• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN KESIAPAN KERJA PADA MAHASISWA SEMESTER AKHIR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN KESIAPAN KERJA PADA MAHASISWA SEMESTER AKHIR."

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program

Strata Satu (S1) Psikologi (S.Psi)

TRI MEI KULSUM

B07212032

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara

kemandirian dengan kesiapan kerja pada mahasiswa semester akhir.

Penelitian ini merupakan penelitian korelasi dengan menggunakan

teknik pengumpulan data berupa skala kemandirian dan skala

kesiapan kerja. Hipotesis dalam penelitian ini yaitu terdapat

hubungan positif antara kemandirian dengan kesiapan kerja. Subyek

penelitian ini berjumlah 84 orang dari jumlah populasi sebanyak

110 orang melalui teknik pengambilan sample simple random

sampling dengan menggunakan tabel yang telah dikembangkan oleh

Isac dan Michael. Hasil korelasi dari kemandirian dan kesiapan

kerja yaitu 0,371 dengan taraf signifikansi sebesar 0,001. Hal ini

menunjukkan terdapat hubungan yang positif antara kemandirian

dengan kesiapan kerja pada mahasiswa semester akhir.

(7)

The aim of the research was to gain deeper understanding on the

relation between autonomy and the readiness to work among

last-semester-students. This research is a correlation using data

collection techniques such as autonomy scale and the scale of job

readiness. The hypothesis of this research was that there is a

positive relation between autonomy and readiness to have job. The

subject of this research are about 84 people from a total population

of 110 people through sampling techniques simple random

sampling using tables that have been developed by Isac and

Michael. The correlation value between autonomy and readiness to

work was 0,371, with significance of 0,001. The Result shows that

there is a positive relationship between autonomy with job

readiness at the end of the semester students.

(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

... iv

DAFTAR ISI

... v

DAFTAR TABEL

... viii

DAFTAR GAMBAR

... ix

DAFTAR LAMPIRAN

... x

INTISARI

... xi

ABSTRACT

... xii

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

... 1

B.

Rumusan Masalah

... 7

C.

Tujuan Penelitian

... 7

D.

Manfaat Penelitian

... 7

E.

Keaslian Penelitian

... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A.

Kesiapan Kerja

1.

Definisi Kesiapan Kerja ... 13

2.

Aspek-aspek Kesiapan Kerja ... 14

3.

Faktor-faktor Kesiapan Kerja. ... 18

4.

Ciri

ciri Kesiapan Kerja ... 21

B.

Kemandirian

1.

Definisi Kemandirian ... 23

2.

Aspek-aspek Kemandirian ... 25

3.

Dampak Kemandirian ... 26

4.

Ciri-ciri Kemandirian ... 26

5.

Karakteristik Perilaku Mandiri ... 27

C.

Mahasiswa Semester Akhir

... 29

D.

Hubungan Kemandirian dengan Kesiapan Kerja

... 31

E.

Kerangka Teoritik

... 32

F.

Hipotesis

... 35

BAB III METODE PENELITIAN

A.

Variabel dan Definisi operasional

1.

Variabel Penelitian ... 36

2.

Definisi Operasional... 37

B.

Populasi , Sampel , dan Teknik Sampling

1.

Populasi ... 38

2.

Sampel ... 38

(9)

1.

Skala Kemandirian ... 40

2.

Skala Kesiapan Kerja ... 42

D.

Validitas dan Reliabilitas

1.

Validitas ... 43

2.

Reliabilitas ... 45

E.

Analisis Data

... 46

F.

Uji Prasyarat

1.

Uji Normalitas ... 47

2.

Uji Linieritas ... 48

BAB

IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.

Hasil Penelitian

1.

Profil Fakultas Psikologi dan Kesehatan ... 50

2.

Deskripsi Subyek ... 51

3.

Pelaksanaan Penelitian ... 52

4.

Pengujian Hipotesis ... 52

B.

Pembahasan

... 54

BAB V PENUTUP

A.

Kesimpulan

... 57

B.

Saran

... 57

DAFTAR PUSTAKA

... 59

(10)

Tabel 1 Blue Print Skala kemandirian ... 40

Tabel 2 Blue Print Skala Kesiapan Kerja ... 42

Tabel 3 Blu Print Aitem Valid Skala Kemandirian ... 44

Tabel 4 Blue Print Aitem Valid Skala Kesiapan Kerja ... 45

Tabel 5 Hasil Uji Normalitas Skala Kesiapan Kerja ... 47

Tabel 6 Hasil Uji Normalitas Skala Kemandirian... 48

Tabel 7 Hasil Uji Linieritas ... 49

(11)
(12)

Lampiran 1 Angket Skala Kemandirian ... 63

Lampiran 2 Angket Skala Kesiapan Kerja ... 66

Lampiran 3 Reliabilitas Skala Kemandirian ... 69

Lampiran 4 Reliabilitas Skala Kesiapan Kerja ... 69

Lampiran 5 Hasil uji validitas/seleksi aitem ... 69

Lampiran 6 Uji Normalitas ... 72

Lampiran 7 Uji Linieritas ... 72

Lampiran 8 Uji Hipotesis ... 73

Lampiran 9 Tabulasi ... 74

Lampiran 10 Tabel Isaac dan Michael ... 121

Lampiran 11 Surat Ijin Penelitian ... 122

Lampiran 12 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 123

Lampiran 13 Kartu Konsultasi Skripsi ... 124

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Semakin pesatnya perkembangan jaman dan teknologi membuat

perubahan yang tidak dapat dihindari oleh setiap manusia, perubahan yang

dapat dilihat adalah semakin meningkatnya kebutuhan ekonomi ditandai

dengan semakin mahalnya harga-harga kebutuhan pokok di masyarakat, hal

inilah yang mewajibkan setiap orang untuk bekerja atau mendapat pekerjaan

agar dapat memenuhi kebutuhan hidup dan tuntutan ekonomi keluarga

(Ratnawati, 2013).

Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap manusia membutuhkan pekerjaan

yang layak agar dapat terus bersaing dengan kehidupan selanjutnya, kecuali

mereka yang dapat menciptakan lapangan pekerjaan bukan hanya untuk

dirinya sendiri melainkan bagi orang lain juga, namun tidak banyak

orang-orang yang memiliki kemampuan tersebut terlebih lagi persaingan di pangsa

pasar modern yang membuat mereka tersaingi oleh pasar dari luar negeri dan

minimnya modal usaha yang tidak setiap orang mampu memenuhinya,

sehingga mau tidak mau setiap orang harus bekerja untuk orang lain atau

istilah lainnya mencari pekerjaan (Ratnawati, 2013).

(14)

setelah lulus dari perguruan tinggi. Setiap tahun lulusan perguruan tinggi

semakin bertambah banyak namun hal tersebut tidak diimbangi dengan

bertambahnya lapangan pekerjaan yang memadai, sehingga semakin banyak

pula lulusan perguruan tinggi yang menganggur. Hal tersebut tentu

menjadikan beban dan kecemasan bagi mahasiswa tingkat akhir yang saat ini

sedang menempuh tahap penyelesaian tahap akhir atau skripsi, mereka tentu

merasa khawatir apabila setelah lulus mereka tak kunjung mendapatkan

pekerjaan, terlebih lagi bagi mereka yang merasa dirinya tidak memiliki

kesiapan dan kemampuan untuk menghadapi dunia kerja (Mahardika, dalam

Dinata, 2013).

Menurut Antono (dalam Ayuningtyas, 2015), salah satu faktor yang

mengakibatkan masih tingginya angka pengangguran di Indonesia ialah

banyaknya lulusan perguruan tinggi (PT) yang dinilai belum siap dan belum

memiliki pengalaman kerja. Hal tersebut diperburuk lagi dengan belum

adanya kesepahaman antara lembaga pendidikan dan dunia kerja. Pasek

(dalam Ayuningtyas, 2015) mengungkapkan masih banyak para sarjana yang

baru lulus kuliah, ternyata tidak siap kerja, sehingga para sarjana baru

tersebut tidak bisa menutupi kebutuhan pasar kerja di Indonesia.

(15)

Wall (2007) menyatakan bahwa sikap dan kesiapan kerja juga sangat

mempengaruhi seorang sarjana untuk mendapatkan pekerjaan.

