• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Pemerintah Daerah Kabupaten Sambas dalam Memberikan Perlindungan terhadap Petani Jeruk Dihubungkan dengan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peran Pemerintah Daerah Kabupaten Sambas dalam Memberikan Perlindungan terhadap Petani Jeruk Dihubungkan dengan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

PUBLIKASI ILMIAH

PERAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SAMBAS DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN TERHADAP PETANI JERUK DIHUBUNGKAN DENGAN

PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH Diajukan Oleh:

Sudarwin, SE. NPM. A21211081

Pembimbing I :Dr. H.M. Syafei, SH., MH. Pembimbing II :Drs. H. Arief Rakhman, M.Si., MH. Abstract

This thesis discusses the role of local governments in the Sambas district provides protection against citrus farmers associated with the regional administration. This research was conducted using the method of juridical research with sociological approach. The purpose of this study is to obtain the data and analyze the factors that cause less Sambas district government role in providing protection against citrus farmers in Sambas district and disclose and analyze policies that should be taken of local government in providing protection for citrus growers in Sambas district. This thesis research results obtained: That the local government's role in protecting the Sambas district citrus growers Sambas district stated in arranging RPJP Sambas regency 2005-2025. Sambas district government in order to restore the glory of orange perform regional development programs supported agribusiness citrus Sambas Sambas Regency Decree No. 163 A 2001 dated July 20, 2001 on the establishment of orange as the leading commodity Sambas regency. Policies and measures taken by local governments in providing protection for citrus growers in Sambas district is to provide infrastructure support, namely, the provision of irrigation systems, construction of farm roads, provision of markets, and the provision of agricultural tools. Recommendations of this thesis research is Need support central and local governments (provincial-district) to help farmers in developing citrus plants siem in Sambas district, especially regarding procurement of quality seed (grafting) and fertilizer. The government should Sambas district together relevant agencies to encourage the establishment of government regulations in terms of the standard price of oranges and marketing collateral. Sambas district government to encourage cooperation financial institutions for the maximum in the orange agribusiness development in Sambas district.

Keywords: Farmers orange, and the regional administration Abstrak

Tesis ini membahas peran pemerintah daerah Kabupaten Sambas dalam memberikan perlindungan terhadap petani jeruk dihubungkan dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode penelitian bersifat yuridis dengan pendekatan sosiologis. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan data dan menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan pemerintah daerah Kabupaten Sambas kurang berperan dalam memberikan perlindungan terhadap petani jeruk di Kabupaten Sambas dan mengungkapkan dan menganalisis kebijakan yang seharusnya diambil pemerintah daerah dalam memberikan perlindungan bagi petani jeruk di Kabupaten Sambas. Hasil penelitian

(2)

tesis ini diperoleh : Bahwa peran pemerintah daerah Kabupaten Sambas dalam melindungi petani jeruk Kabupaten Sambas tertuang dalam penyususnan RPJP daerah Kabupaten Sambas Tahun 2005-2025. Pemerintah Kabupaten Sambas dalam rangka mengembalikan kejayaan jeruk melakukan program pengembangan kawasan agribisnis jeruk sambas dengan didukung keputusan Bupati Sambas No. 163 A Tahun 2001 tanggal 20 Juli 2001 tentang penetapan jeruk sebagai komoditas unggulan daerah Kabupaten Sambas. Kebijakan dan upaya yang diambil pemerintah daerah dalam memberikan perlindungan bagi petani jeruk di kabupaten sambas adalah dengan menyediakan dukungan sarana dan prasarana yaitu, penyediaan sistem irigasi, pembangunan jalan usaha tani, penyedian pasar, dan penyedian alat-alat pertanian. Rekomendasi penelitian tesis ini adalah Perlu dukungan pemerintah pusat dan daerah (propinsi-kabupaten) untuk membantu petani dalam pengembangan tanaman jeruk siem di Kabupaten Sambas khususnya mengenai pengadaan bibit bermutu (okulasi) dan pupuk. Seharusnya Pemerintah Kabupaten Sambas bersama instansi terkait untuk mendorong adanya penetapan peraturan pemerintah dalam hal standar harga buah jeruk serta jaminan pemasarannya. Pemerintah Kabupaten Sambas mendorong kerja-sama lembaga-lembaga keuangan untuk secara maksimal dalam pengembangan agribisnis jeruk di Kabupaten Sambas.

(3)

Latar Belakang

Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian otonomi luas kepada daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Di samping itu melalui otonomi luas, daerah diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan serta potensi dan keanekaragaman daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pemerintahan daerah dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan otonomi daerah, perlu memperhatikan hubungan antarsusunan pemerintahan dan antarpemerintahan daerah, potensi dan keanekaragaman daerah. Aspek hubungan wewenang memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Aspek hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya dilaksanakan secara adil dan selaras. Di samping itu, perlu diperhatikan pula peluang dan tantangan dalam persaingan global dengan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Agar mampu menjalankan perannya tersebut, daerah diberikan kewenangan yang seluas-luasnya disertai dengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara.

Prinsip otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan diluar yang menjadi urusan Pemerintah yang ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan sekrang dig anti dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2014. Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi pelayanan, peningkatan peranserta, prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan rakyat.

Sejalan dengan prinsip tersebut dilaksanakan pula prinsip otonomi yang nyata dan bertanggungjawab. Prinsip otonomi nyata adalah suatu prinsip bahwa untuk menangani urusan pemerintahan dilaksanakan berdasarkan tugas,

(4)

wewenang, dan kewajiban yang senyatanya telah ada dan berpotensi untuk tumbuh, hidup dan berkembang sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah. Dengan demikian isi dan jenis otonomi bagi setiap daerah tidak selalu sama dengan daerah lainnya. Adapun yang dimaksud dengan otonomi yang bertanggungjawab adalah otonomi yang dalam penyelenggaraannya harus benar-benar sejalan dengan tujuan dan maksud pemberian otonomi, yang pada dasarnya untuk memberdayakan daerah termasuk meningkatkan kesejahteraan rakyat yang merupakan bagian utama dari tujuan nasional.

Seiring dengan prinsip itu penyelenggaraan otonomi daerah harus selalu berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan selalu memperhatikan kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat. Selain itu penyelenggaraan otonomi daerah juga harus menjamin keserasian hubungan antara Daerah dengan Daerah lainnya, artinya mampu membangun kerjasama antar Daerah untuk meningkatkan kesejahteraan bersama dan mencegah ketimpangan antar Daerah. Hal yang tidak kalah pentingnya bahwa otonomi daerah juga harus mampu menjamin hubungan yang serasi antar Daerah dengan Pemerintah, artinya harus mampu memelihara dan menjaga keutuhan wilayah Negara dan tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan negara.

