• Tidak ada hasil yang ditemukan

Telemedicine di Papua Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Telemedicine di Papua Barat"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

Diseminasi Hasil Penelitian

Telemedicine di Papua Barat

Surahyo Sumarsono Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan

(2)

• Nama: Surahyo Sumarsono, B.Eng., M.Eng.Sc. • Tempat/tanggal lahir: Purworejo, 24 Maret 1969 • Pendidikan:

– SMA 1 Teladan Jogjakarta (1984-1987)

– Bachelor of Engineering, Muroran Institute of Technology, Japan

– Master of Engineering Science, The University of Melbourne, Australia

– PhD candidate in Health Informatics (Telemedicine) di University of Groningen, the Netherlands • Sertifikasi TI : CCNP, CCDA, CSS-1, CCSI, IT Infrastructure Library/SM, Project Management, COBIT • Pekerjaan:

– Pengajar di UGM (Sistem Informasi Manajemen Kesehatan , Magister Manajemen Rumah Sakit, Magister

Manajemen, Magister Teknologi Informasi, MAKSI dan lain-lain) dan UNAIR (Magister Manajemen)

– Konsultan TI di Kemenkes: Pedoman Telemedicine Nasional, Roadmap Telemedicine Nasional,

Implementasi Telemedicine Indonesia (Temenin)

– Konsultan Sistem Informasi Kesehatan: SIM RS (Sardjito, Bojonegoro), WHO, BPJS, Dinkes dll.

– Konsultan di BPPT (IT Governance), Pemkot Yogyakarta (Smart City), Bank Kalbar (IT Masterplan), CITO (IT

Masterplan & SDM TI) dan lain-lain

– Direktur Kertiyasa Niwanda Kawasita ( IT Consultant & Training), Direktur Inixindo Jogja (2001 – 2010) • Email: surahyo@gmail.com, surahyo.sumarsono@ugm.ac.id

(3)

LATAR BELAKANG

Sebagai tindak lanjut implementasi dari prioritas 9 Nawa Cita Presiden, yang tertuang dalam agenda ke 5

Nawa Cita yaitu Meningkatkan kualitas Hidup Manusia Indonesia melalui program RPJMN yang menitikberatkan pada prioritas program nasional di bidang kesehatan

Sebagai tindak lanjut langkah implementatif pencapaian Universal Health Coverage 2019, dan E-Health

Landscape Kementerian Kesehatan RI

Pentahapan kegiatan yang sistematik dan aplikatif dalam pencapaian Indikator Telemedicine Rencana

Stratejik KemenKes 2015-2019

Telemedicine merupakan program inovasi dalam meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan

Upaya implementatif dalam bentuk rekomendasi riil dan action plan sesuai arahan Menteri Kesehatan pada

pertemuan kongres internasional Diaspora 2015

(4)

VISI DAN MISI PRESIDEN

9 AGENDA PRIORITAS (NAWA CITA)

Agenda ke 5: Meningkatkan kualitas Hidup Manusia Indonesia

TRISAKTI:

Mandiri di bidang ekonomi; Berdaulat di bidang politik; Berkepribadian dlm budaya

PROGRAM INDONESIA SEHAT

PROGRAM INDONESIA PINTAR PROGRAM INDONESIA SEJAHTERA PROGRAM INDONESIA KERJA

PENGUATAN YANKES PARADIGMA SEHAT JKN 3 D IME N SI PE MB AN G UN AN : PE MB AN G UN AN MAN USIA, SE K T OR UN G G UL AN , PE ME R AT AA N D AN K EW IL AY AH AN NOR MA PE MB AN G UN AN KABIN ET KE R JA KELUARGA SEHAT

(5)

Terwujudnya Sistem Manajemen Kinerja Fasyankes

Terwujudnya Optimalisasi Peran UPT Vertikal

Terbentuknya Sistem Kolaborasi Pendidikan Nakes(Dokter Spesialis dan Layanan Primer)

Terwujudnya Kemitraan yang Berdaya Guna Tinggi

Tersedianya SPA, Nakes, Obat Sesuai Standar

Terwujudnya Peningkatan Akses Pelayanan Kesehatan

Terwujudnya Peningkatan Kualitas Pelayanan Kesehatan

Terwujudnya Sistem Perencanaan yang Terwujudnya Ketepatan Alokasi Anggaran

OUTCOME

VISI BUK 2019

Akses Pelayanan Kesehatan yang Terjangkau dan Berkualitas Bagi Masyarakat Terakreditasinya Fasyankes PROSES STRATEGIS Terwujudnya Penguatan Sistem Rujukan

Terwujudnya Penguatan Mutu, Terwujudnya Penguatan Mutu, Advokasi, Pembinaan dan Pengawasan

Terwujudnya Inovasi Pelayanan Kesehatan

PETA STRATEGI BUK 2015-2019

(6)

SASARAN STRATEGIS DAN INDIKATOR (1)

1 % kec dengan kesiapan layanan primer

2 % kab/kota dengan kesiapan layanan primer 3 Jumlah RS yang terakreditasi

4 Jumlah puskesmas terakreditasi

3 Terwujudnya ketepatan alokasi anggaran 5 Jumlah kab/kota yang memenuhi kriteria yang mendapat anggaran

6 Jumlah provinsi yang menerapkan pelayanan kesehatan bergerak 7 % RS regional sebagai pengampu pelayanan telemedicine

8 % RS vertikal & regional yang memiliki KSO

9 Jumlah MOU dengan pihak ketiga untuk meningkatkan akses 6 Terwujudnya penguatan sistem rujukan 10 % rujukan yang tepat (sesuai indikasi) di RS Regional

7 Terwujudnya Optimalisasi Peran UPT

Vertikal 11

Jumlah RSUD yang menjadi sister hospiter dengan RS Vertikal Kelas A

12 % UPT vertikal yang sudah memiliki Sistem Manajemen Kinerja berbasis Renstra

13 % UPT vertikal yang dibina dengan indeks kinerja baik sesuai dengan kontrak kinerja

Terwujudnya Peningkatan Kualitas

Pelayanan Kesehatan (akreditasi fasyankes) 2

Terwujudnya Inovasi pelayanan kesehatan untuk peningkatan akses

4

KPI Sasaran Strategis

Terwujudnya Sistem Manajemen Kinerja Fasyankes

8

Terwujudnya Peningkatan Akses Layanan Kesehatan

1

Terwujudnya kemitraan yang berdaya guna tinggi

(7)

SUMATERA (24,3%) BORNEO (7,2%) CELEBES(9,1%) MALUKU (1,8%) DISTRIBUSI KAB/KOTA DTPK

DAN DISTRIBUSI RUMAH SAKIT DI INDONESIA

Hospital distribution is unevenly

NO PROVINSI TERPENCIL PERBATASAN KEPULAUAN TERTINGGAL

1 ACEH 4 2 2 -2 SUMATERA UTARA 1 2 4 3 3 SUMATERA BARAT - - 1 1 4 RIAU 4 5 4 -5 SUMATERA SELATAN 1 - - -6 BENGKULU 1 1 1 -7 LAMPUNG 5 - 3 1 8 KEPULAUAN RIAU 5 5 5 -9 JAWA TENGAH - - 2 -10 JAWA TIMUR 1 - 1 -11 BANTEN 1 - 4 2 12 NTT 4 7 11 14 13 KALIMANTAN BARAT 5 5 2 4 14 KALIMANTAN TENGAH 1 - 1 -15 KALIMANTAN SELATAN 1 - - -16 KALIMANTAN TIMUR 2 2 1 1 17 KALIMANTAN UTARA 2 2 1 1 18 SULAWESI UTARA 5 4 4 -19 SULAWESI TENGAH 1 1 3 4

(8)

Indonesia Barat, 83% Indonesia Tengah 15% Indonesia Timur 2%

% SPECIALIST DOCTOR IN THE HOSPITAL

Source : MoH, RS Online. February 2015

SPECIALIST AVAILABILITY AT HOSPITAL (%) Pediatrics 78,4 Obstetrics 78,8 Internist 74,8 Surgeon 72,3 Radiologist 53,7 Anesthetist 66,7 Cardiologist 25,3 Neurologist 40,8 Pulmonologis t 28,2 SPECIALIST AVAILABILITY AT HOSPITAL (%) Ophthalmologist 48,6 Otolaryngology 48,7 Clinical Pathologist 31,7 Psychiatry 40,8 Anat.Pathologist 13,4 Urologist 11,5 Dermatologist 21,6 Forensic 2,6 Other specialist 18 n = 2,400 hospitals Telemedicine 2015

(9)

Definisi:

“pelayanan kesehatan dasar & rujukan antara fasyankes/

tenaga kesehatan (pengampu & diampu) yang dilaksanakan secara jarak jauh melalui media teknologi telekomunikasi & informasi dalam rangka

(10)
(11)
(12)

Definitions

eHealth (WHO 2005)

• “the use of information and communication technologies (ICT) for health.