Setiap mahasiswa semester akhir akan merasa yakin bahwa mereka

akan siap masuk dunia kerja meskipun mereka belum mengetahui jenis

pekerjaan yang akan mereka dapatkan, mereka berpikir bahwa semua itu

dapat dipelajari sedikit demi sedikit. Sebagai calon angkatan kerja mahasiswa

akhir akan mengalami perubahan terkait dengan fase perubahan status dari

mahasiswa menjadai seorang pegawai. Perubahan tersebut tentunya akan

menimbulkan dampak, salah satunya adalah kecemasan dalam menghadapi

dunia kerja. Kecemasan dalam menghadapi dunia kerja, kecemasan tersebut

dapat berupa perasaan negatif meliputi perasaan ketakutan dan kekhawatiran

terhadap ketersediaan lapangan pekerjaan (Dinata, 2013).

(16)

Mahasiswa Semester akhir merupakan calon lulusan yang kemudian

akan melanjutkan masa depan ke dunia kerja, sebab pada umumnya

mahasiswa tingkat akhir mulai berpikir tentang masa depannya mengenai

pekerjaan disuatu bidang setelah lulus dari perkuliahan (Agusta, 2015).

Gambaran fenomena mengenai kesiapan kerja pada mahasiswa

semester akhir, maka dilakukan survey dengan cara wawancara terbuka pada

beberapa mahasiswa semester akhir UIN Sunan Ampel Surabaya, pada

tanggal 24 Juni 2016, ditemukan beberapa mahasiswa mengaku siap dalam

menghadapi dunia kerja dan bekerja sesuai dengan bidang keahliannya atau

sesuai jurusan yang ia ambil karena telah mendapatkan sedikit pengalaman

pada saat magang. Sedangkan mahasiswa lain mengaku dirinya belum

mampu dan tidak siap untuk masuk dunia kerja, karena sebagian dari mereka

masih kurang memiliki keterampilan dan pengalaman sehingga mereka belum

memiliki pandangan mengenai dunia kerja yang akan mereka masuki. Hal ini

menunjukkan bahwa tidak semua lulusan perguruan tinggi akan siap untuk

bekerja setelah lulus nantinya.

(17)

satu faktor kepribadian yang dipengaruhi oleh faktor-faktor kodrati yang

berupa umur dan jenis kelamin. Selain itu, dipengaruhi juga oleh faktor-faktor

lingkungan seperti pola asuh dan pendidikan ibu (Pelawi dalam Ayuningtyas,

2015).

Sebagai seorang individu yang sudah tergolong dewasa, peran dan

tanggung jawabnya tentu akan semakin bertambah besar. Individu tak lagi

harus bergantung secara ekonomis, sosiologis ataupun psikologis pada orang

tuanya. Secara psikologis, mereka justru merasa tertantang untuk

membuktikan dirinya sebagai seorang pribadi dewasa yang mandiri. Segala

urusan ataupun masalah yang dialami dalam hidupnya sedapat mungkin akan

ditangani sendiri tanpa bantuan orang lain, termasuk orang tua (Dariyo,

2003).

Menurut Santrock (dalam Patriana, 2007) secara bersamaan aspek yang

terkait dengan perkembangan suatu identitas pada masa remaja dan masa

dewasa awal adalah kemandirian. Dengan adanya kemandirian yang kuat,

maka seorang individu dapat bertindak atas keinginanya sendiri, bertanggung

jawab akan perbuatannya, mampu mengambil keputusan, berani mengambil

resiko, serta tidak bergantung secara emosional pada orang lain. Kemandirian

mahasiswa akhir berkontribusi dalam menghadapi dunia kerja dengan kondisi

apapun (Ayuningtyas, 2015).

(18)

lindungan orang tua, pengaruh orang tua, baik dalam segi afektif maupun

dalam segi ekonomi seperti halnya pada mahasiswa yang bekerja. Dengan

bekerja mereka mewujudkan kebutuhannya untuk mewujudkan diri pada

lingkungannya, menunjukkan bahwa mereka dapat bertanggung jawab dan

mampu berdiri sendiri, terutama pada orang tua (Patriana, 2007).

Namun pada kenyataannya masih banyak bentuk ketidakmandirian

pada mahasiswa, seperti observasi yang telah penulis lakukan pada tanggal 25

Juni 2016, terhadap mahasiswa-mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya,

yaitu fenomena sedikitnya mahasiswa UIN Sunan Ampel yang mengambil

pekerjaan paruh waktu atau part time pada saat luang ataupun pada saat libur,

untuk mendapatkan penghasilan tambahan selain dari orang tua mereka,

selain itu terdapat juga mahasiswa-mahasiswa yang telah lulus masih banyak

yang menganggur atau belum bekerja hingga saat ini, hal ini menunjukkan

bahwa mereka masih belum bisa membebaskan diri dari orang tua mereka

secara ekonomi. Dengan tidak memiliki penghasilan sendiri secara otomatis

mereka menggantungkan seluruh kebutuhan ekonomi mereka pada orang tua

atau dengan kata lain belum mandiri.

(19)

penulis tertarik untuk melalukan penelitian mengenai hubungan antara

kemandirian dengan kesiapan kerja pada mahasiswa semester akhir.

B.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah yang dapat

disimpulkan yaitu “apakah terdapat hubungan antara

kemandirian dengan

kesiapan kerja pada mahasiswa semester akhir

UIN Sunan Ampel Surabaya?”

C.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara

kemandirian dengan kesiapan kerja pada mahasiswa semester akhir UIN

Sunan Ampel Surabaya.

D.

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini yaitu :

1.

Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dalam penelitian ini yaitu diharapkan penelitian ini

dapat memberikan sumbangan informasi mengenai hubungan

kemandirian dengan kesiapan kerja pada mahasiswa tingkat akhir

2.

Manfaat Praktis

Manfaat praktis dalam penelitian ini yaitu:

a.

Bagi Mahasiswa

(20)

b.

Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi dan

masukan khusunya mengenai penelitian tentang kemandirian

dan kesiapan kerja pada mahasiswa semester akhir

E.

Keaslian Penelitian

Dalam subbab ini penulis akan menguraikan mengenai perbedaan

dan persamaan beberapa penelitian terdahulu, agar tidak menimbulkan

kesamaan dan plagiasi yang merupakan tindakan tidak terpuji.

Penelitian yang dilakukan oleh Tista Dara Ayuningtyas pada tahun

2015. Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis yaitu

menggunakan dua variabel dan subjek yang sama, namun memiliki

perbedaan lokasi penelitian yaitu penelitian ini dilakukan di Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta sedangkan penelitian yang penulis lakukan

dilakukan di UIN Sunan Ampel Surabaya. Hasil dari penelitian ini yaitu

terdapat hubungan positif antara kemandirian dengan kesiapan kerja.

(21)

Hasil dari penelitian ini yaitu terdapat hubungan positif antara

kemandirian dengan motivasi bekerja.

Penelitian yang dilakukan oleh Yosiana Nur Agusta pada tahun

2015. Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis terletak pada

salah satu variabelnya yaitu kesiapan kerja, serta pada subjek yang diteliti

yaitu sama-sama meneliti mahasiswa semester akhir. Sedangkan

perbedaan penelitian ini terdapat pada variabel lainnya, penelitian ini

menghubungkan 3 variabel yaitu orientasi masa depan, daya juang dan

kesiapan kerja, lokasi penelitian ini dilakukan di Universitas Mulawarman

Samarinda. Hasil dari penelitian ini yaitu terdapat hubungan antara

orientasi masa depan dan daya juang terhadap kesiapan kerja.

Penelitian yang dilakukan oleh Muhamad Riga Yoga Dinata pada

tahun 2013. penelitian ini memiliki persamaan pada salah satu variabel

yaitu kesiapan kerja dan subjek yang diteliti sama-sama mahasiswa

semester akhir, namun variabel bebas yang digunkan dalam penelitian ini

berbeda dengan variabel yang digunakan oleh penulis yaitu konsep diri.

Hasil dari penelitian ini yaitu terdapat peran simultan yang signifikan

antara konsep diri dan kesiapan kerja terhadap kecemasan dalam

menghadapi dunia kerja pada mahasiswa tingkat akhir.

(22)

kepercayaan diri dan kemandirian, sedangkan subjek yang diteliti juga

berbeda dalam penelitian ini mahasiswa yang diteliti adalah mahasiswa

baru. Hasil dari penelitian ini yaitu hasil analisis regresi memiliki

hubungan positif antara pola asuh dan kepercayaan diri dengan

kemandirian mahasiswa baru.

Penelitian yang dilakukan oleh Marwanti pada tahun 2006.

Penelitian ini memiliki kesamaan salah satu variabel yang diteliti yaitu

kesiapan kerja namun memiliki perbedaan pada subjek yang diteliti dalam

penelitian ini adalah mahasiswa pendidikan tata boga semester 6. Hasil

dari penelitian ini yaitu kesiapan kerja ynag ditinjau dari

soft skill

mahasiswa rata-rata pada kategori cukup.

