• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ekstraksi dan karakterisasi minyak dari kulit ikan patin (Pangasius hypophthalmus)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Ekstraksi dan karakterisasi minyak dari kulit ikan patin (Pangasius hypophthalmus)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

250

Ekstraksi dan karakterisasi minyak dari kulit ikan patin (

Pangasius

hypophthalmus

)

Extraction and characterization of fish oil from catfish (Pangasius

hypopthalmus) skin

Nurjanah, Sugeng Heri Suseno, Titot Bagus Arifianto*

Department of Aquatic Product Technology, Faculty of Fisheries and Marine Science, Bogor Agricultural University, Bogor, Indonesia. Jl. Agatis Lingkar Kampus, Darmaga IPB Bogor, *Email: titotbagus@gmail.com

Abstract. Catfish is playing an important role in aquaculture production; it is one of the primary commodities of inlandfisheries industry. Catfish meat has a yield of 49% and resulted in 51% of waste products. Thus catfish waste product has potency as source of fish oil which riches of omega-3. The Purpose of this study was to evaluate the suitable extaction method to obtain the high quality of fish oil from catfish skin. Based on the oxidative quality analysis data obtained extraction temperature of 60°C gives the best quality of fish oil with parameters such as peroxide value, free fatty acid, p-anisidine value, acid value and total oxidation of 38 meq/kg, 0.45%, 107,5 meq/kg, 895 mg KOH/kg and 187.5, respectively. The best yield was 18.75% which was obtained at extraction temperature of 75 °C. It was concluded that best extraction at 60°C, for 30 minutes, with solvent and sample ratio 1:1.

Keywords: catfish; characterization; extraction; fatty acids; lipid

Abstrak. Ikan patin merupakan komoditas penting perikanan budidaya dan termasuk dalam komoditas utama industri perikanan. Ikan patin memiliki rendemen daging sebesar 49%, dan menyisakan 51% limbah yang terdiri dari kepala, kulit, jeroan dan tulang. Limbah pengolahan ikan patin sangat potensial untuk dijadikan sumber minyak ikan yang kaya PUFA. Tujuan penelitian ini adalah menentukan metode ekstraksi terbaik yang menghasilkan kualitas minyak ikan yang memiliki kualitas oksidasi terbaik. Berdasarkan uji kualitas oksidatif, hasil penelitian menunjukkan ekstraksi pada suhu 60°C memberikan karakteristik kualitas minyak terbaik, dengan nilai peroksida terkecil sebesar 38 meq/kg, persentase asam lemak bebas terkecil 0,45%, nilai p-anisidine terendah sebesar 107,5 meq/kg, nilai bilangan asam terkecil sebesar 895 mg KOH/kg, nilai total oksidasi terendah sebesar 187,5 meq/kg. Persentase rendemen terbesar sebesar 18,75% diperoleh dengan suhu ekstraksi 75°C. Metode ekstraksi terbaik minyak ikan dari kulit patin dihasilkan pada suhu ekstraksi 60°C, dengan lama waktu ekstraksi 30 menit, dan perbandingan pelarut dengan bahan 1:1.

Kata kunci: asam lemak; ekstraksi; ikan patin; karakterisasi; lemak

Pendahuluan

Ekstraksi minyak ikan pada skala industri umumnya melibatkan pemasakan dan pengepresan bahan baku, sedangkan ekstraksi skala laboratorium umumnya dilakukan dengan bantuan pelarut menggunakan prinsip interaksi antara bahan dan pelarut tertentu. Christie (2003) menyatakan lipid memiliki gugus fungsi yang berpolaritas rendah seperti triasilgliserol (TAG) dan kolesterol yang larut dalam pelarut hidrokarbon dan tidak larut dalam pelarut polar.

Ekstraksi minyak dari hasil sampingan pengolahan ikan sangat potensial dan sudah cukup banyak dilakukan diantaranya Chantachum etal. (2000) melakukan penelitian produksi minyak ikan dari limbah industri tuna, sementara Aidos etal. (2002) menggunakan limbah ikan herring, dan produksi minyak ikan dari by product

limbah ikan salmon sudah diteliti oleh Wu dan Bechtel (2008). Lebih lanjut Zuta et al. (2003) berhasil melakukan ekstraksi minyak ikan dari limbah kulit ikan mackarel (Scombridae sp.) dengan rendemen hingga 38%. Penelitian ekstraksi minyak ikan selain mencari sumber PUFA yang baik dan beragam, juga mencari teknik ekstraksi minyak ikan yang potensial dari bahan limbah ikan.

Kualitas minyak ikan menjadi perhatian dalam proses produksi minyak ikan. Stabilitas minyak merupakan salah satu penentu mutu dari minyak, semakin baik mutu minyak ikan, maka harga minyak ikan tersebut menjadi semakin tinggi. Menurut Irianto (1992) stabilitas minyak sangat dipengaruhi oleh jenis minyak yang dimurnikan, perlakuan yang diterapkan dalam pemurnian, suhu penyimpanan, penambahan antioksidan dan tipe pengemas. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menentukan metode ekstraksi terbaik untuk menghasilkan minyak ikan dari kulit ikan patin (Pangasius hypopthalmus).

(2)

251

Bahan dan Metode

Waktu dan tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juli 2013 di Laboratorium Bahan Baku Perairan, Laboratorium Biokimia Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Rancangan penelitian

Penelitian ini bersifat eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap Faktorial (RALF). Perlakuan yang diuji adalah perbandingan pelarut dan bahan dengan 2 taraf (2:1 dan 1:1), suhu ekstraksi dengan 6 taraf (50, 60, 70, 75, 85, 95 °C) dan lama waktu ekstraksi dengan 3 taraf (10, 20, dan 30 menit) terhadap ekstraksi minyak dari kulit ikan patin.

