• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Discovery Learning Dalam Meningkatkan Kemampuan Membedakan Pada Materi Elektrolit Dan Non-elektrolit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Efektivitas Discovery Learning Dalam Meningkatkan Kemampuan Membedakan Pada Materi Elektrolit Dan Non-elektrolit"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Utami et al. Efektivitas Discovery Learning dalam Meningkatkan Kemampuan …. |377

EFEKTIVITASDISCOVERY LEARNINGDALAM MENINGKATKAN

KEMAMPUAN MEMBEDAKAN PADA MATERI ELEKTROLIT DAN NON-ELEKTROLIT

Maryati Putri Utami*, Noor Fadiawati, Ratu Betta Rudibyani FKIP Universitas Lampung, Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No.1

*Corresponding author,tel: 08982902814, email: maryatiputri.utami@yahoo.co.id

Abstract: The Effectiveness of Discovery Learning to Increase Differentiating Ability on Electrolyte and Non-Electrolyte Topic. The purpose of this research was describe the effectiveness of discovery learning to increase differentiating ability on electrolyte and non-electrolyte topic. This research used two classes as control and experimental class which they were obtained from five classes of the 10th grade at SMA Negeri 7 Bandar Lampung for 2014/2015 academic year by using purposive sampling. The method of this research was quasi experiment with non equivalent pretest-postest control group design. The results showed that the average n-Gain of students’ differentiating ability in control and experiment class 0.63 and 0.78 respectively. The effectiveness of discovery learning was indicated from differences significantly of the average n-Gain in the control and experimental class. Therefore, it was concluded that discovery learning was effective to increase differentiating ability on electrolyte and non-electrolyte topic. Keywords: differentiating ability, discovery learning, electrolyte and

non-electrolyte

Abstrak: Efektivitas Discovery Learning dalam Meningkatkan Kemampuan Membedakan pada Materi Elektrolit dan Non-Elektrolit. Penelitian ini

bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas discovery learning dalam

meningkatkan kemampuan membedakan pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit. Penelitian ini menggunakan dua kelas sebagai kelas kontrol dan eksperimen yang diperoleh dari lima kelas X di SMA Negeri 7 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015 dengan purposive sampling. Metode pada penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan non equivalent pretest-postest control group design. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata n-Gain kemampuan membedakan pada kelas kontrol dan eksperimen berturut-turut 0,63 dan 0,78. Efektivitas discovery learning ditunjukkan dari perbedaan rata-rata n-Gain yang signifikan pada kelas kontrol dan eksperimen. Dengan demikian, disimpulkan

bahwa discovery learning efektif dalam meningkatkan kemampuan membedakan

pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit.

Kata kunci: kemampuan membedakan, discovery learning, elektrolit dan non-elektrolit

(2)

378| Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia, Vol. 4, No.1 Edisi April 2015, 377-390

PENDAHULUAN

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan nomor 65 tahun 2013 tentang Standar Pro-ses Pendidikan Dasar dan Menengah, disebutkan bahwa proses pembela-jaran sepenuhnya diarahkan pada pengembangan ketiga ranah yakni: ranah kognitif, afektif, dan psikomo-tor secarah utuh/holistik, artinya pengembangan ranah yang satu tidak bisa dipisahkan dengan ranah lain-nya. Dengan demikian, proses pem-belajaran secara utuh melahirkan ku-alitas pribadi yang mencerminkan keutuhan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan (Tim Penyu-sun, 2013).

Salah satu tantangan dalam

du-nia pendidikan adalah mampu

mengembangkan potensi siswa ber-pikir tingkat tinggi. Proses pemikiran yang tinggi dapat merangsang dan menantang siswa untuk belajar sesuai dengan potensi intelektual siswa. Terkait hal tersebut, sudah menjadi tugas guru untuk melaksanakan ke-giatan pembelajaran yang baik di sekolah. Lingkungan belajar yang konstruktivis juga mendukung siswa dalam mencapai sukses yang lebih besar dengan pembelajaran sains

(Singh et. al., 2012). Menurut

Bimbola dan Daniel, pengetahuan siswa yang diajarkan menggunakan pembelajaran berbasis konstruktivis lebih unggul daripada diajarkan seca-ra tseca-radisional (berpusat pada guru) (Dhindsa, 2011).

Kimia merupakan salah satu ilmu sains. Pembelajaran kimia di sekolah sebaiknya melibatkan siswa secara aktif dalam proses memper-oleh pengetahuan yang akan dipela-jarinya. Secara umum, pembelajar-an kimia di sekolah masih belum me-libatkan keaktivan siswa. Akan teta-pi, hasil observasi dan wawancara

yang telah dilakukan di SMA Negeri 7 Bandar Lampung, menunjukkan bahwa pembelajaran kimia menggu-nakan kurikulum 2013 masih dido-minasi dengan kegiatan ceramah yang berpusat pada guru. Hal itu membuat siswa kurang terlatih dalam mengembangkan kemampuan berpi-kirnya. Guru jarang mengganti mo-del pembelajaran yang digunakan sehingga membuat kemauan siswa berkurang dalam hal belajar mandiri baik diskusi kelompok maupun tugas individu. Selama kegiatan pembela-jaran berlangsung guru jarang menggunakan media pembelajaran yang berupa lembar kerja siswa (LKS). Siswa lebih sering mencatat apa yang guru bacakan atau tuliskan di papan tulis dan bergantung pada apa yang diberikan guru. Akibatnya, tidak sedikit siswa menjadi pasif dan tidak mandiri dalam mencari sumber informasi sehingga berdampak pada rendahnya kemampuan berpikir ting-kat tinggi dan nilai siswa. Mengi-ngat kemampuan berpikir tingkat tinggi diperlukan siswa untuk meng-kaji berbagai masalah yang akan me-reka hadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Guru perlu menggunakan model pembelajaran kimia yang baik dalam

menyampaikan berbagai konsep

yang diajarkan sehingga siswa dapat aktif mengikuti kegiatan pembelaja-ran dan mampu memiliki sifat kon-struktif di dalam proses pembelajaran (Cakir, 2008). Salah satu model pembelajaran yang menghubungkan pembelajaran kimia dengan kehidup-an sehari-hari dkehidup-an dapat melatih ke-mampuan berpikir tingkat tinggi ada-lah model pembelajaran discovery learning.

