3.4 Teknik Pengumpulan Data 3.4.1 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui tahap pengamatan dan pengukuran
dengan variabel yang diamati yaitu tinggi, jumlah daun dan berat kering gulma
Paspalum conjugatum Berg. Pengamatan mengenai tinggi dan jumlah daun dilakukan sebanyak 5 kali yaitu pada saat gulma Paspalum conjugatum Berg
berumur 29, 36, 43, 50, dan 57 HST (Hari Setelah Tumbuh). Pada saat gulma
Paspalum conjugatum Berg. berumur 57 HST, maka dilakukan pengukuran berat kering.
3.4.2 Alat Dan Bahan a. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa gelas ukur, beaker
gelas, Labu Soxlet, blender, timbangan, neraca analitik, kertas label, kapas
berukuran besar, aluminium foil, wadah penyaring, dispo, Digital Camera,
Vaccum Rotary Evaporator, mistar, papan akrilik, polybag ukuran 25 x 25 cm, alat tulis, Lux Meter (alat pengukur intensitas cahaya), Termohygronometer
Digital (alat pengukur suhu dan kelembaban udara), dan Soil Tester (alat pengukur pH tanah).
b. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa etanol 70%
sebanyak 10,5 liter, rimpang alang-alang dan biji gulma Paspalum conjugatum
3.4.3 Prosedur Kerja 3.4.3.1 Tahap Persiapan
Langkah awal yang dilakukan sebelum penelitian adalah persiapan lokasi
penelitan, persiapan alat dan bahan seperti rimpang alang-alang untuk bahan
ekstrak. Pembuatan ekstrak dengan terlebih dahulu mencuci rimpang alang-alang
sebanyak 6,5 Kg hingga bersih, setelah itu anginkan selama 30 hari, kemudian
menghancurkan rimpang alang-alang yang telah mengering menggunakan blender
hingga menjadi serbuk yang halus. Menimbang simplisia rimpang alang-alang
sebanyak 500 gram yang dimaserasi dalam etanol 70 % sebanyak 3500 ml atau
3,5 liter, menutupnya dengan aluminium foil dan menyimpannya selama 3 x 24
jam (72 jam) di tempat yang terlindung dari cahaya matahari (mencegah reaksi
yang dikatalisis cahaya dan perubahan warna) dan mengaduk berulang sebanyak
tiga kali sehingga akan terjadi suatu keseimbangan konsentrasi bahan ekstraktif
yang lebih cepat ke dalam jaringan.
Setelah itu, larutan ekstrak disaring dengan menggunakan kapas berukuran
besar dan wadah penyaring, kemudian ampasnya kembali dimaserasi ke dalam
etanol 70 % sebanyak 3,5 liter sebanyak 2 kali kemudian disaring kembali.
Selanjutnya semua ekstrak digabungkan dan dilakukan evaporasi dengan
menggunakan penguap putar vakum (Vacuum Rotary Evaporator). Pada
penelitian ini, Vaccum Rotary Evaporator diset pada suhu 60o. Kemudian larutan
ekstrak hasil evaporasi yang diperoleh, digunakan dengan konsentrasi, yaitu
sebagai berikut:
b) Perlakuan B (45 %) diperoleh dari 45 ml larutan ekstrak rimpang alang-alang
dengan 55 ml akuades
c) Perlakuan C (60 %) diperoleh dari 60 ml ekstrak rimpang alang-alang dengan
40 ml akuades
d) Perlakuan D (75 %) diperoleh dari 75 ml larutan ekstrak rimpang alang-alang
dengan 25 ml akuades
e) Perlakuan E (90 %) diperoleh dari 90 ml larutan ekstrak pekat rimpang
alang-alang dengan 10 ml akuades
Ahmad (1996) dalam Kusumaningrum dkk., (2007)
Langkah selanjutnya yaitu menyiapkan bibit gulma Paspalum conjugatum
Berg. dan tanah, tanah yang digunakan merupakan jenis tanah yang sesuai dengan
habitat rumput kerbau yaitu jenis lempung liat berpasir. Setelah itu, memasukkan
tanah tersebut ke dalam polybag. Ukuran polybag yang digunakan yaitu 25 x 25
cm.
