• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengumpulan data dilakukan melalui tahap pengamatan dan pengukuran. dengan variabel yang diamati yaitu tinggi, jumlah daun dan berat kering gulma

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengumpulan data dilakukan melalui tahap pengamatan dan pengukuran. dengan variabel yang diamati yaitu tinggi, jumlah daun dan berat kering gulma"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

3.4 Teknik Pengumpulan Data 3.4.1 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui tahap pengamatan dan pengukuran

dengan variabel yang diamati yaitu tinggi, jumlah daun dan berat kering gulma

Paspalum conjugatum Berg. Pengamatan mengenai tinggi dan jumlah daun dilakukan sebanyak 5 kali yaitu pada saat gulma Paspalum conjugatum Berg

berumur 29, 36, 43, 50, dan 57 HST (Hari Setelah Tumbuh). Pada saat gulma

Paspalum conjugatum Berg. berumur 57 HST, maka dilakukan pengukuran berat kering.

3.4.2 Alat Dan Bahan a. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa gelas ukur, beaker

gelas, Labu Soxlet, blender, timbangan, neraca analitik, kertas label, kapas

berukuran besar, aluminium foil, wadah penyaring, dispo, Digital Camera,

Vaccum Rotary Evaporator, mistar, papan akrilik, polybag ukuran 25 x 25 cm, alat tulis, Lux Meter (alat pengukur intensitas cahaya), Termohygronometer

Digital (alat pengukur suhu dan kelembaban udara), dan Soil Tester (alat pengukur pH tanah).

b. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa etanol 70%

sebanyak 10,5 liter, rimpang alang-alang dan biji gulma Paspalum conjugatum

(2)

3.4.3 Prosedur Kerja 3.4.3.1 Tahap Persiapan

Langkah awal yang dilakukan sebelum penelitian adalah persiapan lokasi

penelitan, persiapan alat dan bahan seperti rimpang alang-alang untuk bahan

ekstrak. Pembuatan ekstrak dengan terlebih dahulu mencuci rimpang alang-alang

sebanyak 6,5 Kg hingga bersih, setelah itu anginkan selama 30 hari, kemudian

menghancurkan rimpang alang-alang yang telah mengering menggunakan blender

hingga menjadi serbuk yang halus. Menimbang simplisia rimpang alang-alang

sebanyak 500 gram yang dimaserasi dalam etanol 70 % sebanyak 3500 ml atau

3,5 liter, menutupnya dengan aluminium foil dan menyimpannya selama 3 x 24

jam (72 jam) di tempat yang terlindung dari cahaya matahari (mencegah reaksi

yang dikatalisis cahaya dan perubahan warna) dan mengaduk berulang sebanyak

tiga kali sehingga akan terjadi suatu keseimbangan konsentrasi bahan ekstraktif

yang lebih cepat ke dalam jaringan.

Setelah itu, larutan ekstrak disaring dengan menggunakan kapas berukuran

besar dan wadah penyaring, kemudian ampasnya kembali dimaserasi ke dalam

etanol 70 % sebanyak 3,5 liter sebanyak 2 kali kemudian disaring kembali.

Selanjutnya semua ekstrak digabungkan dan dilakukan evaporasi dengan

menggunakan penguap putar vakum (Vacuum Rotary Evaporator). Pada

penelitian ini, Vaccum Rotary Evaporator diset pada suhu 60o. Kemudian larutan

ekstrak hasil evaporasi yang diperoleh, digunakan dengan konsentrasi, yaitu

sebagai berikut:

(3)

b) Perlakuan B (45 %) diperoleh dari 45 ml larutan ekstrak rimpang alang-alang

dengan 55 ml akuades

c) Perlakuan C (60 %) diperoleh dari 60 ml ekstrak rimpang alang-alang dengan

40 ml akuades

d) Perlakuan D (75 %) diperoleh dari 75 ml larutan ekstrak rimpang alang-alang

dengan 25 ml akuades

e) Perlakuan E (90 %) diperoleh dari 90 ml larutan ekstrak pekat rimpang

alang-alang dengan 10 ml akuades

Ahmad (1996) dalam Kusumaningrum dkk., (2007)

Langkah selanjutnya yaitu menyiapkan bibit gulma Paspalum conjugatum

Berg. dan tanah, tanah yang digunakan merupakan jenis tanah yang sesuai dengan

habitat rumput kerbau yaitu jenis lempung liat berpasir. Setelah itu, memasukkan

tanah tersebut ke dalam polybag. Ukuran polybag yang digunakan yaitu 25 x 25

cm.