Examples include treating patients, conducting research, educating the health workforce, tracking diseases and monitoring public health”

Telehealth (various sources)

• eHealth conducted by two or more points separated by distance.

mHealth (various sources)

• The integration of mobile technology, computing devices, and emerging

(13)

The Interrelationship Between Health Information Technology

(14)

PEMBI YA A N YA N G A KUN TA BLE & SU ST A IN A BLE REGULASI &

TATA KELOLA TERKINI YANG TEPAT GUNATERSEDIANYA TEKNOLOGI

TERWUJUDNYA PEMETAAN INFRASTRUKTUR TIK & SUMBER DAYA

TERWUJUDNYA KEMITRAAN LINTAS PROG, SEKTOR & PROFESI

TERWUJUDNYA PEMETAAN KEBUTUHAN LAYANAN KESEHATAN & PROGRAM PRIORITAS

SDM , ORGANISASI & RISET

TERWUJUDNYA TELEMEDICINE YANG EVIDENCE BASED (DEVELOP &

ADOPTION)

INTEGRASI TELEMEDICINE DALAM KERANGKA SISTEM INFORMASI KESEHATAN

LEARNING & GROWTH PROCESS STRATEGIS PERSPECTIVE CUSTOMER FINANCIAL

EVALUASI DAN PENGEMBANGAN MUTU BERKELANJUTAN TERWUJUDNYA BANDWIDTH SESUAI KEBUTUHAN TERSIER SEKUNDER HOME PRIMER

COMPREHENSIVE HEALTHCARE AND

CONTINUUM CONTINUES

PROFESSIONAL DEVELOPEMENT

PETA STRATEGIS TELEMEDICINE

TERWUJUDNYA UHC YANG BERKUALITAS DAN BERKEADILAN

UJI COBA TELEMEDI

(15)

MATURITAS CAKUPAN FASILITAS  Tele-konsultasi  Tele-radiologi  Tele-EKG  Tele-USG  Tele-patologi  Tele-kardiologi  Tele-dermatologi  Tele-nursing  Tele-radiotherapy  Tele-surgery  Tele-geriatri  Tele-psychiatry

7 Level Adoption Model,

Standarisasi, keamanan data, integrasi EHR

RS Rujukan Regional/ Provinsi sebagai

pengampu dan jejaringnya

VARIASI Telemedicine Ses ua ik eb utuh na la yanan

(16)

7 Level Model of Telemedicine Adoption (HIMSS, 2015)

• Full interoperability. All medical device data, including data from patient-provided wearables, is transmitted to and analyzed in an internal EHR. Data is easily exchanged with external organizations.

Level 7

• Offers telemedicine services to patients across the care continuum for

multiple specialties. Highly integrates telemedicine into ongoing patient care

Level 6

• Remotely monitors patients at home. Telemedicine equipment is dispensed by the provider as part of the care treatment plan

Level 5

• Uses complex technology to support care for various levels of patient acuity across specialties and sites. This may include the use of specialized cameras & telemedicine-enabled monitoring & exam instruments

Level 4

• Uses simple exam cameras and viewing monitors to perform virtual consults with patients. Capable of transmitting images and clinical data across providers

Level 3

• Able to transmit personal clinical data and customized education to patients through a dedicated patient portal

Level 2

• Uses technologies such as video conferencing to support provider-to-provider consults and education

Level 1

• Emerging telemedicine program. Telemedicine operations are centrally

managed. Policies are in place to ensure security and regulatory compliance

(17)

ROADMAP TO INDONESIAN TELEMEDICINE

2012

-2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Pilot Project Telemedicine ; Teleradiologi, telecardiology, hasil riset

universitas (prototype)

Activities :

Transformation, Integration, Expansion

Meningkat kan Akses &

Mutu Pelayanan Kesehatan

Penguatan Sistem Rujukan

Nawacita, RPJMN-Renstra, Indonesia Connected, Indonesia Informative,Indonesia Broadband, Indonesia Digital, Mantra, NIX, PeGI, KAMI Index,Detiknas, Tim IT/eHealth

STAKEHOLDERS 1)Kemenkes 2)Kemenkominfo 3)Kemenristek-Dikti / BPPT 4)Kementerian BUMN 5)Kementerian Desa &

Pembangunan Daerah Tertinggal 6)Kemenko PMK 7)LAPAN 8)Universitas 9)BPJS Kesehatan 10)BUMN Telekomunikasi (Telkom, Telkomsel, Indosat) 11)Badan Internasional (WHO, World Bank, ADB, IDB, APSCO, UNDP, UNICEF, NGO, ITU, GIZ)

12)Pemerintah Daerah 13)Asosiasi Profesi 14)Asosiasi Rumah Sakit

Maldistribusi : dr Spesialis, fasilitas kesehatan 92 Pulau-pulau Terluar Indonesia 120 Puskemas prioritas DTPK Aksesibilitas masyarakat ke Faskes Cakupan 95% dari 42 RS

Peningkatan Akses & Mutu Pelayanan, Integrasi Telemedicine dalam sistem pelayanan kesehatan dan

program nasional untuk mendukung pencapaian

(18)

ROADMAP TO INDONESIAN TELEMEDICINE

Pembentukan Task Force Telemedicine

Activities :

Transformation, Integration, Expansion

Meningkat kan Akses &

Mutu Pelayanan Kesehatan Cakupan 95% dari 42 RS Strategik dan Tata Kelola (Governance, Policy, & Regulation) Terbentuknya National Telemedicine Center Naskah Akademik –Perpres, Permenkes, Surat Edaran

Formulasi Kebijakan & Regulasi Telemedicine

Komitmen, leadership, Kemitraan, Sharing Knowledge

Nawacita, RPJMN-Renstra, Indonesia Connected, Indonesia Informative,Indonesia Broadband, Indonesia Digital, Mantra, NIX, PeGI, KAMI Index,Detiknas, Tim IT/eHealth

NSPK

Teleradiologi–

Telemedicine, EMR

Integrasi Pelayanan Telemedicine dalam paket benefit Jaminan Kesehatan Nasional

Pengembangan Sistem dan Manajemen Telemedicine STAKEHOLDERS 1) Bappenas 2) Kemenkes 3) Kemenkominfo 4) Kemenristek-Dikti / BPPT 5) Kementerian Desa & Pembangunan Daerah Tertinggal 6) Universitas 7) BPJS Kesehatan 8) Pemerintah Daerah 9) Asosiasi Profesi 10)Asosiasi Rumah Sakit 2012 -2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Maldistribusi : dr Spesialis, fasilitas kesehatan

1. STRATEGIK DAN TATA KELOLA (GOVERNANCE, POLICY, DAN REGULASI)

92 Pulau-pulau Terluar Indonesia 120 Puskemas prioritas DTPK Aksesibilitas masyarakat ke Faskes

(19)

ROADMAP TO INDONESIAN TELEMEDICINE

Maldistribusi : dr Spesialis, fasilitas kesehatan

Activities :

Transformation, Integration, Expansion

Meningkat kan Akses &

Mutu Pelayanan Kesehatan Kebutuhan Layanan & Prog. Prioritas

Nasional Penguatan Prog. Penanggulangan PTM, Penyakit menular (malaria,

TBC, AIDS),Penurunan AKI-AKB, PONED-PONEK, SPGDT, PDSBK, Sister

Preventif Telemedicine (Home

Nawacita, RPJMN-Renstra, Indonesia Connected, Indonesia Informative,Indonesia Broadband, Indonesia Digital, Mantra, NIX, PeGI, KAMI Index,Detiknas, Tim IT/eHealth

Pemetaan Kebutuhan danPenguatan layanan di Fasyankes Pemetaan &Pembentukan jejaring Telemedicine di 6 (18%) Prov (Dekon)

