KEDUDUKAN WANITA SESUDAH MENIKAH MENURUT
TAFSIR Al-AZHAR SURAT AN-
NISA’ AYAT 34
DAN AL-
ISRA’ AYAT 23
Skripsi
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Strata Satu ( S-1 ) Ilmu al-Qur’an dan Tafsir
Oleh :
Nama : Farida Zuhria
Nim : E33212080
JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
s
KEMENTERIANAGAMA
T]NIVERSITAS
ISLAM NEGERI
ST]NAN
AMPEL
SURABAYA
PERPUSTAKAAN
Jl. Jend- A. Ymi I t 7 Surabaya 60237 Telp. 03 1-843 192 F6x.03 I -84133 00
EMail perpus@uitrsby.ac.id
t-I]iuBrR priRNyr\TiL\N IriRSr,:l tuuAN pL]l]t.IKr\st
K,\RYA I],NII,\II t]N'I'i]K K]I,I]EN'TIN(]I\N,\}i\I)J!.NI]S
Scbasri civitas dierlcmihe LIII.! Suran .\mpcl Surab:r1a, vang bcrtanda tangan di balah ini. sala:
Nama
. NIM
Fakult ,s/Ju{usan
E mail address
: lrarida Zuhria : E33212080
: Ushulucldin d.rn Irilsafrt /-{ afsir ltadis
: ezuh rir.grccn (g)grnail.
cornDcmi fenqembanlian iltru pcngerahuan, mcn\ctuiui untuk membeflkan kcpada Pcrpustakaal
LllN Sunen :\rnpel Surabrya,
Hlk
Llcbrs Rot'alti Non l,llisklusif atas kaq'a ilniah :El Sl,ripsi fl lcsis E Deserresi E l.3inixin(... . .
) lang berjudul :Kedudulal W:rnitr Scsuclah Nlcnikah Nlenunrt l afsir rl-l\zirer Surar an,Nisa' arar 3.1 dan al Isr;r'
:tlxt 13
bcscrta pcrurgkar
r.ng
dipcrlukan@i1a
e). l)cnganIIak
ltebas ltor.elri Non l,lkslusii rniI)erpust^krtn LIIN Sunan ,\nrpd Surabai-a berhak mcorimpat, rnenq:lih-medialformlt lan, rncngclrnalya
dalam
bcntut pengkdan
d.rta
(Llarabase), mendistribusilannva, danmcnampilkm /r:renrpul>iikasika:Lri:r di lntcmc fau medi,t lair sccara firl,frexr untuk keFflring,r
aliedemis tanpx pcrlu mernirrra ijirr dnri se1-:r selarna lct p mrncantumk1ln name save scbrgai
penulis/p.nciftx dan rtau pencrbit rxng bersffrgkutin.
Sare bcncdir untuk mcfleugqung secare pribadi, tanpa mclibetken piheli Perpustaliaen UIN
Sunan Ampel Surebe\'a, segrrla betruk turltutan hukum I xng rimbul ins pcleilgq:lix,r IIxk Cilrx
lielam kena iimiah srle ini.
I)cmiliien pcmlatean ini lang sala buar tlenearr scbco,&r1a.
Surabaia, 21 Fcbruari 2l)11
Abstrak
Farida Zuhria, 2017, Kedudukan Wanita Sesudah Menikah dalam Tafsir al Azhar Surat An-Nisa’ ayat 34 dan Al-Isra’ ayat 23. Skripsi Jurusan Ilmu Al-Qur’<an dan Tafsir Fakultas Usuluddin Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Masalah yang diteliti ini adalah bagaimana sikap seharusnya seorang wanita sesudah menikah terhadap orang tua. berdasarkan penafsiran surat
An-Nisa’34 dan al-Isra’ 23 karena ada beberapa masalah yang terjadi dalam masyrakat jika seorang istri yang tidak menuruti perintah dan perkataan suaminya karena lebih menuruti perkataan orang tuanya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memaparkan data penafsiran menurut Hamka dalam Tafsir Al-Azhar tentang Penafsiran surat An-Nisa’ ayat 34 dan Al -Isr<a’ ayat 23 yang mendeskripsikan wanita sesudah menikah. Dengan menggunakan Metode Tahlili ( Analisis ).
Dalam menjawab permasalahan tersebut penelitian ini dilakukan berdasarkan keperpustakaan ( Library research ) sumber data primer berdasarkan dari Al-Qur’<an dan Terjemahnya, kitab-kitab, dan sumber data sekunder berdasarkan buku-buku.
Penelitian ini dilakukan karena ada permasalahan banyak yang terjadi di dalam masyarakat jika istri lebih menuruti perkataan orang tua dari pada perkataan suaminya dan kurang menghormati ibu mertuanya.. karena didalam keluarga saya sendiri ada yang mengalami seperti itu. Dalam Al-Qur’<an sudah dijelaskan bagaimana sikap seharusnya wanita sesudah menikah dan bagaimana sikap wanita sesudah menikah terhadap orang tuanya.
Secara garis besar penafsiran surat An-Nisa’ 34 dan Al-Isra’ 23 menjelaskan tentang perintah untuk mentaati suaminya dan berbuat baiklah kepada orang tua. Pendapat Hamka dalam Surat An-Nisa’ ayat 34 bahwa ia berpendapat taat kepada Allah dan menuruti peraturan sebagai istri dan hendaklah untuk Memelihara kehormatan jika suami tidak ada di rumah, dalam Surat
Al-Isra’ bahwa berkewajiban berbuat baik kepada keduanya setelah berkhidmat kepada Allah.
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ……… i
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI………. ii
PENGESAHAN SKRIPSI ……… iii
ABSTRAK ………. iv
PERNYATAAN KEASLIAN ………... v
MOTTO ………. vi
PERSEMBAHAN ………. vii
KATA PENGANTAR ………... viii
DAFTAR ISI ……….. x
PEDOMAN TRANSLITERASI ……… xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah ……….…….... 1
B. Batasan Masalah ………... 11
C. Rumusan Masalah ………...11
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ………...11
E. Telaah Pustaka ……….. 12
F. Penegasan Judul ……… 13
G. Metode Penelitian ... 14
1. Metode Penelitian ………... 14
2. Jenis Penelitian ………..15
3. Sumber Data ……….… 15
4. Metode Pengumpulan Data ……….. 16
5. Metode Analisis Data ………... 16
H. Sistematika Pembahasan ………... 17
BAB II KEDUDUKAN WANITA SESUDAH MENIKAH A. Pengertian Wanita ……….….. 18
B. Kedudukan dan Peran Wanita ……….…... 19
C. Pemahaman Menikah ………... 26
BAB III PENAFSIRAN SURAT AN-NISA’ 34 DAN AL-ISRA’ 23
A. Biografi Mufassir ……….... 38
B. Ayat Dan Terjemah ………... 43
C. Mufradat Lughawi ………. 43
D. Munasabah ……….. 45
E. Penafsiran Ayat ……….…. 46
F. Analisis ………..…. 65
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ……….. 71
B. Saran …….. ………. 72
DAFTAR PUSTAKA ……….…. xix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seperti yang banyak diketahui masyarakat pada umumnya
pernikahan adalah penyatuan atau pengikatan antara laki-laki dan perempuan
dan menjadikan halal bagi mereka apa yang diridhoi Allah dari keduanya.
Tidak ada yang salah dengan anggapan seperti itu, tapi apakah hanya sampai
di situ itu? Lebih dari itu pernikahan adalah penyatuan dua keluarga. Bagi
sebagian orang memahami penyatuan dua keluarga hanya sebatas bertambah
jumlah keluarga, akan tetapi dalam kehidupan nyata keluarga pasangan atau
mertua bagaikan orang asing. Lalu bagaimana Islam memandang hubungan
dengan keluarga baru terutama mertua paska pernikahan?.
Allah menjadikan pernikahan yang diatur oleh syariat Islam sebagai
penghormatan dan penghargaan yang tinggi terhadap harga diri, yang
diberikan oleh Islam khusus untuk manusia di antara makhluk-makhluk yang
lain. 1
Islam menjadikan suasana kehidupan yang penuh dengan ketenangan
dan kedamaian sebagai implementasi dari konsep kehidupan yang sarat
dengan kedamaian. Islam mempercayakan tugas ini kepada kaum perempuan
1
2
sehingga mereka bertanggung jawab penuh atas tugas dosmetiknya yaitu
menciptakan ketenangan dan kasih sayang dalam rumah tangga. 2
Memilih antara menurti keinginanan suami atau tunduk kepada
perintah orang tua merupakan dilema yang banyak dialami oleh kaum wanita
yang telah menikah. Bagaimana Islam medudukan perkara ini ? seorang
wanita apabila telah menikah maka suaminya lebih berhak terhadap dirinya
daripada kedua orang tuanya. Sehingga ia lebih wajib mentaati suaminya.
