• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI AKTIVITAS ANTIKANKER EKSTRAK BIJI SIRSAK (ANNONA MURICATA LINN.) TERHADAP BEBERAPA SEL KANKER MANUSIA SECARA IN VITRO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "UJI AKTIVITAS ANTIKANKER EKSTRAK BIJI SIRSAK (ANNONA MURICATA LINN.) TERHADAP BEBERAPA SEL KANKER MANUSIA SECARA IN VITRO"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

UJI AKTIVITAS ANTIKANKER EKSTRAK

BIJI SIRSAK (

ANNONA MURICATA

LINN.)

TERHADAP BEBERAPA SEL KANKER

MANUSIA SECARA

IN VITRO

LULUS MEGAWATI

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA

DEPARTEMEN FARMAKOGNOSI DAN FITOKIMIA

(2)

SKRIPSI

UJI AKTIVITAS ANTIKANKER EKSTRAK

BIJI SIRSAK (

ANNONA MURICATA

LINN.)

TERHADAP BEBERAPA SEL KANKER

MANUSIA SECARA

IN VITRO

Oleh :

LULUS MEGAWATI

051011256

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA

DEPARTEMEN FARMAKOGNOSI DAN FITOKIMIA

(3)

iii

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah saya, dengan judul:

UJI AKTIVITAS ANTIKANKER EKSTRAK BIJI SIRSAK (ANNONA MURICATA LINN.) TERHADAP BEBERAPA SEL

KANKER MANUSIA SECARA IN VITRO

untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital Library Perpustakaan Universitas Airlangga untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.

Demikian pernyataan persetujuan publikasi skripsi/karya ilmiah ini saya buat dengan sebenarnya.

Surabaya, Agustus 2014

\

Lulus Megawati

(4)

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Nama : Lulus Megawati

NIM : 051011256

Fakultas : Farmasi

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa hasil tugas akhir yang saya tulis dengan judul:

UJI AKTIVITAS ANTIKANKER EKSTRAK DAUN SIRSAK (ANNONA MURICATA LINN.) TERHADAP BEBERAPA SEL

KANKER MANUSIA SECARA IN VITRO

Adalah benar merupakan hasil karya sendiri. Apabila di kemudian hari diketahui bahwa skripsi ini merupakan hasil plagiarisme, maka saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan kelulusan dan atau pencabutan gelar yang saya peroleh.

Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Surabaya, Agustus 2014

Lulus Megawati

(5)

Lembar Pengesahan

UJI AKTIVITAS ANTIKANKER EKSTRAK BIJI SIRSAK

(

ANNONA MURICATA

LINN.) TERHADAP BEBERAPA SEL

KANKER MANUSIA SECARA

IN VITRO

SKRIPSI

Dibuat Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana

Farmasi Pada Fakultas Farmasi Universitas Airlangga

2014

Oleh :

LULUS MEGAWATI NIM : 051011256

Skripsi ini telah disetujui oleh :

Pembimbing Utama Pembimbing Serta

(6)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Bismillahirahmanirrahim. Segala puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karuniaNya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya.

Dengan selesainya skripsi yang berjudul “ UJI AKTIVITAS

ANTIKANKER EKSTRAK BIJI SIRSAK (ANNONA MURICATA

LINN) TERHADAP BEBERAPA SEL KANKER MANUSIA SECARA IN VITROini, perkenankan saya mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Rektor Universitas Airlangga Prof. Dr. H. Fasich, Apt, yang telah memberikan fasilitas selama mengikuti kuliah dan melakukan penelitian ini.

2. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Airlangga Dr. Umi Athijah, Apt., MS., yang telah memberikan fasilitas selama mengikuti kuliah dan melakukan penelitian ini.

3. Kepala Departemen Fitokimia dan Farmakognosi Prof. Dr. Sukardiman, Apt., MS., yang telah mengijinkan penggunaan fasilitas laboratorium selama melakukan penelitian ini. 4. Drs. Herra Studiawan, Apt., MS., dan Lusiana Arifianti S.

(7)

5. Prof. Dr. Sukardiman, Apt., MS., dan Dra. Rakhmawati, M. Si, selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang berguna bagi perbaikan skripsi ini.

6. Papa, mama, Mas Maja, Mbak Indah dan Mas Aji yang telah memberikan doa, motivasi, semangat serta dukungan yang tak henti-hentinya diberikan selama ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

7. Kamilia, Hani, Safira, Anis, Qowi, Ayek, dan Alfin yang selalu memberikan motivasi dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

8. Teman-teman skripsi Sirsak dan Srikaya (Mili, Chiki, Mas Gede) atas suka duka dan kebersamaan kita selama ini. 9. Para dosen yang telah mendidik dan mengajarkan ilmu

pengetahuan sampai akhirnya saya dapat menyelesaikan pendidikan sarjana ini.

10. Laboran di Departemen Fitokimia dan Farmakognosi yang telah membantu kelancaran penyelesaian skripsi ini.

11. Teman-teman angkatan 2010 kelas D, yang telah bersama-sama menyelesaikan pendidikan di farmasi dan saling mendukung untuk menyelesaikan skripsi.

(8)

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan pembaca pada umumnya demi kemajuan di bidang farmasi.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

(9)

RINGKASAN

UJI AKTIVITAS ANTIKANKER EKSTRAK BIJI SIRSAK (Annona muricata Linn.) TERHADAP BEBERAPA SEL KANKER

MANUSIA SECARA IN VITRO

Lulus Megawati

Pengobatan antikanker dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan pembedahan, radiasi dan kemoterapi. Pengobatan kemoterapi memiliki banyak efek samping yang dapat mengurangi kualitas hidup penderita kanker yang kemudian akan mengarah pada komplikasi penyakit. Hal tersebut dikarenakan obat kemoterapi bersifat tidak spesifik terhadap sel. Sirsak (Annona muricata Linn.) merupakan tanaman yang banyak dimanfaatkan untuk pengobatan. Senyawa bioaktif yang berasal dari tanaman sirsak Annonaceous acetogenins telah lama diteliti dan terbukti bersifat antikanker. Annonaceous acetogenins adalah turunan dari rantai panjang (C35 atau C37) asam lemak yang berasal dari jalur poliketida, yang bersifat selektif terhadap sel-sel kanker dengan menghambat komplek I mitokondria yang terlibat dalam sintetis ATP. Pada penelitian ini dilakukan uji aktivitas antikanker pada ekstrak etanol biji sirsak (Annona muricata

Linn.) terhadap beberapa sel kanker manusia secara in vitro. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan potensi antikanker dari ekstrak etanol biji sirsak (Annona muricata Linn.) terhadap beberapa sel kanker manusia secara in vitro.

(10)

metode MTT. Ekstrak biji sirsak dibuat tujuh seri konsentrasi dengan tiga kali replikasi. Dari data absorbansi diperoleh persentase sel hidup dengan perhitungan di Microsoft Excel. Dengan data konsentrasi dan persentase sel hidup didapatkan nilai IC50 menggunakan analisis probit dengan program

SPSS. Diperoleh IC50 ekstrak biji sirsak pada sel T47D = 20,357 ± 1,584

µg/ml, sel HeLa = 8,906 ± 4,497 µg/ml, sel WiDr = 40,056 ± 3,122 µg/ml, dan sel Raji = 11,242 ± 4,528 µg/ml.

Berdasarkan hasil di atas, ekstrak biji sirsak dapat dikatakan memiliki aktifitas sitotoksik karena nilai IC50 kurang dari 1000 µg/mL

setelah 24 jam kontak dengan sel kanker. Dari hasil IC50 yang diperoleh

(11)

ABSTRACT

IN VITRO POTENTIAL ANTICANCER ACTIVITY FROM EXTRACT OF ANNONA MURICATA SEEDS AGAINST SOME OF

HUMAN CANCER CELLS

Lulus Megawati

Cancer is the process of body cells proliferation that are not controlled. Treatment of cancer such as surgery, radiotherapy and chemotherapy have side effects, so natural anticancer is needed. The soursoup (Annona muricata L.) is a traditional medicinal plant which is empirically by the people of Indonesia are used for anti-inflammatory and anti-tumor.The purpose of this study was to determine the cytotoxic effect of extract of soursoup (Annona muricata L.) seeds againsts T47D, HeLa, WiDr, and Raji Cancer cells. Cytotoxic test performed by the method of MTT assay. The parameters obtained from the cytotoxic test was IC50 values. IC50 is a value

that produce inhibitory concentrations of cancer cells by 50%. The results showed that the extract of soursoup seeds has a cytotoxic activity with IC50

values of 20.357 ± 1.584 μg/ml for T47D cell, 40.056 ± 3.122 μg/ml for WiDr cell, 8.906 ± 4.497μg/ml for HeLa cell, and 11.242 ± 4.528μg/ml for Raji cell.