Penelitian yang dilakukan oleh Ida Ayu Reviena Damasanti pada

tahun 2014. Penelitian ini memiliki salah satu variabel yang sama yaitu

kesiapan kerja namun memiliki perbedaan dalam subjek penelitian dan

lokasi penelitian. Hasil dari penelitian ini yaitu rekapitulasi ketiga variabel

bebas menunjukkan koefisisen korelasi parsial terbesar ada pada hubungan

motivasi kerja dengan kesiapan kerja, kemudian kompetensi keahlian

busana wanita dengan kesiapan kerja dan sikap kewirausahaan dengan

kesiapan kerja siswa.

(23)

lokasi penelitian. Hasil dari penelitian ini yaitu terdapat perbedaan

kemandirian berdasarkan tipe pola asuh orang tua.

Penelitian yang dilakukan oleh Chung-Khain wye dkk pada tahun

2012. Penelitian ini sama-sama meneliti tentang kesiapan kerja pada

mahasiswa tetapi memiliki perbedaan subjek dan lokasi penelitian.

Penelitian ini dilakukan di Universiti Tunku Abdul Rahman Malaysia

Hasil dari penelitian ini yaitu kesiapan kerja dari suatu universitas

sebagian besar dipengeruhi oleh faktor bisnis di universitas dan diikuti

oleh jenis universitas yang didatangi dan pengalaman bekerja atau

pengalaman karir selama di Universitas mereka.

Penelitian yang dilakukan oleh Goh Li Li dkk. Penelitian ini

memiliki kesamaan pada salah satu variabel yaitu kesiapan kerja namun

memiliki perbedaan pada subjek dan lokasi penelitian. Penelitian yang

dilakukan oleh Goh Li Li dkk ini dilakukan di Nanyang Technological

University di Singapore. Hasil dari penelitian ini yaitu temuan dari

penelitian ini akan memberikan pembentukan mengenai pilihan karir dan

kesiapan kerja siswa ID, ini juga memberikan setitik cahaya pada

perannya dalam pilihan karir.

(24)

penelitian. Meskipun terdapat penelitian terdahulu dengan judul yang sama

persis dengan penelitian ini namun penelitian tersebut tetap memiliki

perbedaan yaitu pada lokasi penelitian, jumlah populasi dan metode

penelitian. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Tista Dara Ayuningtyas

(2015) diteliti pada sebuah fakultas di Universitas Sanata Dharma Jogjakarta

seangkan penelitian ini dilakukan di fakultas psikologi dan kesehatan di UIN

Sunan Ampel Surabaya.

(25)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.

Kesiapan Kerja

1.

Definisi Kesiapan Kerja

Chaplin (2011: 419) menerjemahkan kesiapan sebagai tingkat

kematangan

atau

kedewasaan

yang

menguntungkan

untuk

mempraktekkan sesuatu. Sedangkan kerja secara psikologis diartikan

sebagai penyelesaian suatu tugas.

Slameto (1995: 113) mengartikan kesiapan adalah keseluruhan

kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberi respons atau

jawaban di dalam cara tertentu terhadap suatu situasi. Menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia kerja merupakan kegiatan melakukan sesuatu dan

sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah,mata pencaharian.

Menurut Hamalik (2013) kesiapan adalah tingkatan atau keadaan

yang harus dicapai dalam proses perkembangan perorangan pada

tingkatan pertumbuhan mental, fisik, sosial dan emosional.

Menurut Pool dan Sewell (2007: 277), kesiapan kerja ialah

memiliki keahlian, ilmu pengetahuan, pemahaman dan kepribadian yang

membuat seseorang bisa memilih dan merasa nyaman dengan pekerjaanya

sehingga menjadi puas dan akhirnya meraih sukses.

(26)

bukan hanya untuk mendapatkan pekerjaan, tetapi juga lebih dari itu yaitu

untuk mempertahankan suatu pekerjaan.

Kesiapan kerja juga di definisikan sebagai kemampuan dengan

sedikit atau tanpa bantuan menemukan dan menyesuaikan pekerjaan yang

dibutuhkan juga dikehendaki (Ward dan Riddle, 2002).

Menurut beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa

kesiapan kerja adalah kemampuan atau kematangan seseorang baik secara

fisik, mental, sosial dan emosional untuk memasuki dan mempertahankan

dunia pekerjaan yang dibutuhkan dan dikehendaki sesuai dengan

kemampuan diri.

2.

Aspek-aspek Kesiapan Kerja

Menurut Brady (2009: 2) aspek-aspek dari kesiapan kerja adalah

sebagai berikut :

1.

Responsibility (bertanggung jawab)

Pekerja yang bertanggung jawab datang tepat waktu dan

bekerja sampai waktu selesai. Mereka bertanggung jawab pada

peralatan dan perlengkapan, memenuhi standar kualitas kerja,

dapat mengontrol waktu dengan baik, dan menjaga kerahasiaan

kebijakan organisasi.

2.

Flexibility (keluwesan)

(27)

Mereka dapat menerima banyak perubahan dalam lingkungan

pekerjaan, baik yang diprediksi maupun yang tidak

diprediksi.Selain itu individu dituntut untuk dapat lebih aktif

dan siap untuk beradaptasi dengan perubahan pada jadwal

kerja, tugas-tugas dan jam kerja.

3.

Skills (Keterampilan)

Individu yang siap bekerja dapat menyadari akan kemampuan

dan keterampilan yang mana yang akan mereka bawa pada

situsai kerja yang baru. Mereka mampu mengidentifikasi

kemampuan mereka dan merasa mampu untuk melakukan suatu

pekerjaan. Pada saat yang sama , mereka bersedia untuk

memperoleh keterampilan baru sebagai tuntutan pekerjaan dan

berpartisipasi dalam pelatihan karyawan dan program

pendidikan berkelanjutan.

4.

Communication (Komunikasi)

Individu yang siap bekerja memiliki kemampuan komunikasi

yang

memungkinkan

mereka

untuk

berkomunikasi

interpersonal di tempat kerja. Mereka mampu menerima

perintah dan tahu bagaimana cara meminta bantuan dan

menerima pujian dan kritikan. Mereka juga dapat menghormati

dan bergaul dengan rekan kerja mereka.

(28)

Pandangan

diri

berhubungan

dengan

intrapersonal

individu,proses tentang keyakinan atas diri mereka sendiri dan

pekerjaan. Individu yang siap bekerja menyadari kemampuan

diri yang mereka miliki, penerimaan, keyakinan dan rasa

percaya diri yang ada dalam diri mereka.

6.

Healthy and Safety (Kesehatan dan keamanan diri)

Individu yang siap bekerja siap menjaga kebersihan diri dan

melakukan perawatan. Mereka selalu sehat secara fisik maupun

mental. Mereka selalu bergerak dengan gesit dan mengikuti

prosedur

keselamatan

saat

menggunakan

alat

dan

mengoperasikan

mesin.

Ketika

dibutuhkan

mereka

menggunakan perlengkapan dan baju keselamatan. Mereka juga

selalu mematuhi peraturan kerja dengan tidak merokok dan

bebas dari narkoba.

Sedangkan menurut Pool dan Sewell (2007) menyatakan bahwa

secara keseluruhan kesiapan kerja terdiri dari empat aspek yaitu:

(29)

b.

Ilmu pengetahuan, yang menjadikan pendidikan sebagai

dasarsecara teoritis sehingga memiliki kemampuan untuk

menjadi ahli sesuai dengan bidangnya. Sebagai calon sarjana

harus memiliki wawasan dan pengetahuan yang luas.

c.

Pemahaman,kemampuan seseorang untuk mengerti atau

memahami sesuatu yang telah diketahui dan diingat, sehingga

pekerjaannnya bisa dilakukan dan diperoleh kepuasan sekaligus

mengetahui apa yang menjadi keinginannya. Memahami

pengetahuan yang telah dipelajari, menentukan, memperkirakan

dan memepersiapkan yang akan terjadi dan mampu mengambil

keputusan.

d.

Atribut

kepribadian,

mendorong

seseorang

dalam

memunculkan potensi yang ada dalam diri. Kepribadian dalam

lingkup sarjana adalah etika kerja, bertanggung jawab,

semangat berusaha, manajemen waktu, memiliki kemampuan

berpikir kritis, berkomunikasi dan mampu bekerja sama.

(30)

3.

Faktor-faktor Kesiapan Kerja

Menurut Kartono (1985), faktor-faktor yang mempengaruhi

kesiapan kerja yaitu :

1.

