• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK PERMAINAN SIMULASI UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI PESERTA DIDIK JURNAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK PERMAINAN SIMULASI UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI PESERTA DIDIK JURNAL"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

1

LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK PERMAINAN SIMULASI

UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI PESERTA DIDIK

JURNA

L

Oleh:

SARAH SABARANINGSIH NIM K3109072

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA JULI 2013

(2)

2

LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK PERMAINAN SIMULASI

UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI PESERTA DIDIK

Sarah Sabaraningsih dan Siti Sutarmi Fadhilah Program Studi Bimbingan dan Konseling

Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Sebelas Maret

ABSTRACT

Sarah Sabaraningsih. GROUP GUIDANCE USING SIMULATION GAMES TECHNIQUE TO IMPROVE STUDENTS SELF-CONFIDENCE. Thesis. Faculty of Teaching and Education Science, Sebelas Maret University. July 2013.

The purpose of this research was to find out the effectiveness of group guidance using simulation games technique to improve students self-confidence ofeight class of SMP N 1 Kismantoro academic year 2012/2013.

This research is Guidance and Counseling Action Research. The action of this research is group guidance using simulation games technique, that is a guidance was given to students group for solving a problem in an interested situation of real condition imitated. The research was done in two cycles. Each cycle included of planning, action, observation, and reflection. Research subjects were 6 students of eighth class of SMP N 1 Kismantoro. The sources of the data research from students, teacher counselor, and class leaders by using questionnaire, observation, and interview. The validity of the data used method, theory, and data sources triangulation technique. The data analize of this research used behavior change analysis found by D. L. Godwin and T. J. Coates and qualitatif-narative analysis.

The percentage analysis showed the result of the research that group guidance using simulation games technique can improve students self-confidence from the prestest to the cycle I and from the pretest to the cycle II. The percentage of the change from the prestest until cycle I of 41.19% average, but not significant because under defined indicators of success. The significant percentage change increases occurred in the cycle II of 65% average, for each student achieve success indicator set is 50%.

The conclusion of the research was that group guidance using simulation games technique effective to improve students self-confidence of eight class of SMP N 1 Kismantoro Academic Year 2012/2013.

(3)

3 A. PENDAHULUAN

Peserta didik usia Sekolah Menengah Pertama berada pada masa remaja, yaitu masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Pada masa remaja ini terdapat tugas perkembangan yang harus dicapai, salah satunya adalah menerima dirinya sendiri dan me-miliki kepercayaan terhadap ke-mampuannya sendiri. Seorang remaja harus mampu menerima dan menye-suaikan diri dengan perubahan-perubahan dalam dirinya dan perlu memiliki kepercayaan diri terhadap kemampuan yang dimilikinya agar mampu mencapai perkembangan yang optimal. Hakim (2002) men-jelaskan bahwa kepercayaan diri adalah suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk mencapai tujuan di dalam hidupnya. Kepercayaan diri merupakan salah satu modal yang penting agar individu dapat menjalani kehidupan dengan optimis dan menumbuhkan motivasi serta semangat dalam diri individu untuk mencapai tujuan hidupnya.

Kepercayaan diri pada sese- orang tidak muncul begitu saja me- lainkan ada faktor-faktor yang mem- pengaruhi rasa percaya diri yang terdiri dari 3 faktor, yaitu lingkungan keluarga, pendidikan formal, maupun pendidikan non formal (Hakim, 2002). Kepercayaan diri bisa tumbuh dan berkembang baik jika seseorang berada di dalam lingkungan keluarga dengan pola asuh yang baik, yaitu menumbuhkan sikap mandiri, perila-ku bertanggung jawab, melatih kebe-ranian berbicara, dan pemberian ke-bebasan pada anak untuk berekpresi dalam batas-batas yang telah diten-tukan. Sekolah sebagai pendidikan formal memberikan ruang pada anak untuk mengekpresikan rasa percaya dirinya terhadap teman-teman sebayanya. Dikatakan bahwa, sekolah menjadi fasilitas anak dalam meng-embangkan kepercayaan dirinya me-lalui proses pembelajaran yang ber-langsung di dalam maupun di luar kelas. Selanjutnya, pendidikan non formal membantu individu mengem-bangkan keterampilan dalam bidang tertentu yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri.

