MODEL PEMBELAJARAN PARTISIPATIF DALAM
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN
PADA SISWA KELAS VII SMPN 2 MALANGBONG KABUPATEN GARUT
MAKALAH
OLEH:
MIMIN MINTARSIH NPM: 10.21.0982
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) SILIWANGI BANDUNG 2012
MODEL PEMBELAJARAN PARTISIPATIF DALAM
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN
PADA SISWA KELAS VII SMPN 2 MALANGBONG KABUPATEN GARUT
Mimin Mintarsih NPM: 10.21.0982
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Sekolah Tinggi Keguruan Ilmu Pendidikan
(STKIP) Siliwangi Bandung ABSTRAK
Dalam penentuan model pembelajaran senantiasa hams memilih model belajar yang berpusat pada peserta didik, artinya peserta didik haruslah menjadi pusat belajar. Siswalah yang menjadi subjek dan objek dalam pembelajaran sehingga siswa sendiri yang menggali, menemukan serta menyelesaikan persoalan-persoalan dalam belajar. Salah satu model pembelajaran yang dapat melibatkan seluruh siswa untuk ikut berpartisipasi secara aktif adalah model partisipatif. Model partisipatif merupakan model pembelajaran yang dapat meingkatkan keaktifan peserta didik, kegiatan belajar dilakukan secara kritis dan analitik, motivasi belajar relative tinggi, pendidik hanya berperan sebagai pembantu (fasilitator) peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar. Penulis berkeyakinan bahwa model pembelajaran partisipatif dapat meningkatkan hasil belajar dalam hal ini adalah kemampuan membaca pemahaman.
Berdasarkan hal tersebut, penulis mengadakan penelitian dengan masalah utama dirumuskan dalam pertanyaan "bagaimanakah peranan model pembelajaran partisipatif terhadap kemampuan membaca pemahaman siswa kelas VII SMPN 1 Kadungora Kecamatan Kadungora Kabupaten Garut tahun Ajaran 2011/2012?" Pertanyaan di atas kemudian dijabarkan kembali kedalam beberapa pertanyaan berikut: (1) bagaimanakah kemampuan membaca pemahaman sebelum menggunakan model pembelajaran partisipatif?, (2)bagaimanakah kemampuan membaca pemahaman sesudah menggunakan model pembelajaran partisipatif?, (3) bagaimanakah perbandingan kemampuan membaca pemahaman sebelum dan sesudah menggunakan model pembelajaran partisipatif?.
Dengan menggunakan studi eksperimen, penulis mengadakan penelitian kepada 35 orang siswa yang menjadi sampel penelitian. Berdasarkan analisis data dengan menggunakan uji dua perbedaan (uji t) diperoleh hasil penelitian sebagai berikut: (1) kemampuan membaca pemahaman siswa sebelum menggunakan model pembelajaran partisipatif baru mencapai skor 61,67. (2) setelah pelaksanaan pembelajaran partisipatif, kemampuan membaca pemahaman siswa lebih baik jika dibandingkan dengan sebelum menggunakan model pembelajaran partisipatif. Skor rata-rata yang diperoleh setelah pembelajaran partisipatif adalah 77,5. (3) model pembelajaran partisipatif dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa SMPN 1 Kadungora Kecamatan Kadungora Kabupaten Garut.
Sebagai rekomendasi penelitian ini, penulis mengajukan beberapa saran, di antaranya adalah sebagai berikut : (1) sebaiknya sebelum melaksanakan pembelajaran, guru harus terlebih dahulu merencanakan dan membuat desain pembelajaran yang dapat meningkatkan partisipasi belajar siswa, (2) sebelum melaksanakan pembelajaran sebaiknya guru harus berupaya semaksimal mungkin terlebih dahulu untuk menentukan model pembelajaran yang dianggap akan meningkatkan partisipasi belajar siswa, (3) sebaiknya model partisipatif dipertimbangkan oleh guru bahasa Indonesia sebagai salah satu model alternatif dalam melaksanakan pembelajaran membaca pemahaman.
Kata Kunci : Kemampuan Membaca/Partisifatif PENDAHULUAN
Kemampuan membaca merupakan salah satu keterampilan yang menjadi tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah. Kemampuan membaca sangatlah penting karena kemampuan membaca seseorang akan menjadi landasan bagi kemampuan-kemampuan berbahasa
yang lainnya, baik kemampuan berbicara maupun kemampuan menulis. Tanpa memiliki kemampuan membaca yang baik, tidak mungkin seseorang dapat berbicara ataupun menulis dengan baik.