Agar otonomi daerah dapat dilaksanakan sejalan dengan tujuan yang hendak dicapai, Pemerintah wajib melakukan pembinaan yang berupa pemberian pedoman seperti dalam penelitian, pengembangan, perencanaan dan pengawasan. Disamping itu diberikan pula standar, arahan, bimbingan, pelatihan, supervisi, pengendalian, koordinasi, pemantauan, dan evaluasi. Bersamaan itu Pemerintah wajib memberikan fasilitasi yang berupa pemberian peluang kemudahan, bantuan, dan dorongan kepada daerah agar dalam melaksanakan otonomi dapat dilakukan secara efisien dan efektif sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Kabupaten Sambas dengan luas wilayah 6.395,70 km2 atau 639.570 ha (4,36% dari luas wilayah Provinsi Kalimantan Barat)1, merupakan wilayah Kabupaten yang terletak pada bagian pantai barat paling utara dari wilayah provinsi Kalimantan Barat. Panjang pantai ±128,5 km dan panjang perbatasan

1

Pemerintah Kabupaten Sambas dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Sambas, Kabupaten Sambas Dalam Angka Tahun 2011, Sambas, hal. 3.

(5)

negara ±97 km. Dilihat dari letak geografisnya. Kabupaten Sambas terletak di antDUD ¶ ´ /LQWDQJ XWDUD GDQ ¶ ´ %XMXU 7LPXU 'HQJDQ EDWDV DGPLQLVWUDWLI ‡ 6HEHODK 8WDUD EHUEDWDVDQ GHQJDQ 0DOD\VLD 7LPXU 6DUDZDN

‡ 6HEHODK 6HODWDQ EHUEDWDVDQ GHQJDQ .RWD 6LQJNDZDQJ ‡ 6HEHODK 7LPXU %HUEDWDVDQ GHQJDQ .DEXSDWHQ %HQJND\DQJ ‡ 6HEHOah Barat Berbatasan dengan : Laut Natuna

Wilayah administratif Sambas meliputi 19 Kecamatan yaitu kecamatan Sambas, kecamatan Sebawi, kecamatan Tebas, kecamatan Semparuk, kecamatan Pemangkat, kecamatan Salatiga, kecamatan Selakau, kecamatan Selakau Timur, kecamatan Tekarang, kecamatan Jawai, kecamatan Jawai Selatan, kecamatan Sajad, kecamatan Sejangkung, kecamatan Paloh, kecamatan Teluk Keramat, kecamatan Tangaran, kecamatan Subah, dan kecamatan Sajingan Besar dengan desa keseluruhan berjumlah 183 desa.

Penduduk merupakan modal dasar pembangunan, seperti yang tercantum dalam Program Pembangunan Nasional bahwa manusia Indonesia atau penduduk disebut sebagai modal dasar di samping modal dasar lainnya, apabila mereka dapat dibina dan dikerahkan secara efektif. Namun penduduk juga dapat menjadi beban pembangunan apabila tidak berkualitas, baik kualitas pendidikan maupun kesehatan mental dan fisik. Oleh karena itu penduduk yang banyak bukan jaminan bagi tercapainya keberhasilan pembangunan.

Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 Jumlah penduduk Kabupaten Sambas berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin sebanyak 496.120 jiwa, dengan rincian total kelompok umur 5-9 tahun sebanyak 57.948 jiwa (urutan pertama terbesar), total kelompok umur 0-4 tahun sebanyak 56.752 jiwa (urutan kedua terbesar), total kelompok umur 10-14 sebanyak 52.256 jiwa (urutan ketiga terbesar), Total jumlah penduduk perempuan sebesar 251.516 jiwa, sedangkan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 244.604 jiwa.

Lahan tanaman pangan di Kabupaten Sambas pada tahun 2010 seluas 68.663 ha, meliputi tanaman padi (padi sawah dan padi ladang), jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang kedelai dan kacang hijau. Pada tahun 2010 luas panen padi sebesar 95,12 ribu hektar. Apabila dibandingkan dengan luas panen tahun 2009 terjadi peningkatan sebesar 7,89 ribu hektar atau meningkat sekitar 9,05 persen. Produksi padi tahun 2010 mencapai 290,78 ribu ton gabah kering giling (GKG), apabila dibanding dengan produksi tahun

(6)

2009 sebesar 277,78 ribu ton GKG terjadi kenaikan produksi sebesar 13 ribu ton atau sekitar 4,68 persen, akan tetapi dari segi produktivitas per hektar terjadi penurunan dari 31,84 kuintal per hektar menjadi 30,53 kuintal per hektar. Penurunan produktivitas tersebut di antaranya diakibatkan oleh terjadinya puso (banjir, serangan hama, dan lain-lain)2.

Hasil pembangunan di sektor pertanian, terutama pertanian tanaman pangan manfaatnya sudah dirasakan oleh sebagian besar penduduk di Kalimantan Barat khususnya Kabupaten Sambas. Untuk itu, produksi pangan baik beras maupun non beras perlu terus ditingkatkan guna lebih memantapkan swasembada pangan. Di samping itu juga ditujukan untuk memperbaiki mutu gizi masyarakat melalui penganekaragaman jenis bahan makanan.

Dari 496.120 jiwa penduduk Kabupaten Sambas, 331.205 jiwa (67,30%) di antaranya adalah penduduk usia kerja (tenaga kerja). Jumlah angkatan kerja sebanyak 258.908 jiwa (78,17% dari jumlah tenaga kerja). Angkatan kerja yang bekerja 94,47% dan yang sedang mencari pekerjaan (disebut pengangguran terbuka) adalah 4,53%. Tingkat pengangguran terbuka (TPT) laki-laki (6,14%) jauh lebih tinggi dibanding TPT perempuan (2,64%). Sementara itu, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) sebesar 78,17%. Ini berarti tiap 100 angkatan kerja, 78 orang di antaranya aktif dalam kegiatan ekonomi. Angkatan kerja yang bekerja sebagian besar (71,82%) terserap di sektor pertanian, selebihnya terserap di sektor manufaktur (8,82%) dan sektor jasa (19,36%). Kaum perempuan yang bekerja di sektor pertanian (79,44%) lebih banyak dibanding kaum laki-laki (65,09%). Berdasarkan status pekerjaan, 86,49% angkatan kerja bekerja di sektor informal. Jam kerja mereka melebihi 35 jam per minggu namun penghasilan yang diperoleh relatif rendah. Kemampuan pemerintah dan swasta menyediakan lapangan kerja formal baru mancapai 13,51%. Kualitas angkatan kerja yang bekerja dapat dilihat dari tingkat pendidikan dan produktivitas kerja. Berdasarkan dua aspek ini dapat dinyatakan bahwa kualitas pekerja masih tergolong rendah. Sebagian besar (70,65%) pekerja berpendidikan SLTP ke bawah3.