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

LEMBAR PENGESAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

RINGKASAN ... vii

ABSTRAK... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

DAFTAR SINGKATAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

(13)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Tinjauan Tentang Annona muricata Linn ... 7

2.1.1 Klasifikasi Ilmiah ... 7

2.1.2 Sinonim ... 7

2.1.3 Nama Daerah ... 8

2.1.4 Deskripsi Tanaman ... 8

2.1.5 Tempat Tumbuh dan Penyebaran ... 10

2.1.6 Kandungan Tanaman ... 11

2.1.7 Kegunaan Tanaman ... 11

2.2 Tinjauan Tentang Annonaceous acetogenin ... 11

2.3 Tinjauan Tentang Simplisia dan Ekstrak... 14

2.3.1 Definisi Simplisia ... 14

2.3.2 Definisi Ekstrak ... 14

2.3.3 Definisi Ekstraksi ... 14

2.3.4 Metode Ekstraksi ... 15

2.3.4.1 Maserasi ... 15

2.3.4.2 Perkolasi ... 15

2.3.4.3 Destilasi Uap ... 16

2.3.4.4 Soxhletasi ... 16

2.4 Tinjauan Tentang Skrining Fitokimia ... 17

(14)

2.5.1 Definisi Kanker ... 17

2.5.2 Epidemiologi, Etiologi dan Patofisiologi... 18

2.5.2.1 Kanker Payudara ... 18

2.5.2.2 Kanker Kolon ... 19

2.5.2.3 Kanker Serviks ... 19

2.5.2.4 Kanker Nasofaring ... 20

2.5.3 Macam-Macam Sel Kanker yang Digunakan ... 21

2.5.3.1 Sel Kanker Payudara (T47D) ... 21

2.5.3.2 Sel Kanker Kolon (WiDr) ... 21

2.5.3.3 Sel Kanker Serviks (HeLa) ... 22

2.5.3.4 Sel Kanker Nasofaring (RaJi) ... 22

2.6 Tinjauan Tentang Uji Sitotoksisitas Secara In Vitro ... 23

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ... 25

3.1 Alur Kerangka Konseptual Penelitian ... 25

3.2 Uraian Kerangka Konseptual ... 26

3.3 Hipotesis ... 28

BAB IV METODE PENELITIAN ... 29

4.1 Bahan, Alat dan Kultur Sel ... 29

4.1.1 Bahan Tanaman ... 29

4.1.2 Bahan Kimia dan Bahan Lain ... 29

(15)

4.1.4 Alat ... 30

4.2 Rancangan Penelitian ... 30

4.2.1 Pembuatan Simplisia Biji Sirsak ... 30

4.2.2 Pembuatan Ekstrak Biji Sirsak ... 30

4.2.3 Pengujian Skrining Fitokimia ... 31

4.2.3.1 Golongan Alkaloid ... 31

4.2.3.2 Golongan Glikosida Saponin ... 32

4.2.3.3 Golongan Flavonoid ... 33

4.2.3.4 Golongan Tanin dan Polifenol ... 35

4.2.3.5 Golongan Antrakuinon... 35

4.2.4 Pengujian Sitotoksisitas Secara In Vitro ... 36

4.2.4.1 Pembuatan Media Kultur Lengkap ... 36

4.2.4.2 Penumbuhan Sel ... 37

4.2.4.3 Penggantian Media Sel ... 37

4.2.4.4 Panen Sel ... 38

4.2.4.5 Perhitungan Sel ... 39

4.2.4.6 Preparasi Sampel ... 40

4.2.4.7 Tahapan Pengujian ... 40

4.3 Analisis Data ... 42

(16)

BAB V HASIL PENELITIAN ... 44

5.1 Hasil Ekstraksi Biji Sirsak ... 44

5.2 Hasil Skrining Fitokimia ... 44

5.2.1 Pemeriksaan Alkaloid ... 34

5.2.2 Pemeriksaan Glikosida Saponin ... 35

5.2.3 Pemeriksaan Flavonoid... 37

5.2.4 Pemeriksaan Tanin Polifenol ... 38

5.2.5 Pemeriksaan Antrakinon... 38

5.3 Hasil Pengujian Potensi Sitotoksisitas Ekstrak Biji Sirsak Secara In Vitro dengan Metode MTT ... 50

BAB VI PEMBAHASAN ... 54

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 62

7.1 Kesimpulan ... 62

7.2 Saran ... 62

(17)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Annona muricata Linn ... 7

Gambar 2.2 Struktur Annonaceous acetogenin... 12

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konseptual ... 25

Gambar 4.1 Skema Kerangka Operasional ... 43

Gambar 5.1 Hasil uji KLT senyawa golongan alkaloid pada ekstrak biji sirsak ... 45

Gambar 5.2 (a) Hasil uji KLT senyawa terpen / steroid bebas dan (b) senyawa sapogenin ekstrak etanol biji sirsak ... 46

Gambar 5.3 Hasil uji KLT senyawa golongan flavonoid pada ekstrak biji sirsak ... 47

Gambar 5.4 Kurva % sel hidup dan konsentrasi ekstrak biji sirsak terhadap sel T47D ... 51

Gambar 5.5 Kurva % sel hidup dan konsentrasi ekstrak biji sirsak terhadap sel WiDr ... 52

Gambar 5.6 Kurva % sel hidup dan konsentrasi ekstrak biji sirsak terhadap sel HeLa ... 52

Gambar 5.7 Kurva % sel hidup dan konsentrasi ekstrak biji sirsak terhadap sel Raji ... 53

(18)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel IV.1 Desain Plate ... 42

Tabel V.1 Hasil skrining fitokimia ekstrak biji sirsak dengan reaksi warna dan pengendapan ... 48

Tabel V.2 Nilai IC50 ekstrak biji sirsak pada sel T47D, sel WiDr, sel HeLa,

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1Contoh Perhitungan Persentase Sel Hidup Pada Sel T47D ... 69

Lampiran 2 Contoh Analisis Probit Ekstrak Biji Sirsak (Annona muricata Linn.) Pada Sel T47D Menggunakan Program SPSS 20.0 ... 71

(20)

DAFTAR SINGKATAN

ATP : Adenosine Triphosphate

DMSO : Dimethyl Sulfoxide

EBV : Epstein Barr Virus

ELISA : Enzyme Linked Immunosorbent Assay

FBS : Fetal Bovine Serum

HPV : Human Papiloma Virus

LAF : Laminar Air Flow

MTT : 3-(4,5-dimetiltiazol-2-il) Difenil Tetrazolium Bromida

PBS : Phosphat Buffer Saline

RPMI : Rosewell Park Memorial Institute

SDS : Sodium Duodecyl Sulphate

THF : Tetrahydrofuran

THP : Tetrahydropyran

(21)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kanker merupakan masalah kesehatan dari banyak negara di dunia dan termasuk penyakit yang menjadi perhatian serius pada bidang kedokteran. Hal ini disebabkan oleh jumlah korban yang terus meningkat dari tahun ke tahun dan belum ditemukan cara yang efektif untuk pengobatannya (Sajuthi, 2001). Data WHO tahun 2010 menunjukkan bahwa kanker merupakan penyebab kematian nomor dua setelah penyakit kardiovaskuler. Sedangkan berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, kanker menempati urutan keenam penyebab kematian terbesar di Indonesia dengan kanker payudara 30% dan kanker leher rahim atau kanker serviks 24% mendominasi (Anonim, 2012)

(22)

Pengobatan kanker secara medis memerlukan biaya yang sangat tinggi (Djajanegara, 2008). Dalam beberapa dekade terakhir, praktisi medis setidaknya telah memiliki tiga metode pengobatan kanker, yakni tindakan bedah, radiasi dan kemoterapi. Sebanyak 1/3 penderita kanker diperkirakan dapat disembuhkan melalui modalitas terapi yang bersifat lokal (tindakan bedah dan radiasi), namun bagi 2/3 lainnya terutama yang penyakit kankernya telah mengalami mikrometastasis ke organ tubuh lain, diperlukan modalitas terapi yang bersifat sistemik (kemoterapi) (Halim et al., 2010).

Kemoterapi adalah tindakan atau terapi pemberian senyawa kimia (obat kanker) untuk mengurangi, menghilangkan atau menghambat pertumbuhan parasit atau mikroba di tubuh pasien (hospes). Tujuan kemoterapi adalah untuk mengobati atau memperlambat pertumbuhan tumor atau mengurangi gejalanya (Lesnussa, 2010). Akan tetapi penggunaan kemoterapi pada penderita kanker tidak bersifat spesifik sehingga banyak menimbulkan efek samping mulai efek samping ringan (seperti mual, muntah, diare) sampai efek samping berat (myelosupresi, toksisitas ginjal, dll). Semua efek samping yang ditimbulkan ini dapat mengurangi kualitas hidup yang kemudian akan mengarah kepada komplikasi penyakit. Oleh karena itu, fakta-fakta ini menarik perhatian untuk mencari alternatif obat antikanker yang bersifat lebih poten dan selektif serta sedikitnya sifat toksisitas pada jaringan yang sehat. (Ibrahim dan Wahid, 2010; Castroa et al, 2010).

(23)

dunia berasal dari bahan aktif yang diisolasi dan dikembangkan dari tumbuhan sampai saat ini. Dan adanya gerakan back to nature atau gerakan hidup sehat dengan kembali ke alam sangat mendorong ke arah penggunaan tanaman sebagai bahan obat, kosmetik, pestisida, ataupun kebutuhan keluarga lainnya (Kardinan, 2003). Indonesia merupakan daerah beriklim tropis sehingga banyak tanaman yang tumbuh di negara ini. Kekayaan alam tumbuhan obat Indonesia terdiri atas 30.000 jenis tumbuhan dari total 40.000 jenis tumbuhan di dunia, dimana 940 jenis diantaranya merupakan tumbuhan berkhasiat obat, diantaranya bahkan dapat mengobati kanker, salah satunya adalah sirsak.

