• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hipotesa dalam penelitian ini adalah : ada hubungan antara keberfungsian. keluarga dengan kematangan emosi pada remaja laki-laki.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hipotesa dalam penelitian ini adalah : ada hubungan antara keberfungsian. keluarga dengan kematangan emosi pada remaja laki-laki."

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

Hipotesa dalam penelitian ini adalah : ada hubungan antara keberfungsian keluarga dengan kematangan emosi pada remaja laki-laki.

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian sangat menentukan suatu penelitian karena menyangkut cara yang benar dalam mengumpulkan data, analisa data, dan pengambilan kesimpulan penelitian serta dapat menentukan apakah penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan hasilnya (Hadi, 2000). Pada bab ini akan dijelaskan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian ini, terdiri atas identifikasi variabel penelitian; definisi operasional variabel penelitian; populasi dan metode pengambilan sampel; metode dan alat pengumpulan data; serta metode analisa data.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Tujuan metode penelitian korelasional adalah untuk mendeteksi sejauhmana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi (Suryabrata, 2000). Peneliti

(2)

ingin mengetahui hubungan antara keberfungsian keluarga dan kematangan emosi pada remaja laki-laki.

A. Identifikasi Variabel

Adapun variabel yang terlibat dalam penelitian ini, adalah: Variabel bebas : Keberfungsian keluarga

Variabel tergantung : Kematangan emosi

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi operasional penelitian bertujuan agar pengukuran variabel-variabel penelitian lebih terarah sesuai dengan tujuan dan metode pengukuran yang dipersiapkan. Adapun definisi operasional dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Kematangan Emosi

Kematangan emosi merupakan kondisi remaja mampu mengendalikan dan mengarahkan penyaluran emosi sesuai situasi dan waktu yang tepat dengan cara yang dapat diterima, mampu menggunakan pemikiran terlebih dahulu terhadap suatu situasi sebelum menggunakan respon emosional, serta mengambil keputusan yang didasarkan pada pertimbangan sehingga tidak mudah berubah-ubah.

Dalam penelitian ini, kematangan emosi diukur dengan menggunakan skala kematangan emosi yang dikembangkan berdasarkan karakteristik kematangan emosi yaitu kontrol emosi, pemahaman diri, dan penggunaan fungsi kritis mental.

(3)

Skor tinggi pda skala ini akan menunjukkan tingginya kematangan emosi individu dan skor rendah pada skala ini menunjukkan rendahnya kematangan emosi individu.

2. Keberfungsian Keluarga

Keberfungsian keluarga merupakan kondisi dimana kelompok sosial terkecil yang didalamnya terdapat ayah, ibu, dan anak menjalankan fungsi dalam keluarga dengan baik dan ditandai dengan adanya komunikasi yang lancar termasuk didalamnya saling memberikan dukungan dalam interaksi antar anggota keluarga, mengembangkan nilai-nilai tertentu untuk setiap anggota keluarga, adanya aturan dan pengawasan terhadap aktivitas keluarga.

Dalam penelitian ini, keberfungsian keluarga diukur dengan menggunakan skala keberfungsian keluarga yang dikembangkan berdasarkan dimensi keberfungsian keluarga yaitu dimensi relationship dengan aspek cohesion,

expresiveness, conflict; dimensi personal growth dengan aspek independence,

achievement orientation, intellectual-culture orientation, active-recreational orientation, moral-religious emphasis; dan dimensi system maintenance dengan aspek organization, dan control. Skor tinggi pda skala ini akan menunjukkan tingginya keberfungsian keluarga yang dimiliki individu dan skor rendah pada skala ini menunjukkan rendahnya keberfungsian keluarga yang dimiliki individu..

C. Populasi, Sampel dan teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi dan Sampel

(4)

Populasi merupakan keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang ingin diteliti (Sugiarto, 2003). Populasi dibatasi sebagai jumlah penduduk atau individu yang paling sedikit memiliki satu sifat yang sama (Hadi, 2000). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah remaja laki-laki.

Mengingat keterbatasan peneliti untuk menjangkau keseluruhan populasi, maka peneliti hanya meneliti sebagian dari keseluruhan populasi yang dijadikan sebagai subjek penelitian atau yang dikenal dengan nama sampel. Sampel merupakan sebagian dari populasi yang ingin diteliti, karakteristik subjek penelitian sebenarnya merupakan gambaran dari populasi yang diteliti dan sampel yang diambil harus memenuhi karakteristik tersebut karena diambil dari populasi tersebut (Sugiarto, 2003).

Karakteristik subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Remaja laki-laki

Karakteristik ini dipilih karena menurut Santrock (2003), laki-laki dikenal lebih berkuasa jika dibandingkan dengan perempuan, mereka memiliki pendapat tentang kemaskulinan terhadap dirinya sehingga tidak mampu mengekspresikan emosi seperti yang dilakukan oleh perempuan, hal ini menunjukkan laki-laki cenderung memiliki ketidakmatangan emosi jika dibandingkan dengan perempuan. Ketika laki-laki merasa tidak dapat menghadapi masalah, mereka cenderung menyalurkan emosinya dengan kemarahan ataupun perilaku agresif dan menggantikan reaksi-reaksi emosional melalui perkelahian fisik, dan kurang peka terhadap keadaan emosi diri sendiri maupun diri orang lain (Broidy dan Hall, dalam Goleman, 2001).

(5)

b. Remaja SMA

Semakin tinggi tingkat pendidikan individu maka akan lebih banyak memperoleh pengetahuan dan pengetahuan itu akan digunakan untuk melawan tekanan yang akan dihadapi di masa akan datang dan mengakibatkan semakin matang emosinya (Anderson dalam Mappiare, 1983).

c. Berusia 16-18 tahun

Karakteristik ini dipilih karena menurut Hurlock (2004) ketika remaja berada pada masa remaja akhir yaitu usia 16-18 tahun, seharusnya remaja sudah mampu mengendalikan emosinya dan menunjukkan kematangan emosi.

d. Tinggal bersama orangtua

Karakteristik ini dipilih karena orangtua berperan penting dalam perkembangan anak dalam keluarga dan dalam struktur keluarga terdapat sub sistem orangtua yang bertanggungjawab terhadap pemeliharaan dan pengawasan yang dihubungkan dengan interaksi antara orangtua dan anak (Minuchin, 1974). e. Memiliki saudara kandung

Karakteristik ini dipilih karena dengan adanya interaksi saudara sekandung dapat belajar berkompetisi dan saling bekerjasama di dalam keluarga dan salah satu komponen dalam keberfungsian keluarga adalah struktur keluarga dan didalamnya terdapat sub sistem saudara sekandung (Minuchin, 1974).

