• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBAIKAN KESUBURAN TANAH REGOSOL DENGAN BAHAN ORGANIK UNTUK TANAMAN MELON (Cucumis melo L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERBAIKAN KESUBURAN TANAH REGOSOL DENGAN BAHAN ORGANIK UNTUK TANAMAN MELON (Cucumis melo L.)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PERBAIKAN KESUBURAN TANAH REGOSOL DENGAN BAHAN

ORGANIK UNTUK TANAMAN MELON

(C

ucumis melo

L.)

(Application Of Organic Matter To Improve Regosols Fertility For Melon

(Cucumis melo

L

.) Growth And Production)

Syafrimen Yasin, Yusi Oktalinda, dan Gusnidar

Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Andalas

syafrimen_lpua@yahoo.com

ABSTRACT

In order examine the effect of soil ameliorant on the growth and production of melon (Cucumis melo L.), a series of study about application of organic matter to improve regosols fertility was done in a green house of faculty of Agriculture, Andalas University from March to August 2005. This experiment was set in factorial randomize complete design with three replication. There are five levels of cow manure, titonia diversifolia and municipal waste compost (0.0; 2.5; 5.0; 7.5 and 10.0 ton/ha) applied in the study. All of data were subjected to F-test followed by 5% of DNMRT-test. The results show that application of organic matter enhances the growth performance and production of melon, indicating by increasing in dry matter weight of melon. Application of 2.5 organic matters per hectare gives the best performance of parameter examined in this study.

Keywords: cow manure, municipal waste compost, organic matter, regosols, titonia

PENDAHULUAN

egosol merupakan tanah yang potensial untuk dijadikan areal pertanian tanaman hortikultura seperti halnya Melon, tetapi perlu mendapat perhatian dalam pemanfaatannya. Hal ini disebabkan karena karena Regosol mempunyai bahan organik yang rendah, daya jerap unsur hara rendah, bertekstur kasar atau berpasir, laju infiltrasi terlalu tinggi sehingga dapat menyebabkan pencucian terhadap unsur hara. Tingginya pencucian pada Regosol mengakibatkan pemupukan tidak efisien. Untuk mempertahankan dan memperbaiki kesuburan dan produktifitas tanah-tanah pasir adalah dengan mengembalikan bahan organik ke dalam tanah. Bahan organik merupakan bahan pemantap agregat tanah. Bahan organik penting perannya dalam menciptakan kesuburan tanah baik secara fisika, kimia maupun biologi (Murbandono, 2001; Yasin, 2010).

Ditinjau dari fisika tanah, bahan organik dapat berperan dalam mengikat butir-butir tanah menjadi agregat-agregat, sehingga mempertinggi kapasitas memegang air. Dengan

demikian maka daya menahan air dan kation-kation meningkat sehingga pencucian oleh air hujan dan erosi dapat dikurangi. Dari kimia tanah, bahan organik sangat penting artinya karena mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Selain mengandung unsur hara makro, bahan organik juga mengandung unsur hara mikro yang dibutuhkan oleh tanaman. Dari segi biologi tanah, bahan organik berperan sebagai sumber makanan dan dapat meningkatkan aktifitas mikroorganisme tanah (Sutedjo, 2002).

Mengingat pentingnya fungsi bahan organik dan makin intensifnya penggunaan pupuk buatan dizaman modern ini, maka perlu diperhatikan kandungan bahan organik tanah tersebut. Manfaat bahan organik terhadap kesuburan tanah ditentukan oleh jenis dan takaran bahan organik tersebut. Berdasarkan pemikiran di atas telah dilakukan penelitian yang berjudul “Perbaikan Kesuburan Tanah Regosol dengan bahan organik pada tanaman melon ( cucumis melo l. ) Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jenis dan takaran bahan organik yang optimum terhadap perbaikan sifat kimia Regosol dan pertumbuhan tanaman melon.