Pemetaan Program Nasional

Pemetaan &Pembentukan jejaring Telemedicine di 8 (40%) Prov (Dekon) Pemetaan &Pembentukan jejaring Telemedicine di 7 (60%) Prov (Dekon) Pemetaan &Pembentukan jejaring Telemedicine di 7 (80%) Prov (Dekon) STAKEHOLDERS 1) Kemenkes 2) Kementerian Desa & Pembangunan Daerah Tertinggal 3) BPJS Kesehatan 4) Pemerintah Daerah 2012 -2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Cakupan 95% dari 42 RS

2. KEBUTUHAN LAYANAN & PROG. PRIORITAS NASIONAL

92 Pulau-pulau Terluar Indonesia 120 Puskemas prioritas DTPK Aksesibilitas masyarakat ke Faskes

(20)

ROADMAP TO INDONESIAN TELEMEDICINE

Activities :

Transformation, Integration, Expansion

Meningkat kan Akses &

Mutu Pelayanan Kesehatan Kesiapan Standar Infrastruktur, Teknologi & Telekomunikasi

Pemanfaatan produk riset dalam negeri (Research Based Services) dan produk low resources telemedicine

dilaksanakan antara akademik, business, dan government Hilirisasi produk Telemedicine dalam negeri

Pemetaan Teknologi Telemedicine yang berasal

dari dalam & luar negeri

Nawacita, RPJMN-Renstra, Indonesia Connected, Indonesia Informative,Indonesia Broadband, Indonesia Digital, Mantra, NIX, PeGI, KAMI Index,Detiknas, Tim IT/eHealth

Quick Wins

Mempersiapkan data center dan Disaster Recovery Center (DRC) untuk menyimpan data telemedicine (Pusdatin)

Adopsi & pengembangan teknologi telemedicine yang sesuai dgn kondisi akses jaringan saluran telekomunikasi di daerah (teknologi

tepat guna)

Penyusunan Katalog Telemedicine

Terwujudnya Standar SNI Telemedicine dalam bingkai e-Health

STAKEHOLDERS 1) Kemenkes 2) Kemenkominfo 3) Kemenristek-Dikti / BPPT 4) Kementerian BUMN 5) Kementerian Desa & Pembangunan Daerah Tertinggal 6) LAPAN 7) Universitas 8) BUMN Telekomunikasi (Telkom, Telkomsel, Indosat) 9) Pemerintah Daerah 10)Asosiasi Profesi Pemetaan & Pemenuhan akses jaringan telekomunikasi di fasilitas kesehatan yang sesuai kebutuhan

2012 -2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Maldistribusi : dr Spesialis, fasilitas kesehatan Cakupan 95% dari 42 RS

3. KESIAPAN STANDAR INFRASTRUKTUR, TEKNOLOGI & TELEKOMUNIKASI

92 Pulau-pulau Terluar Indonesia 120 Puskemas prioritas DTPK Aksesibilitas masyarakat ke Faskes

(21)

ROADMAP TO INDONESIAN TELEMEDICINE

Activities :

Transformation, Integration, Expansion

Meningkat kan Akses &

Mutu Pelayanan Kesehatan SDM Pemetaan SDM IT di Fasilitas kesehatan

Nawacita, RPJMN-Renstra, Indonesia Connected, Indonesia Informative,Indonesia Broadband, Indonesia Digital, Mantra, NIX, PeGI, KAMI Index,Detiknas, Tim IT/eHealth

Penyusunan standar kompetensi dan sertifikasi ketenagaan telemedicine, Distribusi SDM secara merata pada STAKEHOLDERS 1) Kemenkes 2) Kemenristek-Dikti / BPPT 3) Universitas 4) Badan Internasional 5) Pemerintah Daerah 6) Asosiasi Profesi 7) Asosiasi Rumah 2012 -2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Maldistribusi : dr Spesialis, fasilitas kesehatan Cakupan 95% dari 42 RS

4. SUMBER DAYA MANUSIA

SDM yang kompeten, professional, unggul , mandiri dan berdaya saing dalam mengimplementasikan Program nasional telemedecine 92 Pulau-pulau Terluar Indonesia 120 Puskemas prioritas DTPK Aksesibilitas masyarakat ke Faskes

(22)

ROADMAP TO INDONESIAN TELEMEDICINE

Activities :

Transformation, Integration, Expansion

Meningkat kan Akses &

Mutu Pelayanan Kesehatan

Pembiayaan

Nawacita, RPJMN-Renstra, Indonesia Connected, Indonesia Informative,Indonesia Broadband, Indonesia Digital, Mantra, NIX, PeGI, KAMI Index,Detiknas, Tim IT/eHealth

Strategi financial planning

Implementasi Langkah-langkah Prog Telemedicine dalam rangka advocacy dan negosiasi berbagai sumber pembiayaan APBN (Dekonsentrasi, DAK dan TP), APBD,

BLN, CSR, Diaspora dsb

Pemetaan sumber

pembiayaan APBN, APBD, Swasta STAKEHOLDERS 1) Kemenkes 2) Kementerian BUMN 3) Kementerian Desa & Pembangunan Daerah Tertinggal 4) Universitas 5) BPJS Kesehatan 6) BUMN 7) Badan Internasional 8) Pemerintah Daerah 9) Kemenlu (Diaspora Indonesia) 10)Kementerian Keuangan 11)Bappenas 12)Kemenko PMK 2012 -2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Maldistribusi : dr Spesialis, fasilitas kesehatan Cakupan 95% dari 42 RS 5. PEMBIAYAAN

Koordinasi, konsistensi dan advokasi pembiayaan yang sustainable,accountable, auditable

92 Pulau-pulau Terluar Indonesia 120 Puskemas prioritas DTPK Aksesibilitas masyarakat ke Faskes

(23)

PENYEDIAAN AKSES INTERNET DI WILAYAH 3T

Tahun 2018 Tahun 2017 Telah difasilitasi: - 141 Puskesmas - 47 Kab/Kota - 19 Provinsi Telah diusulkan: - 882 Puskesmas - 153 Kab/Kota - 30 Provinsi

(24)

Titik VPN yang difasilitasi oleh Pusdatin

PENYEDIAAN JARINGAN VPN

• Tahun 2013 : 630 Lokasi (digabung dengan

siknas online)

• Tahun 2014 : 1267 Lokasi (digabung dengan

siknas online)

• Tahun 2015 : 678 Lokasi • Tahun 2016 : 64 Lokasi

• Tahun 2017 : 44 Lokasi (Telemedicine) • Tahun 2018 : 44 Lokasi (Telemedicine)

(25)

CAPAIAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

SD 2019 BTS Penyediaan jaringan telekomunikasi seluler di daerah blankspot AKSES INTERNET Penyediaan layanan internet untuk sekolah,

puskesmas, kantor Desa/Kecamatan dll

SATELIT MULTIFUNGSI

Proyek layanan internet cepat dengan satelit di 149.500

lokasi yang tidak terjangkau layanan broadband terestrial

dengan menggunakan teknologi terkini High

PALAPA RING

Proyek jaringan sepanjang

12.148 km yang menghubungkan 90

Kab/Kota di Indonesia dengan jaringan serat optik

CAPAIAN

PENYIARAN

Penyediaan infrastruktur Penyiaran publik di wilayah perbatasan dan

(26)

Pembagian Kewajiban Penyediaan Layanan Akses

Internet

Uraian BAKTI Pengusul

Akses Internet

(rata-rata 2 Mbps) menggunakan solusi

teknologi Fiber optik/ Radiolink/ VSAT

v

-Catu Daya/Supply Listrik - v

Perangkat Komputer dan

Pendukungnya - v

Pemeliharaan &

Pemanfaatan - v

(27)

Koordinat Palapa Ring Timur

Kabupaten/Kota Provinsi

1 Teminabuan Sorong Selatan Papua Barat 2 Bintuni Teluk Bintuni Papua Barat 3 Rasiei Teluk Wondama Papua Barat

4 Fef Tambrauw Papua Barat

5 Aifat Maybrat Papua Barat

6 Ransiki Manokwari Selatan Papua Barat 7 Anggi Pegunungan Arfak Papua Barat

8 Wamena Jayawijaya Papua

9 Nabire Nabire Papua

10 Serui Kepulauan Yapen Papua 11 Kota Mulia Puncak Jaya Papua

12 Enarotali Paniai Papua

13 Waris Keerom Papua

14 Oksibil Pegunungan Bintang Papua

Lokasi Nama Site

No 21 Sorendiweri Supiori Papua

22 Burmeso Mamberamo Raya Papua 23 Kobagma Mamberamo Tengah Papua

24 Elelim Yalimo Papua

25 Tiom Lanny Jaya Papua

26 Kenyam Nduga Papua

27 Ilaga Puncak Papua

28 Kigamani Dogiyai Papua

29 Sugapa Intan Jaya Papua

30 Tigi Deiyai Papua

31 Waropko Boven Digoel Papua

32 Dekai Yahukimo Papua

33 Timika Mimika Papua

34 Sarmi Sarmi Papua

35 Merauke Merauke Papua

(28)

