ....................................................................................... .. DAFTAR GAMBAR................................................................................... .. DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... ... i ii iii iv v vi viii xii xiii xiv. BAB I : PENDAHULUAN.......................................................................... .. A. Latar Belakang .................................................................................. .. B. Rumusan Masalah ............................................................................. .. C. Tujuan Penelitian .............................................................................. .. D. Kontribusi Penelitian......................................................................... .. E. Sistematika Pembahasan ................................................................... ... 1 1 6 7 7 8. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. A. Pembangunan .................................................................................... .. 1. Definisi Pembangunan ................................................................ .. 2. Konsep Pembangunan................................................................. .. 3. Perencanaan Pembangunan......................................................... .. 4. Administrasi Pembangunan ........................................................ .. 5. Peran Pemerintah Dalam Pembangunan ..................................... .. 6. Peranan Pariwisata Dalam Pembangunan................................... .. B. Kebudayaan....................................................................................... .. 1. Definisi Kebudayaan................................................................... .. 2. Unsur-unsur Kebudayaan............................................................ .. 3. Wujud Kebudayaan..................................................................... .. C. Pariwisata .......................................................................................... .. 1. Definisi Pariwisata ...................................................................... .. 2. Jenis Pariwisata ........................................................................... .. 3. Pengembangan Pariwisata........................................................... .. 4. Strategi Pengembangan Pariwisata ............................................. .. 5. Potensi Pariwisata ....................................................................... .. D. Masyarakat Lokal.............................................................................. .. 1. Definisi Masyarakat Lokal.......................................................... .. 2. Tipe-tipe Masyarakat Lokal ........................................................ .. 3. Interaksi Antara Wisatawan dengan Masyarakat Lokal Dalam Pengembangan Pariwisata ............................................... ... 9 9 9 10 11 13 14 14 15 15 16 17 18 18 19 24 27 30 31 31 32 32.

(10) E. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat Lokal................................................................... 1. Sarana dan Prasarana Pariwisata................................................. .. 2. Obyek dan Daya Tarik Wisata..................................................... .. 3. Publisitas dan Promosi Pariwisata .............................................. ... 33 33 35 37. BAB III : METODE PENELITIAN............................................................. A. Jenis Penelitian.................................................................................. .. B. Fokus Penelitian ................................................................................ .. C. Lokasi dan Situs Penelitian ............................................................... .. D. Sumber Data...................................................................................... .. E. Metode Pengumpulan Data ............................................................... .. F. Instrumen Penelitian.......................................................................... .. G. Analisis Data ..................................................................................... ... 39 39 40 41 41 42 46 46. BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………………… A. Gambaran Umum ............................................................................... .. 1. Gambaran Umum Kabupaten Ponorogo ..................................... .. a. Sejarah Berdirinya Kabupaten Ponorogo.............................. .. b. Kondisi Geografis dan Wilayah Administratif ..................... .. c. Keadaan Iklim ....................................................................... .. d. Tata Guna Lahan ................................................................... .. e. Keadaan Penduduk................................................................ .. 2. Gambaran Umum Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Ponorogo ............................ .. a. Lokasi.................................................................................... .. b. Visi dan Misi ......................................................................... .. c. Tujuan ................................................................................... .. d. Struktur Organisasi ............................................................... .. e. Tugas Pokok dan Fungsi ....................................................... .. B. Penyajian Data.................................................................................... .. 1. Gambaran Umum Potensi Pariwisata di Kabupaten Ponorogo ..................................................................................... .. 2. Peran Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Ponorogo Dalam Pengembangan Pariwisata .................................................................................... .. a. Penyediaan Sarana dan Prasarana Obyek Wisata di Kabupaten Ponorogo.............................................................. .. a.1. Penyediaan Sarana dan Prasarana di Obyek Wisata Alam (Telaga Ngebel)............................................ a.2. Penyediaan Sarana dan Prasarana Obyek Wisata Budaya (Kesenian Reog Ponorogo)................................... a.3. Penyediaan Sarana dan Prasarana Wisata Kuliner (Sate Ayam Ponorogo dan Jenang).................................... b. Pengembangan Obyek dan Daya Tarik Wisata......................... 50 50 50 50 51 52 52 53 54 54 55 56 56 58 58 58 68 68 73 76 81 81.

(11) b.1.Pengembangan Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (Telaga Ngebel)..................................................... .. b.2.Pengembangan Obyek dan Daya Tarik Wisata Budaya (Kesenian Reog Ponorogo) ............................... .. b.3.Pengembangan Obyek dan Daya Tarik Wisata Kuliner (Sate Ayam Ponorogo dan Jenang) ................... .. c. Peningkatan Aktivitas Promosi Wisata .................................. .. d. Peningkatan Peran Serta Masyarakat.. .................................... .. 3. Faktor Yang Mempengaruhi Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Ponorogo .............................................................. .. a. Faktor Pendukung ................................................................... .. b. Faktor Penghambat.................................................................. .. 4. Dampak dari Pengembangan Sektor Pariwisata.......................... .. a. Dampak Positif Pengembangan Pariwisata............................. .. b. Dampak Negatif Pengembangan Pariwisata ........................... .. C. Pembahasan ........................................................................................ .. 1. Gambaran Umum Potensi Pariwisata di Kabupaten Ponorogo..................................................................................... .. 2. Peran Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Ponorogo Dalam Pengembangan Pariwisata.................................................................................... .. a. Penyediaan Sarana dan Prasarana Obyek Wisata di Kabupaten Ponorogo ............................................................ .. a.1.Penyediaan Sarana dan Prasarana di Obyek Wisata Alam (Telaga Ngebel) ..................................................... .. a.2.Penyediaan Sarana dan Prasarana Obyek Wisata Budaya (Kesenian Reog Ponorogo) ............................... .. a.3.Penyediaan Sarana dan Prasarana Wisata Kuliner (Sate Ayam Ponorogo dan Jenang).. ............................... .. b. Pengembangan Obyek dan Daya Tarik Wisata....................... .. b.1.Pengembangan Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (Telaga Ngebel) .................................................... .. b.2.Pengembangan Obyek dan Daya Tarik Wisata Budaya (Kesenian Reog Ponorogo) ............................... .. b.3.Pengembangan Obyek dan Daya Tarik Wisata Kuliner (Sate Ayam Ponorogo dan Jenang) ................... .. c. Peningkatan Aktivitas Promosi Wisata ................................... .. d. Peningkatan Peran Serta Masyarakat ...................................... .. 3. Faktor Yang Mempengaruhi Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Ponorogo .................................................................. .. 4. Dampak dari Pengembangan Sektor Pariwisata........................... .. BAB V : PENUTUP .................................................................................... .. A. Kesimpulan ....................................................................................... .. B. Saran.................................................................................................. ... 82 90 93 96 101 105 105 107 110 110 114 115 115 117 120 121 122 123 123 125 128 129 129 131 132 134 138 138 139.

(12) DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. ... 141.

(13) DAFTAR TABEL Halaman 1. Penggunaan Lahan Kabupaten Ponorogo Tahun 2008.................................. 52. 2. Jumlah Penduduk Akhir Tahun Menurut Jenis Kelamin, Sex Ratio dan Kecamatan Tahun 2008.......................................................... 54. 3. Data Hotel di Kabupaten Ponorogo Tahun 2009 .......................................... 68. 4. Data Rumah Makan, Restoran dan Cafe di Kabupaten Ponorogo Tahun 2009.................................................................................... 70. 5. Data Sarana dan Prasarana di Telaga Ngebel Tahun 2009............................ 75. 6. Rekapitulasi Jumlah Unit Reog Tiap Kecamatan di Kabupaten Ponorogo Tahun 2008 ................................................................................... 79. 7. Tahapan dalam Pengembangan Tapak Kawasan Wisata Telaga Ngebel Tahun 2007........................................................................................ 84. 8. Data Kunjungan Obyek dan Daya Tarik Wisata Tahun 2008...................... 101.

