• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI 2007 SEBESAR 131,62 PERSEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NILAI TUKAR PETANI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI 2007 SEBESAR 131,62 PERSEN"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

No. 08/05/34/Th. IX, 01 Mei 2007

NILAI TUKAR PETANI

PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI 2007

SEBESAR 131,62 PERSEN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

1. Nilai Tukar Petani (NTP)

Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu indikator yang menunjukkan tingkat kesejahteraan petani di suatu wilayah. Penghitungan indikator ini didasarkan atas perbandingan antara indeks harga yang diterima petani (IT) dengan indeks harga yang dibayar petani (IB) yang dinyatakan dalam persentase. Dengan membandingkan kedua perkembangan angka tersebut, maka dapat diketahui apakah peningkatan pengeluaran untuk kebutuhan petani dapat dikompensasi dengan pertambahan pendapatan petani dari hasil produksinya. Atau sebaliknya, apakah kenaikan harga jual produksi petani dapat menambah pendapatan petani yang pada gilirannya meningkatkan kesejahteraan para petani. Makin besar nilai NTP, menunjukkan semakin tinggi tingkat kesejahteraan petani di wilayah tersebut.

Selama bulan Februari tahun 2007, harga gabah dan beras di tingkat petani mengalami kenaikan cukup tinggi. Kenaikan harga tersebut disebabkan adanya kemunduran musim panen (perubahan cuaca atau iklim) sehingga stok di tingkat petani menipis. Dari hasil pemantauan harga-harga di daerah pedesaan, Nilai Tukar Petani di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan Februari 2007 mencapai 131,62 persen. Nilai ini lebih tinggi dibanding dengan nilai NTP bulan sebelumnya yang mencapai besaran 127,19 persen. Kenaikan indeks NTP sebesar 3,49 persen disebabkan karena

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

Nilai Tukar Petani (NTP) bulan Februari 2007 sebesar 131,62. Angka ini relatif lebih tinggi 3,49 persen dibanding dengan nilai tukar petani pada bulan Januari 2007 yang mencapai 127,19. Kenaikan indeks ini seiring dengan naiknya harga-harga di tingkat petani, khususnya gabah.

Indeks Harga Yang Diterima Petani (IT) pada bulan ke dua di tahun 2007 sebesar 823,34. Indeks ini lebih tinggi 4,53 persen dibanding nilai bulan sebelumnya sebesar 787,69. Tingginya perubahan nilai indeks ini dipengaruhi oleh peningkatan nilai indeks harga kelompok tanaman padi sebesar 11,34 persen.

Indeks Harga Yang Dibayar Petani (IB) pada bulan Februari 2007 mengalami kenaikan yang relatif kecil sebesar 1,01 persen. Indeks IB bulan Januari 2007 mencapai 619,29 menjadi 625,52 pada bulan Februari 2007. Kenaikan indeks ini dipengaruhi oleh naiknya harga kebutuhan pokok sehari-hari yang menjadi konsumsi rumahtangga. Indeks harga konsumsi rumahtangga naik dari 611,77 pada bulan Januari 2007 menjadi 618,66.

(2)

2

kenaikan indeks harga yang diterima oleh petani relatif lebih besar dibanding kenaikan indeks harga yang dibayar oleh petani.

Gambar 1

Perkembangan Indeks Diterima (IT), Indeks Dibayar (IB) Petani dan Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Februari 2006 – Februari 2007 (1993 = 100)

Dari gambar 1 terlihat bahwa nilai NTP Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta selama empat bulan terakhir terus mengalami peningkatan.

2. Indeks Harga Yang Diterima Petani (IT)

Persediaan gabah dan palawija di tingkat petani pada bulan Februari 2007 semakin menipis. Indeks harga yang diterima petani (IT) pada bulan Februari 2007 mengalami kenaikan sebesar 4,53 persen dibanding pada bulan Januari 2007, yaitu dari 787,69 pada bulan Januari 2007 menjadi 823,34 di bulan Februari 2007. Kenaikan indeks harga yang diterima petani ini dikarenakan naiknya indeks harga pada subsektor tanaman bahan makanan dan subsektor tanaman perkebunan rakyat masing-masing sebesar 4,86 persen dan 1,94 persen.

Kenaikan indeks harga subsektor tanaman bahan makanan dari 728,20 pada bulan Januari 2007 menjadi 763,62 di bulan Februari 2007 terutama dipengaruhi oleh kenaikan indeks kelompok tanaman padi sebesar 11,34 persen, indeks harga kelompok tanaman palawija sebesar 2,65 persen, indeks kelompok sayur-sayuran sebesar 0,68 persen, dan indeks harga kelompok tanaman buah-buahan sebesar 0,80 persen.