USULAN KEMENKES 2015 - 2018

Provinsi Jumlah Lokasi

ACEH 4 BANTEN 6 BENGKULU 2 GORONTALO 16 JAWA TIMUR 6 KALIMANTAN BARAT 14 KALIMANTAN SELATAN 2 KALIMANTAN UTARA 1 KEPULAUAN RIAU 7 LAMPUNG 3 MALUKU 4

NUSA TENGGARA BARAT 34

NUSA TENGGARA TIMUR 14

PAPUA 1 PAPUA BARAT 1 SULAWESI BARAT 1 SULAWESI TENGAH 19 SUMATERA BARAT 8 SUMATERA SELATAN 5 SUMATERA UTARA 2 Grand Total 150

No Nama Lokasi Provinsi Kota/Kab

1 PUSKESMAS SARMI PAPUA SARMI 2 PUSKESMAS AIMAS PAPUA BARATSORONG

Kabupaten Lokasi ASMAT 2 BIAK NUMFOR 9 Bovendigoel 7 KEPULAUAN YAPEN 13 MAYBRAT 1 MERAUKE 4 PANIAI 1 SARMI 3 SORONG 3 SORONG SELATAN 2 Tolikara 1 YAHUKIMO 2 YALIMO 3 Grand Total 51

(29)

Kandidat Lokasi Pembangunan Akses Internet 2019

Provinsi Lokasi BENGKULU 3 Kalimantan Barat 15 KALIMANTAN TIMUR 3 KEPULAUAN RIAU 6 LAMPUNG 6 MALUKU 15 MALUKU UTARA 15 NTB 6

NUSA TENGGARA TIMUR 14

PAPUA 54 PAPUA BARAT 31 SULAWESI TENGAH 21 SULAWESI TENGGARA 2 Sulawesi Utara 7 Kabupaten Lokasi ASMAT 1 Biak 1 BIAK NUMFOR 1 Boven Digoel 3 DEIYAI 1 KEEROM 1 Kota Jayapura 1 Kota Sorong 4 Lanny Jaya 1 MAMBERAMO RAYA 2 Mamberamo Tengah 1 Manokwari 5 MAPPI 11

Puncak Jaya Mulia 1

RAJA AMPAT 4 Sarmi 3 SORONG 2 Supiori 1 Tambarauw 9 TELUK BINTUNI 3 TELUK WONDAMA 4

(30)

Mengapa Telemedicine untuk Papua Barat?

• Telemedicine adalah pelayanan kesehatan/kedokteran yang dibantu

dengan teknologi informasi dan Komunikasi secara jarak jauh

• Keterbatasan jumlah dan distribusi SDM tenaga kesehatan

(spesialis), tempat pendidikan

• Untuk meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan,

Pendidikan SDM kesehatan yang berkualitas

• Bentuk telemedicine

• Pelayanan (Teleradiologi, Tele EKG, tele USG), konsultasi ahli, second opinion,

pelatihan/ edukasi jarak jauh

• Faskes primer ke faskes rujukan, faskes rujukan ke seluruh peserta pelatihan • Waktu: simpan-kirim, real time (tatap muka)

(31)

Telemedicine di Indonesia

• Mulai dikembangkan sejak tahun 2012, dan mengalami beberapa kali

perubahan baik dari sisi teknologi sistemnya dan bentuk kerjasamanya dengan pihak ketiga.

• Tahun 2017:

• Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/650/2017 Tentang Rumah Sakit dan Puskesmas Penyelenggara Uji Coba Program Pelayanan Telemedicine  4 Fasyankes di Papua Barat

• Layanan: teleradiologi, tele-EKG, tele-USG dan telekonsultasi

• Aplikasi Platform Web Browser, dan dapat digunakan diseluruh wilayah Indonesia tanpa dikenakan biaya dan tidak harus membayar lisensi dengan alamat

(32)
(33)

DASHBOARD MONITORING

ALIKASI TEMENIN

(34)

TeleEKG 185

TeleUSG 0

Teleradiologi 507

DATA PENGGUNAAN TELEMEDICINE

Data Base Aplikasi TEMENIN tanggal 12 Maret 2019

(35)

TeleEKG 185

TeleUSG 0

Teleradiologi 507

(36)

Sudah aktif 67% Belum aktif

33%

PELAYANAN TELEMEDICINE DI PUSKESMAS DIAMPU

Data Base Aplikasi TEMENIN tanggal 8 Maret 2019

(37)

Aktif 24%

Belum Aktif

(38)

No Jenis SDM Fungsi Jumlah

1 Dokter Spesialis Jatung/Peny,

Dalam Expertise Tele EKG 97

2 Dokter Spesialis Radiologi Expertise

Radiologi 63

3 Dokter Spesialis Obgyn Expertise USG 58

4 Dokter Umum Peminta Konsul 126

5 Operator 139

483

(39)

5 Dokter yang Paling Aktif Mengirimkan Permintaan Ekspertise Pelayanan Telemedicine

NO Nama Dokter Fasilitas Pelayanan Kesehatan Provinsi

1 dr. Jaeni Pringgowibowo RSUD Tombolotutu Sulawesi Tengah

2 dr. Hanifah RSUD Tombolotutu Sulawesi Tengah

3 dr. Renova Panjaitan RSUD Tarutung Sumatera Utara

4 dr. Edwin Carlo Supit Puskesmas Debut Maluku

(40)

DOKTER SPESIALIS AKTIF MEMBERIKAN KONSULTASI (5 TERTINGI)

NO Nama Dokter Fasilitas Pelayanan Kesehatan

1 dr. Eny S, Sp.Rad, M.Kes RSUP dr. Wahidin 2 dr. Rosdiana, Sp.Rad, M.Kes RSUP dr. Wahidin

3 dr. Even Sitorus, Sp.Rad RSUD dr. Djasamen Saragih 4 dr. Laksmita A.D. Tetanel, Sp.PD RSUD K.S Tubun

5 dr. Mohammad Iqbal, Sp.JP RSUP dr. Hasan Sadikin

Data Base Aplikasi TEMENIN tanggal 8 Maret 2019

(41)

Telemedicine di Papua Barat

• 4 Fasyankes:

• Fasyankes yang diampu: RSUD

Rajaempat, Puskesmas Oransbari Kab Manukwari Selatan dan

Puskesmas Sausapor, Kab Tambraw

• Fasyankes pengampu Regional: RSUD Sorong

• Mendapat bantuan peralatan dari Kemenkes dan pengembangan SDM

• Kerjasama dengan FK-KMK UGM:

• 8 Maret 2018 MOU antara Pemda Papua Barat dan UGM

(42)

• Kerjasama FK-KMK UGM dengan IASA ( Indonesian Americam Society of

Academics )

• Pengembangan aplikasi

Visyter, platform terpadu

untuk videokonsultasi dan E

(43)

• Tujuan Umum Penelitian:

• menyusun peta jalan implementasi telemedicine untuk peningkatan akses

dan kualitas kesehatan di Papua Barat, melalui pendekatan multisektoral

• Tujuan Khusus:

• Melakukan evaluasi dan penilaian obyektif terhadap sistem telemedicine

(TEMENIN) yang sudah berjalan di Papua Barat,

• Memberikan rekomendasi kepada pemangku kebijakan terkait telemedicine

(Kemenkes, BPJS, Kementerian Komunikasi dan Informasi) dan Fasyankes di Provinsi Papua Barat dalam pengembangan dan pelaksanaan program

TEMENIN

• Melakukan pengembangan model integrasi TEMENIN dan Visyter yang

(44)

Luaran

• Hasil evaluasi implementasi TEMENIN di Papua Barat

• Rekomendasi pengembangan dan pelaksanaan program TEMENIN

• Model integrasi TEMENIN dan Visyter  didaftarkan sebagai HAKI

(45)

Kerangka Konsep

• Technology Acceptance Model (TAM) : perceived of usefulness dan

perceived ease of use

Model Assessment of Telemedicine Application (MAST)

 menilai efektifitas dan kontribusi pada peningkatan

(46)

Metode

• Tempat: 4 fasyankes di Provinsi Papua Barat yang telah menjadi

piloting TEMENIN:

• Puskesmas Oransbari Kabupaten Manokwari Selatan • Puskesmas Sausapor di Kabupaten Tambrauw

• RSUD Kabupaten Raja Ampat • RSUD Kabupaten Sorong

(47)

Metode

• Implementation research

• Evaluasi TEMENIN di Papua Barat

• workshop dengan stakeholder Dinkes Prov Papua, Kemenkes

(Subdit Pelayanan Kesehatan), BPJS, Kominfo, IASA • Hasil evaluasi

• Rekomendasi pengembangan TEMENIN

(48)

Metode

• Kualitatif

• In-depth interview dan FDG

• Responden: medis, paramedis, operator di 4 fasyankes, dinkes di 4

kabupaten dan Propinsi, subdit Pelayanan penunjang, Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan, BPJS

• Kuantitatif:

• Data sekunder: jumlah kasus yang bisa didiagnosis, jumlah konsultasi,

(49)

Telemedisin

Pelayanan kesehatan yang diberikan melalui penggunaan

teknologi informasi dan

komunikasi yang digabungkan

dengan keahlian medis untuk memberikan pelayanan

kesehatan, mulai dari konsultasi, diagnosa dan tindakan medis

(50)

Inisiatif telemedisin di Indonesia

Kemenkes • Tele-radiologi, EKG, USG, Konsultasi • Skala Nasional Kota Makasar • Tele-EKG, Konsultasi, USG • Pemerintah daerah Tangerang Selatan • Telemedicine equipment BPPT • Prof of concept Gunung Kidul • Alat monitoring di rumah • Penelitian dasar

(51)
(52)
(53)

Faskes Ujicoba Telemedicine KIA

UGM

di Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta

(54)

Bentuk Realisasi Telemedicine AHS

• Penyediaan sarana dan prasarana

• Jaringan komunikasi

• Telemedicine Workstation (dari BPPT?) • Software videoconference

• Ruangan

• Integrasi rekam medis elektronik (penunjang telekonsultasi dan sistem rujukan

• Pengembangan Bumilku dan RinduKIA

• Perluasan Bumilku + Balita • Apps untuk Ibu Hamil

• Pelatihan SDM dan tim pendukung • Webinar

• Telekonsultasi terjadwal • Telekonsultasi emergensi

(55)
(56)

Integrasi telemedisin dalam kerangka

kesehatan

• Pelayanan kesehatan yang berkelanjutan • Profesional-development berkelanjutan • Pembiayaan yang akuntabel dan sustainable

(57)

Telemedisin di Papua Barat

• Kemenkes: mempercepat

peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan melalui Telemedicine

• Kominfo: mempercepat penyediaan

jaringan dan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi untuk

mendukung Telemedicine

• Kemenristekdikti: dukungan

(58)

Telemedicine di Papua Barat

• 4 Fasyankes:

• Fasyankes yang diampu: RSUD

Rajaempat, Puskesmas Oransbari dan Puskesmas Sausapor

• Fasyankes pengampu Regional: RSUD Sorong

• Mendapat bantuan peralatan dari Kemenkes dan pengembangan SDM

• Kerjasama dengan FK-KMK UGM:

• 8 Maret 2018 MOU antara

Pemda Papua Barat dan UGM (dukungan dari KOMPAK)

DR. Diah Ayu Puspandari, Apt., MBA, M.Kes, dari UGM Yogyakarta webinar

(59)

Evaluasi Telemedisin: Dari Papua Barat

untuk Indonesia

• Permasalahan kesehatan • Keamanan telemedisin Sistem Telemedisin • Efektifitas pelayanan medis • Pasien perspektif • Dampak secara ekonomi Dampak

Telemedisin • Tatakelola implementasi telemedisin (multidisiplin) • Pengguna telemedicine • Pembiayaan Aspek Organisasi • Aspek sosial • Etika • Legal Sosio-kultural

Peta jalan implementasi telemedicine untuk peningkatan akses dan kualitas kesehatan

(60)

Pendekatan Evaluasi Telemedisin

• Tempat: 4 fasyankes di Provinsi Papua Barat yang telah menjadi

pilot implementasi TEMENIN:

• Puskesmas Oransbari Kabupaten Manokwari Selatan • Puskesmas Sausapor di Kabupaten Tambrauw

• RSUD Kabupaten Raja Ampat • RSUD Kabupaten Sorong

(61)

Luaran Evaluasi

• Membuat peta jalan implementasi telemedisin

• Rekomendasi pengembangan telemedisin di Indonesia

• Konten pelayanan telemedisin • Regulasi

• Tatakelola

• Infrastruktur dan aplikasi • Capacity building

(62)

Hasil Evaluasi Sementara

Perspektif Pelayanan Kesehatan, Organisasi,

Infrastruktur, Harapan pengembangan Telemedisin di Papua Barat

(63)

Konteks pelaksanaan Telemedisin di

Papua Barat

Pelayanan Kesehatan dan Faskes

Pelayanan Telemedisin Organisasi danTatakelola

Usulan

Pengembangan

Kelengkapan Peralatan

(64)

Pelayanan Kesehatan dan Faskes

Puskesmas Diampu • Morbiditas berdasarkan kunjungan pasien • ISPA • Hipertensi • Tuberkulosis • HIV/AIDS • Kasus Dirujuk • Kecelakaan

• Kehamilan Resiko Tinggi

Rumah Sakit Diampu

• Morbiditas berdasarkan kunjungan pasien • Dispepsia, Gastritis • Malaria • Hipertensi • ISPA • Kasus Dirujuk • Bronchopneumonia • Dyspnea • DHF • Cidera Kepala

(65)
(66)
(67)

Kondisi Infrastruktur TI di Oransbari, Manokwari Selatan

(68)

Pengembangan Telemedisin di

Fasilitas Kesehatan

• Pengembangan aplikasi Telemedisin, data center dengan IP Publik dan bandwith internet • Implementasi telemedisin: Survey lokasi, membuat komitmen (MoU), Pelatihan pengguna,

Pengiriman Barang dan pelatihan onsite, Evaluasi

• Operasional telemedisin (internet, pemeliharaan alat)

Peralatan Faskes Diampu lainnya

• USG

• Modalitas Lab

(Hematologi, Kimia Darah, Urin Analizer)

• Imunologi • Converter

(69)

Perspektif pengguna telemedisin

Handphone n=19 Laptop n=13 Tablet n=4 8 10 12 14

Media yang Sering digunakan untuk Konsultasi Kesehatan

<3 kali dalam seminggu 73%

4-9 kali dalam seminggu 20%

>=10 kali seminggu 7%

(70)

Perspektif pegguna telemedisin

0 2 4 6 8 10 12 1-2 kali 3-4 kali >4 kali belum pernah

Rata-rata Penggunaan Aplikasi TEMENIN dalam 1 Bulan (n=19) Penggunaan Aplikasi 0 2 4 6 8 10 12 Tele-EKG Tele-USG Tele-Radiologi Tele-Konsultasi Belum Pernah Menggunakan

Fitur Aplikasi TEMENIN yang pernah di gunakan (n=19)

• Akses internet yang sulit

• Tidak lebih mudah dari komunikasi melalui sosial media (WA)

• Masih perlu mempelajari aplikasi Telemedisin (desktop dan mobile)

• Tidak bisa dilihat kembali respon yang sudah terkirim dan mengedit informasi jika ada kesalahan

(71)
(72)

Organisasi dan Tatakelola

Faskes Pengampu 1 Faskes Pengampu 2 Dinkes Kab/Kota Dinkes Provinsi Faskes Diampu Faskes Diampu Tagihan Pelayanan Kementrian Kesehatan 2017 4 Faskes (1 Faskes Pengampu) 2019 20 Faskes Diampu s/d 2023 120 Faskes Diampu

(73)

Aspek Sosial, Etik dan Legal

• Tanggung jawab penatalaksanaan pasien sesuai dengan SOP, MoU

kerjasama antara pengampu dan diampu

• Inform consent pasien secara verbal dan tidak ada keberatan dari

pasien atau keluarga

• Landasan regulasi teknis untuk penyelenggaraan, operasional,

pemeliharaan, capacity building staf medis di faskes (regulasi daerah dan atau pusat)

(74)

Dampak Positif Penggunaan Telemedisin

Efisensi Pelayanan • Kecepatan pelayanan (non-emergency) • Pengurangan biaya penatalaksanaan pasien Kepuasan Pasien • Biaya akibat dirujuk ke RS • Kenyamanan pasien • Mutu pelayanan Capacity Building • Komunikasi dengan dokter spesialis • Transfer knowledge

