NILAI-NILAI PENDIDIKAN
DALAM RITUAL TAWASSULAN
DI PONDOK PESANTREN AL-HUDA
SOKOPULUHAN PUCAKWANGI PATI
SKRIPSI
Disusun Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
SITI MUJAYANAH
NIM: 111-12-141
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
MOTTO
Jangan mudah berburuk sangka agar hatimu tak gelap dan
hidupmu tak sengsara...
PERSEMBAHAN
Dengan rasa syukur tulus ikhlas kepada Allah skripsi ini terselesaikan dengan adanya bimbingan, dorongan, motivasi, doa dari otangtua dan orang-orang terdekatku, maka skripsi ini saya persembahkan kepada :
1. Allah SWT yang telah memberi nikmat sehat dan restu sehingga saya tercipta menjadi insan yang insyaAllah mulia dan bisa menyelesaikan skripsi ini
2. Almarhumah ibu ku Wasiyyah dan Bapak ku Muhadi yang selalu mendoakan saya membesarkan saya dengan penuh ketulusan dan kasih sayang dan menjadi motivasi terbesar untuk saya
3. Suamiku tercinta Muhammad Zainuri, Adikku Khudhoifatul Ulfa Mbakku Atik Nur’aini yang selalu mendukung dan menemaniku.
4. Ibu Nyai Hj. Zulaicho A.H yang selalu memberikan ilmu doa kepada saya dan kawan santri lainnya
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
segala nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat
serta salam senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang membawa kita kepada
jalan yang benar dan menuntun kita dari zaman kebodohan hingga zaman yang
penuh dengan Ilmu Pengatahuan.
Penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya dukungan, motivasi,
dorongan serta bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan ketulusan hati
penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
4. Bapak Achmad Maimun, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing yang senantiasa
memberikan motivasi, pengarahan, dukungan, bimbingan serta meluangkan
waktu dan perhatian dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen yang senantiasa memberikan Ilmu Pengatahuan dan
pengalaman yang sangat berharga serta staf-staf karyawan akademik IAIN
Salatiga yang selalu memberikan layanan dan bantuan kepada penulis.
6. Pihak Pondok Pesantren Al-Huda yang telah memberikan izin dan
7. Almarhumah Wasiyyah ibu ku dan Bapak ku Muhadi yang selalu mendoakan
telah membesarkan saya dengan penuh ketulusan dan kasih sayang dan
menjadi motivasi terbesar untuk saya.
8. Semua pihak yang telah membantu demi lancarnya penulisan skripsi ini baik
secara langsung maupun tidak langsung hingga pada tahap selesai.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna dan masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat
membangun sehingga penulisan skripsi ini dapat mendekati kesempurnaan.
Selanjutnya semoga penulisan skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca yang
budiman, bagi Nusa, Bangsa dan Agama, khususnya untuk penulis. Amiin.
Salatiga, 18 Agustus 2016 Penulis
ABSTRAK
Mujayanah, Siti.2016. Nilai-nilai Pendidikan dalam Ritual Tawassulan di Pondok Pesantren Al-Huda Sokopuluhan Pucakwangi Pati. Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Achmad Maimun, M.Ag
Kata Kunci: Nilai-nilai Pendidikan, Tawassul.
Penelitian ini merupakan upaya untuk menggali nilai-nilai pendidikan dalam ritual tawassulan di Pondok Pesantren Al-Huda Sokopuluhan Pucakwangi Pati. Pertanyaan yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana pelaksanaan ritual tawassulan di Pondok Pesantren Al-Huda Sokopuluhan Pucakwangi Pati?, dan (2) Apa nilai-nilai pendidikan dalam ritual tawassulan di Pondok Pesantren Al-Huda Sokopuluhan Pucakwangi Pati?