Hasil penelitian Azzahra (2014) terhadap siswa kelas XI IPA MA Negeri 1 Metro tahun 2013/ 2014

(3)

Utami et al. Efektivitas Discovery Learning dalam Meningkatkan Kemampuan …. |379

menunjukkan bahwa pembelajaran

dengan model pembelajaran

disco-very learning efektif dalam mening-katkan keterampilan berpikir luwes siswa pada materi kesetimbangan ki-mia dan hasil penelitian dari Wati (2014) terhadap siswa kelas XI IPA MA Negeri 1 Metro menunjukkan bahwa pembelajaran dengan model

Discovery Learning efektif dalam meningkatkan keterampilan elaborasi siswa pada materi kesetimbangan kimia.

Menurut Joolingen (1998), dis-covery learning merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa membangun pengetahuan mereka sendiri melalui suatu percobaan dan menemukan suatu prinsip dari perco-baan tersebut. J. Richard

mengemu-kakan bahwa model discovery

learning melibatkan siswa dalam ke-giatan bertukar pendapat, diskusi, membaca sendiri, mencoba sendiri, agar siswa dapat belajar sendiri (Roestiyah, 2008).

Adapun tahap-tahap pembela-jaran dalam model discovery learn-ing adalah pemberian rangsangan, identifikasi masalah dan merumus-kan hipotesis, pengumpulan data, pengolahan data, pembuktian, dan generalisasi. Pada tahap pemberian rangsangan, siswa berkesempatan terlibat aktif dengan kegiatan penga-matan data tentang fakta atau feno-mena yang dapat dijelaskan dengan

penalaran tertentu menggunakan

panca indera. Pada tahap identifikasi masalah dan merumuskan hipotesis, siswa berkesempatan mengajukan pertanyaan tentang apa yang diamati pada kegiatan penalaran dan meru-muskan jawaban sementara. Guru memberi kesempatan kepada siswa mengajukan gagasan-gagasan meski-pun gagasan tersebut belum tepat. Bahasa yang diperlukan untuk

meru-muskan hipotesis dapat diperoleh secara independen, dari guru, atau hasil dari interaksi sosial. Selanjut-nya, pada tahap pengumpulan data, siswa mengumpulkan informasi yang relevan, membaca literatur, menga-mati objek, melakukan praktikum dan sebagainya. Melalui kegiatan praktikum, siswa dikondisikan untuk merasakan fenomena dan kadang-ka-dang dilakukan untuk mengkonfir-masi teori. Informengkonfir-masi yang diperoleh melalui kegiatan praktikum menjadi dasar dari tahap pengolahan data. Pada tahap pengolahan data siswa menganalisis data yang telah dipero-leh sebelumnya. Kemudian, pada tahap pembuktian, siswa melakukan

pemeriksaan untuk membuktikan

benar tidaknya hipotesis dan meng-hubungkan dengan hasil pengolahan data. Tahap akhir dari model disco-very learning adalah generalisasi. Siswa diminta untuk membuat ke-simpulan dari pengetahuan yang di-perolehnya sehingga siswa dapat mempertanggungjawabkan (Priyatni, 2014; Roestiyah, 2008; Barlia, 2011; Moeed, 2013).

Modeldiscovery learningcocok digunakan untuk meningkatkan ke-mampuan tingkat tinggi siswa, salah satunya kemampuan menganalisis. Hal ini dikarenakan tahap-tahap mo-del discovery learning mendorong siswa untuk mencari dan memukan sesuatu secara sistematis, kritis, lo-gis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya (Munandar, 2012).

Taksonomi Bloom dikenal untuk menunjukkan tingkatan berpi-kir pada ranah kognitif. Menurut taksonomi Bloom yang telah direvisi terdapat enam tingkatan ranah kog-nitif yaitu pengenalan (C1), pema-haman (C2), aplikasi (C3), analisis (C4), evaluasi (C5), dan mencipta

(4)

380| Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia, Vol. 4, No.1 Edisi April 2015, 377-390

(C6). Penjenjangan pada taksonomi ini lebih fleksibel, artinya untuk dapat melakukan kognitif yang lebih tinggi tidak mutlak disyaratkan penguasaan kognitif yang lebih ren-dah (Anderson, 2001).

Kemampuan menganalisis ada-lah kemampuan menguraikan suatu permasalahan atau objek ke unsur-unsurnya dan menentukan bagaima-na keterkaitan antara unsur yang satu dengan unsur yang lain. Kemampu-an mengKemampu-analisis di Kemampu-antarKemampu-anya mem-bedakan, mengorganisir, dan mene-mukan pesan tersirat. Kemampuan membedakan yang dimaksud adalah membedakan bagian-bagian yang menyusun suatu struktur berdasarkan relevansi, fungsi dan pentingnya se-hingga dituntut untuk menentukan mana yang relevan dari suatu perbe-daan terkait dengan struktur yang lebih besar (Anderson, 2001). Ke-mampuan siswa dalam membedakan dapat dilatihkan pada tahap kedua, ketiga dan keempat dalam discovery learning.

Berdasarkan permasalahan ter-sebut, maka akan dipaparkan

menge-nai efektivitas model discovery

learning dalam meningkatkan ke-mampuan membedakan pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit. METODE

Dalam penelitian ini digunakan dua kelas, yakni kelas X1 dan X4

yang diperoleh dengan teknik

purposive sampling dari kelas X siswa SMA Negeri 7 Bandar Lampung tahun pelajaran 2014/2015 yang tersebar dalam lima kelas. Satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas lagi sebagai kelas kontrol. Penentuan kelas eksperimen dan kelas kontrol diundi menggunakan koin sehingga kelas X1 sebagai kelas eksperimen yang menggunakan

mo-del pembelajarandiscovery learning, sedangkan kelas X4 sebagai kelas kontrol yang menggunakan pembela-jaran konvensional.