(75)

Dampak lain yang tidak terantisipasi

• Komunikasi langsung dengan dokter spesialis melalui media lain (WA) • Terjadi Telemedisin internal Faskes (antar Radiografer dan Dokter

Spesialis)

• Kapasitas Faskes Diampu meningkat (tersedia dokter spesialis 4 dasar

dan Anastesi), justru lebih tepat sebagai pengampu bagi Faskes sekitarnya

• Ketersediaan alat penunjang medis membantu proses akreditasi Fasilitas

Kesehatan

(76)

Tantangan implementasi telemedisin

• Institusionalisasi pelayanan telemedisin di Faskes Diampu maupun

Pengampu (Telemedisin bagian dari layanan kesehatan yang memiliki SOP)

• Pengembangan layanan telemedisin untuk berbagai kasus lain

dengan tingkat kegawat-daruratan yang berbeda (kesehatan materal dan perinatal, jiwa, penyakit infeksi dengan komplikasi)

• Penyediaan infrastruktur pendukung (terutama jaringan internet)

bagi Faskes Diampu) dan Peralatan Telemedisin

• Pembiayaan pelayanan telememdisin: APBD, JKN, Kemenkes (DAK,

BOK), Otsus, Kominfo (KPU/USO atau Kewajiban Pelayanan Universal)

(77)

Laporan Riset Evaluasi Penerapan

(78)

Proses Koordinasi

• Bulan februari 2019 setelah proposal disetujui oleh Iptekkes, Tim

koordinasi segera terbentuk.

• Pengajuan ethical clearance diizinkan dengan nomor

KE/FK/0390/EC/2019 pada tanggal 11 April 2019.

• Koordinasi yang dilakukan oleh Tim Peneliti selama menunggu

persetujuan ethical clearance adalah penyusunan instrument penelitian, persiapan tim evaluator yang berangkat, dan koordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat serta Fasilitas Layanan Kesehatan yang menjadi tujuan penelitian yaitu RSUD Sorong, RSUD Raja Ampat, Puskesmas Sausapor dan Puskesmas Oransbari.

• Tim Peneliti juga mulai untuk mengumpulkan data sekunder yang dapat

(79)

Penyusunan Instrumen

• Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode

kuantitatif dan metode Kualitatif.

• Penyusunan Instrumen Penelitian dengan pendekatan kuantitatif

mengacu pada kuesioner Technology Acceptance Model (TAM) dan Tele-Health Usability Questionnaire (TUQ).

• TAM merupakan kuesioner untuk menilai tentang sistem informasi yang

dapat menjelaskan tentang penerimaan suatu teknologi serta bagaimana masyarakat dapat menerima dan menggunakan teknologi sebagai pengguna akhir.

• TUQ adalah kuesioner yang digunakan untuk menilai persepsi

(80)

Penyusunan Instrumen

• Kuesioner final untuk penelitian terdiri dari 7 domain, yaitu

Usefulness, Ease of use and learnability, Interface quality, Interaction

quality, Reliability, Attitude, Satisfaction and future use.

• Skala yang digunakan adalah 5 point-likert scale dengan gradasi

dari sangat tidak setuju dengan poin 1 hingga sangat setuju dengan poin 5.

• Tim juga menyusun kuesioner untuk menilai akses responden

terhadap internet.

• Kuesioner disusun berdasarkan analisa tim terhadap kebutuhan

(81)

Penyusunan Instrumen

• Persiapan Instrumen Penelitian dengan pendekatan kualitatif yaitu

melakukan penyusunan Interview Guideline dan Focus Group

Discussion Guideline.

Guideline mengacu dari Model Assessment of Telemedicine

Aplication (MAST) dan Telemedicine Patients Satisfactory

(82)

Koordinasi dengan

Dinas Provinsi Papua Barat

• Koordinasi untuk jadwal penelitian sudah dilakukan dengan Dinas

Kesehatan Provinsi Papua Barat.

• Kemudian dilanjutkan koordinasi dengan Dinas Kesehatan

Kabupaten Sorong, Dinas Kesehatan Kabupaten Raja Ampat, Dinas Kesehatan Kabupaten Tambrauw dan Dinas Kesehatan Kabupaten Manokwari Selatan sebagai dinas kesehatan tempat fasilitas kesehatan tujuan penelitian.

(83)

Kunjungan lapangan

• Provinsi Papua Barat merupakan salah satu wilayah terbesar di

Indonesia dengan luas kurang lebih 296.390 Km2.

• Provinsi ini dimekarkan dari provinsi Papua dengan ibukota

Manokwari Selatan.

• Provinsi Papua Barat terdiri dari 12 kabupaten dan 1 kota dengan

218 Kecamatan, 1744 Desa dan 95 Kelurahan.

• Jumlah penduduk Provinsi Papua Barat pada tahun 2017 mencapai

915.361 jiwa.

(84)

Kunjungan lapangan

• Fasilitas Kesehatan di Provinsi papua Barat terdiri dari 17 Rumah

Sakit Umum, 42 Puskesmas Rawat Inap, 112 Puskesmas Non-Rawat Inap, dan 299 Puskesmas Pembantu.

• Dokter Spesialis yang tersedia berjumlah 115 dokter dan Dokter

Umum sejumlah 220. Rasio dokter terhadap penduduk adalah 36,27/100.000.

• Sedangkan rasio perawat per penduduk adalah 2.253/100.000.

• Rujukan Fasilitas Kesehatan tingkat provinsi adalah RSUD Sorong

yang berada di Kabupaten Sorong (Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat, 2018).

(85)

Kunjungan lapangan

• Kunjungan lapangan ke Provinsi Papua Barat dilaksanakan pada tanggal

29 April hingga 4 Mei 2019.

• Tim peneliti terdiri atas 3 orang dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan

Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada.

• Setelah menempuh perjalanan 14 jam dari kota Yogyakarta karena

terhambat oleh delay pesawat dan sekali transit di Makassar, Tim peneliti mendarat di Sorong pada pukul 13.10 WIT dan langsung menuju RSUD Sorong.

• Hari pertama (sesuai dengan jadwal yang terlampir), tim mengunjungi

RSUD Sorong dan bertemu dengan tim manajemen RSUD, Dokter Spesialis Jantung, tenaga IT, dan perwakilan dari Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat.

(86)
(87)

Kunjungan lapangan

• Hari kedua, tim berkunjung ke Puskesmas Sausapor yang berada di

Kabupaten Tambrauw.

• Perjalanan menuju Puskesmas Sausapor memakan waktu ± 4 jam

perjalanan darat dengan melalui hutan dan menggunakan mobil 4 wheel drive karena beberapa titik jalan ada yang belum beraspal.

• Tim berangkat pukul 04.30 WIT dan sampai di Puskesmas Sausapor

pada pukul 08.30 WIT.

(88)
(89)

Kunjungan lapangan

• Kunjungan Tim hari ketiga yaitu ke RSUD Raja Ampat, dan

berdiskusi langsung dengan Direktur RSUD Raja Ampat.

• Kunjungan ke fasilitas kesehatan terakhir adalah di Puskesmas

Oransbari yang terdapat di Kabupaten Manokwari Selatan.

• Setelah mengunjungi beberapa faskes, tim memberikan hasil

evaluasi awal dengan presentasi kepada stakeholder terkait, yaitu Dinas Kesehatan Papua Barat.