Prosedur penelitian Preparasi sampel

Bahan kulit ikan patin diperoleh dari sisa produksi fillet ikan patin Laboratorium Bahan Baku Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Kulit ikan patin kemudian dicuci dengan air bersih lalu dibersihkan untuk memisahkan sisa daging dari kulit ikan patin.

Analisis bilangan peroksida/Peroxide Value (PV) (AOAC, 2005)

Metode penentuan bilangan peroksida menggunakan prinsip titrasi iodin yang dilepaskan dari senyawa potassium iodide oleh peroksida dengan menggunakan standar larutan thiosulfat sebagai titran dan larutan pati sebagai indikator. Metode ini mendeteksi semua zat yang mengoksidasi potassium iodide dalam kondisi asam.

Sebanyak 5 g sampel dimasukkan dalam labu erlenmeyer ukuran 250 ml, kemudian ditambahkan 30 ml larutan asam asetat dan kloroform dengan perbandingan 3:2, kemudian ditambahkan 0,5 ml larutan potassium iodide (KI), larutan kemudian dikocok dengan hati-hati agar tercampur, kemudian ditambahkan 30 ml aquades. Selanjutnya dilakukan titrasi larutan dengan 0,01 N sodium thisulfate (Na2S2O3) hingga larutan berubah warna

menjadi kuning, setelah itu ditambahkan 0,5 ml larutan indikator kanji 1% yang akan merubah warna larutan menjadi biru, titrasi kemudian dilanjutkan bersamaan dengan terus mengocok larutan hingga berubah warna menjadi biru muda yang menandakan pelepasan iodine dari lapisan kloroform, lanjutkan titrasi dengan hati-hati hingga warna biru pada larutan hilang. Perhitungan nilai peroksida dilakukan dengan persamaan berikut:

Dimana, S =Jumlah sodium thiosulfate (ml), M= konsentrasi sodium thiosulfate (0,01)

Penentuan nilai anisidin/Anisidine Value (AV) (Watson, 1994)

Pertama dibuat larutan uji 1 dengan cara melarutkan 0,5 g sampel kedalam 25 ml trimethylpentane. Kemudian dibuat larutan uji 2 dengan cara menambahkan 1 ml larutan p-anisidine (2,5 g/l) kedalam 5 ml larutan uji 1, kemudian dikocok dan dihindarkan dari cahaya. Kemudian dibuat larutan referensi dengan cara menambahkan 1 ml larutan p-anisidine (2,5 g/l) kedalam 5 ml larutan trimethylpentane, kemudian dikocok dan dihindarkan dari cahaya. Kemudian larutan diukur nilai absorbansi, larutan uji 1 pada 350 nm dengan menggunakan trimethylpentane sebagai larutan kompensasi. Larutan uji 2 pada 350 nm tepat 10 menit setelah larutan disiapkan, dengan menggunakan larutan referensi sebagai kompensasi. Nilai anisidine ditetapkan dengan persamaan berikut:

dimana, A1=absorbansi larutan uji 1, A2= absorbansi larutan uji 2, M= massa sampel yang digunakan pada larutan uji 1

Analisis asam lemak bebas/ Free Fatty Acid (FFA) (AOAC, 1995)

Asam lemak bebas sangat berkaitan dengan flavour dan tekstur yang kurang menarik pada minyak. pada industri pengolahan minyak nilai FFA sangat berkaitan dengan jumlah alkali yang akan digunakan pada proses pemurnian (Sathivel et al., 2003). Sebanyak 10 gram minyak ditambahkan 25 ml alkohol 95% netral (erlenmeyer 200ml), panaskan di dalam penangas air selama 10 menit, kemudian campuran tersebut ditetesi indikator PP sebanyak 2 tetes. Setelah itu campuran tersebut dikocok dan dititrasi dengan KOH 0.1 N hingga timbul warna pink yang tidak hilang dalam 10 detik. Persentase FFA dihitung berdasarkan persamaan berikut:

(3)

252

dimana, A = Jumlah titrasi KOH (ml), N = Normalitas KOH,G = gram contoh,

M = Bobot molekul asam

lemak dominan

Penentuan bilangan asam/ acid value

Penentuan acid value dilakukan berdasarkan metode Wrolstad et al. (2005). penentuan derajat keasaman dilakukan dengan cara titrasi KOH terhadap sampel, yang menggunakan prinsip jumlah KOH yang diperlukan (mg) untuk menetralkan 1 g lemak. Berikut persamaan untuk mendapatkan nilai bilangan asam (mg KOH/ ml lipid):

dimana, A : konsentrasi KOH (mg/ml), B= jumlah KOH yang diperlukan untuk titrasi (ml)

Penentuan nilai total oksidasi (Perrin, 1996)

Penentuan nilai total oksidasi (TOTOX) dilakukan dengan metode Perrin (1996) dengan persamaan: Nilai Total Oksidasi = (2PV + AV), dimana,PV= Nilai bilangan peroksida, AV= Nilai P-anisidine

Analisis data

Analisis data dilakukan menggunakan ANOVA dua arah, dan jika terdapat perbedaan nyata maka akan dilakukan uji lanjut (Duncan)

Hasil dan Pembahasan

Hasil

Rendemen

Persentase rendemen minyak ikan dari kulit ikan patin didapatkan dengan membandingkan antara minyak ikan yang diperoleh dengan bobot awal kulit. Persentase hasil perhitungan rendemen minyak ikan dari kulit ikan patin disajikan pada Gambar 1. Nilai rendemen tertinggi didapatkan pada perlakuan suhu ekstraksi 75°C dengan lama ekstraksi 20 menit sebesar 18,75±0,23%, diikuti dengan ekstraksi pada suhu 50°C dengan lama ekstraksi 30 menit sebesar 15,55±0,33%, kemudian suhu 60°C dengan lama ekstraksi 30 menit sebesar 14,37±0,16%.

