• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendidikan Pondok Pesantren berbasis Agrobisnis dan Agroindustri: Studi di Pondok Pesantren Mukmin Mandiri, Waru, Sidoarjo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pendidikan Pondok Pesantren berbasis Agrobisnis dan Agroindustri: Studi di Pondok Pesantren Mukmin Mandiri, Waru, Sidoarjo"

Copied!
150
0
0

Teks penuh

(1)

PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN BERBASIS

AGROBISNIS DAN AGROINDUSTRI

(Studi di Pondok Pesantren Mukmin Mandiri, Waru, Sidoarjo)

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Magister dalam Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh

MUHAMMAD IMRON NIM: F02315073

PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Muhammad Imron, 2019. Pendidikan Berbasis Agrobisnis dan Agroindustri (Studi di Pondok Pesantren Mukmin Mandiri, Waru, Sidoarjo). Tesis, Program Studi Pendidikan Agama Islam, Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Pembimbing : Dr. Syafi’i, M.Ag

Kata Kunci: Pendidikan Pesantren, Kewirausahaan, Agrobisnis, Agroindustri Pengangguran merupakan salah satu masalah sosial yang dihadapi hampir oleh setiap Negara terutama Negara-negara berkembang. Pengangguran disebabkan karena banyaknya tenaga kerja yang tidak sebanding dengan lapangan pekerjaan yang tersedia. Dengan adanya pendidikan keterampilan, diharapkan menjadikan solusi dari masalah pengangguran. Pondok pesantren sekarang ini mengalami perkembangan yang luar biasa, khususnya berkaitan dengan dunia pekerjaan yang begerak di kewirausahaan bidang Agrobisnis dan Agroindustri.

Penulis merumuskan masalah penelitian ada tiga, yaitu : bagaimana porses pendidikan pondok pesantren berbasis agrobisnis dan agroindustri Mukmin Mandiri, bagaimana model pendidikan pondok pesantren berbasis agrobisnis dan agroindustri di pondok pesantren Mukmin Mandiri dan bagaimana internalisasi nilai – nilai agrobisnis dan agroindustri di pondok pesantren Mukmin Mandiri Waru, Sidoarjo.

Sementara, untuk metode penelitian, penulis menggunakan pendekatan kualitatif, fenomenologis dan berbentuk diskriptif. Metode yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi sebagai bahan utama yang relevan dan objektif dalam penelitian ini adalah : Observasi, interview, dan dokumentasi. Setelah semua data yang diperlukan terkumpul, maka selanjutnya data tersebut diolah dan disajikan dengan menggunakan suatu metode analisis deskriptif berusaha memaparkan secara detail tentang hasil penelitian sesuai dengan data. Dari deskripsi pada beberapa bab sebelumnya, maka penulis menyimpulkan tesis ini bahwa corak tersendiri pendidikan pesantren Mukmin Mandiri dapat dilihat dari struktur pengajaran yang diberikan, dari sistematika pengajaran, dijumpai pelajaran yang berulang dari tingkat ke tingkat. Pesantren Mukmin Mandiri melakukan sejumlah akomodasi yang dianggap tidak hanya akan mendukung kontinuitas pesantren, tetapi juga bermanfaat bagi santri. Pendidikan bidang agrobisnis di pesantren Mukmin Mandiri mengacu kepada semua aktivitas mulai dari pengadaan, prosesing, penyaluran sampai pada pemasaran produk yang dihasilkan oleh suatu usaha tani yang saling terkait satu sama lain yang diinternalisasikan melalui proses pendidikan. Model pendidikan berbasis agrobisnis dan agroindustri di pondok pesantren Mukmin Mandiri adalah model pendidikan integratif; sebuah model pendidikan yang mengintegrasikan materi kewirausahaan di dalam seluruh mata pelajaran, buku ajar, ekstrakurikuler dan kultur pesantren. Setelah itu, kegiatan praktik secara simultan dilakukan berdasarkan materi yang diberikan.

(7)

ABSTRACT

Muhammad Imron, 2019. Agribusiness and Agro-Industry Based Education (Study at Mukmin Mandiri Islamic Boarding School, Waru, Sidoarjo). Thesis, Islamic Religious Education Study Program, Postgraduate, Sunan Ampel State Islamic University, Surabaya.

Supervisor: Dr. Syafi'i, M.Ag

Keywords: Pesantren Education, Entrepreneurship, Agribusiness, Agro-industry Unemployment is one of the social problems faced by almost every country, especially developing countries. Unemployment is caused by the number of workers that is not proportional to the available jobs. With the existence of skills education, it is expected to be a solution to the problem of unemployment. Islamic boarding schools are now experiencing extraordinary developments, especially relating to the world of work that is moving in the Agribusiness and Agro-industry entrepreneurship fields.

The author formulates the research problem, there are three, namely: how the educational porses of agribusiness-based boarding schools and agro-industry Mukmin Mandiri, how the model of agribusiness-based boarding school agro-business and agro-industry in Mukmin Mandiri boarding school and how to internalize the values of agribusiness and agro-industry in Mukmin Mandiri Waru boarding school , Sidoarjo.

Meanwhile, for the research method, the authors used a qualitative, phenomenological and descriptive approach. The method used to obtain data and information as the main material that is relevant and objective in this study are: Observation, interview, and documentation. After all the necessary data is collected, then the data is then processed and presented using a descriptive analysis method trying to explain in detail about the results of the research in accordance with the data.

From the description in the previous chapters, the writer concludes this thesis that the distinct style of the Mukmin Mandiri pesantren education can be seen from the structure of the teaching provided, from the teaching systematics, it is found that lessons are repeated from level to level. Mukmin Mandiri Islamic Boarding School conducts a number of accommodations which are considered not only to support the continuity of pesantren, but also benefit students. Agribusiness education in the Mukmin Mandiri boarding school refers to all activities ranging from procurement, processing, distribution to the marketing of products produced by a farm that is interrelated to one another which is internalized through the education process. The agribusiness and agro-industry based education model at Mukmin Mandiri Islamic boarding school is an integrative education model; an educational model that integrates entrepreneurial material in all subjects, textbooks, extracurricular and pesantren culture. After that, practical activities are simultaneously carried out based on the material provided.

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

TRANSLITERASI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Dan Batasan Masalah ... 12

C. Rumusan Masalah ... 13 D. Tujuan Penelitian ... 13 E. Kegunaan penelitian ... 14 F. Kerangka Teori ... 14 G. Definisi Oprasional ... 17 H. Penelitian Terdahulu ... 21 I. Sistematika Pembahasan ... 24

BAB II KAJIAN TEORI TENTANG PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN BERBASIS AGROBISNIS DAN AGROINDUSTRI A. Tinjauan Umum tentang Pondok Pesantren ... 26

1. Pengertian Pondok Pesantren ... 26

2. Historisitas Pesantren di Indonesia ... 30

3. Elemen - elemen dalam Pesantren ... 32

(9)

5. Fungsi Pondok Pesantren dalam Pendidikan Islam ... 40

B. Tinjauan Umum tentang Agrobisnis dan Agroindustri... 49

1. Agrobisnis ... 49

a. Pengertian Agrobisnis ... 49

b. Ruang Lingkup Agrobisnis ... 54

c. Sistem Agrobisni dan Agroindustri ... 57

2. Agroindustri ... 61

a. Pengertian Agroindustri ... 61

b. Penerapan Teknologi untuk Agroindustri ... 64

c. Strategi Pengembangan Agroindustri ... 65

d. Perbedaan Agrobisnis dan Agroindustri ... 67

e. Peran Agribisnis dan Agroindustri pada Perekonomian f. di Indonesia ... 69

C. Model Pendidikan Pondok Pesantren Berbasis Agrobisnis dan Agroindustri ... 70

BAB III METODE PENELITIAN 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 80

2. Kehadiran Peneliti dan lokasi penelitian ... 82

3. Sumber Data ... 84

4. Prosedur Pengumpulan Data ... 84

5. Teknik dan Analisis Data ... 87

6. Pengecekan Keabsahan temuan ... 88

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi lokasi penelitian ... 90

1. Sejarah Perkembangan Pondok Pesantren Mukmin Mandiri ... 90

2. Visi misi Pondok Pesantren Pondok Pesantren Mukmin Mandiri ... 94

(10)

4. Data Guru ... 96

5. Data Santri ... 97

6. Program Pendidikan Pondok Pesantren ... 98

7. Kegiatan Agrobisnis dan Agroindustri ... 99

B. Penyajian dan Analisis Data ... 100

1. Proses pendidikan di pondok pesantren Mukmin Mandiri Waru, Sidoarjo ... 100

2. Model pendidikanpondok pesantren berbasis agrobisnis dan agroindustri pondok pesantren Mukmin Mandiri Waru, Sidoarjo ... 113

3. Internalisasi nilai – nilai pendidikanagrobisnis dan agroindustri di pondok pesantren Mukmin Mandiri Waru, Sidoarjo ... 126

BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ...133

(11)

1

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pondok pesantren merupakan lembaga keagamaan yang sangat mengakar di masyarakat. Sebagai lembaga yang telah mengakar dan telah menjadi bagian sosiokultural masyarakat. Keberadaan pondok pesantren disamping sebagai lembaga pendidikan juga sebagai lembaga masyarakat telah memberi warna dan corak yang khas khususnya masyarakat Islam Indonesia, sehingga pondok pesantren dapat tumbuh dan berkembang bersama-sama masyarakat sejak berabad-abad lamanya. Oleh karena itu kehadiran pondok pesantren dapat diterima oleh masyarakat sampai saat ini.1

Pesantren merupakan akar pendidikan kemandirian di Indonesia jika disandingkan dengan lembaga pendidikan yang pernah muncul di Indonesia, pesantren merupakan sistem pendidikan tertua saat ini dan dianggap sebagai produk budaya Indonesia yang indigenous2. Demikian juga bisa dikatakan pesantren merupakan lembaga keagamaan yang sarat akan nilai dan tradisi luhur yang telah menjadi karakteristik pesantren pada hampir seluruh perjalanan sejarahnya. Secara potensial karakteristik tersebut memiliki peluang cukup besar untuk dijadikan dasar pijakan dalam rangka menyikapi globalisasi dan persoalan-persoalan lain yang menghadang pesantren, secara khusus, dan

1 Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren (Jakarta: INIS, 1994), 25. 2 Sulton Masyhud, Manajemen Pondok Pesantren (Diva Pustaka Jakarta, 2003), 1.