Untuk menjawab pertanyaan di atas, penulis menggunakan jenis penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif maka data dari penelitian ini diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi dengan menggunakan trianggulasi sumber sebagai instrumen untuk mengecek validitas data.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN BERLOGO ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v
MOTTO ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK ... xi
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... ... 1
B. Rumusan Masalah ... ... 3
C. Tujuan Penelitian ... ... 4
D. Kegunaan Penelitian 1. Secara Teoritis ... ... 4
E. Penegasan Istilah
1. Nilai Pendidikan ... 4
2. Tawassul ... 6
3. Pondok Pesantren Al-huda ... 6
F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 7
2. Informan Peneliti ... 8
3. Kehadiran Peneliti ... 9
4. Lokasi Penelitian ... 9
5. Sumber Data ... 10
6. Prosedur Pengumpulan Data ... 10
7. Analisis Data ... 12
8. Pengecekan Keabsahan Data... 12
G. Sistematika Penulisan ... 13
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Tawassul 1. Pengertian Tawassul ... 15
2. Dasar Hukum Tawassul ... 17
3. BentukTawassul ... 17
4. Macam-Macam Tawassul ... 18
B. Nilai Pendidikan 1. Pengertian Nilai Pendidikan ... 24
3. Struktur Nilai ... 28
4. Dasar Pendidikan ... 29
5. Fungsi Pendidikan ... 30
6. Tujuan Pendidikan ... 30
7. Unsur Pendidikan ... 32
BAB III PONDOK PESANTREN AL-HUDA DAN PENDIDIKANNNYA A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Al-Huda 1. Sejarah Pondok Pesantren Al-huda ... 33
2. Keadaan Santri dan Ustadz ... 34
3. Sarana dan Fasilitas Pondok Pesantren ... 35
B. Program Pendidikan dan Pengajaran 1. Visi dan Misi Pondok Pesantren ... 36
2. Kurikulum ... 36
3. Metode ... 37
4. Jadwal Kegiatan Santri ... 39
5. Tata Tertib Santri ... 41
6. Struktur Organisasi ... 44
C. Ritual Tawassulan di Pondok Pesantren Al-Huda 1. Pengertian Tawassulan ... 46
2. Syarat dan Rukun Tawassulan ... 46
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Ritual Tawassulan di Pondok Pesantren Al-Huda
Sokopuluhan Pucakwangi Pati ... 53
B. Nilai-nilai Pendidikan yang Terkandung dalam Ritual Tawassulan di Pondok Pesantren Al-Huda Sokopuluhan Pucakwangi Pati 1. Nilai Pendidikan Keimanan ... 57
2. Nilai Pendidikan Akhlak ... 57
3. Nilai Pendidikan Kezuhudan... 58
4. Nilai Pendidikan Sosial ... .... 59
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 61
B. Saran ... 62
C. Penutup ... 63
DAFTAR PUSTAKA ... 64
RIWAYAT HIDUP PENULIS ... 67
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Pengkodean Informan ... 8
Tabel 3.2 Jadwal Kegiatan Harian Santri ... 39
Tabel 3.3 Jadwal Kegiatan Mingguan Santri ... 40
Tabel 3.4 Jadwal Kegiatan Bulanan Santri ... 40
Tabel 3.5 Jadwal Kegiatan Tahunan Santri... 41
Tabel 3.6 Struktur Organisasi Santri Putra ... 44
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar SKK
2. Nota Pembimbing Skripsi
3. Surat Permohonan Izin Melakukan Penelitian
4. Surat Keterangan Melakukan Penelitian
5. Lembar Konsultasi
6. Pedoman Wawancara
7. Hasil Wawancara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Kewajiban umat Islam adalah menjalankan perintah dan menjauhi
semua larangan Allah SWT. serta beribadah. Jika hal tersebut terlaksana
dengan baik pastilah akan mendapatkan pahala yang berlimpah dari setiap
amalan yang telah dilakasanakan, untuk menuju insan yang mulia yang
selalu berbuat kebajikan, berusaha, berdoa, sabar, tawakal, ikhlas. Hal itu
bukanlah hal yang mudah, perlu proses untuk mendapatkan semua itu,
bahwasanya semua perbuatan akan terlaksana dengan baik adakalanya
dengan kebiasaan, dimana seseorang itu berusaha pasti akan ada hasil.
Cara atau metode untuk menuju puncak kebaikan, keberkahan, ridho yang
hakiki dari Allah SWT dan selalu dirahmati Allah.
Berawal dari situlah seharusnya manusia sadar dan mengetahui
bahwasanya sangatlah hebat hikmah dari setiap perbuatan sekecil apapun
baik dan buruk akan dibalas oleh Allah sebagai motivasi untuk lebih
berusaha menjadi insan yang mulia. Salah satu dari ibadah yang diyakini
akan pahalanya adalah berdoa meminta wasilah rasulullah ataupun waliyullah dengan salah satu cara tawassulan yang seperti dilaksanakan di Pondok Pesantren Al-Huda.
Sebelum berbicara tentang tawassul, bahwasanya tawassul sama halnya dengan wasilah, hanya saja wasilah itu sebagai perantara untuk
Allah, sedangkan tawassul itu adalah kegiatan atau perbuatan untuk mendekatkan diri kepada Allah tetapi melalui perantara dengan tujuan
mendapatkan apa yang diharapkan.
