• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Lokasi Penelitian dalam hal ini adalah di Industri Kecil dan Menengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Lokasi Penelitian dalam hal ini adalah di Industri Kecil dan Menengah"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1.1 Deskirpsi Hasil Penelitian 1.1.1 Deskirpsi Obyek Penelitian

Lokasi Penelitian dalam hal ini adalah di Industri Kecil dan Menengah (IKM) “Aneka Karawo Inn Collection” yang berada di Jl. Sultan Botutihe, Ipilo, Kota Timur, Kota Gorontalo. Aneka Karawo Inn Collection merupakan salah satu penghasil sulaman karawo di Gorontalo yang cukup dikenal masyarakat karena produknya sulaman karawonya yang cukup beragam dan sering mendapatkan penghargaan dan prestasi dalam hal sulaman karawo.

Aneka Karawo Inn Collection dimulai pada bulan Agustus 2010 dengan modal Rp 9.800.000,- dan 3 (tiga) orang tenaga kerja, yang terdiri dari 1 orang tenaga pembuat desain/motif, 1 orang tenaga pengiris dan 1 orang tenaga penyulam. Berawal dari produk jilbab yang berbahan jenis kain paris dan berdasarkan fenomena masyarakat kaum hawa di berbagai daerah yang lebih banyak memaki jilbab jenis paris serta didukung oleh masyarakat Gorontalo yang mayoritas muslim, menyebabkan sulaman karawo Inn Collection mulai diminati masyarakat.

Diawal tahun 2011 Aneka Karawo Inn Collection sampai dengan saat ini berinisiatif untuk membuat dan meproduksi ankea pakaian jadi sulaman karawo, serta berbagai diversifikasi produk sulaman karawo. Hal ini dikarenakan pada umumnya produk sulaman karawo baru berupa bahan setengah jadi baik busana wanita maupun bahan kemeja pria dan hanya menggunakan benang merek DMC, selain itu, dengan adanya perkembangan tren di masyarakat dewasa ini,

(2)

yang semakin ingin mendapatkan dan menggunakan pakaian yang siap pakai serta berbagai produk yang bermotif sulaman karawo untuk itu pengembangan produk sulaman karawo terus ditingkatkan.

Produk-produk sulaman karawo yang dihasilkan Aneka Karawo Inn Collection untuk wanita berupa jilbab paris dengan berbagai motif, gaun, gamis muslimah, kemeja wanita, mukena, highels, dompet, sapu tangan, kipas mika, kipas bambu, selendang, fasmina, bros, dan tas. Sedangkan untuk pria yakni berupa kemeja kantor, kemeja muslim, dasi, sapu tangan, dan peci. Khusus untuk sulaman karawo jenis perlengkapan rumah tangga, berupa taplak meja, tempat tissue, tatakan piring dan gelas, bungkus botol minuman, rangkaian bunga dari sapu tangan karawo dalam vas bunga, dan hiasan dinding.

Sampai dengan saat ini Inn Collection juga telah berupaya untuk memodifikasi sulam karawo dengan bahan batik, bordir, dan bahkan telah dipadukan dengan tas anyaman tikar dan eceng gondok. Semakin berkembangkannya usaha Aneka Karawo Inn Collection memberikan dampak pada masyarakat, karena semakin menyerap tenaga kerja. Tenaga kerja yang dimiliki oleh Aneka Karawo Inn Collection terdiri dari tenaga kerja tetap dan tidak tetap. Dengan 4 orang tenaga kerja tetap dan 52 orang tenaga kerja tidak tetap.

4.1.2 Deskripsi Responden

Seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa pengumpulan data penelitian dilakukan dengan cara memberikan kuesioner kepada responden penelitian yaitu pada konsumen Aneka Karawo Inn Collection Gorontalo.

Dalam penelitian ini disebarkan 100 kuesioner. Kuesioner yang dikembalikan sebanyak 96 lembar dan 3 kuesioner tidak terjawab dengan lengkap, sehingga

(3)

kuesioner yang dapat digunakan dengan baik dan layak dianalisis dalam penelitian ini sebanyak 93 kuesioner. Data diolah dengan menggunakan program

SPSS for Windows Release 16.00 . Data respoden yang diperoleh dari kuesioner

yang diedarkan pada konsumen yakni meliputi umur, jenis kelamin dan pendidikan :

a. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 4.1 Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

Laki-laki 18 19,4 %

Perempuan 75 80,6 %

Total 93 100 %

Sumber : Data Primer, 2013

Mencermati Tabel 4.1 dapat dijelaskan bahwa frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin didominasi oleh perempuan, hal ini terlihar dari jumlah responden perempuan sebanyak 75 orang atau 80,6 %, sedangkan responden laki-laki sebanyak 18 orang atau 19,4%.

b. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia

Berdasarkan usia, maka responden dalam penelitian ini diklasifikasikan sebagai berikut :

Tabel 4.2 Frekuensi Responden Berdasarkan Usia

Usia Frekuensi Persentase

<20 Tahun 3 3,2 % 21-30 Tahun 35 37,6 % 31-40 Tahun 20 21,5 % 41-50 Tahun 25 26,9 % >51 Tahun 10 10,8 % Total 93 100 %

(4)

3% 38% 21% 27% 11% <20 Tahun 21-30 Tahun 31-40 Tahun 41-50 Tahun >51 Tahun

Gambar 4.1 Frekuensi Responden Berdasarkan Usia

Berdasarkan Tabel 4.2 dan Gambar 4.1 pada frekuensi responden berdasarkan usia bahwa responden dalam penelitian ini adalah sebagian besar berusia 21-30 tahun sebanyak 35 orang atau 37,6%, dan yang paling sedikit yakni berusia di bawah 20 tahun yakni 3 orang atau 3,2 %.

c. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan

Dari hasil penelitian yang diperoleh berdasarkan pekerjaan, responden dominannya adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yaitu sebanyak 46 orang atau 49,5%. Frekuensi responden berdasarkan pekerjaan disajikan dalam tabel di bawah ini :

Tabel 4.3 Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Frekuensi Persentase

PNS 46 49,5 % Karyawan 9 9,7 % Karyawan bank 8 8,6 % Wiraswasta 9 9,7 % Pengusaha 10 10,8 % Honorer 3 3,2 % Mahasiswa 7 7,5 % Lainnya 1 1,1 % Total 93 100 %

(5)

d. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penghasilan

Dari hasil penelitian yang diperoleh berdasarkan penghasilan,

responden yang paling banyak yakni dengan penghasilan adalah Rp 3.500.000 – Rp 5.000.000 sebanyak 30% orang atau 32,3%. Dari

Tabel 4.1 menggambarkan bahwa paling banyak responden yang membeli yakni yang memiliki penghasilan tinggi.

Tabel 4.4 Frekuensi Responden Berdasarkan Penghasilan

Penghasilan Frekuensi Persentase

Rp 500.000 – Rp 1.000.000 7 7,5 % Rp. 1.000.000 – Rp. 2.000.000 13 14,0 % Rp. 2.000.000 – Rp. 3.000.000 18 19,4 % Rp 3.000.000 – Rp 3.500.000 25 26,9 % Rp 3.500.000 – Rp 5.000.000 30 32,3 % Total 93 100%

Sumber : Data Primer, 2013

4.1.3 Deskripsi Variabel

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa terdapt 93 responden yang digunakan dalam penelitian ini. Sedangkan variabel yang dikemukan yakni 3 variabel, dua variabel independen dan satu variabel dependen. Adapun distribusi frekuensi tanggapan responden masing-masing variabel dapat terlihat pada Tabel 4.5, Tabel 4.6, dan Tabel 4.7.

a. Variabel Harga

Hasil tanggapan responden terhadap haraga sulaman karawo di Aneka Karawo Inn Collection dapat dilihat pada Tabel 4.5.

(6)

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Tanggapan Responden Variabel Harga Item Pertanyaan Tanggapan SS S KS TS STS 1 19 55 16 3 0 2 29 34 13 16 1 3 19 46 18 8 2 4 39 30 17 4 3 5 27 40 15 11 0 6 30 41 15 7 0 7 27 45 13 8 0 Jumlah 190 291 107 57 6

Sumber : Data Primer Diolah, 2013

Dari Tabel 4.5 menunjukkan sebagian besar responden memberikan tanggapan dengan nilai yang tinggi terhadap variabel harga, dengan tanggapan setuju berjumlah 291 dan tanggapan sangat setuju berjumlah 190 khusus pada harga sulaman karawo. Hal ini mengartikan bahwa responden menilai harga sulaman karawo di Aneka Karawo Inn Collection harganya sesuai dengan kualitas dan kemampuan konsumen, dengan adanya potongan harga baik dengan membeli secara tunai, dengan jumlah yang banyak, atau membeli secara kolektif. Selain itu, adanya periode pembayaran dan syarat kredit yang mudah membuat konsumen menanggapi positif terhadap harga yang diberikan perusahaan.

b. Variabel Desain

Hasil tanggapan responden terhadap desain sulaman karawo karawo di Aneka Karawo Inn Collection dapat dilihat pada Tabel 4.6.

