• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dengan persetujuan bersama antara DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM GUBERNUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Dengan persetujuan bersama antara DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM GUBERNUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

Q A N U N P R O V I N SI N A N G G R O E A C E H D A R U S S A L A M NOMOR 6 TAHUN 2004

T E N T A N G

BEA BALIK NAMA KENDARAAN DI ATAS AIR B I S M I L L A H I R R A H M A N I R R A H I M

D E N G A N R A H M A T A L L A H Y A N G M A H A K U A S A GUBERNUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM,

M e n i m b a n g : a . b a h w a u n t u k m e m b i a y a i p e n y e l e n g g a r a a n p e m e r i n t a h P r o v i n s i d a n m e l a k s a n a k a n p e m b a n g u n a n d a e r a h m e m e r l u ka n d a n a y a n g m e m a d a i, terutama dari sumber perpajakan;

b. bahwa Bea Balik Nama Kendaraan di atas air merupakan salah satu sumber p e n d a p a t a n P e m e r i n t a h P r o v i n s i g u n a m e m b i a y a i p e n y e l e n g g a r a a n pemerintahan dan pembangunan daerah;

c. b a h w a b e r d a s a r k a n U n d a n g - u n d a n g R e p u b l i k I n d o n e s i a N o m o r 3 4 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-undang Republik Indonesia N o m o r 1 8 T a h u n 1 9 9 7 t e n t a n g P a j a k D a e r a h d a n R e t r i b u s i D a e r a h Provinsi berwenang untuk memungut bea balik nama kendaraan di atas air;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan dimaksud dalam huruf a,b dan c tersebut di atas perlu ditetapkan suatu Qanun tentang Bea Balik Nama Kendaraan di Atas Air.

M e n g i n g a t : 1 . U n d a n g - u n d a n g N o m o r 2 4 T a h u n 1 9 5 6 t e n t a n g P e m b e n t u k a n D a e r a h Otonom Propinsi Aceh dan Perubahan Peraturan Pembentukan Propinsi S u m a t e r a U t a r a ( L e m b a r a n N e g a r a R e p u b l i k I n d o n e s i a T a h u n 1 9 5 6 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1103);

2 . U n d a n g - u n d a n g N o m o r 1 4 T a h u n 2 0 0 2 t e n t a n g P e n g a d i l a n P a j a k (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4189);

3 . Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048);

(2)

4 . Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);

5 . Undang–undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik I n d o n e s i a T a h u n 1 9 9 9 N o m o r 6 0 , T a m b a h a n L e m b a r a n N e g a r a Nomor 3848); 6 . Undang-undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Perubahan

atas Undang-undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3897);

7 . Undang-undang Nomor 18 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Propinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Da ru ssa lam ( L emb a r a n N e g a r a R e p ub l ik I n d o ne s ia T a h un 2 0 01 Nomor 114 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4134);

8 . Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4138); 9 . Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang

Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik I n d o n e s i a T a h u n 2 0 0 0 N o m o r 5 4 , T a m b a h a n L e m b a r a n N e g a r a Nomor 3952);

Dengan persetujuan bersama antara

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

d a n

GUBERNUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

MEMUTUSKAN :

(3)

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Provinsi adalah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

2. Pemerintah Provinsi adalah Gubernur beserta perangkat Daerah Otonomi yang lain sebagai Badan Eksekutif Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

3. Gubernur adalah Gubernur Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

4. Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang perpajakan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

5. Kendaraan di Atas Air adalah semua kendaraan yang digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk. mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan yang digunakan di Atas Air.

6. Bea Balik Nama Kendaraan di Atas Air yang selanjutnya disingkat BBN-KAA adalah Pajak atas penyerahan Kendaraan di Atas Air.

7. Penyerahan Kendaraan di Atas Air adalah pengalihan hak milik kendaraan di atas air sebagai akibat perjanjian atau keadaan baik berupa jual beli, tukar menukar, hibah termasuk hibah wasiat dan hadiah, warisan, dan pemasukan ke dalam badan usaha.

8. Jenis Kendaraan di Atas Air adalah jenis kendaraan yang terbuat dari kayu, fiber glass dan besi.

9. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah, yang dapat disingkat SPTPD, adalah surat yang oleh Wajib pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, Objek Pajak dan/atau bukan Objek Pajak, dan/atau harta dan kewajiban, menurut ketentuan peraturan peraturan perundangan-undangan perpajakan daerah.

10. Surat Setoran Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat SSPD, adalah surat yang oleh wajib Pajak digunakan untuk melakukan pembayaran atau p e n y e t o r a n p a j a k y a n g t e r h u t a n g k e K a s D a e r a h a t a u k e t e m p a t pembayaran lain yang ditunjuk oleh Gubernur.

11. Surat Ketetapan Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat SKPD, adalah Surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak.

12. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, yang selanjutnya disingkat SKPDKB, adalah Surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah yang masih harus dibayar. 13. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, yang

selanjutnya disingkat SKPDKBT, adalah Surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.