Diantara kewajiban seorang istri atas suaminya juga adalah hendaknya
seorang istri benar-benar menjaga amanah suaminya di rumah, baik harta
suami maupun rahasia-rahasianya dan bersungguh-sungguh untuk mengurus
urusan rumah tangga. 3
…….. 4
2
Istibsyaroh, Hak-hak perempuan Relasi Jender menurut Tafsir Al-Sa’rawi, Cet 1 , ( Jakarta , PT. Mizan Publika, , 2004), 164.
3
https://web.facebook.com/notes/club-curhat-muslim-dan-muslimah/antara-berbakti-kepada-orang-tua-dan-taat-kepada-suami. 07-12-2016. pukul : 16.04.
4
3
‗’ Maka dari itu, wanita yang salihah ialah yang taat kepada Allah subhanahu wa ta’alla memelihara diri ketika suaminya tidak ada, karena
Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kalian khawatirkan nusyuznya, maka nasihatilah mereka, dan jauhilah mereka di tempat tidur, dan
pukullah mereka. Jika mereka menaati kalian, janganlah kalian mencari-cari
jalan untuk menyusahkan mereka. Sesungguhnya Allah Maha tinggi lagi
Maha besar.‖ (An-Nisa’: 34)5
Yang dimaksud wanita yang salihah ialah yang mentaati suaminya,
menjalankan keputusan-keputusanya dan bertakwa kepada Allah serta
Memelihara segala rahasia suaminya dan tidak ingkar kepadanya di dalam
urusan yang dijaga oleh Allah yakni wanita itu ditentukan oleh keputusan dari
atas ( samawi ) bahwa dia dipercaya untuk memegang rahasia keluarga yang
sekaligus merupakan penghormatan atas dirinya. Penghormatan yang
seimbang dengan apa yang diberikan kepada laki-laki.
Ketika menjadi isteri ia menjadi sumber yang besar untuk kebaikan
dan berkah, syaratnya ia mengetahui bagaimana melaksanakan tanggung
jawab dan kewajibannya secara benar dengan dorongan kecintaan, keihlasan
dan taat kepada suami. 6
5
Al-Qur’a da Tafsir ya, Depertemen Agama RI , (2010, Lentera Abadi ),215
6
4
Dalam Firman Allah S.W.T Surat An-Nisa’ ayat ke 32 :
7
“Artinya: Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan
Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain.
(Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka
usahakan, dan bagi para wanita ( pun ) ada bahagian dari apa yang mereka
usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. ‖8
Nabi SAW bersabda yang bermaksud :
ْدا ل لْيق ج ْ ْ ع ا ج ْ ف فح ه ْ ش ْ م ص ْمخ ةأ ْ ملْا لص ادا لخ ا ْبا ا ْنم نجلْا ْء نجلْا
“Apabila seorang isteri telah mendirikan sholat lima waktu dan
berpuasa bulan Ramadhan dan memelihara kehormatannya dan mentaati
7
Qs. An-Nisa’ayat
8
5
suaminya, maka diucapkan kepadanya: Masuklah Surga dari pintu surga
mana saja yang kamu kehendaki.’’ ( Hadis Riwayat Ahmad )
Hadist tersebut menjelaskan bahwa apabila seorang wanita ( istri ) taat
menjalankan shalat lima waktu, berpuasa Ramadhan, selain waktu haid dan
nifas serta menjaga farjinya dari perbuatan zina dan taat pada suaminya, maka
dirinya Allah akan berkata kepadanya untuk masuk kedalam surga melalui
pintu masuk kedalam surga melalui pintu mana saja yang ia kehendaki. Yang
demikian itu mempunyai maksud untuk melaluikan para wanita. 9
Kemudian ayat al-Qur’>an memberi gambaran untuk para pemimpin
keluarga tentang metode pengendalian keputusan-keputusan di dalam kelurga.
Ayat itu menjelaskan juga bagaimana sikap seorang suami terhadap istrinya
yang menentang dan menolak perintahnya. Allah berfirman :
‗’
Dan wanita-wanita yang kamu khawatirkan menolak kewajibanbersuami istri, maka nasihatilah mereka dan pisahkanlah diri dari tempat tidur
9
Isnaeni Fuad, Mutiara Perkawinan, ( Jakarta, Kalam Mulia, 1999 ) 43. 10
6
mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka
janganlah kamu menyusahkannya. Sesungguhnya allah maha tinggi dan maha
besar. ‗’
Pemimpin berhak untuk memberikan nasihat dan istri harus
memperhatikannya. Jika ia tidak memperhatikan nasihatnya yang ia harus
taati, maka suami berhak untuk memisahkan tempat tidurnya saja, bukan
pisah rumah sebagaimana yang di lakukan oleh orang-orang kebanyakan.
Penghentian sementara untuk tidak bercampur antara suami istri merupakan
peringatan secara halus agar sang istri mematuhi keputusan suami untuk
kemaslahatan keluarga. 11
Muhammad Ali Ash Shabuni menjelaskan sebagaimana yang
difiirmankan Allah bahwa wanita itu terbagi atas 2 golongan yaitu golongan
yang baik dan taat dan golongan yang jahat dan durhaka. Wanita yang baik
adalah yang taat kepada Allah dan suaminya, yang senantiasa menunaikan
hak-hak suaminya , Memelihara diri mereka kekejian dan menjaga harta
suaminya dari pemberosan, sebagaimana pemeliharaan yang telah
berlangsung diantara dia dengan suaminya, sebagaimana sudah diwajibkan
untuk menyembunyikan rahasia-rahasia mereka. 12
11
Mahmud Al-Shabbagh, Tuntunan Keluarga Bahagia Menurut Islam, (135
12
7
Ketaatan kepada suami hanya bisa dilaksanakan apabila perintah dan
suruhannya tidak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan Allah, Istri hanya
wajib taat kepada perintah dan suruhan suami, apabila perintah itu tidak
menyalahi syariat Islam. 13 Salah satu sikap seorang wanita adalah harus setia
kepada suaminya, melihat apa yang suaminya sukai, melakukan pekerjaan
untuknya mencurahkan segala kemampan untuk itu. Hendaknya ia melihat
apa yang tidak disukai oleh suaminya, berusaha keras untuk menjauhinya dan
mewujudkan makna sakinah yang ada dalam firman Allah SWT :
4‘’ Dan di antara tanda-tanda kebesaran-Nya ialah Dia menciptakan
pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan
merasa tentram kepadanya, dan Dia menjadikan diantaramu rasa kasih
sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar terdapat tanda-tanda (
Kebesaran Allah ) bagi kaum yang berfikir. ( Ar-Rum [39]:21 ) 15
13
Ibid.,, 145-148
14
Qs. Ar-Rum ayat 21
15
8
Istri yang salihah ialah yang dapat membuat suaminya bahagia,
gembira, tersenyum, senang dan damai. Ia memuliakan suaminya,
menghargai, menghormati dan berbakti kepadanya. Itulah keharmonisan yang
sangat dirindukan dalam rangka memakmurkan rumah tangga dan membentuk
keluarga yang harmonis.
Termasuk memperlakukan suami dengan baik adalah apabila suami
datang istri menyambutnya dengan wajah berseri-seri, senyuman manis,
ucapan yang lembut, suasana yang hangat dan dengan pakaian yang rapi. 16
Seperti apa yang telah dikatakan oleh Nabi saw, ‘’ Dunia adalah
perhiasan, dan perhiasan yang paling baik adalah Istri yang salehah.’’ (HR.
Muslim )17
Ada peribahasa yang berbunyi : ’’Sebaik-baiknya dari yang paling
baik adalah air.’’ Menurut mereka air perhiasan kaum wanita yang
melambangkan kebersihan dalam tataran yang paling tinggi berangkat dari
itulah kita dapat mengetahui bahwa salah satu keajiban isteri adalah
melakukan sesuatu demi keridhaan suami dan kesenangan hatinya. Ketika
suami pulang kerumah ia harus menyambutnya dalam keadan bersih dan
bersolek, tidak menampakkan rasa lelah sedikitpun karena pekerjaan.