2. Jumlah sampel dan teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah multi stage sampling

(6)

sub-sub daerah dan sub-sub-sub-sub daerah ini dibagi dalam daerah kecil, dan seterusnya sehingga dilaksanakan dalam dua tahap atau lebih sesuai dengan kebutuhan. Pada saat pengambilan sampel bertahap ini anggota kelompok tidak harus seluruhnya dijadikan sampel (Sugiarto, 2003). Pada kota Medan terdapat 22 kecamatan, yang kemudian dirandom 2 kecamatan (kecamatan Medan timur dan kecamatan Medan Amplas). Pengambilan sekolah dilakukan secara random kembalidan terpilih 2 sekolah dari masing-masing kecamatan yaitu MAN 3 dan SMA Krakatau. Adapun jumlah subjek dalam penelitian ini berjumlah 65 orang.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode skala. Skala merupakan suatu prosedur pengambilan data sebagai alat ukur aspek afektif yang merupakan konstruk atau konsep psikologis yang menggambarkan aspek kepribadian individu. Penelitian ini menggunakan penskalaan model Likert dengan model penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respons sebagai dasar penentuan nilai sikap (Azwar, 2004).

1. Skala Keberfungsian Keluarga

Skala keberfungsian keluarga, dimana aitem-aitemnya disusun berdasarkan dimensi keberfungsian keluarga yang diungkapkan oleh Moos dan Moos (2002) yaitu dimensi relationship dengan aspek cohesion, expresiveness, conflict, dimensi personal growth dengan aspek independence, achievement orientation,

(7)

emphasis, dan dimensi system maintenance dengan aspek organization, dan

control.

Tabel 2

Blue Print Skala Keberfungsian Keluarga

NO Dimensi Aspek Indikator

Perilaku

Aitem Total Fav unfav

1. Relationship Cohesion Mendukung dan membantu anggota keluarga 1, 51, 32 13, 30, 49 6

Expresiveness Mengekspresikan apa yang dirasakan secara bebas 2, 11, 31 28, 50, 59 6 Conflict Mengekspresikan perbedaan pendapat dan kemarahan secara terbuka 3, 29, 48 12, 40, 52 6 2. Personal Growth

Independence Membuat keputusan sendiri 4, 27, 46 14, 33, 53 6 Achievement orientation Belajar bersama di rumah atau belajar di luar rumah 5, 35, 57 15, 25, 45 6 intellectual-culture orientation Mengajak anggota keluarga mendukung hal-hal yang berkaitan dengan pelajaran, kebudayaan, dan politik 17, 26, 34 6, 47, 54 6 Active-recreational orientation Menjalankan kegiatan sosial di rumah atau di luar rumah 7, 23, 37 16, 56 43 6 Moral-religious emphasis Mengajarkan etika dan ajaran agama

19, 42, 55 8, 24, 36 6 3. System Maintenance

Organization Menentukan tanggung jawab dan rencana dalam keluarga. 9, 21, 44 18, 39, 60 6

Control Menjalankan aturan yang telah ditetapkan

20, 22, 41 10, 38, 58 6 Jumlah 30 30 60

(8)

Skala kematangan emosi, aitem yang disusun berdasarkan karakteristik yang diungkapkan oleh Hurlock (2004) yaitu kontrol diri, pemahaman diri, dan penggunaan fungsi kritis mental.

Tabel 3

Blue Print Skala Kematangan Emosi NO. Dimensi Kematangan Emosi Indikator Perilaku Aitem Total Fav Unfav

1. Kontrol emosi a. Mengekspresikan emosi sesuai situasi dan waktu yang tepat 6, 27, 69, 71 46, 72, 70, 11. 8 b. Mengekspresikan emosi dengan cara yang dapat diterima 18, 47, 66, 67 7, 28, 61, 68 8

c. Mengendalikan diri saat memosi memuncak 2, 12, 37, 60 19, 38. 41, 48 8 2. Pemahaman diri a. Memperlihatkan

kepekaan terhadap emosi yang dirasakan 5, 36, 49, 62 39, 40, 58, 59 8

b. Mencari cara mengatasi emosi yang dialami dengan mengetahui penyebab emosi 1, 34, 56, 65 13, 15, 35, 57 8 3. Penggunaan fungsi kritis mental

a. Tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan 17, 20, 25, 33 3, 26, 50, 64 8 b. Menerima pendapat orang

lain 14, 31, 42, 51 9, 22, 45, 55 8 c.Mempertahankan pendapat

ketika berbeda dengan orang lain 4, 29, 54, 32, 16, 43, 52, 63 8 d. Membuat keputusan dengan mempertimbangkan dampaknya 10, 23, 44, 53 8, 21, 24, 30 8

(9)

Jumlah 36 36 72

Setiap komponen-komponen di atas akan diuraikan ke dalam sejumlah pernyataan favorabel dan unfavorabel, dimana subjek diberikan empat alternatif pilihan yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Untuk aitem yang favorabel, pilihan SS akan mendapatkan skor empat, pilihan S akan mendapatkan skor tiga, pilihan TS akan mendapatkan skor dua, dan pilihan STS akan mendapatkan skor satu. Sedangkan untuk aitem yang

unfavorabel pilihan SS akan mendapatkan skor satu, pilihan S mendapatkan skor dua, pilihan TS akan mendapatkan skor tiga, dan pilihan STS akan mendapatkan skor empat.

E. Uji Validitas, Uji Daya Beda, dan Reliabilitas Alat Ukur 1. Uji Validitas

Uji validitas merupakan ukuran seberapa cermat suatu tes melakukan fungsi alat ukurnya, artinya alat ukur memang mengukur apa yang diinginkan untuk diukur (Hadi, 2000). Untuk mengkaji validitas alat ukur dalam penelitian ini, peneliti melihat alat ukur berdasarkan arah isi yang diukur yang disebut dengan validitas isi (content validity). Validitas isi menunjukkan sejauh mana aitem dalam skala mencakup keseluruhan isi yang ingin diungkapkan oleh tes tersebut. Hal ini berarti isi alat ukur tersebut harus komprehensif dan memuat isi yang relevan serta tidak keluar dari batasan alat ukur (Hadi, 2000). Validitas isi memiliki dua tipe yaitu validitas muka dan validitas logik.

(10)

Validitas muka merupakan tipe validitas yang didasarkan pada penilaian terhadap format penampilan tes. Apabila penampilan tes telah meyakinkan dan memberikan kesan mampu mengungkap apa yang hendak diukur maka dapat dikatakan bahwa validitas muka telah terpenuhi.

b. Validitas logik

Validitas logik menunjukkan sejauhmana isi tes merupakan representasi dari ciri-ciri atribut yang hendak diukur. Untuk memperoleh validitas logik yang tinggi, suatu tes harus dirancang sedemikian rupa sehingga benar-benar berisi aitem yang relevan. Suatu objek ukur yang yang hendak diungkap oleh tes haruslah dibatasi lebih dahulu kawasan perilakunya secara seksama dan konkret.