(12)

2

masyarakat luas secara umum, misalnya kemandirian, kerja keras, keikhlasan dan kesederhanaan.

Pesantren hadir untuk merespon terhadap situasi dan kondisi suatu masyarakat yang dihadapkan pada runtuhnya sendi-sendi moral atau bisa disebut perubahan sosial. Didirikannya pesantren adalah untuk menyebarluaskan ajaran universalitas Islam keseluruh pelosok nusantara.3 Menurut Abdurrahman Wahid peranan, pesantren sebagai pelopor transformasi sosial seperti itu memerlukan pengujian mendalam dari segi kelayakan ide itu sendiri, disamping kemungkinan dampak perubahannya terhadap eksistensi pesantren.4 Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam pertama yang mendukung kelangsungan sistem pendidikan nasional, selama ini tidak diragukan lagi kontribusinya dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa sekaligus mencetak kader-kader intelektual yang siap untuk mengapresiasikan potensi keilmuannya di masyarakat.5

Pesantren sekarang ini telah banyak melakukan perubahan hal itu disebabkan oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tuntutan masyarakat dan kebijakan pemerintah berkaitan dengan sistem pendidikan. Dalam perkembangannya sampai sekarang ini pondok pesantren telah mempunyai beberapa bentuk kegiatan pendidikan non formal baik yang berupa pengajian kitab dan keterampilan serta pengambangan masyarakat. Seiring

3 Said Aqil Siradj, Pesantren Masa Depan; Wacana Pemberdayaan dan Transformasi Pesantren

(Bandung: Pustaka Hidayah, 1999), 202.

4 Abdurrahman Wahid,"Prospek Pesantren Sebagai Lembaga Pendidikan", dalam Sonhaji Shaleh

(terj); Dinamika Pesantren, Kumpulan Makalah Seminar Internasional, The Role of Pesantren in Education and Community Development in Indonesia (Jakarta : P3M, 1988), 279.

5 Imam Tolkhah dan Ahmad Barizi, Membuka Jendela Pendidikan; Mengurai Akar Tradisi

(13)

3

dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pondok pesantren juga ikut serta dalam mencerdaskan kehidupan bangsa yang konsekuen anti penjajah dan pembodohan.

Untuk merealisasikan tujuan pendidikan pondok pesantren maka kegiatannya harus dibina dan dikembangkan lebih intensif sesuai dengan tujuan pondok pesantren sebagai suatu sistem pendidikan yang tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat dijadikan tumpuhan dan harapan untuk dijadikan suatu model pendidikan sebagai variasi lain dan bahkan dapat menjadi alternatif lain dalam pengembangan masyarakat guna menjawab tantangan masalah urbanisasi dan pembangunan dewasa ini.

Pesantren telah dianggap sebagai model institusi pendidikan yang memiliki keunggulan baik dari aspek tradisi keilmuannya yang merupakan salah satu tradisi agung maupun sisi transmisi dan internalisasi moralitas umat Islam. Pesantren telah menjadi semacam local genius.6 Pesantren, sebagai alternatif pendidikan baru di tengah-tengah kegagalan lembaga pendidikan lain dalam membina moral dan life skill (keterampilan hidup) dengan nilai-nilai agama (Islam).

Di samping untuk mendalami ilmu agama, pondok pesantren sekaligus mendidik masyarakat di dalam asrama, yang dipimpin langsung oleh seorang kyai karena itu peranan pesantren sangat perlu untuk ditampilkan. Pada dasarnya pondok pesantren mendidik pada santrinya dengan ilmu agama Islam agar mereka menjadi orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT,

6 Malik Fajar, Visi Pembaruan Pendidikan Islam (Jakarta: Lembaga Pengembangan Pendidikan

(14)

4

berilmu yang mendalam dan beramal sesuai dengan tuntutan agamanya. Namun, fungsinya sebagai sosialisasi nilai-nilai dari ajaran Islam ini tidaklah cukup bagi suatu pesantren untuk mampu bersaing dengan lembaga-lembaga pendidikan lainnya yang sudah berkembang dan modern, bahkan untuk bertahan saja ia harus berani beradaptasi dengan arus perubahan-perubahan sosial yang sangat pesat pada saat ini. Sehingga secara bertahap sistem pendidikan pesantren mampu berintegrasi dengan sistem pendidikan nasional.

Pesantren saat ini terus berbenah dan mempersolek diri, dan sisi lain banyak pihak mengadopsi unsur positif dalam diri pesantren. Pesantren menumbuhkan apresiasi yang sepatutnya terhadap semua perkembangan yang terjadi di masa kini dan mendatang.7 Akhir-akhir ini, pondok pesantren berinovasi untuk tidak membekali santrinya dengan pengetahuan agama saja, akan tetapi sudah mulai membekali santrinya dengan keterampilan-keterampilan seperti pertanian, hal ini terutama didasari oleh adanya tuntutan masyarakat yang menghendaki adanya output yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan itu terampil dan siap pakai. Saat ini bangsa Indonesia sangat giat dalam gerak pembangunan. Hal ini untuk mewujudkan tujuan dari pembangunan nasional yaitu pembangunan manusia seutuhnya.

Pondok pesantren sangat memegang peranan penting dalam pendidikan masyarakat. Sebab yang dimaksud manusia Indonesia seutuhnya adalah manusia yang selalu dapat mengendalikan diri, dapat menjaga keseimbangan matriil dan spritual antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum. Ilmu

7 Azyumardi Azra, Pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi Menuju Melinium Baru (Jakarta :

(15)

5

yang ditimba para alumni pesantren dari almamater pesantrennya masing-masing sangat cukup untuk bekal hidup bermasyarakat. Dengan demikian, terciptalah masyarakat belajar, sehingga ada hubungan timbal balik antar keduanya.8 Banyaknya pesantren yang berdiri meningkatkan jumlah penduduk Islam menjadi mayoritas di Indonesia. Ironisnya, justru ketika kita sudah merdeka, umat Islam menerima tekanan-tekanan dari kultur budaya, ekonomi dan juga politik sehingga jumlah populasinya mengalami degradasi. Dari sinilah pesantren harus introspeksi diri sendiri agar misi pendidikan, sosial dan da’wahnya tetap eksis di zaman globalisasi ini.

Berdasarkan data di lapangan, angka pengangguran di Indonesia terus mengalami kenaikan. Berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik) pada bulan februari 2015 jumlah pengangguran mencapai 7,4 juta jiwa, angka ini mengalami kenaikan dari bulan agustus 2014 sebesar 210 ribu jiwa, peningkatan pengangguran terjadi pada lulusan S1,D3 dan SMK sementara lulusan SD. SMP dan SMA mengalami penurunan.9 Menurut Wakil Ketua Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Bidang Perbankan dan Finansial, Rosan P. Roeslani seperti dikutip berita viva mengatakan bahwa jumlah wirausaha Indonesia hanya 1,6%, padahal menurut standar internasional, jumlahwirausahawan yang ideal di tiap negara minimal 2% dari total jumlah penduduk. Mengingat pentingnya kewirausahaan maka jiwa wirausaha perlu ditanamakan sedini mungkin. Penanaman jiwa wirausaha tersebut dapat

8 Azyumardi Azra, Esai-Esai Intelektual Muslim Pendidikan Islam (Jakarta : Logos Wacana Ilmu,

1999), 108.

9 Siti Komara, “Pengelolaan Pondok Pesantren Berbasis Kewirausahaan di Pondok Pesantren

Nurul Barokah Kabupaten Majalengka” Jurnal Ilmiah Indonesia, Vol. 1 No. 1, (September 2016), 68.

(16)

6

diterapkan dalam pembelajaran di pendidikan formal.10 Selain di pendidikan formal pondok pesantren merupakan alternatif terbaik, sebagai pembekalan bagi para santri untuk bisa mendapatkan ilmu keagamaan juga bekal keterampilan dalam berwirausaha.