Hasil uji Anova menunjukkan perbedaan perbandingan suhu berpengaruh nyata terhadap persentase rendemen (p<0,05), sedangkan perbedaan perbandingan pelarut dan waktu ekstraksi tidak berpengaruh nyata terahadap persentase rendemen (P>0,05), Interaksi antar faktor perlakuan suhu dan waktu ekstraksi berpengaruh nyata terhadap persentase rendemen (p<0,05), sementara interaksi faktor yang lainnya tidak berpengaruh nyata terhadap persentase rendemen (P>0,05).

Nilai bilangan peroksida

Uji bilangan peroksida ditujukan untuk melihat berapa besar kandungan hidroperoksida pada minyak yang merupakan produk primer dari proses oksidasi (Aidos et al., 2001). Semakin besar kandungan hidroperoksida pada minyak maka menunjukkan semakin banyak kerusakan yang terjadi pada minyak tersebut dan kecenderungan untuk minyak menjadi tengik. Hidroperoksida adalah produk dari oksidasi pada minyak ikan yang terjadi ketika reaksi otooksidasi terminasi. Aidos et al. (2002) menyatakan nilai peroksida sangat tergantung pada suhu saat ekstraksi. Nilai bilangan peroksida dapat dilihat pada Gambar 2. Nilai peroksida terendah pada penelitian ini adalah sebesar 38 ± 4,5 meq/kg pada perlakuan suhu ekstraksi 60°C selama 20

menit. Hasil uji Anova menunjukkan perbedaan perbandingan suhu dan waktu berpengaruh nyata terhadap nilai peroksida (p<0,05), sedangkan perbedaan perbandingan pelarut tidak berpengaruh nyata terahadap nilai peroksida (P>0,05), Interaksi antar faktor perlakuan suhu dan waktu ekstraksi berpengaruh nyata terhadap nilai peroksida (p<0,05), sementara interaksi faktor yang lainnya tidak berpengaruh nyata terhadap persentase rendemen (P>0,05).

(4)

253 8.13hij 8.28ghij 12.01cde 9.85efgh 13.23bcd 15.55b 11.12def 11.53def 11.07defg 6.97ij 11.37def 14.37bc 11.84cde 8.59fghi 9.80efgh 14.34bc 11.75cde 10.84defgh 11.32def 18.75a 15.28b 8.72fghi 9.68efgh 10.69defgh 5.97jk 10.69defgh 4.92k 9.72efgh 10.24efgh 5.87jk 13.24bcd 9.33efghi 11.61de 10.37efgh 10.92defgh 9.79efgh 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 IA1 IA2 IA3 IIA1 IIA2 IIA3 IB1 IB2 IB3 IIB1 IIB2 IIB3 IC1 IC2 IC3 IIC1 IIC2 IIC3 ID1 ID2 ID3 IID1 IID2 IID3 IE1 IE2 IE3 IIE1 IIE2 IIE3 IF1 IF2 IF3 IIF1 IIF2 IIF3

Gambar 1. Persentase rendemen minyak ikan dari kulit ikan patin. keterangan: Sumbu Y perlakuan (I) perbandingan pelarut dan bahan 1:1, (II) 2:1, (A) suhu 50°C, (B) 60°C, (C) 70°C, (D) 75°C, (E) 85°C,

(F) 95°C, (1) 10 menit, (2) 20 menit, dan (3) 30 menit waktu ekstraksi. Sumbu X adalah nilai

persentase rendemen minyak dari kulit ikan patin (%), Huruf superscript berbeda yang mengikuti angka menandakan perbedaan nyata.

(5)

254 40.00e 60.00d 80.00c 60.00d 40.00e 46.67e 40.00e 42.00e 73.33cd 40.00e 38.00e 60.00d 80.00c 60.00d 80.00c 80.00c 60.00d 40.00e 60.00d 80.00c 80.00c 80.00c 60.00d 93.33bc 60.00d 82.00c 60.00d 83.33c 62.00d 80.00c 100.00b 80.00c 80.00c 80.00c 120.00a 100.00b 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 140.00 IA1 IA2 IA3 IIA1 IIA2 IIA3 IB1 IB2 IB3 IIB1 IIB2 IIB3 IC1 IC2 IC3 IIC1 IIC2 IIC3 ID1 ID2 ID3 IID1 IID2 IID3 IE1 IE2 IE3 IIE1 IIE2 IIE3 IF1 IF2 IF3 IIF1 IIF2 IIF3

Gambar 2. Nilai peroksida (meq/kg) minyak ikan dari kulit ikan patin

keterangan: Sumbu Y perlakuan (I) perbandingan pelarut dan bahan 1:1, (II) 2:1, (A) suhu 50°C, (B) 60°C,

(C) 70°C, (D) 75°C, (E) 85°C, (F) 95°C, (1) 10 menit, (2) 20 menit, dan (3) 30 menit waktu ekstraksi.

Sumbu X adalah nilai bilangan peroksida minyak dari kulit ikan patin (meq/Kg). Huruf superscript berbeda yang mengikuti angka menandakan perbedaan nyata

Nilai p-anisidine

Nilai anisidine adalah oksidasi sekunder yang dikarakterisasi oleh degradasi lemak yang diinisiasi oleh hidroperoksida, sehingga menghasilkan produk sampingan karbonil yang bersifat yang non-volatile (Aidos et al.