Tingginya kenaikan indeks harga kelompok tanaman padi di wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ini disebabkan menipisnya stock gabah di tingkat petani yang mengakibatkan naiknya harga gabah di tingkat petani mencapai 11,34 persen. Sedangkan naiknya indeks pada kelompok tanaman palawija terutama disebabkan naiknya harga jagung pipilan sebesar 2,43 persen, ketela pohon sebesar 2,92 persen, kacang tanah 2,41 persen dan kacang kedelai 2,65 persen. Sementara itu dari subsektor tanaman perkebunan rakyat yang mengalami kenaikan harga seperti kelapa tua naik 9,35 persen dan cengkeh sebesar 1,00 persen.

131,62 127,19 126,71 125,72 129,40 125,42 125,66 125,89 124,44 126,57 124,70 126,84 127,19 823,34 787,69 768,29 746,27 724,40 724,23 716,54 725,82 722,11 709,17 701,85 713,02 736,69 625,52 619,29 605,73 593,59 580,91 572,22 575,81 569,31 560,58 559,58 564,35 573,61 572,80 100 200 300 400 500 600 700 800

Feb'06 Mart'06 Apr'06 Mei'06 Jun'06 Jul'06 Agt'06 Sep'06 Okt'06 Nop'06 Des'06 Jan'07 Feb'07

(3)

Tabel 1

Indeks Harga Yang Diterima Petani dan Perubahannya di Provinsi Yogyakarta Februari 2006, Januari 2007 dan Februari 2007 serta Laju Perubahan

menurut Kelompok Penerimaan (1993 = 100)

Indeks Harga Diterima Petani (IT)

Kelompok Penerimaan Februari

2006 Januari 2007 Februari 2007 perubahan Feb’07 thd Jan’07 Laju Perubahan Tahun 2007 *) Laju Perubahan Tahun ke Tahun 2007 **) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Diterima Petani (IT) 736,69 787,69 823,34 4,53 7,17 11,76

I. Tanaman Bahan Makanan

(TBM) 676,69 728,20 763,82 4,86 7,73 12,88

1. Padi 725,09 863,35 961,29 11,34 16,64 32,58

2. Palawija 426,56 486,50 499,38 2,65 3,65 17,07

3. Sayur-sayuran 764,77 478,80 482,05 0,68 5.82 -36,97 4. Buah-buahan 1.159,17 1.209,18 1.218,84 0.80 2,24 5,15 II. Tanaman Perkebunan Rakyat

(TPR) 2.059,30 2.099,09 2.139,74 1,94 3,14 3,91

*) Persentase perubahan IT Pebruari 2007 terhadap bulan Desember 2006 **) Persentase perubahan IT Pebruari 2007 terhadap bulan Pebruari 2006 3. Indeks Harga Yang Dibayar Petani (IB)

Indeks ini dapat menggambarkan tentang pengeluaran petani baik untuk mencukupi kebutuhan dalam rumahtangganya maupun pengeluaran untuk membiayai usaha pertaniannya. Pada bulan Februari 2007 harga beras di pasar-pasar pedesaan masih terus meningkat, sehingga indeks harga yang dibayarkan petani (IB) di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami peningkatan dari 619,29 pada Januari 2007 menjadi 625,52 pada bulan Februari 2007, atau terjadi kenaikan sebesar 1,01 persen. Kenaikan indeks ini dikarenakan oleh naiknya indeks harga kelompok konsumsi rumahtangga serta indeks biaya produksi dan penambahan barang modal masing-masing sebesar 1,13 persen dan 0,54 persen. Komoditi atau jenis barang yang dominan mempengaruhi kenaikan indeks harga yang dibayar petani diantaranya beras, ketela rambat, ikan tongkol, salak, kacang tanah, bawang putih, anyaman bambu/gedek, batu bata, tembakau susur, upah buruh, dan sewa alat garu dan ternaknya.

Kenaikan indeks harga kelompok konsumsi rumahtangga dari 611,77 pada bulan Januari 2007 menjadi 618,66 ini dipicu oleh naiknya seluruh indeks sub kelompok pengeluaran yang ada pada kelompok konsumsi rumah tangga, yaitu indeks sub kelompok makanan naik sebesar 1,90 persen, sub kelompok perumahan sebesar 0,37 persen, sub kelompok pakaian sebesar 0,29 persen dan sub kelompok aneka barang dan jasa sebesar 0,49 persen.