(2)

BAHAN DAN METODE

Tanah yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah jenis Regosol yang diambil dari Kelurahan Padang Sarai Kecamatan Koto Tangah, kota Padang. Penelitian ini merupakan penelitian faktorial 3 x 5 yang disusun dalam rancangan acak lengkap (RAL) . Adapun faktor pertama terdiri dari 3 jenis bahan organik (Pupuk Kandang, Pupuk Hijau Titonia, dan Kompos sampah kota), sedangkan faktor ke dua terdiri dari 5 takaran bahan organik yaitu 0; 2,5; 5; 10; dan 20 ton/ha. dengan 3 ulangan, sehingga jumlah satuan percobaan terdiri dari 45 buah.

Pengamatan yang dilakukan adalah analisis tanah awal dan analisis tanah setelah

inkubasi yang meliputi pH tanah, N-total (Kjeldahl), C-organik (Walkley and Black), P-tersedia (Bray 2) , dan KTK (NH4OAc. pH 7.0).

Selain itu, juga dilakukan pengamatan terhadap tanaman yang meliputi pertumbuhan dan berat kering tanaman.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Nilai pH Tanah, Kandungan N-total,C-organik dan P Tersedia Tanah

Pemberian berbagai jenis bahan organik ke dalam tanah secara umum telah dapat meningkatkan nilai pH , kandungan N-total, C-organik dan P tersedia tanah (Tabel 1). Tabel 1. Interaksi jenis dan takaran bahan organik terhadap perubahan beberapa cirri kimia tanah

Regosol. Jenis Bahan Organik

Takaran Bahan Organik (ton/ha)

0 2,5 5 10 20 …….pH……. Pukan Puhi Kompos 4,44 A b 4,43 A c 4,43 A b 5,52 A a 4,81 B b 5,56 A a 5,64 A a 5,47 A a 5,58 A a 5,56 A a 5,58 A a 5,63 A a 5,66 A a 5,62 A a 5,74 A a …….N-total (%)……. Pukan Puhi Kompos 0,10 A c 0,09 A b 0,11 A c 0,14 A c 0,13 A ab 0,12 A c 0,16 B bc 0,15 B a 0,18 A b 0,20 A b 0,18 A a 0,20 A b 0,30 A a 0,14 B ab 0,28 A a …….C - organik tanah (%)…… Pukan Puhi Kompos 1,29 A d 1,33 A c 1,38 A e 1,76 AB c 1,54 B c 1,92 A d 2,38 B b 2,00 C b 2,97 Ac 2,77 B a 2,47 B a 3,42 A b 3,05 B a 2,54 C a 3,79 A a …….P - tersedia tanah (ppm) ……. Pukan Puhi Kompos 7,02 A c 7,03 A b 7,05 A c 8,63 A b 7,97 A b 7,79 A c 9,16 A b 8,66 A ab 7,86 A bc 10,15 A b 9,06 A ab 9,37 A b 14,82 A a 9,88 B a 13,90 A a …….KTK-tanah (me/100 g) ……. Pukan Puhi Kompos 4,50 A d 4,56 A e 4,70 A d 6,93 A c 5,31 B d 6,06 A c 10,45 A b 7,35 B c 10,66 A b 11,14 A b 10,03 B b 11,20 A b 15,55 A a 11,94 C a 14,56 B a KK = 10,58

Angka pada tabel yang diikuti oleh huruf kecil yang sama menurut baris dan huruf besar yang sama menurut kolom adalah berbeda tidak nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5 %

Hubungan antara peningkatan takaran bahan organik dengan nilai pH tanah memperlihatkan hubungan yang bersifat kuadratik dengan koefisien korelasi (R2)

berturut-turut adalah sebesar 0,67; 0,93; dan 0,70 masing-masing untuk pupuk kandang sapi, pupuk hijau tithonia dan kompos sampah kota.

Sampai takaran tertentu ketiga jenis bahan organik mempunyai hubungan yang positif dengan peningkatan pH tanah. Takaran optimum dari bahan organik tersebut adalah sebesar 13,08; 14,10; dan 13,58 ton/ha dengan pH tanah maksimum sebesar 5,91; 5,82; dan 5,97 masing-masing untuk pupuk kandang

(3)

sapi, pupuk hijau tithonia dan kompos sampah kota. Pemberian bahan organik melebihi takaran tersebut telah cendrung menurunkan nilai pH tanah. Rendahnya peningkatan nilai pH tanah pada takaran 2,5 ton/ha untuk pupuk hijau tithonia disebabkan karena dekomposisi bahan organik tersebut belum sempurna sehingga sumbangan asam-asam organik juga rendah dibandingkan pupuk kandang sapi dan kompos sampah kota.