Bahwasanya bertawassul mendekatkan diri kepada Allah, sesuai firman Allah Q.S Al-Isro ayat 57 yang berbunyi:
Artinya: “orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; Sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti.” (Tim departemen RI, 2009: 288) Segenap perbuatan yang diawali dengan hati yang jernih pasti akan
menuai hasil yang maksimal,untuk itu penulis jelaskan arti tawassul sendiri adalah Menjadikan sesuatu yang menurut Allah mempunyai nilai,
derajat, kedudukan yang tinggi untuk dijadikan sebuah wasilah (perantara)
agar doa dapat dikabulkan (Muslih, 2011: 51).
Pondok Pesantren Al-Huda menjadikan ritual tawassulan sebagai kegiatan rutin pondok pesantren yang diikuti seluruh santriwan-santriwati
dan masyarakat sekitar. Ritual tawassulan diyakini sebagai cara atau metode mendekatkan diri kepada Allah. Ibarat kata melu gandul Rasulullah mengikuti tuntunan yang diajarkan Rasulullah dengan harapan
seseorang berusaha beribadah dan berdoa. Sesuai dengan firman Allah QS.
Al-Ahzab ayat 21 yang berbunyi:
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (Tim departemen RI,2009: 421).
Untuk itu penulis menganggap bahwa masalah berkaitan agama
dan ketenangan jiwa dalam bertawassul yang didalamnya terdapat hikmah atau manfaat dan nilai-nilai yang positif yang bisa diambil, dan penting
untuk diteliti serta dipublikasikan sebagai motivasi bagi masyarakat
terutama para pemuda agar lebih giat lagi dalam memperdalam ilmu
agama terutama melalui pondok pesantren, berdasarkan latar belakang dan
sedikit paparan pendek di atas penulis mengambil judul sebagai berikut,
“NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM RITUAL TAWASSULAN DI
PONDOK PESANTREN AL-HUDA SOKOPULUHAN
PUCAKWANGI PATI.” B. Fokus Penelitian
1. Bagaimana pelaksanaan ritual tawassulan di Pondok Pesantren Al-Huda Sokopuluhan Pucakwangi Pati?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Bagaimana pelaksanaan ritual tawassulan di Pondok Pesantren Al-Huda Sokopuluhan Pucakwangi Pati
2. Apa nilai-nilai pendidikan dalam ritual tawassulan di Pondok Pesantren Al-Huda Sokopuluhan Pucakwangi Pati
D. Kegunaan Penelitian
1. Secara Teoritis
Memberikan kejelasan secara teoritis tentang nilai-nilai
pendidikan dalam ritual tawassulan di Pondok pesantren Al-huda dan menambah dan memperkaya khasanah keilmuan di dunia pendidikan
Islam dalam hal tawassulan. 2. Secara Praktis
Untuk memberikan pelajaran dan manfaat tentang pentingnya
tawassulan yang dapat di terapkan dalam kehidupan sehari-hari di Pondok Pesantren Al-Huda Sokopuluhan Pucakwangi Pati.
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalah pahaman dan kekeliruan dalam
penulisan skripsi ini, maka penulis akan mengemukakan beberapa istilah
pokok, yakni:
1. Nilai Pendidikan
Nilai menurut Sidi Gazalba (1996:62) adalah sesuatu yang
hanya persoalan benar dan salah yang menuntut pembuktian empirik,
melainkan soal penghayatan yang dikehendaki, disenangi atau tidak
disenangi.
Sementara menurut Thoha nilai adalah esensi yang melekat
pada sesuatu yang sangat berarti bagi manusia. Kebermaknaan esensi
tersebut semakin meningkat sesuai peningkatan daya tangkap dan
pemaknaan manusia itu sendiri (Thoha, 1996:62)
Dapat disimpulkan nilai adalah sesuatu yang menentukan baik
buruk kepribadian seseorang untuk mencapai kemanfaatan dalam
berkehidupan individual maupun sosial.
Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Sementara pendidikan menurut
(Wirojoedo, 1986: 3) adalah suatu interaksi dan interrelasi antar
komponen pendidikan dan mempunyai tujuan khusus yang telah
ditetapkan.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan pendidikan
wujud belajar dan bekal dimasa mendatang dengan tujuan menjadikan
manusia yang mulia sesuai dengan norma.
Dari paparan di atas dapat penulis simpulkan bahwa nilai
pendidikan adalah sesuatu yang menjadi tolok ukur untuk menentukan
perbuatan atau hasil dalam sebuah ilmu pengetahuan yang akan
menjadi bekal menempuh kehidupan.