(14) DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Pembagian Zona Pengembangan Tapak Kawasan Wisata Telaga Ngebel Kabupaten Ponorogo.............................................. 145. 2. Peta Kabupaten Ponorogo.............................................................. 146. 3. Peta Wisata Kabupaten Ponorogo.................................................. 146. 4. Obyek Wisata Telaga Ngebel......................................................... 147. 5. Taman Wisata Ngembag................................................................ 147. 6. Taman Wisata Kucur..................................................................... 147. 7. Goa Lowo...................................................................................... 148. 8. Gunung Kahyangan...................................................................... 148. 9. Air Terjun Pletuk.......................................................................... 148. 10. Kesenian Reog Ponorogo............................................................. 149. 11. Kirab Pusaka Perayaan Grebeg Suro........................................... 149. 12. Larung Sesaji............................................................................... 150. 13. Gelar Budaya............................................................................... 150. 14. Makam Bathoro Katong.............................................................. 151. 15. Sate Ayam Ponorogo................................................................... 151. 16. Gang Sate Sentra Usaha Sate Ayam Ponorogo........................... 152. 17. Jenang Dodol Ponorogo.............................................................. 152. 18. Sentra Usaha Jenang Dodol ”Teguh Raharjo” Ponorogo.......... 152. 19. Dawet Jabung.............................................................................. 153. 20. Kolam Renang Tirto Menggolo.................................................. 153.

(15) DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Bagan Susunan Organisasi Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olah Raga Kabupaten Ponorogo........................................ 154.

(16) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu program andalan Pemerintah Kota maupun Kabupaten, karena sektor pariwisata masih mempunyai prospek yang cerah yang diharapkan mampu menambah dan meningkatkan PAD (Pendapatan Asli Daerah). Pengembangan pariwisata di Indonesia pada dasarnya menggunakan konsep pariwisata budaya (cultural tourism) seperti telah ditetapkan dalam Undang-Undang No.9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan. Hal ini dilakukan tentunya dengan pertimbangan bahwa Indonesia memiliki potensi seni dan budaya yang beraneka ragam yang tersebar pada tiap Daerah Tujuan Wisata (DTW) di Indonesia. Dalam hal ini, seni dan budaya yang beraneka ragam di beberapa Daerah Tujuan Wisata (DTW) itu dijadikan sebagai daya tarik utama untuk menarik wisatawan datang berkunjung ke negara Indonesia. Atas dasar itu, kiranya wajar kalau setiap langkah dalam pengembangan pariwisata diharapkan selalu memperhatikan terpeliharanya seni dan budaya bangsa yang dijadikan sebagai aset pariwisata Indonesia. Sepanjang tahun 2008, sektor pariwisata di Indonesia berhasil menyumbang devisa hingga mencapai Rp 70 triliun. Jumlah ini diperoleh dari kedatangan 6,45 juta wisatawan mancanegara yang membelanjakan uangnya hingga 1.178 dollar Amerika Serikat per orang per hari. Sedangkan target tingkat kunjungan wisata mancanegara 2009 sebanyak 8 juta orang dengan perolehan devisa sebanyak 8 miliar dolar Amerika Serikat dan target wisata nusantara sebanyak 226 juta perjalanan dengan pengeluaran sebanyak Rp 82 triliun. Pariwisata telah menjadi salah satu industri terbesar di dunia, dan merupakan andalan utama dalam menghasilkan devisa di berbagai negara. Dengan semakin merosotnya harga minyak di pasaran dunia, memaksa pemerintah untuk mencari alternatif baru sebagai sumber pendapatan nasional. Dewasa ini pariwisata merupakan salah satu sumber alternatif yang dapat diandalkan. Sektor pariwisata mempunyai peran yang sangat penting dan strategis bagi pembangunan daerah dan perekonomian nasional..

(17) Sedangkan dalam Pengembangan pariwisata di Kabupaten Ponorogo diatur berdasarkan Struktur Organisasi Dinas Kebudayaan, Priwisata, Pemuda, dan Olah Raga berdasarkan Peraturan Bupati Ponorogo Nomor 63 Tahun 2008 tentang uraian tugas dan fungsi Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olah Raga Kabupaten Ponorogo. Dalam melaksanakan pembangunan dan pengembangan pariwisata Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga berdasarkan struktur organisasi yang ada tersebut, karena sampai dengan saat ini di Kabupaten Ponorogo belum ada Peraturan Daerah yang secara keseluruhan mengatur pengembangan pariwisata di Kabupaten Ponorogo. Pariwisata di Kabupaten Ponorogo juga mempunyai peran yang sangat penting dan strategis dalam pembangunan dan perekonomian daerah. Ditinjau dari sudut ekonomi, kepariwisataan yang ada di Kabupaten Ponorogo mempunyai pengaruh yang penting yakni menambah pendapatan masyarakat, membuka lapangan kerja baik di sektor industri maupun jasa serta dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pendapatan Asli Dareah (PAD) Kabupaten Ponorogo dari sektor pariwisata adalah sebagai berikut : Rekapitulasi Realisasi PAD Kabupaten Ponorogo Tahun 2006-2008 No.. Uraian. Tahun Anggaran 2007 2008 39.230.546.628,06 41.850.665.707,56 8.622.229.845,50 9.858.329.841,00 21.640.610.739,85 23.871.568.766,58 647.632.404,03 732.415.619,76. 2006 PAD Kab. Ponorogo 35.639.052.182,47 - Pajak Daerah 6.662.475.438,32 21.522.861.661,12 - Retribusi Daerah - Hsil Pengelolaan 473.012.254,60 Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan - Lain-lain PAD Yang 6.980.702.828,43 8.320.073.638,68 Sah 2. PAD Kab. Ponorogo Dari 133.500.000,00 149.450.000,00 Sektor Pariwisata 3. Persentase PAD Sektor 3,745 % 3,809% Pariwisata Dari PAD Total Kab. Ponorogo Sumber Data : Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Ponorogo 1.. 7.388.351.480,22 202.950.000,00 4,849%.

(18) Dengan adanya peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Ponorogo dari tahun ke tahun maka pembangunan dan pengembangan bidang pariwisata di Kabupaten Ponorogo harus terus ditingkatkan karena pariwisata dapat digunakan sebagai alternatif baru sebagai sumber pendapatan daerah. Pengembangan pariwisata di Kabupaten Ponorogo dipandang sangat strategis karena merupakan suatu. keterpaduan. kerja. antara. instansi. pemerintah. dengan. masyarakat.. Pengembangan pariwisata juga mengandung berbagai aspek kepentingan, yang antara lain meliputi: upaya pengembangan Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW), sumber daya manusia, pemasaran, sarana, infrastruktur, dan manajemen pariwisata. Upaya dalam rangka pengembangan pariwisata di Kabupaten Ponorogo diarahkan pada penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan obyek dan daya tarik wisata, peningkatan aktivitas promosi wisata, serta peningkatan peran serta masyarakat. Selain itu, menjadikan seni dan budaya tradisional Indonesia sebagai wahana bagi pengembangan pariwisata nasional dan mempromosikannya ke luar negeri untuk mempererat persahabatan antar bangsa. Adapun tujuan pengembangan pariwisata yang lebih luas adalah terciptanya stabilitas nasional, pemerataan pendapatan, penciptaan dan perluasan lapangan kerja, dan pembangunan sumber daya alam secara rasional tanpa merusak lingkungan. Oleh karena itu dalam pembangunan daerah arti dan peranan pariwisata sangat penting yang harus diimbangi dengan kewajiban rakyat dan pemerintah daerah untuk mengembangkan daerahnya ke arah yang lebih baik. Berawal dari tujuan kepariwisataan di atas, Musanef (1995:37) menyatakan bahwa penyelenggaraan kepariwisataan bertujuan untuk : 1. Memperkenalkan, mendayagunakan, melestarikan, dan meningkatkan obyek dan daya tarik wisata. 2. Memupuk rasa cinta tanah air dan meningkatkan persahabatan antar bangsa. 3. Memperluas dan meratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja. 4. Meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. 5. Mendorong pendayagunaan produksi nasional..