Sirsak telah diteliti sejak tahun 1940an, semua bagian dari tanaman sirsak ini dapat digunakan untuk pengobatan. Biji dan daun sirsak secara empiris telah banyak digunakan sebagai antikanker (Evira, 2013). Kandungan fitokimia yang telah diteliti dari tanaman ini adalah

acetogenins, alkaloid, quinolines, isoquinolines, tanin, methanolic, coumarin, procyanidins, flavonoid, Acetaldehyde, Amyl-caproate (Taylor, 2002). Senyawa bioaktif yang berasal dari tanaman sirsak Annonaceous acetogenins telah lama diteliti dan terbukti bersifat antikanker, selain itu juga bersifat antiparasit, insektisida, anticacing, antibakteri, dan antivirus (Taylor, 2002).

Berdasarkan Nasional Cancer Institute dan atau Nasional Institute of

Health (NIH), annonaceous acetogenins dapat secara selektif menghambat

pertumbuhansel kanker dan juga menghambat pertumbuhan sel tumor yang resisten terhadap kemoterapi contohnya adriamycin (Taylor, 2002).

(24)

sitotoksisitas dengan menghambat komplek I mitokondria yang terlibat dalam sintetis ATP. Sel-sel kanker memiliki kebutuhan energi (ATP) yang lebih tinggi daripada sel normal, oleh karena itu inhibitor komplek I mitokondria memiliki potensi dalam terapi kanker. (Torres, 2012). Selain itu, berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan oleh Oberlies et al (1997) dan Liaw et al (2002), menyebutkan bahwa acetogenins sangat ampuh menghambat pertumbuhan sel kanker dan membunuh sel-sel kanker yang tahan terhadap obat multi drug resistant secara selektif. Acetogenins mampu menutup pompa antar-sel sehingga dapat membunuh tumor yang tahan terhadap obat.

Pada penelitian ini dilakukan uji aktivitas antikanker pada ekstrak etanol biji sirsak (Annona muricata Linn.) terhadap sel kanker payudara (T47D), kolon (WiDr), serviks (HeLa) dan nasofaring (Raji) secara in vitro. Pemilihan ekstrak etanol dalam penelitian bertujuan bahwa pelarut etanol diharapkan dapat menarik zat-zat berkhasiat yang terdapat dalam simplisia. Dalam penelitian sebelumnya, diketahui kandungan dalam ekstrak etanol daun sirsak terdiri dari kandungan bioaktif acetogenin, flavonoid, saponin,

dan tannin (Alfrits et al, 2012). Acetogenin utama yaitu, asimicin, bullatacin, trilobacin, danbullatalicin (McLaughlin et al, 1996).

(25)

1.2. Rumusan Masalah

Penelitian ini menentukan potensi ekstrak etanol biji sirsak terhadap beberapa sel kanker manusia secara in vitro dengan beberapa rumusan permasalahan, antara lain :

1. Apakah ekstrak etanol biji sirsak memiliki aktivitas antikanker terhadap sel kanker payudara (T47D) ?

2. Apakah ekstrak etanol biji sirsak memiliki aktivitas antikanker terhadap sel kankerkolon (WiDr) ?

3. Apakah ekstrak etanol biji sirsak memiliki aktivitas antikanker terhadap sel kanker serviks (HeLa) ?

4. Apakah ekstrak etanol biji sirsak memiliki aktivitas antikanker terhadap sel kanker nasofaring (Raji) ?

1.3. Tujuan Penelitian

Menentukan potensi antikanker dari ekstrak etanol biji sirsak (Annona muricata Linn.) terhadap beberapa sel kanker manusia secara in vitro.

1.3.1. Tujuan Khusus

1. Menentukan IC50 dari ekstrak etanol biji sirsak terhadap sel

kanker payudara (T47D).

2. Menentukan IC50 dari ekstrak etanol biji sirsak terhadap sel

kankerkolon (WiDr).

3. Menentukan IC50 dari ekstrak etanol biji sirsak terhadap sel

kankerserviks (HeLa).

4. Menentukan IC50 dari ekstrak etanol biji sirsak terhadap sel

(26)

1.4. Manfaat penelitian

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan tentang Annona muricata Linn.

2.1.1. Klasifikasi ilmiah

Gambar 2.1. Annona muricata Linn. (Haryoto, 1998)

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyldonae

Ordo : Ranunculales

Famili : Annonaceae

Genus : Annona

Spesies : Annona muricata Linn. (Haryoto, 1998)

2.1.2. Sinonim

Annona bonplandiana H.B.K., Annona caeraensis Barb.Rodr.,

Annona macrocarpa auct., Annona macrocarpa Werckle, Annona muricata

var.borinquensis Morales, Annona sericea Dunal, Guanabanus muricatus

(28)

2.1.3. Nama Daerah

Sumatera : Deureuyan belanda (Aceh); tarutung olanda (Batak); durio ulondra (Nias); durian belanda, nangka belanda, nangka walanda (Melayu); durian batawi, duian batawi (Minangkabau); jambu landa (Lampung). Jawa: Nangkawalanda (Sunda); angka londa, nangkamanila, nangka sabrang, mulwa londa, surikaya welonda, srikaya welandi (Jawa); nangka buris, nangka englan, nangka moris (Madura). Bali : Srikaya jawa. Nusatenggara : Naka, nakat, annona (Flores). Sulawesi : Atis, mangka walanda (Sulawesi Utara); lange lo walanda (Gorontalo); sirikaya balanda (Makasar); sirikaya balanda (Bugis). Maluku : Anad walanda, tafena warata (Seram) ; anal wakano (Nusa laut); naka loanda (Buru); durian, naka wolada (Halmahera); naka walanda (Ternate); naka lada (Tidore). (Depkes RI, 2010)

2.1.4. Deskripsi Tanaman

Pohon : Pohon sirsak memiliki model Troll, ketinggian mencapai 8-10 meter, dan diameter batang 10-30 cm (Radi, 1998). Tanaman sirsak

(Annona muricata Linn.) termasuk tanaman

tahunan.

(29)

(Radi, 1998). Daun yang berkualitas adalah daun sirsak dengan kandungan antioksidan yang tinggi terdapat pada daun yang tumbuh pada urutan ke-3 sampai urutan ke-5 dari pangkal batang daun dan dipetik pukul 5-6 pagi (Zuhud, 2011).

Bunga : Bunga pada tanaman sirsak berbentuk tunggal (flos simplex) yaitu satu bunga terdapat banyak putik sehingga dinamakan bunga berpistil majemuk. Bagian bunga tersusun secara hemicylis, yaitu sebagian terdapat dalam lingkaran yang lain spiral atau terpencar. Mahkota bunga berjumlah 6 sepalum yang terdiri atas 2 lingkaran, bentuknya hampir segi tiga, tebal dan kaku, berwarna kuning keputih-putihan, dan setelah tua mekar, kemudian lepas dari dasar bunganya. Putik dan benang sari lebar dengan banyak karpel (bakal buah). Bunga keluar dari ketiak daun, cabang, ranting, atau pohon. bunga umumnya sempurna, tetapi terkadang hanya bunga jantan dan bunga betina saja dalam satu pohon. Bunga melakukan5 penyerbukan silang, karena umumnya tepung sari matang lebih dahulu sebelum putiknya (Radi, 1998).

(30)

bunga dengan banyak bakal buah tetapi membentuk satu buah. Buah memiliki duri sisik halus. Apabila sudah tua daging buah berwarna putih, lembek, dan berserat dengan banyak biji berwarna coklat kehitaman (Radi, 1998). Biji : Biji buah sirsak berwarna coklat agak

kehitaman dan keras, berujung tumpul, permukaan halus mengkilat dengan ukuran panjang kira-kira 16,8 mm dan lebar 9,6 mm. jumlah biji dalam satu buah bervariasi, berkisar antara 20-70 butir biji normal, sedangkan yang tidak normal berwarna putih kecoklatan dan tidak berisi (Radi, 1998).

2.1.5. Tempat Tumbuh dan Penyebaran

(31)

2.1.6. Kandungan Tanaman

Tanaman sirsak mengandung saponin, flavonoid, tanin, kalsium, fosfor vitamin (A, B, C), Fitosterol, ca-oksalat, dan alkaloid murisine (Mangan, 2009).

Daun, batang, kulit batang dan biji sirsak mengandung senyawa-senyawa asetogenin, antara lain anokatalin, anoheksoin, anomonisin, dan anomontasin yang memiliki kerja antitumor dan toksisitas selektif sel-sel kanker (Latief, 2012).

2.1.7. Kegunaan Tanaman

Kegunaan daun sirsak diketahui dapat menyembuhkan penyakit kanker, caranya dengan merebus 10 lembar daun sirsak yang berwarna hijau tua kedalam 3 gelas air dan direbus hingga airnya tinggal 1 gelas saja. Air rebusan diminumkan kepada penderitanya 2 kali sehari. Setelah diminum, badan pasien terasa panas, mirip dengan efek kemoterapi, bahkan lebih hebat lagi karena rebusan daun sirsak hanya membunuh sel-sel yang tumbuh abnormal dan membiarkan sel-sel yang tumbuh normal. Sedangkan kemoterapi masih ada efek membunuh juga sebagian sel-sel yang normal. Selain itu, tanaman sirsak juga dimanfaatkan untuk pengobatan demam, diare, anti kejang, anti jamur, anti parasit, anti mikroba, sakit pinggang, asam urat, gatal-gatal, bisul, flu, dan lain-lain (Mardiana, 2011).