16Abdul Aziz bi Nashir Su’ud Al
- Abdillah, Untaian Bunga Persembahan Untuk Pengantin, (Jakarta Timur ,Pusataka Qalami, , 1994 ) , 78.
17
9
Tidaklah menampakkan wajah muram. Hendaknya ia menyenangkan hati
suaminya. 18
9
‗’Dan tuhanmu telah memerintahkan suapaya kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu
bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya
atau keduanya sudah berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka
sekali-kali jangan berkata ‘’ah’’ dan janganlah kamu membentak mereka dan
ucapkanlah kepada mereka dengan perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah
dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah
:’’Wahai tuhanku, kasihanilah mereka keduanya, sebagaimana mereka
berdua mendidik aku sewaktu kecil’’. 20
Hendaklah istri membantu suaminya,kedua orang tuanya, keluarganya,
dan orang-orang miskin, serta orang-orang yang sedang dalam perjalanan
18
Ibid 234-235
19
Qs. Al-Isra’ ayat -24. di ambil AL-Qur’a da Terje ah ya Al-Ju a atul’ Ali , Ba du g, CV J -Art,2005 ), 285.
20
10
sampai suami betul-betul mantap hatinya menuju ketaatan kepada Allah untuk
mengabdi kepada-Nya denga hak-hak kepada istri. 21
Jadi orang tua adalah cermin masa depan anak. Bila dalam rumah
tangga terbina hubungan yang harmonis antar anggota keluarga, saling
memenuhi hak masing-masing serta saling menghormati, maka anak-anak pun
pada masa mendatang akan selalu menjunjung tinggi perintah orang tua,
Memelihara dan menjaganya ketika sudah berusia lanjut. 22
Untuk menghindari ketidak seimbangan seperti seorang anak yang
memperlakukan orang dengan tidak baik dengan mengorbankan orang lain,
ajaran Islam yang memperhatikan hubungan seorang anak dengan orang
tuanya. 23 Pada dasarnya seorang anak harus berbakti kepada orang tuanya
terutama ibu. Ridha Allah termasuk keridhaan dalam pernikahan juga
tergantung keridhaan orang tua. 24
Menghormati suami, mentaatinya, berusaha meraih cinta kasih dan
ridha juga dari bagian langkah untuk membahagiakannya. Istri harus
memuliakan dan menghormati orang tua suaminya dan menyayanginya
keduanya, seperti halnya harus bersabar, bersenda gurau dengan menghindari
21
Mahmud Al-Shabbagh, Tuntunan Keluarga Bahagia Menurut Islam, 124.
22
A.mudjab Mahali, Menikahlah engkau menjadi kaya, ( Yogjakarta, PT.Mitra Pustaka, ,2001 ), 594.
23
Muhammad Ali Al-Hasyimi, Muslim Ideal ( Pribadi Islami dalam Al-Qur’a As-Sunnah, (Yogjakarta, ,PT Mitra Pustaka, 2000 ) , 80.
24
11
hal-hal yang dapat membuat kesal dan marah. Berapa banyak istri semoga
Allah menunjuki mereka seolah jadi ‘’ neraka’’ terhadap mertua. Akibatnya,
suaminya pun diantara dua ‘’ neraka ‘’, istri dan ibunya. Keduanya memiliki
hak dan kwajiban atas suami dan istri. Karena itu, suami harus bersikap adil
terhadap ibu dan istrinya , tidak membeda-bedakan antara satu dengan yang
lainnya, agar tidak menimbulkan kemarahan dan kebencian antara mereka
berdua. 25
B. Batasan Masalah
Agar pembahasan ini lebih jelas dan terarah maka penulis memandang
perlu untuk memberikan batasan masalah hal ini untuk memudahkan
pembahasan dan pemahaman agat tidak meluas dan menyimpang jauh dari
pokok permasalahan maka penulisan ini difokuskan pada wanita sesudah
menikah dan dalam penelitian ini kami menggunakan 1 mufassir yaitu
penafsiran Al-Azhar dari Hamka
C. Rumusan masalah
1. Bagaimana kedudukan wanita sesudah menikah dalam Tafsir
Al-Azhar ?
2. Apa saja kewajiban istri kepada suami menurut Tafsir Al-Azhar
mengenai wanita sesudah menikah ?
25
12
D. Tujuan penelitian
a. Untuk mendeskripsikan wanita sesudah menikah dalam Tafsir Al-Azhar
b. Untuk mendeskripsikan dari tafsir Al-Azhar tentang wanita sesudah
menikah
E. Telaah Pustaka
Pernah dilakukan penelitian tentang sikap seorang wanita sebelum
menikah dan sesudah menikah dengan penelitian ini sangat jauh, adapun
karya yang pernah di tulis yaitu :
a. Skripsi yang memuat peran wanita sebagai Istri juga telah
ditemukan, yaitu ditulis oleh Nita Farichah jurusan Tafsir Hadits,
Iain Sunan Ampel tahun 2009. skripsi ini mejelaskan tentang
bagaiamana Peran Seorang istri dalam rumah tangga.
b. Skripsi yang memuat tentang hak dan kewajiban istri atas suami
dalam surat Al-Baqarah ayat 228. Karya Masita Eka Rohmah,
Skripsi Tafsir Hadis Fakultas Usuluddin Universitas Islam Negeri
Sunan Ampel Surabaya,Tahun 2015. Penelitian ini pembahasannya
kewajiban istri terhadap suami dalam hal rumah tangga yang
terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 228. Dalam hal ini akan
mendapatkan kejelasan tentang pembagian kerja rumah tangga
13
F. Penegasan Judul
Dalam membahas suatu karya ilmiyah, terlebih dahulu di awali
penjelasan kata-kata yang ada pada judul skripsi ini. Hal ini dimaksud untuk
menghidari dari adanya kesalah pahaman pengertian yang dimaksud dalam
pembahasan.
Adapun pengertian-pengertian kata sebagaimana yang termaktup dalam
judul Wanita Sesudah menikah menurut Tafsir Al-Azhar adalah sebagai
berikut.
Wanita : Senjata bermata dua. Karena ia baik, melaksanakan tugas pokok
dan fungsinya yang telah digariskan, berarti ia adalah banugunan berkualitas
untuk membangun masyarakat yang islami yang kokoh, berakhlak luhur,dan
fundamen-fundamen yang kukuh.26
Setelah : Sesudah
Menikah : Perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami isteri
dengan cara resmi. 27
Tafsir : Secara harfiyah berarti menjelaskan atau menerangkan dari segi
terminologi, tafsir berarti menjelaskan maksud ayat Al-Qur’an sesuai dengan
kemampuan manusia. 28
26
Al-Istanbuli, Mahmud Mahdi, dan Nasr As-Syaibi, Wanita-wanita Sholiah dalam Cahaya Kenabian, PT.Mitra Pustaka, 2002), 3.
27
Poerdarwanto, Kamus Bahasa Indonesia.( Jakarta. PT. Balai Pusataka )
28
14
Tafsir Al-Azhar : Salah satu kitab tafsir yang terbit di Indonesia adalah
Tafsir al-Azhar karya Hamka. Tafsir ini dikenal salah satu tafsir yang
memberikan khazanah keilmuan yang cukup menarik dari sisi kebahasaan,
maupun penyajian reasoning yang ada didalamnya.