Penelitian ini menggunakan da-ta, berupa nilai pretes dan postes wa, sikap siswa, dan psikomotor sis-wa. Data ini bersumber dari seluruh siswa kelas eksperimen dan kontrol. Penelitian ini merupakan kuasi eks-perimen dengan desain penelitian

Non Eqiuvalent Pretest-Posttest Control Group. Desain penelitian menurut Creswell (1997) yang digu-nakan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Desain penelitian Non Eqiuvalent Pretest- Post-test Control Group

Kelas Pretes

Perla-kuan Postes Eksperimen O1 X O2 Kontrol O1 - O2 Keterangan: O1= pretes O2= postes

X = modeldiscovery learning

Penelitian ini menggunakan be-berapa instrumen, di antaranya sila-bus, Rencana Pelaksanaan Pembela-jaran (RPP), LKS kimia meng-gunakan model discovery learning

pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit, soal pretes berisi lima soal uraian dan postes berisi enam soal uraian, lembar observasi peni-laian sikap siswa, lembar observasi penilaian psikomotor siswa, dan lem-bar observasi kinerja guru. Sebelum digunakan, instrumen divalidasi. Validitas isi dengan mempertim-bangkan antara instrumen dan ranah yang diukur. Validasi dilakukan dengan carajudgmentoleh dua orang ahli.

Data yang diperoleh dalam pene-litian ini berupa nilai pretes dan

(5)

Utami et al. Efektivitas Discovery Learning dalam Meningkatkan Kemampuan …. |381

postes, sikap siswa, dan psikomotor siswa. Data pretes dan postes diubah menjadi n-Gain. Sedangkan, data sikap dan psikomotor yang berupa skor diubah menjadi nilai.

Pengujian hipotesis yang digu-nakan dalam penelitian ini menggu-nakan analisis statistik uji t yaitu uji kesamaan dua rata-rata kemampuan awal (pretes) dan uji perbedaan dua rata-rata n-Gain. Prasyarat yang harus dilakukan sebelum uji kesama-an dkesama-an perbedakesama-an dua rata-rata yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas, uji homogenitas, uji kesamaan dan perbedaan dua rata-rata menggunakan rumus menurut Sudjana (2005) dengan taraf nyata masing-masing uji sebesar 5%.

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah kedua sampel berasal dari populasi yang berdis-tribusi normal atau tidak. Uji nor-malitas menggunakan uji chi-kuadrat dengan rumus sebagai berikut:

χ2= (Oi- Ei)

2

E1 k

i=1

Dengan hipotesis nol (H0) adalah sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan hipotesis alternatif (H1) adalah sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal. Dengan kriteria uji terima H0jika χ2hitung< χ2tabel.

Uji homogenitas dilakukan

untuk menyelidiki apakah kedua sampel mempunyai varians yang sama atau tidak. Uji homogenitas menggunakan uji F dengan rumus sebagai berikut:

F=Varians terbesar Varians terkecil

Dengan H0 adalah kedua kelas penelitian mempunyai varians yang homogen dan H1 adalah kedua kelas penelitian mempunyai varians yang

tidak homogen. Dengan kriteria uji terima H0jika Fhitung< Ftabel.

Untuk mengetahui apakah ke-mampuan awal/pretes keke-mampuan membedakan kedua kelas tersebut sama atau berbeda secara signifikan, maka dilakukan uji kesamaan dua

rata-rata dengan rumus sebagai

berikut: thitung= X1 -X2 S 1 n1+ 1 n2

Dengan rumusan hipotesis H0 adalah rata-rata pretes kemampuan membedakan di kelas eksperimen sama dengan di kelas kontrol dan H1 adalah rata-rata pretes kemampuan membedakan di kelas eksperimen tidak sama dengan kelas kontrol pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit. Kriteria uji kesamaan dua rata-rata adalah terima H0 jika thitung<ttabel.

Untuk mengetahui apakah

n-Gain kemampuan membedakan kedua kelas tersebut berbeda secara signifikan atau tidak, maka dilakukan uji perbedaan dua rata-rata. Pada uji perbedaan dua rata-rata, rumusan hi-potesisnya yaitu H0 adalah rata-rata

n-Gain kemampuan pada kelas yang menerapkan model discovery learn-ing lebih rendah atau sama dengan kelas yang menerapkan pembelajaran konvensional dan H1adalah rata-rata

n-Gain kemampuan membedakan pada kelas yang menerapkan model

discovery learning lebih tinggi daripada kelas yang menerapkan pembelajaran konvensional pada ma-teri elektrolit dan non-elektrolit. Kri-teria uji perbedaan dua rata-rata ada-lah tolak H0jika thitung> ttabel.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil rata-rata nilai pretes dan nilai postes kemampuan siswa dalam membedakan pada kelas kontrol dan

(6)

382| Jurnal Pendidikan dan Pem 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 25.63 R at a-rat a n il ai k em am p u an m em b ed ak an K Kont eksperimen disajikan dalam 1. Pada Gambar 1 diketahui rata-rata nilai pretes ke membedakan pada kelas lebih tinggi dibandingkan ke perimen, sedangkan rata-postes kemampuan mem pada kelas kontrol lebih r bandingkan dengan kelas men. Hasil perhitungan uj itas data pretes pada kela dan eksperimen disajikan pa 2.

