• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode dakwah ustadz Sulaiman ibnu Salam pada masyarakat terdampak bencana lumpur lapindo di Desa Renojoyo Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Metode dakwah ustadz Sulaiman ibnu Salam pada masyarakat terdampak bencana lumpur lapindo di Desa Renojoyo Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo."

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

METODE DAKWAH USTADZ SULAIMAN IBNU SALAM PADA MASYARAKAT TERDAMPAK BENCANA LUMPUR LAPINDO DI DESA

RENOJOYO KECAMATAN PORONG KABUPATEN SIDOARJO

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Sosial (S.Sos)

OLEH :

KURNIA ARISA MAGHFIROH

B71213048

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM JURUSAN KOMUNIKASI

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Kurnia Arisa Maghfiroh, NIM B71213048 2017, Metode Dakwah Ustadz Sulaiman Ibnu Salam Pada Masyarakat Terdampak Bencana Lumpur Lapindo Di Desa Renojoyo Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo

Kata Kunci : Metode Dakwah

Masalah yang diteliti dalam skripsi ini yaitu Bagaimana Metode Dakwah Ustadz Sulaiman Ibnu Salam Pada Masyarakat Terdampak Bencana Lumpur Lapindo Di Desa Renojoyo Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo?

Untuk mengidentifikasi permasalahan tersebut, penelitian ini menggunakan jenis penelitian Kualitatif yang bersifat Fenomenologi. Dan pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dari penelitian ini ditemukan bahwa, Ustadz Sulaiman Ibnu Salam dalam dakwahnya pada Masyarakat terdampak bencana Lumpur Lapindo di Desa Renojoyo Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo menggunakan beberapa metode dakwah yaitu, Metode Pendidikan dan Pengajaran Agama, Metode Konseling, dan Metode Pemberdayaan Masyarakat.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Manfaat Penelitian ... 11

E. Definisi Konsep ... 12

F. Sistematika Pembahasan ... 16

BAB II : KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Kerangka Teoritik ... 18

1. Pengertian Metode Dakwah ... 18

2. Macam – Macam Metode Dakwah ... 22

(8)

BAB III : METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 44

B. Kehadiran Peneliti... 48

C. Jenis dan Sumber Data ... 49

D. Teknik Pengumpulan Data... 53

E. Teknik Analisis Data ... 57

F. Teknik Pengecekan Keabsahan Data ... 61

G. Tahapan Penelitian ... 64

BAB IV : PENYAJIAN DAN TEMUAN PENELITIAN A. Setting Penelitian ... 65

1. Biografi Ustadz Sulaiman Ibnu Salam ... 65

2. Tempat Penelitian ... 72

3. Gambaran Sosial Kemasyarakatan ... 74

4. Profil Attarbiyyah Islamiyyah Babussalam ... 77

B. Penyajian Data ... 88

C. Temuan Penelitian ... 96

D. Teori dan Penemuan ... 108

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 110

B. Saran ... 111

DAFTAR PUSTAKA

(9)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama dakwah yaitu agama yang mengajak dan memerintahkan umatnya untuk selalu menyebarkan dan menyiarkan ajaran Islam kepada seluruh umat manusia. Dakwah adalah suatu istilah yang sangat dikenal dalam dunia Islam. Dakwah dan Islam merupakan dua bagian yang tak terpisahkan satu dengan yang lainnya, karena Islam tidak akan tumbuh dan berkembang tanpa adanya dakwah.

Dakwah adalah ajakan atau seruan kepada yang baik dan yang lebih baik. Dakwah mengandung ide tentang progresivitas, sebuah proses terus-menerus menuju kepada yang baik dan yang lebih baik dalam mewujudkan tujuan dakwah tersebut. Dengan begitu, dalam dakwah terdapat suatu ide dinamis, sesuatu yang terus tumbuh dan berkembang sesuai dengan tuntunan ruang dan waktu. Sementara itu, dakwah dalam prakteknya merupakan kegiatan untuk mentransformasikan nilai-nilai agama yang mempunyai arti penting dan berperan langsung dalam pembentukan persepsi umat tentang berbagai nilai kehidupan.1

Islam dan dakwah adalah dua hal yang tidak terpisahkan. Islam

tidak akan mungkin maju dan berkembang bersyi’ar dan bersinar tanpa

adanya upaya dakwah. Semakin gencar upaya dakwah dilaksanakan

(10)

2

semakin bersyi’arlah ajaran Islam. Semakin kendor upaya dakwah semakin redup pulalah cahaya Islam dalam masyarakat.2

Dakwah Islam meliputi wilayah yang luas dalam semua aspek kehidupan. Ia memiliki berbagai ragam bentuk, metode, media, pesan, pelaku, dan mitra dakwah. Kita sendiri tidak bisa terlepas dari kegiatan dakwah, baik sebagai pendakwah maupun sebagai mitra dakwah. Apapun yang berkaitan dengan dengan Islam, kita pastikan ada unsur dakwahnya. Dakwah adalah denyut nadi Islam. Islam dapat bergerak dan hidup karena dakwah.3

Metode dakwah juga merupakan bagian penting dari dakwah. Metode dalam kamus ilmiah populer adalah cara yang sistematis dan teratur untuk melaksanakan sesuatu atau cara kerja. Sedangkan Metode Dakwah merupakan cara-cara sistematis yang menjelaskan arah strategi dakwah yang telah ditetapkan. Ia bagian dari strategi dakwah. Karena menjadi bagian dari strategi dakwah yang masih berupa konseptual, metode dakwah bersifat lebih konkret dan praktis. Ia harus dapat dilaksanakan dengan mudah. Arah ,metode dakwah tidak hanya meningkatkan efektivitas dakwah, melainkan pula bisa menghilangkan hambatan-hambatan dakwah. Setiap strategi memiliki keunggulan dan kelemahan. Metodenya berupaya menggerakkan keunggulan tersebut dan memperkecil kelemahannya.4

(11)

3

Metode dakwah adalah cara – cara yang ditempuh oleh pendakwah dalam berdakwah atau cara untuk menerapkan strategi dakwah. Lebih lanjut metode adalah ilmu yang mempelajari bagaimana cara berkomunikasi secara langsung dan mengatasi kendala-kendalanya.5 Asmuni Syukur menjelaskan tentang Metode dakwah ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari cara-cara berdakwah untuk mencapai tujuan dakwah yang efektif dan efisien.6 Pemahaman tantang metode dakwah terdapat dalam QS. An-Nahl : 125 :

حلاب كبر لي س لإ دا

كَبر َنإ نسحأ يه يتَلاب م لداجو ةنسحلا ة عو لاو ة ك

نيدت لاب ملعأ وهو هلي س نع َلض ن ب ملعأ وه

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih

mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”7

Ayat diatas secara tegas memerintahkan kita untuk melaksanakan dakwah Islam. Perintah tersebut ditunjukkann dalam bentuk kata perintah dan kecaman bagi yang meninggalkan dakwah. Asmuni syukur juga menjelaskan dari ayat tersebut sudah jelas bahwa prinsip-prinsip dakwah Islam tidaklah menunjukkan kekakuannya tapi selalu menunjukkan kefleksibelannya. Perintah dakwah dalam agama Islam tidak mengharuskan secepatnya berhasil dengan satu cara atau satu metode saja, namun berbagai cara harus dikerjakan sesuai dengan keadaan objek

5 Sunarto, Kiai Prostitusi, (Surabaya:Jaudar Press, 2013), h.26

(12)

4

dakwahnya, kemampuan masing-masing da’i dan atas kebijaksanaannya sendiri-sendiri dan lain sebagainya.8 Dakwah haruslah dikemas dengan cara dan metode yang tepat dan pas. Dakwah sangat memerlukan metode agar mudah diterima oleh mitra dakwah. Metode yang dipilih harus benar agar Islam dapat dimengerti dengan benar dan menghasilkan pencitraan Islam yang benar pula.9

International Strategy for Disaster Reduction-United Nations,

mendefinisikan bencana sebagai gangguan serius terhadap fungsi sistem masyarakat yang mengakibatkan kerugian berskala besar yang melampaui kemampuan masyarakat tersebut untuk mengatasinya dengan sumber daya mereka sendiri.10. Menurut definisi lain, bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat, yang disebabkan baik oleh faktor alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia, sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis, penjelasan tersebut dikemukakan dalam Undang-Undang Nomor 24 tahun 2007, tentang Penanggulangan Bencana.11 Bencana alam seolah-olah menjadi akrab ditelinga kita, bahkan di sejumlah kawasan, interaksi dengan bencana adalah suatu kelaziman yang tidak bisa dihindarkan.12

8 Asmuni Syukur, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, h. 103 9 Sunarto, Kiai Prostitusi, h.26

10 Eko Harry Susanto dkk, Komunikasi Bencana, (Yogyakarta:Mata Padi Pressindo, 2011), h.63 11 Ibid, h.5

(13)