2. Tawassul
Menurut Sirodjuddin Abbas tawassul artinya mengerjakan sesuatu amal yang dapat mendekatkan diri kita kepada Allah (Abbas,
2006: 132). Menurut Muslih tawassul adalah menjadikan sesuatu yang menurut Allah mempunyai nilai, derajat, kedudukan yang tinggi untuk
dijadikan sebuah wasilah (perantara) agar doa dapat dikabulkan
(Muslih, 2011: 51). Arti wasilah dalam Al Quran berdoa dengan
bertawassul ialah berdoa kepada Tuhan dengan wasilah sama halnya memperingatkan sesuatu yang dikasihi Allah.
Dapat penulis simpulkan bahwa arti tawassul adalah suatu kegiatan beribadah sebagai proses mendekatkan diri ataupun meminta
pertolongan kepada Allah dengan melalui perantara.
3. Pondok Pesantren Al-huda
Pondok Pesantren Al-Huda merupakan salah satu Pondok
Pesantren yang diasuh oleh kyai Muhammad Thosin, AH dan Ibu Nyai
Sumiyati yang terletak di Dukuh Soko, RT 01 RW 01 Desa
Pondok Pesantren ini telah mengajarkan santri-santrinya
untuk mendalami ilmu-ilmu agama seperti halnya dengan
pondok-pondok lainnya. Pondok Pesantren Al-Huda adalah satu-satunya
pondok putra putri yang berbasis tahfidzul quran yang ada di desa
Sokopuluhan, tetapi ada sebagian santri yang hanya mengaji biasa
yang disebut dengan ngaji bin-nadzor yaitu mengaji al qur’an dengan
cara membaca dan memperhatikan tajwid, tanpa dihafalkan seperti
halnya yang tahfidz.
Tidak hanya mempelajari Al Quran tetapi pondok pesantren
al-huda juga mengajarkan kitab-kitab salaf diantaranya: Fatkhul Qorib,
Safinatun Najja, Ta’lim Muta’alim, Salam Taufiq, dan lain sebagainya
dengan metode pembelajaran yang dimanakan bandongan kitab, dinamakan bandongan ialah metode mengaji dimana kyai/ustadz di depan membacakan makna atau arti dan menjelaskan materi yang
dibahas dan santri duduk didepan kyai/ustadz untuk menulis makna
dan mendengarkan serta memahami penjelasan sang kyai/ustadz
tersebut. (wawancara salah seorang santri Fathurrohim 15 April 2016,
pukul 13.00)
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Jenis pendekatan yang penulis gunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati (Moloeng, 2011: 4).
Dengan demikian laporan penelitian akan berisi
kutipan-kutipan data untuk memberikan gambaran penyajian laporan secara
jelas. Dalam hal ini penulis akan mengkaji permasalahan secara
langsung dengan sepenuhnya melibatkan diri pada situasi yang diteliti
dan mengkaji buku-buku yang berhubungan dengan permasalahan
penelitian.
2. Informan Penelitian
Informan yang penulis dapatkan diantaranya pengasuh, ustadz,
pengurus pondok, dan santri. Dengan pengkodean sebagai berikut:
3. Kehadiran Peneliti
Sesuai dengan pendekatan yang digunakan, peneliti bertindak
sebagai pengumpul data dan instrumen aktif dalam upaya
mengumpulkan data-data di lapangan, sedangkan instrumen
pengumpulan data yang lain selain manusia adalah bentuk alat-alat
bantu dan berupa dokumen-dokumen lainnya yang dapat digunakan
untuk menunjang kebenaran hasil penelitian, yang dimana hal itu
berfungsi sebaga instrumen pendukung.
Oleh karena itu, kehadiran peneliti secara langsung di
lapangan sebagai tolok ukur keberhasilan untuk memahami kasus yang
diteliti, sehingga keterlibatan peneliti secara langsung dan aktif dengan
informan atau sumber data lainnya yang mutlak dilaksanakan. Peneliti
mengadakan komunikasi denngan objek penelitian memakai bahasa
Indonesia yang memungkinkan komunikasi lebih akrab dan mudah
dipahami sehingga akan terjalin baik antara peneliti dengan informan.