1 4 . S u r a t K et e ta p an P aj a k D ae r a h Le bih B a y a r y a n g s e l a n ju t n ya d isin g kat SKPDLB, adalah Surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, yang dapat pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar dari pada pajak yang terhutang atau tidak seharusnya terhutang.

(4)

15. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil yang selanjutnya disingkat SKPDN, a d a l a h s u r a t k e t e t a p a n p a j a k y a n g m e n e n t u k a n j u m l a h p o k o k p a j a k s a m a b e s a r n y a dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terhutang dan tidak ada kredit pajak.

16. Surat Tagihan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat STPD, adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda.

1 7 . Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputusan yang membetulkan kesalahan tulis, kesalahan hitung dan/atau kekeliruan dalam penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-undangan perpajakan daerah yang terdapat dalam Surat Ketetapan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak D a e r a h K u r a n g B a y a r , S u r a t K e t e t a p a n P a j a k D a e r a h K u r a n g B a y a r Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil atau Surat Tagihan Pajak Daerah.

18. Surat Keputusan Keberatan adalah Surat keputusan atas keberatan terhadap S u r a t K ete t ap a n Paj a k D a e ra h , S u ra t K e te t ap an P a ja k Da e r ah Ku r a ng B a y a r , S u r a t K e t e t a p a n P a j a k D a e r a h K u r a n g B a y a r T a m b a h a n , S u r a t Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, atau terhadap pemotongan atau Piutang oleh pihak ketiga yang diajukan oleh wajib pajak.

19. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komonditer, perseroan lainnya, badan usaha milik Negara atau Daerah dengan Hama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi yang sejenis,lembaga, bentuk usaha tetap, dan bentuk badan lainnya.

20. Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di lingkungan pemerintah daerah yang selanjutnya disebut Penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti, yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang perpajakan daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya.

BAB II

NAMA OBJEK DAN SUBJEK BEA BALIK NAMA KENDAR AAN DI AT AS AIR

Pasal 2

Dengan nama Bea Balik Nama Kendaraan di Atas Air dipungut pajak Bea Balik Nama Kendaraan di Atas Air atas penyerahan kendaraan di atas air.

Pasal 3

(1) Objek Pajak Bea Balik Nama Kendaraan di Atas Air adalah penyerahan kendaraan di atas air.

(5)

(2) Kendaraan di atas air sebagai mana dimaksud dalam ayat (1) meliputi :

a. Kendaraan di atas air dengan ukuran isi kotor kurang dari 20 M3 atau kurang dari GT 7;

b. Kendaraan di atas air yang digunakan untuk kepentingan penangkapan ikan dengan mesin berkekuatan lebih besar dari 2 PK;

c. Kendaraan di atas air untuk kepentingan pesiar perseorangan yang meliputi yacht/plesure ship/sporty ship; dan

d. Kendaraan di atas air untuk kepentingan angkutan perairan daratan.

(3) Termasuk penyerahan kendaraan di atas air sebagai mana dimaksud dalam ayat (1) adalah pemasukan kendaraan di atas air dari luar Negeri untuk dipakai secara tetap di Indonesia, kecuali :

a. untuk dipakai sendiri oleh orang pribadi yang bersangkutan; b. untuk perdagangkan;

c. untuk dikeluarkan kembali dari wilayah pabean Indonesia; dan

d. digunakan untuk pameran, penelitian, contoh, dan kegiatan olah raga bertaraf Internasional.

(4) Pengecualian sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf c tidak berlaku apabila selama 3 (tiga) tahun berturut-turut tidak dikeluarkan kembali dari wilayah pabean Indonesia.

(5) Di kecualikan sebagai objek Pajak Bea Balik Nama Kendaraan di Atas Air sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah penyerahan kendaraan di atas air kepada :

a. Pemerintah pusat, pemerintah Provinsi, pemerintah Kabupaten/Kota dan pemerintah desa;

b. K e d u t a a n , K o n s u l a t , P e r w a k i l a n , N e g a r a a s i n g d a n P e r w a k i l a n L e m b a g a - L e m b a g a I n t e r n a s i o n a l d e n g a n a z a s t i m b a l b a l i k sebagaimana berlaku untuk pajak negara;

c. Orang pribadi atau badan atas kendaraan di Atas Air Perintis; d. Pabrikan atau importir yang semata-mata tersedia untuk

dipamerkan dan atau dijual;

e. Kendaraan di atas Air yang dipergunakan sebagai pemadam kebakaran; f. Kendaraan di Atas Air yang disegel atau disita oleh negara.

Pasal 4

( 1 ) S u b j e k P a j a k B e a B a l i k N a m a K e n d a r a a n d i A t a s A i r a d a l a h o r a n g pribadi atau badan yang menerima penyerahan kendaraan di Atas Air.

( 2 ) W a j i b P a j a k B e a B a l i k N a m a K e n d a r a a n d i A t a s A i r a d a l a h o r a n g p r i b a d i atau badan yang menerima penyerahan Kendaraan di Atas Air.