(19) Upaya yang dilakukan pemerintah dalam mengembangkan sektor pariwisata secara nasional adalah dengan mengeluarkan suatu kebijakan yang diharapkan dapat memacu keberhasilan program-program pariwisata yaitu Sapta Kebijakan Pariwisata. Adapun tujuh butir dari Sapta Kebijakan Pariwisata menurut Musanef (1995:39) adalah : 1. Promosi digencarkan. 2. Aksebilitas diperluas. 3. Mutu produk dan pelayanan dimantapkan. 4. Kawasan pariwisata dikembangkan. 5. Wisata bahari digalakkan. 6. Sumber daya manusia ditingkatkan. 7. Sadar wisata dan Sapta Pesona dibudayakan. Oleh karena itu dalam upaya pengembangan kepariwisataan diperlukan peran aktif masyarakat lokal karena pada akhirnya upaya pengembangan kepariwisataan akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat itu sendiri. Kesadaran dan peran aktif masyarakat dalam kegiatan kepariwisataan perlu makin ditingkatkan melalui pembinaan dan peningkatan usaha masyarakat sekitar lokasi wisata, seni budaya, industri kerajinan serta upaya lain untuk meningkatkan kualitas kebudayaan dan daya tarik pariwisata Indonesia dengan tetap menjaga nilai-nilai agama, citra kepribadian bangsa, serta harkat dan martabat bangsa. Menyadari akan kompleksnya pengaruh yang ditimbulkan oleh pemerintah maka pengembangan sektor pariwisata di Kabupaten Ponorogo memerlukan strategi perencanaan yang terpadu dan menyeluruh dengan memanfaatkan sumber daya yang memadai serta mendapatkan dukungan dari semua pihak. Hal ini sesuai dengan pendapat Selo Sumardjan yang dikutip Spillane (1993:133) yang menyatakan bahwa: ”Pengembangan pariwisata harus merupakan pengembangan yang berencana secara menyeluruh, baik dari segi ekonomi, sosial dan kultural. Perencanaan tersebut mengintegrasikan pengembangan pariwisata ke dalam suatu program pembangunan ekonomi, fisik, dan sosial suatu negara disamping itu rencana tersebut harus mampu memberikan kerangka kerja kebijaksanaan pemerintah untuk mendorong dan mengendalikan pengembangan pariwisata”. Pembangunan kepariwisataan di Kabupaten Ponorogo direncanakan dan dilaksanakan secara terarah dan terpadu serta berwawasan lingkungan guna.

(20) mengembangkan obyek dan daya tarik wisata baik wisata alam, wisata budaya, maupun wisata religi dimana unsur seni dan sejarah budaya daerahnya terdapat di dalamnya. Di dalam suasana otonomi daerah, maka daerah dituntut untuk dapat menggali berbagai potensinya secara dalam. Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Ponorogo harus segera menyesuaikan diri dengan perkembangan tersebut, termasuk di dalam hal peningkatan kebutuhan sumber daya manusia yang kompeten maupun pengembangan dan penciptaan obyek-obyek wisata yang mampu menarik dan meningkatkan nilai tambah (value added) dari berbagai potensi wisata yang dimiliki. Secara garis besar Kabupaten Ponorogo memiliki 4 jenis obyek wisata. Obyek pariwisata tersebut meliputi obyek wisata alam, budaya, minat khusus (religi dan kuliner), dan wisata buatan. Obyek wisata tersebut diantaranya adalah: 1. Wisata Alam Wisata alam yang patut untuk dilestarikan dan dikembangkan diantaranya : Telaga Ngebel, Ngembag, Kucur, Goa Lowo, Gunung Kahyangan, dan Air Terjun Plethuk. 2. Wisata Budaya Selain wisata alam di Kabupaten Ponorogo juga terdapat beberapa obyek wisaya budaya yang juga sangat potensial untuk dikembangkan diantaranya: Kesenian Reog Ponorogo, Perayaan Grebeg Suro, Kesenian Gajah-gajahan, dan Gelar Budaya. 3. Wisata Minat Khusus Wisata minat khusus yang dikembangkan di Kabupaten Ponorogo adalah wisata religi dan kuliner. Wisata religi yang dikembangkan adalah Makam Bathoro Katong dan Masjid Tegalsari yang merupakan masjid tertua di Kabupaten Ponorogo dan wisata kuliner yang dikembangkan adalah makanan khas Ponorogo diantaranya sate ayam Ponorogo, pecel Ponorogo, jenang dodol, dan dawet jabung..

(21) 4. Wisata Buatan Wisata yang ada di Kabupaten Ponorogo antara lain Kolam Renang Tirto Manggolo, dll. Seperti halnya obyek wisata yang ada di Kabupaten Ponorogo, kesenian Reog dijadikan sebagai salah satu andalan sumber pemasukan bagi Pemerintah Kabupaten Ponorogo dan sebagai upaya untuk meningkatkan peran masyarakat lokal dalam mencapai kesejahteraan. Reog Ponorogo merupakan kesenian yang memiliki unsur budaya yang mempunyai keterkaitan dengan ritual keagamaan. Reog Ponorogo juga merupakan budaya leluhur yang sampai kini masih berkembang dan dikenal sejak masa Kerajaan Wengker sekitar abad ke-11. Reog adalah salah satu kesenian budaya yang berasal dari Jawa Timur bagian barat-laut dan Ponorogo dianggap sebagai kota asal Reog yang sebenarnya. Gerbang Kota Ponorogo dihiasi oleh sosok Reog dan Jathilnya, dua sosok yang ikut tampil pada saat Reog dipertunjukkan. Reog adalah salah satu bukti budaya daerah di Indonesia yang masih sangat kental dengan hal-hal yang berbau mistik dan ilmu kebatinan yang kuat. Pengembangan. pariwisata. yang dilakukan. oleh. Dinas. Kebudayaan,. Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Ponorogo bertujuan untuk mewujudkan Kabupaten Ponorogo sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Jawa Timur. Bupati Kabupaten Ponorogo pada tahun 2008 menerima 10 Penghargaan yang menghiasi kinerjanya. Salah satu penghargaan tersebut adalah ”Penghargaan Anugerah. Wisata. atas. Komitmen. dan. Kepedulian. Yang. Tinggi. Dalam. Mengembangkan Kepariwisataan”. Penghargaan tersebut adalah merupakan kondisi untuk memicu peningkatan kinerja di tahun 2009 menuju Ponorogo Mukti Wibowo tahun 2010. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik menganalisis lebih lanjut dan menerangkan dalam bentuk skripsi dengan judul ”Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat Lokal (Studi tentang Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Ponorogo)”..

(22) B. Rumusan Masalah Berkaitan dengan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana gambaran umum potensi pariwisata di Kabupaten Ponorogo? 2. Bagaimana peran pemerintah dan masyarakat lokal untuk mengembangkan pariwisata di Kabupaten Ponorogo? 3. Apa saja faktor yang mempengaruhi pengembangan pariwisata berbasis masyarakat lokal di Kabupaten Ponorogo? 4. Bagaimana dampak pengembangan pariwisata berbasis masyarakat lokal di Kabupaten Ponorogo? C.. Tujuan Penelitian Dalam memperhatikan rumusan masalah di atas maka tujuan yang hendak. dicapai melalui penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui, mendiskripsikan, dan menganalisis gambaran umum potensi pariwisata di Kabupaten Ponorogo. 2. Untuk mengetahui, mendiskripsikan, dan menganalisis peran pemerintah dan masyarakat lokal dalam mengembangkan pariwisata di Kabupaten Ponorogo. 3. Untuk mengetahui, mendiskripsikan, dan menganalisis faktor yang mempengaruhi pengembangan pariwisata berbasis masyarakat lokal di Kabupaten Ponorogo. 4. Untuk. mengetahui,. mendiskripsikan,. dan. menganalisis. dampak. pengembangan pariwisata berbasis masyarakat lokal di Kabupaten Ponorogo D.. Kontribusi Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai masukan atau sumber informasi bagi pihak lain yang akan melakukan.

(23) penelitian lebih lanjut tentang pengembangan pariwisata, khususnya pengembangan pariwisata yang berbasis pada masyarakat lokal. b. Sebagai bahan kajian dan menambah wacana keilmuan pengembangan ilmu administrasi publik khususnya administrasi pembangunan. 2. Manfaat Praktis a. Diharapkan penelitian ini memberikan wawasan dan gambaran bagi kalangan birokrasi pemerintah dan para pelaku (stakeholder) yang terlibat pada pelaksanaan program pengembangan pariwisata berbasis masyarakat lokal ini. b. Dapat memberikan manfaat bagi peneliti selanjutnya sebagai data atau pedoman pelaksanaan penelitian lebih lanjut tentang pengembangan pariwisata berbasis masyarakat lokal dalam program pembangunan. E.. Sistematika Pembahasan Penulisan Penelitian ini terbagi ke dalam beberapa sistematika pembahasan. seperti yang terdapat di bawah ini: BAB I : PENDAHULUAN Dalam bab ini merupakan latar belakang penulisan skripsi ini, perumusan masalah, tujuan penelitian, kontribusi penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini penulis mengemukakan secara garis besar teoritis yang menjadi dasar bagi penulis dalam memberikan alternatif solusi atas segala permasalahan yang ada. BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini berisi tentang metode penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian yang meliputi jenis penelitian, fokus penelitian, lokasi dan situs penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, dan metode analisis data..