2003). Nilai p-anisidine dapat menentukan keberadaan aldehid dalam minyak, karena menurut O’Brien (2009) aldehid didalam minyak dan reagen p-anisidine bereaksi dalam kondisi asam dan ekspresi warna pada minyak sangat tergantung kepada jumlah aldehid dan strukturnya. Menurut Hamilton et al. (1988) minyak yang berkualitas bagus harus memiliki nilai anisidine dibawah 20 meq/kg. data hasil analisis nilai p-anisidine disajikan pada Gambar 3. Nilai p-anisidine terendah sebesar 107,5±17,5 meq/kg didapatkan pada perlakuan suhu ekstraksi 60°C dengan lama ekstraksi 10 menit. Hasil uji Anova menunjukkan perbedaan perbandingan suhu dan

(6)

255 335.00hij 472.50ef 375.00gh 395.00gh 497.50de 387.50gh 107.50p 234.00lmn 237.00klmn 137.50op 255.00klm 500.00de 767.50a 542.50d 357.50ghi 467.50ef 517.50de 395.00gh 182.50no 240.00klmn 227.50lmn 257.50klm 417.50fg 402.50gh 302.50ijk 369.00gh 222.50mn 490.00de 358.00ghi 485.00de 767.50a 720.00ab 650.00c 675.00bc 648.33c 640.83c 0.00 200.00 400.00 600.00 800.00 1000.00 IA1 IA2 IA3 IIA1 IIA2 IIA3 IB1 IB2 IB3 IIB1 IIB2 IIB3 IC1 IC2 IC3 IIC1 IIC2 IIC3 ID1 ID2 ID3 IID1 IID2 IID3 IE1 IE2 IE3 IIE1 IIE2 IIE3 IF1 IF2 IF3 IIF1 IIF2 IIF3

berpengaruh nyata terahadap nilai p-anisidine (P>0,05), Interaksi antar faktor perlakuan suhu dan waktu ekstraksi berpengaruh nyata terhadap nilai p-anisidine (P<0,05), sementara interaksi faktor yang lainnya tidak berpengaruh nyata terhadap nilai p-anisidine (P>0,05).

Gambar 3. Nilai p-anisidine (meq/kg) minyak ikan dari kulit ikan patin

keterangan: Sumbu Y perlakuan (I) perbandingan pelarut dan bahan 1:1, (II) 2:1, (A) suhu 50°C, (B) 60°C,

(C) 70°C, (D) 75°C, (E) 85°C, (F) 95°C, (1) 10 menit, (2) 20 menit, dan (3) 30 menit waktu

ekstraksi. Sumbu X adalah nilai p-anisidine minyak dari kulit ikan patin (meq/Kg). Huruf superscript berbeda yang mengikuti angka menandakan perbedaan nyata.

Nilai asam lemak bebas (FFA)

Asam lemak bebas sangat berkaitan dengan flavour yang kurang menarik pada minyak. Pada industri pengolahan minyak ikan nilai FFA sangat berkaitan dengan jumlah alkali yang digunakan pada proses pemurnian (Sathivel et al. 2003). FFA adalah produk dari reaksi hidrolisis triasilgliserida, dan sangat erat

(7)

256 0.780.85mn m 0.71mno 0.65mno 0.560.49mno no 0.85m 0.69mno 0.80m 0.82m 0.61mno 0.45o 1.90fghi 1.79hijk 1.611.37ijkl l 2.07 efgh 1.771.89hijk ghij 1.531.58kl jkl 2.08 efgh 2.03efgh 1.89ghij 1.881.99ghij efgh 2.02efgh 2.21cdef 2.17defg 2.29cde 2.97 a 2.43bcd 2.29cde 2.69 ab2.97 a 2.48bc 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 IA1 IA2 IA3 IIA1 IIA2 IIA3 IB1 IB2 IB3 IIB1 IIB2 IIB3 IC1 IC2 IC3 IIC1 IIC2 IIC3 ID1 ID2 ID3 IID1 IID2 IID3 IE1 IE2 IE3 IIE1 IIE2 IIE3 IF1 IF2 IF3 IIF1 IIF2 IIF3

kaitannya dengan proses penyimpanan. Hasil uji FFA disajikan pada Gambar 4. Berdasarkan data pada Gambar 4 nilai FFA terendah dan sebesar 0,45±0.1 % didapatkan pada perlakuan suhu ekstraksi 60°C dengan lama

ekstraksi 30 menit. Hasil uji Anova menunjukkan perbedaan perbandingan suhu dan waktu berpengaruh nyata terhadap nilai FFA (P<0,05), sedangkan perbedaan perbandingan pelarut tidak berpengaruh nyata terahadap nilai FFA (P>0,05), Interaksi antar faktor perlakuan suhu dan waktu ekstraksi berpengaruh nyata terhadap nilai FFA (P<0,05), sementara interaksi faktor yang lainnya tidak berpengaruh nyata terhadap nilai FFA (P>0,05).

Gambar 4. Nilai FFA (%) minyak ikan dari kulit ikan patin

keterangan: Sumbu Y perlakuan (I) perbandingan pelarut dan bahan 1:1, (II) 2:1, (A) suhu 50°C, (B) 60°C, (C) 70°C,

(D) 75°C, (E) 85°C, (F) 95°C, (1) 10 menit, (2) 20 menit, dan (3) 30 menit waktu ekstraksi. Sumbu X adalah

nilai FFA minyak dari kulit ikan patin (%). Huruf superscript berbeda yang mengikuti angka menandakan perbedaan nyata.

Nilai bilangan asam/ acid value

Bilangan asam atau Acid value sangat erat sekali hubungannya dengan nilai asam lemak bebas (FFA). Nilai bilangan asam didapatkan dengan perkalian konstanta 1,99 dengan nilai asam lemak bebas (FFA). Nilai bilangan asam yang didapatkan dari penelitian ini disajikan pada Gambar 5. Nilai bilangan asam terendah sebesar 895,5±199 mg KOH/kg didapatkan pada perlakuan suhu ekstraksi 60°C dengan lama ekstraksi 30

menit. Hasil ini jauh lebih rendah dari standar IFOS yang menyatakan minyak layak konsumsi harus memiliki nilai bilangan asam dibawah 2250 mg KOH/kg. Hasil uji Anova menunjukkan perbedaan perbandingan suhu dan waktu berpengaruh nyata terhadap nilai bilangan asam (P<0,05), sedangkan perbedaan perbandingan pelarut tidak

(8)