Penilaian validitas isi tergantung pada penilaian subjektif individual. Hal ini dikarenakan estimasi validitas isi tidak melibatkan perhitungan statistik apapun melainkan dengan analisis rasional dan melalui professional judgement. Dalam penelitian ini, peneliti meminta professional judgement

yaitu dosen pembimbing peneliti dan dosen bidang psikometri.

2. Uji Daya Beda

Sebelum melakukan pengujian reliabilitas, hendaknya terlebih dahulu melakukan prosedur seleksi aitem dengan cara menguji karakteristik masing-masing aitem yang menjadi bagian tes yang bersangkutan. Aitem-aitem yang tidak

(11)

memenuhi syarat kualitas yang baik tidak boleh diikutkan menjadi bagian tes. Prinsip kerja yang dijadikan dasar untuk melakukan seleksi aitem dalam hal ini adalah memilih aitem-aitem yang fungsi ukurnya selaras atau sesuai dengan fungsi ukur skala sebagaimana dikehendaki oleh penyusunnya (Azwar, 2004).

Pengujian daya beda aitem menghendaki dilakukannya komputasi korelasi antara distribusi skor aitem dengan suatu kriteria yang relevan, yaitu distribusi skor skala itu sendiri. Komput asi ini akan menghasilkan koefisien korelasi aitem total (rit) yang dikenal dengan sebutan parameter daya beda aitem. Kriteria pemilihan aitem berdasarkan korelasi aitem menggunakan batasan rit ≥ 0,275. Semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,275, daya pembedanya dianggap memuaskan. Aitem yang memiliki harga rit kurang dari 0,275 dapat diinterpretasikan sebagai aitem yang memiliki daya beda rendah (Azwar, 2004).

Pernyataan-pernyataan pada skala diuji daya beda aitemnya dengan menghitung antara skor aitem dengan skor total skala. Teknik statistika yang digunakan adalah koefisiensi Product Moment oleh Pearson. Formulasi koefisien korelasi Product Moment dari Pearson digunakan bagi tes-tes yang setiap aitemnya diberi skor berkelanjutan. Semakin tinggi koefisien korelasi positif antara skor aitem dengan skor skala berarti semakin tinggi konsistensi antara aitem tersebut dengan skala secara keseluruhan yang berarti semakin tinggi daya bedanya. Bila koefisien korelasi rendah mendekati angka nol berarti fungsi aitem tersebut tidak cocok dengan fungsi ukur skala dan daya bedanya tidak baik (Azwar, 2004). Pengujian daya beda aitem ini dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS 17.0

(12)

3. Uji Reliabilitas

Reliabilitas mengacu kepada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur, yang mengandung makna kecermatan pengukuran (Azwar, 2004). Untuk menguji reliabilitas dari aitem-aitem yang ada digunakan formula Alpha Cronbach

melalui bantuan SPSS 17.0. Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (rxx’) yang angkanya berada dalam rentang dari 0 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitasnya. Sebaliknya koefisien yang semakin rendah mendekati angka 0 berarti semakin rendahnya reliabilitas.

F. Hasil Uji Coba Alat Ukur 1. Skala Keberfungsian Keluarga

Uji coba skala keberfungsian keluarga dilakukan terhadap 70 remaja laki-laki usia 16 sampai18 tahun, bersekolah, tinggal bersama orangtua, memiliki saudara kandung. Adapun distribusi aitem-aitem hasil uji coba skala keberfungsian keluarga akan dijelaskan pada tabel berikut :

Tabel 4

Distribusi aitem-aitem hasil uji coba skala keberfungsian keluarga

NO Dimensi Aspek Indikator

Perilaku

Aitem Total Fav unfav

1. Relationship Cohesion Mendukung dan membantu anggota keluarga

51 13, 30, 49

4

Expresiveness Mengekspresikan apa yang dirasakan secara bebas

2, 31 50, 59 4

(13)

perbedaan pendapat dan kemarahan secara terbuka

2. Personal Growth

Independence Membuat keputusan sendiri

- 14, 53 2

Achievement orientation

Belajar bersama di rumah atau belajar di luar rumah - 15, 25, 2 intellectual-culture orientation Mengajak anggota keluarga mendukung hal-hal yang berkaitan dengan pelajaran, kebudayaan, dan politik - 47, 54 2 Active-recreational orientation Menjalankan kegiatan sosial di rumah atau di luar rumah - 16, 43, 56 3 Moral-religious emphasis Mengajarkan etika dan ajaran agama

42, 55 8, 24 36

5

3. System Maintenance

Organization Menentukan tanggung jawab dan rencana dalam keluarga.

- 39, 60 2

Control Menjalankan aturan yang telah ditetapkan

41 10, 38, 58

4

Jumlah 6 24 30

Berdasarkan hasil uji coba sebanyak 60 aitem skala keberfungsian keluarga diperoleh diperoleh 34 aitem yang memiliki koefisien korelasi aitem total yang memenuhi syarat untuk dapat digunakan dalam penelitian (rit ≥ 0, 275), akan tetapi diadakan lagi pemilihan aitem yang lebih mewakili setiap aspek. Hal ini dikarenakan pada masing-masing aspek tidak mempunyai tujuan ukur yang berbeda secara spesifik satu sama lain melainkan merupakan dimensi saja dari satu tujuan ukur yang lebih luas, maka aitem yang berdiskriminasi tinggi sebagai aitem final tanpa perlu risau mengenai komposisi jumlah aitem dalam setiap aspeknya (Azwar, 2004). Sehingga jumlah aitem yang dijadikan alat ukur

(14)

penelitian adalah sejumlah 30 aitem (lihat tabel 4) dengan koefisien alpha sebesar 0, 902. Koefisien korelasi aitem-aitem yang reliabel berkisar 0,306 hingga 0,676.

Pada skala diatas akan dilakukan perubahan tata letak urutan nomor aitem-aaitem. Hal ini dilakukan karena aitem yang gugur dan tidak terpilih, tidak diikutsertakan lagi dalam skala penelitian. Distribusi aitem-aitem skala yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5

Distribusi aitem-aitem skala penelitian keberfungsian keluarga

NO Dimensi Aspek Indikator

Perilaku

Aitem Total Fav Unfav

1. Relationship Cohesion Mendukung dan membantu anggota keluarga

22 5, 11, 20

4

Expresiveness Mengekspresikan apa yang dirasakan secara bebas

1, 12 21, 29 4

Conflict Mengekspresikan perbedaan pendapat dan kemarahan secara terbuka

- 4, 23 2

2. Personal Growth

Independence Membuat keputusan sendiri

- 6, 24 2

Achievement orientation

Belajar bersama di rumah atau belajar di luar rumah - 7, 10 2 Intellectual-culture orientation Mengajak anggota keluarga mendukung hal-hal yang berkaitan dengan pelajaran, kebudayaan, dan politik - 19, 25 2 Active-recreational orientation Menjalankan kegiatan sosial di rumah atau di luar rumah - 8, 18, 27 3 Moral-religious emphasis Mengajarkan etika dan ajaran agama

17, 26 2, 9, 13

5

(15)

Maintenance jawab dan rencana dalam keluarga.