(4)

4 Taylor (Alih bahasa Imam Khoiri, 2000) menunjukkan beberapa ciri atau karakteristik individu yang mempunyai rasa percaya diri proporsional, antara lain: (1) Merasa rileks, aman, dan nyaman. (2) Yakin kepada diri sendiri. (3) Melakukan se-sutau secara optimal. (4) Mempunyai tujuan yang hendak dicapai, (5) Me-miliki kemampuan untuk bertindak. (6) Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri, orang lain, dan situasi di luar dirinya. (7) Memiliki kesadaran adanya ke-mungkinan gagal dan melakukan kesalahan. (8) Berani mencapai yang diinginkan.

Peserta didik kelas VIII Sekolah Menengah (SMP) digolong-kan sebagai remaja. Hurlock (Alih bahasa Istiwidayanti dan Soejarwo, 2004) menjelaskan bahwa pada masa remaja terjadi perubahan fisik maupun perubahan psikis. Perubahan fisik pada remaja nampak pada perubahan proporsi tubuh, organ seks, dan jaringan tubuh. Sedangkan pe-rubahan psikis antara lain pepe-rubahan emosional, minat dan moral. Perubahan-perubahan tersebut dapat memberikan dampak pada rasa

percaya diri yang dimiliki siswa. Bagi remaja yang kurang dapat menerima perubahan yang ada dalam dirinya akan cenderung menarik diri atau menyendiri.

Berdasarkan wawancara pada guru pembimbing di SMP N 1 Kismantoro, diperoleh informasi bahwa masih banyak peserta didik di SMP N 1 Kismantoro yang me-nunjukkan gejala kurang percaya diri. Gejala tersebut nampak pada perilaku-perilaku tidak berani meng- ajukan pertanyaan atau pendapat, tidak bersedia tampil di depan kelas, cemas ketika menghadapi ujian atau tes, berbicara gugup, menghindarkan diri ketika akan ditanya guru, dan berteman dengan orang-orang tertentu saja. Di SMP N 1 Kismantoro belum diberikan layanan secara khusus untuk mengatasi masalah tersebut, karena layanan masih terfokus pada layanan informasi dan orientasi.

Prayitno (2001) menyatakan bahwa layanan dalam Bimbingan dan Konseling di sekolah antara lain: layanan orientasi, layanan informasi, layanan penempatan dan penyaluran, layanan pembelajaran, layanan kon-seling individual, layanan bimbingan

(5)

5 kelompok, dan layanan konseling ke-lompok. Layanan yang akan diguna-kan oleh peneliti adalah bimbingan kelompok. Layanan bimbingan kelompok merupakan media yang membantu peserta didik dengan memanfaatkan dinamika kelompok untuk mencapai tujuan bersama (Hartinah, 2010). Hartinah menye- butkan bahwa dinamika kelompok sebagai kekuatan operasional suatu kelompok akan memicu adanya suatu proses kelompok dalam mela-kukan pertukaran semangat dan interaksi di antara anggota dan pemimpin kelompok. Bimbingan kelompok menjadi sarana bagi peserta didik untuk saling berinteraksi antar anggota kelompok dengan berbagai pengalaman, pengetahuan, dan gaga- san, serta diharapkan dapat memberi- kan pemahaman kepada peserta didik mengenai pentingnya dan upaya-upaya meningkatkan kepercayaan diri.

Menurut Romlah (2001), da-lam layanan bimbingan kelompok terdapat beberapa macam teknik yang biasa digunakan untuk membantu keberhasilan layanan bimbingan ke-lompok, antara lain diskusi, home