3.4.3.2 Tahap Penanaman
Memasukkan 5 biji gulma rumput kerbau ke dalam polybag yang telah diisi
tanah. Setelah bibit gulma rumput kerbau tumbuh (hari ke-22), pada setiap
polybag dipilih satu gulma rumput kerbau yang mempunyai tinggi (0,9 atau 1 cm)
dan jumlah daun yang sama (1 daun) pada semua perlakuan. Selama penanaman
dilakukan pendataan pH tanah, suhu, intensitas cahaya, dan kelembaban udara
3.4.3.3 Tahap Penyemprotan
Melakukan penyemprotan menggunakan larutan ekstrak rimpang
alang-alang pada saat gulma rumput kerbau mulai tumbuh atau mulai memasuki fase
awal pertumbuhan vegetatif. Penyemprotan dilakukan pada bagian tajuk,
sebanyak 10 ml setiap 2 hari sekali pada masing-masing perlakuan dan ulangan
sampai akhir pengamatan (Palapa, 2009).
3.4.3.4 Tahap Penyiangan
Penyiangan dilakukan dengan cara membersihkan setiap polybag dari
gulma dan hama lain yang tidak diinginkan.
3.4.3.5 Tahap Pengamatan
Pengamatan tinggi dan jumlah daundilakukan dengan interval satu
minggu sekali sebanyak 5 kali yaitu pada saat tanaman berumur 29, 36, 43, 50,
dan 57 HST (Hari Setelah Tumbuh), dengan variabel yang diamati adalah :
a. Tinggi tanaman (cm), untuk memperoleh data tinggi tanaman, maka gulma
rumput kerbau diukur mulai dari permukaan tanah sampai bagian tertinggi
tanaman.
b. Jumlah daun tanaman, untuk memperoleh data jumlah daun, maka dihitung
jumlah daun yang telah membuka sempurna.
c. Berat kering, pengambilan data dilakukan pada saat gulma berumur 57 HST.
Masing-masing gulma rumput kerbau dimasukkan ke dalam amplop yang
telah diberi label sesuai dengan perlakuan dan ulangan. Memasukkan
C selama 48 (2 x 24) jam. Kemudian dilakukan penimbangan secara berulang
untuk memperoleh berat konstan gulma rumput kerbau.
3.5 Lay Out
3.6 Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, data dinalisis dengan Analisis Varians (ANAVA)
berdasarkan uji F pada taraf uji 5 % dengan kriteria sebagai berikut :
d. Jika sig F hitung < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya terdapat
potensi ekstrak rimpang alang-alang (Imperata cylindrica L.) sebagai
bioherbisida gulma rumput kerbau (Paspalum conjugatum Berg.)
e. Jika sig F hitung > 0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak, artinya tidak
terdapat potensi ekstrak rimpang alang-alang (Imperata cylindrica L.) sebagai
bioherbisida gulma rumput kerbau (Paspalum conjugatum Berg.)
Jika nilai sig hitung < 0,05 atau terdapat potensi ekstrak rimpang
alang-alang (Imperata cylindrica L.) sebagai bioherbisida gulma rumput kerbau
(Paspalum conjugatum Berg.), data dilanjutkan dengan uji Duncan dengan tingkat
kepercayaan 5 % (α = 0,05). (Sarwono, 2012) A1 C1 E1 B1 D1 D2 C2 A2 B2 E2 D3 A3 B3 E3 C3 A4 D4 E4 C4 B4 E5 B5 C5 A5 D5
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian (Kondisi Lingkungan)
Penelitian ini dilakukan di dalam Green House, dengan kondisi lingkungan
seperti pH tanah pada media polybag adalah 5,6. Kelembaban udara rata-rata pada
pagi hari 82,4 %, siang hari 73,46 % dan sore hari 84,84 %. Rata-rata suhu pada
pagi hari 27º C, siang hari 30,58º C dan sore hari 26,68º C sedangkan intensitas
cahaya rata-rata pada pagi harinya adalah 338,12 lux, siang hari 440,84 lux dan
sore hari 309,78 lux.
4.2 Gambaran Umum Gulma Paspalum conjugatum Berg.
Gulma Paspalum conjugatum Berg. yang digunakan dalam penelitian ini
adalah gulma yang dibibitkan dari biji sebanyak 5 buah pada masing-masing
polybag. Pembibitan dilakukan selama 22 hari, dimana pada setiap polybag dipilih
satu gulma Paspalum conjugatum Berg. dengan tinggi 0,9 atau 1 cm, dan setiap
individu terdiri atas jumlah daun yang sama (1 helaian daun).
Gambar 2. Gulma Paspalum conjugatum Berg. Berumur 22 HST (Hari Setelah Tanam)
4.3 Hasil Penelitian
Setelah melakukan penelitian dan pengambilan data, maka dapat diperoleh
4.3.1 Tinggi Tanaman
Untuk mengetahui data tinggi gulma rumput kerbau (Lampiran 2), diambil
rata-rata tinggi gulma rumput kerbau pada setiap perlakuan, dapat dilihat pada
Gambar 3.