(24) BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini menyajikan diskripsi wilayah penelitian dan mengemukakan data yang diperoleh dari lokasi penelitian, penyajian data, gambaran umum lokasi penelitian, dan pembahasan. BAB V : PENUTUP Dalam bab ini berisikan kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran yang mungkin dapat penulis berikan atas adanya permasalahan-permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini..

(25) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PEMBANGUNAN 1. Definisi Pembangunan Pembangunan merupakan suatu proses aktivitas yang bersifat terus-menerus dan terencana yang ditujukan untuk merubah dan meningkatkan kualitas kehidupan sosial ekonomi ke arah yang lebih baik dan wajar dari waktu ke waktu (Idris, dalam jurnal. administrasi,. 2002:45).. Sedangkan. Suryono. (2001:51). memberikan. pendapatnya mengenai pembangunan dimana pembangunan yang dilakukan negaranegara berkembang secara umum merupakan suatu proses kegiatan yang direncanakan dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi, perubahan sosial dan modernisasi bangsa untuk mencapai peningkatan kualitas hidup manusia dan kesejahteraan rakyat. Pembangunan sebagai suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara, dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa. (Siagian, 2005:4). Soekartawi. (1990:8). mengungkapkan. bahwa. pembangunan. dapat. berarti. pertumbuhan dan pemerataan. Pemerataan dapat berupa pemerataan pendapatan, pemerataan hasil-hasil pembangunan, pemerataan keadilan ataupun pemerataan yang lainnya. Tetapi apabila pembangunan didefinisikan secara sederhana, maka akan memunculkan paling sedikit tujuh ide pokok, yaitu: 1. Pembangunan merupakan suatu proses yang berarti bahwa pembangunan merupakan rangkaian kegiatan yang berlangsung secara berkelanjutan dan terdiri dari tahap yang di satu pihak bersifat independen, akan tetapi di lain pihak merupakan bagian dari sesuatu yang bersifat tanpa akhir, 2. Pembangunan merupakan upaya yang secara sadar ditetapkan sebagai sesuatu untuk dilaksanakan, 3. Pembangunan dilakukan secara terencana, baik dalam arti jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek, 4. Rencana pembangunan mengandung makna pertumbuhan dan perubahan,.

(26) 5. Pembangunan mengarah pada modernitas yang diartikan sebagai cara hidup yang baru dan lebih baik daripada sebelumnya, cara berfikir yang rasional dan sistem budaya yang kuat tetapi fleksibel, 6. Modernitas yang ingin dicapai melalui berbagai kegiatan pembangunan per definisi bersifat multidimensional yang artinya modernitas tersebut mencakup seluruh segi kehidupan berbangsa dan bernegara, dapat megejawantahkan dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya, serta pertahanan dan keamanan, 7. Semua hal yang telah tersebut di atas ditujukan kepada usaha pembinaan bangsa sehingga negara bangsa yang bersangkutan semakin kukuh fondasinya dan semakin mantap keberadaannya sehingga menjadi negara bangsa yang sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia karena mampu menciptakan situasi yang membuatnya berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah dengan negara bangsa lain tersebut. (Siagian, 2005:4-5). Dari definisi tersebut di atas secara implisit menunjukkan bahwa upaya dan kegiatan pembangunan merupakan upaya nasional. Artinya menyelenggarakan kegiatan pembangunan bukan hanya tugas dan tanggung jawab pemerintah dengan segala aparat dan jajarannya meskipun harus diakui bahwa peranan pemerintah cukup dominan. Para politisi dengan kekuatan sosial politik harus turut berperan. Dunia usaha juga memainkan peranan yang besar terutama di bidang ekonomi. Para teoritisi dan cendekiawan ditantang untuk memberikan sumbangsihnya, khususnya dalam penguasaan dan kemampuan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Para pembentuk opini (opinion leaders) turut berperan dalam memberdayakan masyarakat, antara lain melalui peningkatan kemampuan melaksanakan pengawasan sosial. Bahkan rakyat jelatapun harus ikut dilibatkan. Singkatnya, pembangunan merupakan urusan semua pihak dalam suatu masyarakat bangsa. Dalam menyelenggarakan kegiatan pembangunan, tidak ada warga masyarakat bangsa yang berperan sebagai ”penonton”, dan semua harus berperan sebagai ”pemain”. 2. Konsep Pembangunan Suryono (2004:26) menyebutkan tinjauan terhadap konsep pembangunan dengan mengkaji dari dua aspek penting, yakni secara etimologik dan secara ensiklopedik. “Secara etimologik, istilah pembangunan berasal dari kata bangun. Kata bangun setidak-tidaknya mengandung 4 arti: (1) bangun dalam arti sadar atau.

(27) siuman (aspek fisiologis), (2) bangun dalam arti bangkit atau berdiri (aspek perilaku), (3) bangun dalam arti bentuk (aspek anatomi), (4) bangun dalam arti kata kerja membuat, mendirikan, atau membina (gabungan aspek fisiologi, aspek perilaku, dan aspek bentuk). Sedangkan secara ensiklopedik, kata pembangunan telah menjadi bahasa dan konsep dunia. Konsep itu antara lain dianalogkan dengan konsep: pertumbuhan (growth), rekonstruksi (reconstruction), modernisasi (modernization), westernisasi (westernization), perubahan sosial (social change), pembebasan (liberation), pembaruan (innovation), pembangunan bangsa (nation building), pembangunan nasional (national development), pembangunan (development), pengembangan (progress/developing), dan pembinaan (construction)”. Dalam pelaksanaannya, konsep pembangunan (development concept) dianggap lebih sesuai untuk dijadikan acuan dalam penulisan ini. Konsep pembangunan diartikan sebagai perubahan sikap hidup yang semakin rasional dan penerapan teknologi yang semakin meningkat. Seiring dengan perkembangan zaman, konsep pembangunan akhirnya berkembang dan lebih dipengaruhi pada paham tentang ekonomi politik. Ekonomi memegang peranan penting dalam laju pertumbuhan. Terdapat dua cara yang bisa dipakai sebagai acuan dalam perkembangan pembangunan ekonomi politik melalui pendekatan industrialisasi, yaitu: a. Pemusatan perhatian pada faktor penggunaan teknologi tinggi dan ilmu pengetahuan, b. Upaya untuk menggerakkan potensi dalam negeri dan menggunakan teknologi tradisional dan tepat guna. Dalam konsep pembangunan tidak hanya diberlakukan perubahan tentang ekonomi politik saja, tetapi termasuk juga dalam perubahan kelembagaan yang ada dalam struktur sosial masyarakat. Dari munculnya konsep pembangunan tersebut akhirnya dapat dirumuskan tentang strategi pembangunan yang akan digunakan untuk menentukan langkah selanjutnya dalam perencanaan pembangunan nasional. 3. Perencanaan Pembangunan Perencanaan pembangunan memang suatu usaha sabagai refleksi dari peran pemerintah dalam mendorong gerak pembangunan ke arah tertentu. Tetapi perlu.