(90)
(91)
(92)
(93)

Hasil FGD untuk Pengembangan

Telemedicine di Papua Barat

(94)

Masukan

• BPJS: Merita: BPJS Kesehatan Cabang Manokwari

• Daerah 3T untuk meningkatkan akses. Di daerah tersebut kapitasi tidak

terserap banyak

• SDM dan sarana di Faskes primer: Pertanggungjawaban anggaran JKN

untuk telemedisin

• Regulasi untuk menggunakan anggaran JKN untuk telemedisin • Menetapkan kewenangan, sejauh mana kewenangan untuk

• Kebijakan yang tidak berkelanjutan  alat yang tidak digunakan, sulit

melanjutkan program karena kebijkannya berubah

• Concern dokter untuk melakukan pencatatan rekam medis, walaupun

(95)

Diskusi dan Masukan

• Dinas Kesehatan

• Pemeliharaan: studi banding pemeliharaan alkes baik di Puskesmas dan

rumah sakit  Akan ada Regional Maintenance Center untuk pemeliharaan

alat kesehatan. Tapi akan sangat tergantung Kabupaten/Kota

• Sistem rujukan  Sisrute, untuk pengusulan DAK syaratnya harus masuk

dalam Sisrute  membutuhkan akses internet

• ASPAK, SIRANAP, SISRUTE, SIMBARA  terlalu banyak sistem justru

membingungkan. Link aplikasi Telemedisin dengan P-Care

• Aplikasi dibuat seperti Go-Jek (konsultasi terbuka untuk siapapun) dan

terintegrasi dengan berbagai sistem lain, sehingga mudah untuk monitoring

(96)

Diskusi dan Masukan

• Kasus yang penting di Papua Barat: Kematian Ibu dan Anak 

Deteksi dini kasus kegawat-daruratan maternal, perinatal dan anak

• Telemedisin untuk kegiatan Promotif dan preventif, ada anggaran

dari BPJS untuk kegiatan promotif dan preventif  Deteksi dini,

kegiatan Germas, Posyandu, Posbindu, PIS-PK

• Baru sebatas pada pendataan, belum sampai melakukan pendeteksian

terhadap kondisi penyakit

• Dana Rujukan Orang Asli Papua  untuk transportasi dan

(97)

Diskusi dan Masukan

• In-house online training  telemedisin digunakan untuk capacity

building tenaga kesehatan dengan menggunakan aplikasi mobile (Android, IoS)

• Tele-conference

(98)

Hasil kunjungan lapangan

• Pengumpulan data secara kualitatif meliputi diskusi dan wawancara

mendalam kepada dinas kesehatan, tenaga kesehatan maupun tenaga teknis yang pernah terlibat dan menggunakan aplikasi TEMENIN.

• Pengumpulan data secara kuantitatif mendapat 19 responden dari 4

fasilitas kesehatan yang menjadi tujuan penelitian.

• Dari 19 responden, hanya 8 responden yang pernah menggunakan

aplikasi TEMENIN atau akan disebut sebagai pengguna.

• Sedangkan 11 lainnya merupakan tenaga medis maupun tenaga teknis

yang belum pernah menggunakan aplikasi TEMENIN atau akan disebut sebagai bukan pengguna.

• Responden penelitian terdiri dari tenaga medis, kepala puskesmas,

direktur rumah sakit, tenaga IT, manajemen rumah sakit, dan dinas kesehatan kabupaten.

(99)

Hasil kunjungan lapangan

• Sejak mulai diimplementasikan pada 5 Maret 2018, aplikasi TEMENIN di

provinsi Papua Barat pernah digunakan sebanyak 23 kali.

• Konsultasi paling banyak dilakukan oleh Puskesmas Oransbari ke RSUD

Sorong yaitu sebanyak 19 kali, sedangkan 4 lainnya merupakan konsultasi dari Puskesmas Sausapor.

• Beberapa faktor yang menyebabkan sedikitnya konsultasi dari Puskesmas

Sausapor, salah satunya adalah masalah koneksi internet.

• Ketidakjangkauan masyarakat Papua Barat terhadap akses internet

(100)

Hasil kunjungan lapangan

• Fitur di aplikasi TEMENIN yang pernah

digunakan adalah Tele-EKG, sedangkan fitur yang lain yaitu tele-Konsultasi, tele-Radiologi dan Tele-USG belum pernah digunakan sama sekali.

• Karena terbatasnya responden, kami tidak

menggunakan analisis statistik.

• Namun analisis deskriptif tetap dilakukan dalam

(101)

Data Dasar

Puskesmas Sausapor RSUD Raja Ampat RSUD Sorong Dinas Kesehatan

(102)

Data Dasar

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Responden (n=19)

(103)

Data Dasar

Radiografer Tenaga IT Bidan Perawat Dokter Umum Dokter Spesialis Manajemen Faskes Staff Dinas Kesehatan

(104)

Data Dasar

0 2 4 6 8 10 12 Tele-EKG Tele-USG Tele-Radiologi Tele-Konsultasi Belum Pernah Menggunakan

Fitur Aplikasi TEMENIN yang pernah di gunakan (n=19)

(105)

Data Dasar

3-4 minggu lalu > 1 bulan lalu Belum Pernah

(106)

Data Dasar

0 2 4 6 8 10 12 1-2 kali 3-4 kali >4 kali belum pernah

Rata-rata Penggunaan Aplikasi TEMENIN dalam 1 Bulan (n=19)

(107)

Analisa Kuesioner Technology

Acceptance Model

Technology Acceptance Model  7 domain dengan

38 Pertanyaan

Terdapat 4 pertanyaan dengan jawaban negatif terbanyak.

(108)

Analisa Kuesioner Technology

Acceptance Model

Domain Ease of Use and Learnability

1. Penggunaan Aplikasi Temenin TIDAK semudah aplikasi lainnya untuk berkonsultasi dengan sesama tenaga

kesehatan 0 1 2 3 4 5 6 7 8 Sangat Tidak Setuju

(109)

Analisa Kuesioner Technology

Acceptance Model

Domain Ease of Use and Learnability

2. Perlu waktu lebih banyak untuk mempelajari aplikasi TEMENIN 2 3 4 5 6 7 8 9 10

(110)

Analisa Kuesioner Technology

Acceptance Model

Domain Reliability

1. Jika ada kesalahan dalam merujuk kasus

menggunakan sistemm TEMENIN, tersedia fasilitas untuk memperbaiki dengan mudah dan cepat

0 2 4 6 8 10 12 Sangat Tidak Setuju

(111)

Analisa Kuesioner Technology

Acceptance Model

Domain Reliability

2. Sistem memberi pesan kesalahan yang jelas dan memberi tahu cara memperbaikinya

2 4 6 8 10 12

(112)

Analisa Kuesioner Akses

Responden Terhadap Internet

Handphone n=19 Laptop n=13 Tablet n=4

Gadget yang dimiliki

(113)

Analisa Kuesioner Akses

Responden Terhadap Internet

7 hari dalam seminggu; 53% 4-6 hari dalam 3 hari dalam seminggu/kurang; 21%

(114)

Analisa Kuesioner Akses

Responden Terhadap Internet

Jenis Koneksi Internet yang digunakan

Mobile Data n=11 Wi Fi n=13 Internet Cable n (M∩W)=5 n=1

(115)

Analisa Kuesioner Akses

Responden Terhadap Internet

Sangat Puas 10% Puas 26% Tidak Puas 21%

Sangat Tidak Puas 11%

(116)

Analisa Kuesioner Akses

Responden Terhadap Internet

Penggunaan Gadget

Mengakses Informasi Kesehatan n=13 Berkonsultasi n=8 Menerima Konsultasi n=4 n (I∩M∩B)=3

(117)

Analisa Kuesioner Akses

Responden Terhadap Internet

Jenis Data Kesehatan yang

dikonsultasikan

Teks n=13 Gambar n=11 Video n=5

(118)

Analisa Kuesioner Akses

Responden Terhadap Internet

0 2 4 6 8 10 12 14

SMS Telepon e-mail Whatsapp TEMENIN

(119)

Analisa Kuesioner Akses

Responden Terhadap Internet

4-9 kali dalam seminggu 20% >=10 kali seminggu 7%

(120)

Analisa Kuesioner Akses

Responden Terhadap Internet

Facebook 28% Twitter 2% Line 13% Whatsapp 34% Instagram 23%

(121)

Analisa Kuesioner Akses

Responden Terhadap Internet

Sehatpedia 14% Halodok 22% Klikdokter 14% Medscope 14%

LAYANAN KESEHATAN VIRTUAL YANG SERING DI KUNJUNGI ATAU TERGABUNG DI DALAMNYA

(122)

Profil Kesehatan RSUD Sorong

tahun 2018

(123)

Profil Kesehatan RSUD Sorong

tahun 2018

(124)

Profil Kesehatan Puskesmas

Sausapor tahun 2018

KASUS TERBANYAK 2018

KASUS RUJUKAN TERBANYAK 2018

NO PENYAKIT 1 ISPA 2 Hypertensi 3 Kecelakaan 4 NO PENYAKIT 1 TB Paru 2 3

(125)

Profil Kesehatan RSUD Raja

Ampat tahun 2018

10

JENIS PENYAKIT TERBANYAK RAWAT INAP 2018

NO PENYAKIT 1 Dyspepsia 2 Gastritis Akut 3 Malaria Tropica 4 Hipertensi 5 ISPA 6 Pnelumonia 7 Anemia