4. Lokasi Penelitian
Peneliti mengambil lokasi penelitian di Pondok Pesantren
Al-Huda yang diasuh Kyai Muhammad Thosin AH dengan alamat Dukuh
Soko, RT 01 RW 01 Desa Sokopuluhan, Kecamatan Pucakwangi,
5. Sumber Data
a. Sumber Data Primer (utama)
Sumber data utama adalah sumber informasi yang
langsung mempunyai wewenang dan tanggung jawab terhadap
pengumpulan dan penyimpanan data (Ali, 1993: 42). Merupakan
sumber pokok yang memuat ide-ide awal tentang suatu bahan
kajian. Dalam hal ini yang menjadi sumber data utama adalah
pengasuh, pengurus dan santri di Pondok Pesantren Al-Huda ntuk
menggali data tentang kegiatan keagamaan seperti tawasulan yang
akan dikaji.
b. Sumber Data Skunder (pendukung)
Sumber data pendukung merupakan data-data yang
digunakan untuk memperkuat sumber data utama atau data yang
didapat dari sumber bacaan dan berbagai sumber lainnya. Sumber
data pendukung di sini adalah buku-buku yang terkait nilai-nilai,
pendidikan, dan tawassul.
6. Prosedur Pengumpulan Data
Data yang diperoleh dengan cara: a. Wawancara
Wawancara yaitu suatu proses interaksi dan
komunikasi yang bertujuan mendapatkan informasi dengan
cara bertanya jawab langsung kepada responden. Penulis akan
di pondok pesantren al-muntaha. Hal ini dilakukan untuk
menggali informasi tentang nilai-nilai pendidikan dalam ritual
tawasulan di Pondok Pesantren Al-Huda Sokopuluhan
Pucakwangi Pati.
Secara garis besar terdapat dua macam pedoman
wawancara, yaitu Pedoman wawancara tidak terstruktur dan
terstruktur. Pedoman wawancara tidak terstruktur yaitu
pedoman wawancara yang hanya membuat garis besar yang
akan ditanyakan sedangkan Pedoman wawancara terstruktur,
yaitu pedoman wawancara yang disusun secara terperinci
sehingga menyerupai check-list. Pewawancara tinggal
membubuhkan tanda v (check) pada nomor yang sesuai
(Arikunto, 2010: 227). Penelitian ini menggunakan kedua
pedoman wawancara tersebut sebagai validitas temuan
penelitian.
b. Observasi atau Pengamatan
Pengamatan terhadap situasi yang terjadi di lokasi
penelitian. Pengamatan dilakukan sebagai pembuktian atas
keterangan atau informasi yang didapatkan dari wawancara.
c. Dokumentasi
Catatan kegiatan yang menunjukkan sejumlah fakta
dan data tersimpan dalam bahan penelitian yang bisa berbentuk
berkas-berkas dan dokumentasi pendukung lainnya.
Seluruhnya dapat digunakan sebagai penguat seluruh
informasi.
7. Analisis Data
Analisis data kualitatif menurut (Bogdan & Biklen, 1975) yang
dikutip dalam (Moleong, 2007: 248) adalah upaya yang dilakukan
dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,
memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya,
mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dipelajari
dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain dengan
menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Display data, peneliti menyajikan semua data yang
diperolehnya dalam bentuk uraian atau laporan terinci.
b. Reduksi data, peneliti memotong data-data yang tidak perlu
untuk dibuang. Laporan-laporan yang diambil hanya yang
pokok saja, difokuskan pada hal-hal yang penting.
c. Verifikasi data, sejak mulanya peneliti berusaha untuk
mencari makna data yang dikumpulkannya, kemudian
disimpulkan untuk menjawab tujuan penelitian.
8. Pengecekan Keabsahan Data
Sebagai upaya membuktikan bahwa data yang diperoleh
adalah benar-benar valid, maka peneliti menggunakan teknik
yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data yang diperoleh
untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data
tersebut (Moleong, 2008: 330). Ada empat macam triangulasi sebagai
teknik pemeriksaan, yaitu sumber, metode, penyidik, dan teori.
Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik
triangulasi dengan sumber. Yaitu peneliti akan mengecek kebenaran
data atau informasi yang diperoleh dengan data-data atau informasi
dari sumber yang lain sehingga data yang diperoleh peneliti terdapat
dari berbagai pihak agar terhindar dari subjektivitas.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi latar belakang masalah, fokus penelitian,
tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode
penelitian, dan sistematika Penulisan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini berisi uraian pengertian tawassul, dasar-dasar tawassul, bentuk tawassul, macam-macam tawassul, pengertian nilai pendidikan, macam-macam nilai, struktur nilai, pembentukan nilai, dasar
pendidikan, fungsi dan tujuan pendidikan, dan unsur-unsur pendidikan.