Berdasarkan data di atas terlihat bahwa sebagian besar masyarakat di Kabupaten Sambas bekerja di sektor pertanian yang salah satunya adalah petani

2

RPJMD Kabupaten Sambas Tahun 2012-2016, hal. II-3. 3

(7)

jeruk. Tidak dipungkiri bahwa Kabupaten Sambas merupakan penghasil jeruk terbesar di Kalimantan Barat, dan hasil produksi jeruk di Kabupaten sambas tidak hanya untuk kebutuhan masyarakat di Kalimantan Barat tetapi juga diperdagangan di wilayah lain (provinsi lain), dan bahkan ada yang diekspor ke luar negeri.

Perkembangan tanaman jeruk di Kabupaten Sambas mengalami pasang surut. Tata niaga jeruk di Kabupaten Sambas pernah mengalami kehancuran yang berdampak sangat besar bagi kesejahteraan petani jeruk, dan bahkan sampai dengan saat ini tanaman jeruk di Kabupaten Sambas terus mengalami penurunan akibat diserang oleh berbagai hama (virus), sehingga petani jeruk mengalami kerugian yang pada akhirnya berdampak pada tingkat kesejahteraan masyarakat. Jumlah tanaman jeruk siam di Kabupaten Sambas pada Tahun 2010 sebanyak 2.701.131 pohon dengan produksi sebanyak 1.222.553 ton, sedangkan jumlah tanaman jeruk besar sebanyak 1.024 pohon dengan produksi sebanyak 774 ton4.

Produksi jeruk di Kabupaten Sambas di satu sisi merupakan andalan dari Kabupaten Sambas, namun di sisi lain kondisi tanaman jeruk terus mengalami penurun akibat diserang oleh hama (virus), sehingga berpengaruh terhadap produksi dan pendapatan petani, sehingga diperlukan peran pemerintah daerah untuk memberikan perlindungan terhadap petani jeruk di Kabupaten Sambas. Hal ini didasarkan pada salah satu tujuan dari penyelenggaraan pemerintahan daerah yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Uraian di atas menarik minat penulis untuk meneliti lebih lanjut dalam bentuk penelitian tesis dengan judul: PERAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SAMBAS DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN TERHADAP PETANI JERUK DIHUBUNGKAN DENGAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH.

Rumusan Masalah

4

Pemerintah Kabupaten Sambas dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Sambas, 2011, Op.Cit., hal. 154.

(8)

Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian di atas, maka dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Mengapa pemerintah daerah Kabupaten Sambas kurang berperan dalam memberikan perlindungan terhadap petani jeruk di Kabupaten Sambas? 2. Kebijakan apa yang seharusnya diambil pemerintah daerah dalam

memberikan perlindungan bagi petani jeruk di Kabupaten Sambas ? Pembahasan

Peran Pemerintah Daerah Kabupaten Sambas Dalam memberikan Perlindungan Kepada Petani Jeruk Di Kabupaten Sambas.

Berdasarkan Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan UU No. 32 Tahun 2004 dan diubah menjadi Undang-Undang Nomor 24 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, maka setiap daerah termasuk Kabupaten Sambas diwajibkan menyusun rencana pembangunan di daerahnya untuk kurun waktu 20 tahun ke depan yang disebut RPJP Daerah. Dokumen perencanaan ini diharapkan akan mengarahkan setiap daerah untuk dapat mencapai tujuan dibentuknya daerah dan diberikannya otonomi daerah seperti tercantum dalam penjelasan atas UU No. 32 Tahun 2004. Dengan demikian RPJP Daerah Kabupaten Sambas merupakan penjabaran dari tujuan dibentuknya Pemerintahan Kabupaten Sambas, dalam bentuk visi, misi dan arah pembangunan untuk masa 20 (dua puluh )tahun ke depan yang mencakup kurun waktu mulai tahun 2005 hingga tahun 2025 yang mengacu pada RPJP Nasional.

Dalam penjelasan atas UU Nomor 32 Tahun 2004 yang diubah menjadi Undang-Undang Nomor 24 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, dinyatakan bahwa pembentukan daerah pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan pelayanan publik guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat, disamping sebagai sarana pendidikan politik di tingkat lokal. Untuk itu perlu dipertimbangkan berbagai faktor seperti kemampuan ekonomi, potensi daerah, luas wilayah, kependudukan, dan pertimbangan dari aspek sosial politik, sosial budaya, pertahanan dan keamanan serta pertimbangan dan syarat-syarat lainnya.

(9)

Proses penyusunan RPJP Daerah ini terdiri dari 4 (empat) langkah yaitu: langkah pertama adalah penyiapan rancangan RPJP Daerah yang bersifat teknokratik, menyeluruh, dan terukur. Langkah kedua, masing-masing instansi Pemerintahan Daerah memberikan masukan dan komentar terhadap rancangan RPJP Daerah yang telah disiapkan. Langkah ketiga adalah melibatkan masyarakat (stakeholders) dan menyelaraskan rancangan RPJP Daerah yang dihasilkan melalui Musyawarah Perencanaan Pembangunan (MUSRENBANG). Sedangkan langkah keempat adalah penyusunan rancangan akhir RPJP Daerah untuk ditetapkan menjadi produk hukum sehingga mengikat semua pihak untuk melaksanakannya.

Dalam perspektif di atas dan untuk memenuhi semua ketentuan normatif perundang-undangan mengenai perencanaan pembangunan daerah, maka Pemerintah Kabupaten Sambas beserta seluruh komponen masyarakat sepakat untuk menyusun RPJP Daerah Kabupaten Sambas Tahun 2005-2025 dengan ketentuan sebagai berikut:

1. RPJP Daerah Kabupaten Sambas disusun untuk menyediakan sebuah dokumen perencanaan komprehensif dua puluh tahunan, yang akan digunakan sebagai acuan dalam penyusunan visi, misi dan program calon Bupati dan Wakil Bupati untuk setiap jangka waktu lima tahunan. Selanjutnya, visi, misi dan program Bupati dan Wakil Bupati terpilih pada setiap periode akan dijabarkan dalam bentuk Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJM Daerah). Dengan demikian RPJP Daerah ini juga merupakan pedoman resmi bagi seluruh jajaran Pemerintahan Daerah dalam menentukan prioritas program dan kegiatan yang akan dituangkan dalam RPJM Daerah.

2. Proses penyusunan RPJP Daerah Kabupaten Sambas dilakukan melalui berbagai tahapan musyawarah perencanaan partisipatif, yang melibatkan seluruh unsur pelaku pembangunan.