( 3 ) Y a n g b e r t a n g g u n g j a w a b a t a s p e m b a y a r a n p a j a k B e a B a l i k N a m a Kendaraan di Atas Air adalah :

a. untuk orang pribadi adalah orang yang bersangkutan, kuasanya atau ahli warisnya; dan

(6)

BAB III

DASAR PENGENAAN, TARIF DAN CARA PENGHITUNGAN P A J A K B E A B A L I K N A M A K E N D A R A A N B E R M O T O R

P a s a l 5

(1) Dasar Pengenaan Pajak Bea Balik Nama Kendaraan di Atas Air dihitung berdasarkan nilai jual kendaraan di Atas Air.

(2) Nilai Jual Kendaraan di Atas Air diperoleh berdasarkan harga pasaran umum atas suatu kendaraan di atas air.

(3) Dalam hal harga pasaran umum atas suatu kendaraan diatas air tidak diketahui Nilai Jual Kendaraan di Atas Air, ditentukan berdasarkan faktor-faktor :

a. penggunaan kendaraan di atas air; b. jenis kendaraan di atas air;

c. merek kendaraan di atas air;

d. tahun pembuatan atau renovasi kendaraan di atas air; e. isi kotor kendaraan di atas air;

f kapasitas penumpang atau berat muatan maksimum yang diizinkan; g. dokumen import untuk jenis kendaraan di atas air tertentu.

(4) Penghitungan dasar pengenaan pajak Bea Balik Nama Kendaraan di Atas A i r s e b ag a i m a n a d i m a ks u d d a la m a y a t ( 1 ) , a y a t ( 2 ) d a n a y a t ( 3 ) ditetapkan oleh Gubernur sesuai dengan tabel yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri.

P a s a l 6

Dalam pengenaan pajak Bea Balik Nama Kendaraan di Atas Air belum tercantum dalam tabel yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri, Gubernur dapat menetapkan dasar pengenaan pajak dima ksud dengan Keputusan Gubernur dan dilaporkan kepada Menteri Dalam Negeri.

Pasal 7

(1) Tarif Bea Balik Nama Kendaraan di Atas Air atas penyerahan pertama ditetapkan sebesar 5 % (lima persen).

(2) Tarif Bea Balik Nama Kendaraan di Atas Air atas penyerahan kedua dan selanjutnya ditetapkan sebesar 1 % (sate persen).

(3) Tarif Bea Balik Nama Kendaraan di Atas Air atas penyerahan karena warisan ditetapkan sebesar 0,1 % (not koma situ persen).

(7)

Pasal 8

Pokok Pajak Bea Balik Nama Kendaraan di Atas Air yang terutang di hitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 ayat (4) dan Pasal 6 ayat (2).

BAB IV

WILAYAH PEMUNGUTAN Pasal 9

(1) Bea Balik Nama Kendaraan di Atas Air yang terutang dipungut di wilayah Provinsi tempat kendaraan di atas air di daftarkan.

(2) Apabila terjadi pemindahan kendaraan di atas air dari satu Provinsi ke P r o v i n s i l a i n , m a k a w a j i b p a j a k y a n g b e r s a n g k u t a n h a r u s memperlihatkan bukti pelunasan bea Balik nama kendaraan di atas airdi Provinsi asalnya berupa Surat Keterangan Fiskal Antar Daerah.

BAB V

S U R A T P E M B E R I T A H U A N Pasal 10

(1) Orang pribadi atau badan, ahli waris yang menerima pen yerahan kendaraan di atas air wajib memberitahukan kepada Gubernur dengan mengisi SPTPD selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal penyerahan kendaraan, dan untuk kendaraan di atas air penyerahan hak milik dari luar daerah dalam waktu 60 (enam puluh) hari sejak tanggal Surat Keterangan Fiskal Antar Daerah.

(2) SPTPD sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta di tanda tangani oleh wajib pajak atau orang yang diberikan kuasa olehnya.

Pasal 11

(1) SPTPD sebagaimana dimaksud pada Pasal 10 ayat (1) sekurang kurangnya memuat :

a. nama dan alamat lengkap yang menyerahkan dan yang menerima penyerahan;

b. tanggal penyerahan;

c. jenis, merek,GT,PK, tahun pembuatan; d. dasar penyerahan; dan

e. harga penjualan.

(2) SPTPD sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disampaikan kepada Dinas Pendapatan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam paling lama :

a. Untuk kendaraan baru 30 (tiga puluh) hari sejak saat kepemilikan; b. Untuk kendaraan bukan baru sampai dengan tanggal berakhirnya

masa pajak; dan

c. 60 (enam puluh) hari sejak ta ngg al fiskal antar Daerah kendaraan di atas air pindah dari luar daerah.

(8)

(3) Apabila terjadi perubahan atas kendaraan di atas air dalam masa pajak baik p e r u b a h a n b e n t u k, f u n g s i m a u p u n p e n g g a n t ia n m e s i n su a t u k e n d a r a a n bermotor wajib dilaporkan dengan menggunakan SPTPD.