BAB III PONDOK PESANTREN AL-HUDA DAN PENDIDIKANNYA
Pada bab ini laporan peneliti tentang pembahasan Pondok
kurikulum, kitab-kitab yang diajarkan, semua kegiatan santri, dan laporan
hasil temuan mengenai pelaksanaan ritual tawassulan. BAB IV PEMBAHASAN
Pada bab ini berisi pembahasan pelakasanaan tawassulan beserta tata cara ritual tawassulan, dan nilai-nilai pendidikan dalam ritual tawassulan di Pondok Pesantren Al-Huda.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini menguraikan kesimpulan hasil penelitian, saran dan
penutup.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Tawassul
1. Pengertian Tawassul
Istilah tawassul berasal dari kata yang terdiri dari tiga huruf, waw, sin dan lam yang bermakna menjadikan sesuatu sebagai perantara untuk mendapatkan sesuatu yang dimaksud (Maimun,
2009:27). Sebagaimana Khalid Al-Juraisy yang dikutip Maimun,
(2009: 27) Tawassul dalam doa berarti menyertakan perantara dalam berdoa dengan maksud doanya itu akan lebih dikabulkan Allah.
Sebagaimana Quraish Shihab yang dikutip Maimun, (2009: 27) bahwa
wasilah berarti sesuatu yang menyambung dan mendekatkan sesuatu
dengan yang lain atas dasar keinginan yang kuat dan mendekat.
Tawassul berasal dari fi’il madhi Wassala, menurut bahasa mempunyai arti Al-qurbata atau al-taqarrubu, artinya mendekatkan diri dengan suatu perantara. Dengan demikian arti wasilah adalah:
susuatu untuk mendekatan diri kepada yang lainnya atau sesuatu untuk
menyampaikan agar sesuatu tujuan dapat berhasil (Muslih, 2011: 51)
Sebagaimana Quraish Shihab yang dikutip Maimun, (2009: 27)
bahwa wasilah berarti sesuatu yang menyambung dan mendekatkan
sesuatu dengan yang lain atas dasar keinginan yang kuat dan
Ada pula beberapa definisi tawassul menurut para tokoh, diantaranya yaitu:
a. Menurut Nugroho, Tawassul adalah berdoa kepada Allah dengan melalui wasilah (perantara), dalam arti lain sesuatu yang dijadikan
perantara untuk mendekatkan diri kepada Allah guna mencapai
sesuatu yang ingin dicapainya (Nugroho, 2010:121)
b. Menurut Sirodjuddin Abbas Tawassul artinya mengerjakan sesuatu amal yang dapat mendekatkan diri kita kepada Allah (Abbas, 2006:
132).
c. Menurut Muslih tawassul adalah menjadikan sesuatu yang menurut Allah mempunyai nilai, derajat, kedudukan yang tinggi untuk
dijadikan sebuah wasilah (perantara) agar doa dapat dikabulkan (Muslih, 2011: 51).
d. Menurut Abu Luz Ibadah yang dengannya dimaksudkan
tercapainya ridha Allah dan surga melalui wasilah (perantara) menuju keselamatan dari api nerakadan kebahagiaan masuk surga.
(Luz, 2004: 8)
Dapat penulis simpulkan bahwa arti tawassul adalah suatu kegiatan beribadah sebagai proses mendekatkan diri ataupun meminta
pertolongan kepada Allah dengan melalui perantara untuk menuju
2. Dasar Hukum Tawassul
Dasar hukum tawassul adalah firman Allah Q.S Al-Isro ayat 57 dan Al-Maidah ayat 35 yang berbunyi:
mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; Sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti.” (Tim departemen RI, 2009: 288)
Artinya: “hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan carilah wasilah yang dapat mendekatkan diri kepada-Nya. Dan berjihadlah kalian pada jalan-Nya supaya kamu mendapatkan keberuntungan.” (Tim Departemen RI, 2009: 85)
3. Bentuk Tawassul
Sudah dijelaskan di atas bahwasannya wasilah adalah sarana
yang dapat memenuhi keinginan sesorang yang sama halnya dengan
tawassul. Wasilah dibagi menjadi dua yaitu (Al-Abani, 2010:16)
Ialah sarana-sarana alamiah yang diambil dari alam
yang dapat memenuhi keinginan seseorang dengan karakter
alamiahnya yang telah Allah ciptakan. Contohnya, air
adalah wasilah (sarana) untuk menghilangkan dahaga
manusia, makan adalah sarana untuk mengenyangkan perut.
b. Wasilah Syar’iyyah (sarana syari’at)
Ialah sarana yang dapat memenuhi keinginan
seseorang, melalui cara yang disyariatkan Allah dan
dijelaskan dalam kitab-Nya dan sunnah Nabi-Nya. Wasilah
ini hanya dikhususkan bagi orang yang beriman dan
mengikuti perintah-Nya. Contohnya, mengucapkan dua
kalimat syahadat dengan keikhlasan dan memahami
maknanya adalah merupakan wasilah (sarana) untuk masuk
surga dan selamat dari kobaran api neraka.