Gambar 3. Rata-Rata Tinggi Gulma Rumput Kerbau Pada Setiap Perlakuan
Pada Gambar 3 terlihat bahwa untuk masing-masing perlakuan terjadi
pertambahan tinggi gulma rumput kerbau mulai dari pengamatan pertama sampai
pengamatan terakhir. Antara gulma rumput kerbau yang tidak diberikan perlakuan
ekstrak rimpang alang-alang (kontrol) dengan perlakuan yang diberikan ekstrak
rimpang alang-alang (B, C, D, E) terdapat perbedaan tinggi gulma rumput kerbau.
Pada setiap minggu pengamatan, perlakuan yang tidak diberi ekstrak rimpang
alang-alang (kontrol), memiliki rata-rata tinggi gulma rumput kerbau tertinggi dan
perlakuan D (75 %) memiliki rata tinggi terendah. Untuk mengetahui
rata-rata pertambahan tinggi gulma rumput kerbau selang pengamatan untuk setiap
perlakuan, dapat dilihat pada Gambar 4.
0 2 4 6 8 10 12 14 16 29 36 43 50 57 T in g g i G u lm a (C m ) Pengamatan (Minggu) A (Kontrol) B (45 %) C (60 %) D (75 %) E (90 %)
Gambar 4. Rata-Rata Pertambahan Tinggi
Keterangan : A = Kontrol B = Konsentrasi 45 % C = Konsentrasi 60 % D = Konsentrasi 75 % E = Konsentrasi 90 % Berdasarkan Gambar
selang pengamatan pada setiap perlakuan, dimana
perlakuan B (45 %) 7,5 cm, perlakuan C (60 %) 7,02 cm, perlakuan D (75 %)
5,36 cm, dan perlakuan E (90 %) 6,3 cm. Berdasarkan
menggunakan ANAVA
(0.01) < (0.05) (Lampiran
diterima H0 ditolak (Lampiran
rimpang alang-alang
gulma rumput kerbau
Berdasarkan uji Duncan
menunjukkan bahwa perlakuan
0 2 4 6 8 10 12 T in g g i G u lm a (C m )
Rata Pertambahan Tinggi Selang Pengamatan Gulma Rumput Kerbau Pada Setiap Perlakuan
B = Konsentrasi 45 % C = Konsentrasi 60 % D = Konsentrasi 75 % E = Konsentrasi 90 %
Berdasarkan Gambar 4, rata-rata pertambahan tinggi gulma rumput kerbau
selang pengamatan pada setiap perlakuan, dimana untuk A (kontrol) 11,64 cm,
perlakuan B (45 %) 7,5 cm, perlakuan C (60 %) 7,02 cm, perlakuan D (75 %)
perlakuan E (90 %) 6,3 cm. Berdasarkan hasil analisis statistika
ANAVA berdasarkan uji F pada taraf uji 5 % diperoleh nilai sig
) (Lampiran 4), dengan melihat nilai sig F hitung <
ditolak (Lampiran 4). Hal ini berarti terdapat potensi ekstrak
alang (Imperata cylindrica L.) sebagai bioherbisida
rumput kerbau (Paspalum conjugatum Berg.).
Berdasarkan uji Duncan dengan taraf signifikan 5 %
menunjukkan bahwa perlakuan B (45 %), C (60 %), perlakuan
A B C D E 11,64 7,5 7,02 5,36 6,3 PERLAKUAN Gulma Rumput
rata pertambahan tinggi gulma rumput kerbau
untuk A (kontrol) 11,64 cm,
perlakuan B (45 %) 7,5 cm, perlakuan C (60 %) 7,02 cm, perlakuan D (75 %)
hasil analisis statistika
diperoleh nilai sig
< 0.05, maka H1
Hal ini berarti terdapat potensi ekstrak
sebagai bioherbisida terhadap tinggi
% (Lampiran 4),
B (45 %), C (60 %), perlakuan D (75 %) dan
perlakuan E (90 %) berbeda nyata dengan kontrol. Berdasarkan data tersebut,
dapat dilihat bahwa perlakuan B (45 %), C (60 %), perlakuan D (75 %) dan
perlakuan E (90 %) mempunyai potensi ekstrak alang-alang (Imperata cylindrica
L.) sebagai bioherbisida terhadap tinggi gulma rumput kerbau (Paspalum
conjugatum Berg.), dan konsentrasi 75% Imperata cylindrica L. merupakan konsentrasi terbaik yang berpotensi sebagai bioherbsisida dalam menghambat
pertambahan tinggi gulma rumput kerbau (Paspalum conjugatum Berg.).