room, permainan simulasi (simulation games), permainan peranan (role pla-ying), dan sosiodrama (sociodrama). Diantara teknik-teknik yang ada, peneliti tertarik untuk menggunakan teknik permainan simulasi. Permainan simulasi terdiri dari 2 kata, yaitu permainan dan simulasi. Serok dan Blom (dalam Suhardita, 2011) menyebutkan bahwa bermain pada intinya bersifat sosial, melibatkan belajar dan mematuhi peraturan, pemecahan masalah, disiplin diri, kontrol emosional, dan adopsi peran-peran pemimpin dan anggota. Simulasi be-rasal dari bahasa inggris simulate yang artinya pura-pura atau berbuat seolah-olah. Kata simulation artinya tiruan atau perbuatan yang pura-pura. Dengan demikian, per-mainan simulasi pada prinsipnya merupakan metode yang memadukan karak-teristik permainan (pemain, aturan, kerjasama, kompetisi) dengan karak-teristik simulasi (representasi nyata). Dalam teknik bimbingan kelompok dimaksudkan sebagai cara untuk men-jelaskan sesuatu (bahan bimbingan) melalui perbuatan yang bersifat pura-pura atau melalui proses tingkah laku imitasi, atau bermain

(6)

6 peranan mengenai suatu tingkah laku yang dilakukan seolah-olah dalam keadaan yang sebenarnya yang di-kemas dengan bentuk permainan menyenangkan. Berdasarkan uraian di atas, hakekat permainan simulasi terletak pada keterlibatan aktif pemain dan pengamat dalam situasi masalah yang secara nyata dihadapi. Permainan simulasi dalam bimbingan, memiliki cri-ciri khusus yaitu, (1) permainan simulasi merupakan kegiatan yang menyenangkan. (2) permainan simulasi merupakan kondisi tiruan dari kondisi nyata, (3) permainan simulasi bersifat spontan dan sukarela. (4) permainan simulasi melibatkan peran aktif semua peserta. (5) permainan simulasi terdapat diskusi dan refleksi dari hasil permainan yang dapat diterapkan di kondisi nyata.

Permainan Simulasi merupa-kan permainan yang dapat membawa peserta didik ke dalam pengalaman yang menyenangkan di kelas, se-hingga menciptakan interaksi dan komunikasi yang bermanfaat dalam menciptakan hubungan sosial yang baik. Peserta didik yang pendiam dan pemalu dilatih untuk memiliki

keberanian dan rasa percaya diri melalui permainan simulasi yang dimainkannya. Peserta didik yang semula pemalu dapat belajar ber-bicara dan tampil di depan kelas dan di hadapan temannya. Peserta didik yang semula kurang berani meng-emukakan pendapat dapat belajar berpendapat dan memberi masukan kepada temannya. Kepercayaan diri dapat tumbuh melalui permainan simulasi yang melibatkan keaktifan semua peserta permainan.

Penelitian peningkatan keper-cayaan diri peserta didik dengan teknik permainan dalam bimbingan kelompok pernah dilakukan oleh Kadek Suhardita (2011). Berdasarkan hasil penelitian tersebut teknik per-mainan efektif untuk meningkatkan kepercayaan diri subjek penelitian kelompok eksperimen. Sehubungan dengan hal tersebut, peneliti ter-dorong untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dengan teknik permainan simulasi untuk me-ningkatkan kepercayaan diri peserta didik kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kismantoro Tahun Pelajaran 2012/ 2013.

(7)

7 B. METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang di-gunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling (PTBK). Tindakan yang digunakan adalah bimbingan kelompok dengan teknik permainan simulasi, yaitu layanan yang diberi-kan kepada sekelompok peserta didik untuk memecahkan masalah yang sama dalam suasana menyenangkan yang berupa kondisi tiruan dari kondisi nyata.

Penelitian dilakukan di SMP Negeri 1 Kismantoro dan dilaksana-kan pada semester II tahun pelajaran 2012/2013. Subjek penelitian ini terdiri dari 6 orang peserta didik yang kurang memiliki kepercayaan diri yang dipilih dari kelas VII A, B, C, D, E, dan F, yaitu EK, RN, RK, WW, DW, dan SA.

Teknik pengumpulan data menggunakan tiga cara, yaitu angket, observasi, dan wawancara. Validitas data menggunakan teknik trianggulasi metode, teori, dan sumber data. Analisis data menggunakan analisis persentase perubahan tingkah laku dari D. L. Godwin dan T. J. Coates dan analisis naratif-kualitatif.