(28) diingat bahwa proses atau usaha pembangunan yang berencana adalah proses usaha masyarakat yang luas. Oleh karena itu perencanaan pembangunan harus pula dilihat dalam konteks dinamika proses pembangunan dari sessuatu masyarakat bangsa. Perencanaan berasal dari kata rencana, yang berarti rancangan atau rangka sesuatu yang akan dikerjakan. Dari pengertian sederhana tersebut dapat diuraikan beberapa komponen penting, yakni tujuan (apa yang hendak dicapai), kegiatan (tindakan – tindakan untuk merealisasi tujuan), dan waktu (kapan, bilamana kegiatan tersebut hendak dilakukan). Apa yang direncanakan tentu saja merupakan tindakantindakan di masa depan (untuk masa depan). Suatu perencanaan yang baik adalah perencanaan yang mampu secara tepat menetapkan pilihan, yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada. Data atau informasi akan menjadi penentu dalam proses ini. Semakin akurat data yang ada, akan semakin baik perencanaan bisa disusun. Hardjanto (2008: 54). Menurut Siagian (2003: 50), perencanaan merupakan usaha sadar dan pengambilan keputusan yang telah diperhitungkan secara matang tentang hal -hal yang akan dikerjakan di masa depan di dalam dan oleh suatu organisasi dalam pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Perencanaan pembangunan sebagai suatu proses penyusunan rencana pembangunan tersebut selayaknya menyertakan keterlibatan masyarakat sebagaimana diungkapkan oleh Abe (2001: 30), bahwa makna perumusan bukanlah suatu makna yang akademis sifatnya, melainkan proses, dimana pada rakyat diberikan kesempatan untuk mengajukan pokok harapan, kebutuhan, dan kepentingan dasarnya. Apa yang dimaksud tidak lain dari adanya keterlibatan rakyat dalam proses perencanaan. Dari beberapa pengertian di atas maka tiga ciri utama perencanaan (dalam merencanakan) adalah harus menyangkut hari depan, harus menyangkut tindakan atau aksi, satu badan tertentu harus bertanggungjawab untuk melakukan tindakan dikemudian hari. Masih banyak pengertian kaitannya dengan perencanaan, hal ini disebabkan karena perencanaan amat dinamis dan berkembang sejalan dengan fenomena-fenomena yang berkembang di masyarakat..

(29) 4. Administrasi Pembangunan Administrasi pembangunan merupakan salah satu bagian dari administrasi publik. Administrasi pembangunan ini mempunyai fokus analisis berupa proses pembangunan yang diselenggarakan oleh suatu negara dalam rangka pencapaian tujuan dan cita-cita negara bangsa tertentu, termasuk cara-cara ilmiah yang dipergunakan dalam pemecahan masalah, menghadapi tantangan, memanfaatkan peluang, dan menyingkirkan ancaman (Siagian: 2005). Selanjutnya, Siagian. (2005) menyebutkan. definisi. dari administrasi. pembangunan yaitu sebagai suatu usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana yang dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara, dan pemerintah menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation-building). Selain itu, Tjokroamidjojo menyebutkan bahwa administrasi pembangunan adalah proses pengendalian usaha (administrasi) oleh negara/pemerintah untuk merealisir pertumbuhan yang direncanakan ke arah suatu keadaan yang dianggap lebih baik dan kemajuan di dalam berbagai aspek kehidupan bangsa. Dari definisi tersebut dapat diketahui tentang ide pokok dari administrasi pembangunan, yaitu adanya suatu proses yang terus menerus, usaha yang dilakukan dengan perencanaan, orientasi pada perubahan yang signifikan dari keadaan sebelumnya, memiliki arah yang lebih modern dalam artian luas mencakup seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara; dan memiliki tujuan utama untuk membina bangsa. Sedangkan pembangunan di negara berkembang dikenal dengan istilah Administrasi Pembangunan. Berdasarkan pendapat Siagian (1994:4) administrasi pembangunan tersebut dijelaskan sebagai berikut: ”Administrasi pembangunan dua pengertian, yang pertama administrasi dan yang kedua adalah pembangunan. Yang dimaksud dengan administrasi ialah keseluruhan proses pelaksanaan keputusan-keputusan yang telah diambil dan diselenggarakan oleh dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Sedangkan pembangunan biasanya didefinisikan sebagai usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang terencana yang dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara, dan pemerintah menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building)”..

(30) 5. Peran Pemerintah Dalam Pembangunan Kovner dalam Anonymous (2006) menyatakan bahwa terdapat 3 (tiga) peran pemerintah dalam pembangunan, yaitu sebagai (1) regulator, (2) pemberi biaya, dan (3) pelaksana kegiatan. Pertama, peran pemerintah sebagai regulator merupakan hal penting, dalam hal ini pengaturan dan pengawasan dalam pelaksanaan pembangunan tidak bisa begitu saja dibiarkan tanpa adanya campur tangan pemerintah. Kedua, bukan hanya pemerintah yang bertindak sebagai penyedia biaya dalam pembangunan, tetapi masih ada pihak swasta yang juga memberikan peran yang sangat kuat dalam pembangunan. Dengan keterbatasan yang dimiliki oleh pemerintah menjadikan peran swasta ini lebih muncul di permukaan. Meskipun demikian, swasta juga tidak akan pernah ada tanpa persetujuan dari pemerintah. Ketiga, pemerintah sebagai pelaksana kegiatan. Artinya pemerintah mengeluarkan berbagai peraturan tentang adanya pelaksanaan suatu program perencanaan dalam pembangunan yang sedang dijalankan. Dalam pelaksanaannya pemerintah tidak akan berjalan tanpa ada kekuatan dari masyarakat dan adanya peran dari swasta. 6. Peranan Pariwisata Dalam Pembangunan Konsep otonomi daerah dengan asas desentralisasi megakibatkan kewenangan penuh daerah otonom untuk melaksanakan pemerintahannya sendiri dan bertanggung jawab penuh atas proses pembangunan daerah. Dengan adanya otonomi daerah tersebut memungkinkan pemerintah daerah untuk mempunyai konsekuensi, wewenang, dan tanggung jawab penuh dalam penyelenggaraan pemerintahan. Sehingga prakarsa sepenuhnya diberikan kepada daerah baik yang menyangkut kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, pembiayaan, dan evaluasi dengan harapan dapat meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan. Pembangunan mempunyai makna. terus-menerus. membentuk atau mendirikan dan juga dapat berarti terus menggugah kesadaran. Menggugah kesadaran ini tentunya ditujukan ke arah yang lebih baik (Moeljadi, 1983:14)..

(31) Pembangunan disini adalah pembangunan dalam arti luas, yang meliputi segala aspek kehidupan dan penghidupan dengan tujuan pelaksanaan pembangunan adalah meningkatkan kesejahteraan rakyat. Kebijakan pembangunan tidak terlepas dari sumber daya yang ada, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusianya. Pemerintah daerah dengan segala daya dan upaya berusaha membenahi segenap aspek kehidupan dan penghidupan dan salah satunya adalah pembenahan dan pengembangan sektor pariwisata, agar lebih berhasil guna dan berdaya guna bagi daerah dan masyarakat. Dengan banyaknya jumlah wisatawan yang datang pada suatu daerah tertentu maka akan menaikkan Pendapatan Asli Daerah yang bersangkutan, sehingga daerah tersebut dapat meningkatkan pembangunannya. B. KEBUDAYAAN 1. Definisi Kebudayaan Dalam pengertian sehari-hari, istilah kebudayaan sering diartikan sama dengan kesenian, terutama seni suara dan seni tari. Akan tetapi, apabila istilah kebudayaan diartikan menurut ilmu-ilmu sosial, kesenian merupakan salah satu bagian saja dari kebudayaan. Kata ”kebudayaan” berasal dari bahasa Sansekerta buddhayah, yang merupakan bentuk jamak kata ”buddhi” yang berarti budi atau akal. Kebudayaan diartikan. sebagai. ”hal-hal. yang. bersangkutan. dengan. budi. atau. akal”.. Koentjaraningrat (1990:181). Adapun istilah culture yang merupakan istilah bahasa asing yang sama artinya dengan kebudayaan berasal dari kata Latin Colere. Artinya mengolah atau mengerjakan, yaitu mengolah tanah atau bertani. Dari asal arti tersebut, yaitu colere kemudian culture, diartikan sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam. (Koentjaraningrat, 1965:77-78). Sedangkan Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi dalam Soekanto (2007:151) merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah (material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk.