(7)

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Tanggapan Responden Variabel Desain Item Pertanyaan Tanggapan SS S KS TS STS 1 33 37 17 2 4 2 9 24 38 14 8 3 15 58 17 3 0 4 36 41 12 4 0 5 27 53 13 0 0 6 21 62 6 4 0 7 22 57 11 3 0 Jumlah 163 332 114 30 12

Sumber : Data Primer Diolah, 2013

Dari Tabel 4.6 menunjukkan bahwa responden mayoritas memberikan tanggapan setuju dengan jumlah 332 dan tanggapan sangat setuju berjumlah 163 khusus pada harga sulaman karawo. Hal ini mengartikan bahwa responden menilai desain sulaman karawo di Aneka Karawo Inn Collection sesuai dengan tren pasar saat ini,dengan motif yang beragam sesuai dengan keinginan konsumen, dan perpaduan warna yang cantik dan bernilai. Namun, pada item pertanyaan nomor 2 untuk variabel desain terlihat bahwa responden paling banyak memberikan tanggapan kurang setuju. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen tidak hanya sekedar karena melihat model sulaman karawo di Inn Collection yang limited edition.

c. Variabel Keputusan Pembelian

Hasil tanggapan responden terhadap keputusan pembelian sulaman karawo di Aneka Karawo Inn Collection dapat dilihat pada Tabel 4.7.

(8)

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Tanggapan Responden Mengenai Keputusan Pembelian Item Pertanyaan Tanggapan SS S KS TS STS 1 12 59 14 5 3 2 13 72 6 1 1 3 19 39 30 5 0 4 16 52 18 4 3 5 19 54 13 3 4 6 26 40 22 4 1 Jumlah 105 316 103 22 12

Sumber : Data Primer Diolah, 2013

Dari Tabel 4.7 menunjukkan bahwa responden dominan memberikan tanggapan setuju dengan jumlah 316 dan tanggapan sangat setuju berjumlah 105 yang disusul dengan tanggapan kurang setuju dengan jumlah tipis 103. Hal ini mengartikan bahwa responden menilai bahwa pengambilan keputusan untuk membeli sulaman karawo di Aneka Karawo Inn Collection karena keinginan konsumen dan juga produk yang ditawarkan memiliki nilai lebih daripada produk sulaman karawo di tempat lainnya. Responden melewati tahap-tahap mulai dari pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, penilaian alternatif, maka konsumen memutuskan untuk membeli, yang pada akhirnya melahirkan suatu tingkat kepuasan yang disebut dengan perilaku setelah/pasca pembelian. Dengan demikian, berdasarkan tanggapan responden tersebut, artinya responden menilai sulaman karawo di Aneka Karawo Inn Collection sangat cocok bagi konsumen.

(9)

1.2 Pengujian Persyaratan Analisis 1.2.1 Hasil Uji Validitas

1.2.1.1 Uji Validitas Variabel Harga (X1)

Dari hasil analisis validitas digunakan 20 orang responden untuk uji coba instrumen pertanyaan. Item pertanyaan variabel harga adalah 7 item, dimana hasil uji validitas diperoleh ketujuh butir instrumen tersebut dinyatakan valid. Hal ini dikarenakan hasil r hitung lebih besar daripada r tabel, dimana r tabel yaitu 0,444. Hasil uji validitas variabel Harga (X1) melalui program SPSS for windows

versi 16.0 seperti pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Uji Validitas Variabel Harga

Item r hitung r tabel Keterangan

Pertanyaan 1 0,740 0,444 Valid Pertanyaan 2 0,496 0,444 Valid Pertanyaan 3 0,719 0,444 Valid Pertanyaan 4 0,797 0,444 Valid Pertanyaan 5 0,602 0,444 Valid Pertanyaan 6 0,622 0,444 Valid Pertanyaan 7 0,616 0,444 Valid

Sumber : Data Primer Diolah, 2013

1.2.1.2 Uji Validitas Variabel Desain (X2)

Hasil uji validitas variabel desain (X2) melalui program SPSS for windows

versi 16.0 diperoleh hasil berikut :

Tabel 4.9 Uji Validitas Variabel Desain

Item r hitung r tabel Keterangan

Pertanyaan 1 0,583 0,444 Valid Pertanyaan 2 0,485 0,444 Valid Pertanyaan 3 0,855 0,444 Valid Pertanyaan 4 0,707 0,444 Valid Pertanyaan 5 0,502 0,444 Valid Pertanyaan 6 0,637 0,444 Valid Pertanyaan 7 0,517 0,444 Valid

(10)

Mencermati Tabel 4.9 pengujian validitas untuk item-item pertanyaan yang digunakan dalam mengukur variabel desain (X2) menunjukkan semua item pertanyaan yang digunakan, semuanya telah mempunyai nilai korelasi yang lebih besar dari nilai r-tabel yang ditentukan yakni 0,444. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa seluruh item pertanyaan yang digunakan dalam mengukur variabel desain (X2) telah menunjukan tingkat validitas yang baik.