Jika kita perhatikan lebih jauh, tidaklah mudah bagi seseorang dapat memiliki kemampuan membaca, selain harus memahami struktur kalimat, tanda baca, intonasi, juga yang terpenting adalah
memahami isi bacaan [baca: membaca pemahaman]. Namun kenyataannya sering dijumpai siswa beranggapan pelajaran membaca merupakan pelajaran yang mudah, terutama bagi siswa yang sudah mahir membacanya, padahal jika mereka ditanya mengenai isi dan maksud bacaan tersebut mereka belum mampu dapat memaparkan atau menjabarkan mengenai isi bacaan yang telah dibacanya tersebut.
Hal ini juga terjadi di SMPN 2 Malangbong Kabupaten Garut, berdasarkan studi pendahuluan melalui observasi dan wawancara diperoleh data bahwa pada umumnya siswa di SMPN 2 Malangbong sudah lancar membacanya, sehingga pada kegiatan pembelajaran membaca mereka terkesan santai, kurang reaktif bahkan cenderung menganggap mudah karena mereka beranggapan bahwa membaca adalah kegiatan membacakan teks yang diberikan oleh guru, namun setelah mereka ditanya mengenai isi bacaan tersebut mereka tidak mampu untuk mengungkapkan isi bacaan yang telah dibacanya sesuai dengan maksud dan tujuan bacaan.
KAJIAN TEORITIS DAN METODE Pengertian Model Pembelajaran
Ahmad Hidayat
(www.ahmadhidayat.worid.press.com) mengungkapkan bahwa " model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran"
Berdasarkan pendapat di atas, model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai gambaran secara menyeluruh tentang penyajian materi pembelajaran yang terdiri dari pendekatan. strategi, metode dan teknik pembelajaran yang akan dilakukan oleh seorang guru yang disajikan secara khas. Model pembelajaran juga menggambarkan pola yang akan dilakukan oleh guru dalam merancang pembelajaran yang terkait dengan pengaturan yang akan dilaksanakan terhadap tujuan pembelajaran, proses penyampaian materi pembelajaran, serta evaluasi pembelajaran yang akan dilakukan sehingga menurut pandangan perancang model tersebut tujuan pembelajaran akan tercapai secara optimal.
Pengertian Model Pembelajaran Partisipatif Pembelajaran Partisipatif (Participative
Teaching and Learning) merupakan model
pembelajaran dengan melibatkan peserta didik secara aktif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Knowles sebagaimana dikutip Mulyasa (2003: 34) menyebutkan indikator
pembelajaran partsipatif, yaitu : (1) adanya keterlibatan emosional dan mental peserta didik; (2) adanya kesediaan peserta didik untuk memberikan kontribusi dalam pencapaian tujuan; (3) dalam kegiatan belajar terdapat hal yang menguntungkan peserta didik.
Pengertian Membaca
Membaca merupakan kegiatan yang kompleks artinya membaca melibatkan segenap batin kita yaitu pengalaman, respon, intelektual, emosional dan kreativitas sehingga mampu menangkap apa yang telah dibacanya. Membaca menurut Spondek dan Saracho sebagaimana dikutif Dwi Arianto (2006: 17) membaca merupakan proses memperoleh makna dari barang cetak. Ada 2 cara yang ditempuh pembaca dalam memperoleh makna dari barang cetak antara lain :
a. Langsung, yakni menghubungkan ciri penanda
visual bunyi dari tulisan
dengan maknanya, biasanya digunakan oleh pembaca lanjut.
b. Tidak langsung, yaitu tnengidentifikasi
bunyi dalam kata dan
menghubungkannya dengan makna, biasanya
digunakan oleh pembaca
permulaan.
Pengertian Membaca Pemahaman
Membaca pemahaman merupakan sejenis membaca yang bertujuan untuk memahami, menurut Care sebagaimana dikutif Wiryodijoyo dalam Dwi Arianto (2006: 18), mengemukakan bahwa membaca pemahaman adalah 2 tingkat proses penerjemahan dan pemahaman, pengarang menulis kode dan pembaca mengartikan kode.