(32) menguasai alam sekitarnya agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan masyarakat. 2. Unsur-Unsur Kebudayaan Kebudayaan setiap bangsa atau masyarakat terdiri dari unsur-unsur besar maupun unsur-unsur kecil yang merupakan bagian dari suatu kebulatan yang bersifat sebagai kesatuan. Menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi dalam Soekanto (2007:153), beberapa orang sarjana telah mencoba merumuskan unsur-unsur pokok kebudayaan tadi. Misalnya, Melville J. Herskovits mengajukan empat unsur pokok kebudayaan, yaitu: a. Alat-alat teknologi b. Sistem ekonomi c. Keluarga d. Kekuasaan politik. Sedangkan tujuh unsur kebudayaan yang dianggap sebagai cultural universals, yaitu : a. Bahasa (lisan maupun tertulis); b. Sistem pengetahuan; c. Organisasi sosial (sistem kekerabaatan, organisasi politik, sistem hukum, sistem perkawinan); d. Sistem peralatan hidup dan teknologi (pakaian, perumahan, alat-alat rumah tangga, senjata, alat-alat produksi, transportasi, dan sebagainya); e. Sistem mata pencaharian hidup (pertanian, peternakan, siste produksi, sistem distribusi dan sebagainya); f. Sistem Religi (sistem kepercayaan); g. Kesenian (seni rupa, seni suara, seni gerak, dan sebagainya)..

(33) 3. Wujud Kebudayaan Di dalam Koentjaraningrat (1990:186), mengungkapkan bahwa wujud kebudayaan ada tiga, yaitu : a. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilainilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya. b. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat. c. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Wujud pertama adalah wujud ideal dari kebudayaan. Sifatnya abstrak, tak dapat diraba atau difoto. Lokasinya ada di dalam kepala-kepala, atau dengan perkataan lain, dalam alam pikiran warga masyarakat dimana kebudayaan bersangkutan itu hidup. Wujud kedua dari kebudayaan yang disebut sistem sosial atau social system, mengenai tindakan berpola dari manusia itu sendiri. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi, berhubungan, serta bergaul satu dengan yang lain dari detik ke detik, dari hari ke hari, dan dari tahun ke tahun, selalu menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sebagai rangkaian aktivitas manusia-manusia dalam masyarakat, sistem sosial itu bersifat konkret, terjadi di sekeliling kita sehar-hari, bisa diobservasi, difoto, dan didokumentasi. Wujud ketiga dari kebudayaan disebut kebudayaan fisik, dan tidak memerlukan banyak penjelasan. Karena berupa seluruh total dari hasil fisik dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat, maka sifatnya paling konkret, dan berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat dan difoto. Ketiga wujud dari kebudayaan terurai di atas, dalam kenyataan kehidupan masyarakat tentu tak terpisah satu dengan yang lain. Adat-istiadat mengatur dan memberi arah kepada tindakan dan karya manusia. Pikiran-pikiran dan ide-ide, maupun tindakan dan karya manusia, menghasilkan benda-benda kebudayaan fisiknya. Sebaliknya, kebudayaan fisik membentuk suatu lingkungan hidup tertentu.

(34) yang makin lama makin menjauhkan manusia dari lingkungan alamiahnya sehingga mempengaruhi pula pola-pola perbuatannya, bahkan juga cara berpikirnya. C. PARIWISATA 1. Definisi Pariwisata Pariwisata sebenarnya bukanlah suatu hal yang baru. Istilah ini sejak dulu dengan bentuknya yang sederhana dikenal dengan ”bertamasya”. Namun dengan adanya perkembangan di bidang sosial, budaya, dan teknologi, maka bentuk dan kegiatannya menjadi lebih kompleks, sehingga pada akhir abad 19 pariwisata merupakan industri yang modern. Pengetian pariwisata menurut A.J. Norval dalam Muljadi dan Siti Nurhayati (2002:80) adalah keseluruhan kegiatan yang berhubungan dengan masuk, tinggal, dan pergerakan penduduk asing di dalam atau di luar suatu negara, kota atau wilayah tertentu. Menurut Yoeti (1982:103), secara etimologis pariwisata terdiri dari dua suku kata yaitu, ”pari” dan ”wisata”, dimana dijelaskan bahwa pari berarti banyak, berkalikali, berputar-putar lengkap (ingat kata Paripurna). Wisata berarti perjalanan, bepergian. Atas dasar itu, maka kata pariwisata seharusnya diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali dari satu tempat ke tempat lain. Kemudian menurut pendapat Spillane (1994:21) mengemukakan sebagai berikut : ”Pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat lain bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu.” Selanjutnya Musanef (1955:11) mengartikan pariwisata sebagai suatu perjalanan yang dilaksanakan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari satu tempat ke tempat lain untuk menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya dan rekreasi, melihat dan menyaksikan atraksi wisata di tempat lain atau memenuhi keinginan yang beraneka ragam. Biasanya mencakup keinginan tentang :.

(35) a. Keseluruhan fenomena alam atau buatan manusia yang dimanfaatkan untuk kepentingan wisatawan. b. Kegiatan-kegiatan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan dalam melakukan aktivitas perjalanan. Adapun jenis-jenis kegiatan dan usaha pariwisata itu terdiri meliputi : a. Usaha yang berhubungan dengan pengelolaan dan pengembangan obyek dan daya tarik wisata, baik wisata alam, budaya, dan wisata minat khusus. b. Usaha yang berhubungan dengan penyediaan sarana dan prasarana wisata, seperti penyediaan akomodasi, makanan dan minuman, penyediaan angkutan wisata, jasa biro perjalanan, penginapan, toko souvenir dan sebagainya. c. Usaha lain yang terkait dengan kegiatan pengembangan sektor pariwisata, seperti pengembangan sumber daya manusia, upaya promosi dan pemasaran obyek wisata dan lain-lain. Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan secara umum tentang pengertian pariwisata, yaitu kegiatan yang melibatkan orang-orang melakukan perjalanan untuk sementara waktu, dari satu tempat ke tempat yang lain dengan maksud bukan untuk tinggal menetap atau mencari nafkah, tetapi untuk menikmati perjalanan guna untu kesenangan atau menikmati keindahan suatu tempat yang dikunjunginya dan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. 2. Jenis Pariwisata Setiap daerah memiliki potensi yang berbeda-beda antara daerah yang satu dengan daerah yang lain. Termasuk di dalamnya jenis pariwisata di daerah mempunyai ciri-ciri sendiri untuk dikembangkan oleh pemerintah darah masingmasing. Untuk keperluan perencanaan dan pembangunan jenis-jenis pariwisata tesebut harus dibedakan, sehingga dengan demikian dapat ditentukan kebijakan apa yang mendukung sektor pariwisata tersebut. Hal tersebut juga berpengaruh terhadap fasilitas yang perlu dipersiapkan dalam pengembangan industri pariwisata tersebut. Potensi-potensi wisata yang berbeda antara daerah yang satu dengan daerah yang lain.

(36) dipengaruhi oleh letak geografis dari kawasan wisata tersebut (Pendit, 1994:67). Menurut Pendit (2003:38), jenis-jenis pariwisata itu antara lain: a. Pariwisata Budaya Ini dimaksudkan agar perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan, untuk memperluas pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan kunjungan atau peninjauan ke tempat lain atau ke luar negeri, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat istiadat mereka, cara hidup mereka, budaya dan seni mereka. Seringkali perjalanan serupa ini disatukan dengan kesempatankesempatan mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan budaya, seperti eksposisi seni (seni tari, seni drama, seni musik, dan seni suara), atau kegiatan yang bermotif kesejarahan dan sebagainya. b. Pariwisata Kesehatan Hal ini dimaksudkan perjalanan seorang wisatawan dengan tujuan tersebut untuk menukar keadaan dan lingkungan tempat sehari-hari dimana ia tinggal demi kepentingan beristirahat baginya dalam arti jasmani dan rohani, dengan mengunjungi tempat peristirahatan seperti mata air panas mengandung mineral yang dapat menyembuhkan, tempat yang mempunyai iklim udara menyehatkan atau tempat-tempat yang menyediakan fasilitas-fasilitas kesehatan yang lainnya. c. Pariwisata Olahraga Ini dimaksudkan wisatawan-wisatawan yang melakukan perjalanan dengan tujuan berolahraga atau memang sengaja bermaksud mengambil bagian aktif dalam pesta olah raga di suatu tempat atau negara seperti Asian Games, Olympiade, Thomas Cup, Uber Cup, F-1 (Formula one) dan lain-lain. Macam cabang olahraga yang termasuk dalam jenis wisata olahraga yang bukan tergolong dalam pesta olahraga atau games, misalnya berburu, memancing, berenang, dan berbagai cabang olah raga dalam air atau di atas pegunungan. d. Pariwisata Komersial Dalam jenis ini termasuk perjalanan untuk mengunjungi pameran-pameran dan pekan raya yang bersifat komersial, seperti pameran industri, pameran.