257 1552.20mn 1691.50m 1412.90mno 1290.00mno 1114.40975.10mno no 1691.50m 1379.74mno 1993.3m 1625.17m 1217.88mno 895.50o 3787.63fghi 3568.73hijk 3203.90ijkl 2732.93l 4125.93efgh 3528.93hijk 3754.47ghij 3044.70kl 3150.83jkl 4139.20efgh 4046.33efgh 3754.47ghij 3747.83ghij 3968.06efgh 4026.43efgh 4397.90cdef 4326.26cdef 4550.47cde 5916.93a 4829.07bcd 4557.10cde 5359.73ab 5916.93a 4935.20bc 0.00 1000.00 2000.00 3000.00 4000.00 5000.00 6000.00 7000.00 8000.00 IA1 IA3 IIA2 IB1 IB3 IIB2 IC1 IC3 IIC2 ID1 ID3 IID2 IE1 IE3 IIE2 IF1 IF3 IIF2

berpengaruh nyata terahadap nilai bilangan asam (P>0,05), Interaksi antar faktor perlakuan suhu dan waktu ekstraksi berpengaruh nyata terhadap nilai bilangan asam (P<0,05), sementara interaksi faktor yang lainnya tidak berpengaruh nyata terhadap nilai bilangan asam (P>0,05).

Gambar 5. Nilai acid value (mg KOH/kg) minyak ikan dari by-product ikan patin

keterangan: Sumbu Y perlakuan (I) perbandingan pelarut dan bahan 1:1, (II) 2:1, (A) suhu 50°C, (B) 60°C, (C) 70°C,

(D) 75°C, (E) 85°C, (F) 95°C, (1) 10 menit, (2) 20 menit, dan (3) 30 menit waktu ekstraksi. Sumbu X adalah

nilai bilangan peroksida minyak dari kulit ikan patin (mg KOH/Kg). Huruf superscript berbeda yang mengikuti angka menandakan perbedaan nyata.

Nilai total oksidasi (TOTOX)

Nilai totox adalah hubungan oksidasi primer dan sekunder yang didapatkan degan menjumlahkan dua kali nilai peroksida dengan nilai anisidine (Perrin, 1996). Nilai total oksidasi yang didapatkan pada penelitian ini disajikan pada Gambar 6. Nilai total oksidasi terendah yang didapatkan pada penelitian ini adalah sebesar 187,5 ±47 meq/kg yang dihasilkan pada perlakuan suhu ekstraksi 60°C dengan lama ekstraksi 10 menit. Hasil uji

Anova menunjukkan perbedaan perbandingan suhu dan waktu berpengaruh nyata terhadap nilai total oksidasi (P<0,05), sedangkan perbedaan perbandingan pelarut tidak berpengaruh nyata terhadap nilai total oksidasi (P>0,05), Interaksi antar faktor perlakuan suhu dan waktu ekstraksi berpengaruh nyata terhadap nilai total oksidasi (P<0,05), sementara interaksi faktor yang lainnya tidak berpengaruh nyata terhadap nilai total oksidasi (P>0,05).

(9)

258 415.00jkl 592.50efg 535.00gh 515.00ghi 577.50fg 480.83hij 187.50o 318.00n 401.67jklm 217.50o 331.00mn 620.00ef 927.50ab 662.50e 517.50ghi 627.50ef 637.50ef 475.00hij 302.50n 400.00jklm 387.50klm 417.50jkl 537.50gh 589.17efg 422.50jk 533.00gh 342.50lmn 656.67ef 482.00hij 645.00ef 967.50a 880.00bcd 810.00d 835.00cd 888.33bc 840.83cd 0.00 200.00 400.00 600.00 800.00 1000.00 1200.00 IA1 IA3 IIA2 IB1 IB3 IIB2 IC1 IC3 IIC2 ID1 ID3 IID2 IE1 IE3 IIE2 IF1 IF3 IIF2

Gambar 6. Nilai Total Oksidasi (TOTOX) minyak ikan dari kulit ikan patin

keterangan: Sumbu Y perlakuan (I) perbandingan pelarut dan bahan 1:1, (II) 2:1, (A) suhu 50°C, (B) 60°C, (C) 70°C,

(D) 75°C, (E) 85°C, (F) 95°C, (1) 10 menit, (2) 20 menit, dan (3) 30 menit waktu ekstraksi. Sumbu X adalah

nilai total oksidasi (TOTOX) minyak dari kulit ikan patin (meq/Kg). Huruf superscript berbeda yang mengikuti angka menandakan perbedaan nyata.

Penentuan profil asam lemak minyak ikan dari kulit ikan patin

Penentuan profil asam lemak dilakukan untuk menentukan kandungan asam lemak baik itu asam lemak jenuh/ Saturated Fatty Acid (SFA), asam lemak tak jenuh tunggal/ Monounsaturated Fatty Acid (MUFA), dan asam lemak tak jenuh majemuk/ Polyunsaturated fatty Acid (PUFA). Data Profil asam lemak minyak ikan dari kulit ikan patin disajikan dalam Tabel 6. Data pada Tabel 6 menunjukkan persentase profil asam lemak jenuh/ Saturated Fatty Acid (SFA) dari minyak kulit ikan patin. Asam lemak jenuh asam palmitat merupakan bagian terbesar dari SFA yaitu sebesar 20,68%. Persentase profil asam lemak tak jenuh tunggal/ Mono Unsaturated Fatty Acid

(MUFA) tertinggi dari minyak kulit ikan patin adalah asam oleat sebesar 18,82%. Persentase asam lemak tak jenuh majemuk/Poly Unsaturated Fatty Acid (PUFA) tertinggi adalah asam linoleate sebesar 6,49%.