2.2. Tijauan Tentang Annonaceous acetogenin

Annonaceous acetogenin hanya ditemukan pada keluarga

(32)

fitokimia yang mengandung poliketida. Kebanyakan acetogenin adalah derivat rantai panjang asam lemak (C32 atau C34) dan asam terminal carboxylicyang dikombinasi dengan 2 unit propanololpada posisi C2 untuk membentuk methylsubstituted α,β-unsaturated-γ-25 lactone (Kojima, 2009). Salah satu struktur yang menarik adalah tetrahydrofuran (THF) atau

tetrahydropyran (THP).

Gambar 2.2. Struktur Annonaceous acetogenin

Dikutip dari : American Chemical Society and American Society of Pharmacognosy

(33)

Efek sitotoksik dan anti kanker dari acetogenins memiliki beberapa mekanisme yaitu, 1). Menghambat oksidase dari NADH di membran plasmapada selkanker. Enzim ini hanya di ekspresi pada sel normal yang sehat. Dengan menghambat enzim ini ATP selular akan menurun. 2). Menghambat komplek I (NADH : ubiquimone oxidoreduktase) dalam sistem transport elektron di mitokondria, menghambat fosforilasi oksidasi dan menghasilkan kadar ATP yang rendah, sehingga menghambat pertumbuhan sel kanker. 3). Menghambat sel kanker yang multidrug

resistant. Meningkatkan ekspresi dari pompa plasma membran,

P-glycoprotein, adalah kontributor terhadap multidrug resistant. Pompa meningkatkan eliminasi dari kandungan anti kanker sebelum kandungan tersebut dapat berefek terhadap sel kanker. Dua tempat ATP berikatan pada intraselular ditemukan pada P-glycoprotein, dan aktivitas pompa membutuhkan ATP. Acetogenin, lewat penurunan ATP, dapat menurunkan aktivitas atau mematikan pompa P-glycoprotein. 4).sel kanker pada fase S dari siklus selnya lebih rentan terhadap acetogenin annonacin. Annonacin mampu mengistirahatkan siklus sel pada fase G1 dan menghambat progresi fase S. Sebagai tambahan p53 dan p21 ditingkatkan oleh annonacin (Raintree Nutrition, 2004). Pada studi in vitro telah diketahui bahwa acetogeninyang di isolasi dari daun sirsak berguna melawan berbagai sel, yaitu human hepatoma hep G, prostate adenocarcinoma PC-3, pancreatic

carcinoma PACA-2, murine leukemia L1210 dan P388 leukemia, human

breast adenocarcinoma MDA-MB231 dan carcinoma MCF-7, human lung

(34)

2.3. Tinjauan Tentang Simplisia dan Ekstrak 2.3.1. Definisi Simplisia

Simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia nabati adalah simplisia berupa tumbuhan utuh, bagian tanaman atau eksudat tumbuhan (Depkes RI, 2000).

2.3.2. Definisi Ekstrak

Esktrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan.

Ekstrak cair adalah sediaan dari simplisia nabati yang mengandung etanol sebagai pelarut atau sebagai pengawet. Jika tidak dinyatakan lain pada masing-masing monografi, tiap ml ekstrak mengandung senyawa aktif dari 1 g simplisia yang memenuhi syarat (Depkes RI, 2000).

2.3.3. Definisi Ekstraksi

(35)

menjadi larutan ekstrak. Ekstraksi padat-cair dipengaruhi oleh waktu ekstraksi, suhu yang digunakan, pengadukan, dan banyaknya pelarut yang digunakan (Harborne, 1987).

2.3.4. Metode Ekstraksi 2.3.4.1. Maserasi

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan. (Depkes RI, 2000)

Menurut Harborne (1987), metode maserasi digunakan untuk mengekstrak jaringan tanaman yang belum diketahui kandungan senyawanya yang kemungkinan bersifat tidak tahan panas sehingga kerusakan komponen tersebut dapat dihindari. Kekurangan dari metode ini adalah waktu yang relatif lama dan membutuhkan banyak pelarut. Ekstraksi dengan metode maserasi menggunakan prinsip kelarutan. Prinsip kelarutan adalah like dissolve like, yaitu (1) pelarut polar akan melarutkan senyawa polar, demikian juga sebaliknya pelarut nonpolar akan melarutkan senyawa nonpolar, (2) pelarut organik akan melarutkan senyawa organik.

2.3.4.2. Perkolasi

(36)

tetap terendam. Filtrat dipindahkan ke dalam bejana, ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada tempat terlindung dari cahaya.

2.3.4.3. Destilasi Uap

Destilasi uap adalah ekstraksi senyawa kandungan menguap (minyak atsiri) dari bahan (segar atau simplisia) dengan uap air berdasarkan peristiwa tekanan parsial senyawa kandungan menguap dengan fase uap air dan ketel secara kontinu sampai sempurna dan diakhiri dengan kondensasi fase uap campuran (senyawa kandungan menguap ikut terdestilasi) menjadi destilat air bersama senyawa kandungan yang memisah sempurna atau memisah sebagian. (Depkes RI, 2000)

2.3.4.4. Soxhletasi

(37)

gelap, dan akan menjadi semakin jernih dimana bahan tanaman telah tercuci dan proses ekstraksi berakhir.

2.4. Tinjauan Tentang Skrining Fitokimia

Skrining fitokimia merupakan penelitian pendahuluan yang bertujuan untuk mengetahui golongan senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman, yang biasanya mempunyai aktifitas biologis, secara tepat dan teliti (Fong, 1990; Zaini dan Indrayanto, 1978). Pendekatan secara penapisan fitokimia meliputi analisis kualitatif kandungan dalam tumbuhan atau bagian tumbuhan (akar, batang, daun, bunga, buah dan biji) terutama kandungan metabolit sekunder yang merupakan senyawa bioaktif seperti alkaloid, flavonoid, glikosida, terpenoid, saponin, tanin dan polifenol.

2.5. Tinjauan Tentang Kanker 2.5.1. Definisi Kanker

Kanker adalah penyakit yang ditandai dengan mekanisme tidak normal dan tidak terkontrol yang mengatur kelangsungan hidup, proliferasi dan diferensiasi sel. Sel yang telah mengalami transformasi neoplastik biasanya mengekspresikan antigen permukaan sel yang dapat menunjukkan kelainan kromosom secara kualitatif atau kuantitatif.

(38)

mengakibatkan kematian, kecuali neoplasma dapat diberantas dengan pengobatan. (Katzung et al., 2009)

2.5.2. Epidemiologi, Etiologi dan Patofisiologi 2.5.2.1. Kanker Payudara

Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang mempunyai prevalensi cukup tinggi. Kanker payudara dapat terjadi pada pria maupun wanita, hanya saja prevalensi pada wanita jauh lebih tinggi. Diperkirakan pada tahun 2006 di Amerika, terdapat 212.920 kasus baru kanker payudara pada wanita dan 1.720 kasus baru pada pria, dengan 40.970 kasus kematian pada wanita dan 460 kasus kematian pada pria (Anonim, 2006). Di Indonesia, kanker payudara menempati urutan ke dua setelah kanker leher rahim (Tjindarbumi, 1995). Kejadian kanker payudara di Indonesia sebesar 11% dari seluruh kejadian kanker (Siswono, 2003).

(39)

2.5.2.2. Kanker Kolon

Kanker kolon adalah ketiga yang paling umum didiagnosis pada laki-laki dan perempuan di Asia Tenggara, dengan 68.811 kasus kanker baru dan 44.280 kematian diperkirakan telah terjadi pada tahun 2008. Indonesia menduduki peringkat ke empat tertinggi setelah Singapura, Brunei, dan Malaysia. Peningkatan tingkat kanker kolorektal dianggap mencerminkan perubahan dalam pola diet, obesitas, dan tingkat merokok, sering terlihat pada tingkat ekonomi negara. (Kimman et al., 2012)

Kanker kolon stadium awal biasanya tidak mempunyai gejala. Gejala yang muncul pada stadium lebih lanjut yang mungkin terjadi adalah pendarahan pada rektum, pendarahan saat buang air besar, perubahan kebiasaan usus, kram pada perut bagian bawah. Faktor resiko dari kanker kolon adalah keturunan (kurang dari 10% kanker kolon disebabkan oleh keturunan mutasi gen), riwayat polip kolon, inflamasi usus, obesitas, kurang aktivitas fisik, konsumsi makanan berlemak, rokok dan konsumsi alkohol. (American Cancer Society, 2008)

2.5.2.3. Kanker Serviks

(40)

Ada dua tipe kanker serviks : kanker sel squamosa dan adenokarsinoma. Kurang lebih 90% kanker serviks adalah kanker sel squamosa pada permukaan eksoserviks. Jenis kedua adalah adenokarsinoma, yang berkembang dari mukosa yang memproduksi sel glandular dari endoserviks.