(37) dagang dan sebagainya. Pada mulanya banyak orang berpendapat bahwa hal ini tidaklah dapat digolongkan ke dalam dunia kepariwisataan, dengan alasan bahwa perjalan serupa ini, yaitu ke pameran atau pekan raya yang bersifat komersial hanya dilakukan oleh orang-orang yang khusus mempunyai tujuantujuan tertentu untuk urusan bisnis mereka dalam pekan raya tersebut. Tetapi kenyataannya dewasa ini dimana pameran-pameran atau pekan raya diadakan, banyak sekali dikunjungi oleh kebanyakan orang dengan tujuan ingin melihatlihat fasilitas sarana angkutan serta sewa akomodasi dengan reduksi khusus yang menarik. e. Pariwisata Industri Yang erat dengan pariwisata komersial adalah pariwisata industri. Perjalanan yang dilakukan oleh rombongan pelajar atau mahasiswa, atau orang-orang awam ke suatu kompleks atau daerah perindustrian dimana terdapat pabrikpabrik atau bengkel-bengkel besar dengan maksud dan tujuan untuk mengadakan peninjauan atau penelitian termasuk dalam golongan pariwisata industri ini. Hal ini banyak dilakukan di negara-negara yang telah maju perindustriannya dimana masyarakat berkesempatan mengadakan kunjungan ke daerah-daerah atau kompleks pabrik industri berbagai jenis barang yang dihasilkan secara masal di negara itu. f. Pariwisata Politik Jenis ini meliputi perjalanan yang dilakukan untuk mengunjungi atau mengambil bagian secara aktif dalam peristiwa kegiatan politik seperti misalnya peringatan ulang tahun suatu negara, ulang tahun perayaan 17 Agustus di Jakarta, perayaan 10 Oktober di Moskow, penobatan Ratu Inggris di London dan sebagainya dimana fasilitas akomodasi, sarana angkutan dan atraksi aneka warna diadakan secara megah dan meriah bagi para pengunjung, baik dari dalam maupun luar negeri. g. Pariwisata Konvensi Yang dekat dengan pariwisata jenis politik adalah apa yang dinamakan wisata konvensi. Berbagai negara dewasa ini membangun wisata konvensi dengan.

(38) menyediakan fasilitas bangunan beserta ruangan-ruangan tempat bersidang bagi para peserta suatu konferensi, musyawarah, konvensi atau pertemuan lainnya baik yang bersifat nasional maupun internasional. h. Pariwisata Sosial Jenis ini termasuk pula wisata remaja (youth tourism). Yang dimaksud dengan jenis pariwisata ini adalah pengorganisasian suatu perjalanan murah serta mudah untuk memberi kesempatan kepada golongan masyarakat ekonomi lemah (atau dengan kata lain tidak mampu membayar segala sesuatu yang bersifat mewah) untuk mengadakan perjalanan, seperti misalnya bagi kaum buruh, pemuda, pelajar, atau mahasiswa, petani dan sebagainya. Organisasi ini berusaha untuk membantu mereka yang mempunyai kemampuan terbatas dari segi finansialnya untuk mempergunakan kesempatan libur atau cuti mereka dengan mengadakan perjalanan yang dapat menambah pengalaman serta pengetahuan mereka, dan sekaligus juga dapat memperbaiki kesehatan jasmaniah dan mental mereka. i. Pariwisata Pertanian Seperti. halnya pariwisata. industri,. pariwisata. pertanian ini. adalah. pengorganisasian perjalanan yang dilakukan ke proyek-proyek pertanian, perkebunan, ladang pembibitan dan sebagainya dimana wisatawan rombongan dapat mengadakan kunjungan dan peninjauan untuk tujuan studi maupun melihat-lihat keliling sambil menikmati segarnya tanaman beraneka warna dan suburnya pembibitan berbagai jenis sayur-mayur dan palawija di sekitar perkebunan yang dikunjungi. j. Pariwisata Maritim (Marina) atau Bahari Jenis pariwisata ini bayak dikaitkan dengan kegiatan olahraga air, lebih-lebih di danau, bengawan, pantai, teluk, atau laut lepas seperti memancing, berlayar, menyelam sambil melakukan pemotretan, kompetisi berselancar, balapan. mendayung,. berkeliling. melihat-lihat. taman. laut. dengan. pemandangan indah di bawah permukaan air serta berbagai rekreasi perairan.

(39) yang banyak dilakukan di daerah-daerah atau negara-negara maritim. Jenis ini disebut pula wisata tirta. k. Pariwisata Cagar Alam Untuk jenis pariwisata ini biasanya banyak diselenggarakan oleh agen atau biro perjalanan yang mengkhususkan usaha-usahanya dengan jalan mengatur wisata ke tempat atau daerah cagar alam, taman lindung, hutan daerah pegunungan dan sebagainya yang kelestariannya dilindungi oleh undangundang. Pariwisata cagar alam ini banyak dilakukan oleh para penggemar dan pecinta alam dalam kaitannya dengan kegemaran dengan memotret binatang atau marga satwa serta pepohonan kembang beraneka warna yang memang mendapat perlindungan dari pemerintah dan masyarakat. l. Pariwisata Buru Jenis ini banyak dilakukan di negeri-negeri yang memiliki daerah atau huta tempat berburuyang dibenarkan oleh pemerintah dan digalakkan oleh berbagai agen atau biro perjalanan. Pariwisata buru ini diatur dalam bentuk safari buru ke daerah atau hutan yang telah ditetapkan pemerintah negara yang bersangkutan. Pemerintah yang bijaksana mengatur pariwisata buru ini demi keseimbangan hidup satwa yang diburu tidak punah dengan memperhitungkan perkembangbiakannya satwa tersebut, antara yang lahir dan yang diburu , tetap seimbang. m. Pariwisata Pilgrim Jenis pariwisata ini sedikit banyak dikaitkan dengan agama, sejarah, adatistiadat dan kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat. Wisata pilgrim banyak dilakukan oleh perorangan atau rombongan ke tempat-tempat suci, ke makam-makam orang besar atau pemimpin yag diagungkan, ke bukit atau gunung yang dianggap keramat, tempat pemakaman tokoh atau pemimpin sebagai manusia ajaib penuh legenda. Pariwisata pilgrim ini banyak dihubungkan dengan niat atau hasrat sang wisatawan untuk memperoleh restu, kekuatan batin, keteguhan iman dan tidak jarang pula untuk tujuan memperoleh berkah dan kekayaan melimpah..

(40) n. Pariwisata Bulan Madu Ada juga ditambahkan dalam berbagai jenis pariwisata disebutkan di atas yang dinamakan pariwisata bulan madu. Yaitu, suatu penyelenggaraan perjalanan bagi pasangan-pasangan merpati, pengantin baru, yang sedang berbulan madu dengan fasilitas-fasilitas khusus dan tersendiri demi kenikmatan perjalanan dan kunjungan mereka, seperti misalnya kamar pengantin di hotel yang khusus disediakan dengan peralatan serba istimewa. Perjalanan yang disebut pariwisata bulan madu ini biasanya dilakukan selama sebulan pernikahan dilangsungkan, ke tempat-tempat romantis bagi sepasang manusia muda yang sedang menikmati hidup di dunia ini. o. Pariwisata Petualangan Dikenal dengan istilah Adventure Tourism, seperti masuk hutan belantara yang tadinya belum pernah dijelajahi penuh binatang buas, mendaki tebing teramat terjal, terjun ke dalam sungai yang sangat curam, anak-anak muda remaja ”mengemudi tank-tank raksasa” bekas Perang Dunia II ke pedalaman Rusia, arung jeram (rafting) di sungai-sungai yang arusnya liar, dan lain sebagainya. Kekayaan alam dan keindahan alam yang dimiliki berbagai daerah di Indonesia seperti yang dijelaskan di atas, sangat menarik bagi para calon wisatawan baik asing maupun domestik untuk mengunjungi daerah-daerah tujuan wisata tersebut, sehingga apabila itu dapat dikelola dan dikembangkan dengan baik maka akan dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dari sektor pariwisata. 3. Pengembangan Pariwisata Kepariwisataan merupakan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan wisata, pengusaha, obyek dan daya tarik wisata, dan pemerintah untuk menjalankan fungsi pengaturan dan pelayanan wisata. Sebelum membahas tentang pengembangan sektor pariwisata, maka perlu dikemukakan terlebih dahulu pengertian tentang pengembangan itu sendiri. Pengertian pengembangan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994:473) adalah pengembangan mempunyai kata dasar ”kembang” yang.