5

Pada tanggal 29 Mei 2006, terjadilah sebuah peristiwa di Porong Sidoarjo yaitu menyemburnya lumpur panas di lokasi pengeboran Lapindo Brantas Inc di Dusun Balongnongo Desa Renokenongo, kecamatan Porong. Dan sampai saat ini pun bencana ini masih terjadi. Lokasi semburan hanya berjarak 150-500 meter dari sumur Banjar Panji-1 (BJP1), yang merupakan sumur eksplorasi gas milik Lapindo Brantas sebagai operator blok Brantas. Oleh karena itu, hingga saat ini, semburan lumpur panas tersebut diduga diakibatkan aktivitas pengeboran yang dilakukan Lapindo Brantas di sumur tersebut.13

Lokasi tersebut merupakan kawasan pemukiman warga desa muslim. Semburan lumpur ini membawa dampak yang luar biasa bagi

masyarakat sekitar maupun bagi para Alim ulama’ dan Da’i di daerah

tersebut. Karena daerah tersebut mayoritas adalah warga muslim yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai agama Islam. Dampak yang ditimbulkan adalah lumpur menggenangi berhektar-hektar lahan pertanian, pemukiman bahkan tempat ibadah. Banjir lumpur panas juga memaksa warga kehilangan mata pencaharian dan mengalami nasib yang tak jelas. Luapan lumpur lapindo juga berdampak secara langsung terhadap aktifitas masyarakat di sekitar semburan lumpur.

Debit luapan lumpur yang cenderung mengalami peningkatan berakibat pada terendamnya beberapa desa atau kelurahan di sekitar semburan. PT. Lapindo Brantas sendiri berdiri di Desa Renokenongo

(14)

6

kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo. Desa ini sebelumnya merupakan desa yang cukup tenteram, nyaman, serta masyarakat yang dinamis dengan tingkat perekonomian rata-rata tergolong mampu. Namun pada tanggal 29 Mei 2006, 2 hari setelah gempa besar mengguncang Yogyakarta dan sekitarnya, lumpur panas menyembur dari sumur Banjar Panji-1 milik PT. Lapindo Brantas. Luas seluruh Desa Renokenongo adalah 195,4 Ha, dengan penduduk pada Tahun 2009 berjumlah 6.399 jiwa dan pada Tahun 2010 jumlah penduduk berjumlah 6.437 jiwa, dan terdiri dari 4 Dusun, terpaksa di ungsikan ke Pasar Baru Porong.14

Desa Renokenongo merupakan tempat lokasi PT. Lapindo Brantas berada dan merupakan lokasi utama tenggelamnya lumpur dari Mei 2006. Setelah rumah warga Reno Kenongo tenggelam oleh lautan lumpur, maka mereka diungsikan di Pasar baru Porong yang memang baru dibangun dan belum digunakan dan disahkan sebagai pasar. Warga menghuni petak-petak stan toko di sana. Sejak saat itu tidak ada aktivitas sama sekali dan semua kegiatan pun lumpuh total.

Masyarakat mulai mengalami keterpurukan, karena terpaan bencana yang mereka alami. Banyak masyarakat yang menggantungkan hidupnya di daerah tersebut karena daerah tersebut dahulunya adalah desa yang ramai, banyak industri kecil dan menengah yang menjadi mata pencaharian warga setempat di desa Renokenongo dan sekitarnya. Dan setelah lumpur menggenangi rumah dan pemukiman meraka, mereka

(15)

7

menjadi pengangguran dan kepala keluarga pun bingung membiayai keluarganya, para masyarakatnya yang sedari dulu hidup tentram dalam sekejap kehilangan rumah dan lingkungannya.

Banyak warga mulai meninggalkan nilai nilai islam setelahnya, seperti mulai lalai akan kewajibannya sebagai ummat. Seperti pada saat di pengungsian pasar baru porong, warga pengungsian banyak yang meninggalkan sholat wajib karena sempitnya tempat, toilet yang antri dan tidak bersih, dan tidak ada pakaian sholat bersih yang memadai. Ditambah dengan banyak bapak bapak yang bermain judi kalau malam hari karena tidak ada kegiatan. Belajar mengajar mengaji di Attarbiyyah Babussalam pun mengalami kendala tempat dan kondisi, sehingga para murid yang dari dulu rutinitasnya mengaji pun meninggalkan aktifitas tersebut. keadaan di pengungsian pasar baru porong sangat memprihatinkan. Dan Ustadz Sulaiman Ibnu Salam inilah yang masih aktif berdakwah di warga korban lumpur lapindo.

(16)

8

setelah terjadinya bencana lumpur ini, sudah pasti terdapat perbedaan kehidupan yang dialami oleh seluruh warga Desa Renojoyo.15

Menurunnya nilai-nilai keislaman pun masih saja terjadi saat para korban baru menempati rumah barunya di Desa Renojoyo karena mereka memulai adaptasi di lingkungan baru, tetangga baru, dan tempat baru. Tidak mudah bagi warga untuk menerima kenyataan yang sudah terjadi, dan untuk itu Ustadz Sulaiman Ibnu Salam inilah yang selalu mendampingi dan berdakwah pada masyarakat desa Renojoyo. Saat beliau membangun rumah di desa Renojoyo, ia pun membangun kembali tempat Attarbiyyah Islamiyyah Babussalam yang sebelum ada luapan lumpur memang sudah berdiri, ia membangun di rumahnya dengan membangun juga Mushollah yang bernama Mushollah Babussalam.

Sehubungan dengan hal itu, Desa Renojoyo menarik untuk dijadikan obyek penelitian. Salah satunya adalah bagaimana metode dakwah yang dilakukan oleh Ustadz Sulaiman Ibnu Salam pada masyarakat Renojoyo tersebut. Metode dakwah yang bagaimanakah yang beliau lakukan kepada warga korban lumpur sehingga saat ini warga pun mulai kembali beraktifitas dengan baik. Para anak kecil tiap sore dan malam hari giat untuk mengaji dan mencari ilmu agama, rutinitas istighosah dan pembacaan yasin juga aktif dilakukan, pembacaan khataman al quran dan

pembacaan diba’ juga selalu menjadi rutinitas warga. Setiap satu tahun

sekali selalu diadakan pengajian akbar dan seluruh warga Desa Renojoyo

15 http://www.suarasurabaya.net/fokus/220/2013/119767-Wisanggeni-dari-Kubangan-Lumpur

(17)

9

ikut berkontribusi aktif di dalam kegiatan syiar Islam tersebut, dan para masyarakat pun dapat hidup tentram kembali seakan sudah lupa akan peristiwa luapan lumpur lapindo yang menenggelamkan rumah dan lingkungan kehidupannya sepuluh tahun silam.

Dakwah adalah salah satu kewajiban agama yang harus dilaksanakan oleh pemeluknya sebagai bukti dari rasa taat pada Allah SWT dan Rasul-Nya. Keharusan tetap berlangsungnya dakwah Islamiyah yang merupakan tugas sebagai manusia muslim sudah tercantum dalam Al-Qur’an Surat Ali Imron ayat 104, yaitu :

ك ـلوأو ركن لا نع نو نيو فورع لاب نورمأيو ري لا لإ نوعدي ٌةَمأ مكنم نكتلو

نوحلف لا مه

“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan

mencegah dari yang munkar, merekalah orang yang beruntung.16

Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah SWT menghendaki adanya segolongan umat Muslim untuk selalu menyeru atau mengajak serta menyiapkan diri untuk melaksanakan perintah-Nya. Menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran merupakan tanggung jawab bersama antara kaum muslimin. Oleh karena itu, setiap komponen pendukung aktivitas dakwah harus selalu saling membantu dalam menegakkan dan menyebarkanajaran Allah SWT serta memberantas kemungkaran (Amar Ma’ruf Nahi Munkar).