1.2.1.3 Uji Validitas Variabel Keputusan Pembelian (Y)

Hasil uji validitas variabel Keputusan Pembelian (Y) dengan 6 item pertanyaan diperoleh bahwa seluruh item pertanyaan dinyatakan valid. Hal ini terlihat pada Tabel 4.10 bahwa r hitung lebih besar daripada r tabel yakni. Dimana r tabel dicari dengan signifikansi 0,05 dengan uji 2 sisi dengan jumlah data (n)=20, maka r tabel sebesar 0,444.

Tabel 4.10 Uji Validitas Variabel Keputusan Pembelian Item r hitung r tabel Keterangan

Pertanyaan 1 0,563 0,444 Valid Pertanyaan 2 0,754 0,444 Valid Pertanyaan 3 0,653 0,444 Valid Pertanyaan 4 0,733 0,444 Valid Pertanyaan 5 0,750 0,444 Valid Pertanyaan 6 0,570 0,444 Valid

Sumber : Data Primer Diolah, 2013

1.2.2 Hasil Uji Reliabilitas

Untuk pengujian reliabilitas dilakukan dengan teknik cronbach alpha, dengan jumlah sampel uji coba kuesioner sebanyak 20 responden. Suatu instrumen penelitian dinyatakan reliable apabila nilai alpha lebih besar dari r tabel. Dengan uji signifikasi pada taraf signifikansi 0,05 didapat t tabel yakni

(11)

0,444. Perhitungan reliabilitas alat ukur penelitian ini dilakukan dengan bantuan program program SPSS for Window versi 16.00. Dari hasil perhitungan semua item diperoleh nilai r alpha lebih besar dari 0,444. Dengan demikian disimpulkan bahwa instrumen penelitian tersebut reliabel. Berikut ini hasil pengujian relibilitas instrumen penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11 Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Cronbach alpha r tabel Keterangan

Harga 0,773 0,444 Reliabel

Desain 0,764 0,444 Reliabel

Keputusan Pembelian 0,781 0,444 Reliabel

Sumber : Data Primer Diolah, 2013

1.3 Pengujian Hipotesis

1.3.1 Analisis Regresi Berganda

Untuk melihat hubungan antara harga dan desain terhadap keputusan pembelian digunakan analisis regresi linier berganda. Analisis ini digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh harga, dan desain terhadap keputusan pembelian. Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan software

SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 16, hasil output dapat diringkas seperti pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12 Hasil Analisa Regresi Linear Berganda

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients B Std. Error Beta (Constant) 1,100 1,842 Harga ,229 ,075 ,316 Desain ,574 ,110 ,539

(12)

Dari Tabel 4.12 menunjukkan hasil persamaan regresi berganda sebagai berikut :

Y = a + b1X1 + b2X2

Y = 1,100 + (0,229)X1 + (0,574)X2

Model regresi di atas menggambar bahwa jika variabel harga dan desain nilainya adalah 0, maka keputusan pembelian produk karawo akan mengalami peningkatan sebesar 1,100. Jika Koefisien regresi variabel harga (X1) sebesar 0,229, artinya jika nilai independen lain nilainya tetap dan setiap kenaikan variabel harga, maka tingkat keputusan pembelian sulaman karawo akan mengalami peningkatan sebesar 0,229. Sedangkan jika koefisien regresi variabel desain (X2), sebesar 0,574, artinya bahwa jika variabel independen lain nilainya tetap dan setiap kenaikan variabel desain, maka tingkat keputusan pembelian sulaman karawo akan meningkat sebesar 0,574.

Dengan demikian, model regresi tersebut menyatakan bahwa harga dan desain memiliki nilai positif artinya terjadi peningkatan keputusan pembelian disebabkan oleh variabel bebas, dimana varibel desain memiliki pengaruh besar dengan 0,574 dan diikuti oleh variabel harga yakni 0,229. Oleh karena itu, untuk meningkatkan suatu keputusan pembelian, maka perusahan harus mampu menentukan strategi yang baik untuk harga dan desain, dan yang paling diutamakan adalah variabel desain sulaman karawo itu sendiri yang menjadi kekuatan produk khas daerah.

(13)

1.3.1.1 Analisis Korelasi Ganda (R)

Dari hasil analisis regresi dengan menggunakan program SPSS versi 16, maka didapat output yang disajikan pada tabel berikut ini :

Tabel 4.13 Hasil Analisa Korelasi Ganda

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

1 .816a .666 .659 2.307

Sumber : Data Primer Diolah, 2013

Berdasarkan tabel di atas diperoleh angka R sebesar 0,816. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang sangat kuat antara harga dan desain terhadap keputusan pembelian, karena nilai R semakin mendekati angka 1.