3.4.3.2 Tahap Penanaman

Memasukkan 5 biji gulma rumput kerbau ke dalam polybag yang telah diisi

tanah. Setelah bibit gulma rumput kerbau tumbuh (hari ke-22), pada setiap

polybag dipilih satu gulma rumput kerbau yang mempunyai tinggi (0,9 atau 1 cm)

dan jumlah daun yang sama (1 daun) pada semua perlakuan. Selama penanaman

dilakukan pendataan pH tanah, suhu, intensitas cahaya, dan kelembaban udara

(4)

3.4.3.3 Tahap Penyemprotan

Melakukan penyemprotan menggunakan larutan ekstrak rimpang

alang-alang pada saat gulma rumput kerbau mulai tumbuh atau mulai memasuki fase

awal pertumbuhan vegetatif. Penyemprotan dilakukan pada bagian tajuk,

sebanyak 10 ml setiap 2 hari sekali pada masing-masing perlakuan dan ulangan

sampai akhir pengamatan (Palapa, 2009).

3.4.3.4 Tahap Penyiangan

Penyiangan dilakukan dengan cara membersihkan setiap polybag dari

gulma dan hama lain yang tidak diinginkan.

3.4.3.5 Tahap Pengamatan

Pengamatan tinggi dan jumlah daundilakukan dengan interval satu

minggu sekali sebanyak 5 kali yaitu pada saat tanaman berumur 29, 36, 43, 50,

dan 57 HST (Hari Setelah Tumbuh), dengan variabel yang diamati adalah :

a. Tinggi tanaman (cm), untuk memperoleh data tinggi tanaman, maka gulma

rumput kerbau diukur mulai dari permukaan tanah sampai bagian tertinggi

tanaman.

b. Jumlah daun tanaman, untuk memperoleh data jumlah daun, maka dihitung

jumlah daun yang telah membuka sempurna.

c. Berat kering, pengambilan data dilakukan pada saat gulma berumur 57 HST.

Masing-masing gulma rumput kerbau dimasukkan ke dalam amplop yang

telah diberi label sesuai dengan perlakuan dan ulangan. Memasukkan

(5)

C selama 48 (2 x 24) jam. Kemudian dilakukan penimbangan secara berulang

untuk memperoleh berat konstan gulma rumput kerbau.

3.5 Lay Out

3.6 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, data dinalisis dengan Analisis Varians (ANAVA)

berdasarkan uji F pada taraf uji 5 % dengan kriteria sebagai berikut :

d. Jika sig F hitung < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya terdapat

potensi ekstrak rimpang alang-alang (Imperata cylindrica L.) sebagai

bioherbisida gulma rumput kerbau (Paspalum conjugatum Berg.)

e. Jika sig F hitung > 0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak, artinya tidak

terdapat potensi ekstrak rimpang alang-alang (Imperata cylindrica L.) sebagai

bioherbisida gulma rumput kerbau (Paspalum conjugatum Berg.)

Jika nilai sig hitung < 0,05 atau terdapat potensi ekstrak rimpang

alang-alang (Imperata cylindrica L.) sebagai bioherbisida gulma rumput kerbau

(Paspalum conjugatum Berg.), data dilanjutkan dengan uji Duncan dengan tingkat

kepercayaan 5 % (α = 0,05). (Sarwono, 2012) A1 C1 E1 B1 D1 D2 C2 A2 B2 E2 D3 A3 B3 E3 C3 A4 D4 E4 C4 B4 E5 B5 C5 A5 D5

(6)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian (Kondisi Lingkungan)

Penelitian ini dilakukan di dalam Green House, dengan kondisi lingkungan

seperti pH tanah pada media polybag adalah 5,6. Kelembaban udara rata-rata pada

pagi hari 82,4 %, siang hari 73,46 % dan sore hari 84,84 %. Rata-rata suhu pada

pagi hari 27º C, siang hari 30,58º C dan sore hari 26,68º C sedangkan intensitas

cahaya rata-rata pada pagi harinya adalah 338,12 lux, siang hari 440,84 lux dan

sore hari 309,78 lux.