16 Departemen Agama RI.Al-Qur’an dan Terjemahnya.(Surabaya:Surya Cipta Aksara, 1993),

(18)

10

Berangkat dari hal tersebut, Ustadz Sulaiman Ibnu Salam dengan kondisi terdampak bencana lumpur Lapindo pun masih giat untuk berdakwah, dengan segala kondisi apapun tugas dakwah tetap diemban dengan usaha yang begitu tinggi. Mensyiarkan agama Islam sudah mendarah daging dalam kehidupannya, rutinitas kehidupan beliau diperuntukkan untuk berdakwah di jalan Allah SWT. Ia menjalankan rutinitas dakwah kepada masyarakat dari hal terkecil yaitu dari keluarganya sendiri, murid-muridnya dan seluruh warga Renojoyo. Ia berdakwah dengan al-qur’an, kitab-kitab, tarbiyah, dan tindakan nyata.Ustadz Sulaiman Ibnu Salam ingin syiar Islam selalu terjaga oleh umat Islam.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengambil judul ”Metode Dakwah Ustadz Sulaiman Ibnu Salam Pada Masyarakat Terdampak Bencana Lumpur Lapindo Di Desa Renojoyo

Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas untuk memperoleh gambaran jelas mengenai masalah penelitian, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah :

(19)

11

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Metode Dakwah Ustadz Sulaiman Ibnu Salam Pada Masyarakat Terdampak Bencana Lumpur Lapindo Di Desa Renojoyo Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan bahwa : a. Manfaat Teoritis

1. Diharapkan mampu menambah keilmuan untuk mengembangkan kualitas dan kreatifitas dalam bidang dakwah, khususnya untuk mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya

2. Diharapkan dapat menambah kajian keilmuan dakwah pada program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya

(20)

12

b. Manfaat Praktis

1. Sebagai bahan bacaan dan referensi bagi peneliti berikutnya yang akan meneliti tentang Metode Dakwah Ustadz Sulaiaman Ibnu Salam Pada Masyarakat Terdampak Bencana Lumpur di Desa Renojoyo Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo

2. Hasil rekomendasi penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman dalam mengembangkan keilmuan dakwah.

3. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi inspirasi bagi para pelaku dakwah terutama bagi pendakwah di tempat bencana.

E. Definisi Konsep

1. Metode Dakwah

Metode adalah cara yang sistematis dan teratur untuk melaksanakan sesuatu atau cara kerja.17 Sunarto juga menjelaskan Metode adalah imu yang mempelajari bagaimana cara berkomunikasi secara langsung dan mengatasi kendala-kendalanya.18

Sedangkan Dakwah ditinjau dari segi etimologi atau asal kata (bahasa) dakwah berasal dari bahasa arab yang berarti

“Panggilan, ajakan, atau seruan” .19 seperti makna arti Dakwah

yang terkandung pada Al-qur’an Surat An-Nahl ayat 125:

17 Ali Aziz, Ilmu Dakwah Edisi Revisi, h. 358

18 Sunarto, Kiai Prostitusi, h.27

(21)

13

يه يتَلاب م لداجو ةنسحلا ة عو لاو ة كحلاب كبر لي س لإ دا

نيدت لاب ملعأ وهو هلي س نع َلض ن ب ملعأ وه كَبر َنإ نسحأ

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang

yang mendapat petunjuk.”20

Makna kata dakwah secara istilah menurut beberapa ahli adalah yaitu, Dalam segi epistimologi (istilah) Quraish Shihab mendefinisikan sebagai seruan atau ajakan kepada keinsafan, atau mengubah situasi yang tidak baik menjadi situasi yang lebih baik dan sempurna baik terhadap diri pribadi maupun masyarakat.21 Sedangkan menurut Aboebakar Atjeh dakwah adalah Perintah mengadakan seruan kepada sesama manusia untuk kembali dan hidup sepanjang ajaran Allah yang benar dengan penuh kebijaksanaan dan nasihat yang baik.

Jadi, metode dakwah adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari cara-cara berdakwah untuk mencapai tujuan dakwah yang efektif dan efisien.22 Definisi lain Metode dakwah adalah cara-cara yang ditempuh oleh pendakwah dalam berdakwah atau cara untuk menerapkan strategi

20 Departemen Agama RI.Al-Qur’an dan Terjemahnya. h.421

21 Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an. (Bandung: Mizan, 1992), h.194.

(22)

14

dakwah.23 Sedangkan Metode Dakwah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tentang bagaimana cara-cara yang ditempuh oleh Ustadz Sulaiman Ibnu Salam pada masyarakat terdampak bencana lumpur lapindo di Desa Renojoyo Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo.

2. Korban Bencana Lumpur Lapindo

Pada tanggal 26 Mei 2006 terjadilah semburan dan luapan lumpur panas di Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo. Sehubungan dengan hal tersebut presidan Republik Indonesia mengeluarkan Peraturan Presiden tentang korban bencana lumpur lapindo, yaitu :

a. Peraturan Presiden 14/2007 yang memasukkan daerah Desa Jatirejo, Siring, Kedung Bendo, dan Renokenongo ke dalam peta area terdampak.

b. Peraturan Presiden 48/2008 yang menambahkan Desa Besuki, Pejarakan dan Kedung Cangkring kedalam area terdampak.

c. Peraturan Presiden 40/2009 yang menambahkan RT 1, RT 2, RT 3, dan RT 12, RW 12 Desa Siring Barat, RT 1 dan RT 2 RW 1 Desa Jatirejo dan RT 10, RT 13, dan RT 15 RW 2 Desa Mindi.

(23)

15

d. Peraturan Presiden 37/2012 yang menambahkan beberapa RT dan hamparan sawah di Desa Besuki, Keluraha Mindi, Desa Pamotan, Kelurahan Gedang, Desa Ketapang, Desa Gempolsari, Desa Kalitengah, dan Desa Wunut ke dalam area terdampak.24

Lumpur Lapindo menggenangi 16 desa di tiga kecamatan yaitu Kecamatan Porong, Kecamatan Jabon, dan Kecamatan Tanggulangin. semula hanya menggenangi empat desa dengan ketinggian sekitar 6 meter, yang membuat dievakuasinya warga setempat untuk diungsikan serta rusaknya areal pertanian. luapan lumpur ini juga menggenangi sarana pendidikan dan markas Koramil Porong. dengan total lebih dari 8.200 jiwa dan tak kurang 25.000 jiwa mengungsi. karena tak kurang dari 10.426 unit rumah terendam lumpur dan 77 unit rumah ibadah terendam lumpur.25

Sekitar 30 pabrik yang tergenang terpaksa menghentikan aktifitas produksi dan merumahkan ribuan tenaga kerja. tercatat 1.873 orang tenaga kerja yang terkena dampak lumpur ini. Empat kantor pemerintahan juga tak berfungsi dan para pegawai juga terancam tidak bekerja. tidak berfungsinya sarana

24 www.bpls.go.id/ diakses pada25 Januari 2017 pada pukul 17.00 WIB

(24)

16

pendidikan, serta rusaknya sarana dan prasarana infrastruktur (jaringan listrik dan telepon).26

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan merupakan urutan sekaligus kerangka berpikir dalam penulisan skripsi, untuk lebih mudah memahami penulisan skripsi ini, maka disusunlah sistematika pembahasan, antara lain:

- Bab I adalah Pendahuluan

Bab pertama dari skripsi yang mengantarkan pembaca untuk dapat menjawab pertanyaan apa yang diteliti, untuk apa dan mengapa penelitian itu dilakukan. Bab pendahuluan ini berisikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konseptual dan sistematika pembahasan.

- Bab II adalah Kajian Kepustakaan,

Pada bab ini berisi tentang kerangka teoritik dan penelitian terdahulu yang relevan. Dalam penelitian kualitatif kajian kepustakaan diarahkan pada penyajian informasi terkait yang mendukung gambaran umum tentang fokus penelitian

- Bab III adalah Metode Penelitian

Pada bab ini memuat uraian secara rinci tentang metode dan langkah-langkah penelitian yang meliputi pendekatan dan

(25)

17

jenis penelitian, jenis dan sumber data, unit analisis, tahapan penelitian, teknik pengumpulan, teknik analisis data.

- Bab IV adalah Penyajian Data Dan Analisis Data Penelitian

Pada bab ini yaitu memaparkan tentang hasil yang didapat selama penelitian dan menganalisis data yang didapat dengan metode dakwah yang telah ada. Pemaparan berisi deskripsi objek penelitian, data dan fakta subyek yang terkait dengan rumusan masalah, Hal ini akan dijelaskan dengan secukupnya agar pembaca mengetahui hal-ikhwal sasaran penelitian.

- Bab V adalah Penutup

(26)

18

BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN

A. Kerangka Teoritik

1. Pengertian Metode Dakwah

Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata yaitu “Meta”

(melalui) dan “Hodos” (jalan, cara). Metode juga berasal dari bahasa

Jerman Methodica, artinya ajaran tentang metode. Dalam bahasa Yunani metode berasal dari kata Methodos artinya jalan yang dalam bahasa Arab disebut Thariq. Metode berarti cara yang telah diatur dan melalui proses pemikiran untuk mencapai suatu maksud.1 Sedangkan Ali Aziz mengutip dari Kamus Ilmiah Populer, metode adalah cara yang sistematis dan teratur untuk melaksanakan sesuatu atau cara kerja.2 Jadi, metode dakwah ialah penyesuaian cara dengan materi (isi) sesuai dengan situasi dan kondisi objek, cocok dengan lokasi dan

sikap da’i untuk mencapai tujuan dakwah.

Dakwah menurut bahasa berasal dari bahasa Arab “da’wah”

(وعدلا). Da’wah mempunyai tiga huruf asal, yaitu, dal, „ain dan wau.