Kecerdasan

Kecerdasan memegang peran penting dalam berhasil atau

tidaknya seseorang melaksanakan tugas-tugasnya.

2.

Ketrampilan dan Kecakapan

Untuk berhasil dalam usaha, kerja, atau kehidupan kita tidak

perlu meniru-niru, karena kita melihat banyak orang berhasil

dalam hidupnya di berbagai macam bidang. Sebab keterampilan

dan kecakapan berbeda-beda.

3.

Bakat

Langkah pertama yang perlu dilakukan sebelum kita

mempunyai

pekerjaan

atau

meneruskan

belajar

ialah

menemukan bakat yang ada dalam diri sendiri dan

mempraktekkannya.

4.

Kemampuan dan minat

Kita harus mengetahui apakah kemampuan dan minat kita

cocok dengan pekerjaan yang kita masuki.

5.

Motivasi

(31)

6.

Kesehatan

Kesehatan sangat membantu proses kerja seseorang dalam

menyelesaikan segala tugas-tugasnya.

7.

Kebutuhan Psikologis

Hal ini berhubungan dengan kehidupan emosional seseorang.

8.

Kepribadian

Pribadi

yang berhasil

yaitu bila seseorang sanggup

berhubungan baik serta dapat menyesuaikan diri dengan

lingkungannya serta kenyataan hidup secara wajar dan efektif,

juga dapat memeperoleh rasa puas atas hasil yang telah

dicapainya. Salah satu unsur kepribadian yang dianggap

penting dalam kehidupan manusia adalah kemandirian.

Kemandirian merupakan salah satu faktor kepribadian yang

dipengaruhi oleh faktor-faktor kodrati yang berupa umur dan

jenis kelamin. Selain itu, dipengaruhi oleh faktor-faktor

lingkungan seperti pola asuh dan pendidikan ibu.

9.

Cita-cita dan tujuan dalam bekerja

(32)

Keadaan rumah dapat mempengaruhi berhasil tidaknya

seseorang yang sedang bekerja. Anggota keluarga yang

mendukung kerja seseorang turut membantu secara mental dan

spiritual untuk berhasilnya seseorang dalam karirnya.

11. Lingkungan dunia kerja

Situasi kerja sangat mempengaruhi keadaan diri pekerja, karena

setiap kali seseorang bekerja maka ia pun harus memasuki

situasi kerja tersebut. Macam-macam lingkungan tempat kerja

atau situasi kerja yaitu :

a.

Rasa aman dalam pekerjaannya

b.

Kesempatan mendapatkan kemajuan

c.

Rekan sekerja

d.

Hubungan dengan pimpinan

e.

Gaji

(33)

besar kemungkinanya ia tidak akan mengalami kesulitan untuk

menyesuaikan diri dengan lingkungan pada umumnya dan khususnya

lingkungan kerja. Menurut Masrun (1986) salah satu unsur kepribadian

yang dianggap penting dalam kehidupan manusia adlah kemandirian.

Kemandirian secara psikologis dianggap penting karena seseorang

berusaha untuk menyesuaikan diri secara aktif dengan lingkungannya.

4.

Ciri-ciri Kesiapan Kerja

Mempersiapkan diri dalam memasuki dunia kerja diperlukan suatu

kesiapan yang matang dalam diri mahasiswa itu sendiri, terutama

menyangkut ciri-ciri yang berhubungan dengan diri mahasiswa. Menurut

Anoraga (2009) ciri-ciri kesiapan kerja sebagai berikut :

a.

Memiliki Motivasi

Dalam pengertian umum, motivasi dikatakan sebagai

kebutuhan yang mendorong perbuatan ke arah suatu tujuan

tertentu. Jadi motivasi kerja adalah suatu yang menimbulkan

semangat atau dorongan kerja. Kuat lemahnya motivasi kerja

seorang tenaga kerja menentukan besar kecilnya prestasinya.

b.

Memiliki kesungguhan dan keseriusan

(34)

adanya kesungguhan, supaya pekerjaanya berjalan dan selesai

sesuai dengan target yang diinginkan.

c.

Memiliki keterampilan yang cukup

Keterampilan diartikan cakap atau cekatan dalam mengerjakan

sesuatu atau penguasaan individu terhadap suatu perbuatan.

Jadi untuk memasuki pekerjaan sangat dibutuhkan suatu

keterampilan sesuai dengan pekerjaan yang dipilihnya, yaitu

keterampilan dalam mengambil keputusan sendiri tanpa

pengaruh dari orang lain dengan alternatif-alternatif yang akan

dipilih.

d.

Memiliki kedisiplinan

Disiplin adalah suatu sikap, perbuatan untuk selalu tertib

terhadap suatu tata tertib. Jadi untuk memasuki suatu pekerjaan

sikap disiplin sangat diperlukan demi peningkatan prestasi

kerja. Seorang pekerja yang disiplin tinggi, masuk kerja tepat

pada waktunya, semikian juga pulang pada waktunya dan selalu

taat pada tata tertib.

(35)

B.

Kemandirian

1.

Definisi Kemandirian

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kemandirian adalah hal

atau keadaan dapat berdiri sendiri tanpa bergantung pada orang lain.

Sedangkan menurut Ali dan Asrori Kemandirian merupakan suatu

kekuatan internal individu yang diperoleh melalui proses individuasi.

Proses individuasi itu adalah proses realisasi kedirian dan proses menuju

kesempurnaan (Ali dan Asrori, 2006).

Menurut Steinberg dan silverbeg (1986) kemandirian adalah

kemampuan untuk menahan tekanan teman sebaya dan orang tua, terlepas

untuk mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain, mampu berpikir dan

bertindak original, kreatif dan penuh inisiatif, mampu mengatasi masalah

yang dihadapi, mampu mempengaruhi lingkungan, mempunyai rasa

percaya diri terhadap kemampuan diri sendiri dan memperoleh kepuasan

dari usahanya.

Menurut Santosa dan Marheni (2013) kemandirian adalah suatu

sikap individu yang mampu berdiri sendiri tanpa terlalu bergantung pada

orang-orang disekitarnya terutama pada orangtua serta mampu dalam

memilih dan menentukan pilihan sendiri sesuai yang diinginkannya.

(36)

untuk mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain, mampu berpikir dan

bertindak original, kreatif dan penuh inisiatif, mampu mengatasi masalah

yang dihadapi, mampu mempengaruhi lingkungan, mempunyai rasa

percaya terhadap kemampuan diri sendiri dan memperoleh kepuasan dari

usahanya.

Menurut Monk (2006), orang yang mandiri memperlihatkan

perilaku yang eksploratif, mampu mengambil keputusan, percaya diri dan

kreatif selain itu juga mampu bertindak kritis, bertanggung jawab

terhadap apa yang telah dilakukan, tidak takut berbuat sesuatu,

mempunyai

kepuasan

dalam

melakukan

aktivitasnya,

mampu

membebaskan diri dari perlindungan orang tua dan mampu menerima

realitas kehidupan.

(37)

2.

Aspek-aspek Kemandirian

Lima aspek utama kemandirian menurut Masrun dkk (1986) yaitu :

a.

Bebas

Ditunjukkan dengan tindakan yang dilakukan atas kehendak sendiri,

bukan karena orang lain dan tidak tergantung pada orang lain.

b.

Progresif dan Ulet

Ditunjukkan dengan adanya usaha untuk mengejar prestasi, penuh

ketekunan, merencanakan serta mewujudkan harapan-harapannya.

c.

Inisiatif

Kemampuan untuk berpikir dan bertindak secara original,kreatif dan

penuh inisiatif.

d.

Pengendalian dalam diri

Perasaan mampu untuk mengatasi masalah yang dihadapi,

kemampuan untuk mengandalikan tindakannya serta kemampuan

mempengaruhi lingkungan atas usahanya sendiri.

e.

Kemantapan diri

Rasa percaya terhadap kemampuan diri sendiri, menerima dirinya dan

memperoleh kepuasan dari usahanya.

(38)

3.

Dampak Kemandirian

Menurut Steinberg (2002) dampak dari kemandirian bagi

seseorang adalah sebagai berikut :

a.

Mampu bersaing dengan orang lain

b.

Dapat mengambil keputusan sendiri

c.

Mampu berusaha sendiri menyelesaikan masalahnya

d.

