• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab III Isu Isu Strategis OK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bab III Isu Isu Strategis OK"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

ISU-ISU STRATEGIS

BERDASARKAN TUGAS

POKOK DAN FUNGSI

rganisasi Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Kabupaten Garut dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 14 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Daerah Kabupaten Garut (Lembaran Daerah kabupaten Garut Tahun 2008 Nomor 27) dan Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 7 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 24 Tahun 2008 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Dinas Daerah Kabupaten Garut.

Untuk menetapkan tujuan dan sasaran pembangunan Peternakan, Perikanan dan Kelautan dalam kurun waktu lima tahun ke depan, perlu dilakukan analisa isu-isu strategis dengan mempertimbangkan seluruh faktor lingkungan internal yang terdiri atas kekuatan dan kelemahan, serta faktor lingkungan eksternal yang terdiri dari peluang dan ancaman yang dihadapi. Analisa ini diperlukan sebagai media untuk memastikan pencapaian visi dan misi yang telah ditetapkan melalui penetapan tujuan (goal) dan sasaran (objective) pembangunan yang ingin dicapai serta strateginya dalam kurun waktu lima tahun mendatang. Proses pengidentifikasian analisis isu-isu

(2)

lingkungan dilaksanakan dengan melibatkan seluruh komponen terkait serta dokumen perencanaan lainnya yang mendukung.

3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

Identifikasi permasalahan terkait pembangunan bidang peternakan, perikanan dan kelautan di Kabupaten Garut dapat digambarkan, sebagai berikut:

3.1 Permasalahan Sektor Peternakan

Lingkup kerja bidang peternakan meliputi seluruh wilayah Kabupaten Garut yang terdiri dari 42 kecamatan. Pembangunan bidang peternakan masih tetap ditujukan untuk dapat memenuhi kebutuhan pangan dan gizi masyarakat, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan para peternak serta memperluas kesempatan kerja dan berusaha. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mencapai usaha tersebut adalah dengan mengutamakan penggunaan potensi lokal dan teknologi tepat guna.

Dalam pelaksanaan pembangunan, kegiatan pembangunan bidang Peternakan dibantu oleh 29 UPTD wilayah Kecamatan serta 7 UPTD Kabupaten yang terdiri dari UPTD Rumah Potong Hewan sebanyak 4 unit (RPH Tarogong, Cikajang, Limbangan dan Wanaraja), UPTD Pasar Hewan sebanyak 4 unit (RPH Cibodas, Andir, Limbangan dan Wanaraja), UPTD Bibit Ternak dan Hijauan Makanan Ternak (BT-HMT), UPTD Penanganan Mutu Hasil Ternak (PMHT), UPTD Laboratorium Peternakan, UPTD Pos Kesehatan Hewan dan UPTD Klinik Hewan.

(3)

masyarakat veteriner. Program yang dilaksanakan diantaranya dengan mendorong pola hidup bersih dan sehat, meningkatkan pemetaan dan pengawasan penyakit hewan menular dan zoonosis serta meningkatkan rasa aman masyarakat terhadap konsumsi Bahan Asal Hwan (BAH) yang memenuhi syarat kesehatan.

Beberapa permasalahan umum yang dihadapi dalam pembangunan bidang peternakan selama ini antara lain :

 Wilayah dan komoditi peternakan yang diusahakan masyarakat peternak pada umumnya belum mengutamakan pada skala usaha ekonomis.

 Tingkat propesionalisme, pengetahuan dan keterampilan peternak dan petugas, baik dalam proses produksi maupun pasca produksi, serta kemampuan manajemen usaha pemasarannya belum optimal.

 Potensi lahan pengangonan belum dikelola secara intensif dan terpadu.  Ketersediaan sumber pakan hijauan ternak tidak merata diseluruh

wilayah serta belum berkesinambungan sepanjang tahun.

 Kebutuhan permodalan ditingkat kelompok peternak masih sulit terpenuhi, sehingga pengembangan volume usaha berjalan sangat lambat.

 Belum optimalnya program pembinaan dan pengembangan usaha.

 Jumlah dan kualitas petugas teknis di lapangan masih kurang seimbang dibandingkan dengan luasnya jangkauan wilayah kerja serta masih kurang didukung oleh ketersediaan sarana transportasi dan fasilitas kerja yang memadai.

3.2 Permasalahan Sektor Perikanan

(4)

pendapatan dan kesejahteraan para petani ikan dan nelayan, memperluas kesempatan kerja dan berusaha, serta memelihara kelestarian sumber hayati perikanan dan ekosistem perairan.

Lingkup kerja bidang perikanan meliputi seluruh

wilayah Kabupaten Garut yang terdiri dari 42 kecamatan. Dalam pelaksanaan pembangunan, Bidang Perikanan dibantu oleh 29 UPTD Wilayah dan 3 UPTD Kabupaten yang terdiri dari UPTD Balai Benih Ikan, UPTD Balai Benih Ikan Hias, dan UPTD Pasar Ikan.

Beberapa permasalahan umum yang dihadapi dalam pembangunan perikanan dan kelautan selama ini adalah sebagai berikut :

 Usaha perikanan dan budidaya pada umumnya masih dikelola sebagai usaha tani sampingan.

 Potensi lahan perairan sawah dalam kegiatan instenfikasi budidaya mina padi belum dikelola secara optimal karena terbatasnya penyediaan dan distribusi benih ikan.

 Masih sering terjadinya alih fungsi kepentingan penggunaan lahan dari lahan usaha tani budidaya perikanan menjadi lahan untuk kepentingan lainnya.

 Semakin menurunnya kualitas perairan akibat sering terjadinya proses perusakan lingkungan pesisir dan pada bagian hulu Daerah Aliran Sungai.

 Kelembagaan kelompok tani ikan dan nelayan sebagai wadah belajar bersama serta unit usaha bersama belum dapat berjalan secara optimal.

(5)

 Masih rendahnya kemampuan aksesibilitas petani ikan dan nelayan terhadap sistem dan mekanisme pasar serta rantai tata niaga hasil perikanan.

3.4 Permasalahan Sektor Kelautan

Pembangunan bidang kelautan ditujukan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat pesisir, inventarisasi dan optimalisasi pemanfaatan potensi sumberdaya laut, penerapan teknologi tepat guna serta pelestarian sumberdaya pesisir dan lautan secara berkelanjutan. Tujuan tersebut dicapai melalui pelaksanaan program-program yang berkaitan dengan pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir, pembinaan kelompok usaha nelayan, pengembangan armada penangkapan dan sarana prasarana PPI/TPI, eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya kelautan secara terkendali, pengawasan dan pengamanan sumberdaya kelautan dan konservasi ekosistem pesisir.