4. Macam-Macam Tawassul
Tawassul ada dua macam yaitu tawassul yang tidak diperselisihkan keberadaannya karena hal itu memang ada dasar
pelaksanaannya dalam syari’at, dan tawassul yang diperselisihkan atau pendapat tentang ketidak setujuan tentang adanya tawassul, dan pendapat setuju akan adanya tawassul sebagai berikut (Maimun, 2009: 28).
1). Tawassul dengan nama-nama, sifat-sifat, perbuatan, serta ilmu Allah yang berdasar pada firman Allah Q.S
Dalam ayat di atas orang-orang memohon ampunan
kepada Allah dengan wasilah atau keimanan mereka
yang diharapkan Allah berkenan mengampuni
dosa-dosa mereka, diperkuat juga dengan penjelasan yang
sama pada Q.S Ali Imran ayat 53.
Artinya: “Ya Tuhan Kami, Kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan telah Kami ikuti rasul, karena itu masukanlah Kami ke dalam golongan orang-orang yang menjadi saksi (tentang keesaan Allah)". (Tim departemen RI, 2009: 58)
3) Tawassul kepada Allah dengan cara berdoa menyebut dengan jelas kesulitan-kesulitan dan hajatnya. Hal itu
sebagaimana dilakukan oleh Nabi Musa ketika
memohon kepada Allah seperti dijelaskan dalam Al
Quran dalam al-Qashash ayat 24 sebagai berikut:
4) Tawassul kepada Allah melalui doa orang yang diharapkan dapat makbul dan dianggapnya shalih agar
mendoakan kepada Allah, atas maksud dan tujuan yang
diinginkannya.
b. Tawassul yang diperselisihkan Keberadaanya
Tawassul kepada Nabi, wali, ulama, atau orang sholih, yang telah meninggal dunia, wujud wasilahnya
bukan lagi berupa doa yang dibacakan oleh orang-orang
suci melainkan eksistensi mereka di alam barzakh. Berawal dari persoalan itu, kemudian timbul pendapat yang setuju
dan ketidaksetujuan di kalangan umat Islam.
1) Pendapat yang setuju akan tawassul kepada orang yang telah meninggal
Mereka yang yakin akan kebenaran tawassul kepada seorang Nabi, wali, ulama, orang sholeh yang
telah meninggal dunia dijadikan sebagai wasilah
(perantara) antara orang yang berdoa dengan Allah.
Meskipun telah meninggal dunia masih sangat penting
dan dibutuhkan keberadaanya yakni sebagai perantara
bagi kaum muslimin yang awam ketika berhubungan
dengan Allah khususnya dalam berdoa. Mereka
melepaskan diri dari kesulitan ketika dimintai
pertolongan.
Sebuah riwayat tentang Umar ketika meminta
hujan kepada Allah lewat Abbas bin Abdul Muthollib
paman Nabi, riwayat itu yang artinya sebagai berikut:
Artinya: “Apabila terjadi kekeringan pada masyarakat, Umar bin Khattab memohon turun hujan dengan perantaraan Abbas bin Abdul Muthallib. Beliau berdoa: “Ya Allah dahulu kami bisa bertawassul kepada-Mu dengan Nabi kami, lalu engkau turunkan hujan kepada kami. Sekarang kami bertawassul kepada-Mu dengan paman Nabi kami. Oleh karena itu turunkanlah hujan kepada kami.” Kata perawi: “masyarakat lalu dituruni hujan.”
Berdasar riwayat di atas, diyakini bahwa
tawassul yang mereka lakukan itu telah ada contoh sebelumnya, yakni menempatkan Rasulullah dan para
sahabat serta orang sholeh sebagai perantara antara diri
mereka dengan Allah.