( 4 ) B e n t u k, i s i , k u a l i t a s , u k u r a n d a n t a t a c a r a p e n y a m p a i a n S P T P D sebagaimana dimaksud ayat (1) ditetapkan oleh Gubernur.

BAB VI P E N E T A P A N B E A B A L I K N A M A K E N D A R A A N D I A T A S A I R Pasal 12 ( 1 ) B e r d a s a r k a n S P T P D s e b a g a i m a n a d i m a k s u d p a d a P a s a l 1 1 a y a t ( 1 ) d i t e ta p k a n p a ja k d e n g a n m e n e r b it ka n S K P D a t a u d o ku m e n la i n ya n g dipersamakan. ( 2 ) B e n t u k , I s i , k u a l i t a s d a n u k u r a n s e r t a t a t a c a r a p e n y a m p a i a n S K P D sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh Gubernur.

Pasal 13

( 1) S e t ia p K en d a ra an d i A t a s A ir y a n g m e n ga la m i p e r ub ah an b e nt u k a t au pergantian mesin wajib melaporkan dengan mengisi SPTPD dalam waktu 30 (tiga puluh) hari setelah selesai perubahan bentuk atau ganti mesin. ( 2) Perubahan bentuk suatu kendaraa n yang mengakibatkan kenaikan

nilai j u a l k e n d a r a a n y a n g b e r s a n g k u t a n d i p u n g u t t a m b a h a n 1 0 % ( s e p u l u h persen) dari selisih nilai jual sebelum dan setelah perubahan.

( 3) Penggantian mesin dipungut tambahan bea Balik Hama kendaraan di atas air 10 % (sepuluh persen) dari harga mesin pengganti.

Pasal 14

(1) Dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun sesudah saat terutangnya pajak, Gubernur dapat menerbitkan :

a. SKPDKB dalam hal :

1) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain, pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar;

2) Apabila SPTPD tidak disampaikan kepada Gubernur dalam jangka waktu tertentu dan setelah ditegur secara tertulis;

3) Apabila kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, maka pajak yang terutang dihitung secara jabatan.

b. SKPDKBT apabila ditemukan data baru dan atau data yang semula terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terutang;

c. SKPDN apabila jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak, tidak terutang dan tidak kredit pajak.

(9)

(2) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKB sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a angka 1) dan angka 2) dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak.

(3) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKBT sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100 % (seratus persen) dari jumlah kekurangan pajak tersebut.

(4) Kenaikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) tidak dikenakan apabila W a j i b P a j a k m e l a p o r k a n s e n d i r i s e b e l u m d i l a k u k a n t i n d a k a n pemeriksaan.

(5) Jumlah pajak yang terutang dalam SKPDKB sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a angka 3) dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 25 % (dua puluh persen) dari pokok pajak ditambah sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak.

Pasal 15 (1) Gubernur dapat menerbitkan STPD apabila :

a. pajak dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar;

b. dari hasil penelitian STPD terdapat kekurangan pembayaran sebagai akibat salah tulis dan atau salah hitung; dan

c. wajib pajak dikenakan sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda. (2) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam STPD sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) huruf a huruf b ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga 2% (dua persen) setiap bulan untuk paling lama 15 (lima belas) bulan sejak saat terutangnya pajak.

(3) SKPD yang tidak mau atau kurang bayar setelah jatuh tempo pembayaran dikenakan sanksi administrasi berupa bunga 2% (dua persen) sebulan, ditagih melalui SPTD.

(4) Bentuk, isi, ukuran dan kualitas serta tata cara penyampaian STPD ditetapkan oleh Gubernur.

(10)

BAB VII

TATACARA PEMBAYARAN DAN PENAGIHAN Pasal 16

(1) Pajak Bea Balik Nama Kendaraan di Atas Air harus dilunasi sekaligus.

(2) Pajak Bea Balik Nama Kendaraan di Atas Air harus dilunasi selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak diterbitkan SKPD, SKPDKB, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan dan Putusan B a n d i n g y a n g m e n y e b a b k a n j u m l a h p a j a k y a n g h a r u s d i b a y a r bertambah/berkurang.

(3) Keterlambatan pembayaran bea Balik nama kendaraan di atas air yang melewati tanggal sebagaimana yang ditetapkan dalam SKPD dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan dari pokok pajak untuk setup keterlambatan, selama-lamanya 15 (lima belas) bulan dengan menerbitkan STPD.

(4) Pembayaran dilakukan di Kas Daerah atau tempat lain yang ditetapkan oleh Gubernur.

Pasal 17

( 1 ) B e a B a l i k N a m a K e n d a r a a n d i A t a s A ir y a n g t e r u t a n g b e r d a sa r k a n SKPD, S KPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan dan Putusan banding yang tidak atau kurang d i b a y a r o l e h w a j i b p a j a k t e p a t p a d a w a k t u n y a , d a p a t d i t a g i h d e n g a n Surat Paksa.