Control Menjalankan aturan yang telah ditetapkan

16 3, 14, 28

4

Jumlah 6 24 30

2. Skala Kematangan Emosi

Uji coba skala kematangan emosi dilakukan terhadap 70 remaja laki-laki, usia 16 sampai 18 tahun, bersekolah, tinggal bersama orangtua, memiliki saudara kandung. Adapun distribusi aitem-aitem hasil uji coba skala keberfungsian keluarga akan dijelaskan pada tabel berikut :

Tabel 6

Distribusi aitem-aitem hasil uji coba skala kematangan emosi NO. Indikator Kematangan Emosi Indikator Perilaku Aitem Total Fav Unfav

1. Kontrol emosi a. Mengekspresikan emosi sesuai situasi dan waktu yang tepat

- 46, 11,

70, 72

4

b. Mengekspresikan emosi dengan cara yang dapat diterima

- 7, 28,

61, 68

4

c. Mengendalikan diri saat memosi memuncak

- 41, 48 3

2. Pemahaman diri

a. Memperlihatkan

kepekaan terhadap emosi yang dirasakan

- 39 1

b. Mencari cara mengatasi emosi yang dialami dengan mengetahui penyebab emosi 34 15, 35, 57 4 3. Penggunaan fungsi kritis mental

a. Tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan

33 26, 50, 64

4 b. Menerima pendapat orang

lain

42, 51 9, 22, 45, 55

(16)

c.Mempertahankan pendapat ketika berbeda dengan orang lain. 32 43, 52 3 d. Membuat keputusan dengan mempertimbangkan dampaknya - 21, 24, 30 3 Jumlah 5 26 31

Berdasarkan hasil uji coba sebanyak 72 aitem skala kematangan emosi diperoleh diperoleh 37 aitem yang memiliki koefisien korelasi aitem total yang memenuhi syarat untuk dapat digunakan dalam penelitian (rit ≥ 0, 275), akan tetapi diadakan lagi pemilihan aitem yang lebih mewakili setiap aspek. Hal ini dikarenakan pada masing-masing aspek tidak mempunyai tujuan ukur yang berbeda secara spesifik satu sama lain melainkan merupakan dimensi saja dari satu tujuan ukur yang lebih luas, maka aitem yang berdiskriminasi tinggi sebagai aitem final tanpa perlu risau mengenai komposisi jumlah aitem dalam setiap aspeknya (Azwar, 2004). Sehingga jumlah aitem yang dijadikan alat ukur penelitian adalah sejumlah 31 aitem dengan koefisien alpha sebesar 0,900. Koefisien korelasi aitem-aitem yang reliabel berkisar 0,310 hingga 0,703.

Pada skala diatas akan dilakukan perubahan tata letak urutan nomor aitem-aitem. Hal ini dilakukan karena aitem yang gugur dan tidak terpilih, tidak diikutsertakan lagi dalam skala penelitian. Distribusi aitem-aitem skala yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada berikut :

Tabel 7

Distribusi aitem-aitem skala penelitian kematangan emosi NO. Indikator Kematangan Emosi Indikator Perilaku Aitem Total Fav Unfav

(17)

1. Kontrol emosi a. Mengekspresikan emosi sesuai situasi dan waktu yang tepat

- 8, 23

15, 18

4

b. Mengekspresikan emosi dengan cara yang dapat diterima

- 11, 12,

16, 24

4

c. Mengendalikan diri saat memosi memuncak

- 25, 27 2

2. Pemahaman diri

a. Memperlihatkan

kepekaan terhadap emosi yang dirasakan

- 19 1

b. Mencari cara mengatasi emosi yang dialami dengan mengetahui penyebab emosi 2 20, 26 31 4 3. Penggunaan fungsi kritis mental

a. Tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan

1 21, 22,

28

4 b. Menerima pendapat orang

lain

9, 13 4, 7, 29, 30

5 c.Mempertahankan pendapat

ketika berbeda dengan orang lain. 6 3, 14 3 d. Membuat keputusan dengan mempertimbangkan dampaknya - 5, 10, 17 3 Jumlah 5 26 31 G. Prosedur Penelitian

Penelitian ini memiliki prosedur pelaksanaan penelitian yang terdiri dari 3 tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap pengolahan data.

1. Tahap Persiapan Penelitian

Tahap persiapan yang dilakukan oleh peneliti mencakup; a. Pembuatan Alat Ukur

Tahap persiapan penelitian diawali dengan menyusun alat ukur penelitian. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 skala yaitu skala

(18)

keberfungsian keluarga dan kematangan emosi. Pembuatan alat ukur Skala keberfungsian keluarga dan Kematangan emosi dimulai dengan mengkaji teori-teori maupun hasil penelitian yang berkaitan dan dilanjutkan dengan membuat indikator-indikator dari tiap aspek untuk memudahkan dalam penjabarannya. Penyusunan skala ini dilakukan dengan membuat blue print

dan kemudian dioperasionalisasikan dalam bentuk aitem-aitem pernyataan. Setelah aitem tersusun, peneliti meminta penilaian ahli yaitu pada dosen pembimbing dan dosen statistika untuk mendiskusikan apakah aitem yang telah dibuat dapat diterima oleh subjek penelitian secara umum.

b. Uji Coba Alat Ukur

Alat ukur penelitian terlebih dahulu diujicobakan. Alat ukur diberikan kepada 70 remaja laki-laki berusia 16 sampai 18 tahun. Uji coba dilakukan dari tanggal 18 November 2010 sampai 30 November 2010.

c. Revisi Alat Ukur

Setelah peneliti melakukan uji coba alat ukur, maka peneliti menguji validitas dan reliabilitas skala dengan menggunakan koefisien reliabilitas

alpha dari Cronbach dengan bantuan aplikasi program SPSS 17.0 for windo ws. Setelah diketahui aitem-aitem yang memenuhi validitas dan reliabilitasnya, maka kemudian peneliti menyusun aitem-aitem tersebut menjadi alat ukur yang dapat digunakan untuk mengambil data penelitian (Azwar, 2004).