G. Metode penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini meruupakan penelitian kualitatif, dimaksud untuk
mendapatkan data tentang wanita sesudah menikah dalam Tafsir Al-Azhar Jenis
Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah Library Researc ( penelitian
keperpusatakaan ) karena sasaran utama penelitia ini adalah buku-buku
dan literatur-literatur yang terkait. Dengan menggunakan metode tafsir
Tahlili ( Analisis ). Tafsir Tahlili adalah menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’<an
dengan memaparkan segala aspek yang bersinggungan dengan ayat serta
menerangkan makna yang tercakup dengan keahlian mufassir. metode ini
menggunakan arti ayat-ayat Al-Qur’<an dan berbagai segi sesuai urutan
surat dalam mushaf dengan mengedepankan kandungan kosa kata,
15
yang berhubungan, dan pendapat para ulama salaf serta pendapatanya
sendri. 29
2. Sumber Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini bersumber dari dokumen
perpustakaan terdiri dari 2 jenis sumber yaitu sumber primer dan sekunder,
sumber primer adalah rujukan utama yang akan kita pakai yaitu :
a. Al-Qur’<an dan Terjemahan
b. Tafsir -Azhar , karya Hamka .
c. Dan lain-lain
Sedangkan dari data sekunder yaitu informasi ysng dikumpulkan dari
buku-buku yan mendukung kajian yang diteliti yaitu , Diantaranya :
a. Tuntunan keluarga Bahagia , karya Mahmud Al-Shabbagh
b. The Great Women ( Mengapa Wanita Harus merasa Tidak lebih
Mulia ) , karya Muhammad Ali al- Allawi
c. Muslim Ideal ( Pribadi Islami dalam Al-Qur’an dan Sunnah ) karya
Dr.Muhammad Ali al-Hasyimi,
d. Rumahku surgaku ( Romantika dan Solusi Rumah Tangga ), karya
Dr. H. Miftah Faridl. .
e. Dan lain-lain
29
16
3. Metode pengumpulan Data
Metode ini digunakan dalam pengumpulan data adalah metode
dokumentasi yang dalam pelaksanaannya peneliti menyelidiki
benda-benda tertulis seperti kitab-kitab, buku-buku, artikel, dan pdf,
4. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini, metode yang mengadakan penelitian yang
digunakan dalam menganalisis data yang telah diperoeh yaitu menggunakan
teknik analisis :
a. Metode Deskripsi yaitu metode yang mengadakan penelitian yang
menggunakan beberapa data yang diperoleh kemudian
menganalisis serta mengklarifikasi.30
b. Metode induksi yaitu cara berfikir yang mengambil sumber data
yang bersifat khusus kemudian digunakan untuk menarik
kesimpulan yang bersifat umum.
c. Metode tafsir Tahlili ( Analisis ). Tafsir Tahlili adalah menafsirkan
ayat-ayat Al-Qur’<an dengan memaparkan segala aspek yang
bersinggungan dengan ayat serta menerangkan makna yang
tercakup dengan keahlian mufassir. metode ini menggunakan arti
ayat-ayat Al-Qur’an dan berbagai segi sesuai urutan surat dalam
mushaf dengan mengedepankan kandungan kosa kata, hubungan
30
17
antarayat, hubungan antarsurah dan asbabun nuzul , hadist-hadist
yang berhubungan, dan pendapat para ulama salaf serta
pendapatanya sendri.
H. Sistematika Pembahasan
Agar pembahasan ini tidak keluar dari jalur yang telah ditentukan dan agar
lebih berarti susunannya, maka proposal ini dibagi dalam empat bab yang
sistematikanya sebagai berikut :
a. Bab Pertama : Bab Ini berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah,
pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan
penelitian, kajian pustaka, metode penelitian,dan sistematika pembahasan.
b. Bab Kedua : Bab ini berisi tentang pengertian Pernikahan, kedudukan dan
peran istri, dan kewajiban istri.
c. Bab Ketiga : Bab ini menjelaskan biografi mufassir dan penafsiran Serta
analisis tafsir al-Azhar dalam surat An-Nisa’ ayat 34 dan Al-Isra’ ayat 23.
BAB II
KEDUDUKAN WANITA SESUDAH MENIKAH MENURUT HAMKA DALAM TAFSIR AL-AZHAR
I. Pengertian wanita
a. Pengertian wanita secara bahasa
Dalam etimologi Jawa, kata wanita berasal dari frasa wanita ‗‗Wani
Ditoto’ atau berani diatur. Sebutan wanita dimaknai berdasarkan
kemampuannya untuk tunduk dan patuh pada lelaki sesuai dengan
perkembangan budaya di tanah Jawa pada masa tersebut. Sementara itu
menurut bahasa Sanskerta, kata perempuan muncul dari kata per – empu –
an. ‗Per’ memiliki makna makhluk dan ‗empu’ artinya mulia, tuan, atau
mahir. Sehingga dapat disimpulkan bahwa makna kata perempuan adalah
makhluk yang mulia, atau memiliki kemampuan.1
Menurut definisi dalam kamus besar bahasa Indonesia
disebutkan,wanita adalah perempuan dewasa, kaum putri (dewasa ) 2 asal
kata wanita yaitu Vani (Bahasa sansekerta ),Vanita/Desire = keinginan,
wanita mengandung makna yang selalu di inginkan. arti konotasi dari kata
ini adalah wanita adalah obyek seks yang selalu di inginkan.3
1
Andi-sosialbudaya.Blogspot.co.id/2016/04Iistilah-Perempuan-dan-Wanita.html, di ambil pukul 07:05
2Pusat Bahasa Depertemen, Kamus Besar….., 1268 3
19
b. Pengertian wanita secara istilah
Seorang Wanita mukallaf sebagaiamana laki-laki, dimana wanita
juga mendapat perintah dan larangan dari Allah swt, diberi pahala dan
mendapatkan siksa, wanita bukanlah musuh pria juga bukan saingannya
melainkan bagi penyempurna baginya, wanita adalah bagian dari pria dan
pria adalah bagian dari wanita. 4
Ada juga yang mengatakan Wanita adalah jodoh laki-laki dalam
melaksanakan kekholifahannya yakni menyebarkan anak keturunannya,
Islam meletakkan wanita sebagai batu pertama bangunan sebuah keluarga
yang sekaligus sebagai hati penuh kasih yang setiap saat menaburkan
perasaan cinta, sayang dan ketenangan dan wanita atau istri adalah sumber
ketenangan, ketentraman serta stabilitas mental bagi pria. Dari sini isteri
harus sanggup atau bisa menjadi kekasih artinya harus bisa mengisi hati
suaminya dengan penuh kasih sayang supaya suami tidak merasa hampa
dirumah. 5
II. Peran dan Kedudukan Wanita
Dalam agama islam, seorang wanita memiliki kedudukan yang
tinggi dan memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kehidupan
seluruh umat manusia. Kehadiran seorang wanita akan menjadi madrasah
atau sekolah petama dalam membangun masyarakat yang shalih, tatkala ia
berjalan di atas petunjuk al –Qur’<an dan Sunnah Nabi. dengan tegas
4
Abu Suqqah, Jati Diri Wanita menurut Al-Qur’an dan Hadis , Ramadhani, Solo, 1989 ) 59. 5
20
Qur’an juga telah menjelaskan bahwa peran seorang wanita sangat penting
dan baik sebagai ibu, istri, saudara, anak maupun seagai anggota
masyarakat. 6
Islam memberikan kedudukan dan kehormatan yang tinggi pada
seorang wanita, baik dari segi hukum ataupun dari segi masyarakat sendiri.
Pada kenyataannya, apabila kedudukan tersebut tidak seperti yang di
ajarkan oleh Islam, maka persoalan akan lain. Sebab, struktur, adat,
kebiasaan, dan budaya masyarakat juga memeberikan pengaruh yang
signifikan kepada wanita. 7
Perempuan menempati kedudukan yang penting di kehidupan
keluarga dan sendi dasar kehidupan masyarakat karena perempuanlah
yang melahirkan generasi penerus, merawat dan mendidik anak,
memberikan kasih sayang, perhatian,penghargaan dan segala sesuatu yang
dibutuhkan keluarga. Peran ibu rumah tangga bagi wanita merupakan
suatu pilihan yang harus dipilih. Setiap wanita yang sudah menikah, secara
otomatis akan menjadi ibu rumah tangga. Seorang ibu yang berkewajiban
mengatur harmonisasi keadaan rumah suaminya dan mengatur
kelengkapan sandang pangan serta keteraturan dalam rumahnya. 8 Peran
perempuan sebagai istri dalam rumah tangga adalah penanggug jawab dan
6 Abdul Syukur al-Aziz, Buku Lengkap Fiqih Wanita,
( Yogjakarta PT.Diva Press, cet 1 , 2015 ) 11-15
7
Atiqah Hamid, Fiqih Wanita ( tutorial ibadah dan muamalah harian muslimah ahlul jannah ), Yogjakarta, Diva Press, cet 1 , 2016 ) 13
8
21
pengelola ekonomi rumah tangga. Pendapat keluarga yang bersumber dari
usaha suami istri, kemudian di atur pengeluarannya sesuai kebutuhan. 9
Itulah sebabnya islam memberikan aturan, batasan,, dan tuntunan
kepada wanita sesuai dengan kodrat mereka, agar mereka menjadi
makhluk yang disayangi dan di mulaikan, baik di dunia maupun di akhirat.
Secara garis besar peran dan tugas seorang wanita di bagi 3 yaitu peran
sebagai istri, ibu dan anggota masyarakat sebagai berikut :
1). Peran wanita sebagai istri..