Tidak terombang-ambing oleh derasnya informasi yang diterima

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

kemandirian yang terdapat pada manusia akan berdampak pada kehidupan

dan memeprmudah proses yang akan dijalani oleh manusia tersebu. Pada

calon sarjana yang akan bekerja dampak tersebut tentu saja memudahkan

calon sarjan tersebut untuk memutuskan karir yang akan mereka jalani

setelah lulus dari sebuah perguruan tinggi.

4.

Ciri-ciri Kemandirian

Menurut Parker (2006) pribadi yang mandiri memiliki ciri-ciri

sebagai berikut :

a.

Tanggung jawab berarti memiliki tugas untuk menyelesaikan sesuatu

dan diminta hasil pertanggungjawaban atas hasil kerjanya

(39)

c.

Otonomi dan kebebasan untuk menentukan keputusan sendiri, berarti

mampu untuk mengendalikan atau mempengaruhi apa yang akan

terjadi kepada dirinya sendiri.

d.

Keterampilan memecahkan masalah, dengan dukungan dan arahan

yang memadai, individu akan terdorong untuk mencapai jalan keluar

bagi persoalan-persoalan praktis relasional mereka sendiri.

5.

Karakteristik Perilaku Mandiri

Menurut Suharman (2012) seseorang dapat diaktakan mandiri

apabila memiliki karakteristik sebagai berikut :

1.

Mengambil inisiatif untuk bertindak

Orang yang mandiri memiliki kecenderungan untuk mengambil

inisiatif (prakarsa) sendiri di dalam memikirkan sesuatu dan

melakukan tindakan tanpa terlebih dahulu harus diperintah, disuruh,

diingatkan atau dianjurkan orang lain. Dengan kata lain, orang yang

mandiri menyadari sesuatu yang penti9ng dan apa yang menajdi tugas

dan tanggung juawabnya, kemudian melaksanakannya atas kemauan

sendiri, tanpa paksaan atau menunggu perintah dari orang lain.

2.

Mengendalikan aktivitas yang dilakukan

(40)

melaksanakan tugas pekerjaan dengan urusan keluarga, atau antara

kapan suatu pekerjaan harus dimulai, dilanjutkan kemudian harus

berhenti, dan kapan pula pekerjaan itu dimulai kembali sampai selesai.

Semua itu dilakukan atas kemauan sendiri, tanpa terlebih dahulu

diingatkan atau dipaksa orang lain untuk melakukannya. Juga, orang

yang

mandiri

tidak

terikat

orang

lain

dalam

melakukan

kegiatan.Misalnya, jika ingin menyelesaikan pekerjaan sekarang, ia

akan melakukannya meski teman yang lain belum mengerjakan.

3.

Memberdayakan Kemampuan yang dimiliki

Orang mandiri cenderung mempercayai dan memanfaatkan secara

maksimal

kemampuan-kemampuan

yang

dimiliki

di

dalam

menjalankan tugas,mengambil keputusan atau memecahkan masalah,

tanpa banyak berharap pada bantuan atau pertolongan orang lain.

Misalnya, ketika menyelesaikan tugas, bahkan menghadapi tugas baru

yang sulit, orang yang mndiri berusaha keras (mencoba) untuk dapat

melakukannya sendiri. Ia tidak mudah menyerah pada tugas itu dan

segera meminta bantuan pada orang lain sebelum mencoba melakukan

sendiri terlebih dulu secara sungguh-sungguh. Juga, ketika menemui

kendala dalam bertugas, orang yang mandiri berusaha untuk

mengatasi sendiri. Setelah berusaha namun tetap gagal, dengan

terpaksa ia meminta bantuan pada orang lain.

(41)

Orang yang mandiri tentu menghargai atau merasa puas atas apa

yang telah dikerjakan atau dihasilkan sendiri, termasuk karya-karya

sederhana sekalipun. Hal ini disebabkan orang tersebut telah

memberdayakan sejumlah kemampuan yang dimiliki baik berupa

tenaga maupun pikiran, bahkan sejumlah materi tanpa melibatkan

bantuan dari orang lain di dalam proses bekerja. Secara psikologis

dapat dikatakan bahwa kepuasan seseorang terhadap hasil kerja atau

karya sendiri sebanding dengan seberapa besar usaha yang dilakukan.

Makin besar usaha dan makin sulit suatu tugas atau pekerjaan, maka

makin tinggi kepuasan yang ditimbulkan sesudahnya.

C.

Mahasiswa Semester Akhir

Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI nomor 60 tahun 1999 tentang

perguruan tinggi, disebutkan bahwa mahasiswa adalah peserta didik yang

terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu. Pada umumnya, mahasiswa

memasuki semester akhir yaitu ketika mahasiswa telah memasuki semester 8

keatas atau sedang mengerjakan tugas akhir.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mahasiswa adalah peserta

didik yang belajar di perguruan tinggi. Mahasiswa menurut Rachmana (dalam

Dinata, 2013) adalah seseorang yang berusia mulai 18 sampai 23 tahun.

(42)

kedewasaan seseorang harus beralih dari ketergantungn terhadap orang tua,

mulai mengambil tanggung jawab dalam keluarga dan komunitas, mampu

merencanakan masa depan dan mengambil langkah yang tepat dalam

menggapainya, dan memperoleh kemampuan-kemampuan yang dibutuhkan

untuk berhasil dalam transisi menuju kedewasaan.

Mahasiswa semester akhir berada pada masa dewasa awal. Masa

dewasa awal biasanya dimulai pada akhir usia belasan atau permulaan usia 20

tahunan dan berlangsung hingga usia 30tahun (Santrock,2003). Menurut

Papalia dan Olds dewasa awal adalah jenjang usia dimana tahap

perkemabngan seseorang sedang berada apda puncaknya. Peningktatan yang

terjadi dimanifestasikan melalui berbagai macam hal, seperti sosialisasi yang

luas, penelitian karir, semangat hidup yang tinggi, perencanaan yang jauh ke

depan dan sebagainya. Berbagai keputusan penting yang mempengaruhi

kesehatan, karir, dan hubungan antar pribadi diambil pada masa dewasa awal.

Masa perkembangan dewasa muda ditandai dengan adanya keinginan

untuk mengaktualisasikan segala ide pemikiran yang dimatangkan selama

mengikuti pendidikan tinggi (universitas atau akademi). Mereka bersemangat

untuk meraih tingkat kehidupan ekonomi yang tinggi. Segala daya upaya

yang berorientasi untuk mencapai keberhasilan akan selalu ditempuh dan

diikuti, sebab dengan keberhasilan, ia akan meningkatkan harkat dan martabat

hidup di mata orang lain (Dariyo, 2003)

(43)

seorang individu akan siap untuk menerapkan keahlian itu dalam pekerjaan

(Dariyo, 2003).

D.

Hubungan Kemandirian Dan Kesiapan Kerja

Berdasarkan perkembangannya mahasiswa semester akhir berada pada

masa dewasa awal, menurut Hurlock (1990) tugas perkembangan masa

dewasa awal merupakan masa peralihan dari ketergantungan ke masa

kemandirian baik dari segi ekonomi, kebebasan menentukan diri sendiri dan

pandangan tentang masa depan yang lebih realistis.

(44)

Mahasiswa semester akhir merupakan calon sarjana yang akan

memasuki dunia kerja. Ketika individu memasuki sebuah pekerjaan untuk

pertama kalinya, mereka mungkin dihadapkan pada masalah dan kondisi yang

tidak mereka antisipasi sebelumnya (Santrock, 2002). Kemandirian memiliki

dampak positif bagi dewasa awal yaitu mampu membuat keputusannya

sendiri dan dapat bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya (Ardini,

2012).

Berdasarkan penjelasan diatas menunjukkan bahwa kemandirian yang

dimiliki individu mendukung juga kesiapan individu tersebut dalam

menghadapi dunia kerja, pada mahasiswa akhir kemandirian yang dimilikinya

dapat membantunya membuat keputusan dan merencanakan pekerjaan untuk

masa depan mereka. Individu yang mandiri tidak akan bergantung kepada

orang lain terutama kepada orang tua mereka, secara ekonomi individu yang

mandiri akan berusaha untuk mendapatkan pekerjaan setelah menjadi sarjana

dan tidak menggantungkan kebutuhannya pada orang tua mereka. Selain itu

saat dihadapkan pada dunia kerja individu yang mandiri akan mampu

beradaptasi dengan baik, bertanggung jawab atas pekerjaanya, dan percaya

diri dalam mengambil keputusan tanpa bergantung pada orang lain.

E.

Kerangka Teoritis

(45)

memungkinkan seseorang untuk berbuat bebas, melakukan sesuatu atas

dorongan diri sendiri untuk kebutuhan sendiri, mengejar prestasi, penuh

ketekunan serta berkeinginan melakukan sesuatu tanpa bantuan orang lain.

