• Tidak ada hasil yang ditemukan

DRAFT RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DRAFT RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

DRAFT

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI

SULAWESI SELATAN 2011-2014

BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN ANGGARAN 2011

(2)

ii 

DAFTAR ISI

KEPUTUSAN KEPALA BNNP ... ii KATA PENGANTAR ... iv DAFTAR ISI ... v BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Maksud dan Tujuan... 3

C. Landasan Hukum... 3

D. Sistematika Penulisan... 4

BAB II. KONDISI UMUM, POTENSI DAN PERMASALAHAN A. Kondisi Umum Daerah ... 5

B. Potensi dan Permasalahan ... 13

BAB III. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 2.1 Visi ... 16

2.2 Misi... 16

2.3 Tujuan... 17

2.4 Sasaran ... 17

BAB IV. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI A. Arah Kebijakan ... 19

B. Strategi... 19

C. Program, Kegiatan dan Komponen Kegiatan ... 20

BAB V. PENUTUP ... 24

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif (NAPZA) di Indonesia merupakan masalah yang sangat mengkhawatirkan. Terutama pada remaja-remaja saat ini yang makin dekat dengan narkoba. Karena posisi Indonesia sekarang ini tidak hanya sebagai daerah transit maupun pemasaran Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif, melainkan sudah menjadi daerah produsen Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif.

Hal ini dibuktikan dengan terungkapnya pabrik-pabrik pembuatan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif di Indonesia dan terungkapnya impor prekursor atau bahan pembuat Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif dalam bentuk besar dari luar negeri ke Indonesia. Karena saat ini letak Indonesia yang sangat strategis dan tidak jauh dari daerah segi tiga emas (Laos, Thailand, dan Myanmar) dan daerah Bulan Sabit (Iran, Afganistan, dan Pakistan) yang merupakan daerah penghasil opium terbesar di dunia, menjadikan Indonesia sebagai lalu lintas gelap Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif.

Hasil penelitian Badan Narkotika Nasional (BNN) bekerjasama dengan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia pada tahun 2008, angka prevalensi penyalahguna narkoba nasional sebesar 1,99% dari penduduk Indonesia (3,6 juta orang) dan pada tahun 2015 akan mengalami kenaikan menjadi 2,8% (5,1 juta orang). Sedangkan angka prevalensi penyalahgunaan narkoba di Sulawesi Selatan pada tahun 2008 sebesar 1,80% dan meningkat menjadi 2,04% pada tahun 2010.

Penyalahgunaan narkotika dan obat-obat terlarang di Indonesia maupun Sulawesi Selatan terus naik. Sebuah angka mengejutkan dirilis Badan Narkotika Nasional (BNN), yaitu penyalahguna narkoba di Indonesia pada tahun 2008 sebanyak 3.362.527 orang dan meningkat menjadi 3.826.974 penyalahguna pada tahun 2010. Sedangkan penyalahguna narkoba di Sulawesi Selatan pada tahun 2008 sebanyak 103.849 orang, meningkat sebesar 14,72% pada tahun 2010 (121.773) penyalahguna. Angka ini melebihi dari rata-rata

(4)

penyalahgunaan narkoba tingkat nasional. Peningkatan ini di luar perkiraan karena pada tahun 2008, hanya diestimasikan mencapai 30.000-50.000 saja.

Peningkatan angka penyalahgunaan narkoba di Sulawesi Selatan karena kecenderungan dari masyarakat untuk mencoba-coba dan belum tahu bahayanya. Penyalahguna narkotika, psikotropika dan zat adiktif (NAPZA) di Sulawesi Selatan meningkat dari tahun ke tahun. Kasus penyalahgunaan narkoba mengalami pertumbuhan jumlah penyalahguna rata-rata 6% pertahun, yaitu tahun 2008 (103.849 penyalahguna), 2009 (110.999 penyalahguna), dan 2010 (121.773 penyalahguna), dan menjadi 125.730 penyalahguna (November 2011). Jika tidak tertangani dengan baik, maka akan meningkat menjadi 168.255 penyalahguna pada tahun 2015.

Trend penyalahgunaan narkoba di Sulawesi Selatan terjadi karena, 1)masih banyaknya problem masalah sosial, 2)masih rendahnya kemampuan ekonomi dari masyarakat masih rendah; 3)masih sulitnya membendung pengaruh-pengaruh yang timbul dari pergaulan di masyarakat terutama di usia remaja; 4)fasilitas belum memadai untuk rehabilitasi selama tiga tahun terakhir hanya mampu merehab tak kurang dari 100 orang; 5)belum adanya dukungan kelembagaan secara merata; 6)masih rendahnya penganggaran.

Rencana Strategis (RENSTRA) ini bersifat dokumen perencanaan jangka menengah dan mempunyai peran yang sangat penting terutama dalam penyusunan Rencana Kerja (RENJA) setiap tahunnya, sebagai dasar penilaian kinerja pimpinan beserta jajarannya dan menjadi acuan dalam menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP).

Penyusunan dokumen ini tetap mengacu kepada Rencana Strategis Badan Narkotika Nasional (BNN) Republik Indonesia yang memuat Visi, Misi Pemerintah. Sebagai dokumen yang menjadi pedoman pelaksanaan Pencegahan, Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) oleh Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Sulawesi Selatan, maka Rencana Strategis ini memuat Visi, Misi, Tujuan, Sasaran dan Strategi serta Kebijakan yang selanjutnya diuraikan di dalam program, kegiatan dan komponen kegiatan.

(5)

B. Maksud dan Tujuan 1. Maksud

Penyusunan Rencana Strategis ini dimaksudkan untuk tersedianya dokumen perencanaan Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Sulawesi Selatan dalam kurun waktu lima tahun yang mampu beradaptasi dengan segala perubahan-perubahan lingkungan strategis.

2. Tujuan

a. Sebagai pedoman/acuan perencanaan yang konsisten sesuai dengan kebutuhan daerah dalam pelaksanaan program P4GN.

b. Tersedianya bahan evaluasi kinerja Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Sulawesi Selatan.

c. Memudahkan pemangku kebijakan (stakeholder) dan instansi terkait berperan aktif untuk mencapai tujuan dan sasaran

C. Landasan Hukum

1. Undang–Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;

2. Undang–Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional;

3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika;

4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2004–2009;

5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika

Nasional;

6. Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor : PER/03/V/10/BNN tentang Organisasi

dan Tata Kerja Badan Narkotika Nasional;

7. Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor : PER/04/V/2010/BNN tentang

Organisasi dan Tata Kerja BNNP dan BNN Kabupaten/Kota;

8. Keputusan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor : KEP/7/X/2010/BNN tentang Rencana Strategis Badan Narkotika Nasional tahun 2010-2014.

(6)

9. Keputusan Kepala Badan Narkotika Nasional, Nomor: KEP/51/IV/2011/BNN tanggal 19 April 2011 tentang Pengangkatan Dalam Jabatan di lingkungan Badan Narkotika Nasional;

10.Keputusan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor KEP/152 /IX/2011/BNN tanggal 20

September tentang Penunjukan dan Pengangkatan Kuasa Pengguna Anggaran Badan Narkotika Nasional Provinsi dan Badan Narkotika Nasional Kabupaten/ Kota TA. 2011.