Faktor resiko dari kanker serviks antara lain adalah infeksi Human Papilloma Virus (HPV), rokok, immunosuppression, infeksi bakteri klamidia, konsumsi makanan rendah sayur, penggunaan kontrasepsi oral, kehamilan di usia dini, kehamilan berulang dalam jangka waktu yang singkat, penggunaan dietilstilbestrol (hormon yang digunakan untuk mencegah keguguran), kemiskinan, dan riwayat keluarga dengan kanker serviks.

Penderita dengan kanker serviks stadium awal biasanya tidak memiliki gejala kelainan sampai kanker menjadi infasif dan tumbuh berkembang di jaringan. Dalam hal ini gejala yang mungkin timbul adalah pendarahan tidak normal dari vagina (biasanya setelah berhubungan seksual) dan rasa sakit saat berhubungan seksual. (American Cancer Society, 2008)

2.5.2.4. Kanker Nasofaring

(41)

Penderita karsinoma nasofaring lebih sering dijumpai pada pria disbanding pada wanita dengan rasio 2-3 : 1. Penyakit ini ditemukan terutama pada usia yang masih produktif ( 30-60 tahun ), dengan usia terbanyak adalah 40-50 tahun.

Penanggulangan karsinoma nasofaring sampai saat ini masih merupakan suatu problem, hal ini karena etiologi yang masih belum pasti, gejala dini yang tidak khas serta letak nasofaring yang tersembunyi, sehingga diagnosis sering terlambat. Pada stadium dini, radioterapi masih merupakan pengobatan pilihan yang dapat diberikan secara tunggal dan memberikan angka kesembuhan yang cukup tinggi. Pada stadium lanjut, diperlukan terapi tambahan kemoterapi yang dikombinasikan dengan radioterapi. (Soetjipto, 1989)

2.5.3. Macam-Macam Sel Kanker yang Digunakan 2.5.3.1. Sel Kanker Payudara (T47D)

Sel T47D merupakan continous cell line yang diisolasi dari jaringan tumor duktal payudara seorang wanita berusia 54 tahun (Burdall et al., 2003). Sel T47D memiliki morfologi seperti sel epitel. (Abcam, 2007). Sel kanker payudara T47D mengekspresikan protein p53 yang termutasi (Schafer et al., 2000). Induksi estrogen dan eksogen mengakibatkan peningkatan proliferasinya (Verma et al., 1998).

2.5.3.2. Sel Kanker Kolon (WiDr)

(42)

mudah dalam pengkulturan dan perlakuan (Djajanegara, 2008). Sel WiDr memerlukan rentang waktu sekitar 15 jam untuk dapat menyelesaikan 1 daur sel. Salah satu karakteristik dari sel WiDr ini ialah ekspresi siklooksigenase -2 (COX-2) yang tinggi yang memicu proliferasi sel WiDr (Palozza et al., 2005).

2.5.3.3. Sel Kanker Serviks (HeLa)

Sel HeLa merupakan continous cell lines yang tumbuh sebagai sel yang semi melekat. Sel HeLa diturunkan dari sel epitel kanker leher rahim (serviks) manusia. Sel ini diisolasi sejak tahun 1951 dari rahim wanita pertama penderita kanker leher rahim, berasal dari Baltimore, USA yang bernama Henrietta Lack yang saat itu berusia 31 tahun (Padmi, 2008). Sel HeLa merupakan sel kanker leher rahim akibat infeksi Human Papillomavirus (HPV 18) sehingga mempunyai sifat yang berbeda dengan sel leher rahim normal (Goodwin et al., 2000).

2.5.3.4. Sel Kanker Nasofaring (Raji)

(43)

2.6. Tinjauan Tentang Uji Sitotoksisitas Secara In Vitro

Uji in vitro kemo-resisten dan kemo-sensitivitas telah dikembangkan untuk memberikan informasi tentang karakteristik keganasan individual pasien untuk memprediksi respon potensi kanker mereka terhadap obat spesifik. Metode uji in vitro memberikan beberapa keuntungan, antara lain dapat digunakan sebagai langkah awal dalam pengembangan suatu obat, merupakan metode yang cepat, hanya memerlukan sedikit senyawa yang digunakan dalam pengujian, secara drastis dapat mengurangi penggunaan hewan laboratorium dan untuk beberapa tujuan penggunaan kultur selprimer dari bermacam-macam organ target (hati, paru-paru, ginjal, kulit, SSP) dapat memberikan informasi tentang potensi efeknya pada sel target manusia secara langsung (Doyle dan Griffiths, 2000).

Uji sitotoksisitas adalah uji in vitro yang menggunakan kultur sel yang digunakan untuk mendeteksi adanya aktivitas anti neoplasmatik dari suatu senyawa. Penggunaan uji sitotoksisitas pada suatu sel merupakan salah satu cara penetapan in vitro untuk mendapatkan obat - obat yang sitotoksik. Sistem ini merupakan uji kualitatif dengan cara menetapkan kematian sel. Akhir dari uji sitotoksik dapat memberikan informasi konsentrasi obat yang masih memungkinkan sel mampu bertahan hidup (Doyle and Griffiths, 2000).

(44)

Metode uji sitotoksik yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode MTT, dimana prinsip kerjanya adalah terjadinya reduksi garam kuning tetrazolium MTT oleh sistem reduktase. Suksinat tetrazolium yang termasuk dalam rantai respirasi dalam mitokondria sel-sel yang hidup membentuk kristal formazan berwana ungu dan tidak larut air. Penambahan

(45)

Gambar 3.1. Skema Kerangka Konseptual

Kanker

Terapi Farmakologik Terapi Non Farmakologik

Sel HeLa Sel T47D Sel WiDr Sel Raji

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1. Alur Kerangka Konseptual Penelitian

Pengobatan Tradisional

Menyebabkan banyak efek samping

Ekstrak etanol biji sirsak (Annona muricata Linn.) mempunyai aktivitas antikanker terhadap sel kanker HeLa, T47D, WiDr, dan Raji secara in vitro.

Data WHO tahun 2010 menunjukkan kanker merupakan penyebab kematian nomer dua setelah penyakit kardiovaskular. Dan menempati urutan keenam penyebab kematian terbesar di Indonesia

Pengobatan Modern

Konsumsi makanan sehat dan bergizi, konsumsi buah dan sayur, hindari rokok dan alkohol, olahraga teratur

Terdapat senyawa bioaktif yang berasal dari tanaman sirsak

Annonaceous acetogenins yang telah lama diteliti dan terbukti bersifat antikanker (Taylor, 2002).

(46)

3.2. Uraian Kerangka Konseptual Penelitian

Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2010 menunjukkan kanker merupakan penyebab kematian nomor dua setelah penyakit kardiovaskuler. Sedangkan berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, kanker menempati urutan keenam penyebab kematian terbesar di Indonesia dengan kanker payudara 30% dan kanker leher rahim atau kanker serviks 24% mendominasi (Anonim, 2012).

Kanker adalah penyakit yang ditandai dengan mekanisme tidak normal dan tidak terkontrol yang mengatur kelangsungan hidup, proliferasi dan diferensiasi sel. Kanker dapat disebabkan oleh faktor eksternal (tembakau rokok, bahan kimia, radiasi, dan infeksi organisme) dan faktor internal (mutasi turunan, hormon, kondisi imun, dan mutasi yang terjadi dari metabolisme) (Blecher, 2008).

(47)

selektif serta sedikitnya sifat toksisitas pada jaringan yang sehat (Ibrahim dan Wahid, 2010; Castroa et al, 2010).

Tumbuhan, telah lama kita ketahui merupakan sumber yang sangat penting dalam upaya mempertahankan kesehatan masyarakat. Catatan dari badan kesehatan dunia (WHO), 80% penduduk dunia masih menggantungkan hidup sehat pada penggunaan obat tradisional yang berasal dari tumbuhan dan 25% dari obat-obat modern yang beredar di dunia berasal dari bahan aktif yang diisolasi dan dikembangkan dari tumbuhan sampai saat ini. Dan adanya gerakan back to nature atau gerakan hidup sehat dengan kembali ke alam sangat mendorong ke arah penggunaan tanaman sebagai bahan obat, kosmetik, pestisida, ataupun kebutuhan keluarga lainnya (Kardinan, 2003).

Salah satu tumbuhan yang sering digunakan secara tradisional sebagai obat antikanker adalah sirsak (Annona muricata Linn). Senyawa bioaktif yang berasal dari tanaman sirsak Annonaceous acetogenins telah lama diteliti dan terbukti bersifat antikanker, selain itu juga bersifat antiparasit, insektisida, anticacing, antibakteri, dan antivirus (Taylor, 2002). Berdasarkan Nasional Cancer Institute dan atau Nasional Institute of Health

(NIH), annonaceous acetogenins dapat secara selektif menghambat

pertumbuhansel kanker dan juga menghambat pertumbuhan sel tumor yang resisten terhadapkemoterapi contohnya adriamycin (Taylor, 2002).

(48)

itu, berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan oleh Oberlies et al (1997) dan Liaw et al (2002), menyebutkan bahwa acetogenins sangat ampuh menghambat pertumbuhan sel kanker dan membunuh sel-sel kanker yang tahan terhadap obat multi drug resistant secara selektif. Acetogenins mampu menutup pompa antar-sel sehingga dapat membunuh tumor yang tahan terhadap obat.