( 2 ) P e n a g ih a n b e a B a l i k n a m a ke n d a r aa n d i a t a s a i r d e n g a n S u r a t P a ks a dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB VIII

KERINGANAN DAN PEMBEBASAN Pasal 18

(1) Gubernur dapat memberikan keringanan, pengurangan, dan pembebasan Bea Balik Nama Kendaraan di Atas Air terhadap :

a . k e n d a r a a n d i a t a s a i r y a n g d i u p a y a k a n s e b a g a i a m b u l a n c e d a n kendaraan jenazah.

b . kendaraan di atas air lainnya atas pertimbangan khusus.

(2) Tata cara pemberian keringanan, pengurangan, dan pembebasan bea Balik n a m a k e n d a r a a n d i a t a s a i r s e b a g a i m a n a d i m a k s u d d a l a m a y a t ( 1 ) ditetapkan oleh Gubernur.

(11)

B A B I X

PEMBETULAN, PEMBATALAN, PENGURANGAN KETETAPAN DAN PENGHAPUSAN ATAU PENGURANGAN

SANKSI ADMINISTRASI Pasal 19

( 1 ) G u b e r n u r k a r e n a j a b a t a n a t a u a t a s P e r m o h o n a n W a j i b P a j a k d a p a t membetulkan SKPD atau SKPDKB atau SKPDKBT atau STPD yang dalam penerbitannya yang terdapat kesalahan tulis, kesalahan hitung dan atau kekeliruan.

(2) Gubernur dapat :

a. mengurangkan atau membatalkan ketetapan pajak yang tidak benar;

b. mengurangkan atau menghapuskan sanksi administrasi berupa bunga, d e n d a d a n k e n a i k a n p a j a k y a n g t e r u t a n g m e n u r u t p e r a t u r a n perundang-undangan perpajakan daerah, dalam hal sanksi tersebut d i s e b a b k a n k a r e n a k e k h i l a p a n w a j i b p a j a k a t a u b u k a n k a r e n a kesalahannya.

(3) Tata cara pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi dan penguran gan atau pembatalan ketetapan pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur dengan Keputusan Gubernur.

B A B X

KEBERATAN DAN BANDING Pasal 20

(1) Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan kepada Gubernur atau Pejabat yang ditunjuk atas suatu :

a. SKPD; b. SKPDKB-, c. SKPDKBT; d. SKPDLB; dan e. SKPDN; ( 2 ) K e b e r a t a n d i a j u k a n s e c a r a t e r t u l i s d a l a m b a h a s a I n d o n e s i a d e n g a n disertai alasan-alasan yang jelas.

(3) Dalam hal wajib Pajak mengajukan keberatan atas ketetapan pajak secara j a b a t a n , W a j i b P a j a k h a r u s d a p a t m e m b u k t i k a n k e t i d a k b e n a r a n ketetapan pajak tersebut.

(4) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal surat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) kecuali apabila wa j ib p a ja k d a p a t m e n u n ju k ka n b a h w a ja n g k a w a kt u i t u t i d a k d a p a t dipenuhi karena di luar kekuasaannya.

(5) P e n ga ju an ke b e r a ta n t i d ak m e nu nd a ke w a jib a n m e m b a y a r p a j a k d an pelaksanaan penagihan pajak.

(12)

Pasal 21

(1) Gubernur dalam jan gka waktu paling la ma 12 (dua belas) bulan sejak tanggal surat permohonan keberatan diterima, sudah ha rus membe ri Keputusannya atas keberatan yang diajukan.

(2) Keputusan Gubernur atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak, atau menambah besarnya pajak yang terhutang.

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) telah lewat dan Gubernur tidak me mberi suatu keputusan, maka keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.

Pasal 22

(1) Wajib pajak dapat mengajukan permohonan banding kepada Pengadilan Pajak terhadap Keputusan Mengenai keberatannya yang ditetapkan oleh Gubernur. (2) Permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diajukan secara

tertulis dalam bahasa Indonesia dengan alasan yang jelas dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak . keputusan diterima, dilampiri salinan dari surat keputusan tersebut.

(3) Pengajuan permohonan banding tidak menunda kewajiban membayar pajak dan pelaksanaan penagihan pajak.

Pasal 23

Apabila pengajuan keberatan atau permohonan banding dikabulkan sebagian atau seluruhnya, kelebihan pembayaran pajak dikembalikan dengan tambahan imbalan bunga sebesar 2 % (dua person) sebulan untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan.

BAB XI

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK Pasal 24

(1) Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak kepada Gubernur atau pejabat secara tertulis dengan menyebutkan sekurang-kurangnya :

a. nama dan alamat wajib pajak; b. masa pajak;

c. besarnya kelebihan pembayaran pajak-, dan d. alasan yang jelas.

(2) Gubernur dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus memberikan keputusan.

(3) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilampaui G u b e r n u r t id a k m e m b e r i k an k e p u t u s a n , p e r m o h o n a n pengembalian kelebihan pembayaran pajak dianggap, dikabulkan dan SKPDLB harus diterbitkan dalam waktu paling lama I (satu) bulan.