4.3.2 Jumlah Daun
Untuk mengetahui data jumlah daun gulma rumput kerbau (Lampiran 2),
dihitung rata-rata jumlah daun gulma rumput kerbau pada setiap perlakuan, dapat
dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Rata-Rata Jumlah Daun Gulma Rumput Kerbau Pada Setiap Perlakuan
Pada Gambar 5 terlihat bahwa antara gulma rumput kerbau yang tidak
diberikan perlakuan ekstrak rimpang alang-alang (kontrol) dengan perlakuan yang
diberikan ekstrak rimpang alang-alang (B, C, D, E) terdapat perbedaan jumlah
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 29 36 43 50 57 Ju m lah D au n Pengamatan (Minggu) A (Kontrol) B (45 %) C (60 %) D (75 %) E (90 %)
daun gulma rumput kerbau. Pada setiap minggu pengamatan, perlakuan yang
tidak diberi ekstrak rimpang alang
gulma rumput kerbau yang tertinggi dan perlakuan D (75 %) memiliki rata
jumlah daun terendah
jumlah daun gulma rumput kerbau sela
dapat dilihat pada Gambar
Gambar 6. Rata Keterangan : A = Kontrol B = Konsentrasi 45 % C = Konsentrasi 60 % D = Konsentrasi 75 % E = Konsentrasi 90 % Berdasarkan Gambar
pengamatan pada setiap perlakuan
A (kontrol) 1,6 trifolite, perlakuan B (45 %) 1 trifolite, perlakuan C (60 %) 0,8
trifolite, perlakuan D (75 %) 0,
Berdasarkan hasil analisis statistika menggunakan
pada taraf uji 5 % diperoleh nilai sig (0.
0 0,5 1 1,5 2 Ju m lah D au n ( T ri fo li te )
daun gulma rumput kerbau. Pada setiap minggu pengamatan, perlakuan yang
tidak diberi ekstrak rimpang alang-alang (kontrol) memiliki rata-rata jumlah daun
ma rumput kerbau yang tertinggi dan perlakuan D (75 %) memiliki rata
jumlah daun terendah (Lampiran 3). Untuk mengetahui rata-rata pertambahan
jumlah daun gulma rumput kerbau selang pengamatan pada setiap perlakuan,
dapat dilihat pada Gambar 6.
. Rata-Rata Pertambahan Jumlah Daun Selang Pengamatan Gulma Pada Setiap Perlakuan
B = Konsentrasi 45 % C = Konsentrasi 60 % D = Konsentrasi 75 % E = Konsentrasi 90 %
Berdasarkan Gambar 6, rata-rata pertambahan jumlah
pengamatan pada setiap perlakuan gulma rumput kerbau, dimana
) 1,6 trifolite, perlakuan B (45 %) 1 trifolite, perlakuan C (60 %) 0,8
trifolite, perlakuan D (75 %) 0,8 trifolite, dan perlakuan E (90 %) 0,8 trifolite.
Berdasarkan hasil analisis statistika menggunakan ANAVA berdasarkan uji F
diperoleh nilai sig (0.235) > (0.05) (Lampiran
1 2 3 4
1,6
1
0,8 0,8
PERLAKUAN
daun gulma rumput kerbau. Pada setiap minggu pengamatan, perlakuan yang
rata jumlah daun
ma rumput kerbau yang tertinggi dan perlakuan D (75 %) memiliki rata-rata
rata pertambahan
setiap perlakuan,
Selang Pengamatan
jumlah daun selang
, dimana untuk perlakuan
) 1,6 trifolite, perlakuan B (45 %) 1 trifolite, perlakuan C (60 %) 0,8
trifolite, dan perlakuan E (90 %) 0,8 trifolite.
berdasarkan uji F
) (Lampiran 4), dengan
5 0,8
melihat nilai sig F hitung > 0.05, maka H0 diterima dan H1 ditolak (Lampiran 4).
Hal ini berarti tidak terdapat potensi ekstrak rimpang alang-alang (Imperata
cylindrica L.) sebagai bioherbisida terhadap jumlah daun rumput kerbau (Paspalum conjugatum Berg.).