Dari ketiga huruf tersebut terbentuk beberapa kata dengan beberapa makna. Makna tersebut adalah panggilan, seruan, ajakan, dan undangan. Definisi itu seakan telah disepakati bersama oleh para

1 Munir, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006), h.6

(27)

19

ulama dan tokoh dakwah. Kesepakatan itu juga telah disepakati oleh para ahli bahasa. Ahmad Warson Munawwir juga dalam kamusnya Al-Munawwir, kamus Arab-Indonesia, menterjemahkan kata وعد–اعد

(da’a - da'wah) di antaranya yaitu memanggil, menyeru, dan mengundang.3

Sedangkan Dakwah ditinjau dari segi etimologi atau asal kata (bahasa) dakwah berasal dari bahasa arab yang berarti “Panggilan, ajakan, atau seruan”.4 seperti makna arti Dakwah yang terkandung pada Al-qur’an Surat An-Nahl ayat 125:

لي س لإ دا

Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui

orang-orang yang mendapat petunjuk.”5

Dan makna kata dakwah secara istilah menurut beberapa ahli adalah yaitu:

1. Jamaluddin Kafie

Dakwah adalah Suatu sistem kegiatan dari seseorang, kelompok, atau segolongan ummat Islam sebagai aktualisasi

imaniyah yang dimanifestasikan dalam bentuk seruan, ajakan,

3 A.W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir, Arab – Indonesia Terlengkap, (Surabaya:Pustaka Progressif, 2002), h. 406

4 Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya : Al-Ikhlas, 1983), h. 19 5 Departemen Agama RI.Al-Qur’an dan Terjemahnya.(Surabaya:Surya Cipta Aksara, 1993),

(28)

20

panggilan, undangan, doa, yang disampaikan dengan ikhlas dengan menggunakan metode, sistem, dan bentuk tertentu agar mampu menyentuh kalbu dan fitrah seseorang, sekeluarga, sekelompok, massa, dan masyarakat manusia, supaya dapat memengaruhi tingkah laku untuk mencapai suatu tujuan tertentu.6

2. Asmuni Syukir

Dakwah islam adalah suatu usaha atau proses yang diselenggarakan dengan sadar dan terencana untuk mengajak manusia ke jalan Allah, memperbaiki situasi ke arah yang lebih baik (dakwah bersifat pembinaan dan pengembangan) dalam rangka mencapai tujuan tertentu, yaitu hidup bahagia di dunia dan di akhirat.7

3. Quraish Shihab

Dalam segi epistimologi (istilah) Quraish Shihab mendefinisikan dakwah sebagai seruan atau ajakaan kepada keinsafan, atau mengubah situasi yang tidak baik menjadi situasi yang lebih baik dan sempurna baik terhadap diri pribadi maupun masyarakat.8

4. Aboebakar Atjeh

Dakwah adalah Perintah mengadakan seruan kepada sesama manusia untuk kembali dan hidup sepanjang ajaran Allah yang benar dengan penuh kebijaksanaan dan nasihat yang baik.

6 Ali Aziz, Ilmu Dakwah Edisi Revisi, h.15 7 Ibid, hlm14

(29)

21

Jadi secara umum, dakwah bisa dikatakan yaitu kegiatan yang mempunyai tujuan ke arah perubahan positif. Dakwah adalah menyampaikan dan memanggil serta mengajak manusia ke jalan Allah SWT, untuk melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya dalam mencapai kehidupan bahagia di dunia dan di akhirat, sesuai dengan tuntutan dan contoh Rasulullah SAW.9

Dari penjelasan tentang metode dan dakwah diatas, maka Metode dakwah adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari cara-cara berdakwah untuk mencapai tujuan dakwah yang efektif dan efisien.10 sedangkan Munir dalam bukunya yang berjudul Metode Dakwah mengutip dari Toto Tasmara yaitu metode dakwah adalah cara-cara

tertentu yang dilakukan oleh seorang da’i (komunikator) kepada

mad’u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang.11 Menurut Wahidin Saputra, metode dakwah adalah cara-cara

tertentu yang dilakukan oleh seorang da’i (komunikator) kepada

mad’u (komunikan) untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah

dan kasih sayang.12

Metode dakwah adalah cara-cara yang ditempuh oleh pendakwah dalam berdakwah atau cara untuk menerapkan strategi dakwah. Ada tiga karakter yang melekat dalam metode dakwah, yaitu, Metode dakwah merupakan cara-cara yang sistematis yang

9 Hasanuddin, Hukum Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h.28

10 Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya : Al-Ikhlas, 1983), h. 100 11 Munir, Metode Dakwah, h.7

(30)

22

menjelaskan arah strategi dakwah yang telah ditetapkan, metode dakwah bersifat konkret dan praktis, arah metode dakwah tidak hanya meningkatkan efektifitas dakwah, melainkan pula bisa menghilangkan keunggulan dan kelemahan. Dengan demikian metode dakwah adalah cara-cara yang sistematis, konkret, praktis dan efektif yang ditempuh oleh pendakwah dalam melaksanakan dakwah untuk mencapai tujuan yang diharapkan.13

Di dalam melaksanakan suatu kegiatan dakwah diperlukan metode penyampaian yang tepat agar tujuan dakwah bisa tercapai dengan baik. Metode dalam melaksanakan kegiatan dakwah adalah suatu cara dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah.14

Dan Metode Dakwah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tentang bagaimana cara-cara yang ditempuh oleh Ustadz Sulaiman Ibnu Salam untuk berdakwah pada masyarakat terdampak bencana lumpur lapindo di Desa Renojoyo Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo.

2. Macam-macam Metode Dakwah

a. Metode dakwah dalam Al Qur’an

Allah menurunkan Qur’an kepada hamba-Nya agar ia

menjadi pemberi peringatan bagi semesta alam. Ia menggariskan bagi makhluk-Nya itu akidah yang benar dan prinsip-prinsip yang

13 Sunarto, Kiai Prostitusi, h.27Ibid, h.27

(31)

23

lurus dalam ayat-ayat yang tegas keterangannya dan jelas ciri-cirinya. Itu semua merupakan karunia-Nya kepada umat manusia, dimana ia menetapkan bagi mereka pokok-pokok agama untuk menyelamatkan akidah mereka dan menerangkan jalan lurus yang harus mereka tempuh.15

Untuk itu al-quran sebagai pedoman umat islam didalamnya juga terdapat penjelasan tentang metode dakwah yaitu dijelaskan dalam Al-Qur’an salah satunya terdapat dalam firman Allah SWT dalam surat An-Nahl, ayat 125 :

ر َنإ نسحأ يه يتَلاب م لداجو ةنسحلا ة عو لاو ة كحلاب كبر لي س لإ دا

كَب

نيدت لاب ملعأ وهو هلي س نع َلض ن ب ملعأ وه

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih

mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”16

Dari ayat tersebut dapat diambil pemahaman bahwa metode dakwah itu meliputi tiga cakupan, diantaranya:

1. Al-Hikmah

Kata al-hikmah mempunyai banyak pengertian. Pengertian-pengertian yang dikemukakan para ahli bahasa maupun pakar

al-qur’an tidak hanya mencakup pemaknaan eksistensinya, tetapi

juga pemaknaan dalam konsepnya sehingga pemaknaannya

15 Manna’ Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, (Bogor:PT. Pustaka Litera Antar

Nusa,2011), h.302

16 Departemen Agama RI.Al-Qur’an dan Terjemahnya.(Surabaya:Surya Cipta Aksara, 1993),

(32)

24

menjadi lebih luas dan bervariasi. Dalam kamus dan beberapa kitab tafsir, kata Al-hikmah diartikan : al „adl (keadilan), al-hilm

(kesabaran dan ketabahan), an-nubuwwah (kenabian), al’ilm (ilmu pengetahuan, al-qur’an, falsafah, kebijakan, pemikiran atau pendapat yang baik, al-haq (kebenaran), meletakkan sesuatu pada tempatnya, kebenaran sesuatu, dan mengetahui sesuatu yang paling utama dengan ilmu yang paling utama.17

Dalam bukunya, Asep Muhiddin menjelaskan bahwa dalam kitab-kitab Tafsir Al-qur’an Al-„Adzim karya Jalalain, dengan makna bi al-hikmah, yakni dengan Al-Quran, yaitu, Syekh Muhammad Nawawi Al-Jawawi memberi makna bi al-hikmah

dengan hujjah (argumentasi), akurat dan berfaedah untuk penetapan akidah atau keyakinan. Sedangkan Wahbah Al-Juhali dalam karyanya Tafsir Al-Munir memberi makna bi al-hikmah

sebagai perkataan yang jelas dengan dalil yang terang, yang dapat mengantarkan pada kebenaran dan menyingkap keraguan. Adapun Al-Maraghi memberi makna bi al-hikmah itu secara lebih luas,

yakni “dengan wahyu Allah yang telah diberikan kepadamu”.