Peningkatan takaran pupuk kandang sapi dan kompos sampah kota memperlihatkan pola hubungan yang kuadratik dengan N-total tanah, dengan nilai R2 berturut-turut 0,99 dan

0,95. Namun, pada perlakuan pupuk hijau tithonia ditemukan kecendrungan pola hubungan yang bersifat kuadratik. Nitrogen total tanah maksimum (0,18 %) pada perlakuan pupuk hijau dicapai pada takaran 12,75 ton/ha.

Rendahnya nilai N total tanah pada takaran 20 ton/ha, disebabkan karena pupuk hijau tithonia belum mengalami dekomposisi yang sempurna. Pupuk hijau yang diberikan ke dalam tanah akan mengalami pelapukan yang intensif, sehingga mikroorganisme akan berkembang biak dengan pesat. Hal ini menyebabkan hilangnya N yang dikandung oleh pupuk hijau tersebut. Sanchez (1992) berpendapat bahwa pupuk hijau yang dimasukkan ke dalam tanah sering efektif untuk pertanaman berikutnya. Karena sebelum dimanfaatkan oleh tanaman pupuk hijau harus mengalami dekomposisi terlebih dahulu, sehingga N yang dikandung pupuk hijau telah dilepaskan oleh mikroorganisme yang merombak pupuk hijau tersebut.

Kandungan bahan organik tanah memperlihatkan hubungan bersifat kuadratik dengan peningkatan takaran bahan organik dengan R berturut-turut adalah sebesar 0,98; 0,98; dan 0,97 masing-masing untuk pupuk kandang sapi, pupuk hijau tithonia dan kompos sampah kota. Sampai takaran tertentu ketiga jenis bahan organik mempunyai hubungan yang positif dengan peningkatan C-organik tanah. Takaran maksimum dari bahan organik tersebut adalah sebesar 16,31; 16,05; dan 16,10 ton/ha dengan C-organik tanah maksimum sebesar 3,11; 2,62; dan 3,90 % masing-masing untuk pupuk kandang sapi, pupuk hijau tithonia dan kompos sampah kota.

Berbedanya kandungan C-organik tanah pada setiap bahan organic yang diberikan, sangat erat hubungannya dengan tingkat dekomposisi bahan organik dalam tanah.

Berdasarkan hasil yang analisis dilakukan diketahui bahwa, C-total pupuk kandang sapi, pupuk hijau tithonia dan kompos sampah kota berturut-turut adalah sebesar 34,22; 47,17; dan 35,76 %. Karbon total dari bahan organik yang tertinggi diperoleh pada pupuk hijau tithonia, namun C-organik tanah yang dihasilkan akibat pemberian bahan organik justru dengan pemberian pupuk hijau tithonia menghasilkan C-organik tanah paling rendah. Hal ini diduga karena pupuk hijau tithonia yang diberikan ke dalam tanah mempunyai kadar air yang jauh lebih besar dari pada kadar air pupuk kandang sapi dan kompos sampah kota.

Berdasarkan Tabel 1 dan Gambar 1terlihat bahwa, adanya hubungan yang positif antara takaran bahan organik dengan kandungan C-organik tanah, dimana terjadi peningkatan C– organik tanah seiring dengan peningkatan takaran bahan organik. Peningkatan C–organik tanah ini karena adanya sumbangan yang berasal dari masing – masing bahan organik yang diberikan ke dalam tanah. Sesuai dengan pendapat Soembroek (1993) bahwa, pada umumnya bahan organik mengandung lebih dari 90 % jaringan yang mengandung unsur C, sehingga penambahannya ke dalam tanah akan meningkatkan kandungan C–organik tanah.