Lingkup kerja bidang kelautan meliputi 7 kecamatan pantai (Pameungpeuk, Cikelet, Cibalong, Pakenjeng, Mekarmukti, Bungbulang dan Caringin) dan 4 PPI/TPI. Panjang pantai Kabupaten Garut ± 80 km. Pesisir Kabupaten Garut memiliki ekosistem yang cukup lengkap terdiri dari ekososistem estuaria seluas 24 ha, Terumbu karang 525 ha, Padang Lamun 75 ha dan Mangrove 50,9 ha. Di sektor penangkapan, pantai Kabupaten Garut memiliki potensi berupa Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) 200 mil laut

dengan luas areal penangkapan  28. 560 km2 dan diestimasi memiliki

(6)

Beberapa permasalahan umum yang dihadapi dalam pembangunan perikanan dan kelautan selama ini adalah sebagai berikut :

 Potensi dan pemanfaatan lahan wilayah pesisir belum dikelola secara optimal.

 Masih sering terjadinya alih fungsi kepentingan penggunaan lahan sepadan pantai untuk dijadikan bangunan dan aktifitas bisnis non perikanan tanpa memperhatikan aspek lingkungan dan keamananan.

 Terjadinya kerusakan ekosistem dan sumberdaya pesisir dan lautan akibat keberadaan pemukiman, abrasi, dan eksploitasi yang kurang terkendali.

 kegiatan usaha perikanan tangkap di laut masih terbatas pada jalur pantai (zona teritorial) karena keterbatasan kapasitas dan jumlah armada penangkapan

 Kelembagaan kelompok nelayan dan masyarakat pesisir sebagai wadah belajar bersama serta unit usaha bersama belum dapat berjalan secara optimal.

 Masih rendahnya kesadaran masyarakat nelayan mengenai kewajiban pembayaran retribusi dan lelang (PERDA Provinsi No. 5 Tahun 2005)

 Belum memasyarakatnya budaya kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian sumberdaya alam sebagai daya dukung pembangunan sektor perikanan dan kelautan di masa depan.

 Masih lemahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai hukum dan tata aturan pemanfaatan sumberdaya kelautan terutama yang terkait dengan UU No. 27 Tahun 2007 mengenai pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan.

(7)

3.4 Permasalahan Internal

Identifikasi permasalahan internal dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi potensi positif dan negatif dari internal organisasi Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan. Identifikasi ini dimaksudkan agar pemerintah, dalam hal ini Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan, dapat memaksimalkan potensi dirinya dalam upaya mencapai visi dan misi. Identifikasi permasalahan internal terdiri dari dua unsur yaitu kekuatan dan kelemahan organisasi.

Kekuatan Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Garut yang teridentifikasi adalah sebagai berikut:

 Tersedianya aparatur dengan komitmen yang tinggi dan berorientasi pada pencapaian visi dan misi

 Adanya dukungan anggaran yang berbasis kinerja baik dari pemerintah pusat, provinsi maupun daerah

 Adanya kelembagaan yang sesuai dengan bidang kewenangan

 Adanya program pendidikan dan pelatihan bagi peningkatan kapasitas sumberdaya aparatur

 Kondisi keamanan dan politik yang relatif stabil dengan terbentuknya kepemimpinan yang baru sebagai hasil pilihan langsung masyarakat

 Jumlah penduduk usia produktif yang bergerak di sektor usaha peternakan, perikanan dan kelautan cukup tinggi

 Adanya keinginan dan kesadaran masyarakat untuk meraih kemajuan dan bangkit dari ketertinggalan ekonomi

 Masih tumbuhnya jiwa gotong royong, kebersamaan dan kerukunan antar warga masyarakat.

(8)

Kelemahan Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Garut dalam pembangunan 5 (lima) tahun mendatang dapat diidentifikasi sebagai berikut :

 Belum semua aparatur memiliki profesionalisme tinggi

 Rendahnya daya dukung fasilitas pendidikan dan pelatihan bagi aparatur  Belum optimalnya akses aparatur terhadap teknologi informasi dan

teknologi tepat guna

 Belum optimalnya pencapaian target PAD

 Terdapatnya kesenjangan antara kebutuhan pembangunan dengan dukungan anggaran yang tersedia

 Kurangnya jumlah aparatur dan petugas teknis bila dibandingkan cakupan area kerja yang luas

 Rendahnya kualitas dan kuantitas infrastruktur wilayah dan sarana prasarana SKPD dalam mendukung pelayanan masyarakat

 Kondisi geografis beberapa daerah yang relatif sulit dijangkau dan rawan bencana alam

 Belum optimalnya kemampuan kelembagaan usaha masyarakat dalam mengakses manajemen usaha, permodalan, teknologi tepat guna dan tata niaga pasar

Upaya yang dilakukan secara internal dalam mengantisipasi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki organisasi Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan dilakukan dengan cara:

1. Melakukan perbaikan kinerja secara terus-menerus dalam meningkatkan pelayanan prima pada masyarakat melalui program pelayanan administrasi perkantoran yang efektif dan efisien;

(9)

3. Melaksanakan program dan kegiatan pembangunan sesuai amanat undang-undang secara efektif, efisien dan tepat sasaran dengan mengedepankan prinsip good governance;

4. Meningkatkan fungsi perencanaan, evaluasi dan pelaporan melalui peningkatan pengembangan pelaporan capaian kinerja dan keuangan secara transparan dan akuntabel;

5. Peningkatan Sarana Prasarana aparatur dalam menunjang kinerja organisasi secara efektif dan efisien.

6. Meningkatkan koordinasi dan sinergitas pelaksanaan pembangunan dengan organisasi dan lembaga terkait serta stakeholder di sektor peternakan, perikanan dan kelautan.

3.2. TELAAH VISI MISI BUPATI DAN WAKIL BUPATI TERPILIH

Penyusunan Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan disusun salah satunya dengan tujuan untuk mencapai visi dan misi pembangunan sebagaimana janji politik pimpinan daerah yaitu Bupati dan Wakil Bupati Garut. Visi dan misi Bupati dan Wakil bupati tersebut kemudian menjadi bagian dari visi dan misi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Garut periode tahun 2014 – 2019.