Metode dan Teknik Penelitian
Surakhmad (1990:131) menyatakan bahwa "metode merupakan suatu cara utama yang dipergunakan untuk mencapai tujuan penelitian".Metode memegang peranan yang sangat penting dalam suatu penelitian, karena tanpa menggunakan metode, maka penelitian tidak akan mencapai tujuan yang diharapkan, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen , yakni penelitian yang menggambarkan kondisi objektis , objek penelitian setelah dilakukan treatmen terhadap objek penelitian tersebut. Siregar (2004:56) menjelaskan bahwa penelitian eksperimen adalah penelitian langsung yang dilakukan terhadap suatu objek untuk menentukan pengaruh suatu variabel terhadap variabel tertentu dengan pengontrolan yang ketat. Namun dikarenakan penelitian ini dilaksanakan di sekolah, maka tidak dibentuk kelompok-kelompok lain sebagai sampel penelitian melainkan menggunakan kelas-kelas yang sudah ditentukan sekolah sebagai sampel penelitian. Maka metode penelitian
eksperimen yang digunakan adalah tipe kuasi eksperimen. Adapun teknik penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan satu kelompok sampel penelitian, adapun mekanisme penelitiannya digambarkan dalam tabel sebagai berikut: Teknik Penelitian Pretes Treatment (Perlakuan) Pastes 01 X 02
Sumber : Arikunto .(2002). Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek..
Keterangan:
01 : pre test yang dilaksanakan sebelum perlakuan
X : Perlakuan berupa model pembelajaran partisipatif
02 : post test yang dilaksanakan sesudah
perlakuan
Berdasarkan desain penelitian diatas, observasi dilakukan dua kali, yaitu sebelum dan sesudah menggunakan model pembelajaran partisipatif dan kelas kontrol yang belajar dengan model konvensional
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskrpisi Data Data Pretes
'Kemampuan membaca pemahaman setelum menggunakan model pembelajaran partisipatif siswa kelas VII SMPN 2 Malangbong tahun pelajaran 2011/2012 dapat diketahui melalui hasil pre-test. Adapun data pre-testnya tertera pada tabel berikut.
Data Pretes
No Nama Skor
1 Ahmad Syauki 80 2 Andi Sahrus Sidik 90 3 Anggi Nurmawan 50 4 Apet Nuriman 60 5 Atep Tuban 60 6 Ayu Suhaya R 70 7 Badru Jaman 60 8 Baqin Aliyin 60 9 Bukhori Muslim 80 10 Dadan 60 11 Dede Irma 70 12 Dedi 50 13 Devi 60 14 Erna Fauzan 20 15 Ihsan Fauzani 80 16 In In Intan Suryani 90 17 Ira Yunarti 20 18 Isep Rejiawan 60 19 Jajang Riswandi 50 20 Lisna 50 21 Lisnawati 80 22 Lutfi Wildan M 70 23 Mia Rosmiati 40 24 Mukhlis 60 25 Nolis Purbasari 70 26 Rijal Fadilah 30 27 Riyadul Hamdan 80 28 Rosita 40 29 Silva Rahmawati 60 30 Siti Rohmah 70 31 Siti Masriah 20 32 SriNuraini 70 33 Suhaeti 80 34 Suminar 80 35 Tia Puspitasari 80 36 Yana 70 Jumlah 2220 Rata-rata 61,67 Data Postes
Kemampuan membaca pemahaman sesudah menggunakan model pembelajaran partisipatif siswa kelas VII SMPN 2 Malangbong tahun pelajaran 2011/2012 dapat diketahui melalui basil post-test. Adapun data post-testnya tertera pada tabel berikut.