Pengangguran merupakan salah satu masalah sosial yang dihadapi hampir oleh setiap Negara terutama Negara-negara berkembang. Pengangguran disebabkan karena banyaknya tenaga kerja yang tidak sebanding dengan lapangan pekerjaan yang tersedia. Dengan adanya pendidikan keterampilan, diharapkan menjadikan solusi dari masalah pengangguran. Setiap manusia bersekolah, mengambil kursus, kuliah, atau bentuk pengembangan diri yang lain sebagai upaya menjadi manusia yang produktif.

Pesantren sekarang ini mengalami perkembangan yang luar biasa, khususnya berkaitan dengan dunia pekerjaan. Jika dahulu pesantren masih dianggap tabu jika berbicara tentang pekerjaan atau urusan duniawi apalagi sampai mengembangkan kewirausahaan maka sekarang ini pengembangan kewirausahaan Agrobisnis di lingkungan pesantren sudah menjadi keniscayaan atau kebutuhan apalagi jika hal ini dikaitkan dengan pendidikan pesantren yang mengedepankan kemandirian.

Pesantren sebagai lembaga keagamaan sebagaimana halnya lembaga kemasyarakatan lainnya merupakan lembaga potensial yang selama ini belum banyak terkait langsung dengan kegiatan pengembangan pertanian atau agrobisnis di pedesaan. Pada kenyataannya lembaga keagamaan tersebut justru

(17)

7

merupakan aset bangsa yang berharga dan strategis untuk menampilkan peran sebagai agen pembangunan yang potensial, khususnya pembangunan di bidang pertanian. Walaupun usaha-usaha yang dilakukan pun masih tergolong tradisional. Semua usaha yang dilaksanakan masih berbentuk pada produk-produk pertanian masyarakat. Seperti beras, jagung, tembakau, dan produk-produk lainnya.11

Sebagian besar pesantren berada di daerah pedesaan sehingga potensi pertanian menjadi salah satu alternatif kegiatan pemberdayaan ekonomi pesantren. Konsep pengembangan pertanian yang dilakukan di pesantren sudah seharusnya menggunakan pendekatan agrobisnis. Sebagai suatu sistem, agrobisnis akan memberikan nilai tambah melalui kegiatan-kegiatan subsistem yang ada di dalamnya. Selama ini ada pemahaman yang masih melekat di sebagian besar orang, bahwa di Pondok Pesantren, orang hanya berkutat belajar pada agama kurang mengajarkan pada persoalan-persoalan hidup yang dihadapi di dunia, misalnya bagaimana melakukan usaha/bisnis.12

Munculnya kewirausahaan berbasis agrobisnis dan agroindustri dikalangan pondok pesantren menandakan adanya dinamika di kalangan pondok pesantren dalam menghadapi tuntutan dan kebutuhan masyarakat luas seiring dengan perubahan zaman. Kondisi tersebut akan memberikan angin segar bagi kalangan pondok pesantren, mengingat perhatian pemerintah ke arah

11Ali Mustofa, “Manajemen Kewirausahaan Pondok Pesantren Berbasis Agrobisnis (Studi Kasus

di PP Mukmin Mandiri dan PP Nurul Karomah)” Jurnal Kependidikan Islam, Volume 6 Nomor 2 (2015).

12 Kondisi di atas tidaklah selalu benar, buktinya banyak lulusan para santri di pondok pesantren

yang membuka usaha rumah makan, menjadi peternak, menjadi pedagang dan sejenisnya. Ini berarti para santri sangat potensi menjadi seorang wirausaha yang sukses apabila di samping dibekali nilai-nilai agama juga dibekali kewirausahaan.

(18)

8

pengembangan agrobisnis dan agroindustri pondok pesantren semakin jelas. Di dalam merespon berbagai hal terkait dengan kebutuhan pondok pesantren, tiga tahun terakhir ini berbagai program agrobisnis di pesantren cukup banyak, namun kurang diikuti dengan penguatan kapasitas santri dan kerja sama dengan masyarakat di sekitar pondok pesantren.

Terlepas dari itu, ada satu hal yang ditunjukkan oleh pondok pesantren tersebut, yakni keinginan untuk bisa mandiri dan mengembangkan pondok pesantren melalui usaha serta bisnis yang dihasilkan sendiri dengan kemampuan mendayagunakan potensi sumber daya insani secara maksimal untuk menggali potensi sumber daya alam melalui penyerapan alih teknologi. Hal ini menjadi tantangan dan tuntutan dalam era globalisasi, khususnya bagi pesantren. Sehingga, pesantren juga dapat menumbuhkan masyarakat swadaya dan swasembada.13

Dalam mewujudkan hal itu, dalam Undang-Undang (UU) No. 17 tahun 2007 tentang RPJPN tahun 2005-2025, menyatakan bahwa visi pembangunan nasional tahun 2005-2025 adalah: Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur. Untuk mewujudkan visi pembangunan nasional tersebut ditempuh melalui delapan misi yang mencakup: (1) mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila, (2) mewujudkan bangsa yang berdaya saing, (3) mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum, (4) mewujudkan Indonesia aman, damai dan bersatu, (5) mewujudkan pemerataan pembangunan dan

13 Abdul Munir Mulkhan, Nalar Spiritual Pendidikan, Solusi Problem Filosofis Pendidikan Islam

(19)

9

berkeadilan, (6) mewujudkan Indonesia asri dan lestari, (7) mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat dan berbasiskan kepentingan nasional, dan (8) mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia internasional.14

Untuk pelaksanaan pembangunan sistem agribisnis dirancang dengan melibatkan lembaga ekonomi dan lembaga penunjang lain seperti lembaga ekonomi masyarakat. Lembaga ekonomi masyarakat ini kemudian akan menunjang subsistem agribisnis, kegiatan usaha tani, penyedia informasi, layanan jasa, serta penerapan teknologi pertanian. Lebih jelas lagi agribisnis disini diarahkan pada agroindustri, sehingga nantinya akan menghasilkan nilai tambah yang lebih bagi komoditi pertanian. Dampak lebih lanjut adalah efek multiplier yang menciptakan peluang-peluang usaha baru. Untuk itu dalam upaya pemberdayaan masyarakat sektor ini harus jadi sasaran utama. Sedangkan dalam penguatan ekonomi rakyat agribisnis merupakan syarat keharusan (necessary condition), yang menjamin iklim makro yang kondusif bagi pengembangan ekonomi rakyat yang sebagian besar berada pada kegiatan ekonomi berbasis pertanian.

Untuk penguatan ekonomi rakyat secara nyata, diperlukan syarat kecukupan berupa pengembangan organisasi bisnis yang dapat merebut nilai tambah yang tercipta pada setiap mata rantai ekonomi dalam kegiatan

14Departemen Pertanian. 2001. Pembangunan Sistem agribisnis Sebagai Penggerak Ekonomi Nasional. Edisi Pertama. Jakarta.

(20)

10

agribisnis. Maka dapat disimpulkan bahwa dalam perekonomian Indonesia, agribisnis berperan penting sehingga mempunyai nilai strategis.

Pondok Pesantren Agrobisnis dan Agroindustri Mukmin Mandiri salah satu dari sekian banyak pesantren yang menawarkan pendidikan umum kepada para santrinya, dengan pendidikan berbasis kewirausahaan tanpa mengurangi pendidikan agama. Dengan penerapan kurikulum kewirausahaan dan agama, diharapkan santri tidak hanya pandai dalam berdakwah, akan tetapi juga mampu untuk berbaur dan mengembangkan potensi ekonomi di tengah masyarat. Santri yang berasal dari kalangan dhuafa diharapkan dapat meraih sukses dunia dan akhirat dengan pengalaman belajar wirausaha selama di pesantren.

Di pesantren yang berada di Kabupaten Sidoarjo tersebut para santri diajak untuk tidak hanya belajar mengaji atau belajar kitab kuning saja. Namun mereka juga dibimbing dengan pendidikan entrepreneurship15. Pesantren ini memilih jalur pengembangan pengelolaanya berbasis agrobisnis dan agroindustri. Hal ini dipilih oleh pendiri pesantren tersebut sebagai jawaban tentang perlunya terobosan baru dalam pengembangan pendidikan di pesantren yaitu dengan pengembangan di bidang agrobisnis dan agroindustri. Fokus pesantren saat ini yaitu pada aspek Agro (Agrobisnis), yakni Industri Kopi (Mengolah, memproses kopi biji goreng roaster hingga menjadi kopi bubuk. Pesantren Mukmin Mandiri juga memfasilitasi para santri dalam

15 Pendidikan entrepreneurship bertujuan membentuk manusia secara utuh (holistic) yaitu selain

insan yang memiliki pemahaman dan keterampilan sebagai seorang wirausaha. Pelaksanaan pendidikan entrepreneurship tidak harus mandiri atau otonom dengan membuat kurikulum baru, tetapi pendidikan entrepreneurship dapat diintegrasikan dalam kurikulum yang sudah ada. Lihat Muh. Yunus, Islam dan Kewirausahaan Inovatif (Malang: UIN Malang Press, 2008), 46.

(21)

11

berwirausaha dengan menjalankan pelatihan wirausaha. Para santri di sana diberi kesempatan untuk praktek langsung beriwarusaha lewat bisnis agrobisnis kopi.