4.2 Gambaran Umum Gulma Paspalum conjugatum Berg.

Gulma Paspalum conjugatum Berg. yang digunakan dalam penelitian ini

adalah gulma yang dibibitkan dari biji sebanyak 5 buah pada masing-masing

polybag. Pembibitan dilakukan selama 22 hari, dimana pada setiap polybag dipilih

satu gulma Paspalum conjugatum Berg. dengan tinggi 0,9 atau 1 cm, dan setiap

individu terdiri atas jumlah daun yang sama (1 helaian daun).

Gambar 2. Gulma Paspalum conjugatum Berg. Berumur 22 HST (Hari Setelah Tanam)

4.3 Hasil Penelitian

Setelah melakukan penelitian dan pengambilan data, maka dapat diperoleh

(7)

4.3.1 Tinggi Tanaman

Untuk mengetahui data tinggi gulma rumput kerbau (Lampiran 2), diambil

rata-rata tinggi gulma rumput kerbau pada setiap perlakuan, dapat dilihat pada

Gambar 3.

Gambar 3. Rata-Rata Tinggi Gulma Rumput Kerbau Pada Setiap Perlakuan

Pada Gambar 3 terlihat bahwa untuk masing-masing perlakuan terjadi

pertambahan tinggi gulma rumput kerbau mulai dari pengamatan pertama sampai

pengamatan terakhir. Antara gulma rumput kerbau yang tidak diberikan perlakuan

ekstrak rimpang alang-alang (kontrol) dengan perlakuan yang diberikan ekstrak

rimpang alang-alang (B, C, D, E) terdapat perbedaan tinggi gulma rumput kerbau.

Pada setiap minggu pengamatan, perlakuan yang tidak diberi ekstrak rimpang

alang-alang (kontrol), memiliki rata-rata tinggi gulma rumput kerbau tertinggi dan

perlakuan D (75 %) memiliki rata tinggi terendah. Untuk mengetahui

rata-rata pertambahan tinggi gulma rumput kerbau selang pengamatan untuk setiap

perlakuan, dapat dilihat pada Gambar 4.

0 2 4 6 8 10 12 14 16 29 36 43 50 57 T in g g i G u lm a (C m ) Pengamatan (Minggu) A (Kontrol) B (45 %) C (60 %) D (75 %) E (90 %)

(8)

Gambar 4. Rata-Rata Pertambahan Tinggi

Keterangan : A = Kontrol B = Konsentrasi 45 % C = Konsentrasi 60 % D = Konsentrasi 75 % E = Konsentrasi 90 % Berdasarkan Gambar

selang pengamatan pada setiap perlakuan, dimana

perlakuan B (45 %) 7,5 cm, perlakuan C (60 %) 7,02 cm, perlakuan D (75 %)

5,36 cm, dan perlakuan E (90 %) 6,3 cm. Berdasarkan

menggunakan ANAVA

(0.01) < (0.05) (Lampiran

diterima H0 ditolak (Lampiran

rimpang alang-alang

gulma rumput kerbau

Berdasarkan uji Duncan

menunjukkan bahwa perlakuan

0 2 4 6 8 10 12 T in g g i G u lm a (C m )

Rata Pertambahan Tinggi Selang Pengamatan Gulma Rumput Kerbau Pada Setiap Perlakuan

B = Konsentrasi 45 % C = Konsentrasi 60 % D = Konsentrasi 75 % E = Konsentrasi 90 %

Berdasarkan Gambar 4, rata-rata pertambahan tinggi gulma rumput kerbau

selang pengamatan pada setiap perlakuan, dimana untuk A (kontrol) 11,64 cm,

perlakuan B (45 %) 7,5 cm, perlakuan C (60 %) 7,02 cm, perlakuan D (75 %)

perlakuan E (90 %) 6,3 cm. Berdasarkan hasil analisis statistika

ANAVA berdasarkan uji F pada taraf uji 5 % diperoleh nilai sig

) (Lampiran 4), dengan melihat nilai sig F hitung <

ditolak (Lampiran 4). Hal ini berarti terdapat potensi ekstrak

alang (Imperata cylindrica L.) sebagai bioherbisida

rumput kerbau (Paspalum conjugatum Berg.).