Data Postes
No Natna Skor
1 Ahmad Syauki 90 2 Andi Sahrus Sidik 100 3 Anggi Nurmawan 50 4 Apet Nuriman 60 5 Atep Tuban 90 6 Ayu Suhaya R 70 7 Badru Jaman 70 8 Baqin Aliyin 80 9 Bukhori Muslim 80 10 Dadan 80 11 Dede Irma 80 12 Dedi 60 13 Devi 80 14 ErnaFauzan 70 15 IhsanFauzani 90 16 In In Intan Suryani 100 17 Ira Yunarti 50 18 Isep Rejiawan 60 19 Jajang Riswandi 100 20 Lisna 70
21 Lisnawati 100 22 Lutfi Wildan M 80 23 Mia Rosmiati 60 24 Mukhlis 100 25 Nolis Purbasari 90 26 Rijal Fadilah 50 27 Riyadul Hamdan 80 28 Rosita 60 29 Silva Rahmawati 90 30 Siti Rohmah 80 31 Siti Masriah 50 32 Sri Nuraini 70 33 Suhaeti 90 34 Suminar 90 35 Tia Puspitasari 100 36 Yana 70 Jumlah 2790 Rata-rata 77,5 Analisis Data Data Pretes
Berdasarkan data pada tabel 4.1 di atas, diperoleh data bahwa skor tertinggi yang diperoleh siswa sebesar 90. Namun demikian hal ini tidak mencerminkan kemampuan membaca siswa secara keseluruhan, sebab hanya terdiri dari dua orang saja yang memperoleh skor 90. sedangkan skor terendah yang diperoleh siswa adalah 20. Skor ini diperoleh tiga orang siswa. Tetapi hal ini tidak menggambarkan kemampuan membaca siswa secara keseluruhan pula sebab hanya diperoleh oleh tiga orang saja. Sementara itu siswa yang lainnya memperoleh skor menyebar dan berada pada rentang 30-80.
Sementara itu dari rentang skor antara 20-90 tersebut, skor yang sering muncul adalah 60. Hal ini menandakan bahwa 60 merupakan skor yang paling banyak diperoleh oleh siswa.
Kemampuan membaca pemahaman sebelum menggunakan model pembelajaran partisipatif siswa kelas VII SMPN 2 Malangbong tahun pelajaran 2011/2012 untuk sementara dapat diprediksi dari rata-rata kelas yang diperoleh. Berdasarkan hasil perhitungan dari data yang tertera sebagaimana pada tabel di atas, diperoleh skor rata-rata 61,67. Artinya secara keseluruhan kemampuan siswa membaca pemahaman sebelum menggunakan model pembelajaran partisipatif baru mencapai skor 61,67. Skor rata-rata ini hampir mendekatan sebagaimana skor yang diharapkan sesuai dengan skor KKM yakni sebesar 65.
Data Post test
Berdasarkan pada tabel 4.2 data di atas,
diperoleh data bahwa skor tertinggi yang diperoleh siswa sebesar 100 yang diraih oleh 6 orang. Sedangkan skor terendah adalah 50 diraih oleh 4 orang. Dengan demikian sisanya berada pada rentang antara 60-90. Adapun siswa yang memperoleh skor pada rentang tersebut adalah : siswa yang memperoleh skor 90 adalah 7 orang, siswa yang memperoleh skor 80 adalah 8 orang, siswa yang memperoleh skor 70 adalah 6 orang, dan siswa yang memperoleh skor 60 adalah 5 orang.
Secara sekilas, dengan sebaran nilai sebagaimana tertera di atas, dapat diprediksi bahwa secara keseluruhan, siswa mendapatkan skor yang lebih baik jika dibandingkan dengan skor yang diperoleh sebelum menggunakan model pembelajaran partisipatif. Ditunjang dengan data hasil perhitungan. Berdasarkan perhitungan data-data di atas memiliki nilai rata-rata sebesar 77,5. hal ini berarti bahwa secara keseluruhan, nilai yang diperoleh siswa berada di atas nilai KKM.
Sementara itu nilai yang sering muncul pada data di atas adalah 80, hal ini menandakan bahwa dibandingkan dengan skor yang lainnya, 80 merupakan skor yang sering muncul, artinya skor 80 paling banyak diperoleh oleh siswa dibandingkan dengan skor yang lainnya
Ditunjang pula dengan hasil perhitungan
berupa nilai tengah (mean).
Berdasarkanperhitungan terhadap data-data di atas diperoleh skor mean sebesar 80, artinya nilai yang berada pada tengah-tengah sebaran skor adalah 80. ditandai dcngan rcntang yang tidak terlalu janh. Rentang skor yang diraih siswa berada pada rentang 50-100. Rentang tersebut berada tidak jauh dari nilai KKM, sehingga sangat memungkinkan skor tersebut berada jauh di atas nilai KKM.
Data Hasil Observasi
Berdasarkan data pada tabel 4.3 di atas, kita dapat mengetahui bahwa siswa yang memiliki aktivitas dan motivasi sangat tinggi adalah 6 orang, hal ini dapat tercermin dari setiap indicator yang diobservasi ternyata memiliki skor yang baik. Sementara itu siswa yang memiliki aktivitas dan motivasi belajar sangat rendah adalah 2 orang. Secara keseluruhan data yang diperoleh dari observasi diperoleh skor rata-rata sebesar 6,89 hal ini berarti bahwa secara keseluruhan sesudah penerapan model partisipatif, aktivitas dan motivasi belajar siswa mengalami peningkatan.