Melalui al Qur’<an, Allah telah menyatakan bahwa laki-laki dan
perempuan memiliki peran yang berbeda. Seorang suami diberikan peran
sebagai pemimpin rumah tangga, serta melindungi dan memberi nafkah
kepada kelurga. Sedangkan istri berperan sebagai pengatur rumah tangga
yang betanggung jawab mengatur rumah tangganya di pimpinan suami.
Selain itu, ketika beban istri sangat banyak dan berat, sehingga istri tidak
sanggup mengerjakan, seperti mengasuh anak,mencuci, memasak, dan
lain-lain, maka bukan berarti seorang istri tetap mengerjakan semua, dalam hal
ini suami berkewajiban untuk membantu sang istri.
Posisi perempuan sebagai istri setara dengan suami. Keduanya
berhak mendapatkan kebahagiaan dan kepuasan, baik biologis maupun
batiniah. Keduanya pun samasama bertanggung jawab, baik dalam tugas
-tugas dosmetik dirumah tangga maupun dalam -tugas public di masyarakat.
9
22
Suami tetap harus peduli dengan fungsi reproduksi istri yang sangat mulia
yaitu hamil, melahirkan dan menyusui. 10
Kita semua pasti paham dan sepakat, peranan seorang istri dan
rumah tangga lebih dalam dan sulit dari pada yang disadari dan di akui
oleh para suami. Seorang istri dan ibu rumah tangga dan keluarga yang
bahagia dan harmonis. 11 Perempuan pencipta ketenangan dan cinta kasih
sayang, kehidupan harmonis dan bahagia dapat terwujud apabila istri
melaksanakan kewajibannya dengan baik sesuai ajaran Allah.12
2). Peran seorang wanita sebagai ibu
Seorang ibu harus memahami bahwa pendidikan merupakan hal
yang penting dalam kehidupan anak agar menjad anak yang shalih dan
shalihah, serta memiliki masa depan yang cerah ketika dewasa kelak. Dan
pendidikan pertama kali yang akan di dapat oleh seorang anak ialah dari
lingkungan keluarga terutama ibu.
Menurut pandangan Islam, pendidikan seorang anak merupakan
proses mendidik, mengasuh, serta melatih jasmani dan rohani mereka yang
dilakukan oleh para orang tua sebagai tanggung jawabnya terhadap anak
dengan berlandasan pada nilai-nilai yang baik dan terpuji, yang bersumber
al-Qur’an dan sunnah nabi. 13 Seorang ibu memiliki peran yang amat besar
10
Prof. DR.Musdah Mulia.MA, Kemuliaan Perempuan Dalam Islam, (Jakarta,PT. Elex Media Komputindo, 2014), 59
11
Abdul Syukur al-Azizi, Buku Lengkap Fiqih Wanita, 22-25 12
Bagir al-Hasby, Fiqih Praktis, 01 13
23
dalam kehidupan. Tanpa seorang ibu, kehidupan tidak akan berjalan dengan
semestinya. Sebab, ia adalah generasi baru yang dapat menunjang
keberlangsungan kehidupan. Jika dimuka bumi ini hanya dihuni oleh
laki-laki, maka kehidupan dunia mungkin sudah berhenti berjuta-juta abad yang
lampau. Oleh sebab itu, adanya perempuan atau ibu hakikatnya tidak bisa
diremehkan dan di abaikan. Sebab, dibalik keberhasilan dan konstinuitas
kehidupan, ibulah yang sebenarnya banyak berpengaruh dan berperan. 14
Sebagai seorang ibu, perempuan adalah pemimpin di dalam rumah
tangga suaminya ( pemimpin bagi anak-anaknya)
Hadist Rasulullah mengungkapkan :
ا ت ايع ىلع هل سم ا ح تيب يف ةيعار ة أ ملا
‘’ Perempuan adalah pemimpin di dalam rumah tangga suaminya, dia
akan ditanya tentang kepemimpinannya’’.
Yang dimaksud dengan kepemimpinan disini adalah peran dan tugas
perempuan sebagai pendidik bagi anak-anaknya dan pengaturan rumah
tangga. Begitu besar tanggung jawab yang dibebankan dipundak perempuan
dan akan sulit dilakukan dengan baik, apabila ilmu pengetahuanya
terbatas.15
14
Abdul Wahid, Mencari Surga Ditelapak Kaki Ibu, ( YogJakarta, Sabil, cet : 1 2005 ), 22 15
24
3). Seorang wanita sebagai anggota masyarakat
Secara kodrat, wanita adalah manusia sosial yang tidak mungkin
dapat melepaskan diri dari ketertarikannya dengan manusia lainnya seperti
yang kita ketahui pada dasarnya berhubungan dengan individu lain
merupakan suatu usaha untuk memenuhi kebutuhan sosialnya. Dalam
kehhidupan bermasyarakat, ada beberapa ketentuan yang harus diperhatikan
oleh para wanita,
pertama , tidak boleh meremehkan orang atau pihak lain. Allah
berfirman :
‗’Hai orang-orang yang beriman, janganlah orang laki-laki
merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih
baik dari neraka. Dan janganlah pula sekumpulan perempuan
merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih
baik. Dan jangan suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil
25
( panggilan ) yang buruk sesudah iman. Dan barang siapa yang tidak
bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang dzalim. 16
Kedua, menjaga pandangan dan auratnya. Pandangan mata
merupakan pintu kemaksiatan yang paling mudah dimasuki setan dari diri
manusia. Itulah sebabnya, orang yang membebaskan pandangan matanya
tanpa batasan agama maka sama saja ia menghancurkan hatinya, dan
tentunya yang seperti ini tidak mungkin dilakukan seorang yang berakal
Ketiga, memiliki jiwa sosial yang tinggi. Bagi wanita yang terlibat dalam
kehidupan bermasyaraat, sangat penting untuk memiliki sikap dan sifat yang
bersikap baik dan ringan tangan dalam membantu orang lain.
Dengan kodrat dan keutamaan- keutamaan yang diberikan oleh Allah
swt, kepada para wanita, maka tak dapat dipungkiri bahwa mereka
merupakan tumpukan utama dalam membangun generasi yang mampu
mewujudkan kemaslahatan bagi seluruh umat manusia. Oleh karena itu peran
wanita, baik dalam kelurga maupun dalam masyarakat merupakan peran
sangat agung yang tidak sepantasnya kaum wanita meremehkannya. 17
16
Qs. Al-Hujarat dan Terjemahnya. 17
26
III. Pemahaman menikah
a. Pernikahan Menurut bahasa
Kata per-nikah-an, berasal dari bahasa arab: nikah yang berarti ‗’
pengumpulan ’’ atau ‗’ berjalinnya sesuatu dengan sesuatu yang lain’’.
misalnya, ranting-ranting pohon yang saling berjalin satu sama lain.18
Kamus besar bahasa Indonesia mengartikan kata ‗’Nikah’’ sebagai
berikut :
1. Perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk ber suami istri dengan resmi.
2. Perkawinan
Al-Qur’<an menggunakan kata ini untuk makna tersebut, disamping
secara Majaz diartikan dengan ‗’hubungan seks’’. Kata ini dalam berbagai
bentuk ditemukan sebanyak 32 kali. Adapun secara bahasa , pada mulanya
kata nikah digunakan dalam arti ’’ Terhimpun ‗’. al Qur’<an mnggunakan
kata Zawwaja dari kata zauwj yang berarti ‗’ pasangan’’ untuk makna di
atas. Ini karena pernikahan menjadikan seseorang memiliki pasangan, kata
tersebut di bentuk dalam dan makna terulang tidak kurang dari 80 kali.19
b. Pernikahan Menurut Istilah
Pernikahan adalah kenyamanan hakiki bagi pria dan wanita secara
bersamaan, dimana seorang wanita dapat menemuakan seorang lelaki yang
18
Muhammad Bagir Al-Habsyi, Fiqih Praktis, ( Bandung, Mizan, cet 1, 2002 ) , 01 19
27
bertanggung jawab yang mampu memberikan nafkah lahir dan batin sehingga
ia akan selalu merasa nayaman bersamanya.Dengan menikah, seseorang dapat
menenangkan jiwa dari kegelisan, juga dapat menahan pandangan untuk
melihat sesuatu yang haram hingga jiwa menjadi tenang pada apa yang telah
Allah halalkan. Jadi sesungguhnya pernikahan lebih dapat Memelihara
pandangan dan kemaluan. 20
Secara Syar’i pernikahan adalah ikatan yang menjadikan halalnya
bersenang-senang antara laki-laki dan perempuan, dan berlaku dengan
adanya ikatan tersebut, larangan-larangan syariat. Lafadz yang semakna
dengan ‗’Az-Zawaj ‗’ adalah An-Nikah’’ ; sebab nikah itu artinya saling
bersatu dan saling masuk. Ada perbedaan pendapat di antara para ulama
tetang maksud dari lafadz ‗’An-Nikah’’ yang sebenarnya, apakah berarti ‗’
perkawinan atau jimak’’. Selanjutnya, ikatan pernikahan merupakan ikatan
yang paling utama karena berkaitan dengan dzat manusia dan mengikat
antara dua jiwa dengan ikatan cinta dan kasih sayang, dan k arena ikatan
tersebut merupakan adanya sebab adanya keturunan dan terpeliharanya
kemaluan dari perbuatan keji.