1.3.1.2 Analisis Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) dalam regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui persentase sumbangan pengaruh variabel independen secara serentak terhadap variabel dependen. Dari hasil analisis regresi dengan menggunakan program SPSS versi 16, maka didapat output yang disajikan pada Tabel 4.14.

Tabel 4.14 Hasil Analisa Determinasi

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

1 .816a .666 .659 2.307

Sumber : Data Primer Diolah, 2013

Berdasarkan Tabel 4.14 diperoleh angka R2 (R Square) sebesar 0,666 atau (66,6 %). Hal ini menunjukkan bahwa persentase sumbangan pengaruh variabel independen (Harga dan Desain) terhadap variabel dependen

(14)

(Keputusan Pembelian) sebesar 66,6%, atau variasi variabel independen yang digunakan dalam model (Harga dan Desain) mampu menjelaskan sebesar 66,6 % variasi variabel dependen (Keputusan Pembelian). Sedangkan sisanya sebesar 33,4 dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.

1.3.1.3 Pengujian Hipotesis Secara Serentak (Uji F)

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen (X1,X2,....Xn) secara serentak “simultan” berpengaruh secara signifikan terhadap

variabel dependen (Y). Signifikan pengaruh positif dapat diestimasi dengan membandingkan Pvalue dan = 0,05 atau nilai Ftabel dan Fhitung. Berikut ini hasil

perhitungan statistik anova dengan menggunakan progaram SPSS versi 16.0, dapt dilihat pada tabel 4.15.

Tabel 4.15 Hasil Pengujian F

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 955.617 2 477.809 89.783 .000a Residual 478.963 90 5.322 Total 1434.581 92

Sumber : Data Primer Diolah, 2013

Tahap-tahap untuk melakukan uji F sebagai berikut : 1. Hipotesis Simultan

Ho : β1 = β2 = 0, Tidak ada pengaruh positif secara signifikan antara

harga dan desain produk secara bersama-sama terhadap keputusan pembelian

(15)

Ha : β1 = β2 ≠ 0, Ada pengaruh positif secara signifikan antara harga

dan desain produk secara bersama-sama terhadap keputusan pembelian

2. Tingkat signifikansi = 0,05 3. F – hitung sebesar 89,783 4. F Tabel

Dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95%, =5%, df 1(jumlah variabel-1)= 3-1=2, dan df 2 (n-k-1) atau 93-2-1=90. Hasil diperoleh F tabel sebesar 3,098 dengan menggunakan MsExcel dengan =finv (0,05;2;90).

5. Kriteria Pengujian

Ho diterima jika –F tabel ≤ F hitung ≤ F tabel

Ho ditolak jika –F hitung < -F tabel atau F hitung> F tabel 6. Perbandingn F hitung dengan F Tabel

Nilai Fhitung > F tabel, (89,783 > 3,098) , maka Ho ditolak

7. Kesimpulan

Dengan demikian Fhitung > F tabel, (89,783 > 3,098) , maka Ho ditolak,

artinya hipotesis uji F secara simultan berpengaruh positif antara variabel independen terhadap variabel dependen yakni keputusan pembelian. Dapat disimpulkan secara bersama-sama bahwa indikator harga dan desain produk yang semakin baik akan mempercepat keputusan pembelian sulaman karawo di Aneka Karawo Inn Collection Gorontalo.

(16)

1.3.1.4 Pengujian Hipotesis Dengan Uji Parsial (Uji t)

Pengujian t digunakan untuk mengetahui pengaruh secara satu persatu “parsial” variabel independen (Harga dan Desain) terhadap variabel dependen

(Keputusan Pembelian). Signifikan pengaruh positif dapat diestimasi dengan membandingkan Pvalue dan =0,05 atau nilai ttabel dan thitung. Berikut ini hasil

perhitungan statistik coeffisien dengan menggunakan progaram SPSS versi 16.0, dapat dilihat pada tabel 4.16.

Tabel 4.16 Hasil Pengujian t

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 1,100 1,842 ,597 ,552 Harga ,229 ,075 ,316 3,058 ,003 Desain ,574 ,110 ,539 5,206 ,000

Sumber : Data Primer Diolah, 2013

1) Variabel Harga

Ho : β1≤ 0 : yaitu X1 tidak berpengaruh positif terhadap Y

Ha : β1> 0 : yaitu X1 berpengaruh positif terhadap Y

Hasil pengujian t untuk variabel X1 “Harga” diperoleh nilai t hitung = 3,058

dengan tingkat P value = 0,003, dengan menggunakan batas signifikan = 0,05 didapat t tabel sebesar 1,662. Dari hasil tersebut maka kriteria pengujian yaitu jika

t hitung > t tabel (3,058 > 1,662) atau P value < (0,003 < 0,05), maka Ho ditolak

dan Ha diterima. Dengan demikian, hipotesis uji t variabel harga berpengaruh

positif secara signifikan antara harga dengan keputusan pembelian. Dapat disimpulkan bahwa indikator harga yang semakin baik akan mempercepat keputusan pembelian.