Pada penelitian tindakan terdapat empat prosedur atau langkah penting yang harus dilakukan (Sukardi, 2003), yaitu pengembangan plan (perencanaan), act (tindakan), observe (pengamatan), dan reflect (perenungan). Tahap Perencanaan ter -diri dari kegiatan (1) menyiapkan rancangan tindakan, pedoman obser-vasi, dan angket kepercayaan diri, (2) menetapkan jenis-jenis permainan simulasi yang akan dimainkan, (3) menentukan waktu dan tempat permainan simulasi. Tahap pemberian tindakan, yaitu menerapkan teknik permainan simulasi untuk meningkat -kan kepercayaan diri peserta didik. Tahap observasi pada penelitian ini, yaitu mengamati tingkah laku subjek penelitian pada saat pelaksanaan permainan simulasi dan setelah pe- laksanaan permainan simulasi. Tahap terakhir yaitu refleksi merupakan sarana untuk melakukan pengkajian kembali keberhasilan tindakan yang telah dilakukan terhadap subjek penelitian.

(8)

8 C. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pelaksana-an tindakpelaksana-an pada siklus I dpelaksana-an II dapat dinyatakan terjadi peningkatan kepercayaan diri dengan menggu-nakan teknik permainan simulasi. Layanan bimbingan kelompok dengan teknik permainan simulasi telah dilaksanakan dan peneliti meng-observasi serta memberikan angket untuk mengetahui perubahan yang terjadi. Pada pretest sampai siklus I terjadi perubahan pada masing-masing subjek yaitu EK sebesar 40,69%, RN 46,29%, RK 38,31%, WW 38,32%, DW 38,87%, dan SA 44,69%. Pengamatan perubahan pada subjek penelitian dilakukan oleh peneliti, ketua kelas, dan guru BK. Peneliti melakukan wawancara ter-hadap ketua kelas, dan guru BK. Hasil wawancara menunjukkan bahwa EK sebelumnya jarang berbicara jika tidak ditanya terlebih dahulu, sulit bergaul dengan teman-temannya, pemalu, dan pasif saat di dalam kelas. Perubahan perilaku yang dihasilkan setelah mengikuti per- mainan simulasi yaitu peserta didik tersebut menjadi berani berpendapat,

berani bertanya pada guru saat pelajaran di kelas, berani tampil, dan suka bergaul dengan teman-temannya. Selanjutnya, RN adalah peserta didik yang pendiam, suka menyendiri, berteman dengan orang tertentu saja, gugup dan tidak mau menatap saat diajak berbicara, dan pemalu. Perilaku setelah mengikuti permainan simulasi yaitu peserta didik tersebut menjadi lebih berani mengemukakan pendapatnya, sudah berbicara dengan lancar dan tidak gugup saat berpendapat, mau terbuka dengan teman-temannya, dan sifat pemalunya berkurang karena lebih sering berkumpul dan akrab dengan teman-temannya. RK sebelumnya adalah peserta didik yang pemalu, pendiam, jarang bergaul dengan teman-temannya, dan sering merasa rendah diri. Perubahan perilaku setelah mengikuti permainan simulasi yaitu menjadi peserta didik yang berani tampil di depan kelas, aktif dalam kegiatan kelompok, akrab dengan teman-temannya, dan mulai bersifat terbuka dengan guru dan teman-temannya. Sedangkan WW sebelumnya tidak mau mengemuka- kan pendapat saat diskusi, sering

(9)

9 menghindar jika ditanya, pemalu, dan sulit berkomunikasi dengan orang lain. Perubahan perilaku yang ditunjukkan setelah mengikuti permainan simulasi yaitu peserta didik tersebut lebih aktif dalam mengemukakan pendapat, mampu berkomunikasi dengan baik, dan berani mengaktualisasikan bakat menyanyinya. DW sebelumnya ada-lah peserta didik yang pemalu, suka menyendiri, sering bergantung pada temannya, dan terlihat cemas saat menghadapi ujian. Setelah mengikuti permainan simulasi perilakunya berubah, peserta didik tersebut menjadi berani tampil, sering bergaul dengan teman-temannya, mandiri, dan lebih berani menghadapi ujian. Terakhir, SA sebelumnya pasif dalam kerja kelompok, jarang berbicara, temannya terbatas, dan bersifat ter- tutup. Setelah mendapatkan tindakan dengan mengikuti permainan simulasi, SA menjadi lebih aktif dalam kerja kelompok, lebih terbuka dengan teman-temannya, sering berkumpul dengan teman-temannya, dan tidak suka menyendiri lagi.