D. Sistematika Penyusunan BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang B. Maksud dan Tujuan C. Landasan Hukum D. Sistematika Penyusunan

BAB II KONDISI UMUM, POTENSI DAN PERMASALAHAN A. Kondisi Umum

B. Potensi dan Permasalahan

BAB III VISI, MISI,TUJUAN DAN SASARAN A. Visi

B. Misi C. Tujuan D. Sasaran

BAB IV ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI A. Arah Kebijakan

B. Strategi

C. Program, Kegiatan dan Komponen Kegiatan BAB V PENUTUP

(7)

A. Kondisi

Umum Daerah

Untuk menggambarkan situasi penyalagunaan narkoba di Provinsi Sulawesi Selatan dapat diuraikan sebagai berikut:

BAB II

KONDISI UMUM, POTENSI DAN PERMASALAHAN

BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI

SULAWESI SELATAN

1. Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba

Angka prevalensi penyalahguna narkoba nasional berdasarkan umur 10-59 tahun sebesar 1,99% dari penduduk Indonesia (3,6 juta orang) dan pada tahun 2015 akan mengalami kenaikan menjadi 2,8% (5,1 juta orang). Sedangkan angka prevalensi penyalahgunaan narkoba di Sulawesi Selatan pada tahun 2008 sebesar 1,80% (103.849 orang) dan meningkat menjadi 2,04% (121.773 orang) pada tahun 2010, bahkan diperkirakan meningkat menjadi 2,08% (125.730 orang) pada akhir tahun 2011.

Tabel. 1

Prevalensi Penyalahguna Narkoba Berdasarkan Umur 10-59 Tahun di Sulawesi Selatan Tahun 2008-2010

NO URAIAN

SULSEL NAS % SULSEL NAS % SULSEL NAS % 1 Jumlah penduduk usia  10‐59 Th   5,756,501 169,251,600 3.40 5,968,421 173,452,500 3.44 6,055,602     175,468,200 3.45 2 Prevalensi        1.80        1.99       2.04       2.21       2.08

3 Penyalahguna     103,849      3,362,527 3.09    121,773     3,826,974 3.18      125,730        4,071,015 3.09

2008 2010 2011

Sumber : Jurnal Data P4GN (diolah)

Penyalahguna narkoba di Indonesia pada tahun 2008 sebanyak 3.362.527 orang dan meningkat menjadi 3.826.974 penyalahguna pada tahun 2010, bahkan diperkirakan menjadi 175.468.200 penyalahguna ada akhir tahun 2011. Sedangkan penyalahguna narkoba di Sulawesi Selatan pada tahun 2008 terdiri dari 3,09% dari angka nasional,

(8)

meningkat menjadi sebesar 3,18% pada tahun 2010, serta diperkirakan 3,9% pada tahun 2011.

Sumber : Jurnal Data P4GN (diolah)

Jika dilihat dari trend perkembangannya, maka setiap tahunnya di Sulawesi Selatan mengalami peningkatan penyalahguna narkoba sebesar 6%, sehingga pada tahun 2015 dapat diperkirakan menjadi 168.255 penyalahguna jika tidak mendapat penanganan yang tepat.

2. Penyalahgunaan Narkoba yang Dirawat Ditempat Terapi dan Rehabilitasi

Penyalahguna narkoba yang mendapatkan pelayanan terapi dan rehabilitasi di seluruh Indonesia pada tahun 2010 sebanyak 3.477 orang yang teriri dari 3.127 laki-laki (89,9%) dan 350 perempuan (10,10%).

Tabel. 2

Penyalahguna Narkoba Yang Dirawat Di Tempat Terapi dan Rehabilitasi Berdasarkan Jenis Kelamin di Sulawesi Selatan Tahun 2010

(9)

SULSEL

NAS

1 LAKI

55

      

3,127

1.76

2 PEREMPUAN

3

350

0.86

JUMLAH

58

      

3,477

1.67

%

JENIS

 

KELAMIN

No

PENYALAHGUNA

Sumber : Jurnal Data P4GN (diolah)

Sedangkan di Sulawesi Selatan, penyalahguna narkoba yang dilayani di tempat terapi dan rehabilitasi 58 orang yang terdiri dari 55 laki-laki (94,82%) dan 3 perempuan (5,17%).

3. Tersangka Pengedar dan Penyalahguna Narkotika dan Psikotropika

Tersangka pengedar dan penyalahguna narkotika dan psikotropika di Indonesia cukup memprihatinkan. Sebanyak 26.201 tersangka, 43,01% diantaranya sebagai pengedar, dan pada tahun 2010 sebanyak 25.414 tersangka, 49,91% diantaranya sebagai pengedar.

Tabel. 3

Tersangka Pengedar dan Penyalahguna Narkotika dan Psikotropika di Sulawesi Selatan Tahun 2008-2010

No URAIAN

SULSEL NAS % SULSEL NAS % SULSEL NAS % 1 Pengedar 90 11,283 0.80 91 13,050 0.70 78    12,685 0.61 2 Penyalahguna 344 14,918 2.31 247 13,739 1.80 541    12,729 4.25 JUMLAH 434 26,201 1.66 338 26,789 1.26 619    25,414 2.44

2008 2009 2010

Sumber : Jurnal Data P4GN (diolah)

Sedangkan di Sulawesi Selatan, tersangka pengedar dan penyalahguna narkotika pada tahun 2008 sebanyak 434 tersangka, 20,74% diantaranya sebagai pengedar, dan pada tahun 2010 sebanyak 619 tersangka, 12,60% diantaranya sebagai pengedar. Perbandingannya dapat dilihat pada gambar 2.

(10)

Sumber : Jurnal Data P4GN (diolah)

4. Kasus dan Tersangka Narkotika yang Ditangkap POLRI

Kasus dan tersangka narkotika yang ditangkap POLRI dan BNN di Indonesia tidak terlalu mengalami peningkatan, yaitu pada tahun 2008 (18.621 kasus dan 25.049 tersangka), tahun 2009 (18.579 kasus dan 25.032 tersangka), dan tahun 2010 (17.877 kasus dan 23.958 tersangka).

Sedangkan kasus narkotika di Sulawesi Selatan, mengalami peningkatan yang berarti dari tahun 2007-2010. Secara rinci dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar.3

Data Kasus Narkotika yang Ditangkap POLDA di Sulawesi Selatan Tahun 2007-2011

(11)

Sumber : Data POLDA Sulselbar

Tersangka penyalahguna narkoba yang ditangani POLDA Sulselbar dari tahun 2007-2011 menunjukkan angka rata-rata 90% tersangka penyalahguna tersebut berjenis kelamin laki-laki, dan 10% lainnya dari jenis kelamin perempuan, dapat dilihat pada gambar 4 berikut.

Gambar.4

Data Tersangka Penyalahguna Narkoba yang Ditangkap POLDA di Sulawesi Selatan Tahun 2007-2011

(12)

Sumber : Dit Narkoba POLDA Sulselbar

Tersangka penyalahguna narkoba di Sulawesi Selatan berdasarkan latar belakang pendidikan, dapat dilihat pada gambar 5 yaitu dari tahun 2007-2009 dijadikan tersangka paling banyak berlatar belakang pendidikan SD, kemudian SLTA, SLTP dan Perguruan Tinggi. Sedangkan pada tahun 2010-2011, terjadi perubahan yaitu paling banyak tersangka ditemukan berlatar belakang pendidikan SLTA, kemudian SD, SLTP dan perguruan tinggi.

Gambar.5

Data Tersangka Penyalahguna Narkoba yang Ditangkap POLDA Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Sulawesi Selatan Tahun 2007-2011

Sumber : Dit Narkoba Polda Sulselbar

Tersangka penyalahgunaan narkoba yang ditangani oleh POLDA di Sulawesi Selatan paling banyak dari kalangan pekerja swasta, kemudian pengangguran, buruh, pelajar dan seterusnya dari kalangan POLRI, PNS, serta mahasiswa.

Gambar.6

Data Tersangka Penyalahguna Narkoba yang Ditangkap POLDA Berdasarkan Pekerjaan di Sulawesi Selatan Tahun 2007-2011

(13)

Sumber : Dit Narkoba Polda Sulselbar

5. Barang Bukti Narkotika yang Disita POLRI dan BNN

Pola penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba dengan melihat barang bukti yang disita. Jenis barang bukti yang dominan disita pleh POLRI dan BNN dari tahun 2008-2010 di Indonesia yaitu daun ganja di atas 96,8%, menyusul ekstasi 1,56%, shabu 1,54% dan heroin/putaw 0,06%.