Penambahan pupuk kandang dan kompos sampah kota memperlihatkan pola hubungan linear dengan kandungan P tersedia tanah, dengan R2 berturut-turut adalah sebesar

0,97 dan 0,96 masing-masing untuk pupuk kandang sapi dan kompos sampah kota. Namun, pada perlakuan pupuk hijau ditemukan kecendrungan pola hubungan yang bersifat kuadratik. Dimana kandungan Posfor tersedia tanah maksimum (9,84 ppm) diperoleh dengan pemberian pupuk hijau tithonia sebanyak 18,56 ton/ha.

Berbedanya P-tersedia tanah yang diperoleh akibat pemberian bahan organik yang berbeda , disebabkan oleh sumbangan P dari bahan organik tersebut juga berbeda. Hal ini terlihat pada takaran 2,5 ton/ha jumlah P yang disumbangkan pupuk kandang sapi dan kompos sampah kota ke dalam tanah adalah 6,25 kg/ha dan 5,625 kg/ha sedangkan jumlah P yang disumbangkan tithonia hanya 2,88 kg/ha. Selain itu proses dekomposisi bahan organik juga mempengaruhi P-tersedia tanah. Fitin dan asam nukleat merupakan sumber P yang berasal dari bahan organik, dimana ketersediaannya tergantung pada proses dekomposisi dari bahan organik tersebut

(4)

Gambar 1. Hubungan antara takaran bahan organik dengan a). rata-rata pH tanah dan b).rata-rata N-total tanah, c) rata-rata C-organik, dan d).rata-rata P-tersedia tanah pada perlakuan pukan, puhi dan kompos

A1: y = -0.0068x2+ 0.1779x + 4.7474 (R2= 0.67) A2: y = -0.0068x2+ 0.1929x + 4.4558 (R2= 0.93) A3: y = -0.0067x2+ 0.182x + 4.7369 (R2= 0.70) 4 4.5 5 5.5 6 0 2.5 5 7.5 10 12.5 15 17.5 20 22.5 25 p H ta n ah

Takaran bahan organik (ton/ha)

Pukan (A1) Puhi (A2) Kompos (A3)

A1: y = 0.0096x + 0.108 R2= 0.99 A2: y = -0.0006x2+ 0.0153x + 0.0918 R2= 0.99 A3: y = 0.0085x + 0.1143 R2= 0.95 0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0 2.5 5 7.5 10 12.5 15 17.5 20 22.5 25 N -t o ta l t a n a h ( % )

Ta karan bahan orga nik (ton/ha)

Pukan (A1) Puhi (A2) Kompos (A3)

A1: y = -0.0068x2 + 0.2219x + 1.3038 (R2 = 0.98) A2: y = -0.0053x2 + 0.1702x + 1.2622 (R2 = 0.98) A3: y = -0.0098x2 + 0.3156x + 1.3666 (R2 = 0.97) 1 2 3 4 5 0 5 10 15 20 25 C -orga ni k ta na h (%)

Takaran bahan organik (ton/ha)

Pukan (A1) Puhi (A2) Kompos (A3)

A1: y = 0.3677x + 7.1983 (R2 = 0.97) A2: y = -0.0077x2 + 0.2859x + 7.1906 (R2 = 0.96) A3: y = 0.3428x + 6.623 (R2 = 0.96) 6 8 10 12 14 16 0 5 10 15 20 25 P -t ers edi a ta na h (ppm )

Takaran bahan organik (ton/ha)

(5)

(Soepardi, 1983). Ia juga menjelaskan bahwa, hasil dari dekomposisi yang berupa asam organik dan humus dapat secara efektif bereaksi dengan Fe dan Al membentuk senyawa-senyawa komplek. Pengikatan Fe dan Al ini dapat mengurangi pengikatan P inorganik. Tan (2001 dan Yasin (1994) menjelaskan bahwa pemberian bahan organik akan dapat meningkatkan P – tersedia tanah. Bahan organik akan mampu mengikat Fe dalam suatu ikatan komplek. Kelarutan Al – PO4, Fe – PO4 atau Ca – (PO4)2 akan bertambah

dengan adanya formasi kompleks dengan asam humik atau asam organik lainnya.