Di dalam Peraturan Daerah Kabupaten SambasNomor 2 Tahun 2010Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang DaerahKabupaten Sambas Tahun 2005-2025, di bahasmengenaiPertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sambas selama tahun 1999 hingga tahun 2004 menunjukkan pertumbuhan yang

(10)

cukup baik. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 1999 yaitu sebesar 4,55% sedangkan pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2000 yaitu sebesar 2,73%. Pada tahun 2004 realisasi pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sambas sebesar 3,43%, dengan pendapatan per kapita (harga konstan 1993) sebesar Rp. 1.533.842,15. Struktur perekonomian daerah menunjukkan bahwa sektor pertanian masih tetap mendominasi dalam pembentukan PDRB Kabupaten Sambas dengan kontribusi 33,20% dan posisi selanjutnya secara berurutan di tempati oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran 30,82%, industri 15,92%, pengangkutan dan komunikasi 6,40%, keuangan dan perusahaan 5,81%, jasa-jasa 5,22% dan sektor lainnya 2,63%.

Perekonomian Kabupaten Sambas sangat bergantung pada sumber daya alam yakni dari pertanian, perkebunan, dan perikanan. Empat komoditas unggulan yang sejak lama menyangga perekonomian masyarakat Sambas adalah padi, karet, kelapa dalam dan jeruk siam. Keempat komoditi tersebut tetap diusahakan sampai sekarang ini. Kabupaten Sambas pernah mengalami masa jaya sebagai penghasil produk pertanian dari beberapa komoditas unggulan sehingga menyandang predikat sebagai lumbung padi Kalimantan Barat yang dikenal dengan nama Beras Pemangkat. Daerah ini juga merupakan penghasil utama karet dan kopra Kalimantan Barat.

Pertanian (dalam arti luas) berperan besar dalam menggerakkan roda perekonomian Kabupaten Sambas, hal ini dapat dilihat dari masih dominannya pertanian dalam menyerap tenaga kerja. Dari 104.565 rumah tangga di Kabupaten Sambas, sebanyak 82.765 rumah tangga (79.15%) adalah rumah tangga pertanian (berdasarkan sensus pertanian tahun 2003). Berarti sebagian besar dari rumah tangga di Kabupaten Sambas mempunyai kegiatan usaha di bidang pertanian. Salah satu komoditas yang paling banyak diusahakan adalah tanaman padi, baik padi sawah maupun padi ladang. Pada tahun 2005 luas areal padi adalah 80.140 ha dengan produksi sebanyak 231.789 ton, dari luas panen sebanyak 78.285 Ha. Rata-rata produksi sebesar 29,61 kw/Ha .

Selain tanaman padi, tanaman utama (unggulan) yang banyak diusahakan masyarakat Sambas adalah Komoditas Jeruk Siam. Luas areal tanam hingga bulan Desember 2005 mencapai 9.670 ha, dengan produksi sebanyak 381.030 kw dari luas panen adalah 3.670 ha. Komoditas Jeruk Siam

(11)

pernah memberikan pengaruh kuat terhadap perekonomian daerah. Perannya dalam membangkitkan perekonomian Kabupaten Sambas dapat disamakan dengan historis kejayaan tanaman padi, karet dan kelapa dalam dimasa lampau.

Penyiapan kembali pondasi dasar ekonomi daerah merupakan langkah awal menuju upaya perbaikan kegiatan perekonomian daerah berbasis ekonomi kerakyatan. Kegiatan ini dimulai pada akhir tahun 1999 yakni dengan dilaksanakannya program pengembangan tanaman jeruk siam melalui penumbuhan kembali sentra produksi Jeruk Siam, dan pada akhir tahun 2006 diharapkan terbangun areal tanam seluas 10.000 ha.

Perkebunan juga merupakan sektor penting dalam menopang perekonomian Kabupaten Sambas. Hingga saat ini telah terbangun seluas 93.168 Ha perkebunan rakyat dengan melibatkan masyarakat petani sebanyak 67.380 KK yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Sambas. Komoditas utama yang dikembangkan adalah karet yaitu seluas 49.053 Ha dan melibatkan 30.114 KK, komoditas kelapa seluas 23.646 Ha dan melibatkan 13.297 KK, sisanya adalah komoditas lainnya seperti kakao, lada, kopi, tebu dan lain-lain.

Pemerintah Kabupaten Sambas dalam rangka mengembalikan kejayaan jeruk siam melakukan program pengembangan kawasan agribisnis jeruk sambas dengan didukung keputusan Bupati Sambas No. 163 A Tahun 2001 tanggal 20 Juli 2001 tentang penetapan jeruk sebagai Komoditas Unggulan Daerah Kabupaten Sambas. Sambas kembali mengembangkan potensi tanaman jeruk. Luas potensi areal pengembangan Kawasan Sentra Produksi (KSP) jeruk saat ini antara 10.000 ± 20.0000 ha, terdapat di Kabupaten Sambas. Lokasinya terletak dalam satu hamparan dataran rendah yang luas pada beberapa Desa di Kecamatan Pemangkat, Tebas, Sambas, danTeluk Keramat. Berdasarkan rencana pengembangan produk unggulan daerah Kabupaten Sambas, masih tersedia pengembangan komoditas jeruk seluas 7.844 ha dan masih memungkinkan untuk diperluas, karena ketersediaan area pertanian lahan kering di Kalbar mencapai seluas 200.000 ha. Lahan produksi hortikultura terutama digunakan untuk buah-buahan dan sayuran. Untuk tanaman buah-buahan yang dominan diminati petani adalah jeruk siam. (Hasil Wawancara Dengan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sambas).

(12)

Varietas jeruk yang banyak di kembangkan petani di Kabupaten Sambas adalah Jeruk Siem Pontianak(Citrus reticula Blanco). Varietas jeruk ini mempunyai ciri-ciri; bulat, rasa buah manis sedikit asam, warna kulit hijau kekuningan, warna daging buah kuning, pertumbuhan tanaman rimbun dan pada usia optimal (+ 15 tahun) mencapai tinggi 4,5 meter dan mampu berproduksi mencapai 40 kg/pohon/tahun.

Jeruk Siem Pontianak mempunyai kelebihan dan kelemahan. Keunggulan yang ada pada jeruk ini adalah: rasa buah manis yang sedikit asam dan kulit lebih tebal daripada jeruk siem yang lain. Produktivitas yang tinggi dengan rata-rata 12 ton/ha serta dapat tumbuh di dataran rendah, sesuai dengan topografi Kabupaten Sambas.

Adapun kelemahan jeruk ini antara lain kulit buah yang tipis yang mengakibatkan perlunya kehati-hatian dalam pengangkutan, penyimpanan dan pengepakan.Luas pertanaman jeruk Siam Pontianak di Kabupaten Sambas saat ini telah mencapai 6.928,07 Ha. Areal pertanaman yang sudah berproduksi mencapai 3.389,39 Ha dengan produksi mencapai 13.595,17 ton. Pada tanaman yang telah berumur antara 3-4 tahun, rata-rata produktivitas tanaman berkisar 10-15 kg/pohon sedang pada tanaman yang telah berumur optimal produktivitasnya dapat mencapai 26-32 kg/pohon.Areal kebun pertanaman jeruk di Kabupaten Sambas sebagian besar berupa hamparan. Sebelum ini, pola penyebaran pertanaman jeruk terpencar. Namun demikian, adanya program rehabilitasi telah mengubah pola pertanaman menjadi lebih terkonsolidasi dalam satu kawasan.