(19)

Peneliti kemudian melakukan randomisasi untuk pemilihan tempat penelitian. Randomisasi dilakukan dengan mengambil undian. Randomisasi dilakukan untuk menentukan kecamatan tempat penelitian, dari 22 kecamatan diambil 2 kecamatan. Kecamatan yang terpilih yaitu kecamatan Medan Timur dan Medan Amplas. Setelah terpilih 2 kecamatan, dilakukan kembali untuk memilih sekolah. Dari masing-masing kecamatan dipilih 1 sekolah yang mewakili kecamatan tersebut. Setelah dilakukan randomisasi maka terpilih 2 sekolah sebagai tempat penelitian yaitu MAN 3 dan SMA Krakatau.

e. Mengurus surat izin penelitian

Selanjutnya peneliti meminta surat permohonan kepada Fakultas Psikologi untuk memberikan izin melakukan penelitian di sekolah yang menjadi sampel penelitian. Kemudian peneliti meminta izin kepada kepala sekolah yang bersangkutan agar dapat memberikan izin dan mengatur jadwal untuk peneliti melakukan penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 10 Desember 2010 sampai 16 Desember 2010. Langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam mengambil data penelitian adalah sebagai berikut:

(20)

Peneliti melakukan kembali random untuk menentukan kelas mana yang akan menjadi kelompok penelitian. Kemudian peneliti melakukan kembali random terhadap siswa dengan cara mengambil sejumlah siswa berdasarkan daftar nama kelas yang telah tersedia yang disesuaikan dengan jumlah sampel penelitian.

b. Penyebaran Skala Penelitian

Peneliti melaksanakan penelitian pada kelas yang terpilih menjadi kelompok sampel. Peneliti melaksanakan penelitian pada jam dan hari yang telah ditentukan pihak sekolah. Peneliti awalnya memberikan pengarahantentang petunjuk pengerjaan skala penelitian. Siswa diberi waktu sekitar 15 sampai 30 menit untuk menyelesaikan skala. Proses penyebaran skala didampingi oleh seorang guru dari sekolah.

3. Tahap Pengolahan Data

Setelah diperoleh hasil skor skala keberfungsian keluarga dan kematangan emosi, maka dilakukan pengolahan data. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS Versi 17.00 untuk windows.

H. Metode Analisa Data

Data-data yang terkumpul akan dianalisis dengan menggunakan korelasi

Pearson product moment. Teknik ini dapat digunakan oleh peneliti untuk menerangkan keeratan hubungan antar dua variabel (Hadi, 2000). Keseluruhan

(21)

analisa data dilakukan dengan menggunakan fasilitas komputerisasi SPSS 17.0 for windo ws.

Sebelum data-data yang terkumpul dianalisa, maka terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yang meliputi :

1. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah pengujian bahwa sampel yang dihadapi adalah berasal dari populasi yang terdistribusi normal. Uji normalitas ini dilakukan dengan menggunakan uji one sample kolmogorov-smirnov. Data dikatakan terdistribusi normal jika nilai p > 0,05.

2. Uji Linearitas

Uji linearitas ini digunakan untuk mengetahui apakah data distribusi penelitian yaitu variabel bebas (keberfungsian keluarga) dan variabel tergantung (kematangan emosi) memiliki hubungan linier. Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel. Asumsi ini menyatakan bahwa hubungan antar variabel yang hendak dianalisis itu mengikuti garis lurus. Jadi peningkatan atau penurunan kuantitas di satu variabel akan diikuti secara linear oleh peningkatan atau penurunan kuantitas pada variabel lainnya. Uji linearitas dalam penelitian ini menggunakan uji F dengan nilai p < 0.05.

(22)

BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan menguraikan analisa data dan pembahasan, yang diawali dengan memberikan gambaran umum subjek penelitian dan pembahasan.

A. Gambaran Subjek Penelitian

Populasi penelitian ini adalah remaja laki-laki berusia 16 sampai 18 tahun yang tinggal bersama orangtua. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 65 orang. Berikut ini akan diuraikan, yaitu:

1. Berdasarkan usia

Berdasarkan usia subjek penelitian maka diperoleh gambaran penyebaran subjek penelitian seperti yang tertera pada tabel berikut:

(23)

Tabel 8

Gambaran subjek penelitian berdasarkan usia

Usia Jumlah (N) Persentase (%)

16 tahun 25 38, 46

17 tahun 28 43,07

18 tahun 12 18,46

Total 65 100

Berdasarkan data pada tabel 8, diketahui bahwa jumlah subjek berusia 16 tahun sebanyak 25 orang (38,46%), jumlah subjek berusia 17 tahun sebanyak 28 orang (43,07%), jumlah subjek berusia 18 tahun sebanyak 12 orang (18,46%).

2 Berdasarkan jumlah saudara

Tabel 9

Gambaran subjek penelitian berdasarkan jumlah saudara Jumlah saudara Jumlah (N) Persentase (%)

1-3 orang 27 41,53

4-7 orang 31 47,69

>8 orang 7 10,76

Total 65 100

Berdasarkan data pada tabel 10, diketahui bahwa subjek yang memiliki jumlah saudara 1-3 orang sebanyak 27 orang (41,53%), jumlah saudara 4-7 orang sebanyak 31 orang (47,69%), dan jumlah saudara > 8 orang sebanyak 7 orang (10,76%).

(24)

Sebelum dianalisis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi pada data peneitian yang diperoleh, meliputi uji normalitas sebaran, uji linearitas kemudian dilakukan uji hipotesis. Analisa tersebut dilakukan dengan menggunakan fasilitas komputerisasi SPSS 17.0 for windows.

1. Uji normalitas sebaran

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian telah menyebar secara normal. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan metode One Sample Kolmogorov Smirnov. Data dikatakan terdistribusi normal dengan harga p > 0,05.

Tabel 10

Normalitas sebaran variable keberfungsian keluarga terhadap kematangan emosi remaja laki-laki

Keberfungsian keluarga

Kematangan emosi

N 65 65

Normal Parameters(a,b) Mean 91.05 91.74

Std. Deviation 8.427 9.633 Most Extreme Differences Absolute .069 .096 Positive .069 .079 Negative -.065 -.096 Kolmogorov-Smirnov Z .557 .772

Asymp. Sig. (2-tailed) .916 .590

a. Uji normalitas data keberfungsian keluarga dilakukan dengan metode statistik tes Kolmogorov-Smirnov. Hasil uji normalitas diperoleh nilai Z = 0,557 dan p

(25)

= 0,916, dengan p > 0,05 artinya distribusi data keberfungsian keluarga telah menyebar secara normal.

b. Uji normalitas data kematangan emosi dilakukan dengan metode statistik tes

kolmogorov-smirnov. Hasil uji normalitas diperoleh nilai Z = 0,772 dan p = 0,590, dengan p > 0,05 artinya distribusi data skala kematangan emosi telah menyebar secara normal.

2. Uji Linearitas

Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian, yaitu variabel bebas (keberfungsian keluarga) dan variabel tergantung (kematangan emosi) memiliki hubungan linear. Berdasarkan hasil uji linearitas antara kedua variabel tersebut menggunakan uji F = 29,518 dan p < 0,05 (p = 0,000), maka dapat disimpulkan bahwa variabel keberfungsian keluarga memiliki hubungan yang linear dengan variabel kematangan emosi.