Usaha kopi yang memproduksi kopi berlabel “Mahkota Raja Coffee Santri” ini telah sukses membuktikan bahwa santri-santri mampu menjalankan mulai dari proses produksi, pengemasan, distribusi, hingga marketing. Dengan tagline “4 in 1 (kopi+susu+gula+do’a)”, para santri berhasil membuat Mahkota Raja tersebar di berbagai daerah, bahkan sampai ekspor ke Malaysia. Hal ini merupakan pencapaian luar biasa, karena santri-santri juga sekaligus menjalankan studinya di Perguruan Tinggi masing-masing. Kemandirian pesantren memang tidak perlu diragukan lagi. Bertahun-tahun yang lampau hingga saat ini, para pendiri pesantren bener-bener memfungsikan pesantren menjadi “negara kecil”. Dalam lingkungan pesantren, para pengelolanya kebanyakan mempunyai sistem ekonomi sendiri, pemasukan dan pengelolaan keuanganya sendiri yang salah satunya dengan dibentuknya suatu unit usaha atau kegiatan yang bergerak di bidang agrobisnis dan agroindustri.

Kita ketahui bersama intitusi pesantren adalah sebuah lembaga yang independent sebuah lembaga yang mengajarkan kemandirian kepada para santri di dalamnya. Maka tidak heran jika saat ini banyak sekali usaha-usaha produktif sangat berkembang di lingkungan-lingkungan pesantren. Pesantren-pesantren memiliki unit-unit usaha di dalamnya di mana perputaran uang berjalan ratusan sampai dengan milyaran rupiah. Sehingga suatu usaha Agro (Agrobisnis) di pesantren ini tidak hanya menguntungkan dan meningkatkan

(22)

12

kesejahteraan keluarga besar pesantren saja, tetapi mampu memberdayakan dan mengkaryakan perekonomian santri dan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya.16

Oleh sebab itu, penulis berasumsi bahwa lembaga pendidikan, selain bisa menjadi bagian dari strategi pengembangan agama, budaya, namun juga bisa dijadikan sebagai alat untuk meningkatkan perekonomian. Dalam konteks ini, adalah lembaga pesantren sebagai sarana untuk mengembangkan wirausaha agrobisnis dan agroindustri.

Dari uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih dalam tentang agrobisnis dan agroindustri yang yang dikembangkan di salah satu Pondok Pesantren. Penulis membingkai penelitian ini dalam judul “PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN BERBASIS AGROBISNIS DAN AGROINDUSTRI (Studi terhadap Pondok Pesantren Mukmin Mandiri Waru Sidoarjo)”.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

Dalam usaha untuk menghindari terjadinya persepsi lain mengenai masalah yang ada, maka penulis mengidentifikasi masalah yang mungkin terjadi dalam penelitian ini yaitu: proses pendidikan di pondok pesantren

16 Fungsi agrobisnis di pesantren di antaranya untuk menyiapkan para santri menjadi wirausaha

baru, di samping juga untuk menyiapkan sumber pendapatan pesantren, lalu memanfaatkan potensi pesantren kearah usaha produktif. Serta untuk meningkatkan kualitas dan profesionalisme di kalangan pesantren. Pondok pesantren sangat memiliki potensi kewirausahaan yang besar untuk didayagunakan sebagai suatu kekuatan yang mampu mengatasi problem kemiskinan dan pengangguran dalam rangka mewujudkan pesantren sebagai agent of development dan soko guru ekonomi nasional yang baru. Lebih lengkap lihat D. Zumar, Etos Wirausaha Pesantren (Jakarta: Small-Medium Industry, 2008).

(23)

13

Mukmin Mandiri Waru Sidoarjo, dan model pendidikan pesantren berbasis agrobisnis dan agroindustri di pondok pesantren Mukmin Mandiri Waru, Sidoarjo, serta terciptannya peluang usaha bisnis yang ada di Pondok Pesantren tersebut.

C.Rumusan Masalah

Bersandar pada identifikasi dan masalah masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian ini diuraikan sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pendidikan di pondok pesantren Mukmin Mandiri Waru, Sidoarjo?

2. Bagaimana model pendidikan pondok pesantren berbasis agrobisnis dan agroindustri di pondok pesantren Mukmin Mandiri Waru, Sidoarjo?

3. Bagaimana internalisasi nilai-nilai pendidikan agrobisnis dan agroindustri di pondok pesantren Mukmin Mandiri Waru, Sidoarjo?

D.Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan tesis ini adalah untuk mengetahui:

1. Proses pendidikan di pondok pesantren Mukmin Mandiri Waru, Sidoarjo. 2. Model pendidikan pondok pesantren berbasis agrobisnis dan agroindustri

di pondok pesantren Mukmin Mandiri Waru, Sidoarjo

3. Iternalisasi nilai-nilai pendidikan agrobisnis dan agroindustri di pondok pesantren Mukmin Mandiri Waru, Sidoarjo

(24)

14

E.Kegunaan Penelitian 1. Secara teoritis

a. Untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan terutama kaitannya dengan pendidikan berbasis Agrobisnis dan Agroindustri Di Pondok Pesantren Mukmin Mandiri Waru, Sidoarjo

b. Mengenalkan Pola Pendidikan Pesantren Berbasis Agrobisnis dan Agroindustri Di Pondok Pesantren Mukmin Mandiri Waru, Sidoarjo. 2. Secara Praktis:

a. Untuk menjadikan bahan bacaan, referensi, dan rangsangan untuk peneliti berikutnya, terutama yang berkaitan dengan Pendidikan Pondok pesantren berbasis Agrobisnis dan Agroindustri.

b. Terkait dengan konsentrasi studi peneliti di UIN Sunan Ampel Prodi Pendidikan Agama Islam, dengan penelitian ini peneliti berharap mampu menyumbangkan konstribusi pada bidang ilmu pendidikan.

F. Kerangka Teoritik

Sebagai pisau analisis penelitian, sekaligus untuk menjelaskan masalah utama terkait model pendidikan pesantren berbasis agrobisnis dan agroindustri di Pondok Pesantren Mukmin Mandiri Waru Sidoarjo, penelitian ini menggunakan beberapa teori yang di antaranya:

(25)

15

1. Teori Pesantren sebagai Subkultur KH. Abdurrahman Wahid

Sistem pendidikan di pesantren mengadopsi nilai-nilai yang berkembang di masyarakat. Keadaan ini menurut Abdurrahman Wahid, disebut dengan istilah subkultur. Ada tiga elemen yang mampu membentuk Pondok Pesantren sebagai subkultur : 1) pola kepemimpinan pesantern yang mandiri, tidak terkooptasi oleh negara. 2) kitab-kitab rujukan umum yang selalu digunakan dari berbagai abad. 3) sistem nilai yang digunakan adalah bagian dari masyarakat luas.17 Tiga elemen ini menjadi ciri yang menonjol dalam perkembangan pendidikan di pesantren. Pesantren baru mengkin bermunculan dengan tidak menghilangkan tiga elemen itu, kendati juga membawa elemen-elemen lainnya yang merupakan satu kesatuan dalam sistem pendidikannya. Subkultur tersebut dibangun komunitas pesantren senantiasa berada dalam sistem sosial budaya yang lebih besar.

2. Teori Pemberdayaan O. Anwas

Konsep Pemberdayaan menurut Anwas adalah suatu proses untuk memberikan kekuatan (power) kepada pihak yang lemah (powerless), dan mengurangi kekuasaan (disempowered) kepada pihak yang terlalu berkuasa (powerful) sehingga terjadi keseimbangan.18 Proses pemberdayaan selayaknya tidak hanya memberikan kekuatan saja tetapi harus juga diberikan kualitas pendidikan yang berkualitas kepada individu yang lemah tersebut.

17 Abddurrahman Wahid, Pondok Pesantren Masa Depan (Bandung : Pustaka Hidyah, 1999), 14. 18 O. Anwas, Pemberdayaan Masyarakat di Era Global (Bandung: Alfabeta, 2013), 49.

(26)

16

Pemberdayaan tidak sekedar memberikan kewenangan atau kekuatan kepada pihak yang lemah saja. Dalam pemberdayaan terkandung makna proses pendidikan dalam meningkatkan kualitas individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mampu mengatur diri dan lingkungannya sesuai dengan keinginan, potensi, dan kemampuan yang dimiliknya.19

Berdasarkan pandangan tersebut, apabila mengamati proses pemberdayaan yang diberikan kepada santri melalui kegiatan agribisnis dan agroindustri, maka tujuan kegiatan tersebut adalah untuk menjadikan santri berkualitas dalam bidang agama saja, akan tetapi memiliki kualitas dalam mengembangkan potensi pertanian agar kelak. Santri tersebut dapat mandiri dalam hal ekonomi dan memberikan kesempatan melalui kegiatan agribisnis. Selain itu hal yang dilakukan dalam proses pemberdayaan kepada santri yaitu dengan memberikan bentuk pengetahuan secara nonformal mengenai cara pengelolaan pertanian, serta cara pemasaran dari hasil pertanian tersebut.