Nilai Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah Pemberian berbagai jenis bahan organik sebanyak 2,5 sampai 20 ton/ha telah mampu menaikan nilai KTK tanah menjadi 5,31 sampai 15,55 me/100 g tanah. Hubungan anatara takaran bahan organik dengan nilai KTK tanah memperlihatkan pola hubungan yang bersifat kuadratik dengan R2 berturut-turut adalah

sebesar 0,95; 0,98; dan 0,93 masing-masing untuk pupuk kandang sapi, pupuk hijau tithonia dan kompos sampah kota (Gambar 2). Sampai takaran tertentu ketiga jenis bahan organik mempunyai hubungan yang positif

dengan peningkatan KTK tanah. Takaran maksimum dari bahan organik tersebut adalah sebesar 20; 20; dan 19,83 ton/ha dengan KTK tanah maksimum sebesar 15,59; 12,05; dan 14,49 me/100 g masing-masing untuk pupuk kandang sapi, pupuk hijau tithonia dan kompos sampah kota.

Berbedanya KTK tanah yang diperoleh akibat pemberian bahan organik yang berbeda, erat hubungannya dengan asam-asam organik yang disumbangkan dari dekomposisi bahan organik. Asam-asam organik akan menyumbangkan muatan negatif dari masing-masing bahan organik pada koloid tanah. Muatan negatif ini berasal dari gugus karboksil (COO-) dan hidroksil (OH-) yang dikandung

bahan organik. Hal ini sesuai dengan pendapat Brady and Weil (2002) yang menyatakan bahwa disosiasi gugus karboksil dan hidroksil dari senyawa organik dapat meningkatkan muatan negatif dalam tanah sehingga dapat meningkatkan KTK tanah. Pendapat ini didukung oleh Tan (2001) bahwa, pemberian bahan organik ke dalam tanah dapat meningkatkan muatan negatif yang berarti meningkatkan KTK tanah.

Gambar 2. Hubungan antara takaran bahan organik dengan rata-rata nilai KTK tanah pada perlakuan pukan, puhi dan kompos

Pertumbuhan dan Berat Kering Tanaman Melon

Pemberian bahan organik sebanyak 2,5 ton/ha dapat meningkatkan panjang tanaman sebesar 31,77 cm (Tabel 2). Namun, bila takaran bahan organik ditingkatkan menjadi 5, 10 dan

20 ton/ha tampaknya tidak memberikan pengaruh yang berarti terhadap panjang tanaman melon. Namun, secara kuantitatif terjadi peningkatan panjang tanaman seiring dengan peningkatan takaran bahan organik.

A1: y = -0.0198x2 + 0.9191x + 4.9242 (R2 = 0.95) A2: y = -0.0167x2 + 0.7254x + 4.1728 (R2 = 0.98) A3: y = -0.0247x2 + 0.9799x + 4.7074 (R2 = 0.93) 3 6 9 12 15 18 21 0 5 10 15 20 25 K T K ta na h (m e/ 100 g)

Takaran bahan organik (ton/ha)

(6)

Tabel 2. Pengaruh utama takaran bahan organik terhadap panjang tanaman dan berat kering tanaman melon pada umur 5 minggu setelah tanam

Jenis Bahan Organik Takaran Bahan Organik

0 2,5 5 10 20 ………..(cm)……….. Pukan Puhi kompos 100,33 101,66 101 130 127,33 141 140 136,33 142,66 143 140,33 144,33 144,67 141 156,66 Rata-rata takaran BO 101 b 132,77 a 139,66 a 142,55 a 147,44 a

………..Berat kering batang + daun (g/pot) ………..

Pukan 7,75 11,01 11,35 11,59 12,97

Puhi 8,14 10,12 10,09 11,02 11,32

Kompos 7,79 10,27 10,35 11,18 12,36

Rata-rata takaran 7,89 b 10,46 ab 10,60 ab 11,26 ab 12,22 a

………..Berat kering akar (g/pot) ………..