Grafik 1 Linearitas sebaran

(26)

C. Hasil Analisa Data 1. Korelasi

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi pearson product moment dengan bantuan program komputer SPSS 17.0. Hasil pengujian statistik yang dilakukan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 11

Korelasi antara keberfungsian keluarga dengan kematangan emosi remaja laki-laki

(27)

Keberfungsian keluarga Kematangan emosi Keberfungsian keluarga Pearson Correlation 1 .580 Sig. (2-tailed) .000 N 65 65

Kematangan emosi Pearson Correlation .580 1

Sig. (2-tailed) .000

N 65 65

Hipotesis dalam penelitian ini:

Ha (Hipotesa Alternatif) : p > 0, artinya ada hubungan antara keberfungsian keluarga dengan kematangan emosi remaja laki-laki

Berdasarkan hasil pengolahan data yang diperoleh koefisien korelasi (r) sebesar 0,580 dengan taraf signifikansi (p) sebesar 0,000 sehingga p < 0,05. Hal ini artinya hipotesa alternatif (Ha) diterima.

Selanjutnya dilakukan analisa regresi untuk mengetahui pengaruh keberfungsian keluarga terhadap kematangan emosi remaja laki-laki. Hasil pengolahannya dapat dilihat pada tabel berikut:

2 Kategorisasi Data

a. Kategorisasi Data Keberfungsian Keluarga

Kategorisasi ini didasarkan pada asumsi bahwa skor populasi terdistribusi normal dan jumlah subjek termasuk dalam kategori besar, maka dilakukan pengkategorisasian data keberfungsian keluarga dengan menggunakan kategorisasi jenjang (ordinal). Deskripsi skor hipotetik data dapat dilihat dalam tabel berikut :

(28)

Tabel 13

Deskripsi skor hipotetik data Keberfungsian Keluarga Skor Hipotetik

Min Maks Mean SD

30 120 75 15

Berdasarkan tabel 13 skor hipotetik menunjukkan hasil mean hipotetik untuk variabel keberfungsian keluarga didapat sebesar 75 dengan standar deviasi hipotetik sebesar 15.

Data dikelompokkan dalam tingkatan-tingkatan untuk kemudian disusun menurut norma tertentu. Data dikategorikan menjadi tiga kelompok dengan rumus (Azwar, 2004) :

Tinggi = Mean + 1 (SD) ≤ X

Sedang = Mean – 1 (SD) ≤ X < Mean + 1 (SD) Rendah= X < Mean – 1 (SD)

Kategorisasi data keberfungsian keluarga beserta persentase dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 14

Kategorisasi Data hipotetik Keberfungsian Keluarga

Variabel Rentang Nilai Kategori Frekuensi Persentase Keberfungsian

Keluarga

90≤ X Tinggi 37 56,92%

60≤ X < 90 Sedang 28 43,07%

X < 60 Rendah 0 0%

Berdasarkan kriteria kategorisasi pada tabel 13 menunjukkan bahwa 37 orang (56,92%) termasuk dalam keberfungsian keluarga yang tinggi, 28 orang (43,07%) termasuk dalam keberfungsian keluarga yang sedang, dan tidak ada yang termasuk dalam kategori keberfungsian keluarga yang rendah (0%). Hal ini

(29)

dapat diartikan bahwa sebagian besar keberfungsian keluarga dari siswa berada dalam kategori tinggi..

b. Kategorisasi Data kematangan Emosi

Kategorisasi ini didasarkan pada asumsi bahwa skor populasi terdistribusi normal dan jumlah subjek termasuk dalam kategori besar, maka dilakukan pengkategorisasian data kematangan emosi dengan menggunakan kategorisasi jenjang (ordinal). Deskripsi skor hipotetik data dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 15

Deskripsi skor hipotetik data kematangan emosi Skor Hipotetik

Min Maks Mean SD 31 124 77,5 15,5

Berdasarkan tabel 15 skor hipotetik kematangan emosi menunjukkan hasil mean hipotetik untuk variabel kematangan emosi didapat sebesar 77,5 dengan standar deviasi hipotetik sebesar 15,5.

Berdasarkan kategorisasi data penelitian secara hipotetik, data dikelompokkan dalam tingkatan-tingkatan untuk kemudian disusun menurut norma tertentu. Data dikategorikan menjadi tiga kelompok dengan rumus (Azwar, 2004):

Tinggi = Mean + 1 (SD) ≤ X

Sedang = Mean – 1 (SD) ≤ X < Mean + 1 (SD) Rendah= X < Mean – 1 (SD)

Kategorisasi data kematangan emosi beserta persentase dapat dilihat pada tabel berikut :

(30)

Tabel 16

Kategorisasi Data hipotetik Kematangan Emosi

Variabel Rentang Nilai Kategori Frekuensi Persentase Kematangan

Emosi

93 ≤ X Tinggi 31 47,69%

62 ≤ X < 93 Sedang 34 52,30%

X < 62 Rendah 0 0%

Berdasarkan kategorisasi pada tabel 16 menunjukkan bahwa 31 orang (47,69%) termasuk dalam kematangan emosi yang tinggi, 34 orang (52,30%) termasuk dalam kematangan emosi yang sedang, dan tidak ada yang termasuk dalam kategori kematangan emosi yang rendah (0%). Hal ini dapat diartikan bahwa sebagian besar kematangan emosi siswa berada dalam kategori sedang.

Setelah mengetahui pengkategorisasian kedaua variabel penelitian, hasilnya dapat dimasukkan dalam tabel penyebaran variabel dalam bentuk matriks kategorisasi yang ditunjukkan pada tabel berikut :

Tabel 17

Matriks kategorisasi variabel keberfungsian keluarga dengan kematangan emosi

Kematangan emosi Keberfungsian

keluarga

Rendah Sedang Tinggi

Jumlah subjek % Jumlah subjek % Jumlah Subjek % Rendah 0 0% 0 0% 0 0% Sedang 0 0% 18 27,69% 10 15,38% Tinggi 0 0% 17 26,15% 21 32,30% 65 (100%)

Keberfungsian keluarga yang dimiliki individu pada kategori tinggi dengan kematangan emosi yang dimiliki individu pada kategori tinggi sebanyak 32,30%. Keberfungsian keluarga yang dimiliki individu pada kategori sedang dengan

(31)

kematangan emosi individu pada ketegori sedang sebesar 27,69%. Keberfungsian keluarga yang dimiliki individu pada kategori tinggi, sedangkan kematangan emosi yang dimiliki individu pada kategori sedang sebanyak 26,15%. Keberfungsian keluarga yang dimiliki individu pada kategori sedang dengan kematangan emosi individu pada kategori tinggi sebanyak 15,38%.

D. Pembahasan

Hasil pengujian hipotesis menyatakan bahwa Ha diterima. Hasil pengujian korelasi sebesar r = 0,580 dengan p = 0,000. Tingkat signifikansi korelasi p = 0,000 (p<0,05) menunjukkan adanya hubungan antara keberfungsian keluarga dengan kematangan emosi remaja laki-laki. Kualitas keterkaitan antara keberfungsian keluarga terhadap kematangan emosi remaja laki-laki sebesar 0.580. Dengan menggunakan kriteria interpretasi harga r menurut Hadi (2000), menyatakan hubungan keberfungsian keluarga dengan kematangan emosi pada remaja laki-laki menunjukkan korelasi yang agak rendah.