Dari beberapa pemaknaan al-hikmah tersebut, dapat diambil beberapa kesimpulan bahwa dakwah bi al-hikmah pada intinya adalah penyeruan atau pengajakan dengan cara bijak, filosofis, argumentatif dilakukan dengan adil, penuh kesabaran

(33)

25

dan ketabahan, sesuai dengan risalah an-nubuwwah dan ajaran-ajaran Al-Quran atau wahyu Ilaihi. Terungkaplah apa yang seharusnya secara al-haq (benar) dan terposisikannya sesuatu secara proporsional.18

Sedangkan menurut Munir, kata “hikmah” dalam Al

-Qur’an disebutkan sebanyak 20 kali baik dalam bentuk nakiroh

maupun ma’rifat. Bentuk masdarnya adalah “bukman” yang

diartikan secara makna aslinya adalah mencegah. Jika dikaitkan dengan hukum berarti mencegah dari kezaliman, dan jika dikaitkan dengan dakwah maka berarti menghindari hal-hal yang kurang relevan dalam melaksanakan tugas dakwah. Orang yang memiliki hikmah disebut al-hakim yaitu orang yang memiliki pengetahuan yang paling utama dari segala sesuatu. Kata hikmah juga sering dikaitkan dengan filsafat, karena filsafat juga mencari pengetahuan hakikat segala sesuatu.19

Sebagai metode dakwah, al-hikmah diartikan bijaksana, akal budi yang mulia, dada yang lapang, hati yang bersih, dan menarik perhatian orang kepada agama atau Tuhan. Al hikmah

adalah merupakan kemampuan dan ketepatan da’i dalam memilih,

memilah dan menyamakan teknik dakwah dengan kondisi mad’u.

Al hikmah merupakan kemampuan da’i dalam menjelaskan

doktrin-doktrin Islam serta realitas yang ada dengan argumentasi

18 Ibid, h.163

(34)

26

logis dan bahasa yang komunikatif. Oleh karena itu, al-hikmah sebagai sebuah sistem yang menyatukan antara kemampuan teoritis dan praktis dalam berdakwah.20

Al-hikmah adalah berdialog menggunakan kata-kata bijak sesuai dengan tingkat kepandaian mereka. Hikmah adalah yang paling utama dari segala sesuatu, baik pengetahuan maupun perbuatan. Hikmah adalah pengetahuan dan tindakan yang bebas dari kesalahan dan kekeliruan, hikmah adalah sesuatu yang mengena pada kebenaran berdasarkan ilmu dan akal.21

Menurut Thabathaba’i, hikmah adalah argumen yang

menghasilkan kebenaran yang tidak diragukan, tidak mengandung kelemahan, juga tidak mengandung kekaburan. Cara ini digunakan untuk berkomunikasi dengan lawan bicara yang gemar mencari kebenaran (al-khawas).22

Metode dakwah bil-hikmah yaitu memberikan teladan yang terbaik dalam sikap dan prilaku, dengan selalu sopan santun kepada siapapun. Kemudian, hal ini diistilahkan dengan akhlaqul karimah. Setelah itu Rasulullah SAW mendapatkan predikat dari langit sebagai “Uswatun Hasanah” yang bermakna Teladan

Terbaik dan Terpuji. Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 21 telah menjelaskannya yaitu :

20 Ibid, hh.10-11

(35)

27

خْا ويلاو ََ وجري ناك ن ل ٌةنسح ٌ وسأ ََ وسر يف مكل ناك دقل

ر

ََ رك و

اريثك

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri

teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat

dan Dia banyak menyebut Allah.” 23

Dari beberapa pengertian diatas dapat dipahami bahwa hikmah adalah menyerukan dan mengajak dengan cara yang baik dan benar sesuai dengan Al-Quran.

2. Al-Mau’izhah Hasanah

Secara bahasa, mau’izhah hasanah terdiri dari dua kata,

yaitu mau’izhah dan hasanah. Kata mau’izhah berarti, nasihat, bimbingan, pendidikan, dan peringatan. Sementara hasanah

merupakan kebalikan dari sayyi’ah yang artinya kebaikan lawannya kejelekan. Mau’izhah hasanah dapatlah diartikan sebagai ungkapan yang mengandung unsur bimbingan, pendidikan, pengajaran, kisah-kisah, berita gembira, peringatan, pesan-pesan positif yang bisa dijadikan pedoman dalam kehidupan agar mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat.

Mau’izhah hasanah, akan mengandung arti kata-kata yang masuk ke dalam kalbu dengan penuh kasih sayang dan ke dalam perasaan dengan penuh kelembutan, tidak membongkar atau

23 Departemen Agama RI.Al-Qur’an dan Terjemahnya.(Surabaya:Surya Cipta Aksara, 1993)

(36)

28

membeberkan kesalahan orang lain sebab kelemah-lembutan dalam menasihati sering kali dapat meluluhkan hati yang keras dan menjinakkan kalbu yang liar, ia lebih mudah melahirkan kebaikan daripada larangan dan ancaman.24

Mau’izhah hasanah adalah memberi nasihat dan perumpamaan yang baik dan menyentuh jiwa sesuai dengan tingkat pengetahuan lawan bicara. Al-mau’izhah diambil dari kata

wa „azha yang berarti nasihat. Mau’izhah adalah uraian yang menyentuh hati yang mengantar kepada kebaikan. Cara ini digunakan untuk berkomunikasi dengan lawan bicara dari golongan orang awam (al-awwam).25

Sedangkan menurut beberapa komentar ahli bahasa dan pakar tafsir, beberapa deskripsi pengertian Al Mau’izhah Al

hasanah adalah sebagai berikut, yaitu:

- Pelajaran dan nasihat yang baik, berpaling dari hal perbuatan jelek melalui tarhib dan targhib.

- Bi Al Mau’izhah Al hasanah adalah melalui pelajaran,

keterangan, petutur, peringatan, pengarahan dengan gaya bahasa yang mengesankan.

- Dengan bahasa dan makna simbol, alamat, tanda, janji, penuntun, petunjuk, dan dalil-dalil yang memuaskan.

24 Munir, Metode Dakwah, hh.15-17.

(37)

29

- Dengan kelembutan hati menyentuh jiwa dan memperbaiki peningkatan amal.

- Melalui suatu nasihat, bimbingan dan arahan untuk kemaslahatan.

- Suatu ungkapan dengan penuh kasih sayang yang dapat terpatri dalam kalbu, penuh kelembutan sehingga terkesan dalam jiwa.

- Dengan tutur kata yang lemah lembut, pelan-pelan, bertahap, dan sikap yang penuh kasih sayang.

Dengan demikian, dakwah melalui Al Mau’izhah Al hasanah ini jauh dari sikap egois, agitasi emosional, dan apologi.26

Jadi, dakwah dengan Mauidhotul Hasanah merupakan dakwah yang paling umum dilakukan semenjak dari zaman dakwah Rasulullah SAW dan tidak tergerus zaman sampai sekarang. Banyak da’i yang masih menerapkan metode ini menjadi metode utama, namun dengan berkembangnya zaman

kadang da’i memberikan sentuhan baru yaitu dibumbui oleh

“Sholawatan” atatupun “Banjarian” untuk menarik hati mad’u dan

agar pendengarnya juga tidak bosan menyerap pesan dakwah yang

disampaikan oleh da’i.

(38)

30

3. Al-Jadal al-Husna/Mujadalah

Dari segi etimologi (bahasa) Jadilhum adalah perdebatan dengan menggunakan logika dan retorika yang halus, lepas dari kekerasan, dan umpatan. Jadilhum diambil dari kata jidal yang berarti diskusi atau bukti-bukti (ber-hujjah/berdalih) untuk membenarkan pendapat sendiri dan mematahkan alasan atau dalih lawan bicara sehingga ia tidak dapat mempertahankan alasan atau dalihnya. Cara ini digunakan untuk berkomunikasi dengan lawan bicara dari golongan yang apriori, menentang, dan menolak kebenaran (al-mu’amidun).27

Metode dakwah yang ketiga dalam surat An-Nahl:125 ini yaitu upaya dakwah melalui jalan bantahan, diskusi, atau berdebat dengan cara yang terbaik, sopan santun, saling menghargai, dan tidak arogan. Dalam pengaplikasian metode ini, ada watak dan suasana yang khas, yakni bersifat terbuka atau transparan, konfrontatif, dan kadang-kadang reaksioner, namun pendakwah harus memegang teguh prinsip-prinsip pendakwah yritu intinya kepada pencerahan pikiran dan penyejukan jiwa.28

Hikmah sebagai induk dan metode dakwah juga meliputi pendekatan dakwah melalui debat yang terpuji. Pendekatan dakwah ini dilakukan dengan dialog yang berbasis budi pekerti yang luhur, tutur kalam yang lembut, serta mengarah kepada

27 Gunara Thoriq, Komunikasi Rasulullah, h.111

(39)

31

kebenaran dengan disertai argumentasi demonstratif rasional dan tekstual sekaligus, dengan maksud menolak argumen batil yang dipakai lawan dialog. Debat yang terpuji dalam dakwah tidak memiliki tujuan pada dirinya sendiri. Ia lebih ditujukan sebagai wahana atau wasilah untuk mencapai kebenaran dan petunjuk Allah SWT.