Hasil persentase perubahan pada siklus I belum menunjukkan

adanya perubahan 50% sesuai indikator capaian yang telah ditetapkan. Mengacu pada hal tersebut penelitian ini dilanjutkan pada siklus II.

Pelaksanaan siklus II tidak jauh berbeda dengan siklus I. Kekurangan yang ada pada siklus I diperbaiki pada siklus II. Hasil pelak-sanaan permainan simulasi pada siklus II terjadi peningkatan keper-cayaan diri pada masing-masing subjek penelitian. Berdasarkan anali-sis prosentase maka dapat diketahui perubahan masing-masing subjek pe-nelitian. Berikut grafik yang menunjukkan peningkatan ke-percayaan diri peserta didik:

Grafik 1. Peningkatan Kepercayaan Diri pada EK

Berdasarkan grafik 1 dapat di-nyatakan bahwa EK mengalami peningkatan kepercayaan diri dari

0 20 40 60 80 100

Pretest Siklus I Siklus II

EK

(10)

10 pretest, ke tindakan siklus I sebesar 40,69%, dan ke tindakan siklus II sebesar 64,255%, sehingga dapat disimpulkan bahwa EK mampu mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan.

Grafik 2. Peningkatan Kepercayaan Diri pada RN

Berdasarkan grafik 2 dapat dinyatakan bahwa RN mengalami peningkatan kepercayaan diri dari pretest, ke tindakan siklus I sebesar 46,29%, dan ke tindakan siklus II sebesar 67,82%, sehingga dapat disimpulkan bahwa RN mampu mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan.

Grafik 3. Peningkatan Kepercayaan Diri pada RK

Berdasarkan grafik 3 dapat dinyatakan bahwa RK mengalami peningkatan kepercayaan diri dari pretest, ke tindakan siklus I sebesar 38,31%, dan ke tindakan siklus II sebesar 59,43%, sehingga dapat disimpulkan bahwa RK mampu mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan.

Grafik 4. Peningkatan Kepercayaan Diri pada WW 0 20 40 60 80 100

Pretest Siklus I Siklus II

RN

RN 0 20 40 60 80 100

Pretest Siklus I Siklus II

RK

RK 0 20 40 60 80 100

Pretest Siklus I Siklus II

WW

(11)

11 Berdasarkan grafik 4 dapat dinyatakan bahwa WW mengalami peningkatan kepercayaan diri dari pretest, ke tindakan siklus I sebesar 38,32%, dan ke tindakan siklus II sebesar 62,511%, sehingga dapat disimpulkan bahwa WW mampu mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan.

Grafik 5. Peningkatan Kepercayaan Diri pada DW

Berdasarkan grafik 5 dapat dinyatakan bahwa DW mengalami peningkatan kepercayaan diri dari pretest, ke tindakan siklus I sebesar 38,87%, dan ke tindakan siklus II sebesar 65,905%, sehingga dapat disimpulkan bahwa DW mampu mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan.

Grafik 6. Peningkatan Kepercayaan Diri pada SA

Berdasarkan grafik 6 dapat dinyatakan bahwa SA mengalami peningkatan kepercayaan diri dari pretest, ke tindakan siklus I sebesar 44,69%, dan ke tindakan siklus II sebesar 70,12%, sehingga dapat disimpulkan bahwa SA mampu mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan.

Pada penelitian ini, peneliti bekerjasama dengan ketua kelas dan guru BK untuk mengamati perubahan pada subjek penelitian. Peneliti melakukan wawancara kepada ketua kelas dan guru BK. Perubahan yang terjadi sebagai berikut.