(10)

Dalam RPJMD Kabupaten Garut Tahun 2014-2019, dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan, tantangan dan peluang serta isu-isu strategis, maka visi pembangunan Kabupaten Garut tahun 2014 -2019 adalah:

” Terwujudnya Kabupaten Garut yang Bermartabat, Nyaman dan Sejahtera”

Makna yang terkandung dalam visi tersebut dijabarkan sebagai berikut:

 Bermartabat : Memiliki wibawa, harga diri serta diperhitungkan baik di tingkat daerah, nasional maupun internasional.

 Nyaman : Memiliki suasana yang tenang dan damai, sehingga setiap program pembangunan bisa dilaksanakan dengan optimal dan kondusif

 Sejahtera : Hasil pembangunan dapat dirasakan oleh semua kalangan masyarakat, sehingga bisa meningkatkan taraf kehidupan mereka dalam pemenuhan kebutuhannya

Dalam rangkapencapaian visi yang telah ditetapkan dengan tetap memperhatikan kondisi dan permasalahan yang ada, tantangan ke depan, serta memperhitungkan peluangyang dimiliki, maka ditetapkan 4 (empat) misi sebagai berikut:

1. Meningkatkan tata kelola pelayanan pendidikan dan kesehatan yang berkualitas, terjangkau, prima untuk mewujudkan kehidupan masyarakat bermartabat dan agamis;

2. Mewujudkan kemandirian ekonomi masyarakat berbasis potensi lokal;

3. Mewujudkan kualitas infrastruktur yang memadai serta lingkungan yang sehat, aman dan nyaman;

4. Mewujudkan pelayanan publik yang profesional dan amanah serta membangun kehidupan sosial politik yang demokratis dan berbudaya luhur.

(11)

RPJMD Kabupaten Garut periode 2014-2019 yang merupakan dokumen perencanaan yang lebih tinggi. Dengan begitu, visi dan misi dari Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan disusun dalam rangka mendukung visi dan misi Bupati dan Wakil Bupati terpilih sebagaimana dituangkan dalam RPJMD Kabupaten Garut Tahun 2014-2019. Visi dan misi Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Garut terutama disusun dalam rangka

mensukseskan visi Bupati yang kedua yaitu “Mewujudkan Kemandirian Ekonomi Masyarakat Berbasis Potensi Lokal”.

3.3. TELAAH RENSTRA KEMENTERIAN/LEMBAGA TERKAIT

3.3.1 Renstra Kementerian Pertanian

Untuk melaksanakan tugas pembangunan pertanian selama periode 2010-2014, strategi yang ditempuh Kementerian Pertanian mengacu pada penerapan tujuh Gema Revitalisasi, yaitu : (i) Revitalisasi Lahan; (ii) Revitalisasi Perbenihan dan Perbibitan; (iii) Revitalisasi Infrastruktur dan Sarana; (iv) Revitalisasi Sumber Daya Manusia; (v) Revitalisasi Pembiayaan Petani; (vi) Revitalisasi Kelembagaan Petani, serta (vii) Revitalisasi Teknologi dan Industri Hilir.

Arah kebijakan Kementerian Pertanian mencakup:

1. Penguatan kegiatan yang berorientasi pemberdayaan masyarakat dan rekruitmen tenaga pendamping lapang guna mempercepat pertumbuhan industri pertanian di perdesaan.

2. Pemantapan swasembada beras, jagung, daging ayam, telur, dan gula melalui peningkatan produksi secara berkelanjutan.

3. Pencapaian swasembada kedelai, daging sapi, dan industri gula

4. Peningkatan produksi susu segar, buah lokal, dan produk-produk substitusi komoditas impor.

5. Penguatan kelembagaan perbenihan dan perbibitan nasional.

6. Pemberdayaan masyarakat petani miskin melalui bantuan sarana, pelatihan, dan pendampingan

(12)

yang berdaya saing tinggi di pasar lokal dan internasional

8. Peningkatan perlindungan dan pendayagunaan plasma-nutfah nasional.

Kondisi umum pembangunan peternakan dan kesehatan hewan yang dilakukan melalui berbagai kebijakan dan standarisasi sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan menunjukkan bahwa terjadi pertumbuhan pada aspek ekonomi, aspek teknis, dan aspek fungsional. Telaah rencana strategis pembangunan sektor peternakan terutama diarahkan pada rencana strategis Kementrian Pertanian melalui Direktorat Peternakan dan Kesehatan Hewan.

Berdasarkan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dalam periode tahun 2010-2014, tujuan pembangunan peternakan adalah adalah merumuskan kebijakan dan standarisasi teknis bidang peternakan dan kesehatan hewan yang berbasis sumber daya lokal, dalam rangka :

1. Meningkatkan produksi ternak dan produk peternakan dan kesehatan hewan yang berdaya saing.

2. Mengendalikan penyakit hewan menular strategis dan penyakit zoonosis. 3. Menyediakan pangan asal hewan yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal

(ASUH).

4. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peternak.

Sasaran utama program Peternakan dan Kesehatan Hewan adalah memfasilitasi meningkatnya ketersediaan pangan hewani (daging, telur, susu), meningkatnya kontribusi ternak domestik dalam penyediaan pangan hewani, meningkatnya ketersediaan protein hewani asal ternak dan tersedianya daging sapi/kerbau domestik sebesar minimal 90 persen dari total kebutuhan nasional. Secara lebih rinci, sasaran kegiatan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan adalah:

a. Penerbitan kebijakan dan NSPK di bidang: perbibitan; budidaya ternak; pakan ternak; pelayanan kesehatan hewan; pelayanan kesmavet dan pascapanen; serta pelayanan publik.

(13)

mengoptimalkan sumber daya lokal.

c. Tercapainya peningkatan produksi ternak dengan pendayagunaan sumber daya lokal;

d. Tercapainya peningkatan produksi pakan ternak melalui upaya pendayagunaan sumberdaya lokal;

e. Terkendali dan tertanggulanginya penyakit hewan menular strategis dan penyakit zoonosis;

f. Terjaminnya pangan asal hewan yang ASUH dan pemenuhan persyaratan produk hewan non pangan;

1. Terjaminnya dukungan manajemen dan teknis.

Pembangunan peternakan dan kesehatan hewan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan pembangunan nasional seperti dituangkan dalam RPJMN 2010 – 2014 khususnya dalam hal pembangunan Ketahanan Pangan sesuai hasil KTT Pangan 2009. Untuk itu, pemerintah harus menjamin pelaksanaan langkah-langkah mendesak pada tingkat nasional, regional, dan global untuk merealisasikan secara penuh komitmen Millenium Developmet Goal (MDGs) yaitu: pro poor, pro growth, pro job; dan pelestarian lingkungan hidup.