Berdasarkan data di atas diketahui biji sirsak (Annona muricata

Linn.) yang mengandung Annonaceus acetogenins memiliki aktivitas antikanker dengan mekanisme menghambat jalur metabolisme sel kanker. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan uji aktivitas antikanker ekstrak biji sirsak terhadap sel kanker payudara (T47D), kolon (WiDr), serviks (HeLa) dan nasofaring (Raji) secara in vitro

3.3. Hipotesis

Ekstrak etanol biji sirsak (Annona muricata Linn.) mempunyai aktivitas antikanker terhadap sel kanker HeLa, T47D, WiDr, dan Raji secara

(49)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Bahan, Alat dan Kultur Sel 4.1.1. Bahan Tanaman

Pada penelitian ini digunakan biji sirsak (Annona

muricata Linn.) yang didapat dari Kecamatan Kepohbaru,

Kabupaten Bojonegoro. Biji sirsak tersebut diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96%, kemudian pelarut diuapkan dengan rotavapour.

4.1.2. Bahan Kimia dan Bahan Lain

Etanol 96% sebagai pelarut pengekstraksi, Media

Rosewell Park Memorial Institute (RPMI) Gibeo , Fetal Bovine

Serum (FBS) Sigma, Penisilin – sterptomisin Sigma, Amfoterizin

B Sigma, Dimethyl sulfoxide (DMSO), tripsin-EDTA Sigma (tripsin 0,25%), Tripan Blue Sigma, 3-(4,5-dimetiltiazol-2-il) difenil tetrazolium bromida (MTT) Sigma, Sodium Duodecyl Suphate (SDS) dan Phosphat Buffer Saline (PBS) Invitrogen.

4.1.3. Kultur Sel Kanker

(50)

4.1.4. Alat

Horizontal LAF (Laminar Air Flow) Mascotte Model

LH-S, Direct Reading Micro Balance SIMADZU Type LM-20,

inkubator CO2 New Brunswick Type Galaxy 170R (37°C, 95%

kelembaban udara dan 5% CO2), sentrifugator Hermle Type Z 206

A, hemasitometer Assistent, mikroskop inverted Olympus Type CKX41, 96-well plate Corning dan ELISA reader Robonik.

4.2. Rancangan Penelitian

4.2.1. Pembuatan Simplisia Biji Sirsak

Biji sirsak dicuci bersih terlebih dahulu. Lalu ditiriskan, kemudian ditumbuk hingga menjadi serbuk halus. Serbuk halus biji sirsak kemudian dikeringkan dengan cara diangin-anginkan di tempat terbuka dengan suhu ruang hingga benar-benar kering.

4.2.2. Pembuatan Ekstrak Biji Sirsak

(51)

4.2.3. Pengujian Skrining fitokimia 4.2.3.1. Golongan Alkaloid

1. Reaksi Pengendapan

Ekstrak yang setara dengan 20 gram bahan ditambahkan 10 ml HCl 2N kemudian dipanaskan di atas penangas air selama 2 – 3 menit. Setelah dingin ditambahkan NaCl untuk mengendapkan protein yang dapat memberikan reaksi positif palsu, lalu filtrat disaring, kemudian ditambahkan HCl 2N sampai 10 ml. Filtrat digunakan untuk petunjuk adanya alkaloid dengan penambahan pereaksi pengendapan. Pereaksi yang digunakan antara lain Meyer dan Wagner. Ekstrak mengandung alkaloid bila timbul endapan setelah ditambah dengan pereaksi tersebut. (Fong, 1990; Zaini dan Indrayanto 1978)

2. Kromatografi Lapis Tipis

Filtrat ditambah NH4OH 28% sampai alkalis, diekstraksi

dengan 10 ml CHCl3. Fase CHCl3 ditambah dengan NaSO4

eksikatus, disaring, kemudian diuapkan sampai 1 ml. Ekstrak ditotolkan.

Fase Diam : Kiesel Gel GF 254

Fase gerak : aseton : air : ammonia (40 : 7 : 3) Penampak noda : pereaksi Dragendorf

(52)

4.2.3.2. Golongan Glikosida Saponin 1. Uji Buih

Uji buih saponin

Ekstrak setara 2 gram bahan dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian dikocok kuat - kuat dengan air suling 10 ml. Buih yang timbul diukur. Positif bila terjadi buih setinggi 3 cm di atas permukaan cairan, stabil selama 30 menit. (Fong, 1990; Zaini dan Indrayanto 1978)

2. Reaksi Warna

Ekstrak yang setara 10 gram bahan, diuapkan di atas penangas air sampai kering. Setelah dingin dikocok dengan 10 ml n-heksan. Kemudian didekantir dan filtrat dibuang. Diulang sampai n-heksan tidak berwarna. Residu ditambah 10 ml CHCl3,

kemudian digojok selama 5 menit, didekantir dalam tabung reaksi yang berisi 100 mg NaSO4 anhidrat, saring. Filtrat dibagi 3 (A, B,

C). (Fong, 1990; Zaini dan Indrayanto 1978) Uji Liebermann-Burchard

A sebagai blanko, B ditambah 3 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat, kemudian dikocok pelan. Hasil positif bila terjadi perubahan warna hijau - biru untuk saponin steroid, merah - ungu untuk saponin triterpenoid dan kuning muda untuk saponin jenuh. (Fong, 1990; Zaini dan Indrayanto 1978) Uji Salkowski

A sebagai blanko, C ditambah 1-2 ml H2SO4 pekat

(53)

3. Identifikasi Sapogenin

Ekstrak yang mengandung 10 gram bahan ditambah 5 ml HCl 2 N, dididihkan dan ditutup dengan corong berisi kapas basah selama 2 jam untuk menghidrolisis saponin. Setelah dingin, dinetralkan dengan ammonia, kemudian diekstraksi dengan 3 ml n-heksana sebanyak tiga kali, lalu diuapkan sampai tinggal 0,5 ml, ditotolkan pada pelat KLT.

Fase diam : Kiesel Gel GF 254

Fase Gerak : n-heksana – etil asetat (4 : 1) Penampak noda : Anisaldehida asam sulfat

Adanya sapogenin ditunjukkan dengan terjadinya warna merah ungu (ungu)

4. Identifikasi Terpen / Steroid bebas secara KLT

Ekstrak yang mengandung 10 gram bahan ditambah dengan n-heksana, diaduk sampai larut, ditotolkan pada fase diam kemudian dieluasi dengan n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan (4 : 1). Penampak noda menggunakan anisaldehida asam sulfat. Langkah ini untuk identifikasi adanya steroid atau triterpenoid bebas. Positif bila terjadi noda warna merah-ungu setelah plat KLT dipanaskan di atas hot plate. (Fong, 1990; Zaini dan Indrayanto 1978)

4.2.3.3. Golongan Flavonoid 1. Reaksi Warna

(54)

dengan n-heksan sampai cairan tidak berwarna. Residu ditambah 2 ml etanol 80%, disaring, filtrate dibagi 4 (A, B, C, D).

Uji Bate – Smith & Metcalf

A sebagai blanko, B ditambah 0,5 ml HCl pekat, kemudian dipanaskan selama 15 menit di atas penangas air. Positif bila terjadi warna merah terang atau ungu (leukoantosianin). (Fong, 1990; Zaini dan Indrayanto 1978)

Uji Wilstater

A sebagai blanko, C ditambah 0,5 ml HCl pekat dan 4 potong magnesium. Diamati warna yang terjadi, diencerkan dengan air suling kemudian ditambah 1 ml butanol. Diamati warna yang terjadi pada setiap lapisan. Perubahan warna merah jingga menunjukkan adanya flavon, merah pucat menunjukkan adanya flavonol dan merah tua menunjukkan adanya flavonon. (Fong, 1990; Zaini dan Indrayanto 1978)

2. Kromatografi Lapis Tipis D ditotolkan pada fase diam.

Fase diam : Kiesel Gel GF 254

Fase gerak : butanol : asam asetat glasial : air (4:1:5) Penampak noda : pereaksi sitrat borat atau CeSO4 atau uap

ammonia

Adanya flavonoid ditunjukkan dengan adanya noda kuning terang, coklat lemah, kuning hijau, merah jingga. Bila disemprot dengan CeSO4 akan timbul warna oranye sampai coklat atau bila dialiri

(55)

4.2.3.4. Golongan Tanin dan Polifenol

Ekstrak yang setara dengan 10 gram bahan, diuapkan di atas penangas air sampai kering. Setelah dingin ditambah 20 ml air suling panas, dikocok sampai homogen kemudian ditambah 5 tetes NaCl 10 % untuk mengendapkan zat – zat lain, kemudian disaring. Filtrat dibagi menjadi 3 bagian (A, B, C).

Uji Gelatin

Filtrat A sebagai blanko, B ditambah larutan gelatin 1%, lalu ditambah NaCl 10%. Jika terdapat endapan menunjukkan adanya tanin. (Fong, 1990; Zaini dan Indrayanto 1978).

Uji Ferri klorida

Filtrat C ditambah pereaksi ferri klorida. Diamati terjadinya perubahan warna. Bila timbul warna biru – hitam, hijau – biru, hijau – hitam menunjukkan adanya polifenol.