0 20 40 60 80 100

Pretest Siklus I Siklus II

DW

DW 0 20 40 60 80 100

Pretest Siklus I Siklus II

SA

(12)

12 Tabel 1

Hasil Tindakan Secara Kualitatif

No Nama SebelumTindakan Perubahan 1 EK  Jarang berbicara jika tidak

ditanya terlebih dahulu

 Sulit bergaul dengan teman-temannya

 Pemalu

 Pasif saat di dalam kelas

 Berani berpendapat

 Berani bertanya pada guru saat pelajaran di kelas

 Berani tampil di depan kela

 Suka bergaul dengan teman-temannya

2 RN  Pendiam

 Suka menyendiri

 Berteman dengan orang tertentu saja

 Gugup dan tidak mau me - natap saat diajak berbicara

 pemalu

 Lebih berani menemukakan pendapatnya

 Sudah berbicara dengan lancar dan tidak gugup

 Mau menatap jika diajak berbicara

 Menjadi terbuka dengan te- mannya

 Sifat pemalunya berkurang karena lebih sering berkumpul dengan teman-temannya

3 RK  Pemalu

 Pendiam

 Jarang bergaul dengan teman-temannya

 Sering merasa rendah diri

 Berani tampil di depan kelas

 Aktif dalam kegiatan kelompok

 Akrab dengan teman-temannya

 Mulai bersifat terbuka dengan guru dan teman-temannya

4 WW  Tidak mau

mengemukakan pendapat saat diskusi

 Sering menghindar jika di- tanya

 Pemalu

 Sulit berkomunikasi deng-an ordeng-ang lain

 Lebih aktif dalam menge- mukakan pendapat

 Mampu berkomunikasi dengan baik dan mudah dipahami

 Berani mengaktualisasikan ba- kat menyanyinya

5 DW  Pemalu

 Suka menyendiri

 Sering bergantung pada temannya

 Berani tampil

 Sering bergaul dengan teman-temannya

(13)

13

 Terlihat cemas saat meng- hadapi ujian

 Tidak cemas menghadapi ujian 6 SA  Pasif dalam kerja kelom-

pok

 Jarang berbicara

 Temannya terbatas

 Bersifat tertutup

 Aktif dalam kerja kelompok

 Lebih terbuka dengan teman-temannya

 Sering berkumpul dengan teman-temannya

 Tidak suka menyendiri lagi

Perubahan pada EK sebesar 64,255%, RN 67,82%, RK 59,43%, WW 62,511%, DW 65,905%, dan SA 70, 12%. Perubahan masing-masing subjek penelitian pada siklus II lebih dari 50% dengan rata-rata perubahan yang dicapai oleh semua subjek sebesar 65%. Perubahan tersebut sudah mencapai indikator keberhasilan layanan, sehingga layanan bimbingan kelompok dengan teknik permainan simulasi dapat meningkatkan kepercayaan diri peserta didik tahun pelajaran 2012/2013.

D. KESIMPULAN DAN SARAN Layanan bimbingan kelom-pok dengan teknik permainan simu-lasi merupakan perpaduan antara teknik bermain dan teknik simulasi. Permainan simulasi menunjuk pada kegiatan yang mengandung unsur

menyenangkan, sukarela, dan kom-petitif dalam rangka mereaksi isyarat-isyarat yang mencerminkan kehidupan sebenarnya. Pada kegiatan permainan simulasi, peserta didik dilatih untuk aktif, memiliki kebe-ranian tampil, mengemukakan pen-dapat, bekerjasama, dan mandiri da-lam rangka meningkatkan keperca-yaan diri.

Kepercayaan diri adalah ke-yakinan atas kemampuan diri dalam melakukan sesuatu yang diinginkan, menunjukkan kemampuan interaksi sosial yang baik dengan lingkungan-nya, mandiri dan bertanggung jawab atas perbuatannya, serta memiliki konsep diri yang baik untuk men-capai tujuan hidup. Individu yang memiliki kepercayaan diri akan optimis dalam melakukan aktivitas dan mempunyai keyakinan berhasil dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Layanan bimbingan

(14)

ke-14 lompok dengan teknik permainan simulasi menjadi salah satu cara yang tepat untuk meningkatkan ke-percayaan diri.

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas bimbingan dan konseling yang dilaksanakan dalam dua siklus, hipotesis yang dirumus-kan telah terbukti kebenarannya, yaitu layanan bimbingan kelompok dengan teknik permainan simulasi efektif meningkatkan kepercayaan diri peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1 Kismantoro Tahun Pelajaran 2012/2013.