Berdasarkan uji Duncan dengan taraf signifikan 5 %

menunjukkan bahwa perlakuan B (45 %), C (60 %), perlakuan

A B C D E 11,64 7,5 7,02 5,36 6,3 PERLAKUAN Gulma Rumput

rata pertambahan tinggi gulma rumput kerbau

untuk A (kontrol) 11,64 cm,

perlakuan B (45 %) 7,5 cm, perlakuan C (60 %) 7,02 cm, perlakuan D (75 %)

hasil analisis statistika

diperoleh nilai sig

< 0.05, maka H1

Hal ini berarti terdapat potensi ekstrak

sebagai bioherbisida terhadap tinggi

% (Lampiran 4),

B (45 %), C (60 %), perlakuan D (75 %) dan

(9)

perlakuan E (90 %) berbeda nyata dengan kontrol. Berdasarkan data tersebut,

dapat dilihat bahwa perlakuan B (45 %), C (60 %), perlakuan D (75 %) dan

perlakuan E (90 %) mempunyai potensi ekstrak alang-alang (Imperata cylindrica

L.) sebagai bioherbisida terhadap tinggi gulma rumput kerbau (Paspalum

conjugatum Berg.), dan konsentrasi 75% Imperata cylindrica L. merupakan konsentrasi terbaik yang berpotensi sebagai bioherbsisida dalam menghambat

pertambahan tinggi gulma rumput kerbau (Paspalum conjugatum Berg.).

4.3.2 Jumlah Daun

Untuk mengetahui data jumlah daun gulma rumput kerbau (Lampiran 2),

dihitung rata-rata jumlah daun gulma rumput kerbau pada setiap perlakuan, dapat

dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Rata-Rata Jumlah Daun Gulma Rumput Kerbau Pada Setiap Perlakuan

Pada Gambar 5 terlihat bahwa antara gulma rumput kerbau yang tidak

diberikan perlakuan ekstrak rimpang alang-alang (kontrol) dengan perlakuan yang

diberikan ekstrak rimpang alang-alang (B, C, D, E) terdapat perbedaan jumlah

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 29 36 43 50 57 Ju m lah D au n Pengamatan (Minggu) A (Kontrol) B (45 %) C (60 %) D (75 %) E (90 %)

(10)

daun gulma rumput kerbau. Pada setiap minggu pengamatan, perlakuan yang

tidak diberi ekstrak rimpang alang

gulma rumput kerbau yang tertinggi dan perlakuan D (75 %) memiliki rata

jumlah daun terendah

jumlah daun gulma rumput kerbau sela

dapat dilihat pada Gambar

Gambar 6. Rata Keterangan : A = Kontrol B = Konsentrasi 45 % C = Konsentrasi 60 % D = Konsentrasi 75 % E = Konsentrasi 90 % Berdasarkan Gambar

pengamatan pada setiap perlakuan

A (kontrol) 1,6 trifolite, perlakuan B (45 %) 1 trifolite, perlakuan C (60 %) 0,8

trifolite, perlakuan D (75 %) 0,

Berdasarkan hasil analisis statistika menggunakan

pada taraf uji 5 % diperoleh nilai sig (0.

0 0,5 1 1,5 2 Ju m lah D au n ( T ri fo li te )

daun gulma rumput kerbau. Pada setiap minggu pengamatan, perlakuan yang

tidak diberi ekstrak rimpang alang-alang (kontrol) memiliki rata-rata jumlah daun

ma rumput kerbau yang tertinggi dan perlakuan D (75 %) memiliki rata

jumlah daun terendah (Lampiran 3). Untuk mengetahui rata-rata pertambahan

jumlah daun gulma rumput kerbau selang pengamatan pada setiap perlakuan,

dapat dilihat pada Gambar 6.

. Rata-Rata Pertambahan Jumlah Daun Selang Pengamatan Gulma Pada Setiap Perlakuan

B = Konsentrasi 45 % C = Konsentrasi 60 % D = Konsentrasi 75 % E = Konsentrasi 90 %

Berdasarkan Gambar 6, rata-rata pertambahan jumlah

pengamatan pada setiap perlakuan gulma rumput kerbau, dimana

) 1,6 trifolite, perlakuan B (45 %) 1 trifolite, perlakuan C (60 %) 0,8

trifolite, perlakuan D (75 %) 0,8 trifolite, dan perlakuan E (90 %) 0,8 trifolite.