(10)

259

Tabel 6. Persentase profil asam lemak minyak ikan dari kulit ikan patin (Pangasius hypophthalmus)

Nama asam lemak Struktur Minyak ikan kulit ikan patin

Asam laurat C12:0 0,26 Asam tridekanoat C13:0 0,02 Asam miristat C14:0 3,00 Asam pentadekanoat C15:0 0,03 Asam palmitat C16:0 20,68 Asam heptadekanoat C17:0 0,94 Asam stearat C18:0 5,97 Asam arakidat C20:0 0,2 Asam heneikosanoat C21:0 0,05 Asam behenat C22:0 0,09 Asam trikosanoat C23:0 0,05 Asam lignoserat C24:0 0,05 Total SFA 31,34 Asam miristoleat C14:1 0,16 Asam Cis-10-Pentadecanoat C15:1 - Asam palmitoleat C16:1 4,25 Asam cis-10-heptadecanoat C17:1 - Asam Elaidat C18:1n9t 0,09 Asam oleat C18:1n9c 18,82 Asam cis-11-eicosenoat C20:1 0,53 Asam erukat C22:1n9 0,04 Asam nervonat C24:1 0,04 Total MUFA 23,93 Asam linoleat C18:2n6c 6,49 Asam cis-11.14-eicosedienoat C20:2 0,36

Asam cis-13. 16-docosadienoat C22:2 0,03

Asam ϒ-linolenat C18:3n6 0,53

Asam linolenat C18:3n3 0,33

Asam eicosetrienoat C20:3n6 0,98

Asam arachidonat C20:4n6 0,64

Asam eicosapentaenoat (EPA) C20:5n3 1,01

Asam docosaheksaenoat (DHA) C22:6n3 1,57

Total PUFA 11,94

Pembahasan

Rendemen minyak ikan yang didapatkan dalam penelitian ini dinilaibelum optimal bila dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan Zuta et al. (2008) yang berhasil mendapatkan ekstraksi dengan rendemen sebesar 38 % dari limbah kulit ikan mackerel. Hal ini kemungkinan disebabkan perbedaan jenis antara ikan laut dan ikan air tawar, terutama dari segi makanan. Hasil ini sesuai dengan penelitian Thammapat et al. (2010) yang menyatakan bahwa kandungan lipid terbesar pada ikan patin terdapat pada jeroan, hingga mencapai 93,32%. Kandungan minyak ikan pada ikan patin sangat tergantung dari banyak faktor antara lain, musim, jenis kelamin, serta pakan yang diberikan selama budidaya, dimana kandungan lemak dapat bervariasi di setiap bagian tubuh ikan tergantung kepada pergerakan, ukuran kolam serta pakan Nakamura et al. (2007). Hasil uji Anova menunjukkan perbedaan perbandingan suhu berpengaruh nyata terhadap persentase rendemen (p<0,05), sedangkan perbedaan perbandingan pelarut dan waktu ekstraksi tidak berpengaruh nyata terahadap persentase rendemen (P>0,05), Interaksi antar faktor perlakuan suhu dan waktu ekstraksi berpengaruh nyata terhadap persentase rendemen (P<0,05), sementara interaksi faktor yang lainnya tidak berpengaruh nyata terhadap persentase rendemen (P>0,05).

(11)

260

Nilai oksidasi sangat penting sebagai indikator mutu minyak, semakin rendah nilai oksidasi primer dan sekunder, maka kualitas minyak semakin baik. Menurut regulasi European Comission (2006) kualitas minyak ikan seperti asam lemak bebas, kadar air, warna, nilai p-anisidine, dan nilai peroksida sangat menentukan harga minyak ikan tersebut di pasaran.Nilai peroksida terendah adalah sebesar 38 ± 4,5 meq/kg pada perlakuan suhu ekstraksi 60°C selama 20 menit. Hasil yang didapatkan pada penelitian ini hampir mendekati standar nilai

rekomendasi layak untuk konsumsi menurut Bimbo (1998), yang menyebutkan bahwa nilai peroksida minyak layak konsumsi berkisar antara 3-20 meq/kg. Namun hasil ini masih jauh dari standar yang ditetapkan oleh BPOM-RI dan Famakope Indonesia, yaitu nilai peroksida harus dibawah 5 meq/kg. Sementara menurut

International Fish Oil Standard (IFOS) nilai bilangan peroksida harus dibawah 3,75 meq/kg untuk masuk kedalam kategori minyak layak konsumsi.

Nilai p-anisidine yang didapatkan pada penelitian ini masih jauh dari standar minyak ikan yang layak konsumsi dengan nilai p-anisidine dibawah 20 meq/kg (Hamilton et al., 1988), 4-60 meq/kg (Bimbo, 1998), ≤15 meq/kg (IFOS). Nilai p-anisidine yang masih tinggi diduga karena minyak ikan yang didapatkan dari penelitian ini masih bersifat crude fish oil, dan belum mengalami proses pemurnian

Hasil asam lemak bebas pada penelitian ini jauh lebih rendah dari nilai rekomendasi minyak ikan layak konsumsi menurut Bimbo (1998) sebesar 1-7%. Sementara Farmakope Indonesia menyarankan untuk minyak layak konsumsi sebaiknya nilai asam lemak bebasnya ≤ 2 %. Hasil nilai bilangan asam pada penelitian ini jauh lebih rendah dari standar IFOS yang menyatakan minyak layak konsumsi harus memiliki nilai bilangan asam dibawah 2250 mg KOH/kg. Hasil nilai TOTOX yang didapatkan pada penelitian ini masih lebih tinggi dari rekomendasi Bimbo (1998) yang menyatakan nilai TOTOX untuk minyak layak konsumsi berkisar antara 10-60 meq/kg. Sementara IFOS menyatakan minyak layak konsumsi harus memiliki nilai TOTOX dibawah 20 meq/kg

Menurut Rubio-Rodriguez et al. (2008) pengujian kualitas minyak ikan, terutama nilai acid value dan nilai total oksidasinya (TOTOX) sangat penting untuk dilakukan, karena terkadang nilai uji yang lainnya seperti warna dan asam lemak bebas cenderung bernilai serupa walaupun menggunakan metode ekstraksi yang berbeda.