(17)

2) Variabel Desain

Ho : β2≤ 0 : yaitu X2 tidak berpengaruh positif terhadap Y

Ha : β2> 0 : yaitu X2 berpengaruh positif terhadap Y

Hasil pengujian t untuk variabel X2 “Desain” diperoleh nilai t hitung = 5,206

dengan tingkat P value = 0,000, dengan menggunakan batas signifikan = 0,05 didapat t tabel sebesar 1,662. Dari hasil tersebut maka kriteria pengujian yaitu jika

t hitung > t tabel (5,206 > 1,662) atau P value < (0,000 < 0,05), maka Ho ditolak

dan Ha diterima. Dengan demikian, hipotesis uji t variabel desain berpengaruh

positif secara signifikan antara desain dengan keputusan pembelian. Dapat disimpulkan bahwa indikator desain meningkatkan keputusan pembelian.

1.3.2 Analisis Asumsi Klasik 1.3.2.1 Pengujian Normalitas

Uji normalitas pada model regresi digunakan untuk menguji apakah nilai residual yang dihasilkan dari regresi terdistribusi secara normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang memiliki nilai residual yang terdistribusi secara normal. Uji normalitas pada penelitian ini yaitu dengan melihat penyebaran data pada sumber diagonal pada grafik Normal P-P Plot of regression standardized residual, dimana diperoleh nilai residual telah menunjukkan adanya pola grafik yang normal yakni adanya sebaran titik yang tidak jauh dari garis diagonal. Seperti yang terdapat pada Gambar 4.2.

(18)

Gambar 4.2 Hasil Pengujian Normalitas

1.3.2.2 Pengujian Multikolinearitas

Pengujian adanya multikolinier ini dilakukan dengan melihat nilai dari nilai

tolerance dan Variante Inflation Factor (VIF), nilai tolerance yang besarnya di atas 0,1 dan nilai VIF di bawah 10 pada masing –masing variabel bebasnya. Jika nilai lebih kecil dari 10 tidak ada kecenderungan terjadi gejala multikolinier. Berikut ini hasil pengujian multikolinieritas dengan nilai Tolerance dan VIF dari coeffecients seperti pada Tabel 4.17.

Tabel 4.17 Hasil Pengujian Multikolinearitas

Variabel Collinearity Statistics Keterangan

Tolerance VIF

Harga 0,346 2,887 Tidak ada Multikolinieritas Desain 0,346 2,887 Tidak ada Multikolinieritas

(19)

Dari tabel di atas menunjukkan nilai VIF dari masing-masing variabel independen lebih kecil dari 10 yakni 2,887, dan nilai tolerance yang besarnya di atas 0,1 yaitu 0,356. Hal ini berati bahwa variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini tidak ada multikolinier dalam regresi.

1.3.2.3 Pengujian Heteroskedastisitas

Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat grafik Scatterplot

antara nilai prediksi variabel dependen dengan residualnya. Metode ini yaitu dengan cara melihat grafik scatterplot antara standardized predicted value

(ZPRED) dengan studentized residual (SRESID). Apabila titik-titik yang akan menyebar diatas dan dibawah angka 0 sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali,2001).

Pada Gambar 4.3 menunjukkan bahwa hasil pengujian heteroskedastisitas tidak terdapat pola yang jelas dati titik-tik dan menyebar di atas dan di bawah 0 sumbu Y, hal ini berarti tidak ada gangguan yang berari dalam model regresi ini.

(20)

4.3.2.4 Pengujian Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik autokorelasi, yaitu korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi adalah tidak adanya autokorelasi dalam model regresi. Untuk menguji ada tidaknya gejala autokorelasi maka dapat dideteksi dengan uji Durbin-Waston (DW test). Untuk mendeteksi gejala autokorelasi kita menggunakan uji angka D-W (Durbin-Watson). Jika angka D-W diantara -2 sampai dengan +2, berarti tidak ada autokorelasi.

Tabel 4.18 Hasil Pengujian Autokorelasi

Model Durbin-Watson Keterangan

1 1.548 Tidak ada Autokorelasi

Sumber : Data Primer Diolah, 2013

Dari Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai DW berada diantara -2 dan +2 yakni 1,548. Hal ini mengartikan bahwa tidak adanya autokorelasi dalam model regresi pada penelitian ini.