Dengan mengacu pada RPJMN, arah kebijakan umum pembangunan peternakan dan kesehatan hewan adalah untuk: (i) menjamin ketersediaan dan mutu benih dan bibit ternak; (ii) meningkatkan populasi dan produktifitas ternak; (iii) meningkatkan produksi pakan ternak; (iv) meningkatkan status kesehatan hewan; (v) menjamin produk hewan yang ASUH dan berdaya saing; dan (vi) meningkatkan pelayanan prima kepada masyarakat.

Kebijakan ketersediaan dan mutu benih dan bibit ternak akan diarahkan untuk: (i) mengoptimalkan kelembagaan perbibitan dan sertifikasi; (ii) pemwilayahan sumber bibit berbasiskan potensi dan agroekosistemnya; (iii) pengembangan kawasan/sentra sumber bibit; (iv) pelestarian sumber daya genetik secara berkelanjutan; (v) peningkatan penerapan teknologi perbibitan; dan (vi) pengembangan usaha dan investasi perbibitan

(14)

ruminansia ; (ii) melaksanakan revitalisasi persusuan; (iii) melaksanakan restrukturisasi perunggasan; dan (iv) pengembangan kelembagaan dan usaha.

Pada aspek produksi pakan ternak diarahkan untuk: (i) menambah penyediaan pakan dan air; (ii) mengembangkan teknologi dan industri pakan ternak berbasiskan sumber daya lokal; (iii) meningkatkan pengawasan mutu dan keamanan pakan; serta (iv) pengembangan dan pemanfaatan lahan kehutanan.

Pada aspek kesehatan hewan diarahkan untuk : (i) meningkatkan perlind ungan hewan, pengamatan, pengendalian, dan pemberantasan penyakit hewan; (ii) meningkatkan pelayanan kesehatan hewan; (iii) meningkatkan kualitas dan kuantitas obat hewan; (iv) meningkatkan kualitas dan kuantitas tenaga dokter hewan dan paramedik veteriner.

Pada aspek keamanan produk hewan akan diarahkan untuk ; (i) menguatkan peran dan fungsi lembaga otoritas veteriner; (ii) meningkatkan jaminan produk hewan yang ASUH dan daya saing produk hewan; (iii) meningkatkan penerapan kesrawan; (iv) mengoptimalkan pengaturan stock daging; dan (v) mengoptimalkan pengaturan dan pemasaran daging sapi.

Selanjutnya, pada aspek peningkatan peran dan fungsi kelembagaan diarahkan untuk : (i) meningkatkan peran dan fungsi kelembagaan serta SDM peternakan; (ii) meningkatkan pelayanan prima pada masyarakat; (iii) meningkatkan kerjasama internasional; (iv) meningkatkan kualitas perencanaan, evaluasi, data dan informasi; (v) meningkatkan pemberdayaan dan peran serta masyarakat.

(15)

diwadahi oleh WTO, dengan salah satu kesepakatannya memuat agreement on agriculture, termasuk didalamnya terkait perjanjian Sanitary and Phytosanitary (SPS) dan Technical Barrier to Trade (TBT) seperti yang tertuang dalam UU No 7 Tahun 2004. Prinsip perjanjian tersebut pada intinya adalah bahwa produk dan jasa yang dihasilkan dari kegiatan sub sektor peternakan dan kesehatan hewan harus memenuhi persayaratan keamanan (safety), standard mutu (quality), kesejahteraan hewan (animal walfare), ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Memperhatikan target empat sukses Kementerian Pertanian, salah satunya adalah Pencapaian Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau dan perjanjian GATT tersebut di atas, strategi yang diterapkan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan tahun 2010 – 2014 yaitu :

1. Memperlancar arus produk peternakan melalui peningkatan efisiensi distribusi.

2. Meningkatkan daya saing produk peternakan dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lokal.

3. Memperkuat regulasi untuk mendorong peran peternak dalam negeri sehingga menjadi mandiri..

4. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama antar sektor terkait serta networking antar daerah.

5. Meningkatkan promosi produk peternakan untuk ekspor.

6. Memperkuat kelembagaan peternakan di semua lapisan dan otoritas veteriner.

3.3.2 Renstra Kementerian Kelautan dan Perikanan

(16)

Klasifikasi potensi tersebut pada umumnya dibedakan menjad i su mber daya terbaharu kan (renewable resources), seperti sumber daya perikanan (perikanan tangkap dan budidaya), mangrove, terumbu karang, padang lamun, energi gelombang, pasang surut, angin dan OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion); dan sumber daya tidak terbaharu kan (non-renewable resources), seperti su mber daya minyak dan gas bumi dan berbagai jenis mineral. Selain dua jenis sumber daya tersebut, juga terdapat berbagai macam jasa lingkungan kelautan yang dapat dikembangkan untuk pembangunan kelautan seperti pariwisata bahari, industri maritim, jasa angkutan, dan sebagainya.

Di samping itu terdapat potensi pengembangan untuk (a) perikanan tangkap di perairan umum seluas 54 juta hektar dengan potensi produksi 0,9 juta ton/tahun, (b) budidaya laut terdiri dari budidaya ikan (antara lain kakap, kerapu, dan gobia), budidaya moluska (kekerangan, mutiara, dan teripang), dan budidaya rumput laut, (c) budidaya air payau (tambak) yang potensi lahan pengembangannya mencapai sekitar 913.000 ha, (d) budidaya air tawar terdiri dari perairan umum (danau, waduk, sungai, dan rawa), kolam air tawar, dan mina padi di sawah, serta (e) bioteknologi kelautan untuk pengembangan industri bioteknologi kelautan seperti industri bahan baku untuk makanan, industri bahan pakan alami, benih ikan dan udang serta industri bahan pangan. Selain itu juga terdapat potensi dan peluang pengembangan meliputi (1) pengembangan pulau-pulau kecil, (2) pemanfaatan Benda Berharga Asal Muatan Kapal Tenggelam, (3) pemanfaatan air laut dalam (deep sea water), (4) industri garam rakyat, (5) pengelolaan pasir laut, (6) industri penunjang, dan (7) keanekaragaman hayati laut.

(17)

tambak sebesar US$10 miliar per tahun, potensi budidaya air tawar sebesar US$5,2 miliar per tahun, dan potensi bioteknologi kelautan sebesar US$ 4 miliar per tah u n.