Tabel 2. Hasil uji norma pretes siswa

Kelas χ2hitung χ

Eksperimen 3,35 7,81

Kontrol 3,65 7,81

Berdasarkan data pada diperoleh bahwa χ2hitung le daripada χ2tabel. Dengan sampel penelitian berasal da lasi yang berdistribusi norm berdasarkan hasil uji hom

Gambar 1.Rata-rata nilai pr

Pembelajaran Kimia, Vol. 4, No.1 Edisi April 2015, 377-390

25.63 24.83 73.69 85.26 Kelas penelitian nilai pretes nilai postes pretes postes Kontrol Eksperimen lam Gambar tahui bahwa kemampuan las kontrol n kelas eks-ta-rata nilai embedakan h rendah di-las uji normal-elas kontrol n pada Tabel alitas nilai χ2tabel 7,81 7,81 ada Tabel 2 lebih kecil n demikian, l dari popu-ormal. Lalu, homogenitas

diperoleh nilai Fhitung sebe dan Ftabel sebesar 1,79 dapat dikatakan kedua kel tian mempunyai varians ya gen.

Berdasarkan perhitun kesamaan dua rata-rata ni siswa diperoleh nilai thitu 0,02danttabelsebesar 2,00, ar rata nilai pretes kemampua bedakan siswa pada kelas men sama dengan rata-rata tes pada kelas kontrol pada rutan elektrolit dan non-elek

Berdasarkan hasil pe

n-Gain diperoleh rata-rata kemampuan siswa dalam m kan pada kelas kontrol dan men, seperti pada Gambar Gambar 2 dapat dilihat ba rata n-Gain kemampuan m kan kelas eksperimen lebi daripada rata-rata n-Gain

puan membedakan kelas Berdasarkan hasil perhitung

ai pretes dan postes kemampuan membedakan

s s s ebesar 1,59 1,79 sehingga kelas peneli-ns yang homo-hitungan uji nilai pretes itung sebesar , artinya rata-puan mem-las eksperi-ata nilai pre-da materi la-lektrolit. perhitungan ata n-Gain membeda-dan eksperi-bar 2. Pada bahwa rata-n membeda-lebih tinggi ain kemam-las kontrol. itungan uji n

(7)

Utami et 0 0.2 0.4 0.6 0.8 0.63 rat a-rat a n -G ai n k em am p u an m em b ed ak an kelas 5 6 45 50 55 60 65 70 75 80 pertemua 2 rat a-rat a n il ai si k ap si sw a 0 Gambar 2. Rata-rata mampua normalitasn-Gainpada dan kelas eksperimen Tabel 3.

Tabel 3. Hasil uji nor siswa Kelas χ2hitun Kontrol 4,69 Eksperimen 7,09 Gambar 3. Rata-rata setiap pe Kontrol

i et al. Efektivitas Discovery Learning dalam Meningkatkan Ke

0.63 0.78 elas penelitian 14% 80% 6% Sa Te Cukup KR 57.6 59.8 64.6 66.1 66.8 73.6 74.7 76.4 muan pertemuan 3 pertemuan 4 pertemuan 5 pertem 6 rata n-Gain

ke-puan membedakan pada kelas kontrol

en disajikan pada normalitasn-Gain ung χ2tabel 4,69 7,81 7,09 7,81 Berdasarkan Tabel 3 wa χ2hitung lebih kecil yang artinya sampel asal dari populasi ya

normal. Selanjutnya

perhitungan uji hom oleh nilai Fhitung sebe Ftabel sebesar 1,79, y dua kelas penelitian rians yang homogen.

Berdasarkan perhi bedaan dua rata-rata diperoleh nilai thitungse ttabel sebesar 2,00 se jukkan bahwa rata-r mampuan membedaka rapkan model discove

bih tinggi daripada r yang menerapkan pem vensional pada mate trolit dan non-elektrol Selama pembela sikap dan psikomotor eksperimen ditunjuka 3 dan Gambar 4. Dar peroleh bahwa pada men rata-rata peni

rata nilai sikap siswa kelas kontrol dan kelas ekspe pertemuan

ontrol Eksperimen

Kemampuan …. |383

Sangat terampil (A) Terampil (B) Cukup Terampil (C) KRITERIA 65.9 78.1 temuan 6 kontrol eksperimen l 3 diperoleh bah-cil daripada χ2tabel, pel penelitian ber-yang berdistribusi

nya, berdasarkan

homogenitas diper-sebesar 1,20 dan yang artinya ke-n mempuke-nyai va-n.

perhitungan uji per-ata n-Gain siswa gsebesar 7,21 dan sehingga menun-ta-rata n-Gain ke-dakan yang

mene-overy learning le-a rle-atle-a-rle-atle-a n-Gain

pembelajaran kon-ateri larutan

elek-rolit.

belajaran, penilaian otor siswa di kelas kan pada Gambar ari Gambar 3 di-da kelas eksperi-peningkatan sikap

(8)

384| Jurnal Pendidikan dan Pem

80 6

Gambar 4. Persentase nila siswa sebesar 2,26 dan pa kontrol sebesar 1,66. Denga kian, dapat dikatakan bahwa peningkatan sikap siswa ke rimen lebih tinggi daripada peningkatan kelas kontrol. wa seperti antusias (dalam dan berpendapat), ketelit tanggung jawab meningka tiap pertemuan. Pada Gam lihat bahwa siswa kelas eks mampu merancang dan m praktikum dengan terampil. demikian, dapat dikatakan ba terampilan psikomotor kel rimen berkategori terampil teri larutan elektrolit da elektrolit.

Berdasarkan pengujian dapat disimpulkan bahwa jaran menggunakan model

learningefektif dalam meni kemampuan siswa dalam m kan pada materi larutan elekt non-elektrolit. Berikut ini se an proses yang dilakukan da tahapan penggunaan model

learning pada pembelajara larutan elektrolit dan non-el kelas eksperimen.