Secara angka, sitaan daun ganja pada tahun 2008 (40.496.253,20 gr), 2009 (110.764.253,90 gr), dan tahun 2010 (22.692.283,73 gr), secara rinci dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini.

Tabel. 4

Jumlah dan Rangking Barang Bukti Narkotika yang Disita POLRI dan BNN di Sulawesi Selatan Tahun 2008-2010

(14)

Sulsel (gr) Nas (gr) Sulsel (gr) Nas (gr) Sulsel (gr) Nas (gr)

1 Barang bukti daun ganja    9,337.80    40,496,253.20   0.02      21    280.50  110,764,253.90  0.0003      24     474.85    22,692,283.73 0.0021 25 2 Barang bukti heroin/ putaw         14.72       20,553.30   0.07        8      10.88        15,473.73  0.0703        8       ‐        33,111.34 0 3 Barang bukti ekstasi         1,050       1,091,204   0.10      15      4,683          318,934.50  1.4683        9       1,191         434,660.25 0.274 8 4 Barang bukti shabu         1,189        709,854   0.17        6      2,465          239,449.60  1.0294        7       1,616         649,119.30 0.249 17

JUMLAH       11,592        42,317,865   0.03      7,439       111,338,112  0.0067       3,282         23,809,175 0.0138 No URAIAN BARANG BUKTI 2008 % Peringk 2009 % 2010

at Peringk at Pering kat %

Sumber : Jurnal Data P4GN (diolah)

Sedangkan barang bukti sitaan narkotika di Sulawesi Selatan sangat bervariasi setiap tahunnya, pada tahun 2008 barang sitaan terbanyak yaitu daun ganja ( 80,56%), disusul sabhu (10,26%),ekstasi (9,06%) dan Heroin/putaw (0,12%). Tahun 2009 justru ekstasi yang terbanyak (62,96%), kemudian menyusul shabu (33,14%), daun ganja (3,76%) dan heroin/putaw (0,13%). Sedangkan pada tahun 2010 barang sitaan yang terbanyak yaitu shabu (49,25%), menyusul ekstasi (36,30%), dan daun ganja (14,45%).

Sumber : Jurnal Data P4GN (diolah)

(15)

Berdasarkan pengungkapan kasus penyalahguna narkoba di Sulawesi Selatan oleh POLDA Sulselbar sudah hampir semua kabupaten/ kota dapat ditemukan. Berkaitan dengan data pengungkapan kasus tersebut, dapat ditentukan kerawanan daerah penyebaran dan penyalahgunaan narkoba. Kabupaten/kota yang paling rawan yaitu Kota Makassar, kemudian Kota Pare-pare, Kab. Maros, Kab. Sidrap, Kab. Bone, Kab. Pinrang dan selengkapnya dapat dilihat pada gambar 8.

Gambar.8

Data Kerawanan Daerah Berdasarkan Peredaran dan Penyalahgunaan Narkoba di Sulawesi Selatan Tahun 2007-2011

Sumber : Dit Narkoba POLDA Sulselbar

7. Situasi Sumber Daya

Hasil-hasil pencapaian program dan kegiatan tersebut tentu tidak terlepas dengan ketersediaan sumber daya, yaitu sumber daya sarana dan sumber daya manusia. Adapun situasi dan kondisi ketersediaan sumber daya sarana dan sumber daya manusia diuraikan seperti berikut:

(16)

Sumber daya Badan Narkotika Nasional Provinsi Sulawesi Selatan baik jumlah, perlengkapan, dan tenaganya masih kurang. Sarana perkantoran BNNP Sulawesi Selatan sampai dengan November 2011 masih sampai pada tahap pembangunan. Sedangkan perlengkapan, BNNP Sulawesi Selatan memiliki 2 unit kendaraan roda4 operasional dan satu unit kendaraan laboratorium tes narkoba serta 10 unit komputer PC, 3 unit notebook dan 5 unit printer.

Jumlah Badan Narkotika Kab./Kota yang telah melembaga menjadi instansi vartikal sampai dengan November 2011 sebanyak satu badan, yaitu BNNK Palopo. Sedangkan 22 BNK lainnya masih berstatus di bawah pemerintah daerah.

b. Sumber Daya Manusia

Jumlah pegawai Badan Narkotika Nasional Provinsi Sulawesi Selatan sampai November 2011 sebanyak 35 orang, satu orang eselon II, 2 orang eselon III (masih kosong 2 eselon III), dan 6 orang eselon IV (masih kosong 4 eselon IV), serta 26 orang staf.

Berdasarkan tingkat pendidikannya, tenaga BNNP Sulawesi Selatan memiliki S2 (4 orang), S1(19 orang), D3(1 orang), dan SLTA (9 orang).

B. Potensi dan Permasalahan

Dalam penyusunan Rencana Strategis, perlu dilakukan analisis mengenai potensi, peluang, permasalahan dan tantangan yang dihadapi. Berdasarkan situasi dan kondisi BNNP Sulawesi Selatan, maka dapat dianalisis seperti berikut :

1. Potensi dan Peluang

a. Potensi yang dimiliki Badan Narkotika Nasional Provinsi Sulawesi Selatan, seperti berikut :

1) Badan Narkotika Nasional Provinsi Sulawesi Selatan telah menjadi lembaga vartikal.

2) Badan Narkotika Kab./Kota akan berubah menjadi lembaga vartikal.

3) Badan Narkotika Nasional Provinsi Sulawesi Selatan telah memiliki Sumber Daya Manusia sebanyak (35 orang) yang dipekerjakan oleh Pemerintah Daerah.

(17)

4) Komitmen beberapa lembaga pemerintah dan swasta yang menangani narkoba di Sulawesi Selatan.

b. Peluang yang dimiliki Badan Narkotika Nasional Provinsi Sulawesi Selatan, seperti berikut :

1) Perjanjian kerjasama Nomor 111/III/Pemprov/2011 antara BNN dan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan.

2) Kewenangan dalam UU No. 35/2009 tentang Narkotika, BNNP dapat membentuk wadah Peran Serta Masyarakat (PSM) serta kewenangan penyelidikan dan penyidikan kasus narkoba.

3) Inpres No. 12/2011 tentang pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional P4GN sebagai bentuk komitmen bersama seluruh komponen masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia.

4) Perjanjian kerjasama Nomor B/77/XI/2011/BNNP - 2097/BKKM /XI/2011 antara BNNP Sulawesi Selatan dan Balai Kesehatan Kerja Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan.

2. Permasalahan dan Tantangan

Selain memiliki potensi dan peluang, Badan Narkotika Nasional Provinsi Sulawesi Selatan juga diperhadapkan pada berbagai permasalahan dan tantangan. Permasalahan-permasalahan yang dihadapi Badan Narkotika Nasional Provinsi Sulawesi Selatan, antara lain :

a. Penyalahguna narkoba semakin meningkat dengan pertumbuhan 6% per tahun. b. Masih rendahnya pelayanan rehabilitasi terhadap pecandu narkoba.

c. Masih kurangnya peran serta masyarakat untuk upaya P4GN

d. Masih rendahnya pengungkapan kasus penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

e. Sarana perkantoran belum memadai f. Koordinasi Lintas Sektor belum berjalan

g. Jaringan kelembagaan Kab/Kota belum terkoordinir

h. Sosialisasi UU No. 35/2009 dan Inpres No.12/2011 belum maksimal. i. Keterbatasan Sumber Daya Manusia dan finansial.