1.4 Pembahasan

Sulaman karawo merupakan kerajinan tangan tradisional yang menjadi nilai identitas daerah Gorontalo. Sulaman karawo adalah salah satu ragam hias kain yang dihiasi dengan berbagai macam motif warna. Pada tahun 2001 setelah Gorontalo resmi berdiri sebagai satu provinsi, maka warisan budaya

(21)

turun-temurun ini mulai digalakkan lagi oleh pemerintah dengan tujuan untuk melestarikan nilai budaya dan untuk menambah pendapatan daerah.

Aneka Karawo Inn Collection merupakan salah satu produsen yang turut melestarikan nilai-nilai estetika sulaman karawo di Gorontalo. Sebagai salah satu Usaha Kecil Menengah di Gorontalo, Aneka Karawo Inn Collection melakukan berbagai strategi pemasaran untuk dapat unggul dalam persaingan pasar baik itu dengan sulaman sejenis maupun dengan produk tekstil lainnya. Untuk suatu produk khusus seperti sulaman karawo yang merupakan kerajinan tangan, dua hal pokok yang memegang peranan penting dalam penentuan strategi pemasaran yakni harga dan desain.

Menurut Kotler (2004 : 430) Harga telah menjadi faktor utama yang mempengaruhi pilihan pembeli. Penetapan harga dan persaingan harga adalah masalah nomor satu yang dihadapi oleh para pemasar. Desain merupakan salah satu atribut produk yang menambah nilai bagi pelanggan, desain dapat menjadi alat persaingan yang sangat baik bagi armada pemasar perusahaan, karena desain dapat memberikan kontribusi dalam hal kegunaan produk dan juga dalam penampilannya, sehingga mampu meningkatkan keunggulan persaingan di pasar sasaran (Kotler, 2004 : 348).

Berdasarkan hasil penelitian yang bersumber dari kuesioner yang telah diolah penulis sebanyak 93 responden, menyatakan setuju dan sangat setuju terhadap kondisi persepsi konsumen terhadap harga, desain dan keputusan pembelian. Hasil dari regresi linier berganda antara variabel harga dan desain dengan variabel keputusan pembelian yakni Y = 1,100 + (0,229)X1 + (0,574)X2,

hal ini berarti bahwa jika variabel harga dan desain nilainya adalah 0, maka keputusan pembelian produk karawo akan mengalami peningkatan sebesar

(22)

1,100, Jika terjadi kenaikan variabel harga dan nilai independen lain tetap, maka tingkat keputusan pembelian sulaman karawo akan mengalami peningkatan sebesar 0,229. Sedangkan jika terjadi kenaikan variabel desain dan variabel independen lain nilainya tetap, maka tingkat keputusan pembelian sulaman karawo akan meningkat sebesar 0,574. Hal ini diperkuat dengan data deskripsi penelitian menunjukkan bahwa harga dan produk berpengaruh secara positf terhadap keputusan pembelian sulaman karawo baik secara parsial maupun simultan.

1.4.1 Pengaruh Harga Terhadap Keputusan Pembelian

Hasil analisis secara parsial bahwa harga berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian dikarenakan nilai t hitung > t tabel (3,058 > 1,662) atau P value

< (0,003 < 0,05), maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian, hipotesis uji t variabel harga berpengaruh positif secara signifikan antara harga dengan keputusan pembelian.

Hasil ini menjelaskan bahwa adanya perilaku konsumen setelah pembelian yang memberikan nilai positif terhadap produk karena merasa mendapatkan kepuasan dengan terpenuhinya keinginan konsumen. Oleh karena itu, diperoleh adanya pemutusan pembelian yang semakin tinggi yang dilakukan konsumen.

1.4.2 Pengaruh Desain Terhadap Keputusan Pembelian

Dari hasil regresi yang linier berganda yang memiliki nilai yang lebih besar daripada harga yakni 0,574, menggambarkan bahwa desain memiliki kemampuan yang lebih besar terhadap keputusan pembelian konsumen. Pengaruh positif dari desain terhadap keputusan pembelian diperkuat dengan

(23)

nilai t hitung >t tabel (5,206 > 1,662)atau Pvalue < (0,000 < 0,05), yang berati Ho

ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian, hipotesis uji t variabel desain

berpengaruh positif secara signifikan antara desain dengan keputusan pembelian.