Mampu berfikir dan bertindak original, kreatif dan penuh inisiatif, mampu

mempengaruhi lingkungannya, mempunyai rasa percaya diri terhadap

kemampuan diri sendiri, menghargai diri sendiri dan memperoleh kepuasan

dari usahanya.

Sedangkan kesiapan kerja didefinisikan sebagai kemampuan dengan

sedikit atau tanpa bantuan menemukan dan menyesuaikan pekerjaan yang

dibutuhkan juga dikehendaki (Ward & Riddle, 2002). Selanjutnya menurut

Ward & Riddle, individu yang siap bekerja diartikan sebagai individu yang

dapat menyesuaikan diri terhadap budaya kerja yang baru, mengetahui

keterampilan yang dimiliki, mengetahui dengan benar apa yang diinginkan

dan kapasitas untuk mempelajari sesuatu yang baru. Individu dapat berbaur

dengan orang lain, memiliki fleksibilitas untuk beradaptasi dengan

perubahan, mengerti apa yang menjadi harapan dalam hidup, mengerti apa

yang menjadi harapan orang lain dan harapan dalam pekerjaan.

(46)

Kemandirian mahasiswa semester akhir berkontribusi dalam menghadapi

dunia kerja dengan kondisi apapun (Ayuningtyas, 2015).

(47)

Gambar 1 : Bagan Kerangka Teoritik

F.

Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap tujuan penelitian

yang diturunkan dari kerangka teori. Berdasarkan kerangka teori yang telah

disusun diatas maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini

yaitu :

“Terdapat Hubungan Antara Kemandi

rian dengan Kesiapan Kerja Pada

(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.

Variabel Dan Definisi Operasional

1.

Variabel

Variabel adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi

tentang hal tersebut dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

1999). Dalam penelitian ini variabel yang digunakan ada 2 yaitu variabel

dependen (terikat) dan variabel independen (bebas), variabel dependen

(terikat) adalah variabel yang menjadi perhatian utama dalam sebuah

pengamatan, dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya

variabel bebas. Sedangkan variabel independen (bebas) adalah variabel

yang dapat mempengaruhi perubahan dalam variabel dependen dan

mempunyai hubungan yang positif ataupun yang negatif bagi variabel

dependen lainnya (Kuncoro, 2009).

Variabel dalam penelitian ini yaitu :

a.

Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kemandirian

b.

Variabel Terikat

(49)

2.

Definisi Operasional

a.

Kemandirian

Kemandirian secara umum didefinisikan sebagai kemampuan

seseorang untuk dapat mengambil keputusan sendiri tanpa bantuan

orang lain, berpikir dan bertindak atas kemauan sendiri, memilih dan

menentukan pilihan sendiri, percaya pada kemampuannya sendiri, dan

bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya.

Kemandirian diukur dengan skala kemandirian berdasarkan

dimensi yang dikemukakan oleh Masrun dkk (1986) yaitu Bebas,

Progresif, Inisiatif, Pengendalian dalam diri, Kemantapan diri. Dalam

pengukurannya semakin tinggi nilai maka semakin tinggi pula

kemandiriannya yang artinya individu tersebut memiliki kemandirian

yang tinggi, begitu pula sebaliknya semakin rendah nilai maka

semakin rendah pula kemandiriannya yang artinya kemandirian

individu tersebut rendah.

b.

Kesiapan Kerja

Kesiapan kerja adalah kemampuan atau kematangan seseorang

baik secara fisik, mental, sosial dan emosional untuk memasuki dan

mempertahankan dunia pekerjaan yang dibutuhkan dan dikehendaki

sesuai dengan kemampuan diri.

(50)

(Keluwesan), Skills

(Keterampilan), Communication

(Komunikasi),

Self-view

(Pandangan diri), dan

Healthy and Safety

(Kesehatan dan

Keamanan).

Semakin tinggi skor maka semakin tinggi pula kesiapan

kerja sedangkan semakin rendah skor maka semakin rendah pula

kesiapan kerja mahasiswa semester akhir.

B.

Populasi, Sampel Dan Teknik Sampling

1.

Populasi

Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh mahasiswa yang berada

pada tingkat semester akhir atau semester 8 dari Fakultas Psikologi dan

Kesehatan di UIN Sunan Ampel Surabaya yang berjumlah 110 orang.

Mengingat keterbatasan peneliti untuk menjangkau seluruh

populasi, karena jumlah populasi terlalu besar dan peneliti tidak mungkin

mempelajari semua yang ada pada populasi, karena keterbatasan dana,

tenaga dan waktu.

2.

Sampel

(51)

diperoleh jumlah sampel sebanyak 84 orang (Anshori dkk, 2002). Tabel

tersebut dapat dilihat pada lampiran (hal, 122).

3.

Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah teknik

Simple Random Sampling, dikatakan

simple (sederhana)

karena pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa

memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.

C.

Teknik Pengumpulan Data

.

Teknik dalam penelitian ini yaitu menggunakan skala dan angket. Skala

adalah daftar yang berisi pertanyaan atas pernyataan yang diberikan kepada

subyek untuk mengungkap kondisi-kondisi yang ada pada diri subyek yang

ingin diketahui, sedangkan angket adalah daftar yang berisi pertanyaan atau

pernyataan yang diberikan pada subyek untuk mengungkap data faktual atau

yang dianggap fakta dan yang diketahui oleh subyek (Azwar, 1999).

Skala dalam penelitian ini menggunakan skala yang telah

dikembangkan oleh peneliti terdahulu yaitu Tista Dara Ayuningtyas (2015).

Terdapat 2 skala yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

a.

Skala Kemandirian

(52)

(Sangat Tidak Setuju), TS (Tidak Setuju), S (Setuju), SS (Sangat

Setuju).

Kategori penilaian untuk masing-masing aitem

Favourable

yaitu nilai 4 untuk SS (Sangat Setuju), nilai 3 untuk S (Setuju), nilai

2 untuk TS (Tidak Setuju), nilai 1 untuk STS (Sangat Tidak

Setuju).begitu pula sebaliknya kategori penilaian untuk aitem

Unfavourable yaitu nilai 1 untuk SS (Sangat Setuju), nilai 2 untuk S

(Setuju), nilai 3 untuk TS (Tidak Setuju), nilai 4 untuk STS (Sangat

Tidak Setuju).

Tabel 1 :

Blue Print

Skala Kemandirian

No

Dimensi

Aitem

Jum

lah

%

F

UF

1

Bebas

27,31,36

35

4

10 %

2

Progresif & Ulet

3,9,12,14

37,38,39

7

18 %

3

Inisiatif

8,18,

24,25,26,28

1, 5,7,20,32, 11

28 %

4

Pengendalian Dalam

Diri

6,13,33

2,15,16,30

7

18 %

5

Kemantapan Diri

4,10,11,17,

19,23

21,22,29,34

10

26 %

(53)

Dimana skala kemandirian tersebut memiliki nilai Alpha

Cronbach sebesar 0,879. Hal ini menunjukkan bahwa skala

Kemandirian dapat dikatakan reliabel.

b.

Skala Kesiapan Kerja

Kesiapan kerja diukur dengan menggunakan skala kesiapan

kerja. Skala kesiapan kerja disusun berdasarkan aspek-aspek

kesiapan kerja yang meliputi

Responsibility

(Tanggung jawab) ,

Flexibility

(Keluwesan), Skills

(Keterampilan), Communication

(Komunikasi), Self-view

(Pandangan diri), dan

Healthy and Safety

(Kesehatan dan Keamanan).

Skala kemandirian ini terdiri dari 4

pilihan jawaban yaitu STS (Sangat Tidak Setuju), TS (Tidak

Setuju), S (Setuju), SS (Sangat Setuju).

(54)

Tabel 2 :

Blue Print

Kesiapan Kerja

No

Aspek

Aitem

Jumlah

%

F

UF

1

Responsibility

(Bertanggung Jawab)

4,15,18,36

8,11,34

7

19 %

2

Flexibility

(Luwes)

19,31

2,16

4

11 %

3

Skills

(Keterampilan)

9, 21,32

5,7,12

6

16 %

4

Communication

(Komunikasi)

13,14,22,

25

1,3,26,30

8

22 %

5

Self-view

(Pandangan diri)

10,24,33,37

20,27

6

16 %

6

Healthy and Safety

(Kesehatan dan Keamanan)

17,23,35

6,28,29

6

16 %

Total

20

17

37

100

%

(55)

D.

Validitas Dan Reliabilitas Data

a.