3. Teori Kewirausahaan Geoffreg G. Meredith

Potensi wirausaha (enterpreneurship) berupa agrobisnis dan agroindustri, menurut Geoffreg G. Meredith, membuat lembaga memiliki kemampuan menemukan dan mengevaluasi peluang-peluang, mengumpulkan sumber-sumber daya yang diperlukan dan bertindak untuk memperoleh keuntungan dari peluang-peluang itu. Maka dalam hal ini,

(27)

17

santri dididik utuk menjadi pemimpin dan mereka menunjukkan sifat kepemimpinan dalam pelaksanaan sebagian besar kegiatan-kegiatan mereka.20

Sistem pendidikan pesantren berbasis pada agrobisnis dan agroindustri ini membuat pesantren memiliki kemampuan dalam memanajemen dan menggunakan waktu dan sumberdaya secara efektif dan efisien. Tentu ini menegaskan bahwa pesantren dewasa ini dapat mensinergikan pendidikan agama dengan beberapa aspek (termasuk agrobisnis dan agroindustri) yang merupakan potensi pesantren, untuk pengembangan lembaga pendidikan tertua di Indonesia tersebut.

G.Definisi Operasional

Agar tidak menjadi kesalah pahaman dalam memahami maksud judul Tesis ini, maka penulis akan menguraikan beberapa istilah penting. Istilah-istilah penting tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pendidikan Pondok Pesantren

Menurut H. Rohadi Abdul Fatah, pesantren berasal dari kata santri yang dapat diartikan tempat santri. Kata santri berasal dari kata Cantrik (bahasa Sansakerta, atau mungkin Jawa) yang berarti orang yang selalu mengikuti guru, yang kemudian dikembangkan oleh Perguruan Taman Siswa dalam sistem asrama yang disebut Pawiyatan. Istilah santri juga dalam ada dalam bahasa Tamil, yang berarti guru mengaji, sedang C. C

20 Geoffreg G. Meredith, Kewirausahaan; Teori dan Praktek, Terj. Andre Asparsayogi (Jakarta:

(28)

18

Berg berpendapat bahwa istilah tersebut berasal dari istilah shastri, yang dalam bahasa India berarti orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu atau seorang sarjana ahli kitab suci agama Hindu. Terkadang juga dianggap sebagai gabungan kata saint (manusia baik) dengan suku kata tra (suka menolong), sehingga kata pesantren dapat berarti tempat pendidikan manusia baik-baik.21

M. Arifin, sebagaimana dikutip oleh Mujamil Qomar, mendefisikan pondok pesantren sebagai suatu lembaga pendidikan agama Islam yang tumbuh serta diakui oleh masyarakat sekitar, dengan sistem asrama (kompleks) di mana santri-santri menerima pendidikan agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya berada di bawah kedaulatan dari leadership seseorang atau beberapa orang kyai dengan cirri-ciri khas yang bersifat kharismatik serta independen dalam segala hal.22

Bertolak dari uraian tersebut di atas, maka dapatlah diketahui bahwa dengan berdirinya pondok pesantren dari kota sampai ke pelosok-pelosok desa, telah dirasakan oleh masyarakat seperti adanya bakti sosial bersama dengan masyarakat maupun dalam bidang keagamaan yaitu dengan adanya pengajian-pengajian atau ceramah-ceramah yang dilaksanakan baik terhadap masyarakat umum maupun terhadap santri itu sendiri. Jadi pendidikan pondok pesantren adalah proses pendidikan agama

21 H. Rohadi Abdul Fatah, dkk., Rekontruksi Pesantren Masa Depan (Jakarta Utara: Listafariska

Putra, 2005), 11.

22 Choirul Fuad Yusuf dan Siswanto, Model Pengembangan Ekonomi Pesantren (Purwokerto:

(29)

19

yang diakui oleh masyarakat dengan sistem asrama yang berada di bawah kedaulatan kyai.

2. Agrobisnis dan Agroindustri

Pengertian Agrobisnis Menurut Downey and Erickson (1998) dalam buku Bungaran Saragih.23 Agrobisnis adalah kegiatan yang berhubungan dengan penanganan komoditi pertanian dalam arti luas, yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan masukan dan keluaran produksi (agroindustri), pemasaran masukan-keluaran pertanian dan kelembagaan penunjang kegiatan. Yang dimaksud dengan berhubungan adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian.

Soekartawi, (1993) Agribisnis berasal dari kata agri dan bisnis. Agri berasal dari bahasa Inggris, agricultural (pertanian). Bisnis berarti usaha komersial dalam dunia perdagangan. Agrobisnis adalah kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran produk-produk yang ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas.

Sedangkan Agroindustri berasal dari dua kata, yaitu agricultural dan industri yang berarti suatu industri yang menggunakan hasil komoditi pertanian sebagai bahan baku utamanya.24 Definisi agroindustri dapat dijabarkan sebagai kegiatan industri yang memanfaatkan hasil komoditi pertanian sebagai bahan baku yang dapat diolah menjadi produk yang

23 Saragih, bungaran, Pertanian Mandiri (Penebar swadaya : Jakarta, 1998), 86.

(30)

20

mempunyai nilai tambah serta mempunyai manfaat lebih dari hasil komoditi pertanian sebelumnya. Dari penjabaran diatas, dapat dikatakan agroindustri adalah sebuah revolusi dari pengolahan hasil pertanian dengan memberikan nilai tambah untuk menyukseskan pertanian.

Agrobisnis merupakan sistem pertanian yang saling terkait mulai dari sistem hulu sampai dengan sistem hilir yang memanfaatkan sumber daya yang ada dengan tujuan mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya.25 Agroindustri adalah fase pertumbuhan setelah pembangunan pertanian, tetapi sebelum pembangunan tersebut memulai ke tahapan pembangunan industri. Dengan kata lain adalah setelah pembangunan pertanian ada pembangunan agroindustri dan setelah pembangunan agroindustri ada pembangunan industri.26

Dari definisi tersebut, juga dapat kita pahami bahwa agroindustri merupakan bagian dari enam subsistem agrobisnis yang disepakati selama ini yaitu subsistem penyediaan sarana produksi dan peralatan, usaha tani, pengolahan hasil (agroindustri), pemasaran, sarana dan pembinaan. Jadi, agroindustri merupakan bagian dari agribisnis dan dianggap sebagai leading sector dari agribisnis.

3. Pondok Pesantren Mukmin Mandiri Waru, Sidoarjo

Pesantren Mukmin Mandiri Sidoarjo adalah sebuah Lembaga Pendidikan Pondok Pesantren yang mengajarkan ilmu agama juga mengajarkan ilmu tentang Agrobisnis dan Agroindustri. Yaitu, tata cara

25 Saragih, Bungaran Refleksi agribisnis (Bogor: IPB, 2007), 8.

26 Soekartawi, Agroindustri dalam Perspektif Sosial Ekonomi (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

(31)

21

mengolah hasil pertanian berupa kopi sampai mempunyai nilai tambah yang lebih. Pondok pesantren ini di perumahan Graha Tirta, Jalan Bougenville, Nomor 69, Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Di pesantren itu, selain dibekali ilmu agama, para santri juga akan mendapat ilmu berbisnis dan berwirausaha.

H. Penelitian Terdahulu

Dalam pencarian jenis penelitian yang relevan dengan judul yang penulis angkat, peneliti menemukan beberapa titik kesamaan dengan beberapa penelitian yang telah terlebih dahulu dilakukan, antara lain yaitu:

1.“Pendidikan Pondok Pesantren Berbasis Agrobisnis Dan Agroindustri (Studi Di Pondok Pesantren Mukmin Mandiri Waru, Sidoarjo). Untuk membedakan kajian Tesis ini dengan yang lain, di bawah ini akan penulis sebutkan beberapa studi pustaka tentang beberapa karya ilmiah dan buku sebagai berikut: Pertama, jurnal Noor Ahmady dengan judul Pesantren dan Kewirausahaan (Peran Pesantren Sidogiri Pasuruan Dalam Mencetak Wirausaha Muda Mandiri), Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya 2013. Penulis menekankan pada mengembangkan kewirausahaan untuk menopang ekonomi pesantren sejak lama, Dalam mengembangkan kewirausahaan pihak pesantren melibatkan santri dalam proses usaha agar menjadi bekal bagi santri ketika sudah terjun kemasyarakat. Unit usaha pesantren Sidogiri sudah berkembang luas,

(32)

22

tidak hanya dilingkungan pesantren atau dilingkungan pasuruan namun sudang berkembang diseluruh Jawa Timur bahkan nasional.