Hasil ini menyatakan bahwa desain memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian sulaman karawo, karena letak dari nilai estetika sulaman karawo yakni pada desainnya itu sendiri. Desain motif yang beragam, indah, dengan perpaduan warna yang serasi serta mengikuti tren masa kini tanpa meninggalkan nilai-nilai budaya Gorontalo, membuat konsumen menekankan nilai tinggi terhadap desain produk. Oleh karena itu, dibutuhkan perhatian khusus perusahaan untuk terus meningkatkan desain sulaman karawo dan mutlak harus dipenuhi agar bisa unggul dalam persaingan pasar.

1.4.3 Pengaruh Harga Dan Desain Terhadap Keputusan Pembelian

Hasil analisis secara simulatan menjelaskan bahwa adanya pengaruh positif secara simultan antara harga dan desain terhadap keputusan pembelian sulaman karawo di Aneka Karawo Inn Collection. Hal ini terlihat dari nilai F hitung

> F tabel, (89,783 > 3,098) , maka Ho ditolak dan Ha diterima. Besarnya F hitung

menggambarkan besarnya pengaruh dua kombinasi variabel tersebut yakni harga dan desain terhadap keputusan pembelian.

Pengaruh positif yang diberikan harga dan desain terhadap keputusan pembelian dipertegas dengan adanya hubungan yang sangat kuat antara harga dan desain terhadap keputusan pembelian, karena nilai R yang semakin mendekati 1 yakni sebesar 0,816. Sumbangan pengaruh kedua variabel independen terhadap variabel dependenpun cukup besar yakni dengan nilai R2 sebesar 0,666 atau (66,6 %). Hal ini menunjukkan bahwa persentase

(24)

sumbangan pengaruh variabel independen (Harga dan Desain) terhadap variabel dependen (Keputusan Pembelian) sebesar 66,6%, atau variasi variabel independen yang digunakan dalam model (Harga dan Desain) mampu menjelaskan sebesar 66,6 % variasi variabel dependen (Keputusan Pembelian). Sedangkan sisanya sebesar 33,4% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain.

Dengan demikian, perusahaan perlu memperhatikan strategi harga dan strategi pengembangan produk dalam hal ini yakni desain yang jitu untuk menarik lebih banyak konsumen, dan untuk mempertahankan loyalitas konsumen. Suatu pengalaman konsumsi sebagai kesadaran dan perasaan yang dialami konsumen selama pemakaian produk, akan mempengaruhi tingkat kepuasan konsumen yang pada akhirnya akan memainkan peran penting dalam keputusan pembelian konsumen untuk membeli kembali suatu produk ataupun merekomendasikannya pada orang lain. (John C Moven, 2002, 116).

Gambar

Tabel 4.2 Frekuensi Responden Berdasarkan Usia
Gambar 4.1 Frekuensi Responden Berdasarkan Usia
Tabel  4.1  menggambarkan  bahwa  paling  banyak  responden  yang  membeli yakni yang memiliki penghasilan tinggi
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Tanggapan Responden Variabel Harga  Item  Pertanyaan  Tanggapan   SS  S  KS  TS  STS  1  19  55  16  3  0  2  29  34  13  16  1  3  19  46  18  8  2  4  39  30  17  4  3  5  27  40  15  11  0  6  30  41  15  7  0  7  27  45  13  8  0  Jumlah  190  291  107  57  6
+7

Referensi

Dokumen terkait

Namum sejauh ini, dalam penegakan hukum di dalam masyarakat adat Aceh, masih terdapat kendala-kedala yang dihadapi, sehingga proses pembangunan hukum adat di Indonesia, khususnya di

Menurut AL-Bahra Bin Ladjamudin (2005 : 39) dalam buku yang berjudul analisis &amp; desain sistem informasi, menyebutkan bahwa: ”Perancanngan adalah suatu kegiatan yang

Banyaknya jumlah sel yang mengekspresikan FGF akan meningkatkan kadar FGF dalam jaringan, dan dapat mempercepat proses proliferasi, diferensiasi, dan migrasi

Governance dalam setiap kegiatan usaha Bank pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi. 5) Direksi dalam penyelenggaraan tugas yang bersifat strategis

Para pemasar melihat merek memiliki implikasi penting terhadap citra kualitas produk yang ingin ditampilkan ke konsumen dengan harapan bahwa dengan adanya jaminan standar

2) Ijazah yang diperoleh dari Perguruan Tinggi Luar Negeri, yang telah mendapatkan penetapan penyetaraan dari Panitia Penilaian Ijazah Luar Negeri Kementerian Pendidikan

Bobot umbi yang dihasilkan tertinggi terdapat pada media perlakuan pupuk kandang dan jenis auksin pasta yaitu 33,59 karena pupuk kandang mampu menyediakan unsur

Hasil penelitian ini menunjukkan tuturan pengasuh yang mematuhi prinsip kesantunan bidal ketimbangrasaan, bidal kemurahhatian, bidal keperkenanan, bidal kerendahhatian,