Untuk mengopti mal kan pemanfaatan potensi su mber daya kelautan dan perikanan dan menjadikan sektor ini sebagai prime mover pembangunan ekonomi nasional, diperlukan upaya percepatan dan terobosan dalam pembangunan kelautan dan perikanan yang didukung dengan kebijakan politik dan ekonomi serta iklim sosial yang kondusif. Dalam kaitan ini, koordinasi dan dukungan lintas sektor serta stakeholders lainnya menjadi salah satu prasyarat yang sangat penting.

Dalam Renstra Kementerian Kelautan dan Perikanan RI, pembangunan kelautan dan perikanan dilaksanakan dalam rangka mewujudkan tiga pilar pembangunan, yaitu pro-poor (pengentasan kemiskinan), pro-job (penyerapan tenaga kerja), dan pro-growth (pertumbuhan).

(18)

Oleh karena itu, sesuai dengan fungsi pembangunan kelautan dan perikanan di bidang sumber daya alam dan lingkungan hidup yang dilaksanakan oleh KKP diarahkan untuk mengoptimalkan segenap potensi yang ada dalam rangka mewujudkan visi dan misi pembangunan nasional tersebut.

Vvisi, misi, tujuan, dan sasaran strategis pembangunan kelautan dan perikanan sebagaimana dituangkan dalam Rencana Strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2010-2014 ditetapkan bahwa Visi pembangunan kelautan dan perikanan tahun 2010-2014 adalah Indonesia Penghasil Produk Kelautan dan Perikanan Terbesar 2015. Untuk mewujudkan visi pembangunan kelautan dan perikanan tersebut, maka misi yang diemban adalah Mensejahterakan Masyarakat Kelautan dan Perikanan.

Tujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah:

1. Memperkuat kelembagaan dan sumber daya manusia secara terintegrasi.

2. Mengelola sumber daya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan.

3. Meningkatkan produktivitas dan daya saing berbasis pengetahuan.

4. Memperluas akses pasar domestik dan internasional.

Sasaran strategis pembangunan kelautan dan perikanan berdasarkan tujuan yang akan dicapai adalah:

1. Memperkuat Kelembagaan dan SDM secara Terintegrasi:

a. Peraturan perundang-undangan di bidang kelautan dan perikanan sesuai kebutuhan nasional dan tantangan global serta diimplementasikan secara sinergis lintas sektor, pusat dan daerah.

b. Seluruh perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pelaporan terintegrasi, akuntabel dan tepat waktu berdasarkan data yang terkini dan akurat.

c. SDM kelautan dan perikanan memiliki kompetensi sesuai kebutu han.

2. Mengelola Sumber Daya Kelautan dan Perikanan secara Berkelanjutan:

(19)

berkelanjutan.

b. Konservasi kawasan dan jenis biota perairan yang dilindungi dikelola secara berkelanjutan.

c. Pulau–pulau kecil dikembangkan menjadi pulau bernilai ekonomi tinggi. d. Indonesia bebas Illegal, Unreported & Unregulated (IUU) Fishing serta

kegiatan yang merusak sumber daya kelautan dan perikanan.

3. Meningkatkan Produktivitas dan Daya Saing Berbasis Pengetahuan:

a. Seluruh kawasan potensi perikanan menjadi kawasan Minapolitan dengan usaha yang bankable.

b. Seluruh sentra produksi kelautan dan perikanan memiliki komoditas unggulan yang menerapkan teknologi inovatif dengan kemasan dan mutu terjamin.

c. Sarana dan prasarana kelautan dan perikanan mampu memenuhi kebutuhan serta diproduksi dalam negeri dan dibangun secara terintegrasi.

4. Memperluas Akses Pasar Domestik dan Internasional:

a. Seluruh desa memiliki pasar yang mampu memfasilitasi penjualan hasil perikanan.

b. Indonesia menjadi market leader dunia dan tujuan utama investasi di bidang kelautan dan perikanan.

3.4. TELAAH RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) DAN KLHS

(20)

ruang serta interaksi berbagai kegiatan dalam ruang wilayah, sehingga terlihat perbedaan fungsi ruang yang satu dengan ruang yang lainnya. Perbedaan fungsi tersebut terjadi karena perbedaan lokasi, perbedaan potensi, dan perbedaan aktivitas utama pada masing-masing ruang yang harus diarahkan untuk bersinergi agar saling mendukung penciptaan pertumbuhan yang serasi dan seimbang.

Pendekatan wilayah merupakan cara pandang untuk memahami kondisi, ciri, dan hubungan sebab-akibat dari unsur-unsur pembentuk ruang wilayah seperti penduduk, sumber daya alam, sumber daya buatan, sosial, ekonomi, budaya, fisik dan lingkungan serta merumuskan tujuan, sasaran, target pengembangan wilayah. Pendekatan wilayah juga didasarkan pada suatu pandangan bahwa keseluruhan unsur manusia (dan mahluk hidup lainnya) dan kegiatannya beserta lingkungan berada dalam suatu sistem wilayah. Sehingga perencanaan dengan pendekatan wilayah adalah suatu upaya perencanaan agar interaksi manusia dengan lingkungannya dapat berjalan serasi, selaras, seimbang untuk mengupayakan kesejahteraan manusia dan kelestarian lingkungan.

Aspek penataan ruang menjadi sangat penting dimana rencana tata ruang merupakan satu-satunya instrumen pengendalian terhadap pemanfaatan ruang yang ada di daerah. Sesuai UU No 26 tahun 2007 tentang penataan ruang, tujuan RTRW adalah untuk menjaga agar pemanfaatan ruang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan. Hal tersebut diperkuat dengan dikeluarkannya UU Penataan ruang dan turunannya termasuk yaitu PP No 15 tahun 2010 tentang penyelenggaraan penataan ruang.

(21)

fungsional. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang, Penyelenggaraan 'penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi pcngaturnn, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang.

Tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten meliputi (1) Rencana struktur ruang wilayah kabupaten yang meliputi sistem perkotaan di wilayahnya yang terkait dengan kawasan pedesan meliputi kawasan lindung dan kawasan budidaya, (3) penetapan kawasan strategis kabupaten, (4) arahan pemanfaatan ruang wilayah yang berisi indikasi program utaman jangka menengah lima tahunan, (5) ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah yang berisi ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan insentif dan disinsentif dan arahan sanksi. Rencana tata ruang wilayah kabupaten dapat ditinjau kembali dalam hal (1) perubahan kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan bencana alam skala besar, dan (2) perubahan batas terirorial.