Bahri Ghazali berpendapat bahwa Metode tanya jawab lebih akurat apabila digunakan sebagai pedalaman materi dalam kegiatan pengajian. Dalam kegiatan yang sedemikian rupa terjalin

hubungan yang mantap antara da’i dengan mad’unya, utama sekali

masalah pemahaman ajaran agama secara lengkap.29

b. Metode Dakwah Menurut Ali Aziz

Selain metode dakwah yang ada di dalam alqur’an diatas, Moh

Ali Aziz dalam bukunya yang berjudul Ilmu Dakwah menerangkan bahwa pada garis besarnya, bentuk dakwah ada tiga, yaitu: dakwah lisan (dakwah bil lisan), dakwah tulis (dakwah bil qalam), dan dakwah tindakan (dakwah bil hal). Berdasarkan ketiga bentuk tersebut maka metode dakwah dapat diklasifikasi sebagai berikut: 1. Metode Ceramah

Metode ceramah atau muhadlarah atau pidato ini telah dipakai semua Rasul Allah dalam menyampaikan ajaran Allah,

(40)

32

dan sampai sekarang pun masih merupakan metode yang paling sering digunakan oleh para pendakwah sekalipun alat komunikasi modern telah tersedia. Umumnya ceramah diarahkan kepada sebuah publik, lebih dari seorang dan pesan-pesan dakwah yang disampaikan melalui metode ceramah yaitu bersifat ringan, informatif, dan tidak mengandung perdebatan. 2. Metode Diskusi

Diskusi sebagai metode dakwah adalah bertukar pikiran tentang suatu masalah keagamaan sebagai pesan dakwah antar beberapa orang dalam tempat tertentu. Dalam diskusi pasti ada dialog yang tidak hanya sekedar bertanya tetapi juga memberikan sanggahan atau usulan. Diskusi dapat dilakukan dengan komunikasi tatap muka ataupun komunikasi kelompok. 3. Metode Konseling

(41)

33

dan mitra dakwah, laksana seorang ibu dengan penuh kasih sayang menggandeng anaknya menaiki tangga.

Metode konseling dalam dakwah diperlukan mengingat banyaknya masalah yang terkait dengan keimanan dan pengalaman keagamaan yang tidak bisa diselesaikan dengan metode ceramah ataupun diskusi.

4. Metode Karya Tulis

Metode ini termasuk dalam kategori dakwah bi al-qalam

(dakwah dengan karya tulis). Tanpa tulisan, peradaban dunia akan lenyap dan punah. Kita bisa memahami al-qur’an, hadis, fikih imam para mazhab dari tulisan yang dipublikasikan. Metode karya tulis merupakan buah dari keterampilan tangan dalam menyampaikan pesan dakwah. Keterampilan tangan ini tidak hanya melahirkan tulisan, tetapi juga gambar atau lukisan yang mengandung misi dakwah.

5. Metode Pemberdayaan Masyarakat

Salah satu metode dalam dakwah bi al-hal (dakwah dengan aksi nyata) adalah metode pemberdayan masyarakat, yaitu dakwah dengan upaya untuk membangun daya, dengan cara mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya dengan dilandasi proses kemandirian.30

(42)

34

c. Metode Dakwah menurut Asmuni Syukir

Ada beberapa bentuk metode dakwah praktis sebagaimana dikemukakan oleh Asmuni Syukir, adalah sebagai berikut :

1. Metode Ceramah (Retorika Dakwah)

Ceramah adalah suatu teknik atau metode dakwah yang banyak diwarnai oleh ciri karakteristik bicara oleh seorang

da’i/muballigh pada suatu aktifitas dakwah. Ceramah dapat

pula bersifat propaganda, kampanye, berpidato (rhetorika), khutbah, sambutan, mengajar dan sebagainya.

2. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah penyampaian materi dakwah dengan cara mendorong sasarannya (obyek dakwah) untuk menyatakan sesuatu masalah yang dirasa belum mengerti dan

da’i/muballigh sebagai penjawabnya.

3. Debat (Mujadalah)

Mujadalah selain sebagai dasanama (sinonim) dalam istilahy dakwah, dapat juga sebagai salah satu metode dakwah. Debat sebagai metode dakwah pada dasarnya mencari kemenangan, dalam arti menunjukkan kebenaran dan kehebatan Islam. Dalam kata lain debat adalah mempertahankan pendapat dan idiologinya agar pendapat dan idiologinya itu diakui kebenarannya oleh musuh (orang lain).

(43)

35

4. Percakapan Antar Pribadi (Percakapan Bebas)

Percakapan antar pribadi atau Individual Conference adalah

percakapan bebas antara seorang da’i atau muballigh dengan

individu-individu webagai sasaran dakwah. Percakapan pribadi bertujuan untuk menggunakan percakapan yang baik di dalam percakapan atau mengobrol (berbicara bebas) untuk aktifitas dakwah.

5. Metode Demonstrasi

Berdakwah dengan menggunakan suatu contoh, baik berupa benda, peristiwa, atau perbuatan dan sebagainya dapat

dinamakan bahwa seorang da’i yang bersangkutan

menggunakan metode demonstrasi. Artinya suatu metode dakwah, dimana seorang dai memperlihatkan sesuatu atau mementaskan sesuatu terhadap sasarannya (massa) dalam rangka mencapai tujuan dakwah yang diinginkan.

6. Metode Dakwah Rasulullah

Nabi Muhammad SAW, seorang da’i Internasional,

(44)

36

7. Pendidikan dan Pengajaran Agama

Pendidikan dan pengajaran dapat pula dijadikan sebagai metode dakwah. Sebab dalam definisi dakwah disebutkan bahwa dakwah dapat diartikan dengan dua sifat, yakni bersifat pembinaan (melestarikan dan membina agar tetap beriman) dan pengembangan (sasaran dakwah).

8. Mengunjungi Rumah (Silaturahmi/Home Visit)

Metode dakwah yang juga dirasa efektif untuk digunakan dalam rangka mengembangkan maupun membina umat Islam ialah metode dakwah dengan mengunjugi rumah obyek dakwah atau biasa disebut dengan metode silaturahmi atau home visit.31

d. Metode Dakwah Menurut Sulhawi Rubba

Tugas, kewajiban dan tanggungjawab yang diemban Nabi Muhammad Saw sebagai Nabi global yaitu Rahmatan lil „alamin, lebih besar dan lebih berat dibandingkan dengan tugas para nabi dan rasul sebelumnya, mereka hanya berstatus sebagai nabi dan rasul regional dan nasional. Dengan itu, Rasulullah melakukan berbagai macam metode dalam proses islamisasi ke seluruh penjuru dunia, khususnya di wilayah timur tengah saat itu. Dan

(45)

37

dalam bukunya dijelaskan metode dakwah yang dilakukan Nabi Muhammad Saw, antara lain:

1. Metode Dakwah bil-lisan

Metode Dakwah bil-lisan Yaitu islamisasi via ucapan. Beliau berkewajiban menjelaskan pokok-pokok dan intisari ajaran islam kepada umatnya (kaum muslimin) melalui dialog (tanya jawab) dan khutbah yang berisi nasihat dan fatwa. Selain itu beliau mengajarkan kepada para sahabatnya setiap kali turunnya wahyu yang dibawa maaikat Jibril, yang kemudian dihafalkan dan ditulis di pelepah kurma. Semua ucapan dan perbuatan Rasulullah selama hidup direkam dalam kitab-kitab hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, Ibnu Majah dan perawi hadis lainnya.

2. Metode Dakwah bil-hijrah

Metode Dakwah bil-hijrah Yaitu islamisasi via transmigrasi dan imigrasi dari Makkah ke Yastrib (Madinatul Munawarah). Hal ini kemudian dilakukan para sahabat dan para tabiin serta para tabiit-tabiin dalam proses pengembangan ajaran islam ke wilayah lainnya.

Al-Qur’an surat Al-Anfal ayat 72 telah menjelaskan hal tersebut yaitu :

(46)

38

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan

Allah.”32

3. Metode Dakwah bil-yad

Metode Dakwah bil-yad yaitu islamisasi via politik. Dengan melalui proses musyawarah kepada semua golongan penduduk Yastrib, dibuatlah kesepakatan bersama yang hasilnya dinamakan dengan Piagam Madinah. Piagam tersebut adalah undang-undang dasar berdirinya sebuah negara islam yang tertulis pertama kali di dunia. Dalam negara Madinah tersebut, yang berstatus sebagai kepala Negara adalah Nabi Muhammad bin Abdullah. Dengan itu beliau bukan hanya sebagai Nabi dan Rasul saja, tetapi punya jabatan kenegaraan sebagai kaisar atau presiden. Kemudian setelah beliau wafat, kepemimpinannya dilanjutkan oleh Khulafaur Rasyidin.