(41) dibubuhi awalan ”pe- dan akhiran ”-an sehingga membentuk kata kerja. Arti kata kembang itu sendiri adalah ”proses, cara, perbuatan mengembangkan”. Menurut WJS. Purwadarminto (1984:474), pengembangan adalah usaha untuk menjadikan sesuatu lebih luas. Pengembangan merupakan perubahan secara bertahap dan teratur serta menjurus ke sasaran yang dikehendaki yang biasanya ditandai dengan meningkatnya pertambahan hasil yang lebih besar. Pengembangan pariwisata harus merupakan pengembangan yang sesuai dengan perencanaan yang matang, sehingga bermanfaat baik bagi masyarakat, baik segi ekonomi, sosial, dan kultural. Menurut Ndraha (1993:184), istilah pengembangan berasal dari kata kembang, berarti meningkatkan atau menambah sesuatu yang sudah ada, baik kualitatif maupun kuantitatif, jadi ada sesuatu yang bertambah. Pertambahan itu sendiri adalah pembangunan. Selo Sumarjan dalam Spillane (1987:133) menyatakan bahwa: ”Pengembangan pariwisata harus merupakan pengembangan yang berencana secara menyeluruh, baik dari segi ekonomi, sosial, dan kultural. Perencanaan tersebut harus mengintegrasikan pengembangan pariwisata ke dalam suatu program pembangunan ekonomi, fisik, dan sosial dari suatu negara. Di samping itu rencana tersebut harus mampu memberikan kerangka kerja kebijaksanaan pemerintah untuk mendorong dan mengendalikan pengembangan kepariwisataan”. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengembangan pariwisata dapat diartikan sebagai upaya yang dilakukan baik oleh pemerintah, pihak pengusaha atau masyarakat guna mengembangkan potensi-potensi obyek wisata yang ada di daerah agar menjadi lebih berdaya guna. Sedangkan pengertian pengembangan pariwisata menurut Musanef (1995:1) bahwa: ”Pengembangan pariwisata adalah segala kegiatan dan usaha yang terkoordinasi untuk menarik wisatawan, menyediakan semua sarana dan prasarana, barang dan jasa fasilitas yang diperlukan, guna melayani kebutuhan wisatwan”. Tujuan pengembangan pariwisata menurut Yoeti (1997:35) adalah : 1. Meningkatkan pendapatan devisa pada khususnya dan pendapatan negara dan masyarakat pada umumnya, perluasan kesempatan kerja serta lapangan kerja.

(42) dan mendorong kegiatan-kegiatan industri penunjang dan industri sampingan lainnya. 2. Memperkenalkan dan mendayagunakan keindahan alam dan kebudayaan Indonesia. 3. Meningkatkan persaudaraan atau persahabatan nasional dan internasional. Kebijaksanaan dalam pengembangan pariwisata pada dasarnya sejalan dengan rencana pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah. Hal ini dapat dilihat dari sasaran pengembangan pariwisata, Yoeti (1997:33) adalah : a. Berusaha memelihara kebudayaan serta tata lingkungan karena hal ini merupakan kekayaan Indonesia sebagai daya tarik wisatawan yang bermanfaat bagi bangsa Indonesia. b. Perbaikan-perbaikan terutama diharapkan pada peningkatan rehabilitasi berdasarkan skala prioritas yang ditentukan, baik dari obyek-obyek wisata maupun saran dan prasarana yang menunjang sektor pariwisata. c. Menyelenggarakan suatu pemasaran kepariwisataan yang terkoordinasi dan sistematis serta terarah secara terus-menerus. d. Mengadakan pembinaan, bimbingan sertta pengadaan tenaga kerja yang terdidik dalam sektor pariwisata. e. Menyelenggarakan usaha bidang penelitian pengembangan sehingga dapat mewujudkan suatu mekanisme yang menampung, mengelola data-data kepariwisataan yang penting artinya bagi pengembangan selanjutnya. f. Mengadakan pembinaan dan pengaturan kelembagaan, baik sektor wisata maupun sektor pemerintah untuk menunjang pengembangan pariwisata nasional. Berkaitan dengan pengembangan pariwisata, Yoeti (1996:23) berpendapat bahwa : ”Pada dasarnya tujuan dari kebanyakan negara mengembangkan industri pariwisata di negaranya adalah untuk meningkatkan penghasilan devisa negara. Disamping itu tujuan yang lebih jauh adalah untuk memperoleh nilainilai ekonomi yang positif dimana pariwisata diharapkan dapat berfungsi sebagai katalisator dalam pembangunan beberapa sektor”..

(43) Pariwisata diharapkan dapat menjadi sektor andalan. yang mampu. menggalakkan berbagai kegiatan pembangunan terutama ekonomi serta sektor-sektor lainnya dengan memperkenalkan alam dan kebudayaan daerah, memperluas lapangan kerja dengan tetap memperhatikan terpeliharanya kebudayaan asli daerah serta memperkaya khasanah kebudayaan nasional. Dengfan demikian industri pariwisata juga dapat memajukan dan memeratakan perekonomian negara karena kegiatan pariwisata tersebut merupakan sektor yang amat padat karya, artinya mempunyai daya serap terhadap pengangguran, disamping itu juga dapat meningkatkan pendapatan penduduk. Salah satu kunci kesuksesan pengembangan kepariwisataan di suatu daerah adalah human resources development di berbagai bidang pariwisata. Kalau di masingmasing bidang tersebut diberikan tekanan, mungkin obyek wisata yang ada di suatu darah akan terangkat menjadi suatu sistem kepariwisataan yang memadai. Sedemikian besar peranan pariwisata dalam pembangunan, sehingga diperlukan pengelolaan dan strategi yang sungguh-sungguh dari berbagai pihak yang terkait mulai dari pemerintah, swasta dan masyarakat sekitar daerah tujuan wisata memiliki peranan penting terhadap perkembangan sektor pariwisata selanjutnya. 4. Strategi Pengembangan Pariwisata Pengembangan pariwisata di Indonesia pada dasarnya menggunakan konsep pariwisata budaya (cultural tourism) seperti telah ditetapkan dalam Undang-Undang No.9 Tahun 1990 tentang kepariwisataan. Hal ini dilakukan tentunya dengan pertimbangan bahwa Indonesia memiliki potensi seni dan budaya yang beraneka ragam yang tersebar pada tiap Daerah Tujuan Wisata (DTW) di Indonesia. Pariwisata yang dikembangkan Indonesia adalah pariwisata budaya. Strategi pengembangan menunjukkan langkah-langkah yang sistematis untuk mencapai tujuan dan sasaran pengembangan yang telah ditentukan sebelumnya. Menurut Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (2002:29) strategi pengembangan pariwisata terdiri dari : 1. Strategi Pengembangan Produk Pariwisata.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana rencana strategis yang dapat dilakukan oleh Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olah Raga untuk peningkatan wisatawan

DINAS PEMUDA, OLAH RAGA, KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN MOJOKERTO TAHUN ANGGARAN 2012.. Nama Pengguna Anggaran : ACHMAD

Sehubungan dengan Pemilihan Langsung Pascakualifikasi Pekerjaan Event Organizer Duta Wisata Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Kepulauan Mentawai,

DINAS PARIWISATA,KEBUDAYAAN,PEMUDA DAN OLAH RAGA Jl.Datu Insad Pelaihari Telp./Fax.. Tanah

Bidang Pengembangan Pariwisata mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga dibidang obyek dan daya tarik wisata, jasa dan

Penyusunan LAKIP Dinas Pemuda dan Olah Raga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2014 dimaksudkan untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan /

penghambat pelaksanaan Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Budparpora) dalam pengembangan kawasan wisata resort Akar Berayun Lembah Harau di Kabupaten

Berdasarkan hasil dari perancangan, maka dilakukan pengujian secara kualitatif kepada pihak Dinas Kebudayaan, Pemuda, Olah Raga dan Pariwisata Kab.Nabire dalam hal ini