Perencanaan pembangunan sektor peternakan, perikanan dan kelautan kabupaten Garut harus selaras dengan rencana tata ruang wilayah sebagaimana diatur oleh Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 29 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Garut Tahun 2011 – 2031. Dalam perda tersebut telah ditetapkan rencana tata ruang kawasan bagi pengembangan sektor peternakan, perikanan dan kelautan.

3.4.1 Tata Ruang Kawasan Peternakan

(22)

(empat puluh dua ribu) hektar termasuk di dalamnya lahan pengangonan seluas 2.084 (dua ribu delapan puluh empat) hektar meliputi:

a. kawasan sub sektor hulu (off farm);

b. kawasan sub sektor budidaya (on farm); dan

c. kawasan sub sektor hilir (off farm).

Kawasan sub sektor hulu (off farm) sebagaimana dimaksud meliputi:

(1) Kawasan hijauan makanan ternak (HMT) terletak di 28 kecamatan meliputi Kecamatan Cisewu; Kecamatan Caringin; Kecamatan Talegong; Kecamatan Bungbulang; Kecamatan Mekarmukti; Kecamatan Pamulihan; Kecamatan Pakenjeng; Kecamatan Cikelet; Kecamatan Pameungpeuk; Kecamatan Cibalong; Kecamatan Cisompet; Kecamatan Peundeuy;Kecamatan Singajaya;Kecamatan Cihurip;Kecamatan Cikajang;Kecamatan Banjarwangi;Kecamatan Cilawu; Kecamatan Bayongbong; Kecamatan Cigedug;Kecamatan Cisurupan;Kecamatan Sukaresmi;Kecamatan Samarang;Kecamatan Pasirwangi:Kecamatan Karangtengah;Kecamatan Balubur Limbangan;Kecamatan Selaawi; dan Kecamatan Malangbong.

(2) Kawasan industri pengolahan pakan ternak terletak di 13 kecamatan meliputi Kecamatan Caringin; Kecamatan Pameungpeuk; Kecamatan Cikajang;Kecamatan Cilawu; Kecamatan Bayongbong; Kecamatan Karangpawitan; Kecamatan Wanaraja; Kecamatan Banyuresmi; Kecamatan Balubur Limbangan;Kecamatan Malangbong; Kecamatan Cisurupan;Kecamatan Cibalong; dan Kecamatan Garut Kota.

Kawasan sub sektor budidaya (on farm) meliputi:

(23)

(2) Kawasan pengembangan Sapi potong penggemukan terletak di 17 kecamatan meliputi Kecamatan Tarogong Kidul; Kecamatan Tarogong Kaler; Kecamatan Garut Kota; Kecamatan Karangpawitan; Kecamatan Wanaraja; Kecamatan Sucinaraja; Kecamatan Pangatikan; Kecamatan Sukawening; Kecamatan Karangtengah; Kecamatan Banyuresmi; Kecamatan Leles; Kecamatan Leuwigoong; Kecamatan Cibatu; Kecamatan Kersamanah; Kecamatan Cibiuk; Kecamatan Kadungora; dan Kecamatan Malangbong.

(3) Kawasan pengembangan sapi perah terletak di 14 kecamatan meliputi Kecamatan Cisewu; Kecamatan Talegong; Kecamatan Cisompet; Kecamatan Singajaya; Kecamatan Cihurip; Kecamatan Cikajang; Kecamatan Banjarwangi; Kecamatan Cilawu; Kecamatan Bayongbong; Kecamatan Cigedug; Kecamatan Cisurupan; Kecamatan Sukaresmi; Kecamatan Samarang; dan Kecamatan Pasirwangi.

(4) Kawasan pengembangan kerbau pembibitan terletak di 23 Kecamatan meliputi Kecamatan Cisewu; Kecamatan Caringin; Kecamatan Talegong; Kecamatan Bungbulang; Kecamatan Mekarmukti; Kecamatan Pamulihan; Kecamatan Pakenjeng; Kecamatan Cikelet; Kecamatan Pameungpeuk; Kecamatan Cibalong; Kecamatan Cisompet; Kecamatan Peundeuy; Kecamatan Singajaya; Kecamatan Cihurip; Kecamatan Banjarwangi; Kecamatan Cilawu; Kecamatan Bayongbong; Kecamatan Leles; Kecamatan Cibatu; Kecamatan Kadungora; Kecamatan Balubur Limbangan; Kecamatan Selaawi; dan Kecamatan Malangbong.

(5) Kawasan pengembangan domba pembibitan terletak di seluruh kecamatan

(6) Kawasan pengembangan domba pembesaran terletak di seluruh kecamatan

(24)

Kecamatan Cilawu; Kecamatan Bayongbong; Kecamatan Cigedug; Kecamatan Cisurupan; Kecamatan Sukaresmi, Kecamatan Samarang dan Kecamatan Pasirwangi.

(8) Kawasan pengembangan kambing pembesaran terletak di seluruh kecamatan

(9) Kawasan pengembangan kambing persusuan terletak di Kecamatan Cisewu; Kecamatan Caringin; Kecamatan Talegong; Kecamatan Bungbulang; Kecamatan Mekarmukti; Kecamatan Pamulihan; Kecamatan Pakenjeng; Kecamatan Cihurip; Kecamatan Cikajang; Kecamatan Banjarwangi; Kecamatan Cilawu; Kecamatan Bayongbong; Kecamatan Cigedug; Kecamatan Cisurupan; Kecamatan Cikelet; Kecamatan Pameungpeuk; Kecamatan Sukaresmi; Kecamatan Samarang; Kecamatan Wanaraja; Kecamatan Sucinaraja; Kecamatan Pangatikan; Kecamatan Kersamanah; dan Kecamatan Malangbong.

(10) Kawasan pengembangan ayam buras backyard farming terletak di seluruh kecamatan

(11) Kawasan pengembangan ayam ras pembesaran terletak di 26 Kecamatan meliputi Kecamatan Cilawu; Kecamatan Bayongbong; Kecamatan Cigedug; Kecamatan Cisurupan; Kecamatan Sukaresmi; Kecamatan Samarang; Kecamatan Pasirwangi; Kecamatan Tarogong Kidul; Kecamatan Tarogong Kaler; Kecamatan Garut Kota; Kecamatan Karangpawitan; Kecamatan Wanaraja; Kecamatan Sucinaraja; Kecamatan Pangatikan; Kecamatan Sukawening; Kecamatan Karangtengah; Kecamatan Banyuresmi; Kecamatan Leles; Kecamatan Leuwigoong; Kecamatan Cibatu; Kecamatan Kersamanah; Kecamatan Cibiuk; Kecamatan Kadungora; Kecamatan Balubur Limbangan; Kecamatan Selaawi; dan Kecamatan Malangbong.