Menurut hukum perkawinan Islam perkataan perkawinan itu
merupakan alih bahasa dari istilah nikah. Nikah menurut bahasa berarti
kumpul, bersetubuh, dan akadnya. Sebagaimana telah disebutkan dalam kitab
Bajuri. Adapun menurut syara’, kata nikah dipakai hanya ketika akadnya, juga
20Abdul Hamid Ibn Mu’tadzim,
28
telah disebutkan dalam kitab fathul bari. Baik dalam Al-Qur’<an maupun
sunnah, pemakaian kata-kata nikah itu hanya dalam arti akadnya, 21
c. Menurut Syari’at
Pernikahan tidak hanya sebagai sebuah sarana untuk menyalurkan
nafsu biologis belaka, namun lebih dari itu menjalin hidup berumah tangga
lebih tenang dalam hidupnya, manjaga kelaminnya dari suatu yang di
haramkan dan dapat pula menunundukkan pandangan.
Dalam jalinan rumah tangga seseorang akan dengan mudah
mendapatkan pahala, seseorang yang telah menikah bisa saling melengkapi,
mendidik istri dan anak, taat pada suami dan memberikan pelayanan. Semua
adalah ladang pahala yang tidak terhingga, bahkan dengan menikah seseorang
akan lebih terjaga moralnya dan hal-hal yang mendekati perzinaan. Istilah ini
sangat kuat dan menggambarkan bahwa kepribadian seseorang yang telah
menikah lebih terjaga dari dosa dari pada mereka yang belum menikah. 22
d. Tujuan Menikah.
Menurut miftah Farid menjelaskan bahwa tujuan menikah adalah
ibadah, mendapatkan Ridha Allah, mendapatkan keturunan, mendapatkan
harta yang halal dan menjaga diri dari perbuatan dosa. Ia mengungkapkan
bahwa kunci kebahagiaan adalah mawwadah( cinta ) dan rahma ( kasih
21
Bahtiar,Deni Sutan, Ladang Pahala Cinta ( Berumah Tangga Menuai Berkah ) , ( Jakarta, Amanah, Ed 1 Cet 1, ,2012), 12.
22
29
sayang ) yang dimiliki oleh suami dan istri dan perlu dipelihara sampai
akhir hayat. 23
Dengan demikian, sebuah pernikahan pada hakikatnya bertujuan
agar tercipta sebuah rumah tangga atau keluarga yang senantiasa bertakwa
kepada Allah swt. Dan melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai
khalifah di bumi, serta memakmurkan bumi dengan selalu memberikan
kemanfaatan bagi orang lain. 24
IV. Kewajiban wanita Setelah menikah
a. Taat kepada suami
Dalam Al-Qur< an Allah telah mengatur hak suami istri itu dengan jelas.
Secara umum suami berkedudukan sebagai kepala keluarga dan
penanggung jawab atas kesejahteraan keluarga baik moral maupun
material. Sedangkan istri tunduk kepada kepemimpinan suami disamping
dalam beberapa hal dia dapat berperan mengatur pengelolaan rumah
tangga atas persetujuan suami. Sebagai konsekuensi dari kedudukan suami
sebagai kepala keluarga, suami memperoleh hak yang paling besar dalam
institusi keluarga.
Setelah ijab Kabul pernikahan sudah selesai di ikrarkan dan wali
sang istri telah menyerahkan anaknya kepada suami, maka berkuranglah
tanggung jawab orang tua istri kepadanya. Kewajiban selanjutnya untuk
23
Prof.Ismah Salman.M.Hum, Keluarga Sakinah Dalam ‘Aisyiyah: ‘’Diskursus Jender Di Organisasi Perempuan Muhammadiyah’’, ( Jakarta,PSAP Muhammadiyah, 2005) 40
24
30
bertanggung jawab, membimbing, dan membina sepenuhnya ditangan
suami. Salah satu bentuk tanggung jawab isttri kepada suami diantaranya
adalah ketaatan seorang istri kepada suami merupakan bentuk tanggung
jawab dan kewajiban yang tidak gampang diwujudkan. 25
Taat kepada suami adalah konsekuensi dari pernikahan, mau tidak
mau kita harus melakukannya sekalipun perintah suami itu terdengar sepele.
Ketika kita sudah menikah, kita memang harus siap menerima semua
konsekuensinya. Ketika suami menginginkan apa yang diinginkan suami,
maka penuhilah, taatilah. Ketika semua terasa berat dilakukan, maka
ingatlah selalu bahwa imbalannya adalah surga itu adalah janji Allah kepada
semua istri yang taat kepada suaminya. 26.
Sengguhnya hak suami untuk di taati sangatlah jelas, sampai
Rasululllah mengajarkannya dengan jihad fi sabililllah. datanglah seoarang
perempuan kepada Nabi sambil berkata, ‘’ Hai Rasulullah saya adalah
utusan dari para perempuan untuk menghadapmu. Jika telah diwajibkan oleh
Allah kepada laki-laki, jika mereka melakukannya, maka mereka mendapat
pahala. Dan jika mereka terbunuh, mereka akan terbunuh, mereka akan
hidup disisi tuhan dan diberi rezki. Sekarang bagaiamana dengan hal nya
kami , para wanita ? kami juga ingin seperti mereka !’’. maka Rasul
menjawab ‗’ Sampaikan kepada para wanita yang kamu temui, bahwa
25
Nurlaela el- Anwari, Kiat-Kiat Membahagiakan Suami Lahir Batin Sejak Malam pertama, ( Yogjakarta,Diva press, 2010) , 95-96.
26
31
sesungguhnya ketaatan wanita kepada suaminya dan pengakuannya atas
hak-hak suaminya menyamai kedudukan itu. Tapi amat sedikit dari kalian (
wanita ) yang melakukannya ’’. 27
ت ٰحل ٰ صلٱف
تٰتنٰق
تٰظف ٰح
بۡيغۡلل
’’ Maka wanita yang shalihah ialah yang taat kepada Allah lagi maha
Memelihara diri ketika suami tidak ada.’’. ( QS. An-Nisa : 34 )
Yang dimaksud wanita yang shalihah adalah yang mentaati suaminya,
menjalankan keputusan-keputusannya, dan ada yang bertakwa kepada
Tuhan-Nya, serta Memelihara segala rahasia suaminya dan tidak ingkar kepadanya
di dalam urusan yang dijaga oleh Allah swt. Yakni, wanita itu ditentukan oleh
keputusan dari ( samawi ) bahwa dia dipercaya untuk memegang rahasia
keluarga yang sekaligus merupakan penghormatan atas dirinya,
penghormatan yang seimbang dengan apa yang diberikan kepada laki-laki
terhadap keluargamu. 28
Sesungguhnya ketaatan wanita kepada suaminya adalah tatanan islam
yang bijak menjamin kebahagiaan keluarga, menjaga keutuhan rumah tangga
dan mengamankan jalannya keluarga itu menuju tujuan yang aman dan
sentosa. 29 Pernikahan dapat diumpamakan sebagai sejenis perbudakan.
karena itu, tidaklah berlebihan apabila dikatakan bahwa seorang istri adalah
bagaikan sahaya milik suaminya. Wajib atasnya mentaati suaminya dalam
27
Mahmud Al-Sabbagh, Tuntunan Keluarga Bahagia Menurut Islam, (Bandung , PT Remaja Rosdakarya,Cet1 :, 1991 ), 148.