Berdasarkan hasil analisis statistika menggunakan ANAVA berdasarkan uji F

diperoleh nilai sig (0.235) > (0.05) (Lampiran

1 2 3 4

1,6

1

0,8 0,8

PERLAKUAN

daun gulma rumput kerbau. Pada setiap minggu pengamatan, perlakuan yang

rata jumlah daun

ma rumput kerbau yang tertinggi dan perlakuan D (75 %) memiliki rata-rata

rata pertambahan

setiap perlakuan,

Selang Pengamatan

jumlah daun selang

, dimana untuk perlakuan

) 1,6 trifolite, perlakuan B (45 %) 1 trifolite, perlakuan C (60 %) 0,8

trifolite, dan perlakuan E (90 %) 0,8 trifolite.

berdasarkan uji F

) (Lampiran 4), dengan

5 0,8

(11)

melihat nilai sig F hitung > 0.05, maka H0 diterima dan H1 ditolak (Lampiran 4).

Hal ini berarti tidak terdapat potensi ekstrak rimpang alang-alang (Imperata

cylindrica L.) sebagai bioherbisida terhadap jumlah daun rumput kerbau (Paspalum conjugatum Berg.).

4.3.3 Berat Kering Tanaman

Untuk mengetahui data berat kering gulma rumput kerbau (Lampiran 2),

diambil rata-rata berat kering gulma rumput kerbau pada setiap perlakuan, dapat

dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Rata-Rata Berat Kering Gulma Rumput Kerbau Pada Setiap Perlakuan Keterangan : A = Kontrol B = Konsentrasi 45 % C = Konsentrasi 60 % D = Konsentrasi 75 % E = Konsentrasi 90 %

Pada Gambar 7 terlihat bahwa antara gulma rumput kerbau yang tidak

diberikan perlakuan ekstrak rimpang alang-alang (kontrol) dengan perlakuan yang

diberikan ekstrak rimpang alang-alang (B, C, D, E) terdapat perbedaan berat

0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1 0,12 0,14 A B C D E B o b o t B ah an K e ri n g ( % ) Perlakuan

(12)

kering gulma rumput kerbau. Pada setiap minggu pengamatan, perlakuan yang

tidak diberi ekstrak rimpang alang-alang (kontrol) memiliki berat kering yang

lebih tinggi daripada perlakuan yang diberi ekstrak rimpang alang-alang.

Berdasarkan perhitungan rata-rata berat kering, maka diperoleh data

(Lampiran 2) pada kontrol memiliki rata-rata berat kering 0,1331 gram. Perlakuan

B (45 %) memiliki rata-rata berat kering 0,0922 gram, perlakuan C (60 %)

memiliki rata-rata berat kering 0,0737 gram. Perlakuan D (75 %) memiliki rata-

berat kering 0,0467 gram dan perlakuan E (90 %) memiliki rata-rata berat kering

0,0588 gram. Berdasarkan data rata-rata berat kering gulma rumput kerbau, dapat

dilihat bahwa pada perlakuan A (kontrol) memiliki rata-rata berat kering gulma

rumput kerbau yang tertinggi dan perlakuan D (75 %) memiliki rata-rata berat

kering terendah.

Berdasarkan hasil analisis statistika menggunakan ANAVA berdasarkan

uji F pada taraf uji 5 % diperoleh nilai sig (0.08) > (0.05) (Lampiran 4), dengan

melihat nilai sig F hitung > 0.05, maka H0 diterima H1 ditolak (Lampiran 4).

Hal ini berarti tidak terdapat potensi ekstrak rimpang alang-alang (Imperata

cylindrical L.) sebagai bioherbisida terhadap berat kering gulma rumput kerbau (Paspalum conjugatum Berg.).