4. Metode Dakwah bil-qalam

Metode Dakwah bil-qalam yaitu islamisasi via tulisan kepada para raja dan penguasa wilayah lain di sekitarnya, seperti mengirimkan surat ke raja persia, Abruwaiz bin Harmizan dan Hiraclius penguasa kerajaan romawi. Surat-surat beliau yang berisi ajakan masuk Islam yang dikirimkannya ke beberapa tokoh penguasa wilayah disekitarnya, sebagian ada

32 Departemen Agama RI.Al-Qur’an dan Terjemahnya.(Surabaya:Surya Cipta Aksara, 1993),

(47)

39

yang diterima dengan baik (masuk islam) dan sebagian ada yang ditolak dengan kasar (dirobek), seperti yang diterima raja Persia.

5. Metode Dakwah bil-nikah

Metode Dakwah bil-nikah yaitu islamisasi via perkawinan. Dalam hal ini, nabi menikahi putri para sahabat dan para janda yang ditinggal wafat suaminya yang mati syahid di medan perang dalam Jihad fi Sabilillah. Tercatat dalam sejarah hidupnya, beliau menikah sampai 14 kali. Istri beliau yang terkenal yaitu Siti Khaijah binti Khuwailid (janda) yang dinikahinya sudah berusia 40 tahun, dan Siti Aisyah binti Abu Bakar (perawan) yang masih berusia 12 tahun.

Istri beliau yang lain adalah Saudah binti Zum’ah, Zainab

binti Jahsi al-Asadiyah, Ummu Salamah binti Abu Umayah bin al-Mughirah, Hafsah binti Umar bin Khattab, Ramlah binti Abu Sufyan bin Harb, Juwairiyah binti al-Harits, Shafiyah binti Hayi bin Akhtab, Maimunah binti al-Harits, Zainab binti Khuzaimah, Khaulah binti Hakim, Asma binti an-Nukman al-Kindiyah, an Umrah binti Yazid al-Kilabiyah.

6. Metode Dakwah bil-rihlah

(48)

40

Madinah untuk melaksanakan umrah ke Makkah dan manasik haji ke Arafah.

7. Metode Dakwah bil-maal

Metode Dakwah bil-maal yaitu islamisasi via sedakah. Tercatat dalam sejarah, beberapa orang sahabat yang berstatus sebagai budak yang dimerdekakan nabi, seperti Bilal yang dikenal tokoh muazin panggilan shalat, karena suara emasnya yang merdu dan nyaring. Beliau mengajak para sahabat yang termasuk agnia (hartawan) untuk menyantuni anak yatim dan memberi makan para duafa (para fakir, miskin, anak jalanan, mualaf, dll).

8. Metode Dakwah bil-jidal

Metode Dakwah bil-jidal yaitu islamisasi via diskusi (tukar pikiran). Dalam aktivitas ini,beliau mengemukakan dalil naqli dan aqli (argumentasi yang rasional) dengan menggunakan etika bahasa yang santun.

9. Metode Dakwah bil-qalbi

Metode Dakwah bil-qalbi Yaitu metode dakwah dengan tata cara berdoa. Beliau selalu berdoa kepada Allah SWT. Memohonkan limpahan hidayah, supaya umat manusia masuk ke dalam Islam, agama yang diridhoi Allah SWT.33

(49)

41

B. Penelitian Terdahulu Yang Relevan

1. Metode Dakwah Ustaz Dulyakin di Panti Asuhan Sabilillah An-Nahdliyah Gebang Sidoarjo.

Oleh Lailatul Rohmah, NIM B01210029, 2014, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya. Ustadz Dulyakin dalam dakwahnya di panti asuhan menggunakan metode bil hikmah, metode ceramah, metode bil hal, metode bil mal, dan metode bil qalbi yang terbentuk dalam kegiatan pengajian dan kegiatan lainnya yang menjadi rutinitas kegiatan dakwah ustaz Dulyakin di panti asuhan.

2. Metode Dakwah Jamiiyah Istighasah di Perum TNI AL Desa Kedung kendo Kecamatan Candi Sidoarjo.

(50)

42

Oleh Aan Sutanto, 2011. Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya.

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dakwah yang diterapkan oleh Hadhrotusy Syaikh KH. Ahmad Asrori Al Ishaqy adalah dakwah bil-lisan, dakwah bil-qalam, dakwah bil-jidal, dakwah bil-hikmah, dakwah bil-hal, dakwah bir-rihlah, dakwah bin-nikah, dakwah bit-taubah, dakwah bl-hijrah, dan dakwah

bil-qalb.

No Judul Persamaan Perbedaan

(51)
(52)

44

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Metodologi penelitian merupakan ilmu yang mempelajari tentang metoda-metoda penelitian, ilmu tentang alat-alat dalam penelitian.1 Metodologi penelitian adalah serangkaian hukum, aturan, dan tata cara tertentu yang diatur dan ditentukan berdasarkan kaidah ilmiah dalam menyelenggarakan suatu peneilitian dalam koridor keilmuan tertentu yang hasilnya dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.2

Dalam dunia penelitian terdapat berbagai jenis penelitian di antaranya adalah penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian ilmiah yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks sosial secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara eneliti dengan fenomena yang diteliti.3 Sugiyono mengemukakan bahwa metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat pospositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara

1 Muhadjir Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: rake Sarasin, 1996), h.4 2 Herdiansyah Haris, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial, (Jakarta:Salemba Humanika,2012), h.3

(53)

45

triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.4

Untuk itu, dengan memilih pendekatan kualitatif ini peneliti untuk mendapatkan pemahaman yang mendasar melalui pengalaman first hand

dari peneliti yang langsung berproses dan melebur menjadi satu bagian yang tidak terpisahkan dengan subjek dan latar yang akan diteliti berupa laporan yang sebenar-benarnya, apa adanya, dan catatan-catatan lapangan yang aktual. Karena merupakan First Hand, maka dalam penelitian kualitatif harus terjun langsung dan harus mengenal subjek penelitian yang bersangkutan secara personal dan tanpa perantara.5

Dalam penelitian kualitatif ini, peneliti akan meneliti fenomena sosial yang terjadi dan akan mendeskripsikan fenomena sosial tersebut secara terperinci. Penelitian ini adalah tentang metode dakwah yang dilakukan oleh Ustadz Sulaiman Ibnu Salam pada masyarakat terdampak bencana lumpur Lapindo di desa Renojoyo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo.

Berdasarkan konteks penelitian tersebut peneliti akan menggunakan penelitian kualitatif, dan jenis pendekatannya adalah fenomenologi yaitu berusaha untuk mengungkap dan mempelajari serta memahami suatu fenomena beserta konteksnya yang khas dan unik yang dialami oleh individu hingga tataran keyakinan individu yang bersangkutan secara sederhana. Fenomenologi lebih memfokuskan diri

(54)

46

pada konsep suatu fenomena tertentu dan bentuk dari studinya adalah untuk melihat dan memahami arti dari suatu pengalaman individual yang berkaitan dengan suatu fenomena tertentu yang dapat mempengaruhi dan memberikan suatu pengalaman yang unik, baik oleh seorang individu maupun sekelompok individu.6

Asumsi dasar dari pendekatan fenomenologi adalah bahwa manusia dalam berilmu pengetahuan tidak dapat lepas dari pandangan moralnya, baik pada taraf mengamati, menghimpun data, menganalisis, ataupun dalam membuat kesimpulan. Tidak dapat lepas bukan berarti keterpaksaan, melainkan momot etik. Pendekatan fenomenologi bukan hendak berfikir spekulatif, melainkan hendak mendudukan tinggi pada kemampuan manusia untuk berfikir reflektif dan lebih jauh lagi untuk menggunakan logika reflektif disamping logika induktif dan deduktif, serta logika materiil dan logika probabilistik. Pendekatan fenomonelogi bukan hendak menampilkan teori dan konseptualisasi yang sekedar berisi anjuran atau imperatif melainkan mengangkat makna etika dalam berteori dan berkonsep.7

Pendekatan ini didasari atas pandangan dan asumsi bahwa pengalaman manusia atau individu diperoleh melalui hasil interpretasi. Objek orang-orang, situasi, dan peristiwa-peristiwa tidak mempunyai arti dengan sendirinya, melainkan melalui interpretasi mereka. Untuk memahami perilaku, peneliti harus mengerti definisi-definisi dan proses

6 Ibid, Hh.66-67

(55)

47

definisi itu dibuat. Berbagai cabang penelitian kualitatif memberikan andil dalam rangka memahami fenomena subjek menurut pandangan mereka sendiri. Adanya pandangan pribadi peneliti terhadap dunia subjek berimplikasi padakebutuhan untuk membuat interpretasi terhadap peristiwa dan data yang dihasilkannya, oleh karena itu, unsur subjektifitas peneliti tidak dapat dihindari.