Berdasarkan data pada tabel 4.3 di atas, dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok siswa, yakni siswa yang memiliki aktivitas dan motivasi belajar tinggi, siswa yang memiliki aktivitas dan motivasi belajar sedang dan siswa yang memiliki aktivitas dan motivasi belajar rendah.
1) Siswa yang Memiliki Aktivitas dan Motivasi Belajar yang Tinggi
Siswa yang memiliki aktivitas dan motivasi belajar yang tinggi adalah siswa yang menempati urutan 12 besar. Dengan demikian maka siswa dengan skor tertinggi dipilih 12 orang siswa sesuai urutan skor. Adapun skor yang diraih siswa yang memiliki aktivitas dan motivasi belajar yang tinggi adalah sebagai berikut
Siswa yang Memiliki Aktivitas dan Motivasi Belajar yang Tinggi Sesudah Menggunakan Model
Pembelajaran Partisipatif
Nomor Kelompok siswa Jumlah siswa Skor 10 10 10 10 9 1 Tinggi 12 9 8 8 8 6 8 8 Rata-rata 8,83
Berdasarkan tabel di atas. hampir semua siswa kelompok tinggi memiliki aktivitas dan motivasi tinggi terhadap pembelajaran. Empat orang siswa memiliki skor 10, dua orang siswa memiliki skor 9 dan enam orang siswa memiliki skor 8. Dengan demikian keduabelas siswa kelompok tinggi memiliki aktivitas dan motivasi belajar yang sangat tinggi. Hal ini dapat ditinjau dari berbagai aspek, diantaranya selalu menunjukkan proaktif pada kegiatan pembelajaran. Keempat siswa ini selalu aktif bekerjasama, berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan diskusi, aktif mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan, aktif mengungkapkan pendapat, bertanggungjawab, menunjukkan ketertarikannya pada kegiatan pembelajaran, selalu memperhatikan penjelasan-penjelasan yang disampaikan oleh guru, selalu antusias mengikuti pembelajaran, merasa percaya diri dan senang belajar, serta memiliki minat yang tinggi terhadap pembelajaran.
2) Siswa yang Memiliki Aktivitas dan Motivasi Belajar yang Sedang
Siswa yang memiliki aktivitas dan motivasi bclajar yang scdang adalah siswa yang berada diantara siswa yang memiliki aktivitas dan motivasi yang tinggi dengan siswa yang memiliki aktivitas dan motivasi yang rendah. Sama seperti pada pengelompokan siswa kelompok tinggi, pada kelompok
sedangpun dipilih 12 orang siswa yang berada diantara kelompok tinggi dan rendah. Dengan demikian maka siswa dengan skor tertinggi dipilih 12 orang siswa sesuai urutan skor. Adapun skor yang diraih siswa yang memiliki aktivitas dan motivasi belajar yang sedang adalah sebagai berikut
Siswa yang Memiliki Aktivitas dan Motivasi Belajar yang Sedang Sesudah Menggunakan Model
Pembelajaran Partisipatif
Nomor Kelompok siswa Jumlah siswa Skor 7 7 7 7 7 2 Sedang 12 7 7 7 6 6 6 6 Rata-rata 6,67
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh data bahwa 8 orang siswa kelompok sedang memiliki skor masing-masing 7, sedangkan siswanya yakni empat orang memiliki skor 6. Berdasarkan perhitungan pada siswa kelompok sedang diperoleh angka rata-rata unruk aktivitas dan motivasi belajar sebesar 6,67. Hal ini menandakan bahwa siswa kelompok sedang memiliki aktivitas dan motivasi yang cukup terhadap pembelajaran.