4.2.3.5. Golongan Antrakuinon 1. Reaksi warna

Uji Borntrager

Ekstrak yang setara dengan 10 gram bahan, diuapkan sampai kering. Setelah dingin, ditambahkan 10 ml air suling, kemudian disaring, filtrat diekstraksi dengan toluena 5 ml dalam corong pisah dua kali. Fase toluena diambil kemudian dibagi dua (A, B). A sebagai blanko, B ditambah 5 ml ammonia, kemudian dikocok. Positif bila terjadi warna merah pada lapisan alkali. (Fong, 1990; Zaini dan Indrayanto 1978)

(56)

Ekstrak yang setara dengan 1 gram bahan, diuapkan di atas penangas air sampai kering. Setelah dingin ditambah 10 ml KOH0,5 N dan 1 ml H2O2 encer, dipanaskan di atas penangas air

selama 10 menit kemudian disaring. Filtrat ditambah asam asetat glasial. Diekstraksi dengan toluena dua kali masing – masing 5 ml. Fase toluena diambil, dibagi dua (A, B). A sebagai blanko, B ditambah 2 – 5 ml larutan ammonia. Positif jika terjadi warna merah pada lapisan alkali. (Fong, 1990; Zaini dan Indrayanto 1978)

2. Kromatografi Lapis Tipis

Fase diam : Kiesel Gel GF 254

Fase gerak : kloroform : etil asetat : asam asetat glasial (75 : 24 : 1)

Penampak noda : larutan KOH 10% dalam metanol

Positif jika noda kuning, kuning - coklat, merah - ungu, hijau - ungu (Harbone, 1987)

4.2.4. Pengujian Sitotoksisitas Secara In Vitro

4.2.4.1. Pembuatan Media Kultur Lengkap

(57)

RPMI ad 100 ml. Beri penandaan pada botol berupa nama media dan tanggal pembuatan media kultur lengkap.

4.2.4.2. Penumbuhan Sel

Sel apabila tidak digunakan dalam penelitian disimpan dalam tangki nitrogen cair untuk waktu penyimpanan yang lama, atau disimpan dalam suhu -80˚ C untuk peyimpanan selama 2-3 bulan. Sel ditumbuhkan kembali dalam media saat akan digunakan dalam uji in vitro. Penumbuhan sel dilakukan dengan cara menyiapkan alikuot media kultur yang sesuai untuk sel, yaitu 3 ml media kultur dalam conical tube steril. Ampul (cryo tube) yang berisi suspensi sel diambil dari tangki nitrogen cair dan dicairkan pada suhu kamar hingga tepat mencair. Suspensi sel diambil dengan mikropipet 1 ml (blue tip), dimasukkan tetes demi tetes ke dalam media kultur yang telah disiapkan. Menutup Conical tube

dengan rapat, kemudian disentrifus pada 600 gram selama 5 menit. Pengerjaan kembali dilakukan di dalam LAF, conical tube dan tangan disemprot dengan alkohol 70%. Conical tube dibuka, lalu dituang supernatan media kultur ke dalam pembuangan. Media kultur baru ditambahkan sebanyak 4 ml, sel diresuspensi kembali hingga homogen. Suspensi sel kemudian di transfer ke dalam flask, ditambahkan lagi 5 ml media kultur baru. Kondisi sel diamati dengan mikroskop dan flask disimpan ke dalam inkubator CO2.

4.2.4.3. Penggantian Media Sel

(58)

pertumbuhan sel. Guna mencapai kondisi sel yang pertumbuhannya optimum diperlukan penggantian media pertumbuhan.

Penggantian media pertumbuhan dilakukan dengan cara membuang media yang lama secara perlahan menggunakan mikropipet. Ditambahkan PBS sebanyak 3 ml ke dalam flask, lalu digoyang-goyangkan ke kanan dan ke kiri untuk mencuci sel. PBS dibuang dengan mikropipet. Media kultur sebanyak 5 ml di tuang ke dalam flask yang berisi sel, lalu dihomogenkan. Kondisi dan jumlah sel diamati secara kualitatif pada mikroskop inverted, diinkubasi semalam dan keadaan sel diamati keesokan harinya. Media kultur diganti bila sudah berwarna merah pucat.

4.2.4.4. Panen Sel

Kultur sel yang telah membentuk monolayer konfluen 80% mulai dapat digunakan untuk pengujian atau disubkultur. Proses pengambilan sel yang telah konfluen disebut panen sel. Poin utama dari panen sel adalah melepaskan ikatan antar sel dan ikatan sel dengan matrik tanpa merusak sel itu sendiri.

(59)

menginaktifkan tripsin. Resuspensi sel dengan mikropipet. Kemudian dipindahkan ke dalam conical tube lalu disentrifuge.

Conical tube dibuka lalu media dibuang menggunakan mikropipet.

Media kultur baru ditambahkan ke dalam conical tube sebanyak 10 ml.

4.2.4.5. Perhitungan Sel

Perhitungan sel dapat dilakukan dengan hemositometer di bawah mikroskop. Mula-mula panenan sel diambil 50 µl di transfer ke dalam eppendorf dan ditambahkan 50 µl tripan blue. Dari campuran tersebut diambil 10 µl sel dengan mikropipet untuk dimasukkan ke dalam hemositometer. Sel dihitung di bawah mikroskop inverted. Sisa sel pada conical dilakukan

cryopreservation, atau dilakukan sub kultur. Untuk sel yang akan

ditanam (untuk perlakuan) dilakukan transfer sejumlah sel yang diperlukan ke dalam conical yang lain, ditambahkan media kultur sesuai dengan konsentrasi yang dikehendaki.

Berikut cara perhitungan sel,

a. Sel dihitung pada 4 kamar hemasitometer. Sel yang biru (mati) dan sel yang berada dibatas luar sebelah atas dan sebelah kanan tidak ikut dihitung.

b. Dilakukan perhitungan jumlah sel per mL dengan rumus berikut,

Jumlah sel terhitung / mL =

∑ sel kamar A + ∑ sel kamar B + ∑ sel kamar C + ∑ sel kamar D x 104

(60)

c. Dihitung jumlah total sel yang digunakan, semisal untuk menanam sel pada tiap sumuran 96-well plate maka jumlah total sel yang diperlukan adalah 5x103 / sumuran x

100 sumuran (dilebihkan) = 5 x 105

Volume panenan sel yang diperlukan dihitung pula, Volume panenan sel yang ditransfer =

Jumlah total sel yang diperlukan Jumlah sel terhitung / mL

d. Volume panenan sel yang ditransfer diambil kemudian ditambahkan media kultur hingga total volume yang diperlukan. Volume yang diperlukan untuk menanam sel ialah tiap sumuran diisi 100 μl media kultur berisi sel, maka 100 μl x 100 sumuran = 10 mL.

4.2.4.6. Preparasi Sampel

Ditimbang sampel ekstrak sebanyak 10,0 mg di dalam eppendorf selanjutnya ditambahkan 50 μl DMSO dan coba larutkan dengan bantuan vortex. Jika belum larut, dapat ditambahkan 50 μl DMSO lagi dan larutkan kembali. Kemudian dibuat seri kadar sampel dengan pengenceran stok dalam DMSO menggunakan media kultur sebanyak 7 seri konsentrasi 250, 150, 100, 50, 10, 2, 0,4 µg/mL (ppm), dan setiap perlakuan dibuat triplo (tiga replikasi).

4.2.4.7. Tahapan Pengujian

(61)

tiap sumuran dibutuhkan 5 x 103 sel. Sel diinkubasi dalam incubator

selama semalaman, keesokan harinya dilakukan dokumentasi. Apabila keadaan sel sudah normal kembali, ditambahkan seri kadar konsentrasi yang telah dibuat. Sel diiinkubasi kembali dengan inkubator semalaman. Menjelang akhir inkubasi dilakukan dokumentasi. Kemudian ditambahkan reagen MTT ke dalam masing-masing sumuran sejumlah 100μl / sumuran. Diinkubasi dalam inkubator selama 2-4 jam, diamati dengan mikroskop. Apabila sudah terbentuk kristal formazan, dilakukan dokumentasi dan ditambahkan SDS stopper dalam masing-masing sumuran sebanyak 100μl. Plate dibungkus menggunakan aluminium foil, diinkubasi di tempat gelap pada suhu kamar selama semalam. Keesokan harinya diamati absorbansi masing-masing sumuran dengan ELISA reader dengan λ 595 nm. Pada percobaan diperoleh absorbansi 3 macam kontrol dan senyawa uji meliputi :

a. Kontrol sel berisi media kultur + sel, tanpa bahan uji (sebagai kontrol positif)

b. Kontrol media berisi media kultur, tanpa sel (sebagai kontrol negatif)

c. Kontrol pelarut berisi media kultur + sel + DMSO dengan konsentrasi terbesar pada seri konsentrasi (% DMSO terbesar dilihat dari konsentrasi DMSO dalam seri konsentrasi sampel yang paling pekat)

(62)

4.3. Analisis Data

Berdasarkan nilai absorbansi yang diperoleh dilakukan penentuan persentase sel hidup menggunakan rumus :

Persentase sel hidup =

(Absorbansi perlakuan – Absorbansi kontrol media) x 100%

(Absorbansi kontrol sel – Absorbansi kontrol media)

(63)
(64)

4.4. Kerangka Operasional

96 % secara maserasi (re-maserasi 4x)

Eluen diuapkan (Rotavapor)

(65)

BAB V HASIL PENELITIAN

5.1. Hasil Ekstraksi Biji Sirsak

Dilakukan pembuatan ekstrak biji sirsak dari 250 gram simplisia biji sirsak kemudian dimaserasi dengan 500 ml etanol diulang sebanyak 3 kali. Kemudian pelarut diuapkan dengan rotavapor hingga diperoleh 13, 546 gram.