Hasil perhitungan korelasi ini sejalan dengan Hurlock (2004) yang menyatakan bahwa keluarga dapat mengajarkan bagaimana individu dapat mengeksplorasi emosi. Perhatian, kasih sayang, dan perasaan aman akan membantu individu menghadapi masalah-masalah tertentu dengan memperhatikan keseimbangan emosinya. Perhatian, kasih sayang, dan perasaan aman dapat terpenuhi ketika keluarga dapat berfungsi dengan baik.

Keberfungsian keluarga didefinisikan sebagai kualitas interaksi antar anggota keluarga. Secara spesifik dapat dilihat dari jumlah komunikasi, keluarga dapat

(32)

beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi, konflik yang terjadi dalam keluarga, dukungan dan kasih sayang antar anggota keluarga, kemampuan mengekspresikan apa yang dirasakan dan diinginkan, menghabiskan waktu bersama, kebebasan antar anggota keluarga, orientasi prestasi, moral, keagamaan, dan penyelesaian masalah yang dapat dilakukan anggota keluarga (Moos dan Moos dalam Stewart, 1998).

Keluarga yang saling memberikan dukungan dan memiliki kohesivitas dapat mengurangi kenakalan remaja (Bal, et.al dalam Reinherz, et.al, 2003). Sebaliknya, remaja yang berada dalam keluarga penuh dengan konflik dapat memicu kenakalan remaja, karena cenderung mengalami ketidakmampuan dalam mengendalikan emosi (Brook, et.al dalam Santrock, 2003). Pengawasan orangtua juga berperan penting dalam mencegah kenakalan remaja (Dishion, et.al dalam Coley, 2008). Adanya pengawasan orangtua dapat menjadi salah satu ciri keluarga yang dapat menjalankan fungsi dengan baik.

Berdasarkan penjelasan mengenai teori yang berkaitan dengan keberfungsian keluarga dengan kematangan emosi. Hal ini juga dapat dilihat dari hasil matriks kategorisasi dalam penelitian ini yang menunjukkan kebanyakan terlihat remaja laki-laki yang memiliki keberfungsian keluarga dalam kategori tinggi dengan kematangan emosi yang dicapai oleh remaja laki-laki berada pada kategori tinggi yaitu 32,30%, artinya ketika keluarga telah berfungsi dengan baik pada kategori tinggi, remaja laki-laki juga memiliki kematangan emosi pada kategori tinggi.

Hasil penelitian ini menunjukkan korelasi yang agak rendah. Hal ini dapat disebabkan adanya faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kematangan

(33)

emosi dan tidak dikontrol oleh peneliti. Faktor-faktor tersebut dapat berupa faktor lingkungan disekitar kehidupan keluarga yang dapat memungkinkan tercapainya kematangan emosi remaja laki-laki. (Chaube, 2002). Faktor pola asuh orangtua juga dapat mempengaruhi kematangan emosi. Pola asuh orangtua dapat berupa cara orangtua memperlakukan anak-anaknya yang akan memberikan akibat permanen bagi kehidupan anak (Goleman, 2001). Namun tidak dapat dikatakan jika pola asuh orangtua otoriter memiliki keberfungsian keluarga yang rendah. Dalam penelitian ini faktor-faktor tersebut tidak terkontrol.

Faktor lain yang dapat berpengaruh terhadap kematangan emosi adalah faktor teman sebaya. Adakalanya meskipun keluarga telah berfungsi dengan baik, namun individu memiliki kematangan emosi yang rendah dikarenakan adanya faktor teman sebaya yang dapat membuat remaja mudah terpengaruh dengan perbuatan negatif. Hurlock (2004) menyatakan bahwa remaja lebih sering berada dengan teman sebaya daripada di dalam rumah. Pengaruh teman sebaya terhadap minat, penampilan, sikap, dan perilaku lebih besar jika dibandingkan dengan pengaruh keluarga. Hal ini dapat dilihat ketika anggota kelompok mencoba mengikuti perilaku merokok, minum-minuman keras, tawuran, dan menggunakan obat terlarang, kemudian akan diikuti oleh anggota lainnya tanpa memperhatikan akibatnya. Perilaku negatif yang diikuti oleh remaja tersebut mencerminkan ketidakmatangan emosi. Namun pada penelitian ini, faktor ini tidak dikontrol oleh peneliti.

Keberfungsian keluarga berada pada kategori tinggi sebanyak 37 orang (56,92%), yang artinya keluarga dapat menjalankan fungsi yang ada dalam

(34)

keluarga dengan baik; adanya komunikasi yang lancar antar anggota keluarga; keluarga dapat beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi; adanya keterbukaan dan penyelesaian konflik yang terjadi dalam keluarga; saling memberikan dukungan dan kasih sayang; adanya kesempatan untuk mengekspresikan apa yang dirasakan dan diinginkan; serta adanya orientasi terhadap nilai-nilai tertentu (Moos dan moos, dalam stewart 1998). Keberfungisan keluarga pada kategori sedang sebanyak 28 orang (43,07%), yang artinya keluarga cukup dapat berfungsi dengan baik dan dapat diandalkan ketika individu membutuhkan bantuan dan individu cukup merasakan bantuan keluarga terhadap dirinya. Keberfungsian keluarga yang berada pada kategori rendah sebanyak 0 orang (0%), yang artinya keluarga gagal dalam memenuhi kebutuhan dasar anggota keluarga; keluarga mengabaikan kebutuhan untuk bertahan hidup anggota keluarga, misalnya kebutuhan makan, pakaian, dll, padahal dalam status ekonomi menengah ke atas; keluarga tidak menciptakan rasa aman bagi anggota keluarga; keluarga tidak menciptakan rasa tanggung jawab dan kemandirian bagi anggota keluarga; tidak adanya komunikasi yang lancar antar anggota keluarga; serta orang tua tidak memberikan kebebasan kepada anggota keluarga (Jamiolkowski, 1993). Sebagian besar siswa remaja laki-laki MAN 3 dan SMA Krakatau yang menjadi sampel dalam penelitian ini memiliki kategori sedang dalam keberfungsian keluarga.