Keberhasilan dari pelaksana-an permainpelaksana-an simulasi untuk mening-katkan kepercayaan diri dapat dilihat melalui persentase perubahan tingkah laku dari pretest sampai siklus II yang dihitung dengan menggunakan rumus D. L. Godwin dan T. J. Coates. Da-lam hal ini, pre-test adalah base rate dan akhir siklus II adalah post rate. Perubahan pada EK sebesar 64,255%, RN 67,82%, RK 59,43%, WW 62,511%, DW 65,905%, dan SA 70,12%.

Perubahan tingkah laku pada subjek penelitian dapat dibandingkan dengan analisis naratif-kualitatif yang

dilakukan untuk dapat mengetahui perubahan perilaku masing-masing subjek dengan cara membandingkan hasil wawancara yang dilakukan pada ketua kelas dan Guru BK, baik sebelum maupun sesudah tindakan. Hasil analisis untuk EK, yaitu menjadi berani berpendapat, berani bertanya pada guru saat pelajaran di kelas, berani tampil, dan suka bergaul dengan teman-temannya. RN meng-alami perubahan menjadi lebih berani mengemukakan pendapatnya, sudah berbicara dengan lancar dan tidak gugup saat berpendapat, mau terbuka dengan teman-temannya, dan sifat pemalunya berkurang karena lebih sering berkumpul dengan teman-temannya. Perubahan pada RK ter-lihat pada keberanian tampil di depan kelas, aktif dalam kegiatan kelompok, akrab dengan teman-temannya, dan mulai bersifat terbuka dengan guru dan teman-temannya. WW meng-alami perubahan yang tampak pada aktif dalam mengemukakan pendapat, mampu berkomunikasi dengan baik, dan berani mengaktualisasikan bakat menyanyinya. DW menjadi lebih berani tampil, sering bergaul dengan teman-temannya, mandiri, dan lebih

(15)

15 berani menghadapi ujian. SA menjadi lebih aktif dalam kerja kelompok, lebih terbuka dengan teman-temannya, sering berkumpul dengan teman-temannya, dan tidak suka menyendiri lagi.

Berdasarkan hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa laya-nan bimbingan kelompok dengan tek-nik permainan simulasi efektif untuk meningkatkan kepercayaan diri peser-ta didik kelas VIII SMP Negeri 1 Kismantoro tahun pelajaran 2012/ 2013.

Sesuai dengan kesimpulan hasil penelitian, maka ada beberapa saran yang dapat dipergunakan sebagai pertimbangan,yaitu.

1. Kepala Sekolah

Kepala sekolah hendaknya memberikan fasilitas kepada guru BK untuk menerapkan layanan bimbingan kelompok dengan teknik permainan simulasi dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling, sehingga lebih variatif dalam mengatasi masalah dan dapat digunakan sebagai cara mengetahui bakat dan minat

peserta didik yang belum terungkap.

2. Bagi Guru Bimbingan dan Kon-seling

a. Perlu variasi dalam memberi-kan layanan bimbingan ke-lompok dengan teknik per- mainan simulasi. Teknik per- mainan simulasi mempunyai kelebihan yaitu membuat peserta didik lebih percaya diri, berinteraksi dan bekerjasama dengan baik, dan mengaktual-isasikan dirinya, meskipun memiliki kendala, yaitu mem- butuhkan peralatan penunjang yang memadai. Hendaknya guru BK dapat kreatif dalam menggunakan fasilitas yang tersedia agar layanan BK dapat diterima peserta didik secara efektif dan efisien.

b. Layanan bimbingan kelompok dengan teknik permainan simulasi akan lebih efektif jika permainan yang diberikan ber-anekaragam dan disesuaikan dengan fenomena baru yang terjadi di lingkungan sekolah, sehingga peserta didik dapat

(16)

16 mempelajari hal-hal positif di sekitarnya.

c. Pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dengan teknik per-mainan simulasi menuntut keaktifan dan kreativitas peserta didik, terkadang peserta didik merasa lelah. Oleh karena itu guru BK mencari cara yang inovatif agar peserta didik lebih memiliki motivasi dalam mengikuti permainan.

3. Bagi Peserta Didik

Peserta didik diharapkan memiliki motivasi yang tinggi dalam mengikuti layanan bimbingan dan konseling serta meningkatkan kesadaran untuk mengembangkan kemampuan

yang ada di dalam dirinya se-hingga menjadi peserta didik yang unggul, bukan hanya di bidang akademis tetapi mem-punyai softskill sebagai bekal meraih kesuksesan.