Tahap 1. Pemberian rangsan Pada tahap ini diawa guru menyampaikan indika belajaran dan dan tujuan pe an. Kemudian, untuk mem masalah, guru mengajukan larutan elektrolit yaitu pe

Pembelajaran Kimia, Vol. 4, No.1 Edisi April 2015, 377-390

14%

80% 6%

Sangat terampil (A) Terampil (B)

Cukup Terampil (C) KRITERIA

ilai psikomotor siswa kelas eksperimen. pada kelas engan demi-hwa rata-rata kelas ekspe-ada rata-rata l. Sikap sis-am bertanya elitian, dan kat pada se-ambar 4 ter-s ekter-sperimen melakukan pil. Dengan n bahwa ke-kelas ekspe-pil pada ma-dan non-ian hipotesis a pembela-el discovery eningkatkan membeda-lektrolit dan ni serangkai-n dalam tiap deldiscovery jaran materi -elektrolit di ngsangan wali dengan ikator pembelajar-emunculkan an fenomena penggunaan

air aki pada kendaraan Guru mengajukan fenom tertera dalam LKS sebaga permasalahan dan meningka ingin tahu siswa untuk terli pemecahan permasalahan te

Pada pertemuan kedu kegiatan stimulasi ini, sisw mati fenomena penggunaa pada kendaraan bermotor juga diminta untuk mengam beberapa jenis larutan. Sis

sempatan untuk mengide

mendeteksi, dan mengenal dari fenomena yang diberi but sesuai dengan proses be masing-masing. Penjelasa didukung oleh pernyataa dalam Dahar (1989) bahw anak yang tadinya mem dangan subyektif terhadap yang diamatinya akan beruba dangannya menjadi obyekt pertukaran ide dengan or Dari pengantar tersebut, sisw ajukan pertanyaan, ada sala siswa bertanya “Apakah se larutan yang ada pada tabe dapat menghantarkan listr air aki?” Pada LKS 1, seba sar siswa masih ragu-ragu berani aktif berbicara kare belum terbiasa dilatih untuk kannya.

Pada pertemuan kelim diberikan gambar nyala la submikroskopis dari gara dalam wujud larutan, lele

) ) n bermotor. mena yang bagai pemicu ngkatkan rasa rlibat dalam n tersebut. kedua dalam siswa menga-naan air aki tor. Siswa amati daftar Siswa berke-ngidentifikasi, nali masalah berikan terse-s berpikirnya san tersebut taan Piaget hwa seorang miliki pan-dap sesuatu berubah pan-yektif melalui orang lain. siswa meng-alah seorang semua jenis abel tersebut istrik seperti sebagian be-gu dan tidak arena siswa tuk melaku-lima, siswa lampu dan garam NaCl lelehan, dan

(9)

Utami et al. Efektivitas Discovery Learning dalam Meningkatkan Kemampuan …. |385

padatan. Selanjutnya, siswa menga-mati dan menganalisis gambar ten-tang nyala lampu dan submikrosko-pis NaCl. Siswa dengan nomor urut 2 menemukan dan mengemukakan bahwa ada perbedaan nyala lampu dari larutan, lelehan, dan padatan NaCl. Kemudian, siswa nomor urut 18 menemukan dan mengemukakan bahwa ada perbedaan pada posisi submikroskopisnya. Setelah itu, sis-wa nomor urut 21 menemukan dan mengemukakan gagasan sementara dengan mengatakan bahwa ada hu-bungan antara posisi submikrosko-pisnya dengan nyala lampu dari la-rutan, lelehan, dan padatan NaCl. Pada pertemuan ini, tampak bahwa siswa semakin antusias dalam meng-hasilkan gagasan-gagasan yang ber-variasi.

Pada pertemuan keenam, siswa mengamati dan menganalisis wacana terkait larutan yang dapat menghan-tarkan arus listrik ditinjau dari jenis ikatannya. Pada pertemuan ini, sikap siswa semakin meningkat. Siswa menunjukkan sikap antusias dengan bertanya dan mengungkapkan penda-pat. Selain itu, sikap bekerjasama si-swa semakin baik dari pertemuan sebelumnya. Beberapa siswa mulai berani bertanya dan mengungkapkan pendapatnya, contohnya, seorang sis-wa mengemukakan gagasan seperti, “Larutan yang dapat menghantarkan arus listrik adalah larutan yang ber-ikatan ion dan kovalen polar.” Ada juga siswa lain yang mengemukakan gagasan, seperti “Senyawa ion dan kovalen polar adalah senyawa yang dapat menghantarkan arus listrik.” Berdasarkan gagasan-gagasan siswa dalam tahap stimulasi pada pertemu-an sebelumnya tersebut, tampak bah-wa sisbah-wa semakin aktif dan baik da-lam memberikan pendapat awal dari pengamatan. Siswa semakin baik

menerima pembelajaran mengguna-kan modeldiscovery learning.

Tahap 2. Identifikasi masalah dan merumuskan hipotesis

Pada tahap ini, siswa berkesem-patan untuk mengajukan pertanyaan tentang apa yang diamati pada kegi-atan stimulasi. Melalui kegikegi-atan ini, siswa terlatih merumuskan masalah yang relevan dengan bahan pembela-jaran berdasarkan hasil diskusi ke-lompok. Pada kegiatan ini pula, sis-wa terlatih merumuskan hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah) dan menuliskannya dalam LKS.

Pada pertemuan kedua dalam membahas LKS 1, sebelum siswa merumuskan masalah dan hipotesis, siswa mengidentifikasi variabel-vari-abel yang diperlukan dalam meran-cang percobaan larutan elektrolit dan non-elektrolit. Kegiatan ini menun-tun kreativitas siswa dalam meran-cang percobaan. Dalam menentukan variabel bebas, terikat, dan kontrol, siswa dilatih kemampuan membeda-kan yaitu kemampuan untuk menen-tukan mana yang relevan/ esensial dari suatu perbedaan terkait dengan struktur yang lebih besar. Siswa masih ragu-ragu dan bingung terkait pemahaman dalam membedakan va-riabel bebas, terikat, dan kontrol. Siswa dibimbing untuk lebih mema-hami perbedaan variabel bebas, ter-ikat, dan kontrol. Guru pun mem-berikan kesempatan kepada siswa mengajukan gagasan-gagasan mes-kipun gagasan tersebut belum tepat (Roestiyah, 2008). Psikomotor sis-wa, seperti menentukan variabel per-cobaan mulai mampu dipahami oleh siswa.