Sebagian besar dari kebun yang ada saat ini merupakan kebun jeruk rakyat yang dimiliki oleh petani ataupun kelompok tani. Sebagian kecil diantaranya termasuk kebun yang dimiliki oleh perusahaan swasta.Perusahaan swasta yang telah mengembangkan kebun jeruk di Kabupaten Sambas diantaranya adalah PT. Mitra Jeruk Lestari (MJL) dan PT. Mitra Rimba Kalimantan Agro (MRKA atau SMA). Kedua perusahaan tersebut berlokasi di Kecamatan Tebas. Sampai akhir tahun 2003, luas pengembangan areal kebun jeruk oleh PT. MJL telah mencapai 827 Ha dari 1.100 Ha yang akan direncanakan. 100 Ha diantaranya telah berproduksi. Sedangkan PT MRKA saat ini direncanakan akan mengembangkan jeruk seluas 200 Ha meskipun yang baru tertanami sekitar 50 Ha.

(13)

Keberadaan kelompok tani jeruk yang ada saat ini juga sudah cukup eksis. Ada sekitar 135 kelompok tani secara aktif terlibat dalam kegiatan agribisnis jeruk di Kabupaten Sambas. Jumlah kelompok tani tersebut melibatkan tidak kurang dari 4.842 orang petani. Sebagian besar petani yang ada telah mengikuti pelatihan teknis usaha tani jeruk siam baik yang diselenggarakan oleh pusat, provinsi maupun pemerintah kabupaten.

Untuk mendukung pengembangan agribisnis jeruk Siam Pontianak, pihak Dinas Pertanian Kabupaten Sambas juga telah aktif untuk turut mensosialisasikan pentingnya penggunaan benih jeruk bebas penyakit yang dihasilkan dari pola perbanyakan di Blok Fondasi (BF) dan Blok Penggandaan Mata Tempel (BPMT). Bekerjasama dengan Balai Benih Hortikultura (BBH) Anjungan milik Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat, terus diupayakan agar setiap tahunnya dapat dihasilkan benih jeruk sebanyak minimal 40.000 batang. Volume ini akan terus ditingkatkan seiring dengan berkembangnya industri penangkaran benih setempat dan meningkatnya kebutuhan benih oleh masyarakat.

Saat ini di Kabupaten Sambas juga telah terdapat 2 buah koperasi yang secara langsung terlibat dalam kegiatan pengembangan tanaman jeruk yaitu Koperasi Mitra Sejati dan Koperasi Terigas. Keduanya berlokasi di Kecamatan Tebas, Kabupaten Sambas. Dari kedua koperasi tersebut telah terhimpun sekitar 101 orang yang terlibat dalam kegiatan penangkaran bibit jeruk okulasi dan bibit hortikultura lainnya.

Secara umum, profil usaha tani jeruk Siam Pontianak di Kabupaten Sambas adalah sebagaimana tabel berikut:

Profil Usaha Tani Jeruk Kabupaten Sambas

No. Uraian Isian

1 2 3

ON FARM

1. Bibit Lokal (entris siem lokal) 2. Budidaya Semi intensif

3. Pemupukan per Ha per tahun (untuk 400 pohon) æ Mono Urea : 600 kg SP 36 : 400 kg KCl : 400 kg æ Majemuk. NPK : 400 kg NPK plus : 200 kg 4. Pengendalian OPT Dilakukan untuk mencegah OPT dengan

(14)

Insektisida 3-4 lt/Ha dan Fungisida 2-3 kg/Ha 5. Pengairan Menggunakan sumber sumur dan dilakukan

dengan penyiraman

6. Pemeliharaan Dilakukan sanitasi kebun dan pemangkasan serta perlakuan pembungaan

7. Panen Cara panen dilakukan dengan dipetik, waktu panen dilakukan sepanjang hari sejak umur 7-8 bulan setelah pembungaan .

Panen dilakukan dalam bentuk buah segar. OFF FARM

1. Pasca panen dan pengolahan

Dilakukan tindakan meliputi:

æ sortasi (berdasarkan kelasa buah dan tingkat pemasakan)

æ grading (untuk menentukan buah kelas A, B, C, D dan E)

æ packaging (dengan menggunakan peti kayu berukuran 25 - 50 kg buah)

æ Penyimpanan (dalam gudang berAC) 2. Pemasaran æ Bentuk produk æ Tujuan pasar æ Jarak pasar æ Pelaku pasar æ Rantai pemasaran

o berupa buah segar

o pasar lokal (30%); pasar luar kab (70%) o Antar kec. berkisar 25-75 km

o Konsumen di pertokoan o 1. petani - konsumen

2. petani - Pengumpul (TPK) - agen pengumpul - pengecer -konsumen

3. Harga a. Kualitas A-B Rp. 7.000 -10.000/kg b. Kualitas C Rp. 4.000 -7.000 / kg c. Kualitas D Rp. 2.500 -4.000 / kg

4. Cara pemasaran Dilakukan oleh petani sendiri menjual secara langsung ke pengumpul

5. Analisa Kelayakan Usaha Tani per Hektar æ Skala usaha æ Biaya produksi æ Nilai produksi æ Keuntungan o 1 Ha o Rp. 35.875.000 (s/d tahun ke-4) o Rp. 52.000.000 (s/d tahun ke-4) o Rp. 16.125.000

Usaha Tani Jeruk Di Kabupaten Sambas (Lampiran 1)

Pemerintah Kabupaten Sambas telah menunjukkan komitmennya dalam kemudahan bagi para investor untuk mendapatkan lahan, perijinan usaha dan kebutuhan investor lainnya sesuai peraturan yang ada. Selain itu, upaya pengembangan jaringan sarana dan prasarana penunjang agribisnis jeruk di lokasi-lokasi sentra akan terus dimekarkan volume dan kapasitasnya sesuai kebutuhan dan kemampuan pemda. Selain itu Pemerintah Kabupaten Sambas secara resmi mengundang ahli sistem pengairan dari Kantor Balai Rawa

(15)

Banjarmasin dari Kalimantan Selatan, guna memberikan solusi terhadap pembangunan jeruk Kabupaten Sambas. Studi sistem tata air petak pada tanaman jeruk merupakan sebuah solusi yang mereka ciptakan guna menangani permasalahan yang dihadapi pada pembangunan jeruk.