4.3.3 Berat Kering Tanaman
Untuk mengetahui data berat kering gulma rumput kerbau (Lampiran 2),
diambil rata-rata berat kering gulma rumput kerbau pada setiap perlakuan, dapat
dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Rata-Rata Berat Kering Gulma Rumput Kerbau Pada Setiap Perlakuan Keterangan : A = Kontrol B = Konsentrasi 45 % C = Konsentrasi 60 % D = Konsentrasi 75 % E = Konsentrasi 90 %
Pada Gambar 7 terlihat bahwa antara gulma rumput kerbau yang tidak
diberikan perlakuan ekstrak rimpang alang-alang (kontrol) dengan perlakuan yang
diberikan ekstrak rimpang alang-alang (B, C, D, E) terdapat perbedaan berat
0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1 0,12 0,14 A B C D E B o b o t B ah an K e ri n g ( % ) Perlakuan
kering gulma rumput kerbau. Pada setiap minggu pengamatan, perlakuan yang
tidak diberi ekstrak rimpang alang-alang (kontrol) memiliki berat kering yang
lebih tinggi daripada perlakuan yang diberi ekstrak rimpang alang-alang.
Berdasarkan perhitungan rata-rata berat kering, maka diperoleh data
(Lampiran 2) pada kontrol memiliki rata-rata berat kering 0,1331 gram. Perlakuan
B (45 %) memiliki rata-rata berat kering 0,0922 gram, perlakuan C (60 %)
memiliki rata-rata berat kering 0,0737 gram. Perlakuan D (75 %) memiliki rata-
berat kering 0,0467 gram dan perlakuan E (90 %) memiliki rata-rata berat kering
0,0588 gram. Berdasarkan data rata-rata berat kering gulma rumput kerbau, dapat
dilihat bahwa pada perlakuan A (kontrol) memiliki rata-rata berat kering gulma
rumput kerbau yang tertinggi dan perlakuan D (75 %) memiliki rata-rata berat
kering terendah.
Berdasarkan hasil analisis statistika menggunakan ANAVA berdasarkan
uji F pada taraf uji 5 % diperoleh nilai sig (0.08) > (0.05) (Lampiran 4), dengan
melihat nilai sig F hitung > 0.05, maka H0 diterima H1 ditolak (Lampiran 4).
Hal ini berarti tidak terdapat potensi ekstrak rimpang alang-alang (Imperata
cylindrical L.) sebagai bioherbisida terhadap berat kering gulma rumput kerbau (Paspalum conjugatum Berg.).
4.4 PEMBAHASAN
Berdasarkan analisis data dengan menggunakan ANAVA (Analisis
Varians), menunjukan bahwa ekstrak rimpang alang-alang (Imperata cylindrica
L.) tidak berpotensi sebagai bioherbisida gulma rumput kerbau (Paspalum
L.) tidak berpotensi sebagai bioherbisida gulma rumput kerbau (Paspalum
conjugatum Berg.), akan tetapi jika melihat Gambar 3, Gambar 5 dan Gambar 7, terlihat bahwa antara gulma rumput kerbau yang tidak diberikan perlakuan ekstrak
rimpang alang-alang (kontrol) dengan perlakuan yang diberikan ekstrak rimpang
alang-alang (B, C, D, E) terdapat perbedaan tinggi, jumlah daun dan berat kering
gulma rumput kerbau. Pada setiap minggu pengamatan, perlakuan yang tidak
diberi ekstrak rimpang alang-alang (kontrol), memiliki rata-rata tinggi, jumlah
daun, dan berat kering gulma rumput kerbau tertinggi dan perlakuan D (75 %)
memiliki rata-rata tinggi, jumlah daun, dan berat kering gulma rumput kerbau
terendah.
Ekstrak rimpang alang-alang (Imperata cylindrica L.) yang tidak
berpotensi sebagai bioherbisida gulma rumput kerbau (Paspalum conjugatum
Berg.) dapat disebabkan oleh tidak optimalnya proses maserasi, senyawa pada
rimpang alang-alang yang diekstrak melalui metode maserasi menggunakan
pelarut etanol 70 %, hanya akan menarik beberapa senyawa tertentu, yang bersifat
polar karena pelarut yang digunakan untuk mengekstrak rimpang alang-alang
bersifat polar. Menurut Mukhopadhyay (2002) kelarutan zat dalam pelarut
tergantung dari ikatan polar dan non polar. Senyawa bersifat polar hanya larut
dalam pelarut polar. Senyawa-senyawa polar yang dapat ditarik oleh pelarut
etanol 70 % pada rimpang alang-alang tersebut antara lain tanin, fenol, dan
flavonoid. Tanin, fenol, dan flavonoid termasuk senyawa polar dan dapat
diekstraksi menggunakan pelarut polar (Hobinson, 1995; Markham, 1998; Rahmi,