(13)

(4) A p a b i l a w a j i b p a j a k m e m p u n y a i h u t a n g p a j a k l a i n n y a k e l e b i h a n p e m b a y a r a n p a j a k s e b a g a i m a n a d i m a k s u d d a l a m a y a t ( 2 ) l a n g s u n g diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu hutang pajak dimaksud.

(5) Pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan dalam waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak d iterbitkannya SKPDLB dengan menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak.

(6) A p a b i l a p e n g e m b a l i a n k e l e b i h a n p e m b a y a r a n p a j a k d i l a k u k a n s e t e l a h l e wat waktu 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKPDLB, Gubernur atau Pejabat memberikan imbalan bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan pajak.

Pasal 25

A p a b i l a k e l e b ih a n p e mb a y a r a n p a j a k d ip e r h i t u n g k a n d e n g a n u t a n g p a ja k lainnya sebagaimana dimaksud pada Pasal 25 ayat (4), maka pembayarannya d i l a k u k a n d e n g a n ca r a p e m i n d a h b u k u a n , d a n b u k t i p e m i n d a h b u k u a n j u g a berlaku sebagai bukti pembayaran.

BAB XII

K E D A L U W A R S A P E N A G I H A N P a s a l 2 6

(1) Hak untuk mela kukan penagih an pajak, kedaluarsa setelah melampau i j a n g k a w a k t u 5 ( l im a ) t a h u n t e rh i t un g se j a k s a a t t e r u t a n g n y a p a j a k, k e c u a l i a p a b i l a w a j i b p a j a k m e l a k u k a n t i n d a k p i d a n a d i b i d a n g perpajakan daerah.

( 2 ) K a d a l u a r s a p e n a g i h a n p a j a k s e b a g a i m a n a d i m a k s u d d a l a m a y a t ( 1 ) tertangguh apabila :

a. Diterbitkan Surat Teguran dan Surat Paksa atau;

b. Ada pengakuan utang pajak dari wajib pajak baik langsung maupun tidak langsung.

BAB XIII

K E T E N T U A N P I D A N A Pasal 27

(1) Setiap orang atau Badan yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar, sebagaimana diatur pada pasal 10 dan pasal 11, sehingga merugikan keuangan Daerah dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak yang terutang.

(14)

(2) Setiap orang atau Badan yang karena kelalaiann ya tidak menyampaikan S P T P D a t a u m e n g i s i d e n g a n t i d a k b e n a r a t a u t i d a k l e n g k a p a t a u melampirkan keterangan yang tidak benar sebagaimana diatur pada pasal 11 dan pasal 12 sehingga merugikan keuangan Daerah dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak yang terutang.

P a s a l 2 8

Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada Pasal 28 tidak dituntut setelah melampaui jangka waktu 10 (sepuluh) tahun sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak .

B A B X I V

KETENTUAN PENYIDIKAN P a s a l 2 9

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan akan daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana yang berlaku.

(2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah :

a. Menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;

b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang p r i b a d i a t a u b a d a n t e n t a n g k e b e n a r a n p e r b u a t a n y a n g d i la k u k a n sehubungan dengan tindak pidana perpajakan Daerah;

c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah;

d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah;

e. M e l a k u k a n p e n g g e l e d a h a n u n t u k m e n d a p a t k a n b a h a n b u k t i pembukuan, pencatatan, dan dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;

f M e m i n t a b a n t u a n t e n a g a a h l i d a l a m r a n g k a p e l a k s a n a a n t u g a s penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah.

g. Menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan m e m e r i k s a i d e n t it a s o r a n g d a n / at a u d o k u m e n y a n g d i b a w a sebagaimana dimaksud pada huruf e;

h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana perpajakan daerah; i. Memanggil orang untuk di dengar keterangannya dan diperiksa

(15)

j. Menghentikan penyidikan;

k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum, melalui penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana yang berlaku.

BAB XV

PEMBAGIAN HASIL PAJAK Pasal 30

( 1 ) H a s i l p e n e r i m a a n P a j a k B e a B a l i k N a m a K e n d a r a a n d i A t a s A i r d i t e tapkan pembagiannya sebagai berikut :

a. Bagian Provinsi sebesar 70 % (tujuh pul0h persen); b. Bagian Kabupaten/Kota sebesar 30 % (tiga puluh persen).

( 2 ) B a g i a n p e n e r i m a a n K a b u p a t e n / K o t a s e b a g a i m a n a d i m a k s u d d a l a m a y a t ( 1 ) s e t e l a h d i b u l a t ka n 1 0 0 % ( se r a t u s p e r s e n ) d i b a g i k e p a d a Kabupaten/Kota dalam Provinsi sebagai berikut : a . 5 0 % ( l i m a p u l u h p e r s e n ) d i b a g i b e r d a s a r k a n i m b a n g a n

potensi/realisasi penerimaan Pajak Bea Balik Nama Kendaraan di Atas Air untuk masing-masing Kabupaten/Kota yang bersangkutan; dan

b . 50 % (lima puluh persen) dibagi rata kepada seluruh Kabupaten/Kota.