4. Bagi Peneliti Lain

Peneliti yang ingin meng-kaji permasalahan yang sama hendaknya lebih cermat dan dapat menetapkan indikator keberhasilan yang lebih tinggi. Layanan bimbingan kelompok dengan teknik permainan simulasi juga dapat digunakan sebagai alternatif pemecahan masalah peserta didik yang belum tercakup dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Arifudin. (2009). Penerapan Metode Permainan Simulasi Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri No.1 Banjar Tegal Singaraja. Skripsi. Sumber: http://id.shvoong.com/social-

sciences/education/2249731-pengertian-metode-simulasi/#ixzz2KBodZnCE (Diunduh tanggal 7 Februari 2013).

Atok, Hilmi. Pengertian Percaya Diri. (2010b). Tersedia: http://miklotof.wordpress.com/2010/06/23/pengertian-percaya-diri/ (Diunduh tanggal 16 Juni 2012).

Goodwin, Dwight L, Coates, T J. (1976). Helping Students Help Themselves. New Jersey: Prentice Hall.

(17)

17

Hakim, Thursan. (2002). Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri. Jakarta: Puspa Swara.

Hartinah, Siti. (2009). Konsep Dasar Bimbingan Kelompok. Bandung: PT Refika Aditama.

Lauster, Peter. (2003). Tes Kepribadian. Terj. D. H. Gulo. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Prayitno. (2001). Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling Di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Rintyastini, Yulita & Charlotte, Suzy Yulia. (2006). Bimbingan dan Konseling 2 untuk Kelas VII. ESIS.

Romlah, Tatiek. (2001). Teori dan Praktek Bimbingan Kelompok. Malang: Universitas Negeri Malang.

Suhardita, Kadek. (2011). Efektivitas Penggunaan Teknik Permainan dalam Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri. Bandung: UPI. Jurnal.

Sukardi. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2011). Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sutarno. (2010). Bahan Ajar Mata Kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan dan Bimbingan. Surakarta: Program Studi BK FKIP.

Sutopo. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Taylor, Ros. (2003). Meraih Kepercayaan Diri hanya Dalam Tujuh Hari. Terj. Imam Khori. Jogjakarta: DIVA Press.

Yusuf, Syamsu. (2000). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Yusup, Fajar Maulana. (2012). Efektivitas Bimbingan Kelompok Menggunakan Teknik Permainan Untuk Mengembangkan Perencanan Karir Peserta Didik. Universitas Pendidikan Indonesia: http://repository.upi.edu (diakses tanggal 7 Februari 2013).

Gambar

Grafik 3. Peningkatan Kepercayaan  Diri pada RK
Grafik 5. Peningkatan Kepercayaan  Diri pada DW

Referensi

Dokumen terkait

Simpulan yang dapat diambil dari hasil analisis yaitu, bimbingan kelompok dengan teknik permainan simulasi efektif untuk meningkatkan kontrol diri peserta didik kelas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa modul bimbingan kelompok melalui teknik permainan kerjasama efektif untuk meningkatkan kecerdasan interpersonal peserta didik kelas

Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan 2(dua) siklus tersebut diatas, ternyata hipotesis yang dirumuskan telah terbukti akan kebenarannya,

sekolah oleh guru BK SMPN 28 Bandar Lampung, karna teknik-teknik tersebut sudah terbukti dan sudah tidak asing lagi di sekolah terutama tentang Bimbingan dan Konseling

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dengan menggunakan siklus tersebut di atas , ternyata hipotesis yang telah dirumuskan terbukti kebenarannya artinya ternyata penerapan

Kesimpulan ini adalah peranan guru bimbingan dan konseling lebih efektif dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling untuk kelas XA sekolah SMK 28 Oktober Jakarta,

Hasil penelitian setelah pemberian layanan bimbingan kelompok melalui permainan menunjukkan bahwa perilaku sosial peserta didik dominan berada dalam kategori sedang,

Peserta didik MH Pada pelaksanaan layanan bimbingan klasikal dalam siklus I saya sudah merasa terbiasa dengan metode yang diajarkan guru dalam pembelajaran yang dijelaskan dengan power