(18)

j. Minimnya data dan informasi tentang penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

Sedangkan tantangan yang dihadapi Badan Narkotika Nasional Provinsi Sulawesi Selatan sampai dengan tahun 2014 ke depan, antara lain :

a. Trend perkembangan peredaran gelap narkoba sangat cepat. b. Pengaruh ekonomi bagi pengangguran.

c. Perkembangan teknologi informasi yang memudahkan komunikasi peredaran gelap narkoba.

d. Masih adanya oknum penegak hukum yang terlibat pada penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

(19)

BAB III

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI

SULAWESI SELATAN

A. Visi Badan Narkotika Nasional Provinsi

Memperhatikan visi Badan Narkotika Nasional (BNN) Repubik Indonesia yang tertuang di dalam Rencana Strategis Badan Narkotika Nasional (BNN) 2010-2014 adalah: “Menjadi Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang profesional dan mampu menyatukan langkah seluruh komponen masyarakat, bangsa dan negara Indonesia dalam melaksanakan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lainnya.”

Berdasarkan visi tersebut dan analisis permasalahan pokok program pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di Sulawesi Selatan, maka dirumuskan visi Badan Narkotika Nasional Provinsi Sulawesi Selatan sebagai berikut :

“Menjadi Instansi Vertikal yang profesional dan mampu menggerakkan seluruh komponen masyarakat, Instansi Pemerintah dan Swasta dalam melaksanakan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di Sulawesi Selatan”

B. Misi Badan Narkotika Nasional Provinsi

Untuk mewujudkan Visi yang telah ditetapkan oleh Badan Narkotika Nasional Provinsi Sulawesi Selatan, maka dirumuskan misi sebagai berikut:

Bersama komponen masyarakat, Instansi Pemerintah terkait dan Swasta di Sulawesi Selatan melaksanakan pencegahan, pemberdayaan masyarakat, pemberantasan, rehabilitasi dan kerjasama di bidang pencegahan dan

(20)

pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika, prekursor dan bahan adiktif lainnya”.

C. Tujuan

Badan Narkotika Nasional Provinsi Sulawesi Selatan dalam rangka mendukung misi nya, maka menetapkan tujuan sebagai berikut :

1. Peningkatan daya tangkal (imunitas) masyarakat Sulawesi Selatan terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba.

2. Peningkatan peran serta masyarakat Sulawesi Selatan dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

3. Peningkatan angka pemulihan penyalahguna dan/atau pecandu narkoba di Sulawesi Selatan.

4. Peningkatan pemberantasan sindikat jaringan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di Sulawesi Selatan.

D. Sasaran

Sasaran strategis Badan Narkotika Nasional Provinsi Sulawesi Selatan berdasarkan tujuan dalam upaya pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba, antara lain :

1. Meningkatnya pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran siswa, mahasiswa, pekerja, keluarga, dan masyarakat rentan/resiko tinggi terhadap bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

2. Meningkatnya peranan instansi pemerintah, swasta dan kelompok masyarakat dalam upaya menciptakan dan meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran masyarakat di lingkungan masing-masing terhadap bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

3. Terciptanya lingkungan pendidikan, lingkungan kerja, masyarakat rentan/resiko tinggi, dan lingkungan keluarga bebas narkoba melalui peran serta instansi pemerintah terkait, swasta dan komponen masyarakat.

4. Menurunnya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba melalui pemberdayaan Alternatif/Pengembangan Komunitas di daerah perkotaan dan pedesaan.

(21)

5. Meningkatnya pelayanan terapi dan rehabilitasi penyalahguna dan atau pecandu narkoba dan kapasitas lembaga rehabilitasi medis dan sosial.

6. Meningkatnya pelaksanaan upaya pascarehabilitasi penyalahguna dan/atau pecandu narkoba.

7. Meningkatnya pengungkapan tindak kejahatan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika.

8. Terungkapnya jaringan sindikat peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika. 9. Disitanya barang bukti dan aset yang berkaitan dengan tindak kejahatan

(22)

BAB IV

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI

SULAWESI SELATAN

E. Arah Kebijakan Badan Narkotika Nasional Provinsi Sulawesi Selatan

Berkenaan dengan sasaran Badan Narkotika Nasional Provinsi Sulawesi Selatan pada bab sebelumnya, maka diputuskan arah kebijakan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di Sulawesi Selatan pada periode 2012-2014, antara lain :

1. Menjadikan 97,96 % penduduk Sulawesi Selatan imun terhadap PPGN melalui partisipasi aktif seluruh komponen masyarakat, pemerintah dan swasta dengan menumbuhkan sikap menolak narkoba dan menciptakan lingkungan bebas narkoba. 2. Menjadikan 2,04 % penduduk Sulawesi Selatan (penyalahguna narkoba) secara

bertahap mendapat layanan rehabilitasi melalui rawat inap/rawat jalan.

3. Menumpas jaringan sindikat narkoba hingga ke akar-akarnya melalui pemutusan jaringan sindikat narkoba dalam negeri dan Provinsi Sulawesi Selatan dan penghancuran kekuatan ekonomi jaringan sindikat narkoba dalam negeri dengan cara penyitaan aset melalui penegakan hukum yang tegas dan keras.

F. Strategi Badan Narkotika Nasional Provinsi Sulawesi Selatan

Strategi yang ditetapkan untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut antara lain: 1. Melakukan ekstensifikasi dan intensifikasi pencegahan penyalahgunaan dan

peredaran gelap narkoba dengan cara membangun dan meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran masyarakat terhadap bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

2. Melakukan ekstensifikasi dan intensifikasi pemberdayaan masyarakat dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba dengan cara mendorong peran serta masyarakat dalam menciptakan lingkungan bebas narkoba

(23)

3. Memfasilitasi penyediaan sarana terapi dan rehabilitasi bagi penyalahguna dan/atau pecandu narkoba dengan cara meningkatkan kemampuan pelayanan terapi dan rehabilitasi bagi penyalahguna dan/atau pecandu narkoba.

4. Memberantas sindikat jaringan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba dengan cara memetakan dan mengungkap sindikat jaringan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba serta menyita aset pelaku tindak kejahatan narkoba

G. Program, Kegiatan dan Komponen Kegiatan Badan Narkotika Nasional Provinsi Sulawesi Selatan

Program yang telah ditetapkan oleh Badan Narkotika Nasional yang akan dilaksanakan oleh Badan Narkotika Nasional Provinsi yaitu “Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba”. Berdasarkan program tersebut, ditetapkan pula kegiatan yang menjadi prioritas pada Badan Narkotika Nasional Provinsi, yaitu “Pelaksanaan dan Peningkatan Kapasitas Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Daerah”.

Komponen kegiatan yang dilaksanakan oleh Badan Narkotika Nasional Provinsi Sulawesi Selatan dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran program dan kegiatan tersebut antara lain :

1. Komponen Kegiatan Bidang Pencegahan

a. Pagelaran seni budaya

b. Diseminasi informasi melalui media cetak

c. Diseminasi melalui media luar ruang

d. Diseminasi media elektronik

e. Kampanye hidup sehat tanpa narkoba

f. Pameran anti narkoba

g. Advokasi P4GN di lingkungan perkantoran pemerintah

h. Advokasi P4GN di lingkungan pendidikan

(24)

j. Advokasi P4GN pada organisasi/ kelompok masyarakat

k. Pembentukan dan pelatihan kader penyuluh anti narkoba.