BAB XVI

K E T E N T U A N P E N U T U P Pasal 31

Hal-hal yang belum diatur dalam Qanun ini sepanjang mengenai ketentuan pelaksanaannya ditetapkan dengan Keputusan Gubernur.

Pasal 32

Qanun ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan dan penerapannya secara efektif diatur dengan Keputusan Gubernur selambat-lambatnya tiga tahun sejak Qanun ini diundangkan.

(16)

Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Qanun ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Disahkan di Banda Aceh

p a d a t a n g g a l 9 M a r e t 2 0 0 4 18 Muharram 1425

GUBERNUR

PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

ABDULLAH PUTEH

Diundangkan di Banda Aceh pada tanggal 10 M a r e t 2004

19 Muharram 1425 SEKRETARIS DAERAH

PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

THANTHAWI ISHAK

LEMBAR DAERAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM TAHUN 2004 NOMOR 11 S E R I B N O M O R 3

G U B

(17)

PENJELASAN ATAS Q A N U N P R O V I N S I N A N G G R O E A C E H D A R U S S A L A M N O M O R 6 T A H U N 2 0 0 1 TENTANG B E A B AL I K N A M A K E N D A RA A N D I A T A S A I R I . U M U M

Berdasarkan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antar Pemerintah Pusat dan Daerah dan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Propinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam menjadikan Pajak Daerah sebagai salah satu sumber pendapatan asli Daerah, selanjutnya Pajak Daerah t e l a h p u l a d ia t u r d i d a l a m U n d a n g -u n d a n g No m o r 3 4 T a h -u n 2 0 0 0 t e n t a n g P e r-u b a h a n Undang--undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Sesuai dengan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tersebut kepada Pemerintah Propinsi diberikan kewenangan untuk memungut Bea Balik Nama Kendaraan di Atas Air k e w e n a n g a n i n i d i b e r i k a n d e n g a n h a r a p a n u n t u k d i j a d i k a n s u m b e r p e m b i a y a a n p e n y e l e n g g a r a a n P e m e r i n t a h a n d a n P e m b a n g u n a n D a e r a h d a n u n t u k m e m e r a t a k a n kesejahteraan masyarakat.

Dalam rangka menata pemungutan Bea Balik Nama Kendaraan di Atas Air perlu diatur di dalam sebuah Qanun dengan tujuan agar beban masyarakat atas pajak daerah yang dipungut ini dapat diatur secara adil, demikian pula halnya dengan bagi basil pajak daerah Kabupaten/Kota.

II. PASAL DEMI PASAL

P a s a l 1 Angka 1 Cukup Jelas Angka 2 Cukup Jelas Angka 3 Cukup Jelas Angka 4 Cukup Jelas

(18)

Angka 5

Kendaraan di Atas Air yaitu semua kendaraan bermotor yang dipergunakan di perairan umum seperti boat, perahu bermotor, jang, pukat harimau, jet foil dan kapal bermotor lainnya di bawah kapasitas GT 7. Angka 6 Cukup Jelas Angka 7 Cukup Jelas Angka 8 . Cukup Jelas Angka 9 Cukup Jelas Angka 10 Cukup Jelas Angka 11 Cukup Jelas Angka 12 Cukup Jelas Angka 13 Cukup Jelas Angka 14 Cukup Jelas Angka 15 Cukup Jelas Angka 16 Cukup Jelas Angka 17 Cukup Jelas Angka 18 Cukup Jelas Angka 19 Cukup Jelas Angka 20 Cukup Jelas P a s a l 2 Cukup Jelas Pasal 3 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) Huruf a

Gros Tonase (isi kotor) yang di singkat dengan GT adalah ukuran atau ruang muatan dari kapal yang ikut menentukan besarnya tonase kendaraan diatas air.

Huruf b

Cukup Jelas Huruf c

(19)

Huruf d Cukup Jelas Ayat (3) Cukup Jelas Ayat (4) Cukup Jelas Ayat (5) Huruf a P e n g e c u a l i a n d a r i o b j e k p a j a k d i b e r i k a n j i k a p e m b e r i a n d a n b i a y a p e m e l i h a r a a n k e n d a r a a n d i m a k s u d d i b i a y a i d e n g a n APBN/APBD/APPKD, dalam hal ini tidak termasuk Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah;

H u r u f b

Kendaraan yang dimiliki oleh Perwakilan Lembaga, International sebagaimana dimaksud dalam pedoman keputusan Menteri Keuangan;

H u r u f c

Yang dimaksud Kendaraan perintis yaitu kendaraan di atas air yang digunakan untuk organisasi sosial.

Huruf d Cukup Jelas Huruf e Cukup Jelas Huruf f Cukup Jelas Pasal 4 Cukup jelas P a sa l 5 Ayat (1)

Nilai Jual Kendaraan di Atas Air dihitung berdasarkan penjumlahan antar nilai jual rangka/body kendaraan di atas air dan nilai jual motor penggerak.