Selanjutnya, masih dalam pem-bahasan LKS 1 siswa masih menga-lami kesulitan dalam merumuskan

(10)

386| Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia, Vol. 4, No.1 Edisi April 2015, 377-390

masalah dan hipotesis, yang terlihat dari rumusan masalah dan hipotesis dari beberapa kelompok yang tidak sesuai dengan wacana yang disaji-kan. Siswa bekerja sama dalam ke-lompok untuk menjawab pertanyaan dalam LKS di setiap pertemuannya dan siswa mulai terampil merumus-kan masalah berupa pertanyaan dan perkembangan ini terlihat jelas pada

pertemuan kelima dan pertemuan

keenam.

Tahap 3. Pengumpulan data

Hipotesis digunakan untuk me-nuntun proses pengumpulan data. Pada pertemuan kedua masih mem-bahas LKS 1, siswa mengendalikan variabel kontrol dan bebas yang telah ditentukan. Kemudian, dengan bim-bingan guru, siswa membuat prose-dur percobaan sesuai dengan variabel yang telah dikendalikan dan dilanjut dengan menuliskan alat dan bahan yang diperlukan dalam percobaan berdasarkan hasil diskusi kelompok. Dalam membuat prosedur percobaan, siswa terlatih untuk kritis dan kreatif dalam merancang percobaan sesuai dengan variabel yang telah dikenda-likan. Guru memberikan ruang bagi siswa untuk mengajukan gagasan-gagasan meskipun gagasan-gagasan tersebut belum tepat (Roestiyah, 2008). Pada pertemuan ketiga, tiap kelompok di-berikan kesempatan untuk mengo-reksi rancangan prosedur percobaan dan alat bahan percobaan berdasar-kan hasil diskusi dengan rancangan percobaan buatan guru.

Selanjutnya, kegiatan yang di-lakukan pada tahap pengumpulan data ini adalah melakukan percobaan daya hantar listrik. Pada kegiatan ini terlihat bahwa keterampilan psiko-motor siswa cukup terampil. Hal ini dilihat ketika siswa menggunakan alat percobaan, misalnya

menggu-nakan elektrolit tester. Antusiasme siswa sangat tinggi selama kegiatan praktikum. Dalam kegiatan prak-tikum, tanggung jawab siswa cukup baik dalam menggunakan alat dan bahan dan bekerja sama dengan baik. Siswa melakukan praktikum sesuai dengan prosedur percobaan yang telah dirancang oleh guru, lalu siswa teliti dalam mengamati perubahan yang terjadi serta menuliskan hasil percobaan pada tabel pengamatan di LKS dengan jujur sesuai hasil per-cobaan. Pada kegiatan ini, kepilan psikomotor siswa cukup teram-pil ketika mengamati gelembung dan nyala lampu pada elektrolit tester, membereskan dan membersihkan alat dan bahan.

Pada pertemuan kelima dan ke-enam siswa tidak melakukan perco-baan tetapi melakukan pengamatan gambar submikroskopik sebaran ion (dalam padatan, lelehan, dan larutan) NaCl dan CaF2. Pada pertemuan ini juga siswa melakukan pengamatan gambar submikroskopis senyawa ion (larutan NaCl dan KI) dan senyawa kovalen (larutan HCl dan HF). Kegi-atan ini menumbuhkan sikap teliti pada diri siswa.

Tahap 4. Pengolahan data

Tahap ini merupakan kelanjutan dari kegiatan pengumpulan data. Pada tahap ini siswa mengolah data hasil pengumpulan yang telah dila-kukan, siswa berdiskusi dalam ke-lompoknya untuk menjawab perta-nyaan-pertanyaan yang terdapat pada LKS. Pada LKS 1 setelah melengka-pi tabel hasil pengamatan, siswa dalam setiap kelompok berdiskusi dalam menjawab pertanyaan-perta-nyaan terkait informasi dalam tabel tersebut.

Pada LKS 1, dengan pertanyaan yang telah diberikan, siswa terlatih

(11)

Utami et al. Efektivitas Discovery Learning dalam Meningkatkan Kemampuan …. |387

menentukan perbedaan yang relevan antara larutan elektrolit kuat, larutan elektrolit lemah, dan larutan non-elektrolit sesuai dengan hasil per-cobaan yang telah dituangkan dalam tabel percobaan. Siswa mampu me-nemukan perbedaan nyala lampu dan gelembung gas dari beberapa larutan uji. Ketelitian siswa semakin baik dalam menganalisis data hasil perco-baan. Ketika proses berlangsung, banyak siswa yang bertanya. Kebi-asaan siswa berbicara dalam kelom-pok dan keinginan untuk mendapat-kan informasi sebanyak-banyaknya mampu merangsang siswa aktif ber-tanya dan mengeluarkan pendapat di kelas. Seperti yang berhasil diamati pada siswa dengan nomor urut 2, 14, 15, 20,21, 22, 25 dan 31. Siswa terlatih memberikan gagasan berva-riasi yang relevan terkait ciri-ciri dari larutan elektrolit dan non-elektrolit sehingga siswa dapat mengelompok-kan larutan uji ke dalam kelompok larutan elektrolit kuat, elektrolit lemah, dan larutan elektrolit. Siswa semakin terlatih mengembangkan kemampuan membedakan pada per-tanyaan-pertanyaan di LKS selanjut-nya. Pada tahap ini, siswa telah mampu menjadi pembelajar yang mandiri yang dituntut agar mampu membangun pengetahuannya sendiri. Sesuai dengan pendapat Trianto (2007) bahwa siswa harus memba-ngun sendiri pengetahuan di dalam benaknya.