(126)

Profil Kesehatan RSUD Raja

Ampat tahun 2018

10

JENIS PENYAKIT TERBANYAK RAWAT JALAN 2018

NO PENYAKIT 1 ISPA 2 Obs. Febris 3 Faringitis Akut 4 Gastritis Akut 5 Myalgia 6 Asma Broncheale 7 Pneumonia 8 Hypertensi 9 Malaria Tropica 10 TB Paru

(127)

Profil Kesehatan RSUD Raja

Ampat tahun 2018

PASIEN RUJUKAN 2018 NO PENYAKIT 1 Bronchopneumonia 2 Dyspneu 3 GEA

4 Dengue Hemorhagic Fever

(128)

Profil Kesehatan Puskesmas

Oransbari tahun 2018

KASUS TERBANYAK 2018

KASUS RUJUKAN TERBANYAK 2018

NO PENYAKIT 1 ISPA 2 Hypertensi 3 NO PENYAKIT 1 Ibu Hamil 2 Jantung 3

(129)

Data penggunaan Aplikasi

Telemedicine di Papua Barat

(130)

Hasil kunjungan lapangan

• Sebanyak 2 user aktif dalam menggunakan aplikasi TEMENIN 3-4

kali dalam sebulan, 6 lainnya sebanyak 1-2 kali.

• Terdapat 3 user yang terakhir menggunakan aplikasi TEMENIN lebih

dari 1 bulan lalu, sedangkan 4 lainnya terakhir menggunakan aplikasi yaitu 3-4 minggu sebelum pengambilan data.

• Hanya 1 user yang aktif menggunakan aplikasi 1 minggu sebelum

(131)

Hasil kunjungan lapangan

• Hasil dari analisa TAM yang diisi oleh user, terdapat 3 pertanyaan

dengan jawaban negatif lebih dominan.

• Pada domain ease of use and learnability dengan pernyataan

“Penggunaan aplikasi TEMENIN tidak semudah aplikasi lainnya untuk berkonsultasi dengan sesama tenaga kesehatan” terdapat 3 user setuju dan 2 user ragu-ragu dengan pernyataan ini, 3 user lainnya tidak setuju.

• Sedangkan pada domain Interaction Quality dengan pernyataan

(132)

Hasil kunjungan lapangan

• Domain reability dengan pernyataan “Jika ada kesalahan dalam

merujuk kasus menggunakan TEMENIN, tersedia fasilitas untuk memperbaiki dengan mudah dan cepat”, sebanyak 7 user memilih opsi ragu-ragu dan hanya 1 user memilih setuju.

(133)
(134)

Utilisasi Aplikasi Telemedicine Indonesia

di daerah terpencil

• Utilisasi telemedicine masih rendah karena tidak semua kasus yang

ditangani oleh dokter memerlukan rujukan, mengingat kasus yang ditangani masih sesuai dengan kompetensi dokter dan dokter spesialis setempat.

• Sebagai contoh: konsultasi hasil pemeriksaan radiologi untuk gambaran

radiologi yang sudah jelas dan membutuhkan respon cepat belum dilakukan, karena dokter setempat harus segera mengambil keputusan untuk tindak lanjut penatalaksanaan medis.

• Selain itu terdapat mismatch antara kebutuhan pelayanan kesehatan

dengan telemedicine yang tersedia saat ini.

• Sebagai contoh: kasus malaria merupakan kasus masih tinggi di provinsi

Papua Barat. Kasus psikiatri yang memerlukan konsultasi dapat difasilitasi dengan telekonsultasi dengan dokter Spesialis Psikiatri.

(135)

Utilisasi Aplikasi Telemedicine Indonesia

di daerah terpencil

• Kebutuhan konsultasi antara perawat/bidan di Puskesmas yang

belum memiliki dokter tetap dengan dokter umum di Kabupaten yang sama juga diperlukan (horizontal referral using telemedicine) → fleksibilitas “pengampu” dan “diampu” dalam berkonsultasi.

• Saat ini, telemedicine yang diterapkan cenderung memfasilitasi

pelayanan rujukan secara veritikal dari layanan primer atau RS tipe D ke rumah sakit sekunder dan tersier.

(136)

Investasi Telemedicine

• Investasi peralatan telemedicin (EKG digital, CR digital) justru

bermanfaat untuk meningkatkan pelayanan kesehatan di daerah dan mendukung akreditasi fasilitas kesehatan.

• Akreditasi penting bagi Faskes → bagi daerah dapat mengajukan

pendanaan operasional dan pembangunan fisik untuk meningkatan mutu dan kualitas pelayanan kesehatan di daerah.

(137)

Tantangan implementasi

• Infrastruktur jaringan internet → selain jaringan internet

konvensional, jaringan mobile GSM (3G/4G) juga sangat potensial untuk dipakai dalam pelayanan telemedisin.

• Salah satu Puskesmas (Oransbari) cendrung memanfaatkan jaringan

GSM dalam mengkases aplikasi Telemedicine.

• SDM yang terbatas dan cenderung berganti membutuhkan

peningkatan akses telemedicine bagi perawat atau bidan untuk melakukan konsultasi dengan dokter atau dokter spesialis (task shifting)

(138)

Komunikasi antara health provider

• Komunikasi antar dokter dan dokter spesialis menjadi lebih mudah

karena adanya kerjasama formal antar Faskes.

• Namun demikian, dokter perujuk merasa sungkan untuk berkonsultasi

langsung dengan dokter spesialis karena 1). Jasa konsultasi yang ditetapkan terlalu rendah, 2). Budaya senioritas di lingkungan kedokteran, 3). Belum kenal baik dengan dokter spesialis.

• Selain itu fitur telemedisin yang saat ini tersedia baru memfasilitasi

konsultasi yang tidak terintegrasi antara tele EKG, dan Telekonsultasi.

• Sulit untuk berkonsultasi lagi setelah ada feedback dari dokter spesialis

karena belum ada fitur chating, sedangkan fitur tele-konsultasi masih sangat kaku (tidak semudah WA).

(139)

Potensi Pembiayaan Telemedicine

di daerah terpencil

• Banyak potensi sumber pembiayaan pelayanan telemedicine karena

daerah Papua memiliki beberapa sumber pendanaan:

• (dana kapitasi JKN untuk operasional telemedisin khususnya pembayaran

jasa konsultasi dokter spesialis dan pelayanan pasien di layanan primer,

• Dana Dekonsentrasi untuk pembangunan fisik),

• dan program-program pemerintah pusat (peralatan telemedisin dari

Kemenkes → Program TEMENIN, jaringan internet oleh Kominfo → program BAKTI).

(140)

Pengembangan Telemedicine

di daerah terpencil

• Kebutuhan akan penggunaan Telemedicine selain tele-EKG pada

setiap wilayah.

• Contohnya Tele-Pshychiatry (jelaskan kasus di RSUD Raja Ampat

dan sebaran dokter spesialis jiwa di setiap daerah/di provinsi Papua Barat), Tele-Opthalmologi, Tele-laboratorium

(141)

Referensi

Dokumen terkait

Bertitik tolak atas sejarah Departemen Agama Kota Medan, menurut beberapa sumber sebenarnya pada tahun 1980 sebahagian urusan keagamaan yakni Bagian Urusan Pendidikan telah pindah

Hasil dari wawancara dengan informan internal dapat disimpulkan bahwa Yatim Mandiri Solo sudah menerapkan manajemen penghimpunan berdasarkan zakat core principle.. Penerapan

Donat waluh selimut cokelat dapat menjadi peluang usaha yang menjanjikan, karena Donat waluh selimut cokelat dapat menjadi peluang usaha yang menjanjikan, karena terdapat bahan

Bahwa unsur ini tidak terpenuhi, karena pelaksanaan lelang eksekusi Hak Tanggungan terhadap obyek jaminan dalam Perjanjian Kredit yang telah disampaiakan sebelumnya

Pemecahan masalah dan pembuktian hipotesis di dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Return On Investment (ROI), serta analisis presentasinya dilakukan

Saya tidak menganjurkan Anda seperti itu, tetapi Anda harus tahu bahwa mereka dapat kaya karena teman – temannya juga ‘kaya’ (bisa berarti kaya jabatan / memiliki kekuasaan)..

Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir dan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Kedokteran Hewan (S.KH) penulis melakukan penelitian dengan

Berdasarkan hal ini peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan antara faktor-faktor fisik rumah yang terdiri dari ventilasi, pencahayaan alami, kelembaban, lantai,