Hal ini terkait upaya penanganan penyelematan tanaman jeruk terutama pada musim kemarau. Karena mayoritas sistem pengairan kebun di Kabupaten Sambas masih menggunakan sistem tadah hujan atau pengairan permukaan.Kondisi topografi kabupaten sambas umumnya relatif datar dengan kemiringan 0 sampai 3 persen, dan elevansi rendah atau dekat dengan laut dimana sistem pengairannya masih tergantung pasang surut. Oleh karena itu, potensi besar dimiliki bumi terigas ini yakni sungai sambas besar dan beberapa sungai lainnya seperti sungai sebangkau semparuk. Daerah ini juga memiliki potensi pertanian yang baik karena faktor pendukungnya memunkinkan diantaranya jaringan pengairan sudah banyak yang terbangun, luas lahan, dan partisipasi masyarakat tinggi. Hanya saja permasalahan yang dihadapi petani terang ahli dibidang pengairan ini adalah musim kemarau, karena mayoritas masih mengandalkan air hujan.

Salah satu partisipasi masyarakat yang tinggi ditunjukan dari usaha masyarakat mengatasi permasalah kemarau, membuat sumur-sumur bor dan embung-embung. Hanya hasil yang didapat belum dapat meminimalisir permasalahan. Dari hasil pantauan penulis dilapangan, musim hujan grade jeruk yang dihasilkan adalah AB, sedangkan masuk musim kemarau berubah menjadi grade c dan kuantitas produksi pun semakin berkurang. Hal ini jelas bahwa air sangat penting bagi kuantitas dan kualitas hasil pertanian, tidak terkecuali jeruk.

Selain mengadakan kerja-sama dengan pihak peneliti, Pemerintah Daerah Kabupaten Sambas juga dengan semangat dan saling bahu membahu antara pemerintah pusat, pemprov, pemkot dan pemkab dengan sendirinya kemakmuran akan segera terwujud seperti saat ini. Hal ini terbukti dengan Pemerintah Pusat memberi bantuan berupa satu paket alat senilai tujuh milyar, dan dari Pemerintah Provinsi berupa gedung dan Pemkab menyediakan lahannya agar dapat bertumbuh kembang. Buah Jeruk yang telah diproduksi dalam bentuk kemasan dengan sendirinya akan menaikkan harga jual jeruk dan masyarakat akan lebih mengenal jeruk lokal yang tidak kalah dengan jeruk impor dan juga mengenalkan jeruk tebas yang lebih dikenal dengan nama jeruk pontianak.

(16)

Namun seiring waktu masalah besar yang tengah dihadapi petani Jeruk Sambas adalah soal hama. Saat ini 65 persen dari sekitar 80 ribu ha lahan pertanian Jeruk Sambas mengalami kehancuran oleh hama. Ini sangat mempengaruhi meningkatnya angka kemiskinan dan pengangguran maupun turunnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Sambas. Padahal turunnya tingkat kemiskinan dan meningkatnya IPM menjadi prioritas pembangunan nasional.Pemerintah Pusat, Daerah, dan masyarakat khususnya petani jeruk harus segera merumuskan bersama yaitu :

1. Dengan melakukan rehabilitasi yang terencana dengan baik.Rehabilitasi termasuk bagaimana mengatasi hama, melakukan pembibitan dan penanaman kembali, maupun diversifikasi tanamanan lain bagi yang tanahnya tidak mungkin ditanami jeruk dalam waktu singkat.

2. Dengan membatasi impor jeruk sehingga harga jeruk lokal dapat terjamin dan produksi meningkat..

Selain masalah-masalah di atas, infrastruktur dan transportasi jugamempengaruhi kualitas buah maupun harga. Kondisi infrastruktur yang jelek dan jarak yang cukup jauh, dengan transportasi seadanya, dapat memperjelek kualitas buah dan meningkatkan biaya angkut. Pada akhirnya harga jual pun menjadi lebih mahal.Sampai saat ini para petani merasa dibiarkan merangkak sendiri untuk mengatasi berbagai kendala di atas.

Kebijakan Dan Upaya Yang Diambil Pemerintah Daerah Dalam Memberikan Perlindungan Bagi Petani Jeruk Di Kabupaten Sambas.

1. Dukungan Sarana dan prasarana

Beberapa dukungan investasi yang berupa ketersediaan sarana dan prasarana telah terbangun di beberapa titik lokasi sentra pengembangan agribisnis Jeruk Siam Pontianak di Kabupaten Sambas. Meskipun beberapa diantaranya masih sederhana, namun demikian kapasitasnya kedepan akan terus ditingkatkan. Beberapa dukungan tersebut diantaranya:

ƒ Sistem Irigasi

Irigasi yang ada dilokasi pengembangan jeruk di Kabupaten Sambas umumnya masih irigasi sederhana dengan sumber air yang berasal dari air sungai atau air pasang surut. Sebagian kecil lainnya mengandalkan air hujan.

(17)

Meski demikian, letak permukaan air yang relatif tidak terlalu dalam memungkinkan adanya penggunaan teknologi pomponisasi.

ƒ Jalan Usaha Tani

Beberapa titik lokasi di sentra pengembangan jeruk di Kabupetan Sambas telah dibangunkan jalan usaha tani. Salah satu diantaranya terdapat di Desa harapan kecamatan Pemangkat. Meskipun fisik jalan usaha tani yang ada masih sederhana, namun dengan swadaya masyarakat kemampuan dan kapasitasnya terus meningkat.

ƒ Pasar

Jumlah pasar di Kabupaten Sambas saat ini mencapai 26 buah yang berada di 9 Kecamatan. Meski belum berfungsi penuh sebagai pasar khusus buah, tetapi dengan meningkatnya kegiatan ekonomi masyarakat yang tertumpu pada hasil buah (jeruk), diharapkan kedepan salah satu diantaranya dapat berfungsi sebagai pasar khusus buah.

ƒ Industri Olahan

Industri pengolahan jeruk di Kabupaten Sambas baru beroperasi. PT. Mitra Jeruk Lestari merupakan salah satu swasta yang mengembangkan industri tersebut dalam skala menengah. Selain itu, juga terdapat beberapa industri minuman berbahan baku jeruk yang berskala rumah tangga.

ƒ Mekanisasi Pertanian

Unit pengelola jasa alat dan mesin (UPJA) pertanian di Kabupaten Sambas telah tersedia. Beberapa diantaranya telah memfasilitasi tersedianya peralatan pertanian seperti traktor roda dua dan mesin pompa.

ƒ Sarana Komunikasi

Akses komunikasi dapat dikatakan telah menyentuh hampir seluruh wilayah di Kabupaten Sambas. Beberapa sarana komunikasi seperti Radio SSB telah tersedia di setiap kantor kecamatan, telepon kabel (hampir selua kecamatan kecuali Sejangkung, Paloh, Galing, Sajingan Besar dan Subah), Handphone (saat ini hanya tersedia di Kecamatan Pemangkat, Sambas dan Tebas), Telegram dan Fax serta internet yang baru di ibukota Kabupaten dan beberapa kecamatan dekat kota.