Ayat (2)

Harga Pasaran Umum adalah harga yang diperoleh dari sumber data, antara lain, dari tempat penjualan kendaraan di alas air.

Ayat (3)

T a h un pemb u a ta n ad a l a h ta hu n p er a kita n m e sin K e n da r a an d i Atas Air.

Ayat (4)

Tabel ditinjau setiap tahun, pelaksanaan di Daerah ditetapkan oleh Gubernur berdasarkan Pedoman Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah tentang Nilai Jual Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air.

P a s a l 6

Cukup Jelas P a s a l 7

(20)

P a s a l 8 Cukup Jelas P a s a l 9 Cukup Jelas P a s a l 1 0 Cukup Jelas P a s a l 1 1 Cukup Jelas P a s a l 1 2 Cukup Jelas P a sa l 1 3 Ayat (1)

Ketetapan besarnya pajak dicantumkan dalam Surat Ketetapan Pajak dan Nota Pajak Ayat (2) Cukup jelas Pasal 14 Cukup Jelas Pasal 15 Ayat (1) Cukup jelas A y a t ( 2 )

Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Tagihan Pajak huruf a dan b ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua p e r s e n ) s e t i a p b u l a n u n t u k p a l i n g l a m a 1 5 ( l i m a b e l a s ) b u l a n s e j a k s a a t terutangnya pajak, atau kekurangan bayar tersebut dapat diperhitungkan sampai dengan 15 (lima belas) bulan sejak saat terutangnya pajak dan selebihnya tidak dapat ditagih lagi.

A y a t ( 3 ) Cukup Jelas A y a t ( 4 ) Cukup Jelas A y a t ( 5 ) Cukup Jelas P a s a l 1 6 Cukup jelas P a s a l 1 7 A y a t ( 1 ) Cukup Jelas A y a t ( 2 )

Putusan Banding adalah putusan badan peradilan pajak atas banding terhadap Surat Keputusan Keberatan yang diajukan oleh Wajib .Pajak.

(21)

A y a t ( 3 ) Cukup Jelas A y a t ( 4 )

Yang dimaksud dengan tempat lain yang ditetapkan oleh Gubernur antara lain Bendaharawan Khusus Penerima.

P a s a l 1 8 Cukup Jelas P a s a l 1 9 Ayat (1) Cukup Jelas A y a t ( 2 )

Kendaraan di atas air yang dipergunakan sebagai angkutan jenazah/ambulance u n t u k k e p e n t i n g a n u m u m , m a k a k e n d a r a a n d i m a k s u d d a p a t d i b e r i k a n keringanan dan/atau pembebasan pajaknya dengan persyaratan yang ditentukan oleh Gubernur. Pasal 20 Cukup jelas Pasal 21 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Cukup jelas Ayat (5)

Pengajuan Keberatan bukan alasan menunda kewajiban membayar Pajak, hal ini dimaksudkan untuk memberi suatu kepastian bagi daerah. Pasal 22 Cukup Jelas Pasal 23 Cukup Jelas Pasal 24 Cukup Jelas Pasal 25 Cukup Jelas Pasal 26 Cukup Jelas Pasal 27 Cukup Jelas Pasal 28 Cukup Jelas Pasal 29 Cukup Jelas

(22)

Pasal 30

P e m b a g i a n h a s i l p e n e r i m a a n P a j a k K e n d a r a a n d i a t a s a i r k e p a d a D a e r a h Kabupaten/Kota dalam Propinsi Daerah Istimewa Aceh dengan mempergunakan standard bagi rata dan berdasarkan potensi adalah dalam rangka pemerataan untuk meningkatkan pendapatan daerah Kabupaten/Kota.

Pasal 31

Cukup Jelas Pasal 32

Cukup Jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMORI 35

Referensi

Dokumen terkait

Rivai (2006) berpendapat bahwa Prestasi kerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu perusahaan sesuai dengan wewenang dan

Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan Rangka dan Gunarto (2012) yang menyatakan bahwa pemberian flok tidak pengaruh yang nyata terhadap tingkat

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada salah satu pengurus pondok pesantren Al-Rosyid bahwa pengembangan pendidikan karakter yang dikembangkan tidak hanya sikap

Pelaksanaan aktivitas ekstrakurikuler pramuka di MTsN 1 Bener Meriah sudah berjalan dengan baik dan merupakan ekstrakurikuler wajib di sekolah maupun di madrasah

yang berupa perhiasan ataupun batangan dengan menunjukkan persyaratan pembiayaan yang telah ditentukan. Jika persyaratan yang dibawa oleh calon nasabah sudah

masalah dalam pembelajaran IPA pada saat pembelajaran berlangsung, yakni: (1) pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered), (2) siswa kurang diberi kesempatan

Jenis usaha produktif yang dikembangkan dalam PUAP mencakup: (a) kegiatan budidaya (on-farm) di bidang tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan; dan (b) kegiatan

pengetahuan dalam penelitian ini yang berpengaruh terhadap kinerja petugas gizi dalam penanganan gizi buruk didapatkan hasil uji regresi logistik