4.4 PEMBAHASAN

Berdasarkan analisis data dengan menggunakan ANAVA (Analisis

Varians), menunjukan bahwa ekstrak rimpang alang-alang (Imperata cylindrica

L.) tidak berpotensi sebagai bioherbisida gulma rumput kerbau (Paspalum

(13)

L.) tidak berpotensi sebagai bioherbisida gulma rumput kerbau (Paspalum

conjugatum Berg.), akan tetapi jika melihat Gambar 3, Gambar 5 dan Gambar 7, terlihat bahwa antara gulma rumput kerbau yang tidak diberikan perlakuan ekstrak

rimpang alang-alang (kontrol) dengan perlakuan yang diberikan ekstrak rimpang

alang-alang (B, C, D, E) terdapat perbedaan tinggi, jumlah daun dan berat kering

gulma rumput kerbau. Pada setiap minggu pengamatan, perlakuan yang tidak

diberi ekstrak rimpang alang-alang (kontrol), memiliki rata-rata tinggi, jumlah

daun, dan berat kering gulma rumput kerbau tertinggi dan perlakuan D (75 %)

memiliki rata-rata tinggi, jumlah daun, dan berat kering gulma rumput kerbau

terendah.

Ekstrak rimpang alang-alang (Imperata cylindrica L.) yang tidak

berpotensi sebagai bioherbisida gulma rumput kerbau (Paspalum conjugatum

Berg.) dapat disebabkan oleh tidak optimalnya proses maserasi, senyawa pada

rimpang alang-alang yang diekstrak melalui metode maserasi menggunakan

pelarut etanol 70 %, hanya akan menarik beberapa senyawa tertentu, yang bersifat

polar karena pelarut yang digunakan untuk mengekstrak rimpang alang-alang

bersifat polar. Menurut Mukhopadhyay (2002) kelarutan zat dalam pelarut

tergantung dari ikatan polar dan non polar. Senyawa bersifat polar hanya larut

dalam pelarut polar. Senyawa-senyawa polar yang dapat ditarik oleh pelarut

etanol 70 % pada rimpang alang-alang tersebut antara lain tanin, fenol, dan

flavonoid. Tanin, fenol, dan flavonoid termasuk senyawa polar dan dapat

diekstraksi menggunakan pelarut polar (Hobinson, 1995; Markham, 1998; Rahmi,

Gambar

Gambar 2. Gulma Paspalum conjugatum Berg.   Berumur  22 HST (Hari Setelah Tanam)
Gambar 4. Rata-Rata Pertambahan Tinggi
Gambar 5. Rata-Rata Jumlah Daun Gulma Rumput Kerbau   Pada Setiap Perlakuan
Gambar 7. Rata-Rata Berat Kering Gulma Rumput Kerbau Pada Setiap  Perlakuan  Keterangan :  A =  Kontrol  B =  Konsentrasi 45 %  C =  Konsentrasi 60 %  D =  Konsentrasi 75 %  E =  Konsentrasi 90 %

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan menara BTS yang ada di Kota Kendari mempengaruhi kondisi wilayah, yaitu penggunaan lahan semakin meningkat,

Pada penelitian ini menerapkan konsep flat design yang digunakan dalam pembuatan desain markers semaphore augmented reality (SERSAN) dengan harapan tidak hanya objek

Dalam kaitannya dengan remaja yang merupakan siswa SMA yang dihadapkan dengan adanya perbedaan kelas sosial dilingkungan sekolahnya dan munculnya berbagai tuntutan

Efektivitas metode pembelajaran problem solving terhadap kemampuan berpikir kritis siswa dianalisis menggunakan rumus effect size , dan diperoleh nilai effect size

2) Sebagai makhluk ciptaan terbaik manusia memiliki potensi- potensi, seperti kekuatan, kemampuan, kekuasaan, pemilikan, pendengaran, dan penglihatan. Setiap kekuatan

Pengujian tambahan dengan memasukkan variabel kontrol, yaitu belanja pegawai, populasi penduduk dan wilayah memberikan temuan yang konsisten bahwa desentralisasi fiskal

(1) Setiap pengumpulan dana yang dilakukan Pemuda atau Organisasi Kepemudaan dari Pelaku Usaha dan/atau Masyarakat untuk penyelenggaraan program dan/atau kegiatan

Berdasarkan pada berbagai hasil analisis yang dilakukan terhadap senyawa hasil sintesis maka dapat disimpulkan bahwa asam sinamat dapat disintesis dari asam malonat