Acid value adalah parameter penting untuk menentukan keberadaan nilai FFA dan komponen asam non-lemak lainnya. Acid value sangat bergantung kepada komposisi minyak, metode ekstraksi dan kesegaran bahan mentah (Mohanarangan, 2012). Nilai acid value menentukan berapa mg basa yang digunakan untuk menetralkan 1g minyak. Meningkatnya ketengikan minyak adalah karena perubahan triasilgliserida (TAG) menjadi asam lemak bebas dan gliserol.

Persentase profil asam lemak jenuh/ Saturated Fatty Acid (SFA) dari minyak kulit ikan patin yang didapat dari penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Crexi et al. (2010) yang menyatakan bahwa asam palmitat merupakan asam lemak jenuh yang dominan dengan komposisi 50% dari total asam lemak jenuh. Tingginya kandungan asam lemak oleat, palmitoleat, dan arakidonat merupakan karakteristik khas minyak ikan yang berasal dari ikan perairan tawar Crexi et al. (2010). Penelitian Orban et al. (2008) menyatakan kandungan asam lemak pada ikan patin vietnam/ sutchi catfish didominasi oleh asam lemak jenuh sebesar 41,1-47,8% dari total asam lemak, dengan asam palmitat dan stearat yang memiliki persentase paling tinggi masing-masing 27,5-28,8% dan 8,9-15,4% dari total asam lemak jenuh. Thammapat et al. (2010) juga menyatakan kandungan SFA pada ikan patin berkisar antara 30,2-36,5% dengan persentase asam lemak dominan adalah asam palmitat dan asam stearat. Asam lemak tak jenuh tunggal oleat merupakan asam lemak yang sangat penting, karena berperan sebagai prekursor asam lemak omega-3 pada hewan (Charles, 2009).

Jumlah omega-6 dan SFA lebih banyak dari jumlah omega-3 yang ditemukan, hal ini karena SFA dan omega-6 biasanya disimpan dalam bentuk lemak, sementara asam lemak omega-3 digunakan sebagai asam lemak fungsional, selain itu pakan patin asia kebanyakan memang mengandung jumlah SFA dan asam lemak omega-6 yang lebih tinggi (Haliloglu et al., 2004). Thammapat et al. (2010) juga menyatakan kandungan lemak paling tinggi pada ikan patin terdapat di bagian jeroan, dengan komposisi asam lemak MUFA > SFA > PUFA. Asam lemak dominan dari ikan patin dalam penelitian yang dilakukan oleh Thammapat et al. (2010) adalah asam oleat sebesar 31,3-39,1%. Tingginya kandungan asam lemak oleat, palmitoleat, dan arakidonat merupakan karakteristik khas minyak ikan yang berasal dari ikan perairan tawar Crexi et al. (2010). Jumlah omega-6 dan SFA lebih banyak dari jumlah omega-3 yang ditemukan, hal ini karena SFA dan omega-6 biasanya disimpan dalam bentuk lemak, sementara asam lemak omega-3 digunakan sebagai asam lemak fungsional (Thammapat et al.,

2010). Selain itu pakan ikan patin asia mengandung jumlah SFA dan asam lemak omega-6 yang lebih tinggi (Haliloglu et al., 2004).

(12)

261

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa metode ektraksi untuk mendapatkan karakter minyak ikan yang baik dari kulit ikan patin adalah adalah ekstraksi dengan menggunakan suhu 60°C, lama

ekstraksi 30 menit, dan perbandingan bahan dan pelarut 1:1.

Daftar Pustaka

Aidos, I., J.B. Luten, R.M. Boom, A.V. Padt. 2001. Upgrading of Maatjes herring by-products: Production of crude fish oil. Journal of Agricultural and Food Chemistry, 49. 3697-3704. DOI: 10.1021/jf001513s. Aidos, I., A. van-der-Padt, R.M. Boom, J.B. Luten. 2002. Seasonal changes in crude and lipid composition of

herring fillets, by-products and respective produced oils. Journal of Agricultural and Food Chemistry, 50 (16). 4589-4599. DOI:10.1021/jf0115995.

Aidos, I., R. Schelvus-Smit, M.B. Veldnan, J. Luten, A.V.D. Padt, R.M. Boom. 2003. Chemical and sensory evaluation of crude oil extracted from Herring by-products from different processing operations. Journal of Agricultural and Food Chemistry, 51(7). 1897–1903. DOI: 10.1021/jf020684p.

[AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 1995. Official method of analysis of the association of official analytical of chemist. Arlington. Virginia. USA. Published by The Association of Analytical Chemist.Inc.

[AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 2005. Official method of analysis of the association of official analytical of chemist. Arlington. Virginia. USA. Published by The Association of Analytical Chemist.Inc.

Bimbo, A.P. 1998. Guidelines for characterizing food-grade fish oil. Inform, 9:473-483.

Chantachum, S., S. Benjakul, N. Sriwirat. 2000. Separation and quality of fish oil from precooked and non-precooked tuna heads. Food Chemistry, 69(3): 289-294. DOI:10.1016/S0308-8146(99)00266-6.

Charles, E.O. 2009. Virtual Chembook. Elmhurst College.

http://www.elmhurst.edu/~chm/vchembook/index.html. (4 September 2013).

Christie, W.W. 2003. Lipid extraction, storage and sample handling. In: Lipid analysis- isolation, separation, identification and structural analysis of lipids (3rd edition), Christie (ed). Oily Press, England, 97-102. Crexi, V.T., L.M. Maurucio, AdZs Leonor, A.A.P. Luiz. 2010. Production and refinement of oil form carp

(Cyprinus carpio) viscera. Food Chemistry, 119(3). 945-950. DOI:10.1016/j.foodchem.2009.07.050. [EC] European Commission. 2006. Commission regulation (EC) No 1199/2006 amending regulation (EC) No

466/2001 setting maximum levels for certain contaminants in food stuffs as regards dioxins and dioxin-like PCBs. Off. J. EU, L32/34.