2. Komponen Kegiatan Bidang Pemberdayaan Masyarakat

a. Peran serta mahasiswa dalam menciptakan lingkungan kampus bebas narkoba

b. Peran serta siswa dalam menciptakan lingkungan SLTA bebas narkoba

c. Peran serta pekerja dalam menciptakan lingkungan kerja bebas narkoba

d. Gerakan bebas narkoba di lingkungan kerja formal/ in formal

e. Pengembangan kemitraan swasta dan organisasi masyarakat

f. Pembentukan dan pemberdayaan desa/ lurah bebas narkoba.

g. Pembinaan dan pengembangan pemberdayaan LSM dalam rangka upaya P4GN

h. Fasilitasi LSM dalam rangka P4GN

i. Lokakarya pemberdayaan tokoh masyarakat, agama dan pemuda

j. Gerakan bebas narkoba di lingkungan keluarga

k. Gerakan orang tua siswa anti narkoba

l. Penguatan skill wadah peran serta masyarakat

m. Pemberdayaan UKS/UKM dalam upaya P4GN

n. Gerakan desa siaga narkoba

o. Membuat dan membina komunitas RT/RW bebas narkoba

p. Pemberdayaan alternatif melalui tokoh agama/ masyarakat

q. Pemetaan dalam rangka persiapan pemberdayaan alternatif

r. Sosialisasi masyarakat bebas penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba

s. Pelatihan kerja di lingkungan community development

(25)

u. Assesment dan pendataan terhadap pengguna wajib lapor

v. Pembentukan/ pembinaan komunitas wajib lapor

w. Fasilitasi korban penyalahguna narkoba ke tempat rehabilitasi

x. Pelaksanaan/ pendampingan pasca rehabilitasi

y. Penjangkauan dan pendampingan pecandu narkoba

z. Lokakarya pembinaan lanjutan bagi korban penyalahguna narkoba

aa. Penguatan lembaga rehabilitasi

3. Komponen Kegiatan Bidang Pemberantasan

a. Fasilitasi peralatan intelijen, penyelidikan dan penyidikan

b. Pemetaan jaringan

c. Operasi airport interdiction

d. Operasi seaport interdiction

e. Operasi lingkungan masyarakat rentan

f. Pengungkapan pabrikan gelap narkoba, laboratorium rumahan dan jaringan yang terlibat.

g. Pengungkapan tindak pidana pencucian uang yang berkaitan dengan tindak pidana narkoba.

h. Penyidikan aset tersangka kejahatan narkoba

i. Penyidikan dan upaya peradilan jaringan sindikat peredaran narkoba

j. Pengawasan terhadap produksi, distributor, penggunaan, bahan kimia prekursor.

4. Komponen Kegiatan Bagian Tata Usaha

a. Penyusunan Laporan Capaian program P4GN

b. Penyusunan dan review Renstra

(26)

d. Penetapan Kinerja

e. Penyusunan LAKIP

f. Pelaksanaan Murembang

g. Penyusunan Kebijakan Strategi

h. Penyusunan laporan BNNP

i. Rakoor Lintas Sektor Terkait

j. Pengkajian capaian kegiatan

k. Studi penyalahgunaan narkoba

l. Rapat teknis, sosialisasi dan pelatihan Sistem Informasi Narkoba

m. Penyusunan jurnal data P4GN

n. Sosialisasi UU yang berkaitan dengan narkoba

o. Diskusi sinergitas BNNP dengan Lintas sektor terkait dalam mendukung upaya P4GN

p. Capacity building

q. Pembahasan dan penyusunan perjanjian kerjasama lintas sektor.

r. Layanan dukungan manajemen operasional perkantoran

s. Pengelolaan kepegawaian dan organisasi BNNP

t. Pembukuan dan pelaporan keuangan sesuai Sistem Akuntansi Instansi/SAI

(27)

BAB V

P E N U T U P

RENSTRA Badan Narkotika Nasioanal Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011-2014 merupakan komitmen perencanaan yang sekaligus memberikan arah kepada pemangku kepentingan (stakeholder) untuk berperan aktif dalam Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN).

Sasaran RENSTRA Badan Narkotika Nasioanal Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011-2014 sangat fleksibel dan dapat berubah sewaktu-waktu sesuai dengan kondisi objektif yang berkembang dan selalu berkaitan dengan keperluan strategis yang mendesak.

Sasaran Renstra Badan Narkotika Nasioanal Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011-2014 diarahkan dan dikendalikan langsung oleh Kepala Badan Narkotika Nasioanal Provinsi Sulawesi Selatan. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan sehari-hari dibantu oleh seluruh jajaran lingkup Badan Narkotika Nasioanal Provinsi Sulawesi Selatan.

Upaya pencapaian sasaran RENSTRA Badan Narkotika Nasioanal Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011-2014 yang penerapannya dilaksanakan melalui berbagai komponen kegiatan didukung dengan pembiayaan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah termasuk oleh masyarakat dan swasta.

Monitoring dan evaluasi RENSTRA Badan Narkotika Nasioanal Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011-2014 tidak terlepas kaitannya dengan pengukuran kinerja bagian dan bidang lingkup Badan Narkotika Nasioanal Provinsi Sulawesi Selatan yang menunjukkan sampai seberapa jauh pencapaian tujuan dan sasaran yang telah dirumuskan, serta hasilnya disampaikan dalam bentuk laporan tertulis dengan memperhatikan prinsip-prinsip Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dalam bentuk Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP).

Evaluasi umum pelaksanaan RENSTRA Badan Narkotika Nasioanal Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011-2014 dilaksanakan pada akhir periode dan dibuat sebagai evaluasi resmi kinerja Badan Narkotika Nasioanal Provinsi Sulawesi Selatan dalam

(28)

melaksanakan RENSTRA Badan Narkotika Nasioanal Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011-2014 sekaligus sebagai pertimbangan dalam penyiapan Renstra periode berikutnya.

Renstra Badan Narkotika Nasioanal Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011-2014 hendaknya dijalankan dengan penuh tanggung jawab, moral dan dedikasi yang tinggi dalam mendukung kinerja Badan Narkotika Nasioanal Provinsi Sulawesi Selatan secara keseluruhan sebagai wujud pengabdian kepada nusa dan bangsa.

KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN,

(29)

RENCANA AKSI BNNP SULAWESI SELATAN

No TUJUAN RENCANA AKSI TARGET/ TAHUN PELAKSANA INDIKATOR

2011 2012 2013 2014 BIDANG PENCEGAHAN 1 Para Siswa/Pelajar pendidikan menengah tidak menyalahgunakan narkoba dan terlibat peredaran gelap narkoba.

Memberikan penyuluhan dan penerangan kepada para Siswa/Pelajar menengah yang rentan dan beresiko tinggi dari

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

0 200 300 390

Dinas Pendidikan, Kanwil Kem. Agama, KPA, Biro Napza & HIV-AIDS, BNNP

Meningkatnya jumlah Siswa/Pelajar

pendidikan menengah menolak narkoba.

Membentuk dan meningkatkan keterampilan kader anti narkoba di kalangan para

Siswa/Pelajar pendidikan menengah yang lingkungannya rentan dan beresiko

0 35 100 130

Dinas Pendidikan, Kanwil Kem. Agama, KPA, Biro Napza & HIV-AIDS, BNNP

Meningkatnya jumlah Kader Anti Narkoba di kalangan para

Siswa/Pelajar

pendidikan menengah.

2

Para Mahasiswa tidak menyalahgunakan narkoba dan terlibat peredaran gelap narkoba

Memberikan penyuluhan dan penerangan kepada para Mahasiswa yang rentan dan beresiko tinggi dari penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

0 600 710 970

Dinas Pendidikan, Kanwil Kem. Agama, KPA, Biro Napza & HIV-AIDS, BNNP

Meningkatnya jumlah Mahasiswa menolak narkoba

Membentuk dan meningkatkan keterampilan kader anti narkoba di kalangan Mahasiswa yang lingkungannya rentan dan beresiko tinggi dari penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

0 105 150 200

Dinas Pendidikan, Kanwil Kem. Agama, KPA, Biro Napza & HIV-AIDS, BNNP

Meningkatnya jumlah Kader Anti Narkoba di kalangan para

Mahasiswa.