(25)

Cikajang; Kecamatan Banjarwangi; Kecamatan Cilawu; Kecamatan Bayongbong; Kecamatan Cigedug; Kecamatan Cisurupan; Kecamatan Sukaresmi; Kecamatan Samarang; dan Kecamatan Pasirwangi.

(13) Kawasan pengembangan itik terletak di 10 kecamatan meliputi Kecamatan Banyuresmi; Kecamatan Leles; Kecamatan Leuwigoong;. Kecamatan Cibiuk;. Kecamatan Kadungora;. Kecamatan Bungbulang;. Kecamatan Mekarmukti;. Kecamatan Balubur Limbangan;. Kecamatan Selaawi; dan Kecamatan Malangbong.

(14) Kawasan pengembangan aneka ternak terletak di seluruh kecamatan. (15) Kawasan aneka ternak terletak di seluruh kecamatan.

Kawasan sub sektor hilir (off farm) meliputi:

(1) Pasar hewan terletak di 10 kecamatan meliputi Kecamatan Bayongbong; Kecamatan Tarogong Kidul; Kecamatan Cibalong; Kecamatan Bungbulang; Kecamatan Garut Kota; Kecamatan Talegong; Kecamatan Pameungpeuk; Kecamatan Cikajang; Kecamatan Wanaraja; dan Kecamatan Balubur Limbangan.

(2) Rumah Potong Hewan (RPH) terletak di 12 kecamatan meliputi Kecamatan Caringin; Kecamatan Pameungpeuk; Kecamatan Cikajang; Kecamatan Samarang; Kecamatan Tarogong Kidul; Kecamatan Banyuresmi; Kecamatan Cibatu; Kecamatan Kadungora; Kecamatan Karangpawitan; Kecamatan Wanaraja; Kecamatan Cibalong; dan Kecamatan Balubur Limbangan.

(3) Industri pengolahan hasil ternak terletak di 8 kecamatan meliputi Kecamatan Garut Kota; Kecamatan Karangpawitan; Kecamatan Malangbong; Kecamatan Pameungpeuk; Kecamatan Leles; Kecamatan Cikajang; Kecamatan Banyuresmi; dan Kecamatan Cikelet.

(26)

Kecamatan Tarogong Kaler; Kecamatan Garut Kota; Kecamatan Leles; Kecamatan Cibatu; Kecamatan Kadungora; Kecamatan Balubur Limbangan; Kecamatan Selaawi; dan Kecamatan Malangbong.

3.4.2 Tata Ruang Kawasan Perikanan

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 29 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Garut Tahun 2011 – 2031, kawasan perikanan adalah kawasan yang memiliki fungsi perikanan. Kawasan peruntukan perikanan sebagaimana dimaksud meliputi:

a. perikanan budidaya;

b. perikanan tangkap;

c. prasarana perikanan; dan

d. budidaya laut.

Kawasan Perikanan budidaya sebagaimana dimaksud memiliki luas kurang lebih 26.645 (dua puluh enam ribu enam ratus empat puluh lima) hektar terdiri atas (a) kawasan budidaya air tawar yang terletak di seluruh kecamatan serta (b) kawasan budidaya payau yang terletak di enam kecamatan meliputi Kecamatan Cibalong; Kecamatan Pameungpeuk; Kecamatan Cikelet; Kecamatan Pakenjeng; Kecamatan Mekarmukti; dan Kecamatan Caringin.

Kawasan Perikanan tangkap sebagaimana dimaksud meliputi(a) perikanan tangkap di perairan umum yang terletak di 2 (dua) Kecamatan yaitu Kecamatan Banyuresmi dan Kecamatan Leles.

Kawasan perikanan tangkap di perairan laut terletak di 7 (tujuh) kecamatan meliputi Kecamatan Pameungpeuk; Kecamatan Cikelet; Kecamatan Cibalong; Kecamatan Pakenjeng; Kecamatan Bungbulang; Kecamatan Mekarmukti; dan Kecamatan Caringin.

(27)

Kecamatan yaitu Kecamatan Caringin; Kecamatan Mekarmukti; Kecamatan Pakenjeng; dan Kecamatan Cibalong.

Kawasan Pengembangan Budidaya laut sebagaimana dimaksud meliputi:

(a) Pengembangan rumput laut dengan luas kurang lebih 340 (tiga ratus empat puluh) hektar meliputi 5 (lima) kecamatan terletak di Kecamatan Pameungpeuk dan Kecamatan Caringin; Kecamatan Cikelet; Kecamatan Pakenjeng; dan Kecamatan Cibalong;

(b) pengembangan tambak udang dengan luas kurang lebih 1.000 (seribu) hektar terletak di 3 (tiga) kecamatan meliputi Kecamatan Cibalong; Kecamatan Pameungpeuk; dan Kecamatan Cikelet.

(c) Pengembangan kawasan hutan mangrove sepanjang kurang lebih 50 (lima puluh) kilometer terletak di (7) Kecamatan meliputi Kecamatan Cibalong; Kecamatan Pameungpeuk; Kecamatan Cikelet; Kecamatan Pakenjeng; Kecamatan Mekarmukti; Kecamatan Bungbulang; dan Kecamatan Caringin.

3.4.3 Tata Ruang Kelautan

pengelolaan wilayah pesisir dan laut yang terpadu dan berkelanjutan merupakan salah satu kebijakan penataan ruang Kabupaten Garut. Lingkup wilayah RTRW Kabupaten adalah wilayah administrasi Kabupaten dengan luas kurang lebih: ruang daratan dengan luas 307.407 (tiga ratus tujuh ribu empat ratus tujuh) hektar; dan ruang pesisir dan laut, sepanjang 4 (empat) mil dari garis pantai.

Pengelolaan wilayah pesisir dan laut yang terpadu dan berkelanjutan dilaksanakan dengan strategi meliputi:

a. mengembangkan perikanan tangkap;

b. mengembangkan budidaya perikanan;

c. mengoptimalkan fungsi hutan bakau;

(28)

e. mengendalikan pencemaran di kawasan pesisir dan laut; dan

f. merehabilitasi kawasan pelestarian ekologi pesisir dan kawasan perlindungan bencana pesisir.