2. Najih Anwar,27 “Manajemen Pondok Pesantren dalam Penyiapan Wirausahawan ; Studi Kasus di Pondok Pesantren Sunan Drajat Lamongan”. Sesuai dengan judulnya, maka fokus adalah bagaimana upaya dan strategi yang dilakukan Pondok Pesantren Sunan Drajat dalam mencipta dan memproduksi para wiraushawan santri, sehingga mereka mampu bertahan hidup di tengah – tengah masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan hasil yang cukup baik dan terencana, mulai dari penyusunan program hingga pada aspek – aspek aktualisasi lainnya. 3. Ali Mustofa dengan judul “Manajemen Kewirausahaan Pondok Pesantren

Berbasis Agrobisnis (Studi Kasus di PP Mukmin Mandiri dan PP Nurul Karomah) Jurnal Kependidikan Islam Volume 6 Nomor 2 UIN Sunan Ampel Surabaya Tahun 2015. Dalam penelitian ini, penulis menekankan pada pola manajemen kepemimpinan serta mampu memanfaatkan sumber daya manusia yang dimiliki oleh Pondok Pesantren Mukmin Mandiri. Pondok Pesantren Mukmin Mandiri memiliki sistem kewirausahaan yang sangat modern. Pengelolaan bisnis yang mereka lakukan sangat bersifat profesional serta didukung oleh peralatan yang memadai, sehingga menghasilkan produksi dengan kualitas yang baik. pondok pesantren Mukmin Mandiri tidak hanya menjual produk pertanian semata. Namun, di sisi yang lain, mereka mampu membuat

27 Najih Anwar, ”Manajemen Pondok Pesantren dalam Penyiapan Wiraushawan ; studi kasus di pondok pesantren Sunan Drajat Lamongan”. Tesis Manajemen Pendidikan Islam Program Pascasarjana UIN Malik Ibrahim Malang, Tahun 2007.

(33)

23

produksi, menanamkan nilai kewirausahaan pada santrinya, memperdayakan dan memperkaya pengalaman santri, serta mendapatkan hasil yang melimpah dari produksi yang dilakukan.

4. “Dampak Programpemberdayaan Santri Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Melalui Kegiatan Agribisnis Di Pondok Pesantren Al-Ittifaq Bandung”. Penelitian yang dilakukan oleh Reza Noormansyah Putra, Ace Suryadi dan Viena Rusmiati Hasanah ini dilatar belakangi oleh adanya kegiatan agribisnis yang dilakukan di Pondok Pesantren Al-Ittifaq dengan tujuan untuk mencetak santri agar mandiri dalam perekonomian sehingga berdampak pada kesejahteraan santri karena mampu memenuhi kebutuhan hidup. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) Bentuk program pemberdayaan para santri melalui kegiatan agribisnis proses kegiatan agribisnis di Pesantren Al-Ittifaq.2) Gambaran partisipasi dalam kegiatan agribisnis di Pesantren Al-Itifaq. 3) Hasil kegiatan agribisnis di Pesantren Al-Ittifaq dalam upaya kesejahteraan dalam kehidupan para santri setelah lulus. 4)Faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dari kegiatan agribisnis.

Empat penelitian di atas mempunyai keselarasan dengan penelitian yang penulis lakukan, yakni dalam hal memaparkan sisi lain pesantren sebagai lembaga pendidikan yang memiliki potensi enterpreneurship (kewirausahaan). Namun, dari tesis dan jurnal yang penulis jadikan sebagai kajian terdahulu di atas, belum ada karya ilmiah yang fokus dan penekanannya yang membahas tentang judul tesis yang penulis buat. Untuk

(34)

24

itu, layak dan sangat menarik sekali bagi penulis untuk mencoba memberikan pembahasan mengenai Pendidikan Pondok Pesantren Berbasis Agrobisnis dan Agroindustri (Studi terhadap Pondok Pesantren Mukmin Mandiri Waru, Sidoarjo). Dengan penelitian ini, penulis akan menyempurnakan penelitian sebelumnya, sehingga ada komprehensi pada kajian dan analisisnya.

I. Sistematika Pembahasan

Untuk lebih terarah dalam pembahasan tesis ini penulis membuat sistematika penulisan sesuai dengan masing-masing bab. Penulis membaginya menjadi lima bab yang masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab yang merupakan penjelasan dari bab tersebut. Adapun sistematika penulisan tersebut adalah sebagai berikut :

Bab pertama, memuat tentang pendahuluan. Pada bagian ini meliputi: latar belakang masalah, Identifikasi dan Batasan Masalah, rumusan masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Definisi Operasional, Penelitian terdahulu, Metode Penelitian, dan Sistematika pembahasan.

Bab kedua, berisi mengenai landasan teori yang berkaitan dengan pendidikan pesantren berbasis agrobisnis dan agroindustri, yang meliputi: tinjauan umum tentang pendidikan pesantren, tinjauan umum tentang agrobisnis dan agroindustri dan relasi pondok pesantren dengan agrobisnis dan agroindustri.

Bab ketiga, berisi tentang metode penelitian yang meliputi: jenis penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

(35)

25

Bab keempat, berisi tentang analisis pendidikan pondok pesantren berbasis agrobisnis dan agroindustri di Pondok Pesantren Mukmin Mandiri Waru, Sidoarjo.

(36)

26

BAB II

KAJIAN TEORI TENTANG PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN BERBASIS AGROBISNIS DAN AGROINDUSTRI

A. Tinjauan Umum tentang Pondok Pesantren 1. Definisi Pondok Pesantren

Istilah pesantren berasal dari kata dasar “santri” yang mendapat awalan pe dan akhiran an yang berarti tempat tinggal para santri.1 Begitu pula pesantren sebuah kompleks yang mana umumnya terpisah dari kehidupan sekitarnya, dalam kompleks itu berdiri beberapa bangunan rumah kediaman pengasuh. Dapat pula dikatakan pesantren adalah kata santri yaitu orang yang belajar agama Islam.2

Menurut Rohadi Abdul Fatah, pesantren berasal dari kata santri yang dapat diartikan tempat santri. Kata santri berasal dari kata “cantrik” (bahasa Sansakerta, atau mungkin Jawa) yang berarti orang yang selalu mengikuti guru, yang kemudian dikembangkan oleh Perguruan Taman Siswa dalam sistem asrama yang disebut Pawiyatan. Istilah santri juga dalam ada dalam bahasa Tamil, yang berarti guru mengaji, sedang C. C Berg berpendapat, bahwa istilah tersebut berasal dari istilah shastri, yang dalam bahasa India berarti orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu atau seorang sarjana ahli kitab suci agama Hindu. Terkadang juga dianggap sebagai gabungan kata saint (manusia baik) dengan suku kata tra

1 Wahjoetimo, Perguruan Tinggi Pesantren Pendidikan Alternatf Masa Depan (Jakarta: Gema

Insani Press, 1997), 70.

(37)

27

(suka menolong), sehingga kata pesantren dapat berarti tempat pendidikan manusia baik-baik.3

Bila mendengar makna pesantren itu sendiri, maka orientasi secara spontanitas tertuju kepada lembaga pendidikan Islam yang diasuh oleh para kyai atau ulama dengan mengutamakan pendidikan agama dibanding dengan pendidikan umum lainnya. Abu Ahmadi, memberikan pengertian pesantren sebagaisuatu sekolah bersama untuk mempelajari Ilmu agama, kadang-kadang lembaga demikian ini mencakup ruang gerak yang luas sekali dan mata pelajaran yang dapat diberikan dan meliputi hadits, ilmu kalam, fiqhi dan ilmu tasawuf.4

Menurut fungsinya, pesantren di samping sebagai pendidikan Islam, sekaligus merupakan penolong bagi masyarakat dan tetap mendapat kepercayaan di mata masyarakat. Jadi pesantren yang dimaksud dalam hal ini suatu lembaga pendidikan Islam yang didirikan di tengah-tengah masyarakat, yang di dalamnya terdiri dari pengasuh atau pendidik, santri, alat-alat pendidikan dan pengajaran serta tujuan yang akan dicapai.

Pesantren merupakan asrama dan tempat para santri belajar ilmu agama juga ilmu yang bersifat umum dan di didik untuk bagaimana hidup mandiri.5 Hal ini adalah merupakan faktor yang sangat penting utamanya dalam menanggulangi kemerosotan akhlak muda mudi, yang mana disebabkan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

3 H. Rohadi Abdul Fatah, dkk., Rekontruksi Pesantren Masa Depan (Jakarta Utara: Listafariska

Putra, 2005), 11.

4 Hamid, Sistem Pesantren Madrasah dan Pesantren di Sulawesi Selatan, 18.

5 Mas’ud Khasan Abdul Qahar, et. Al., Kamus Pengetahuan Populer (Cet. I; Yogyakarta: Bintang

(38)

28

sekarang ini, bukan hanya berpusat di kota-kota besar akan tetapi justru dapat merangkul sebagian besar pelosok pedesaan.

Melihat hal yang ditimbulkan, maka perlu adanya usaha dan perhatian yang serius dari hal ini harus diakui bahwa teknologi itu memang mempunyai banyak segi positif bagi kehidupan umat manusia akan tetapi tidak dapat dipungkiri pula bahwa nampak negatifnya, khususnya dalam bidang perkembangan mental spiritual dapat juga ditimbulkan. Satu contoh dengan lajunya perkembangan teknologi sekarang ini, maka kebudayaan Barat masuk ke Indonesia berusaha untuk merubah dan menggeser nilai-nilai ajaran Islam yang sejak lama dipelihara dengan baik.

Untuk menanggulangi dampak negatif berbagai pihak utamanya kepada pemerintah dan tokoh-tokoh agama saling kerjasama dalam membina dan mendidik umat manusia dengan jalan memberikan pengetahuan yang dapat menjadi penangkal bagi lajunya kebudayaan barat yang setiap saat datang untuk mengancam ketentraman Islam yaitu berusaha untuk ikut dengan budaya yang mereka anut.