3

Para pekerja swasta /wiraswasta/buruh tidak menyalahgunakan narkoba dan terlibat peredaran gelap narkoba

Memberikan penyuluhan dan penerangan kepada para pekerja di perusahaan atau instansi swasta yang rentan dan beresiko tinggi dari penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

0 200 480 624

Disnkertrans, Biro Napza dan HIV-AIDS, BNNP

Meningkatnya jumlah Pekerja di perusahaan atau instansi swasta menolak narkoba

Membentuk dan meningkatkan keterampilan kader anti narkoba di instansi

swasta/wiraswasta yang lingkungannya rentan dan beresiko tinggi dari penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

0 35 50 65

Disnkertrans, Biro Napza dan HIV-AIDS, BNNP

Meningkatnya jumlah Kader Anti Narkoba di lingkungan perusahaan atau instansi swasta.

(30)

4

Para pegawai di lembaga Negara/pemerintah tidak menyalahgunakan narkoba dan terlibat peredaran gelap narkoba

Memberikan penyuluhan dan penerangan kepada pegawai negeri yang rentan dan beresiko tinggi dari penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

0 200 120 120 Seluruh lembaga pemrintah

Meningkatnya jumlah Pegawai Negeri menolak narkoba

Membentuk dan meningkatkan keterampilan kader anti narkoba di instansi pemerintah yang lingkungannya rentan dan beresiko tinggi dari penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

0 35 50 65 Seluruh lembaga pemerintah

Meningkatnya jumlah Kader Anti Narkoba di lingkungan Instansi Pemerintah.

BIDANG PEBERDAYAAN MASYARAKAT

1

Lingkungan pendidikan menengah bebas dari penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba terutama Ganja, Shabu, Ekstasi, dan Heroin

Melakukan test narkobadimulai dari pendidikan menengah yang rentan dan beresiko tinggi terhadap penyalahgunan dan peredaran gelap narkoba.

0 3 3 3 Dinkes, BNNP

Meningkatnya jumlah pendidikan menengah bebas narkoba Memberikan pelayanan rehabilitasi medis

dan rehabilitasi sosial bagi pelajar

pendidikan menengah yang terlibat sebagai penyalahguna, korban penyalahgunaan, dan pecandu narkoba

0 3 3 3 Dinkes, Dinsos, BNNP

Mengungkap jaringan sindikat narkoba

yang mengakibatkan pelajar pendidikan menengah terlibat sebagai penyalahguna, korban penyalahgunaan, dan pecandu narkoba. 0 0% 10% 20% Polda, BNNP 2 Lingkungan kampus bebas dari penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba terutama Ganja, Shabu, Ekstasi, Heroin.

Melakukan test narkoba dimulai dari kampus yang rentan dan beresiko tinggi terhadap penyalahgunan dan peredaran gelap narkoba.

0 6 6 6 Dinkes, BNNP

Meningkatnya jumlah kampus bebas narkoba Memberikan pelayanan rehabilitasi medis

dan rehabilitasi sosial bagi Mahasiswa yang

terlibat sebagai penyalahguna, korban penyalahgunaan, dan pecandu narkoba

0 6 6 6 Dinkes, Dinsos, BNNP

Mengungkap jaringan sindikat narkoba

yang mengakibatkan Mahasiswa terlibat sebagai penyalahguna, korban

penyalahgunaan, dan pecandu narkoba.

(31)

r r

3

Lingkungan kerja bebas dari penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba terutama Ganja, Shabu, Ekstasi, dan Heroin

Melakukan test narkobadimulai dari lingkungan kerja yang rentan dan beresiko tinggi terhadap penyalahgunan dan peredaran gelap narkoba.

0 4 4 4 Dinkes, BNNP

Meningkatnya

jumlahlingkungan kerja bebas narkoba

Memberikan pelayanan rehabilitasi medis

dan rehabilitasi sosial bagipekerja/ pegawai

yang terlibat sebagai penyalahguna, korban penyalahgunaan, dan pecandu narkoba

0 4 4 4 Dinkes, Dinsos, BNNP

Mengungkap jaringan sindikat narkoba

yang mengakibatkan pekerja/ pegawai terlibat sebagai penyalahguna, korban

penyalahgunaan, dan pecandu narkoba.

0 0 10% 20% Polda, BNNP

4

Para pencandu narkoba yang sudah cukup umur atau keluarganya dan orang tua atau wali pecandu Narkotika yang belum cukup umur

melaporkan diri kepada institusi penerima wajib lapor

Melakukan pendataan Wajib Lapor secara

terpadu 0 20 100 o 200 o

Dinkes, Dinsos, BNNP, Polda

Meningkatnya jumlah pecandu narkotika yang melaporkan diri dan menerima perawatan

5

Secara bertahap para penyalahguna, korban penyalahgunaa, dan pencandu narkoba dapat menerima pelayanan rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial

Melakukan pendataan kondisi lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial instansi pemerintah dan komponen masyarakat 0 4 Kab/K ota 10 Kab/K ota 18 Kab/K ota Dinkes, Dinsos, BNNP Meningkatnya jumlah penyalahguna, korban penyalahgunaan, dan pecandu narkoba yang mengikuti program rehabilitasi

Meningkatkan penguatan lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial terutama

lembaga yang hendak berhenti beroperasi

0 4 KM 4 KM 4 KM BNNP

Melakukan penataan kembali lembaga rehabilitasi sesuai dengan status

penyalahguna, korban penyalahgunaan, dan pecandu yang datang sendiri, mengikuti program wajib lapor, tersangka/terdakwa, atau terpidana

0 10% 20% 30% Dinkes, Dinsos, BNNP

(32)

u u

6

Secara bertahap tersedianya lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial didaerah rawan

penyalahgunaan narkoba

Melakukan pendataan kembali terhadap tersedianya lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial terutama Kabupaten/Kota yang benar-benar belum tersedia lembaga rehabilitasi 0 LUT, WAJ, BUK SEL, SID, BON BAN, PIN, LUT Dinkes, Dinsos, BNNP Meningkatnya lembaga rehabilitasi di daerah rawan penyalahgunaan narkoba 7 Para penyalahguna, korban penyalahgunaan, dan pencandu narkoba yang telah lengkap menyelesaikan program rehabilitasi secara berlanjut mengikuti program after care untuk

Memberikan pelayanan mantan

penyalahguna, korban penyalahgunaan, dan pecandu narkoba dengan program after care

0 +10% +10% +10% Dinkes, Dinsos, BNNP

Meningkatnya mantan penyalahguna, korban penyalahgunaan, pecandu narkoba yang mengikuti program after care

Melakukan penataan sIstem manajemen informasi yang terpadu bagi para mantan penyalahguna, korban penyalahgunaan, dan pecandu narkoba 0 12 12 12 Dinkes, Dinsos, BNNP BIDANG PEMBERANTASAN 1 Terungkapnya penyelewengan bahan kimia prekursor dan penindakan jaringan tersangka berdasarkan hukum yang berlaku

Meningkatkan koordinasi instansi terkait yang bertanggung jawab melakukan pengawasan bahan kimia prekursor

0 12 12 12 Dinkes, Dinsos, Disperindag, Bea Cukai, Polda, BNNP, BPOM, PBF Meningkatnya hasil pengungkapan penyelewengan bahan kimia prekursor

Melakukan penegakan hukum yang tegas dan keras terhadap setiap terjadinya

penyimpangan bahan kimia prekursor :

0 0 1 kas 1 kas

Polda dan BNNP - Prekursor yang disita 0 0 25% 25%

- Produksi kimia Prekursor yang diungkap 0 0 10% 10% - Tersangka yang terlibat produksi kimia

prekursor yang ditangkap 0 0 10% 10%

2

Tersitanya seluruh aset jaringan sindikat narkoba yang terkait tindak pidana narkotika