28
Mahmud Al-Sabbagh, Tuntunan Keluarga Bahagia Menurut Islam, , 132. 29
32
segala hal yang di inginkan mengenai dirinya, selama tidak mengandung
maksiat terhadap Allah swt. 30
Istri harus mentaati semua perintah suami selama perintah itu dalam
hal-hal yang dibolehkan syariat. Sebaliknya, ia tidak boleh menaatinya, bila
perintah-perintah suami mengandung unsur maksiat kepada Allah. Sebab
tidak ketaatan seseorang dalam rangka maksiat kepada sang Khaliq.31
Ketaatan istri terhadap suami merupakan kewajiban selama suami tidak
menyuruhnya melakukan kemaksiatan. Sebab, tak ada kepatuhan kepada
makhluk dalam kemaksiatan terhadap Allah. 32Apabila perintah suami bukan
dalam hal maksiat, maka seorang istri harus taat dan tidak membantahnya.33
Jika suami memerintahkan suatu kemaksiatan maka gugurlah kewajiban taat
kepada suami. 34
Seorang istri yang juga merupakan makhluk Allah harus senantiasa
menunjukkan ketaatan hanya kepada–Nya. Ia boleh melawan siapapun
yang memerintahkan melakukan pelanggaran terhadap-Nya, sekalipun
suaminya sendiri. Akan tetapi, jika sang suami menganjurkan untuk
30
Al-Ghazali, Menyikapi Hakikat Perkawinan, ( Bandung, PT Karisma,Cet IX,., 1997 ), 133. 31
Aziah Nur Yusuf, Wasiat-Wasiat Rasulullah Bagi Kaum Wanita, ( Yogjakarta,Diva Press, 2015), 51
32
Dr. M. Sayyid Ahkmad Al-Musayyar, Fiqih Cinta Kasih, PT. Gelora Aksara Pratama), 39 33
Ali Gufran, LC, Membahagiakan suami sejak Malam Pertama ( langkah-langkah menjadi istri shalehah ), 134
34
33
melakukan kebaikan sebagaimana yang diperintahkan oleh-Nya, maka
tidak ada alasan bagi istri untuk menolak atau menentangnya.35
b. Penjagaan harta
Diantara hak suami atas istrinya adalah penjagaan isteri atas kekayaan
suaminya. Ia juga harus mengatur pengeluarannya selama masih dalam
batas ketaatan kepada suaminya. Isteri tidak diperkenankan membelanjakan
sesuatu atau memberi seseorang dari harta suaminya kecuali dengan atas
izinnya.
Seorang istri harus bisa menjadi penyimpan rahasia suaminya, dan
pengaman harta bendanya, dan menjaga kehormatannya. Maka dia harus
menghindari hal-hal yang mencurigakan. Dia tidak boleh memasukkan
orang yang tidak disukai oleh suaminya kedalam rumah. Seorang istri
shalehah harus memiliki sifat amanah, karena ia diberi kepercayaan oleh
suaminya mengenai segala macam urusan diri dan keluarganya, bahkan
seluruh rahasia suaminya. Suami bukan mempercayakan harta kekayaan
kepadanya, melainkan mempercayakan kehormatan dan keamanan
anak-anaknya.36
c. Istri tidak boleh puasa sunat kecuali atas izin suaminya, dan tidak
Boleh Memberikan Izin Untuk Memasuki Rumah Kecuali Atas
Izinnya.
35
Ukasyah Habibu Ahmad, Suamiku Di Dunia Suamiku Di Akhirat, ( Yogjakarta, Diva Press, 2015), 30-31
36
34
Laki-laki punya hak agar istrinya puasa sunat kecuali atas izinnya,
dan istri tidak boleh memberikan izin seseorang memasuki rumah kecuali
atas izinnya. Rasul bersabda :
أ ح ا
ف تعت ا , حأ ف ع طت ا , ر ك ج ت ب ف أت أ ه ب ت
, َ
ب ضتا
.
‘’ Tidak dihalalkan bagi seseorang wanita untuk berpuasa pada saat
suaminya ada di rumah kecuali setelah mendapat izin suaminya ( puasa
selain Ramadhan ), dan ia tidak boleh mengizinkan seseorang untuk
memasuki rumahnya kecuali atas izin suaminya.‘’37
Berpuasa juga harus memperoleh izin terlebih dahulu dari suami,
Maksudnya puasa disini adalah puasa sunnah, bukan puasa wajib. Ketaatan
kepada suami adalah wajib dan terkadang suami butuh sundau gurau atau
berhubungan intim secara sepontan sedangkan istri yang berpuasa sehari atau
dua hari, dan istri yakin bahwa suaminya berpergian jauh kerena urusan
pekerjaan selama seminggu atau sebulan misalnya, maka istri tidak harus
meminta izin, karena suaminya tidak ada bersamanya. Rasulullah bersabda :
ب ا ث عب أ صت ا
Artinya :
‗’ Seorang istri tidak boleh berpuasa ketika suaminya berada
disisinya kecuali atas dengan izinnya.’’
37
35
Rasululllah menganjurkan kaum perempuan agar patuh kepada
suaminya, karena hal tersebut dapat membawa maslahat dan kebaikan.
Rasullullah telah menjadikan ridha suami sebagai penyebab masuk surga. 38
Istri tidak boleh meninggalkan rumah tanpa izin, sepengetahuan dan ridha
suaminya, sebab izin keluar termasuk hak suami. Apabila suaminya
mengizinkannya, ia wajib menjaga kehormatannya, tidak bersolek, tidak
memakai parfum, dan tidak berdesak-desakan dengan kaum laki-laki
dipasar,dijalan, dan ditempat umum lainnya39.
Dengan demikian, seorang istri boleh meninggalkan rumah bila
mendapatkan izin dari suaminya. Karena itu, tidak sepantasnya seorang istri
keluar rumah tanpa izin suaminya. Itupun tujuan keluarnya untuk melakukan
amal shalih.ia tidak boleh seenaknya keluar, sebagaimana halnya yang
dilakukan oleh kebanyakan wanita zaman sekarang. Sekiranya izin yang
diminta tidak diperoleh atau malah dilarang., sebaiknya ia tetap tinggal
dirumahnya, mentaati ucapan suami yang bertanggung jawab atas dirirnya. 40
d. Tidak durhaka kepada suami
Rasulullah menjelaskan bahwa mayoritas sesuatu yang memasukkan
wanita kedalam neraka adalah kedurhakaannya kepada suami dan tidak
bersyukur kepada kebaikan suami. Dari Ibnu Abbas r.a bahwa Rasulullah
bersabda) :
38
Sayyed Hawwas, Fiqh Munahakat,…223
39Abdul Aziz Bin Nashir Su’ud Al
- Abdillah, Untaian Bunga Persembahan Untuk Pengantin, ( Jakarta Timur, Pustaka Qolami, 1994 ), 70
40
36
ب : ق ، ء س أ ثكأ ت أر عظفأ طق ك ظ رأ فر ت رأ
ُر
ف : ق ، َ ب ف : ق ، ف ب : ق ؟َ
ت سحأ سحإ ف شع
طق ت أر ت ق َ ك تأر ث ك ح
قر ، ر ر(
0 .
: “Saya diperlihatkan neraka.Saya tidak pernah melihat pemandangan
seperti hari ini yang sangat mengerikan. Dan saya melihat kebanyakan
penghuninya adalah para wanita. Mereka bertanya,‗Kenapa wahai
Rasulallah? Beliau bersabda, ‗Dikarenakan kekufurannya.' Lalu ada yang
berkatak, 'Apakah kufur kepada Allah?' Beliau menjawab, ‗Kufur terhadap
pasangannya, maksudnya adalah mengingkari kebaikannya. Jika anda
berbuat baik kepada salah seorang wanita sepanjang tahun, kemudian dia
melihat anda (sedikit) kejelekan. Maka dia akan mengatakan, ‗Saya tidak
melihat kebaikan sedikitpun dari anda.‖ (HR. Bukhari, no. 1052)
e. Berhias untuk suami
Allah SWT menandaskan bahwa salah satu tanda seorang istri yang
baik adalah apabila suaminya memadang padanya ia sangat menyenangkan,
bersolek hanya untuk suami dan keluarganya, sebagai bunga sekaligus surga
dalam rumah. 41 Jika seorang istri bersolek, berdandan, dan berhias demi
menyenangkan suami, maka ia tidak hanya cantik di hadapan Allah Swt.
41
37
Dan, perbuatan istri yang demikian akan di catatat oleh-Nya sebagai Ibadah.