Dalam hal ini, M. Dawam Raharjo, menjelaskan dalam bukunya “Pesantren dan Pembaharuan”, pesantren merupakan lembaga Tafaqquh fi> al-Di>n mempunyai fungsi pemeliharaan, pengembangan, penyiaran dan pelestarian Islam, dari segi kemasyarakatan, ia menjalankan pemeliharaan dan pendidikan mental.6

(39)

29

Bertolak dari uraian tersebut di atas, maka dapatlah diketahui bahwa dengan berdirinya pondok pesantren dari kota sampai ke pelosok-pelosok desa, telah dirasakan oleh masyarakat seperti adanya bakti sosial bersama dengan masyarakat maupun dalam bidang keagamaan yaitu dengan adanya pengajian-pengajian atau ceramah-ceramah yang dilaksanakan baik terhadap masyarakat umum maupun terhadap santri itu sendiri.

Dalam istilah pesantren juga disebut sebuah kehidupan yang unik karena di dalam pesantren selain belajar santri juga di didik untuk hidup mandiri, sebagaimana yang dapat disimpulkan dari gambaran lahiriahnya. Pesantren adalah sebuah kompleks dengan lokasi yang umumnya terpisah dari kehidupan sekitarnya, dalam kompleks itu berdiri dari beberapa buah bangunan, rumah kediaman pengasuh yang disebut Kyai, dan dimana di dalamnya terdapat sebuah surau atau mesjid dan asrama tempat mondok bagi santri.7

Corak tersendiri dalam pesantren dapat dilihat juga dari struktur pengajaran yang diberikan, dari sistematika pengajaran, dijumpai pelajaran yang berulang dari tingkat ke tingkat, tanpa melihat kesudahannya. Persoalan yang diajarkan seringkali pembahasan serupa yang diulang-ulang selama jangka waktu yang bertahun-tahun.

Dari pengertian tersebut di atas, maka dapatlah dipahami bahwa pesantren adalah merupakan wadah yang mana di dalamnya terdapat santri

(40)

30

yang dapat diajar dan belajar dengan berbagai ilmu agama. Demikian pula sebagai tempat untuk menyiapkan kader-kader da’i yang profesional dibidang penyiaran Islam.

2. Historisitas Pesantren di Indonesia

Setiap agama memerlukan komunitas masyarakat untuk melestarikan nilai-nilai moral yang dibawa agama tersebut. Hal itu akan membentuk suatu tradisi yang akan terus berkembang. Karena itu, antara nilai-nilai moral yang dibawa agama dan tradisi masyarakat merupakan hubungan simbiosis yang saling mengisi satu sama lain. Dalam hal ini pesantren, merupakan simbiosis antara pelestarian nilai-nilai moral yang sudah menjadi tradisi dan bahkan menjadi lembaga keagamaan (Islam) di tengah masyarakat.8

Pesantren sebagai bagian intrinsik dari mayoritas muslim Indonesia dapat ditelusuri dari aspek historis pesantren yang keberadaannya relatif cukup lama. Penelitian tentang pesantren menyebutkan, pesantren sudah hadir di bumi nusantara seiring dengan penyebaran Islam di bumi pertiwi ini. Ada yang menyebutkan, pesantren sudah muncul sejak abad akhir abad ke-14 atau awal ke-15, didirikan pertama kali oleh Maulana Malik Ibrahim yang kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Sunan Ampel.9

Sejarah mencatat bahwa pesantren atau pondok pesantren adalah lembaga pendidikan, keagamaan, kemasyarakatan yang sudah lama

8 M. Fudholi Zaini dkk, Tarekat, Pesantren dan Budaya Lokal (Surabaya: Sunan Ampel Press,

1999), 69-71.

9 Marwan Saridjo et. al., Sejarah Pondok Pesantren di Indonesia (Jakarta: Dharma Bhakti, 1982),

(41)

31

terkenal sebagai wahana pengembangan masyarakat (community development).10 Di samping itu juga sebagai agent perubahan sosial (agent of chage), dan pembebasan (liberation) pada masyarakat dari ketertindasan, kebutukan moral, politik, kemiskinan. Latar belakang historis ini menunjukkan bahwa pesantren tumbuh dan berkembang dengan sendirinya dalam struktur kehidupan masyarakat Indonesia yang pada awalnya sebagai bentuk perlawanan terhadap penjajahan di Indonesia.

Menurut Arifin, sebagai suatu lembaga pendidikan Islam, pondok pesantren dari sudut historis kultural dapat di dikatakan sebagai training center yang secara otomatis menjadi cultural centre Islam yang disah dan dilembagakan oleh masyarakat.11 Dengan orientasi tersebut, pondok pesantren telah menunjukkan partisipasi aktifnya dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa baik masa pra kemerdekaan sampai saat ini. dan sejarah mencatat nama tokoh-tokoh K.H. Hasyim Asya’ri, K.H Wahab Hasbullah, K. H. Bisyri Syamsuri, K. H. Saifuddin Zuhri Dan K. H. Wahid Hasyim tercatat sebagai tokoh yang cukup memberikan kontribusi yang luar biasa terhadap perjalan bangsa Indonesia.

Sejarah perkembangan pesantren dapat dilihat dari dua segi yaitu: 1) pesantren berasal dari kata santri yang berasal dari bahasa sangsekerta yang berarti melek huruf, hal ini didasarkan pada kelas sosial sebagai kelas leteracy, yaitu orang yang berusaha mendalami kitab-kitab yang

10 Jamal Ma’mur Asmani, Dialektika Pesantren Dengan Tuntutan Zaman, dalam Seri Pemikiran Pesantren, Mengagas Pesantren Masa Depan (Yogyakarta: Qirtas, 2003), 210.

(42)

32

bertuliskan bahasa arab, 2) pesantren berasal dari kata dasar santri dan diimbuhi pe dan akhiran an, dalam bahasa jawa sering di sebut dengan cantrik yang berarti orang selalu mengikuti guru kemanapun guru pergi.12

Lebih rinci Stenbrink, menguraikan bahwa pada awalnya pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam yang pada umumnya diberikan dengan cara non klasikal, seorang kiai mengajar santri-santri (siswa) dengan kitab-kitab yang bertuliskan bahasa arab oleh ulama-ulama besar dari abad pertengahan yaitu abad 12 sampai abad 16.13

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sejarah perkembangan pondok pesantren sudah ada sejak pra kemerdekaan dan juga ikut eksis dalam memberikan kontribusinya dalam peningkatan sumberdaya manusia pada bangsa dan negara Indonesia sampai saat ini. 3. Elemen-elemen Pesantren

Elemen-elemen yang terdapat dalam pondok pesantren sebagaimana disebutkan oleh Dhofier adalah sebagai berikut:14

a. Kiai

Istilah kiai sebenarnya berasal dari bahasa jawa yang merupakan gelar bagi benda atau manusia yang mempunyai sifat-sifat istimewa dan sangat di hormati.15 Sedangkan dalam konteks pondok pesantren

12 Nurcholish Majid, Bilik-Bilik Pesantren ; Suatu Potret Perjalanan (Jakarta: Paramadina, 1997),

99.

13 Steenbrink, Karel A., Pesantren Madrasah Sekolah ; Pendidikan Islam Dalam Kurun Modern

(Jakarta: LP3S, 1994), 112.

14 Zamakhsari Dhofier, Tradisi Pesantren (Jakarta: LP3ES , 1984), 77. 15 Imran, Kaum Santri (Yogyakarta: LKPSM NU, 1992), 89.

(43)

33

kiai adalah orang yang pandai (ulama) yang mumpuni dalam hal pengetahuan agama Islam. Gelar tersebut diberikan oleh masyarakat bukan memiliki pendidikan akademis melainkan karena kealimannya dalam pengetahuan agama Islam.

Lebih lajut Fananie menjelaskan bahwa kiai dikenal dengan orang dihormati, kharismatik. Kiai berfungsi sebagai guru, pelindung, trainer, petunjuk dan penolong.16

b. Santri

Menurut Wahid, Santri adalah sesorang yang mempunyai tiga ciri-ciri utama yaitu : 1) peduli terhadap kewajiban ainiyah (ihtima>m

bi al-furu>d}i al-‘ainiyah), 2) menjaga hubungan yang baik dengan

al-khaliq (khusnu al-mu’a>malah ma’a al-kha>liq), 3) menjaga hubungan yang baik dengan sesama makhluk (khusnu mu’a>malah ma’a

al-khalqi).17

Sedangkan menurut Fananie, santri adalah siswa yang tinggal di pondok pesantren yang mempelajari agama secara serius dan belajar kepada kiai. Hubungan antar santri sangat dekat, saling membantu meskipun berasal dari propinsi, pulau atau negara yang berbeda.18

16 Husnan Bay Fananie, Modernism in Islamic Education in Indonesia and India ; A Case Study of The Pondok Pesantren Modern Gontor and Algarh, Thesis No Phublished, (Nedherlad: Leiden University, 1998), 221.