5.2. Hasil Skrining Fitokimia

Dari skrining fitokimia ekstrak etanol biji dari tanaman Annona mmuricata Linn. diperoleh hasil sebagai berikut :

5.2.1. Golongan Alkaloid 1. Reaksi Pengendapan

Didapatkan hasil positif untuk untuk ekstrak etanol biji sirsak. Hasil positif ditunjukkan dengan timbulnya endapan setelah ditambah dengan pereaksi Mayer dan Wagner.

2. Kromatografi Lapis Tipis

(66)

Keterangan :

Fase gerak : aseton : air : amonia (8 : 1,4 : 0,6) Penampak noda : pereaksi Dragendorf

5.2.2. Golongan Glikosida Saponin 1. Uji Buih

Pada uji buih didapatkan hasil positif untuk ekstrak etanol biji sirsak, buih terjadi setinggi 1 cm dan stabil selama 30 menit. 2. Reaksi Warna

Pada uji Liebermann-Burchard didapatkan hasil negatif. Sedangkan pada uji Salkowski didapatkan hasil positif, yaitu adanya cincin warna merah setelah penambahan asam sulfat pekat.

(67)

3. Kromatografi Lapis Tipis

Identifikasi sapogenin secara KLT memberikan hasil positif untuk ekstrak etanol biji sirsak. Setelah disemprot dengan anisaldehid asam sulfat terjadi noda warna merah ungu. Pada identifikasi terpen / steroid bebas secara KLT juga didapatkan hasil positif. Setelah disemprot dengan anisaldehid asam sulfat terjadi noda warna merah ungu.

Keterangan :

Fase gerak : n-heksan : etil asetat (4 : 1) Penampak noda : anisaldehid asam sulfat

Gambar 5.2. (a) Hasil uji KLT senyawa terpen / steroid bebas dan (b) senyawa sapogenin ekstrak etanol biji sirsak

(68)

5.2.3. Golongan Flavonoid 1. Reaksi Warna

Pada uji Bate – Smith & Metcalf didapatkan hasil negatif. Setelah penambahan asam klorida pekat yang kemudian dipanaskan tidak terjadi warna merah terang melainkan warna coklat - hitam. Pada uji Wilstater pun demikian, tidak terjadi warna merah – jingga, merah pucat sampai merah tua.

2. Kromatografi Lapis Tipis

Identifikasi flavonoid dengan KLT didapatkan hasil positif untuk ekstrak etanol biji sirsak. Setelah diberi uap ammonia terjadi warna kuning intensif dan warna kuning memudar bersamaan dengan menguapnya ammonia.

Keterangan :

Fase gerak : butanol : asam asetat glasial : air (4 : 1 : 5) Penampak noda : uap ammonia

(69)

5.2.4. Golongan Tanin dan Polifenol

Dengan penambahan FeCl3 terjadi warna hitam kehijauan untuk

ekstrak etanol biji sirsak. Namun dengan penambahan gelatin dan NaCl tidak terjadi endapan warna putih.

5.2.5. Golongan Antrakuinon 1. Reaksi warna

Dengan uji Borntrager dan modifikasi Borntrager untuk ekstrak etanol biji sirsak didapatkan hasil negatif. Tidak terjadi warna merah pada lapisan alkali.

2. Kromatografi Lapis Tipis

Setelah plat disemprot dengan KOH 10% dalam metanol tidak terjadi warna kuning, kuning coklat, merah ungu atau hijau ungu.

Tabel V.1. Hasil skrining fitokimia ekstrak biji sirsak dengan reaksi warna dan pengendapan

No. Golongan Senyawa

Nama Reaksi Hasil Keterangan

(70)

Burchard

(71)

5. Antrakuinon Borntrager

5.3. Hasil Pengujian Potensi Sitotoksisitas Ekstrak Biji Sirsak Secara In Vitro dengan Metode MTT

Prinsip dari metode MTT adalah terjadinya reduksi garam kuning tetrazolium MTT (3-(4,5-dimetiltiazol-2-il)-2,5-difeniltetrazolium bromid) larut dalam phosphate buffer saline dan memberikan warna kuning. Pada sel hidup, di dalam mitokondria sel, MTT akan bereaksi dengan hydrogen yang berasal dari enzim dehidrogenase yang dapat mengakibatkan pecahnya cincin tetrazolium menjadi formazan yang merupakan zat berwarna ungu dan tidak larut air. Intensitas warna tersebut ditetapkan secara spektrofotometri dengan menggunakan alat ELISA reader.

(72)

absorbansi dibaca menggunakan ELISA reader pada panjang gelombang 595 nm.

Berdasarkan data absorbansi selanjutnya dilakukan penentuan persentase sel hidup menggunakan Microsoft Excel. Dari data konsentrasi dan persentase sel hidup didapatkan nilai IC50 menggunakan analisis probit

dengan program SPSS 20.0 yang tertera pada tabel sebagai berikut :

Tabel V.2. Nilai IC50 ekstrak biji sirsak pada sel T47D, sel WiDr, sel

HeLa, dan sel Raji

Sampel Harga IC50 (µg/mL)

Sel T47D Sel WiDr Sel HeLa Sel Raji

Ekstrak Biji

Sirsak 20,357 ± 1,584 40,056 ± 3,122 8,906 ± 4,497 11,242 ± 4,528

Gambar 5.4. Kurva % sel hidup dan konsentrasi ekstrak biji sirsak terhadap sel T47D

(73)

Gambar 5.5. Kurva % sel hidup dan konsentrasi ekstrak biji sirsak terhadap sel WiDr

Gambar 5.6. Kurva % sel hidup dan konsentrasi ekstrak biji sirsak terhadap sel HeLa

Konsentrasi Ekstrak Biji Sirsak (µg/mL)

-20

(74)

Gambar 5.7. Kurva % sel hidup dan konsentrasi ekstrak biji sirsak terhadap sel Raji

Gambar 5.8. Kurva % sel hidup dan konsentrasi ekstrak biji sirsak terhadap sel T47D, HeLa, WiDr, dan Raji

0

Konsentrasi Ekstrak Biji Sirsak (µg/mL)

-20

Konsentrasi Ekstrak Biji Sirsak (µg/mL) HeLa t47d

WiDr

(75)

BAB VI PEMBAHASAN

Kanker adalah penyakit yang ditandai dengan mekanisme tidak normal dan tidak terkontrol yang mengatur kelangsungan hidup, proliferasi dan diferensiasi sel. Jika penyebaran dari kanker tidak terkontrol maka dapat menyebabkan kematian (Blecher, 2008). Unsur-unsur penyebab penyakit kanker dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok besar, yaitu energi radiasi (sinar ultraviolet, sinar-x dan sinar-ϒ), senyawa kimia dan virus. Diperkirakan 80% dari penyakit kanker pada manusia disebabkan oleh faktor lingkungan, khususnya zat kimia. Kontak dengan zat kimia dapat terjadi akibat pekerjaan seseorang (misalnya, benzena, asbes); makanan (misalnya, Aflatoksin B1 yang dihasilkan oleh jamur Aspergillus flavus yang kadang-kadang

ditemukan sebagai kontaminan dalam kacang tanah serta bahan pangan lainnya); gaya hidup (misalnya, merokok); atau dengan cara lain (misalnya preparat terapeutik tertentu dapat bersifat karsinogenik) (Murray, 2003).

Gambar

Tabel V.2 Nilai IC50 ekstrak biji sirsak pada sel T47D, sel WiDr, sel HeLa,
Gambar 2.1. Annona muricata Linn. (Haryoto, 1998)
Gambar 2.2. Struktur Annonaceous acetogenin
Gambar 3.1. Skema Kerangka Konseptual
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menujukkan bahwa model pembelajaran seni teater kelas VII SMP IT Ar Raihan Bantul cukup efektif dalam proses pembelajaran mampu

Penelitian ini bertujuan mengetahui model pembelajaran Discovery Learning pada mata pelajaran Kimia melalui kegiatan laboratorium pada Konsep Redoks dan Elektrolisis dapat

kepada Pihak Pertama dan Pihak Pertama menerima penyerahan pekerjaan pengadaan barang tersebut terhitung dari tanggal ……… 20…..... Waktu pelaksanaan pekerjaan tidak melampaui

telah terkumpul selanjutnya diolah untuk disesuaikan dengan masalah yang.. akan dibahas dalam skripsi ini. Pengolahan data dilakukan berdasarkan teori. yang didapat

Melihat struktur retoris, dimana wartawan menekankan arti tertentu atau dalam kata lain penggunaan kata, idiom, gambar dan grafik yang digunakan untuk memberi penekanan arti

As a similarity measure, SNCC (Sum of Normalized Cross-Correlation) greatly decreases mismatches caused by approximate texture distinction and occlusion problem. However,

berghei diberi ekstrak etanol daun jaloh dosis 100 mg/kg BB dan kelompok perlakuan (K3) mencit yang terinfeksi P.. Pengamatan persentase parasitemia dilakukan dengan

Kondisi eksisting permukiman pada tingkat daerah Kabupaten Kupang sampai dengan tahun 2013 belum ada yang dapat dikategorikan sebagai permukiman kumuh (jikalau