Pukan 1,51, 1,85 2,41 2,81 3,14

Puhi 1,53 1,78 1,99 2,35 2,76

Kompos 1,51 2,05 2,14 2,78 3,01

Rata-rata takaran 1,52 b 1,89 b 2,18 ab 2,65 a 2,97 a

Angka pada tabel yang diikuti oleh huruf kecil yang sama menurut baris dan huruf besar yang sama menurut kolom adalah berbeda tidak nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5 %

Berdarkan Gambar 3 dan Tabel 2 terlihat bahwa, pemberian bahan organik sebanyak 2,5 ton/ha nyata terhadap panjang tanaman. Namun, peningkatan takaran bahan organik dari 2,5 menjadi 20 ton/ha menunjukkan pengaruh yang hampir sama terhadap panjang tanaman melon. Membaiknya pertumbuhan tanaman melon jelas berhubungan dengan

perbaikan kesuburan tanah, akibat penambahan bahan organik. Brady and Weil (2002) menyatakan bahwa, pH tanah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman, dimana mempengaruhi jumlah unsur hara yang dapat diserap tanaman.

Gambar 3. Hubungan antara takaran bahan organik dengan rata-rata berat kering batang + daun pada perlakuan pukan, puhi dan kompos

Berdasarkan deskripsi tanaman melon varietas Action 434 panjang tanaman melon adalah 250 cm, sementara dari hasil percobaan

yang dilakukan di rumah kaca panjang rata-rata tanaman melon hanya berkisar 101– 156,66 cm. Hal ini disebabkan tingginya suhu rumah A1: y = -0,0167x2 + 0,5417x + 8,6408 (R2 = 0,80) A2: y = -0,0132x2 + 0,401x + 8,5332 (R2 = 0,89) A3: y = -0,0127x2 + 0,4492x + 8,3706 (R2 = 0,88) 7 9 11 13 0 5 10 15 20 25 B er at ke ri ng (B at ang + D aun) ( g)

Takaran bahan organik (ton/ha) Puka n (A1) Puhi (A2) Kompos (A3)

(7)

kaca yaitu berada di atas 25 oC, rata-rata suhu

harian selama penelitian dapat dilihat pada Lampiran 13. Sedangkan suhu optimal untuk pertumbuhan vegetatif tanaman melon adalah 20oC – 25oC.

Menurut Salisbury dan Ross (1995) pemanjangan batang suatu tanaman sangat dipengaruhi oleh suhu dan intensitas cahaya, dimana laju pemanjangan batang berbanding terbalik dengan intensitas cahaya. Lakitan (1996) mengemukakan bahwa, pemanjangan batang lebih terpacu jika tanaman ditumbuhkan pada tempat dengan intensitas cahaya yang rendah.

Dari Gambar 3 terlihat bahwa sampai takaran tertentu ketiga jenis bahan organik mempunyai hubungan yang positif dengan peningkatan berat kering batang + daun. Takaran maksimum dari bahan organik tersebut adalah sebesar 16,21; 15,18; dan 17,18 ton/ha dengan berat kering batang + daun maksimum sebesar 13,03; 11,57; dan 12,34 g/pot masing-masing untuk pupuk kandang sapi, pupuk hijau tithonia dan kompos sampah kota. Pemberian bahan organik melebihi takaran tersebut akan cendrung menurunkan berat kering batang + daun.

Terdapatnya perbedaan pengaruh takaran bahan organik untuk mencapai berat kering maksimum diduga berhubungan dengan telah membaiknya sifat kimia tanah seiring dengan peningkatan takaran bahan organik. Seperti yang telah diuraikan terlebih dahulu bahwa dengan peningkatan takaran bahan organik telah mampu meningkatkan kandungan N-total, P-tersedia dan kation basa yang dapat ditukarkan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Pemberian bahan organik (pupuk kandang sapi, pupuk hijau tithonia dan kompos sampah kota) sebanyak 2,5 ton/ha sangat diperlukan untuk memperbaiki kesuburan Regosol dan pertumbuhan tanaman melon. Pada takaran tersebut telah dapat meningkatkan pH tanah, N-total, C-organik, KTK dan kation dapat dipertukarkan. Takaran optimum bahan organik yang dapat digunakan pada Regosol terhadap hasil berat kering

tanaman melon adalah 16,21; 15,18; dan 17,68 ton/ha dengan berat kering tanaman melon maksimum sebesar 13,03; 11,57; dan 12,34 g/pot masing-masing untuk pupuk kandang sapi, pupuk hijau tithonia dan kompos sampah kota.