17 Marzuki Wahid dkk, Pesantren Masa Depan (Bandung: Pustaka Hidayah, 1999), 90.

18 Husnan Bay Fananie, Modernism in Islamic Education in Indonesia and India ; A Case Study of The Pondok Pesantren Modern Gontor and Algarh, Thesis No Phublished, (Nedherlad: Leiden University, 1998), 112.

(44)

34

Lebih rinci Dhofier mengkatagorikan santri menjadi dua yaitu:19 Pertama, santri mukim, yaitu murid-murid yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap dalam kelompok pesantren. Kedua, santri kalong, yaitu murid-murid yang berasal dari desa di sekeliling pesantren, yang biasanya tidak menetap di pesantren.

c. Pondok

Pondok atau asrama pendidikan yang merupakan tempat bermukimnya santri selama mengikuti proses pendidikan. Dalam perkembangannnya pondok terdiri dari kamar-kamar dan dikelompokkan beberapa blok tempat tinggal antara santri puta dan putri di beri pembatas

d. Masjid

Masjid merupakan elemen yang tidak dapat dipisahkan dalam pondok pesantren karena tempat ini merupakan tempat yang paling tepat untuk mendidik para santri mulai dari kegiatan sholat lima waktu berjamaah sampai pengajaran kitab kuning.

e. Kitab Kuning Klasik

Salah satu ciri khas pesantren adalah pengajian kitab klasik (kuning). Menurut Asrohah, kitab kuning merupakan pengajaran tradisi agung di pondok pesantren kitab ini biasanya diajarkan dengan metode sorogan atau bandongan.20

19 Zamakhsari Dhofier, Tradisi Pesantren (Jakarta: LP3ES , 1984), 99.

20 Hanun Asrohah, Pelembagaan Pesantren Asal Usul Dan Perkembangan Pesantren di Jawa

(45)

35

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa elemen pondok pesantren terdiri dari pondok (asrama), masjid, kiai, santri, kitab kuning.

Dari komponen pesantren di atas, terdapat keunikan yang ada di pesantren. Dalam hal ini Ali Mukti, mengungkapkan tujuh ciri sistem pendidikan pesantren yaitu:21 1) adanya hubungan yang akrab antara kiai dengan santrinya 2) tunduknya santri pada kiai, 3) hidup hemat dan sederhana ; 4) semangat menolong diri sendiri; 5) tolong-menolong dalam semangat kekeluargaan 6) disiplin dalam penggunaan waktu 7) berani menderita untuk mencapai tujuan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri pondok pesantren mempunyai ciri-ciri yang unik yang tidak miliki oleh lembaga pendidikan lain di Indonesia.

4. Model-model Pesantren

Sampai akhir abad 20, sistem pendidikan pesantren terus mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman (Mosik, 2014). Pesantren mulai memasukkan ilmu-ilmu umum sebagai ilmu yang harus dipelajari para santri. Selain itu, muncul beberapa pesantren yang mencirikan pada ilmu-ilmu tertentu, seperti pesantren tahfidz Al-Qur'an, pesantren Iptek, maupun pesantren yang khusus mengajari santrinya keterampilan kaderisasi.

21 Ali Mukti, Pondok Pesantren Dalam Sistem Pendidikan Nasional (Surabaya: IAIN Sunan

(46)

36

Perkembangan model pendidikan di pesantren juga didukung dengan perkembangan elemen-elemennya. Jika pesantren awal cukup dengan masjid dan asrama, pesantren modern memiliki kelas- kelas, dan bahkan sarana dan prasarana tidak jauh berbeda dengan sekolah-sekolah modern.22

Dengan tidak meninggalkan tradisi, abad 21 ini, pesantren terus mengadakan pembaharuan-permbaharuan baik di bidang kelembagaan maupun manajemennya, hal ini seiring dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Oleh karena itu, di era sekarang ini banyak ditemukan model- model pesantren di Indonesia yang nyaris berbeda desain bangunannya dengan pesantren-pesantren klasik. Melihat perubahan-perubahan ini, dengan meminjam pendapat Manfred Ziemek, maka tipe-tipe persantren di Indonesia dapat digolongkan sebagai berikut:23

a. Pesantren Model A

Pesantren tipe A merupakan kategori pesantren yang sangat tradisional. Ciri dari pesantren tipe ini adalah masih mempertahankan nilai-nilai tradisionalnya. Pesantren tidak mengalami transformasi yang berarti dalam sistem pendidikannya atau tidak ada inovasi yang menonjol dalam corak pesantrennya. Jenis pesantren inilah yang masih tetap eksis mempertahankan tradisi-tradisi pesantren klasik dengan corak keislamannnya. Masjid digunakan untuk pembelajaran

22 Guntur Cahaya Kesuma, “Refleksi Model Pendidikan Pesantren dan Tantangannya Masa Kini”, Tadris: Jurnal Keguruan dan Ilmu Tarbiyah, Vol. 2, No. 1 (2017).

(47)

37

Agama Islam disamping tempat shalat. Pesantren tipe ini biasanya digunakan oleh kelompok-kelompok tarikat. Olek karena itu, pesantrennya disebut pesantren tarikat. Namun mereka tidak tinggal dimasjid yang dijadikan pesantren. Para santri pada umumnya tinggal di asrama yang terletak di sekitar rumah kyai atau dirumah kyai. Tipe pesantren ini sarana fisiknya terdiri dari masjid dan rumah kyai, yang pada umumnya dijumpai pada awal- awal berdirinya sebuah pesantren.24

b.Pesantren Model B

Pesantren tipe ini mempunyai sarana fisik, seperti; masjid, rumah kyai, pondok atau asrama yang disediakan bagi para santri, utamanya adalah bagi santri yang datang dari daerah jauh, sekaligus menjadi ruangan belajar. Pesantren ini biasanya adalah pesantren tradisional yang sangat sederhana sekaligus merupakan ciri pesantren tradisional. Sistem pembelajaran pada tipe ini adalah individual (sorogan), bandungan, dan wetonan.

c. Pesantren Model C

Jenis pesantren ini adalah pesantren salafi ditambah dengan lembaga sekolah (madrasah, SMU atau kejuruan) yang merupakan karakteristik pembaharuan dan modernisasi dalam pendidikan Islam di pesantren. Meskipun demikian, pesantren tersebut tidak

24 Ibid.

(48)

38

menghilangkan sistem pembelajaran yang asli yaitu sistem sorogan, bandungan, dan wetonan yang dilakukan oleh kyai atau ustadz.25

d.Pesantren Model D

Pesantren jenis ini merupakan pesantren moden. Pesantren ini terbuka untuk umum, corak pesantren ini telah mengalami transformasi yang sangat signifikan baik dalam sistem pendidikan maupun unsur-unsur kelembagaannya. Materi pelajaran dan sistem pembelajaran sudah menggunakan sistem modern dan klasikal. Jenjang pendidikan yang diselenggarakan mulai dari tingkat dasar (barangkali PAUD dan juga taman kanak-kanak) ada di pesantren tersebut sampai pada perguruan tinggi. Di samping itu, pesantren modern sangat memperhatikan terhadap mengembangkan bakat dan minat santri sehingga santri bisa mengekplor diri sesuai dengan bakat dan minat masing-masing. Hal yang tidak kalah penting adalah keseriusan dalam penguasaan bahasa asing, baik bahsa Arab dan Inggris maupun bahasa internasional lainnya. Sebagai contoh misalnya, pesantren Gontor, Tebuireng dan pesantren modern lainnya yang ada di tanah air.

e. Pesantren Model E

Pesantren tipe ini merupakan pesantren yang tidak memiliki lembaga pendidikan formal, tetapi memberikan kesempatan kepada santri untuk belajar pada jenjang pendidikan formal di luar pesantren.

Referensi

Dokumen terkait

Általánosságban véve, vannak tűlevelű és lombos fák. A tűle­ velűek lehetnek gyantamentesek és gyantatartalmúak. A fák felisme­ rése különbözőkép

Berdasarkan tabel 6 di atas terlihat distribusi responden berdasarkan kategori untuk setiap aspek keterampilan sosial perempuan rawan sosial ekonomi yaitu

Ketentuan Pasal 20 ayat (1) Peraturan Walikota Batu Nomor 56 Tahun 2020 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 dalam Status Transisi

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru tentang definisi metode pengajaran, persepsi dari ketiga guru partisipan sesuai dengan teori Muslich 2010 dan Raharjo 2012 yang

Lebih dari separuh isolat bakteri endofit dapat meningkatkan tinggi tanaman tomat pada perlakuan perendaman benih selama 30 menit dibandingkan dengan kontrol dan hanya 1 isolat

Salah satu proses dalam pengolahan biji kopi menjadi bubuk kopi adalah pengeringan biji kopi yang dapat dilakukan secara natural maupun biji kopi yang sudah

HPMC mempunyai resistensi yang baik terhadap serangan mikroba dan penggunaan HPMC sebagai basis yang bersifat hidrofilik juga memiliki kelebihan diantaranya menghasilkan

1) Kondisi hidrologi tapak dapat menjadi poin penting dalam perancangan pusat industri pengalengan ikan layang di Brondong lamongan, karena dalam proses produksi pusat