42
Seorang istri salihah yang mencintai suaminya akan berusaha merawat
kecantikannya untuk menyejukkan pandangan mata suami, sehingga tidak
memandang wanita yang bukan haknya. Istri ketika berhias di rumah, tidak
melakukannya ketika di luar rumah. Disaat seorang istri berada di
sampingnya suami, istri bisa memakai parfum yang mengharumkan pencium
suami. 43
Wajah istri adalah keteduhan, telaga yang memberi kesejukan ketika
suami mengalami kegerahan. Sempurnakanlah kebahagian seorang laki-laki
jika mempunyai istri yang wajahnya memikat. Berhias bagi seorang istri
untuk suaminya adalah termasuk yang mempunyai nilai’’ ibadah’’. Demikian
juga bagi suami, sunnah untuk berhias bagi istrinya sekalipun ada perbedaan
antara laki-laki dan perempuan. Mengharumi tubuh merupakan salah satu
sunnah dalam berhias seorang laki-laki. 44
f. Berbuat baik Kepada Suami
Berbuat baik kepada suami sudah merupakan ketentuan dan kewajiban
bagi seorang istri, terutama jika suami sudah menunjukkan perbuatan serupa
kepada istri, maka istri wajib membalas kebaikannya dengan tindakan
serupa atau justru lebih baik lagi.
42
Ukasyah Habibu Ahmad, Suamiku Di Dunia Suamiku Di Akhirat, 77 43
M.Fauzil Adhin, Kado Pernikahan Untuk Istriku, (, Yogjakarta , PT. Mirta Pustaka, 1998 ), 327.
44
38
Perbuatan baik dari seorang istri kepada suami diantranya :
1. Ucapan. Ucapan yang baik dari seorang istri kepada suaminya
merupakan salah satu perilaku yang dapat membahagiakan dan
menggembirakan hati suami.
Dalam surat al hajj ayat 22-23 Allah berfirman :
2. Sikap, sikap baik yang harus di tunjukkan oleh seorang istri kepada
suami adalah sikap-sikap yang menunjukkan ketundukkannya, kasih
sayang dan juga penuh tanggung jawab. Jika kita tunduk kepada
suami hanya karena merasa terpaksa atau tertekan, maka hal itu akan
segera sirna jika hal-hal yang dianggap sebagai penyebab
keterpaksaan dan ketertekanan sudah tidak ada. 45
45
BAB III
PENAFSIRAN SURAT AN- NISA’ 34 DAN AL-ISRA’ AYAT 23
I. BIOGRAFI MUFASSIR A. BIOGRAFI HAMKA
I. Biografi Hamka dan Riwayat Tafsir Al-Azhar
Hamka adalah nama singkatan Haji ‗Abdul Malik Karim Amrullah. Lahir di
Maninjau, Sumatra Barat, 16 februari 1908 dan wafat di Jakarta, 24 juli 1981. Beliau
dikenal sebagai tokoh dan pengarang ( pujangga ) islam. Ia adalah putra seorang ulama
termuka, yang dikenal sebutan Haji Rasul, yang mnedapat gelar doctor kehormatan dari
Univeritas Al-Azhar mesir dan membawa pembaharuan dalam soal agama di
Minangkabau.
Sebelum mengenyam pendidikan di sekolah, Hamka tinggal bersama neneknya di
sebuah rumah di dekat Danau Maninjau. Ketika berusia enam tahun, ia pindah bersama
ayahnya ke Padang Panjang. Sebagaimana umumnya anak-anak laki-laki di
Minangkabau, sewaktu kecil ia belajar mengaji dan tidur di surau yang berada di sekitar
tempat ia tinggal, sebab anak laki-laki Minang memang tak punya tempat di rumah. Di
surau, ia belajar mengaji dan silek, sementara di luar itu, ia suka mendengarkan kaba,
kisah-kisah yang dinyanyikan dengan alat-alat musik tradisional Minangkabau.
Sejak kecil hamka menerima dasar-dasar agama dan membaca al-Qur’<an
langsung dari ayahnya, ketika hmaka usia 6 tahun tepatnya tahun 1914, iq dibawa
39
sekolahnya pengetahuan agamanya banyak ia peroleh dengan belajar sendri. Tidak hanya
ilmu pengetahuan agama, tapi otodidak dalam ilmu penegtahuan filsafat, politik sejarah,
sosiologi dan sastra, baik islam maupun barat. dengan kemahiran bahasa arabnya yang
tinggi, ia dapat menyelediki ulama dan pujangga dari Timur Tengah, seperti Zakki
Mubarrak, Jurji Zaidan, Abbas al-Aqqaq, Mustafa Al-Manfaluti, dan Husaain Haikal.
Melalui bahasa arab juga, ia meneliti karya perancis, inggris dan jerman. Seperti Albert
Camus, Williams James, Sigmund Freud,Arnorld Toynbee, Jeun Paul Sastre, Karl Marx
dan Pierrre Loti.
Pada tahun 1915, setelah usianya genap tujuh tahun, ia dimasukkan ke sebuah
Sekolah Desa dan belajar ilmu pengetahuan umum seperti berhitung dan membaca di
sekolah tersebut. Pada masa-masa itu, sebagaimana diakui oleh Hamka, merupakan
zaman yang seindah-indahnya pada dirinya. Pagi ia bergegas pergi ke sekolah supaya
dapat bermain sebelum pelajaran dimulai, kemudian sepulang sekolah bermain-main lagi,
bercari-carian, bermain galah, bergelut, dan berkejar-kejaran, seperti anak-anak lainnya
bermain. Dua tahun kemudian, sambil tetap belajar setiap pagi di Sekolah Desa, ia juga
belajar di Diniyah School setiap sore. Namun sejak dimasukkan ke Thawalib oleh
ayahnya pada tahun 1918, ia tidak dapat lagi mengikuti pelajaran di Sekolah Desa. Ia
berhenti setelah tamat kelas dua. Setelah itu, ia belajar di Diniyah School setiap pagi,
sementara sorenya belajar di Thawalib dan malamnya kembali ke surau. Demikian
kegiatan Hamka kecil setiap hari, sesuatu yang—sebagaimana diakuinya tidak
menyenangkan dan mengekang kebebasan masa kanak-kanaknya.
40
tetapi ia juga menuangkannya dalam berbagai macam karyanya berbentuk tulisan.
Orientasi pemikirannya meliputi berbagai disiplin ilmu, seperti teologi, tasawuf, filsafat,
pendidikan Islam, sejarah Islam, fiqh, sastra dan tafsir. Sebagai penulis yang sangat
produktif, Hamka menulis puluhan buku yang tidak kurang dari 103 buku. Beberapa di
antara karya-karyanya adalah sebagai berikut : Tasawuf Modern ( 1983 ), Lembaga Budi
( 1983 ), Filsafat Hidup ( 1950 ), Lembaga Hidup ( 1962 ), Pelajaran Agama Islam (1952
), Tafsir Al-Azhar jus 1-30 ( 1962 ), Ayahku Riwayat Hidup Dr.Amarullah dan
Perjuangan Kaum Agama di Sumatra ( 1958 ) , Kenang-Kenangan Hidup Jilid I-IV (
1979 ), Dan lain-lain.
Pendidikan formalnya hanya sampai SD, tetapi banyak belajar sendiri (otodidak),
terutama dalam bidang agama. keahliannya dalam islam di akui dunia internasional
sehingga kemudian mendapat gelar kehormatan dari Universitas Al-Azhar ( 1955 ), dan
Universitasiti Kebangsaan Malaysia ( 1976 ). Tahun 1924 mulai merantau ke tanah jawa
untuk belajar antara lain kepada HOS Cokrominoto, lalu aktif dalam organisasi
Muhammadiyah. Tahun 1927 berangkat ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji.
kemudian menetap di medan dimana ia aktif sebagai ulama dan bekerja sebagai redaktur
majalah pedoman Masyarakat dan pedoman Islam ( 1938-1941 ). 1
B. RIWAYAT TAFSIR AL-AZHAR
Riwayat Kitab Tafsir Al-Azhar
Tafsir Al-Azhar merupakan sebuah tafsir yang berasal dari kuliah-kuliah subuh
41
mengenai pengaruh Muhammad Abduh di Indonesia pada bulan April tahun 1959,
dimasjid Agung al-Azhar yang pada waktu itu belum mempunyai nama. Materi kuliah
subuh Hamka mengenai tafsir Al-Qur<an kemudian dimuat secara berkala di dalam