Validitas

Validitas alat ukur adalah sejauh mana alat ukur tersebut

menghasilkan data yang akurat sesuai dengan tujuan ukurnya. Alat ukur

yang disusun berdasarkan kawasan ukur yang teridentifikasi dengan baik

dan dibatasi dengan jelas secara teoritik akan valid. Meskipun begitu

pembuktian empiris mengenai validitas alat ukur masih harus dilakukan

(Azwar, 1999).

Standar pengukuran yang digunakan untuk menentukan validitas

aitem berdasarkan pendapat Azwar (2007) bahwa suatu aitem dikatakan

valid apabila memiliki indeks daya beda baik

≥ 0, 30.

Apabila jumlah

aitem yang valid ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan,

maka dapat menurunkan sedikit kriteria dari 0,30 menjadi 0,25 atau 0,20.

Adapun standar yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah 0,30.

1.

Skala Kemandirian

(56)

Tabel 3 : Blue Print Aitem Valid Skala Kemandirian

No

Dimensi

Aitem

Jumlah

F

UF

1

Bebas

27

1

2

Progresif & Ulet

3,9,12,14

37

5

3

Inisiatif

8, 24,26,28

20,32,

6

4

Pengendalian Dalam

Diri

6,13,33

2,15,30

6

5

Kemantapan Diri

10,11, 19

21,22

5

Total

15

8

24

2.

Skala Kesiapan Kerja

(57)

Tabel 4 : Blue Print Aitem Valid Skala Kesiapan Kerja

No

Aspek

Aitem

Jumlah

F

UF

1

Responsibility

(Bertanggung Jawab)

4,15,18,36

11,34

6

2

Flexibility

(Luwes)

19,31

2

3

Skills

(Keterampilan)

9, 21,32

5,7,12

6

4

Communication

(Komunikasi)

13,25

30

3

5

Self-view

(Pandangan diri)

10,24,33,37

20

5

6

Healthy and Safety

(Kesehatan dan Keamanan)

6

1

Total

15

8

23

b.

Reliabilitas

(58)

pengukuran ulang pada subyek yang sama (Azwar, 1997). Reliabilitas

sering disamakan dengan konsistensi, kestabilan dan keajegan.

Reliabilitas alat ukur diuji dengan menggunakan teknik

alpha

cronbach. Disamping itu hasil perhitungan reliabilitas skala dan angket

akan dilibatkan berdasarkan indeks reliabilitas aitem karena memiliki

berupa peningkatan reliabilitas skala dan angket secara keseluruhan.

Apabila reliabilitas skala dan angket secara keseluruhan sudah

memuaskan, maka pemilihan aitem dapat didasarkan pada koefisien

korelasi aitem total saja (Azwar, 1997).

Dalam aplikasinya, reliabilitas dinyatakan oleh koefisien

reliabilitas yang angkanya berada dalam rentang 0 sampai 1,00. Semakin

tinggi koefisien reliabilitas mendekati 1,00 berarti semakin tinggi

reliabilitasnya.

Hasil pengujian reliabilitas pada skala kemandirian diperoleh nilai

koefisien reliabilitas sebesar 0,847 dapat dikatakan bahwa skala

kemandirian ini memiliki reliabilitas yang tergolong tinggi. Sedangkan

hasil pengujian reliabilitas pada skala kesiapan kerja diperoleh nilai

koefisien reliabilitas sebesar 0,802 dapat dikatakan bahwa skala kesiapan

kerja ini memiliki reliabilitas yang tergolong tinggi.

E.

Analisis Data

(59)

dari Pearson. Alasan digunakan teknik ini adalah karena analisis

Product

Moment merupakan korelasi yang dapat dipakai untuk menguji hubungan

antara dua variabel, yaitu menguji hubungan antara kemandirian dengan

kesiapan kerja. Analisis data ini akan dilakukan dengan bantuan program

komputer SPSS 16.0.

F.

Uji Prasyarat

1.

Uji Normalitas

Uji normalitas sebaran dilakukan untuk mengetahui apakah data

yang diperoleh dari setiap variabel penelitian bervariasi atau berdistribusi

secara normal atau tidak. Pengujian normalitas data ini dilakukan dengan

menggunakan uji

komolgorov-Smirnov dengan bantuan program SPSS

16.0. for windows. Kaidah yang digunakan untuk menguji normalitas data

dengan menggunakan rumus Kolmogorov-Smirnov dan Shaphiro-Wilk

adalah jika taraf signifikansi (significance level) < 0,05, maka data

berdistribusi normal. Sebaliknya jika taraf signifikansi (significance level)

> 0,05, maka data berdistribusi tidak normal.

[image:59.595.117.512.234.540.2]

Hasil uji normalitas dari kedua variabel dapat dilihat pada tabel

sebagai berikut :

Tabel 5 : Hasil Uji Normalitas Skala Kesiapan Kerja

Tes Normalitas

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistik df Sig. Statistic df Sig.

(60)

Berdasarkan uji normalitas data menggunakan rumus

Kolmogorov-Smirnov dan Saphiro-Wilk pada skala kesiapan kerja tersebut di atas,

untuk rumus Kolmogorov-Smirnov diperoleh harga statistic = 0,158,

dengan derajat kebebasan df = 84, dan nilai signifikansi sebesar 0,000 <

0,05, berarti sebaran data adalah normal. Begitu juga untuk rumus

Saphiro-Wilk diperoleh harga statistic = 0,920, dengan derajat kebebasan

df = 84, dan nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05, berarti sebaran data

adalah normal.

Tabel 6 : Tabel Hasil Uji Normalitas Skala Kemandirian

Tes Normalitas

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistik Df Sig. Statistik df Sig.

Kemandirian .165 84 .000 .916 84 .000

(61)

2.

Uji Linearitas

Uji linieritas dilakukan untuk menguji apakah pola sebaran variabel

X dan Y membentuk garis linear atau tidak. Uji liniearitas dalam

penelitian ini menggunakan uji F. Untuk menguji linearitas tersebut,

digunakan program SPSS 16.0.

for windows.

Kaidah yang digunakan

untuk menguji linieritas hubungan adalah jika signifikansi < 0,05 maka

hubungannya adalah linier, sebaliknya jika signifikansi > 0,05 maka

hubungannya adalah tidak linier.

Hasil uji linieritas pada kedua variabel dapat dilihat pada tabel,

sebagai berikut :

Tabel 7 : Hasil Uji Linieritas

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .371a .138 .127 7.25995 1.883

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regresi 690.737 1 690.737 13.105 .001a

Residual 4321.966 82 52.707

Total 5012.702 83

a. Predictors: (Constant), kemandirian

(62)
(63)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.

Hasil Penelitian

1.

Profil Fakultas Psikologi dan Kesehatan

Fakultas Psikologi dan Kesehatan merupakan salah satu Fakultas

yang ada di UIN Sunan Ampel Surabaya. Fakultas ini berada di bawah

naungan Universitas yang terletak di Jl. Ahmad Yani nomer 117

Surabaya. Pada semester delapan (8) terdapat 110 mahasiswa.

Visi dari fakultas Psikologi dan Kesehatan adalah menjadi program

studi psikologi yang unggul , kompetitif dan bertaraf internasional

berdasarkan nilai

nilai keislaman.

(64)

2.

Deskripsi Subjek

Subjek yang digunakan dalam penelitian ini yaitu terdiri dari 84

orang yang seluruhnya merupakan mahasiswa yang sedang menempuh

semester akhir atau angkatan 2012 yang masih aktif dan terdaftar di

bagian akademik Fakultas Psikologi dan Kesehatan UIN Sunan Ampel

Surabaya.

(65)

operasionalkan ke dalam bentuk-bentuk yang lebih konkrit, yaitu

dirumuskan dalam bentuk aspek-aspek yang melahirkan berbagai

indikator.

Selanjutnya

komponen-komponen

atribut

dan

aspek-aspek

disajikan sebagai bagian dari blue print

skala psikologi. Blue print inilah

yang nantinya akan dijadikan sebagai acuan dalam penulisan aitem-aitem.

3.

Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilakukan pada tanggal 29 Juli 2016-02 Agustus 2016

untuk pengambilan data terhadap para mahasiswa dengan menggunakan

skala

Likert.

Pengambilan data dilakukan dengan membagikan skala

kemandirian dan skala kesiapan kerja kepada mahasiswa semester akhir.

Penyebaran skala dilakukan dengan cara mendatangi subjek dengan

kriteria yang sesuai yaitu mahasiswa yang sedang menempuh semester

akhir. Subjek yang diteliti dalam penelitian ini berjumlah 84 orang.