3) Siswa yang Memiliki Aktivitas dan Motivasi Belajar yang Terendah
Siswa yang memiliki aktivitas dan motivasi belajar yang rendah adalah siswa yang menempati urutan 12 besar terakhir. Dengan demikian maka siswa dengan skor terendah merupakan siswa dari siswa kelompok tinggi dan sedang. Adapun skor yang diraih siswa yang memiliki aktivitas dan motivasi belajar yang rendah tadalah sebagai berikut
Siswa yang Memiliki Aktivitas dan Motivasi Belajar yang Rendah Sesudah Menggunakan Model
Pembelajaran Partisipatif
Nomor Kelompok siswa Jumlah siswa Skor 6 6 6 6 6 3 Rendah 12 6 5
5 5 5 3 3 Rata-rata 5,17
Berdasarkan tabel di atas nampak bahwa secara keseluruhan aktivitas dan motivasi belajar siswa yang berada pada kelompok rendah masih kurang dengan rata-rata yang diperoleh hanya sekitar 5,71. jika ditinjau dari raihan skor perorangan, siswa yang berada pada kelompok rendah terdiri dari enam orang siswa memiliki skor masing-masing 6, empat orang siswa memiliki skor masing- masing 5 dan dua orang siswa memiliki skor masing-masing 2. Berdasarkan data-data tersebut kita dapat melihat bahwa skor yang diperoleh siswa kelompok rendah tidak ada yang mencapai 7. Artinya skor yang diperoleh siswa kelompok rendah masih kurang. Dengan demikian maka akti vitas dan motivasi belajar siswa kelompok rendah masih sangat kurang.
Menghitung Derajat Perbedaan Data Pretes dan Data Postes (uji t)
Derajat perbedaan dapat dicari dengan menggunakan rumus
(
)
2 2 2 . 2 1 . 1 2 1 2 2 1 2 . 1 s n s n x x n n n n n n t + − × + − + = − −(
36
7037
,
53
) (
36
1711
,
48
)
83
,
63
75
,
78
83
.
63
.
36
36
)
2
36
36
(
36
36
×
+
×
−
−
+
−
+
×
=
t
22
,
561
1494
.
72
90720
=
t
t= 1260×(
0,025)
= 31,36 t= 12.75Dengan taraf signifikansi 0,5% diperoleh harga t hitung =5,6 sedangkan t tabel = 2.65 karena angka tersebut berada pada daerah penolakan HO, maka HI ditermima. Artinya hipotesis yang mengatakan "model pembelajaran partisipatif tidak dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa SMPN 2 Malangbong Kecamatan Kadungora Kabupaten Garut ditolak, sementarai hipotesis yang menyatakan "model pembelajaran partisipatif dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa SMPN 2 Malangbong Kecamatan Kadungora Kabupaten Garut diterima.
KESIMPULAN
Pada akhir tulisan ini, penulis membuat simpulan penelitian sebagai berikut ini.
1. Secara keselumhan kemampuan membaca pemahaman siswa sebelum menggunakan model pembelajaran partisipatif baru mencapai skor 61,67. Skor rata-rata ini hampir mendekatan skor yang diharapkan sesuai dengan skor KKM yakni sebesar 65.
2. Setelah pelaksanaan pembelajaran partisipatif, secara keselumhan, siswa memiliki kemampuan membaca pemahaman yang lebih baik jika dibandingkan dengan skor yang diperoleh sebelum menggunakan model pembelajaran partisipatif. Skor rata-rata yang diperoleh setelah pembelajaran partisipatif adalah 77,5. Ini berarti bahwa secara keselumhan, nilai yang diperoleh siswa berada di atas nilai KKM.
3. Model pembelajaran partisipatif dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa SMPN 2 Malangbong Kecamatan Kadungora Kabupaten Garut. Hal ini dibuktikan dengan hasil perbandingan antara thitung dengan ttabel. Dengan taraf signifikansi 0,5% diperoleh harga thitung
= 5,6 sedangkan ttabel = 2.65 karena angka tersebut berada pada daerah penolakan HO, maka HI diterima. Artinya hipotesis yang mengatakan "model pembelajaran partisipatif tidak dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa SMPN 2 Malangbong Kecamatan Kadungora Kabupaten Garut ditolak, sementarai hipotesis yang menyatakan "model pembelajaran partisipatif dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa SMPN 2 Malangbong Kecamatan Kadungora Kabupaten Garut" diterima.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (1998). Prosedur Penelitian:
Suatu Pendekatan Praktek, Jskafta: Rineka
Cipta,
Hadari, N. (2000). Metode Penelifian Sosial Bandung : Mandai' Maju.
Moleong, J. Lexy. (2005). Metode Penelitian
Kualitatif. Bandving: Remaja Rosdakarya.
Sudjana, N. (2001). Penelitian dan Penilaian
Pendidikan. Bandung: Sinar Bani
Algesindo
Tarigan. (1994). Menulis Sebagai Suatu
Keterampilan Berbahasa. Bandung;