Haliloglu, H.I., A. Bayır, A.N. Sirkecioglu, N.M. Aras, M. Atamanalp. 2004. Comparison of fatty acid composition in some tissues of rainbow trout (Oncorhynchus mykiss) living in seawater and freshwater. Food Chemistry, 86:55–59.

Hamilton, R.J., C. Kalu, G.P. McNeill. F.B. Padley, J.H. Pierce. 1988. Effects of tocopherols, ascorbyl palmitate and lecithin on autoxidation of fish oil. Journal of the American Oil Chemists’ Society, 75(7): 813–821. Irianto, H.E. 1992. Fish oil: refining, stability and its use in canned fish forthe Indonesian market. [Disertasi]

New Zealand: Massey University.

Mohanarangan, A.B. 2012. Extraction of omega-3 fatty acids from Atlantic herring (Clupea herengus). [tesis]. Dalhousie University. Halifax, Nova Scotia.

Nakamura, Y., M. Ando, M. Seoka, K. Kawasaki, Y. Tsukamasa. 2007. Changes of proximate and fatty acid compositions of the dorsal and ventral ordinary muscles of the full-cycle cultured Pacific bluefin tuna Thunnus orientalis with the growth. Food Chemistry, 103(1). 234–241. DOI: 10.1016/ j.food chem.2006.07.064.

O’Brien, R.D. 2009. Fats and oils. Formulating and processing for applications, 3rd ed., CRC press, London, 213-300.

Orban, E., N. Teresina, D.L. Gabriella, M. Maurizio, C. Irene, G. Loretta, C. Roberto. 2008. New trends in the seafood market. Sutchi catfish (Pangasius hypophthalmus) fillets from Vietnam: Nutritional quality and safety aspects. Food Chemistry, 110(2). 383-389. DOI: 10.1016/ j.foodchem. 2008. 02.014.

Perrin, J.L. 1996. Determination of alteration. In: Karleskind A, Wolff JP. (Eds.) Oils and fats, Manual vol. 2. Lavoisier Publishing, Paris (France).

Rubio-Rodríguez, N., S.M. de Diego, S. Beltrán, I. Jaime, M.T. Sanz, J. Rovira. 2008. Supercritical fluid extraction of the omega-3 rich oil contained in hake (Merluccius capensis–Merluccius paradoxus) by-products: study of the influence of process parameters on the extraction yield and oil quality. Journal of Supercritical Fluids, 47 (2), 215-226. DOI: 10.1016/ j.supflu.2008.07.007

(13)

262

Sathivel, S., W. Prinyawiwatkul, J.M. King, C.C. Grimm, S. Lloyd. 2003. Oil production from catfish viscera. Journal of the American Oil Chemists’ Society, 80(4). 277–382. DOI: 10.1007/s11746-003-0707-z. Thammapat, P., P. Raviyan, S. Siriamornpun. 2010. Proximate and fatty acids composition of the muscles and

viscera of Asian catfish (Pangasius bocourti). Food Chemistry

,

122(1): 223-227. DOI: 10.1016/j.foodchem.2010.02.065.

Watson, C.A. 1994. Official and standardized methods of analysis (Third Ed.). Cambridge UK: The Royal Society of Chemistry.

Wu, T.H., P.J. Bechtel. 2008. Salmon by-product storage and oil extraction. Food Chemistry, 111(4): 868-871. DOI: 10.1016/j.foodchem.2008.04.064.

Zuta, C.P., Simpson, K. Ben, H.M. Chan, L. Phillips. 2003. Concentrating PUFA from mackerel processing waste. Journal of the American Oil Chemists’ Society, 80(9): 933–936 DOI: 10.1007/s11746-003-0799-5.

Gambar

Gambar 1. Persentase rendemen minyak ikan dari kulit ikan patin. keterangan: Sumbu Y perlakuan (I)  perbandingan pelarut dan bahan 1:1, (II) 2:1, (A) suhu 50 ° C, (B) 60 ° C, (C) 70 ° C, (D) 75 ° C, (E) 85 ° C,
Gambar 2.  Nilai peroksida (meq/kg) minyak ikan dari kulit ikan patin
Gambar 3. Nilai p-anisidine (meq/kg) minyak ikan dari kulit ikan patin
Gambar 4. Nilai FFA (%) minyak ikan dari kulit ikan patin
+4

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karenanya masa anak sering dipandang sebagai masa emas ( golden age ) bagi penyelenggaraan pendidikan. Masa anak merupakan fase yang sangat fundamental bagi perkembangan

- bahwa rumah tangga Pemohon dan Termohon sudah tidak rukun dan harmonis lagi;--- --- - bahwa, penyebab ketidakharmonisan karena sering terjadi pertengkaran dan

Pekerja tetap adalah orang yang bekerja pada perusahaan/usaha dengan menerima upah/gaji secara tetap, tidak tergantung pada absensi/kehadiran pekerja tersebut dan biasanya

Emosi memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangan anak, baik pada usia prasekolah maupun pada tahap-tahap perkembangan selanjutnya, karena memiliki

Hasil pada tabel 3 menunjukkan semua dimensi yang ada pada GEQ Social Presence Module memiliki nilai α &gt; 0.7 yang membuktikan seluruh pernyataan yang terdapat

Variabel penelitian dalam penelitian ini adalah status merokok sebagai variabel terikat, smoking media literacy sebagai varia- bel bebas, serta jenis kelamin,

Hubungan rata-rata penurunan edema terhadap waktu setelah perlakuan Pada kelompok perlakuan dengan variasi dosis ekstrak etanolik kulit terong belanda memiliki

menghasilkan desai yang berpedoman pada standar yang telah ditetapkan.. 2) Memadukan pasar tradisional dengan terminal agar lebih mempermudah akses selain itu pasar induk Cepu