Peneliti kualitatif harus yakin bahwa mengadakan pendekatan pada subjek dengan maksud memahami pendapat mereka dengan cara yang tidak sempurna akan merusak pengalaman tentang subjek itu. Peneliti kualitatif menekankan pada pola berfikir subjek sebab merekalah yang paling tahu diri mereka sendiri.8

Beberapa alasan peneliti menggunakan pendekatan kualitatif ini, yaitu:

1. Penelitian kualitatif dapat dipertanggung jawabkan keabsahannya dan dapat dipercaya kesahihannya (validitas dan reliabilitasnya).

2. Peneliti menggunakan metode kualitatif karena untuk memahami makna dibalik data yang tampak, karena gejala sosial sering tidak bisa difahami berdasarkan apa yang dilakukan dan dilihat orang saja. Karena tidak hanya melihat yang tampak namun dengan melakukan teknik wawancara

(56)

48

mendalam, observasi dan dokumentasi maka akan ditemukan makna yang sesungguhnya.

3. Subjek penelitian ini adalah seorang Ustadz, dan dengan melakukan penelitian kualitatif maka peneliti bisa memahami perasaan subjek dengan beberapa teknik kualitatif.

4. Penelitian ini dapat bersifat objektif sekaligus subjektif.

5. Konteks sosialnya yang berarti bahwa dalam penelitian kualitatif fenomena yang diteliti merupakan suatu kesatuan antara subjek dan lingkungan sosialnya Penelitian ini dilakukan pada Ustadz Sulaiman Ibnu Salam yang tinggal di Desa Renojoyo Kecamatan Porong.

B. Kehadiran Peneliti

(57)

49

harmonis untuk lebih memudahkan peneliti dalam melakukan tugasnya sebagai peneliti kualitatif.

Peneliti bertindak sebagai instrumen dan mengumpulkan data yang sebanyak – banyaknya dan seakurat mungkin. Melakukan observasi dan wawancara kepada Ustadz Sulaiman Ibnu Salam selaku subjek dan informan – informan lain di desa Renojoyo seperti istri subjek, keluarga, ustadz-ustadzah, dan warga Desa Renojoyo. Diharapkan dengan keterlibatan peneliti ke dalam lingkungan Ustadz Sulaiman Ibnu Salam selaku subjek ini adalah peneliti dapat menemukan makna dibalik penelitian yang dilaksanakannya, baik tentang prilaku ucapan ataupun simbol-simbol yang ada di masyarakat

C. Jenis dan Sumber data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian, merupakan jawaban atas pertanyaan penelitian, kemudian diajukan terhadapa masalah yang dirumuskan pada tujuan yang ditetapkan. Pada penelitian ini terdapat dua jenis data, yaitu:

a. Data Primer

(58)

50

Pada penelitian ini, data primer diperoleh dari Ustadz Sulaiman Ibnu Salam, dan beberapa informan yang diarahkan oleh Ustadz Sulaiman Ibnu Salam untuk mendapatkan data yang bisa dipertanggung jawabkan. Para informan tersebut merupakan orang terdekat yang mengetahui dari awal beliau berdakwah dan bagaimana beliau berdakwah dan sampai sekarang kehidupan dakwah beliau di desa Renojoyo Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo. Para informan tersebut adalah :

No Nama Keterangan

1. Ustadz Sulaiman Ibnu Salam

Pendiri Attarbiyyah Islamiyyah Babussalam

2. Ustadzah Yanti Istri dari Ustadz Sulaiman Ibnu Salam.

3. Ustadz Khusaeni Orang Terdekat dan Pengajar di Attarbiyyah Islamiyyah Babussalam 4. Ustadzah Noviasandi Orang Terdekat istri dan Pengajar di

Attarbiyyah Islamiyyah Babussalam. 5. Ibu Muthommimah Pengajar di Attarbiyyah Islamiyyah

Babussalam dan tetangga dekat

b. Data Sekunder

(59)

51

penelitian, data ini berupa kajian pustaka atau teori-teori yang bekaitan dengan obyek penelitian yang mendukungnya.. Data sekunder dalam penelitian ini adalah arsip-arsip yang dimiliki oleh Ustadz Sulaiman Ibnu Salam, arsip-arsip dari Attarbiyyah Islamiyyah Babussalam, buku – buku dan dan beberapa dokumentasi kegiatan dakwah yang dilakukan oleh Ustadz Sulaiman Ibnu Salam, Semua hal yang berkaitan dengan foto, audio, video, dan arsip tertulis atau lainnya merupakan sebuah dokumen yang akan dapat mendukung dan menjadi data sekunder dalam penelitian ini.

Sumber Data

Jenis dan sumber data pada penelitian ini dibagi ke dalam bentuk kata-kata dan tindakan. Hal ini sependapat dengan apa yang dikonsepkan lofland, bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data-data tambahan seperti dokumen-dokumen lainnya.9 Dan di dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan sumber data dari :

1. Kata-kata dan tindakan

Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman suara

(60)

52

pengambilan foto sebagtai bukti yang valid. Sedangkan proses wawancara akan peneliti lakukan kepada beberapa informan yaitu, Ustadz Sulaiman Ibnu Salam, Ustadzah Yanti, dan beberapa Ustadzah yang selalu mendampingi Ustadz Sulaiman Ibnu Salam dalam berdakwah dan ustadzah tetap di Attarbiyyah Islamiyyah Babussalam.

2. Sumber Tertulis

Sumber tertulis yaitu sumber data yang kedua setelah sumber kata-kata dan tindakan. Dilihat dari segi sumber data, bahan tambahan yang berasal dari bahan tertulis, dapat dibagi atas sumber buku, arsip-arsip foto, video, dokumen-dokumen, dan lain sebagainya.

3. Foto

(61)

53

D. Teknik pengumpulan data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik-teknik pengumpulan data penelitian dengan teknik sebagai berikut :

1. Observasi

Penulis akan melakukan Observasi yaitu pengamatan. Observasi adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindra lainnya seperti telinga, penciuman, mulut, dan kulit. Karena itu, observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja pancaindra mata serta dibantu dengan pancaindra lainnya.10 Observasi atau yang disebut dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra.11

Dalam penelitian ini, peneliti terlebih dahulu mengunjungi rumah Ustadz Sulaiman Ibnu Salam untuk mengamati rumah beliau dan Attarbiyyah Islamiyyah Babussalam sebagai tempat untuk berdakwah dan selanjutnya melakukan observasi di lingkungan masyarakat Desa Renojoyo Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo.

Observasi yang dilakukan yaitu dengan terjun langsung di tempat penelitian dan melihat bagaimana kehidupan Ustadz Sulaiman dan warga Desa Renojoyo sehari-hari, dan juga

Gambar

Tabel 4.1 : Batas-batas Desa Renojoyo
Tabel 4.2 : Jumlah Penduduk
Tabel 4.3 : Mata Pencaharian Penduduk
Tabel 4.4 : Agama Penduduk Desa Renojoyo
+5

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini adalah berupa hasil perolehan nilai pretest dan postes dengan nilai signifikansi 0.001 yang dapat disimpulkan bahwa model TPACK berpengaruh terhadap

Kedua, hal-hal penyebab munculnya pertentangan terdapat tiga permasalahan yaitu pernikahan, pola pikir, dan sistem kekerabatan dan empat aspek penyebab munculnya

Pada eksperimen ini perangkat yang digunakan antara lain rangkaian C-V converter Osiloskop, Signal Generator, Sensor kapasitansi dan komputer. Eksperimen ini

penelitian yang berjudul “Implementasi Sistem Gateway Discovery pada Wireless Sensor Network (WSN) Berbasis Modul Komunikasi LoRa” yang mengaplikasikan sistem dengan

(end-of-pipe) yaitu sampah dikumpulkan, diangkut, dan dibuang ke tempat pemrosesan akhir sampah. Timbunan sampah yang dapat terurai melalui proses alam diperlukan jangka

Hasil dari penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan yaitu: perbedaan antara daun sehat dengan daun yang terserang penyakit garis kuning pada tanaman kelapa

Landsat 7 ETM+ dengan menggunakan algoritma NDVI, Kabupaten Kendal memiliki rentang nilai indeks vegetasi yang berbeda pada setiap tahunnya.. menunjukan bahwa pada

Keywords : Health and Safety (K3), Hazard Identification, Risk, Risk Assessment, and Risk Control (HIRARC) How to Cite: Willy Tambunan, Fatria Ismi Zudhari, & Theresia