Kematangan emosi berada pada kategori tinggi sebanyak 31 orang (47,69%) artinya individu mampu mengendalikan emosi diri dan mampu menghadapi tekanan yang datang dari luar yang dapat mempengaruhi emosi; mampu

(35)

memahami situasi yang dihadapi tanpa terpengaruh oleh dominasi emosi yang dirasakan; selalu memiliki pertimbangan dalam bertindak berdasarkan kondisi yang ada (Puspasari, 2009). Kematangan emosi pada kategori sedang sebanyak 34 orang (52,30%), artinya individu dapat mengendalikan emosi diri; terkadang sulit mengendalikan emosi jika ada kondisi diluar batas yang dapat memicu emosi; belum dapat mengendalikan kondisi dari luar yang dapat memicu emosinya, sehingga ketika tekanan itu muncul di luar perkiraan menyebabkan individu kehilangan kendali terhadap emosi yang dirasakan dan cenderung impulsif. Kematangan emosi pada kategori rendah sebanyak 0 orang (0%), artinya individu lebih mengutamakan apa yang dirasakan daripada apa yang dipikirkan; lebih melihat sesuatu berdasarkan nilai yang negatif jika bertentangan dengan nilai perasaan yang diyakini (Puspasari, 2009). Sebagian besar siswa remaja laki-laki MAN 3 dan SMA Krakatau yang menjadi sampel dalam penelitian ini memiliki kematangan emosi pada kategori sedang.

Jika dilihat dari matriks kategorisasi kedua variabel. Keberfungsian keluarga yang dimiliki remaja laki-laki pada kategori tinggi dan memiliki kematangan emosi pada kategori sedang sebesar 26,15%. Hal ini dapat dijelaskan dengan adanya faktor teman sebaya dan lingkungan sekitar keluarga seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Meskipun keluarga telah berfungsi dengan baik, namun ketika pengaruh teman sebaya dan lingkungan sekitar kehidupan lebih kuat terhadap diri remaja laki-laki maka dapat menyebabkan remaja laki-laki hanya mencapai kematangan emosi pada kategori sedang.

(36)

Ketika keberfungsian keluarga pada kategori sedang, ada juga remaja laki-laki memiliki kematangan emosi yang tinggi yaitu sebesar 15,38%. Hal ini dapat dijelaskan dengan faktor temperamen yang dapat mempengaruhi tingginya kematangan emosi remaja laki-laki meskipun dalam keluarga yang berfungsi pada kategori sedang. Temperamen merupakan suasana hati yang mencirikan emosi individu dan bawaan sejak lahir dan dapat diubah sejalan dengan perkembangan individu (Goleman, 2001).

BAB V

(37)

Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan dan saran-saran yang berhubungan dengan hasil yang diperoleh dari penelitian. Pada bagian pertama akan dijabarkan kesimpulan dari penelitian dan di bagian akhir akan dijelaskan tentang saran-saran yang bersifat psikis dan metodologis yang dapat berguna untuk penelitian yang akan datang dengan menggunakan variabel yang sama dengan penelitian ini.

A. KESIMPULAN

1. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara keberfungsian keluarga dengan kematangan emosi remaja laki-laki dengan r = 0,580 dan p = 0,000. 2. Berdasarkan kategori data keberfungsian keluarga diketahui bahwa remaja

laki-laki sebagian besar memiliki keberfungsian keluarga dalam kategori tinggi yaitu sebesar 56,92% (37 orang).

3. Berdasarkan kategori data kematangan emosi diketahui bahwa remaja laki-laki memiliki sebagian besar memiliki kematangan emosi berada dalam kategori sedang yaitu sebesar 52,30% (34 orang).

4. Berdasarkan matriks kategorisasi, terlihat bahwa sebagian besar remaja laki-laki SMA Krakatau dan MAN 3 yang enjadi sampel penelitian ini memiliki keberfungsian keluarga pada kategori tinggi dan memiliki kematangan emosi pada kategori tinggi sebesar 32,30%.

B. SARAN

(38)

a. Peneliti selanjutnya hendaknya mempertimbangkan faktor-faktor lain yang dapat berpengaruh dalam tercapinya kematangan emosi, misalnya faktor pola asuh, teman sebaya, dan faktor internal.

c. Peneliti selanjutnya jika ingin meneliti variabel yang sama diharapkan menggunakan sampel yang spesifik, misalnya diteliti dengan metode kualitatif.

d. Peneliti selanjutnya jika ingin meneliti variabel yang sama diharapkan dapat menambahkan wawancara dan observasi sebagai metode tambahan yang dapat digunakan untuk memudahkan dalam pembahasan hasil penelitian.

2 Saran Praktis a. Bagi Keluarga

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keberfungsian keluarga mempengaruhi kematangan emosi. Oleh karena itu, diharapkan anggota keluarga dapat menjalankan fungsi dalam keluarga dengan baik. Anggota keluarga dapat saling menjaga komunikasi dan aturan yang ditetapkan tidak bersifat terlalu membatasi melainkan anggota keluarga diberikan kebebasan untuk menyatakan hal-hal yang ingin dilakukan ataupun dikatakan. Ketika anak mencapai usia remaja, keluarga sangat berperan dalam setiap tugas perkembangan yang akan dicapai oleh remaja. Dalam hal ini keluarga mempengaruhi pencapaian kematangan emosi sebagai tugas perkembangan di masa remaja.

(39)

Bagi remaja laki-laki diharapkan lebih terbuka dalam menjalin hubungan baik dengan anggota keluarga, misalnya bersedia cerita tentang masalah yang dihadapi kepada orang tua atau saudara kandung agar dapat memperoleh masukan atau solusi yang tepat sehingga terhindar dari hal-hal negatif.

c. Bagi pihak sekolah

Pihak sekolah dibagian guru bimbingan dan konseling diharapkan dapat menjalin hubungan yang baik dan dapat bekerjsama dengan keluarga siswa sehingga dapat memberikan arahan yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Referensi

Dokumen terkait

Tanaman yang digunakan untuk pengobatan diare jambu biji, kara, ketumbel, kunyit, lengkuas, manggis, nangka, pala, patikan kebo. Penggunaan yang khas di Baturraden saja

ABSTRAK ANALISIS PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA KARYAWANPADAPTPANTAIINDAH SAMUDERA INDONESIA PONDOK BATU KABUP ATEN TAPANULITENGAH Managara

[r]

Dengan adanya permasalahan yang diuraikan tersebut, khususnya terkait kinerja karyawan yang kurang baik dalam memanfaatkan sistem informasi akuntansi pada BPR

(MPK) yang akan dihasilkan bagi mata pelajaran Litar AU untuk topik Penghasilan Arus Ulang-Alik, Pemuat dan Pearuh, dapat membantu memudahkan proses pembelajaran

Tabel IV.8 Besar Suhu Lampu 15 Watt Terhadap Perubahan Kedudukan Sensor Suhu Robot B ...81.. Tabel IV.9 Pengiriman Data dari Robot A ke Robot B

3HPHULQWDK 1RPRU 7DKXQ WHQWDQJ 3HQGDIWDUDQ 7DQDK PHQHQWXNDQ EDKZD ³'DODP KDO DWDV VXDWX ELGDQJ WDQDK VXGDK GLWHUELWNDQ VHUWLILNDW VHFDUD VDK DWDV QDPD RUDQJ DWDX EDGDQ KXNXP

1 diş sarımsak (ince ince kıyılmış) 1 adet yeşil soğan (ince ince kıyılmış) 1 su bardağı maydonoz (ince ince kıyılmış) 1 su bardağı dereotu (ince ince kıyılmış)