DAFTAR PUSTAKA

Brady, N.C. and R.R. Weil. 2002 The nature and Properties of Soils, 13th edition.

Macmillan, NewYork. 683 hal.

Lakitan, B, 1996. Fisiologi Tumbuhan dan Perkembangan Tanaman. PT. Raja Grafindo persada. Jakarta. 218 hal. Murbandono, L. 2001. Membuat kompos.

Penebar Swadaya. Jakarta. 54 hal. Salisbury,F.B. dan C.W.Ross. 1995. Fisiologi

Tumbuhan. Alih bahasa oleh Lukman dan sumaryono. Institut Teknologi Bandung. Bandung. 343 hal.

Sanchez, P.A. 1992. Sifat dan Pengelolaan tanah Tropika. Terjemahan Hamzah,A. Institut Teknologi Bandung. 397 hal. Sutedjo, M.M. 2002 Pupuk dan Cara

Pemupukan. PT. Rineka Cipta. Jakarta 177 hal.

Soembroek, W.G., F.O. Nachtergale and A. Hebel. 1993 Amount, Dynamics and sequestration carbon in tropical soils. Ambio 22: 417-426.

Tan K.H. 2001. Enviromental Soil Science. 3rd

edition. Marcel Dekker, Inc. New York, 557 hal.

Yasin, S. 1994. Pengaruh Asam-Asam Organik terhadap Jerapan P pada tanah kaya Al. Universitas Andalas. Padang. 67 hal.

Yasin,S. 2010. Changes of soil properties on various ages of rubber trees in Dhamasraya, west Sumatera. Indonesia. J. Trop Soils. 15: 1-7

Gambar

Gambar 1.  Hubungan antara takaran bahan organik dengan a). rata-rata pH tanah dan b).rata-rata  N-total  tanah,  c)  rata-rata  C-organik,    dan  d).rata-rata  P-tersedia  tanah  pada  perlakuan  pukan, puhi dan kompos
Gambar 2.    Hubungan antara takaran bahan organik dengan rata-rata nilai KTK tanah pada perlakuan  pukan, puhi dan kompos
Gambar 3.   Hubungan  antara  takaran  bahan  organik  dengan  rata-rata  berat  kering  batang  +  daun  pada  perlakuan pukan, puhi dan kompos

Referensi

Dokumen terkait

Untuk lebih memfokuskan penelitian ini pada hal-hal yang terkait dengan pengaruh kepemimpinan kepala desa terhadap kesadaran masyarakat dalam membayar Pajak Bumi dan

Gambar 4.19 Grafik Pengaruh Jumlah Subjek Terhadap Perubahan Tingkat Akurasi Pengenalan pada Citra Tangkapan Web-Camera ... 84 Gambar 4.20 Grafik Pengaruh Level

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tahapan-tahapan upacara adat saur matua, ragam diksi yang direalisasikan dalam kata, frase, ungkapan, pantun, dan juga ragam diksi

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh Teknologi Informasi, Saling Ketergantungan, Desentralisasi Terhadap Kinerja Manajerial Dengan Sistem Akuntansi

Cedera kepala adalah suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat congenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan/benturan fisik dari luar, yang dapat

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan berpendapat siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia melalui model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement

Dari berbagai pendapat para ahli mengenai konsep dan definisi dari assesment (penilaian) dan E-Learning diatas, penulis berasumsi bahwa penerapan assesment jika

Penelitian ini berjudul Perkembangan Gaya Hidup Petani Tembakau di Desa Cemoro Kecamatan Wonoboyo Kabupaten Temanggung 1994-2014 bertujuan 1) untuk mengungkap