Melakukan penyelidikan dan penyidikan, penuntutan, dan peradilan tindak pidana pencucian uang sampai dengan penyitaan aset yang berkaitan dengan tindak pidana narkotika

0 0 150 Jt 10% Polda, Kejati, BNNP, 

Kanwil Kumham

Meningkatnya nilai aset  yang disita

(33)

u u 3

Terlaksananya penyelidikan dan penyidikan, penuntutan, dan peradilan jaringan sindikat narkoba provinsi secara sinergi

meningkatkan koordinasi, integrasi, dan  sinkronisasi antar aparat penegak hukum  provinsi sulsel dalam upaya melakukan  tindakan tegas dan keras terhadap master  mind jaringan sindikat yang berada di luar  sulsel dengan memanfaatkan UU Pencucian  Uang dengan menyelenggarakan peradilan in  – abstentia  0 1 Lapor an/ Kasu s 1 kas 2 kas

Bea Cukai, Imigrasi, Polda, BNNP, Kejati, Lapas, Kanwil Kumham Meningkatnya  penyelesaian jumlah  kasus TP Narkotika 4 Terciptanya aparat pemerintah yang bersih dan berwibawa

Melibatkan seluruh komponen masyarakat  dalam melakukan pengawasan terhadap  kinerja aparat penegak hukum 

0 12 12 12

LSM, TOMA, Tokoh pemuda, Tokoh Agama, Pengacara,

Keluarga Berkurangnya aparat 

penegak hukum yang  terlibat jaringan  sindikat narkoba Melakukan penindakan tanpa pandang bulu 

terhadap para aparat penegak hukum dan  aparat pemerintah lainnya yang terlibat  jaringan sindikat narkoba melalui proses  peradilan 

0 0 12 12 Polda, BNNP, Kanwil Kumham, Kejati

5

Terselenggaranya  penegakan hukum yang  sinergi 

Meningkatkan koordinasi antar aparat  penegak hukum di lapangan demi 

terungkapnya jaringan sindikat yang lebih  besar 

0 12 12 12 Bea cukai, Polda, 

BNNP Berkurangnya  permasalahan penegak  hukum di lapangan 6 Terungkapnya jaringan sindikat narkoba nasional

Membangun komunikasi dengan sesama  aparat penegak hukum dan saling tukar  informasi tentang perkembangan jaringan  sindikat yang menjadi target nasional 

0 0 1 jar 2 jar Bea Cukai, Polda,

Imigrasi, BNNP Meningkatnya hasil 

pengungkapan jaringan  sindikat nasional  Mengevaluasi dan mengintensifkan 

kerjasama yang telah terjalin selama ini  0 12 12 12

Bea Cukai, Polda, Imigrasi, BNNP

KEPALA BNNP SULAWESI SELATAN,

(34)

PROGRAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) KEGIATAN : PELAKSANAAN DAN PENINGKATAN KAPASITAS P4GN DI DAERAH

OUT PUT KOMPONEN/ SUB KOMPONEN KEGIATAN TAHUN/ BIAYA (DALAM RIBUAN) 2012 2013 2014

1 Layanan Penggajian Pegawai

2 Wahana diseminasi informasi P4GN yang dipublikasikan

a. Pagelaran Seni Budaya

1) Pementasan pagelaran seni budaya P4GN bagi masyarakat 64.975 71.473 84.468 2) Pementasan pagelaran seni budaya P4GN di kampus 64.975 71.473 84.468

3)

Pembekalan informasi bahaya penyalahgunaan narkoba bagi pelaksanan kesenian

tradisional 71.000 92.300 b. Diseminasi melalui media cetak

1) Media cetak lokal 25.160 27.676 32.708 2) Penyusunan bulletin anti narkoba 43.360 47.696 56.368 3) Cetak bahan P4GN 21.300 23.430 27.690 c. Diseminasi melalui media luar ruang

1) Iklan media spanduk 38.440 42.284 49.972 2) Iklan media poster 34.440 37.884 44.772 d. Diseminasi melalui media elektronik

1) Talkshow 9.760 10.736 12.688 2) Penayangan Iklan TV 47.160 51.876 61.308 3) Pemutaran film 13.440 14.784 17.472 4) Penayangan iklan radio 16.560 18.216 21.528 e. Kampanye hidup sehat tanpa narkoba 65.000 84.500 f. Pameran anti narkoba 112.000 145.600

3 Organisasi pemerintah yang diadvokasi bidang P4GN

a. Advokasi P4GN di Lingkungan perkantoran pemerintah 47.510 52.261 61.763 b. Advokasi P4GN Lingkungan pendidikan

1) Advokasi P4GN di Lingkungan kampus 142.530 156.783 185.289 2) Advokasi di Lingkungan SLTA 47.510 52.261 61.763

4 Organisasi Swasta yang diadvokasi P4GN

Advokasi P4GN di lingkungan swasta 47.510 52.261 61.763

5 Organisasi/ kelompok masyarakat yang diadvokasi bidang P4GN

Advokasi P4GN di lingkungan keluarga 53.000 68.900 Advokasi P4GN di lingkungan anak jalanan 53.000 68.900 Advokasi P4GN di lingkungan organisasi pemuda 53.000 68.900 Advokasi P4GN pada tokoh agama 53.000 68.900

(35)

a.

Pembentukan kader penyuluh anti narkoba di lingkungan SLTA, Kampus, Instansi pemerintah dan swsta

1) Pembentukan kader penyuluh anti narkoba di lingkungan SLTA 62.560 68.816 81.328 2) Pembentukan kader penyuluh anti narkoba di lingkungan kampus 187.680 206.448 243.984 3) Pembentukan kader penyuluh anti narkoba di lingkungan pemerintah 62.560 68.816 81.328 4) Pembentukan kader penyuluh anti narkoba di lingkungan swasta 62.560 68.816 81.328 b. Temu kader penyuluh P4GN 412.000 535.600

7 Lembaga Pendidikan yang diberdayakan bidang P4GN

a. Peran serta kampus dalam menciptakan lingkungan kampus bebas narkoba

1) Workshop penguatan skill kader anti narkoba di lingkungan kampus 162.480 178.728 211.224 2) Pemberdayaan kader anti narkoba di lingkungan kampus 28.500 31.350 37.050 3) Deteksi narkoba di lingkungan kampus 86.820 95.502 112.866 b. Peran serta siswa dalam menciptakan lingkungan SLTA bebas narkoba

1) Workshop penguatan skill kader anti narkoba di lingkungan SLTA 54.160 59.576 70.408 2) Pemberdayaan kader anti narkoba di lingkungan SLTA 9.500 10.450 12.350 3) Deteksi narkoba di lingkunganSLTA 29.115 32.027 37.850

8 Lingkungan kerja yang diberdayakan P4GN

a. Peran serta pekerja dalam menciptakan lingkungan kerja bebas narkoba

1) Workshop penguatan skill kader anti narkoba di lingkungan kerja 91.520 100.672 118.976 2) Pemberdayaan kader anti narkoba di lingkungan kerja 11.000 12.100 14.300 3) Deteksi narkoba di lingkungan kerja 52.690 57.959 68.497 b. Gerakan bebas narkoba di lingkungan kerja formal/ informal 125.000 162.500