(18)

Institusi permodalan telah tersedia dan siap mendukung pengembangan agribisnis jeruk di Kabupaten Sambas. Beberapa institusi tersebut antara lain: BNI, BRI, Bank Kalbar, KUD dan Pegadaian.

ƒ Pelabuhan

Beberapa pelabuhan kecil terdapat di sekitar Kabupaten Sambas, diantaranya:

1. Pelabuhan Sentele, 13 km ke daerah sentra 2. Pelabuhan Pemangkat, 22 km ke daerah sentra 3. Pelabuhan Paloh, 60 km ke daerah sentra

ƒ Terminal

Terminal yang diharapkan akan mendukung pengembangan agribisnis jeruk di Kabupaten Sambas, antara lain:

1. Terminal Sambas, 18 km ke daerah sentra 2. Terminal Selakau, 30 km ke daerah sentra 3. Terminal Tebas

4. Terminal Kartiasa, 22 km ke daerah sentra 5. Terminal Tanjung Katat, 40 km ke daerah sentra 6. Terminal Teluk Kalung, 41 km ke daerah sentra 7. Terminal Jawai, 20 km ke daerah sentra

8. Terminal Sekura, 42 km ke daerah sentra 9. Terminal Semparuk, 6 km ke daerah sentra

2. Insentif Yang Disediakan

Pemerintah Kabupaten Sambas sangat serius melihat potensi agribisnis jeruk dalam membangun perekonomian daerah. Hal ini terlihat dari diterbitkannya Keputusan Bupati Sambas Nomor 163 A Tahun 2001 tanggal 20 Juli 2001 tentang penetapan Jeruk sebagai komoditas unggulan daerah Kabupaten Sambas. Sebagai konsekwesi dari perda tersebut, seluruh komponen pemerintah daerah akan dikerahkan secara optimal dalam mendukung suksesnya pengembangan agribisnis jeruk di Kabupaten Sambas. Dukungan tersebut baik berupa kebijakan maupun penyediaan sarana fisik yang mendukung berkembangnya investasi dan ekonomi dari aktivitas agribisnis jeruk siam Pontianak.

(19)

Pemerintah Kabupaten Sambas telah menunjukkan komitmennya dalam kemudahan bagi para investor untuk mendapatkan lahan, perijinan usaha dan kebutuhan investor lainnya sesuai peraturan yang ada. Selain itu, upaya pengembangan jaringan sarana dan prasarana penunjang agribisnis jeruk di lokasi-lokasi sentra akan terus dimekarkan volume dan kapasitasnya sesuai kebutuhan dan kemampuan pemda.

3. Kendala dan Upaya Pemecahan Ke depan a. Kendala yang ditemukan

ƒ Budidaya

1) Sebagian besar di Kabupaten Sambas masih belum menerapkan anjuran dan norma budidaya jeruk yang baik dan sehat khususnya yang merupakan kebun jeruk rakyat.

2) Tindakan-tindakan budidaya yang dianjurkan seperti penggunaan benih unggul, bebas penyakit, teknologi pemangkasan dan penjarangan buah, teknologi pengendalian OPT, pembungaan, pengairan maupun pemupukan masih belum dilaksanakan secara optimal.

ƒ Permodalan

Sampai saat ini, kontribusi lembaga-lembaga keuangan masih belum dirasakan secara maksimal dalam pengembangan agribisnis jeruk di Kabupaten Sambas.

ƒ Kelembagaan

Sampai saat ini, eksistensi lembaga petani jeruk masih belum optimal kiprahnya dalam pengembangan agribisnis jeruk di Sambas khususnya, dan di Kalimantan Barat pada umumnya. Untuk itu usaha penguatan organisasi/kelembagaan petani jeruk dalam mewujudkan sosok asosiasi/paguyuban petani jeruk yang kokoh yang mempunyai bargaining position masih perlu dikembangkan.

b. Upaya pemecahan yang diharapkan

1) Perlu dukungan pemerintah pusat dan daerah (propinsi-kabupaten) untuk membantu petani dalam pengembangan tanaman jeruk siem di Kabupaten Sambas khususnya mengenai pengadaan bibit bermutu (okulasi) dan pupuk.

(20)

2) Adanya penetapan peraturan pemerintah dalam hal standar harga buah jeruk serta jaminan pemasarannya.

Pemerintah Kabupaten Sambas sangat berkepentingan terhadap berkembangnya agribisnis jeruk di wilayahnya. Beberapa tahun yang lalu, komoditas jeruk telah secara nyata mengangkat perekonomian masyarakat Sambas dan sekitarnya. Oleh karena itu, kejayaan jeruk waktu itu diharapkan dapat muncul kembali. Pemerintah Kabupaten Sambas berharap dari komoditas jeruk, pendapatan asli daerah (PAD) kabupaten ini dapat dipacu dan ditingkatkan lagi.

Usaha tani jeruk Siam Pontianak di Kabupaten Sambas secara ekonomi sangat menjanjikan. Pada Lampiran 1 terlihat bahwa keuntungan investasi jeruk di Kabupaten Sambas mulai dapat dicapai pada tahun ke-4. Pada tahun tersebut penghasilan bersih dari investasi jeruk seluas 1 Ha mencapai Rp 18 juta lebih dengan B/C ratio sekitar 0,45. Selain itu, pada tanaman yang telah berusia 6 tahun ke atas keuntungan ekonomi yang bisa diperoleh jauh lebih besar. Pada usia optimal tersebut, penghasilan bersih mencapai Rp. 26 juta lebih dengan B/C ratio 2,00.

Penutup

Menutup uraian tesis ini dikemukakan kesimpulan dan saran sebagai berikut:

A. Kesimpulan

1. Terkait dengan peran pemerintah daerah Kabupaten Sambas dalam melindungi petani jeruk Kabupaten Sambas, bahwa Pemerintah Kabupaten Sambas beserta seluruh komponen masyarakat sepakat untuk menyusun RPJP Daerah Kabupaten Sambas Tahun 2005-2025, yang mana dalam RPJP Daerah Kabupaten Sambas disusun untuk menyediakan sebuah dokumen perencanaan komprehensif dua puluh tahunan, yang akan digunakan sebagai acuan dalam penyusunan visi, misi dan program calon Bupati dan Wakil Bupati untuk setiap jangka waktu lima tahunan. Selanjutnya, visi, misi dan program Bupati dan Wakil Bupati terpilih pada setiap periode akan dijabarkan dalam bentuk Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJM Daerah). Dengan demikian RPJP Daerah ini juga merupakan

(21)

pedoman resmi bagi seluruh jajaran Pemerintahan Daerah dalam menentukan prioritas program dan kegiatan yang akan dituangkan dalam RPJM Daerah.