Tingginya kenaikan indeks harga pada sub kelompok makanan terutama disebabkan naiknya harga beras yang mencapai 14,16 persen, kemudian diikuti naiknya harga salak 12,50 persen, tomat segar 5,26 persen, cabe merah 4,49 persen, minyak kelapa 3,12 persen, bawang putih 2,03 persen dan ikan tongkol 2,38 persen. Kenaikan harga beras disebabkan karena menurunnya pasokan beras di pasar.

Sementara kenaikan indeks harga kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal pada bulan Februari 2007 yang mencapai 653,28; terutama disebabkan oleh naiknya indeks harga pada sub kelompok non faktor produksi dan sub kelompok upah masing-masing sebesar 0,65 persen dan

(4)

4

Tabel 2

Indeks Harga Yang Dibayar Petani dan Perubahannya di Provinsi Yogyakarta Februari 2006, Januari 2007 dan Februari 2007 serta Tahun ke Tahun

menurut Kelompok Pengeluaran

Indeks Harga Dibayar Petani (IB)

Kelompok Pengeluaran Februari

2006 Januari 2007 Februari 2007 perubahan Feb’07 thd Jan’07 Laju Perubahan Tahun 2007 *) Laju Perubahan Tahun ke Tahun 2007 **) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Dibayar Petani (IB) 569,31 619,29 625,52 1,01 3,27 9,87

I. Konsumsi Rumahtangga 556,86 611,77 618,66 1,13 3,19 11,10

1. Makanan 572,21 621,33 633,14 1,90 4,59 10,65

2. Perumahan 577,31 672,17 674,65 0,37 2,91 16,86

3. Sandang 533,12 574,56 576,22 0,29 0,61 8,08

4. Aneka 492,94 507,73 510,22 0,49 0,49 3,51

II. Biaya Produksi & Penambahan

Barang Modal 619,71 649,74 653,28 0,54 3,55 5,42

1. Non Faktor Produksi 543,07 544,68 548,22 0,65 0,81 0,95

2. Upah 720,23 780,65 784,71 0,52 8,89 8,95

3. Lainnya 435,74 443,94 443,94 0,00 0,76 1,88

4. Penambahan Barang Modal 443,44 454,21 454,41 0,04 0,48 2,47

*) Persentase perubahan IT Pebruari 2007 terhadap bulan Desember 2006 **) Persentase perubahan IT Pebruari 2007 terhadap bulan Pebruari 2006

(5)

Untuk informasi lebih lanjut, hubungi :

BADAN PUSAT STATISTIK

PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Jl. Brigjend. Katamso Komplek THR Yogyakarta 55152 Telp. 0274-387752 (Hunting) Fax. 0274-375310 Email : bps3400@jogjamedianet.com

bps3400@yogya.wasantara.net.id

Homepage : http://yogyakarta.bps.go.id

Referensi

Dokumen terkait

dengan adanya penelitian dosen muda yang bertema PMRI dan banyak mahasiswa yang melakukan penelitian yang bertemakan PMRI. Dalam kenyataannya perkembangan PMRI ini

Pada penderita hipertensi yang juga menderita hipertrofi prostate, maka obat anti hipertansi terbaik yang dapat diberikan adalah :.. Anti hipertensif yang

Activity Diagram Form Input Data Barang (Pupuk) Keluar dapat dilihat pada Gambar III.25.. Tambah Data

Pada bab ini akan menganalisis bagaimana kebijakan kerjasama militer bisa dipakai sebagai sarana untuk mengakomodasikan kepentingan nasional, terutama kepentingan strategis

TUJUAN (T) Mewujudkan Pengembangan & Promosi Inovasi dalam Bidang AN (TDIAN1) Mewujudkan Pengembangan Inovasi dalam Bidang Tata Pemerintahan (TPITP1) Mewujudkan

Menurut Raphael (1969) hampir 70 persen dari pembelian di toko swalayan adalah hasil pengambilan keputusan sejenak pada saat pembeli berada di toko tersebut. Didapat

Langkah selanjutnya adalah membuat RAID-1 dengan perintah berikut, dimana device baru bernama /dev/md20, menggunakan mode=1 (mirroring) dimana device pasangannya adalah /dev/sdd1

Jenis penelitian ini adalah penelitian laboratorium dan observasi mendalam di Rumah Sakit Tingkat III Robert Wolter Mongisidi Manado Sulawesi Utara pada bulan