9 Lingkungan masyarakat yang diberdayakan P4GN

a. Pengembangan kemitraan swasta dan organisasi masyarakat 125.000 162.500 b. Pembentukan dan pemberdayaan desa/ lurah bebas narkoba 125.000 162.500 c. Pembinaan dan pengembangan pemberdayaan LSM dalam rangka upaya P4GN 125.000 162.500 d. Lokakarya pemberdayaan tokoh masyarakat, agama dan pemuda 112.000 145.600 e. Fasilitasi LSM dalam rangka P4GN 95.000 123.500 f. Gerakan bebas narkoba di lingkungan keluarga 125.000 162.500 g. Gerakan orang tua siswa anti narkoba 125.000 162.500 h. Penguatan skill wadah Peran Serta Masyarakat (PSM) 95.000 123.500 i. Pemberdayaan UKS/UKM dalam upaya P4GN 125.000 162.500 j. Gerakan desa siaga narkoba 250.000 325.000 k. Membuat komunitas RT/RW bebas narkoba 125.000 162.500

10 Lokasi (lingkungan masyarakat) perkotaan yang diberdayakan alternatif

a. Pemberdayaan alternatif melalui Pendekatan dengan tokog agama dan masyarakat 75.000 97.500 b. Pemetaan dalam rangka persiapan pemberdayaan alternatif perkotaan 89.000 115.700 c. Sosialisasi masyarakat bebas PPGN 125.000 162.500 d. Pelatihan kerja di lingkungan community development 95.000 123.500

(36)

b. Pemetaan dalam rangka persiapan pemberdayaan alternatif perkotaan 89.000 115.700 c. Sosialisasi masyarakat bebas PPGN 125.000 162.500 d. Pelatihan kerja di lingkungan community development 95.000 123.500

12 Penyalahguna/ pecandu narkoba yang menjadi wajib lapor

a. Penjangkauan dalam rangka assesment 75.000 97.500 b. Assesment & pendataan terhadap pengguna wajib lapor 79.300 87.230 103.090 c. Pembentukan/ Rakoor komunitas wajib lapor 65.000 84.500

13 Penyalahguna/ pecandu narkoba yang dijangkau layanan terapi dan rehabilitasi

a. Fasilitasi korban penyalahguna narkoba ke tempat rehabilitasi 19.200 21.120 24.960 b. Pelaksanaan/ pendampingan pasca rehabilitasi 44.200 48.620 57.460 c. Penjangkauan dan pendampingan pecandu narkoba 45.000 58.500 d. Lokakarya pembinaan lanjutan bagi korban penyalahguna narkoba 125.000 162.500 e. Penguatan lembaga rehabilitasi 135.000 175.500

14 Produk (informasi) intelijen yang dihasilkan

a. Fasilitasi peralatan intelijen,penyelidikan dan penyidikan 260.000 350.000 100.000

b. Pemetaan jaringan 112.000 123.200 145.600

c. Operasi airport interdiction 180.000 198.000 234.000

d. Operasi seaport interdiction 180.000 198.000 234.000

e. Operasi lingkungan masyarakat rentan 200.000 260.000 15 Berkas perkara kasus narkoba

Penyidikan dan upaya peradilan jaringan sindikat narkoba 250.000 325.000 16 Berkas penyidikan aset tersangka tindak kejahatan narkoba yg diselesaikan dan diajukan ke

tahap penuntutan

Penyidikan aset tersangka kejahatan narkoba 215.000 279.500 Pengungkapan pabrikan gelap narkoba, laboratorium rumahan dan jaringan yang terlibat 150.000 195.000 Pengungkapan tindak pidana pencucian uang yang berkaitan dengan tindak pidana

narkoba 150.000 195.000

Pengawasan terhadap produksi, distributor, penggunaan, bahan kimia prekursor. 250.000 325.000 17 Dokumen perencanaan, penganggaran, evaluasi dan pelaporan yang disusun

a. Laporan Capaian Program P4GN

1) Penyusunan laporan capaian program P4GN 105.060 115.566 136.578 2) Penyusunan Standar Operasional Prosedur 75.000 97.500 3) Pemantauan dan evaluasi program P4GN

b. Dokumen Perencanaan BNNP

1) Penyusunan dan review Renstra 65.750 72.325 85.475 2) Penyusunan pagu anggaran 11.720 12.892 15.236 3) Penyusunan RKA KL pagu alokasi anggaran 24.040 26.444 31.252 4) Pembinaan RKA KL 11.720 12.892 15.236 5) Penyelarasan RKA KL 8.620 9.482 11.206

(37)

6) Penetapan Kinerja 5.860 6.446 7.618 7) Sosialisasi dan Penyusunan Laporan (PP39) 58.630 64.493 76.219 8) Penyusunan LAKIP 41.280 45.408 53.664 9) Pelaksanaan Musrembang 10.820 11.902 14.066 10) Penyusunan Kebijakan Strategis Nasional 7.240 7.964 9.412 11) Penyusunan Laporan BNN 63.280 69.608 82.264 c. Dokumen Rencana Aksi dan Kerjasama

Rapat koordinasi dalam rangka penyusunan rencana aksi serta kerja sama LS 97.860 107.646 127.218 18 Layanan dukungan manajemen operasional perkantoran

a. Pemeliharaan Peralatan perkantoran

1) Pemeliharaan gedung 71.250 78.375 92.625 2) Pemeliharaan peralatan dan mesin 147.390 162.129 191.607 b. Layanan operasional perkantoran

1) Honor pengelola anggaran 65.400 71.940 85.020 2) Honor tenaga kontrak karya 149.400 164.340 194.220 c. Laporan keuangan BNNP 11.750 12.925 15.275 d. Layanan urusan tata usaha dan rumah tangga

1) Layanan rumah tangga 234.080 257.488 304.304 2) Pengadaan barang dan jasa 50.260 55.286 65.338 3) Urusan tata persuratan 18.000 19.800 23.400 19 Kendaraan bermotor 310.000 341.000 403.000 20 Perangkat pengolah data dan komunikasi 26.500 29.150 34.450 21 Peralatan dan fasilitas perkantoran 90.895 99.985 118.164 22 Pelaksanaan penelitian, data dan informasi P4GN

a. Pengkajian capaian kegiatan 145.000 188.500

b. Studi penyalahgunaan narkoba di kalangan siswa, mahasiswa, pekerja dan masyarakat 250.000 325.000 c. Rapat teknis SIN Kab/Kota 125.000 162.500 d. Sosialisasi dan pelatihan SIN Kab/Kota 225.000 292.500 e. Rapat koordinasi pengumpulan data P4GN 125.000 162.500 f. Penyusunan jurnal data P4GN 75.000 97.500 23 Layanan bantuan/ pembekalan hukum dan pembinaan/ konsultasi hukum yang

diselenggarakan

Sosialisasi UU yang berkaitan dengan narkoba 200.000 260.000 24 Kerjasama dengan instansi pemerintah/ swasta dan komponen masyarakat

a. Pembahasan dan penyusunan MoU 250.000 325.000 b. Capacity building 250.000 325.000 c. Diskusi sinergitas BNNP dengan LS terkait dalam mendukung upaya P4GN 150.000 195.000

4.127.280

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Penelitian bertujuan menganalisa penyebab munculnya persamaan nomor sertipikat pada obyek tanah yang berbeda dan mengetahui upaya perlindungan hukum terhadap

Hendro Gunawan, MA Pembina Utama Muda

Pembuatan aplikasi game ini terdiri dari beberapa tahapan yaitu tahap perancangan dengan UML (Unified Modeling Language), tahap pembuatan source program dengan Python, dan

Hendro Gunawan, MA Pembina Utama Muda

Hendro Gunawan, MA Pembina Utama Muda

DAFTAR : JENIS PERIZINAN DAN NON PERIZINAN DI LINGKUP SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (SKPD) YANG AKAN DIDELEGASIKAN KE BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN

 Siswa dapat Mencatat hal-hal penting dari bacaan yang dibaca. Bersahabat / Komunikatif : Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan

Saya menyetujui bahwa SKK MIGAS ExxonMobil– Putera Sampoerna Foundation dapat menggunakan formulir pendaftaran dan seluruh dokumen yang menyertainya untuk evaluasi