2. Pemerintah Kabupaten Sambas dalam rangka mengembalikan kejayaan jeruk siam melakukan program pengembangan kawasan agribisnis jeruk sambas dengan didukung keputusan Bupati Sambas No. 163 A Tahun 2001 tanggal 20 Juli 2001 tentang penetapan jeruk sebagai Komoditas Unggulan Daerah Kabupaten Sambas. Sambas kembali mengembangkan potensi tanaman jeruk. Luas potensi areal pengembangan Kawasan Sentra Produksi (KSP) jeruk saat ini antara 10.000 ± 20.0000 ha, terdapat di Kabupaten Sambas. Lokasinya terletak dalam satu hamparan dataran rendah yang luas pada beberapa Desa di Kecamatan Pemangkat, Tebas, Sambas, dan Teluk Keramat. Berdasarkan rencana pengembangan produk unggulan daerah Kabupaten Sambas, masih tersedia pengembangan komoditas jeruk seluas 7.844 ha dan masih memungkinkan untuk diperluas, karena ketersediaan area pertanian lahan kering di Kalbar mencapai seluas 200.000 ha.

3. Kebijakan dan upaya yang diambil pemerintah daerah dalam memberikan perlindungan bagi petani jeruk di kabupaten sambas adalah dengan menyediakan dukungan sarana dan prasarana yaitu, penyediaan sistem irigasi, pembangunan jalan usaha tani, penyedian pasar, dan penyedian alat-alat pertanian.

B. Saran

3) Perlu dukungan pemerintah pusat dan daerah (propinsi-kabupaten) untuk membantu petani dalam pengembangan tanaman jeruk siem di Kabupaten Sambas khususnya mengenai pengadaan bibit bermutu (okulasi) dan pupuk. 4) Seharusnya Pemerintah Kabupaten Sambas bersama instansi terkait untuk

mendorong adanya penetapan peraturan pemerintah dalam hal standar harga buah jeruk serta jaminan pemasarannya.

5) Pemerintah Kabupaten Sambas mendorong kerja-sama lembaga-lembaga keuangan untuk secara maksimal dalam pengembangan agribisnis jeruk di Kabupaten Sambas.

(22)

Daftar Pustaka

Alexander Seran, 1999, Moral Politik Hukum, Obor, Jakarta.

BadanPerencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sambas, 2012, Rencana Pembangunan Jangkamenengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Sambas Tahun 2012-2016, Sambas.

Darji Darmodiharjo dan Shidarta, Tanpa Tahun, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, Apa dan Bagaimana Filsafat Hukum Indonesia, Jakarta.

Eddy Wibowo, et.al., 2004, Hukum dan Kebijakan Publik, Penertbit YPAPI, Yogyakarta.

Gunarto, Suhardi, 2002, Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi, Universitas Atmajaya, Cetakan Pertama, Yogyakarta.

Hari C. Hand, 1994, Modern Jurisprudence, International Law Book Service, Kuala Lumpur.

Hartono, Sunaryati, 1988, Hukum Ekonomi Pembangunan Indonesia, Bina Cipta, Bandung.

Irfan Islamy, M., 1997, Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara, Bumi Aksara, Jakarta.

Istislam, 2000, Kebijakan dan Hukum Lingkungan Sebagai Instrumen Pembangunan Berwawasan Lingkungan dan Berkelanjutan, Arena Hukum, Nomor 10 Tahun Keempat, Maret 2000, Jakarta.

Lapera, Team Work, 2001, Politik Pemberdayaan, Jalan Menuju Otonomi Desa, Yogyakarta, Lapera Pustaka Utama.

Muchsindan Imam Koeswahyono, 2008, AspekKebijaksanaanHukumPenatagunaan Tanah danPenataanRuang, SinarGrafika, Jakarta.

Mulya Lubis, T., dan Richard M. Buxbaum, tanpa tahun, Peranan Hukum Dalam Perekonomian Di Negara Berkembang, Jakarta.

PemerintahKabupaten Sambas danBadanPusatStatistikKabupaten Sambas, Kabupaten Sambas DalamAngkaTahun 2011, Sambas.

Philipus M. Hadjon, 1987, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia, PT. Bina Ilmu, Surabaya.

(23)

Ronny Hanitijo Soemitro, 2001, Perspektif Sosial Dalam Pemahaman Masalah-Masalah Hukum, CV. Agung, Semarang.

Soekanto, Soerjono, tanpa tahun, Presfektis Teoritis studi Hukum Dalam Masyarakat,

Erlangga, Jakarta.

Sulasi Rongiyati, Max Weber Tentang Aktifitas Ekonomi Dalam pembentukan Hukum,

dimuat dalam Buku Beberapa Pendekatan Ekonomi Dalam Hukum, Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta

Veeger, K.J., 1993, Realitas Sosial (Refleksi Filsafat Sosial Atas Hubungan Individu Masyarakat Dalam Cakrawala Sejarah Sosiologi), Jakarta, Gramedia Pustaka Utama.

Wahab, Solichin Abdul, 1997, Analisis Kebijakan, PT. Bumi Aksara, Jakarta.

Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini berupa analisis mengenai proses suksesi yang telah dilakukan dan yang belum dilakukan oleh Kembar Fotocopy dan Digital Printing. Kata Kunci :

Terkait dengan hal itu, supervisi akademik yang dilaksanakan oleh seorang kepala sekolah dan partisipasi seorang guru dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) akan

Hasil dari penelitian Pengembangan Media Kalkulator Ajaib Materi Perkalian Pada Siswa Kelas III MI Al-Azhaar Bandung Tulungagung memenuhi kriteria valid dengan hasil uji ahli

Paprika adalah salah satu bahan alami yang bagus untuk facial wajah Anda, dengan membuat masker dari olahan paprika Anda bisa memutihkan wajah Anda, dimana masker paprika

Strategi yang digunakan dalam pelaksanaan Penguatan Pendidikan Karakter di SDIT Mutiara Hati Purwareja Klampok Kabupaten Banjarnegara adalah dengan menggunakan

Sekolah Dasar Negeri 16 Kayuagung pengolahan datanya masih bersifat manual contohnya daftar siswa maupun guru masih ditulis pada sebuah buku, sehingga jika mencari

struktur α-heliks terbentuk karena gugus C=O pada asam amino ke-n berikatan dengan gugus N-H pada asam amino ke-(n+3). Beberapa bagian struktur sekunder dapat mengalami

Laju Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Botia ( Chromobotia macracanthus ) Dengan Pemberian Pakan Cacing Sutera ( Tubifek sp ) Yang Di Kultur Dengan