4.

Pengujian Hipotesis

(66)

varian (s), skor minimum (Xmin) dan skor maksimal (Xmaks) serta

statistik lain yang dirasa perlu (Azwar, 2009).

a.

Uji Hipotesis

Teknik uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknik

analisis koefisien korelasi Pearson dalam program SPSS 16.0

for

windows. Jika nilai signifikansi < 0,05 maka terjadi hubungan yang

signifikan, sedangkan jika signifikan > 0,05 maka tidak ada hubungan

yang signifikan Hasil penghitungan uji hipotesis dapat dilihat pada

tabel, sebagai berikut :

Tabel 8 : Tabel Hasil Uji Hipotesis

Korelasi

kesiapankerja kemandirian

kesiapankerja Pearson Correlation 1 .371**

Sig. (2-tailed) .001

N 84 84

Kemandirian Pearson Correlation .371** 1

Sig. (2-tailed) .001

N 84 84

(67)

sebaiknya semakin rendah kemandirian seseorang maka semakin

rendah pula kesipan kerjanya.

B.

Pembahasan

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 84 orang mahasiswa

semester akhir di Fakultas Psikologi dan Kesehatan UIN Sunan Ampel

Surabaya menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara

kemandirian dengan kesiapan kerja. Hal ini menunjukkan adanya

hubungan yang sangat erat antara kemandirian dengan kesiapan kerja.

Arah hubungan yang positif menunjukkan semakin tinggi kemandirian

pada mahasiswa maka semakin tinggi pula kesiapan kerja mereka. Begitu

pula sebaliknya, semakin rendah kemandirian pada mahasiswa maka akan

semakin rendah pula kesiapan kerjanya. Seorang mahasiswa yang mandiri

mampu menyelesaikan tugas dan membuat keputusan untuk masa

depannya tanpa bantuan orang lain atau atas inisiatifnya sendiri hal

tersebut tentu berpengaruh terhadap kesiapan kerja mahasiswa tersebut

setelah ia menjadi sarjana.

(68)

terbentuk pada diri individu membantu individu dalam mengambil

keputusan, bertanggung jawab terhadap apa yang telah dilakukan, dan

tidak tergantung pada orang lain.

Dalam pencapaian kemandirian, suatu hal yang paling diakui

sebagai tanda memasuki masa dewasa adalah ketika seseorang

memperoleh pekerjaanya. Hal ini biasanya terjadi pada saat seseorang

menyelesaikan sekolah menengah atas dan dari universitas. Ketika

individu memasuki sebuah pekerjaan untuk pertama kalinya, mereka

mungkin dihdapakan pada masalah dan kondisi yang tidak mereka

antisipasi sebelumnya (Santrock, 2002). Bila seseorang memiliki

kemandirian yang tinggi, besar kemungkinannya ia tidak akan mengalami

kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan pada umumnya dan

khusunya dengan lingkungan kerja (Kartono,1985).

(69)

Diperkuat dengan pernyataan Pool dan Sewell yang mengutarakan

bahwa kesiapan kerja ialah memiliki keahlian, ilmu pengetahuan,

pemahaman dan kepribadian yang membuat seseorang bisa memilih dan

merasa nyaman dengan pekerjaannya sehingga menjadi puas dan akhirnya

meraih sukses (dalam Ayuningtyas, 2015).

(70)

BAB V

PENUTUP

A.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara kemandirian

dengan kesiapan kerja maka diperoleh hasil terdapat hubungan positif yang

signifikan antara kemandirian dengan kesiapan kerja yang artinya semakin

tinggi kemandirian seorang mahasiswa maka semakin tinggi pula

kesiapannya dalam menghadapi dunia kerja. Begitu pula sebaliknya, semakin

rendah kemandirian mahasiswa maka semakin rendah pula kesiapannya

dalam menghadapi dunia kerja.

B.

Saran

1.

Bagi subjek

Berdasarkan hasil penelitian subjek memiliki kemandirian yang

cenderung tinggi dan kesiapan kerja yang cenderung tinggi. Maka dari itu

subjek diharapkan dapat mempertahankan kemandiriannya sehingga

subjek akan selalu memiliki kesiapan kerja dan mendapatkan pekerjaan

yang layak.

2.

Bagi Lembaga Perguruan Tinggi

(71)

kemandirian yang dikembangkan dapat memotivasi mahasiswa untuk

menjadi inovator sehingga mahasiswa dapat menciptakan wirausaha

sendiri.

3.

Bagi Peneliti Selanjutnya

a.

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat mempertimbangkan variabel

lain

b.

Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk dapat lebih memperluas

ruang lingkup pengambilan sampel dari populasi mahasiswa tingkat

akhir agar bisa lebih merepresentasikan populasi.

(72)

DAFTAR PUSTAKA

Agusta, Yosiana Nur. 2015 . Hubungan Antara Orientasi Masa Depan dan Daya

Juang Terhadap Kesiapan Kerja Pada Mahasiswa Tingkat Akhir

Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik di Universitas Mulawarman.

eJournal Psikologi, Vol 3, Nomor 1, 2015 :369-381

Amadi C. C, Joshua, M. T Asagwara, C. G. 2007.

Assesment of the Vocational

Maturity of Adolescent Students in Owerri Education of Imo State

Nigeria. Jurnal Hum 21 (4),257-263

Anoraga, P. 2009. Psikologi Kerja. Jakarta : Rineka Cipta

Arikunto, Suharsimi. 2000. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

Asiyah, N. 2013.

Pola Asuh Demokratis, Kepercayaan Diri dan Kemandirian

Mahasiswa Baru. Persona, Jurnal Psikologi Indonesia Mei 2013, 2(2)

Asiyah, Nur. 2013.

Pola Asuh Demokratis, Kepercayaan Diri dan Kemandirian

Mahasiswa Baru. Jurnal Psikologi Indonesia, Persona. Vol 2, No 2, hal

108-121

Azwar, Saifuddin. 2012. Dasar-dasar Psikometri. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Azwar, Saifuddin. 2012. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Azwar, Saifuddin. 2014.

Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka

Pelajar

Azwar, Saifuddin. 2015. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Brady, Robert P. 2010. Work readiness Inventory. Indianapolis : JIST Works

Chaplin, J.P. 2011. Kamus Lengkap Psikologi. (Diterjemahkan Oleh Kartono K).

Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Dariyo, Agus. 2003.

Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta : PT

Gramedia Widiasarana Indonesia

Dinata, Muhamad RY. 2013.

Peran Konsep Diri dan Kesiapan Kerja Terhadap

Kecemasan Mahasiswa Tingkat Akhir Dalam Menghadapi Dunia Kerja.

Jurnal. Malang : Universitas Brawijaya.

Hurlock, E, B.1990. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga

(73)

Marwanti. 2006.

Studi Tentang Soft Skill dan Kesiapan Kerja Sebagai Tenaga

Kerja Profesional Bidang Boga Mahasiswa Pendidikan Tata Boga

Jurusan Pendidikan Kesejahter

Gambar

Tabel 3 Blu Print Aitem Valid Skala Kemandirian .............................................
Gambar 1 Kerangka Teoritik  ..............................................................................
Tabel 5 : Hasil Uji Normalitas Skala Kesiapan Kerja

Referensi

Dokumen terkait

Manusia sebagai makhluk sosial tidak saja bertindak sesuai dengan keinginan sendiri melainkan memiliki aturan-aturan atau norma yang membatasi tingkah laku individu sebagai

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara kemandirian dengan prokrastinasi pada mahasiswa. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa

Hasilnya menunjukkan distribusi yang normal dan hubungan antara variabel Minat Berwiraswasta pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semester

Apabila dikaitkan dengan kecemasan yang timbul akibat adanya hambatan dalam dunia kerja, maka individu yang memiliki adversity intelligence akan berusaha mencari jalan

Self-efficacy siswa SMK X Sidoarjo yang tinggi ditunjang dengan adanya pemilihan SMK sebagai inisiatif diri siswa bukan dari inisiatif orang lain untuk

Manusia sebagai makhluk sosial tidak saja bertindak sesuai dengan keinginan sendiri melainkan memiliki aturan-aturan atau norma yang membatasi tingkah laku individu sebagai

Jadi, dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional merupakan suatu kapabilitas yang dimiliki untuk mampu memahami perasaan diri sendiri dan juga

Adanya kecemasan bagi beberapa mahasiswa semester VII tujuh merupakan persepsi yang mereka buat sendiri karena ada rasa kekhawatiran dan ancaman ketika persiapan mengerjakan skripsi