Pada LKS 2 pertanyaan yang di-gunakan untuk melatih kemampuan membedakan misalnya, “Mengapa larutan dan lelehan NaCl dan CaF2 dapat menyebabkan lampu menyala ketika dialiri listrik, sedangkan pa-datannya tidak dapat menyalakan lampu ketika dialiri arus listrik?” ke-lompok 1 menjawab, “Karena ion-ion yang berdekatan dan sangat rapat

dalam wujud padat.” Kemudian ke-lompok 5 menjawab, “Karena ion-ion yang rapat sehingga pergerakan ion-ion tidak bebas dalam wujud padat.” Sikap bekerja sama siswa dalam kelompok semakin baik dalam menjawab pertanyaan LKS. Pada diskusi ini, kemampuan siswa dalam menganalisis terutama pada indikator kemampuan membedakan terlatih. Hal itu didukung dengan adanya sis-wa bebas menentukan dan mene-mukan perbedaan danmenguraikan

gagasan yang relevan. Kemudian,

siswa berperan aktif mengaitkan an-tar gagasan-gagasan relevan menjadi pengetahuan yang bermakna dalam menjawab soal. Penjelasan tersebut didukung oleh pendapat Husamah dan Yanur (2013) bahwa konsep bel-ajar menurut teori belbel-ajar konstruk-tivisme yaitu siswa mengkonstruksi pengetahuan baru secara aktif berda-sarkan pengetahuan yang telah diper-oleh sebelumnya.

Pada LKS 3, siswa semakin ter-latih dalam kemampuan membeda-kan, yaitu menguraikan gagasan yang relevan dari pertanyaan analisis terkait jenis ikatan pada larutan elek-trolit. Kerjasama siswa dalam kelom-pok semakin terlihat dalam mencari sumber informasi yang membantu siswa dalam menyelesaikan LKS. Sikap tanggung jawab siswa semakin baik dalam menyelesaikan jawaban dari beberapa pertanyaan pada LKS. Tahap 5. Pembuktian

Pada tahap ini, siswa telah me-nemukan jawaban dari permasalahan, kemudian siswa melakukan pemerik-saan secara cermat untuk membukti-kan benar atau tidaknya jawaban yang ditetapkan tersebut, lalu siswa menghubungkan dengan hasil pengo-lahan data. Kebebasan dalam meng-olah semua informasi yang siswa

(12)

da-388| Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia, Vol. 4, No.1 Edisi April 2015, 377-390

patkan dan mengaitkannya dengan pengetahuan awal siswa membuat proses ini membawa siswa mengem-bangkan keterampilan berpikirnya. Pada pertemuan ketiga, pada LKS pertama siswa mampu membuktikan benar atau tidaknya jawaban dengan cara menghubungkan hasil peng-amatan dari percobaan yang diper-oleh dari pengumpulan data dengan informasi yang ada pada tahap identifikasi masalah. Pada pertemu-an tersebut, siswa masih kesulitpertemu-an dalam melakukan kegiatan ini. Ke-mudian pada pertemuan keempat, siswa mendeskripsikan penyebab la-rutan elektrolit dapat menghantarkan listrik. Latihan dan bekerja sama dalam kelompok untuk menjawab pertanyaan dalam LKS perkem-bangan ini terlihat jelas pada per-temuan keempat sampai perper-temuan keenam, dimana setiap kelompok telah mampu menemukan jawaban dari permasalahan, kemudian mela-kukan pemeriksaan secara cermat. Tahap 6. Menarik kesimpulan

Tahap akhir dari model disco-very learningini adalah generalisasi. Jawaban siswa atas permasalahan bervariasi sehingga guru membim-bing siswa mendapatkan jawaban yang relevan yang pada akhirnya di-dapatkan kesimpulan dari pemecahan masalah tersebut. Munandar (2012) mengatakan bahwa discovery learn-ing melibatkan seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menemukan sesuatu secara sistematis, kritis, lo-gis, analitis sehingga siswa meru-muskan sendiri penemuannya.

Kemampuan siswa menghasil-kan gagasan dalam penyelesaian ma-salah semakin baik pada setiap per-temuannya. Awalnya, banyak siswa belum bisa membuat suatu simpulan. Simpulan yang dibuat semula tidak

berkaitan dengan masalah yang dibe-rikan, akan tetapi dengan bimbingan

guru berangsur-angsur simpulan

yang dibuat oleh siswa menjadi ter-arah dan sesuai dengan masalah yang diberikan.

Pembelajaran dengan menggu-nakan model discovery learning ter-bukti efektif dalam meningkatkan ke-mampuan membedakan. Dalam pem-belajaran, aktivitas siswa selama mengikuti proses pembelajaran di-perhatikan. Semakin siswa aktif, pembelajaran akan semakin efektif. Sesuai dengan pendapat Eggen dan Kauchak dalam Warsita (2008), me-nyatakan bahwa suatu pembelajaran akan efektif bila siswa secara aktif dilibatkan dalam pengorganisasian dan penemuan informasi (pengeta-huan).

Tahap-tahap model discovery

learning juga melatih sikap siswa, misalnya terlihat dari keantusiasan siswa dalam mengikuti pembelajar-an. Banyak siswa yang awalnya pasif dalam kegiatan belajar menjadi aktif. Psikomotor siswa pada kelas

eks-perimen menjadi lebih terampil

dibandingkan siswa pada kelas kon-trol. Penilaian psikomotor pada kelas eksperimen diperoleh bahwa 14% siswa sangat terampil, 80% siswa terampil, dan 6% siswa cukup teram-pil. Kegiatan praktikum dalam mo-del discovery learning ini ternyata lebih mempermudah siswa untuk me-nemukan konsep materi yang disam-paikan dan membuat siswa menjadi lebih aktif. Menurut Gabel, kegiatan praktikum memberi kesempatan ke-pada siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir (Husamah dan Yanur, 2013).

SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis dan pembahasan,

(13)

Utami et al. Efektivitas Discovery Learning dalam Meningkatkan Kemampuan …. |389

maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan sikap dengan model dis-covery learning lebih tinggi diban-dingkan peningkatan sikap meng-gunakan pembelajaran konvensional, psikomotor siswa kelas eksperimen berkategori terampil, dan rata-rata

n-Gain kemampuan siswa dalam membedakan yang diterapkan model

discovery learning lebih tinggi

daripada rata-rata n-Gain

kemam-puan siswa dalam membedakan yang diterapkan pembelajaran konven-sional pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit di SMA Negeri 7 Bandar Lampung, sehingga model

discovery learning efektif dalam me-ningkatkan kemampuan membe-dakan pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit.

DAFTAR RUJUKAN

Anderson, L. W., Krathwohl,

D.R. 2001. A Taxonomy for

Learning, Teaching and Asessing: A Revision of Bloom's Taxonomy of Educational Objetives. New York: Addison Wesley Longman, Inc.

Azzahra, T. 2014. Pembelajaran Materi Kesetimbangan Kimia Meng-gunakan Model Discovery Learning

Dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Luwes Siswa. Skripsi (tidak

diterbitkan). Bandar Lampung:

Universitas Lampung.

Barlia, Lily. 2011. Konstruk-tivisme dalam Pembelajaran Sains di SD: Tinjauan Epistemologi, Onto-logi, dan Keraguan dalam Praktisnya.

Cakrawala Pendidikan, 30(3): 343-358.

Cakir, M. 2008. Constructivist Approaches to Learning in Science and Their Implications for Science Pedagogy: A Literature Review

Inter. J. Environ. Sci. Educ., 3(4): 193-206.

Creswell, J. W. 1997. Research Design Qualitative & Quantitative Approaches. Thousand Oaks-London-New. New Delhi: Sage Publications.

Dahar, R. W. 1989. Teori-Teori Belajar.Jakarta: Erlangga.

Dhindsa, H.S., Erman, S. 2011. Using interactive whiteboard tech-nology-rich constructivist learning environment to minimize gender differences in chemistry achieve-ment. Inter. J. Environ. Sci. Educ., 6 (4): 393-414.

Husamah, S., dan Yanur.2013.

Desain Pembelajaran Berbasis Kom-petensi Panduan Merancang Pem-belajaran untuk Mendukung Imple-mentasi Kurikulum 2013. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.

Joolingen, W. V., 1998. Cogni-tive Tools for Discovery Learning.

Inter. J. Artific. Intel. Educ., 10: 385-397.

Moeed, A. 2013. Science inves-tigation that best supports student learning: Teachers' understanding of science investigation. Inter. J. Environ. Sci. Educ., 8: 537-559.

Munandar, S. 2012.

Pengem-bangan Kreativitas Anak Berbakat.

Jakarta: Rineka Cipta.

Priyatni, E. T. 2014. Desain Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013. Jakarta: Bumi Aksara.

(14)

390| Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia, Vol. 4, No.1 Edisi April 2015, 377-390

Roestiyah, N. K. 2008. Strategi Belajar Mengajar: salah satu unsur pelaksanaan strategi belajar menga-jar: teknik penyajian.Jakarta: Rineka Cipta.

Singh, A., Yager, S.O.,

Yutakom, N., dll. 2012.

Con-structivist Teaching Practices Used by Five Teacher Leaders for the Iowa Chautauqua Professional Develop-ment Program. Inter. J. Environ. Sci. Educ., 7(2): 197-216.

Sudjana, N. 2005.Metode Statis-tika edisi Keenam. Bandung: PT. Tarsito.

Tim Penyusun. 2013. Peraturan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Kemen-dikbud.

Trianto. 2007. Model-model

Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.

Warsita, B. 2008. Teknologi

Pembelajaran Landasan dan Aplika-sinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Wati, D. A. 2014. Pembelajaran Materi Kesetimbangan Kimia Meng-gunakan Model Discovery Learning

dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Elaborasi Siswa. Skripsi

(tidak diterbitkan).Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Gambar

Tabel 2. Hasil  uji  norma pretes siswa
Tabel 3. Hasil uji nor siswa Kelas χ 2 hitun Kontrol 4,69 Eksperimen 7,09 Gambar 3. Rata-rata setiap pe Kontrol
Gambar 4. Persentase nila siswa sebesar  2,26  dan  pa kontrol  sebesar  1,66. Denga kian, dapat dikatakan bahwa peningkatan sikap siswa ke rimen  lebih  tinggi  daripada peningkatan kelas kontrol

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan studi pendahuluan di Desa Manunggal dari 10 akseptor KB non AKDR diketahui 7 responden tidak memahami penggunaan alat kontrasepsi AKDR, hal ini dikarenakan

Dari hasil kajian ini, diketahui bahwa infeksi parasit dan virus yang disertai dengan menurunnya kualitas lingkungan akibat kegiatan pertambangan telah menyebar di seluruh

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat serangan ulat kantong ( Metisa plana Walker) terhadap umur tanaman kelapa sawit di Kebun Matapao PT Socfin Indonesia pada

Hal ini membuktikan bahwa semakin lama waktu kontak air lindi dengan tanah lempung pada kolom penukar ion maka semakin banyak pula ion yang di pertukarkan

mengambil tanggungjawab untuk menjadi ketua umum selama 5 tahun 2005 – 2010, dan setelah selama 5 tahun menjadi ketua DPD saya katakan bahwa saya sudah mendapatkan “api” dari salib

Didalam penelitian ini ditemukan beberapa kendala. Kendala tersebut adalah sebagai berikut. Data yang diperoleh dari Perusahaan BRT transmusi adalah data operasional bus

Namun untuk fungsi bisnisnya (manajemen sumber daya manusia, pemasaran, keuangan, dan operasional) PT. Maju Bersama Prima memiliki fungsi bisnis yang masih belum jelas

1) Ukuran celah pelolosan yang efektif dan dapat digunakan pada bubu lipat kepiting bakau adalah 50 x 50 mm dan 60 x 36 mm. Celah pelolosan berbentuk persegi