3.5. PENENTUAN ISU-ISU STRATEGIS

Dalam rangka mewujudkan sinergitas perencanaan pembangunan yang komprehensif dan terintegrasi, berdasarkan peraturan perundangan yang telah ditetapkan mengamanatkan bahwa Rencana Pembangunan SKPD mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) kabupaten yang merupakan penjabaran dari Visi, Misi Kepala Daerah yang penyusunannya mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Propinsi dan Nasional serta dokumen perencanaan pembangunan lainnya.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penentuan isu-isu strategis Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Garut harus mempertimbangkan isu-isu strategis dalam dua dokumen yang lebih tinggi yaitu Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 dan Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Garut Tahun 2014-2019.

Dalam RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018, terdapat 17 (tujuh belas) isu strategis yaitu:

(1) Pertumbuhan penduduk dan persebarannya.

(2) Kualitas dan aksesibilitas pendidikan dan kesehatan. (3) Pengangguran dan ketenagakerjaan.

(4) Pertumbuhan ekonomi dan pemerataan kesejahteraan masyarakat. (5) Kualitas dan cakupan pelayanan infrastruktur dasar dan strategis

(6) Kualitas lingkungan hidup untuk mendukung terwujudnya Jabar Green Province.

(7) Kualitas demokrasi

(29)

(9) Pemerintahan daerah yang efektif dan efisien. (10) Pelestarian nilai – nilai dan warisan budaya lokal (11) Pengembangan Industri Wisata Jawa Barat (12) Penanggulangan penduduk miskin.

(13) Pasar global dan Asean – China Free Trade Area (ACFTA)

(14) Pencegahan dan Penanganan Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) (15) Alih fungsi lahan dari pertanian ke non pertanian dan penertiban

okupasi lahantidur (HGU) (16) Ketahanan Pangan

(17) Keamanan dan ketertiban daerah

Dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Garut Tahun 2014-2019 terdapat 25 (duapuluh lima) isu strategis yaitu:

(1) Pelayanan publik yang professional dan amanah; (2) Tata kelola pendidikan berkualitas dan terjangkau; (3) Pelayanan kesehatan yang prima;

(4) Kehidupan masyarakat yang agamis; (5) Infrastruktur yang berkualitas;

(6) Lingkungan yang sehat, aman dan nyaman;

(7) Kehidupan sosial politik yang demokratis dan berbudaya luhur. (8) Pengentasan desa tertinggal

(9) Penanggulangan bencana alam; (10) Pengelolaan Keuangan Daerah

(11) Penanganan dan pengelolaan asset perusahaan daerah;

(12) Aspirasi masyarakat terhadap pembentukan wilayah otonomi baru. (13) Peningkatan Daya Beli masyarakat.

(14) Peningkatan laju pertumbuhan ekonomi dan pemerataan kesejahteraan masyarakat.

(15) Masterplan Percepatan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).

(30)

(18) Masterplan Percepatan Perluasan Pengurangan Kemiskinan Indonesia (MP3KI).

(19) Peningkatan ketahanan pangan dan energi.

(20) Peningkatan nilai tambah hasil produksi pertanian, perikanan dan kehutanan.

(21) Pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir. (22) Pengembangan budaya dan destinasi wisata.

(23) Peluang pasar global (diberlakukannya Masyarakat Ekonomi Asean pada tahun 2015).

(24) Peningkatan realisasi investasi daerah (PMA dan PMDN). (25) Pengembangan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).

Dengan memperhatikan berbagai permasalahan utama pembangunan daerah yang tercantum dalam RPJMD Kabupaten Garut serta isu strategis pembangunan provinsi Jawa Barat dalam RPJMD Provinsi serta dengan mempertimbangkan kondisi aktual yang terjadi dimasyarakat, maka dirumuskan 15 (lima belas) isu strategis pembangunan Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Garut Tahun 2014-2019 sebagai berikut:

(1) Peningkatan kualitas dan kompetensi sumberdaya aparatur;

(2) Peningkatan sarana prasarana dalam mewujudkan pelayanan prima pada masyarakat;

(3) Peningkatan keterampilan dan kemampuan usaha masyarakat peternakan, perikanan dan kelautan;

(4) Peningkatan populasi dan produksi komoditas peternakan;

(5) Peningkatan produksi perikanan budidaya;

(6) Peningkatan produksi perikanan tangkap;

(7) Peningkatan kesejahteraan peternak, pembudidaya ikan dan nelayan;

(8) Peningkatan kualitas, kuantitas dan daya saing produk hasil peternakan, perikanan dan kelautan;

(31)

(10) Peningkatan kemampuan kelembagaan usaha masyarakat yang berorientasi agribisnis;

(11) Penerapan teknologi tepat guna di bidang peternakan, perikanan dan kelautan yang berbasis inovasi;

(12) Penguatan pemasaran dan tata niaga pasar sektor peternakan, perikanan dan kelautan;

(13) Pengendalian sebaran penyakit hewan/ternak;

(14) Pengawasanproduk pangan asal hewan yang ASUH (Aman, Sehat, Utuh dan Halal);

Referensi

Dokumen terkait

This form is to be used by licensees to report all transactions in which an unlicensed person acquired two or more pistols or revolvers or any combination of pistols or

Nilai-nilai yang diwariskan biasanya adalah nilai-nilai yang oleh masyarakat pendukung tradisi dianggap baik, relevan dengan kebutuhan kelompok dari masa ke masa (Isyanti,

Membuktikan asersi kelengkapan transaksi yang berkaitan dengan sedaan yang dicatat dalam catatan akuntansi dan kelengkapan saldo sediaan yang disajikan di neraca.. Membuktikan

Hal tersebut dapat dilihat pada tingginya ketidak hadiran/absen kryawan di lingkungan PT Surveyor Indonesia Cabang Rembang, yang berarti bahwa tingkat produktivitas kerja

Adapun prinsip-prinsip pengembangan KTSP menurut Permendiknas nomor 22 tahun 2006 sebagaimana dikutip dari Mulyasa (2006: 151-153) adalah sebagai berikut. 1) Berpusat pada

Sehubungan dengan kegiatan E-Lelang Umum Pekerjaan Marka Jalan Tol pada Lokasi Pekerjaan Pemeliharaan Periodik dan Rekonstruksi Perkerasan Jalan Tahun 2016 Pada

(2) Penyelenggaraan RUPS sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat juga dilakukan atas permintaan 1 (satu) pemegang saham atau lebih yang bersama-sama mewakili 1/10 (satu

In Thailand, the United States Agency’s (USAID) Regional Development Mission/Asia (RDM/A) will support an integrated coastal management program (Post-Tsunami Sustainable