2) Pendapat yang tidak setuju akan adanya tawassul
kepada orang yang telah meninggal dunia
Salah satu ulama terkenal yang secara tegas
menolaknya adalah Syaikh Muhammad bin Abdul
Wahab. Dia menjelaskan bahwa hukumnya boleh
meminta syafaat atau pertolongan orang lain untuk
mendapat karunia Allah selama orang itu masih hidup,
seperti meminta pertolongan kepada Nabi Muhammad
hal itu tidak diperkenankan lagi. Rujukan yang
digunakan adalah yang artinya sebagai berikut:
Artinya: “Dari Jubair bin Mu’tham ra.Berkata: ‘datanglah seorang badui kepada Rasulullah searaya berkata: “Ya Rasulullah bdan bianasa keluarga kelaparan, harta musnah, mintakanlah siraman untuk kami kepada Tuhanmu, sesungguhnya kami minta syafaat Allah terhadapmu dan syafaatmu terhadap
Allah.” Rasulullah menjawab: “subhanallah,
subhanallah, beliau terus menerus bertasbih sampai terlihat hal itu tergambar pada wajah para sahabatnya. Kemudian beliau bersabda: “celakalah kamu, tahukah kamu apakah Allah itu? Sesungguhnya Allah itu lebih agung dari yang demikian itu. Sesungguhnya tidak dapat diminta syafaat kepada Allah terhadap seseorang. (Hadits riawayat Imam Abu Dawud)
Bahwa meminta syafaat kepada Allah melalui
dari seorang makhluk-Nya justru akan menjadikan
orang itu celaka bahkan mendekati dalam perbuatan
syirik. Ayat-ayat Al Quran yang digunakan sebagai
referensi antara lain; al-ankabut ayat 29, an-naml ayat
62, yunus ayat 106-107. Ayat-ayat tersebut pada intinya
melarang kaum mukminin meminta pertolongan kepada
Allah dalam hal-hal yang sifatnya maknawi. (Maimun,
2009: 38)
Kebanyakan ulama yang menolak tawassul dengan para Nabi, wali, ulama, atau orang-orang shalih
dalam doa, berpemahaman bahwa yang demikian itu
termasuk bid’ah yang menjerumuskan kepada
fatwa ulama. Abu Hanifah dalam bukunya Rasyid
Ridha yang dikutip oleh Maimun (2009: 39) yang
menjelaskan bahwa, memohon kepada Allah dengan
perantara makhluknya adalah perbuatan yang dilarang.
beliau melarang berdoa dengan ucapan semisal: “Aku memohon kepada-Mu dengan hak Nabi-Mu”. Mengapa tidak boleh karena tidak ada hak makhluk atas
Khaliqnya terhadap terkabul atau tidaknya permintaan
doa itu.
B. Nilai Pendidikan
1. Pengertian Nilai Pendidikan
Secara bahasa nilai artinya sifat-sifat (hal-hal) penting atau
berguna bagi kemanusiaan (Poerwadarminta, 1999: 677). Maksudnya
kualitas yang memang membangkitkan respon penghargaan (Titus,
1984:122). Nilai itu praktis dan efektif dalam jiwa dan tindakan
manusia dan melembaga secara obyektif di dalam masyarakat
(Muhaimin, 1993:110)
Nilai mempunyai pengertian yang sangat luas, maka dari itu
banyak perbedaan pendapat dalam mengartikan apa itu nilai, berikut
beberapa pengertian nilai menurut para ahli sebagaimana telah dikutip
oleh Chabib Thoha (60-62).
a. Menurut Milton Rokeach dan Jmaes Bank, Nilai adalah
sistem kepercayaan dalam mana sesorang bertindak atau
menghindari suatu tindakan, atau mengenai sesuatu yang
pantas atau tidak pantas dikerjakan.
b. Menurut J.R Fraenkel, a value is an idea a concept about what some one thinks important in life.
c. Menurut Sidi Gazalba nilai adalah suatu yang bersifat
abstrak, ideal, nilai bukan benda konkret, bukan fakta tidak
hanya persoalan benar dan salah yang menuntut
pembuktian empirik, melainkan soal penghayatan yang
dikehendaki dan tidak dikehendaki, disenangi dan tidak
disenangi.
d. Menurut Lauis D. Kattsof nilai merupakan kualitas empiris
yang tidak dapat didefinisikan, tetapi kita dapat mengalami
dan memahami secara langsung kualitas yang terdapat
dalam objek itu dengan demikian nilai tidak semata-mata
subjektif melainkan ada tolok ukur yang pasti yang terletak
pada esensi objek itu.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa nilai adalah:
1) suatu perilaku yang menentukan baik buruk kepribadian
seseorang untuk mencapai kemanfaatan dalam
2) Sesuatu yang abstrak tidak ada harganya tapi penting bagi
manusia dalam mengetahui tolok ukur tingkat kepribadian
manusia.
3) Sebuah hasil yang terlihat baik ataupun buruk sesuai usaha
yang telah dilakukan.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia pada tahun 2006,
pengertian pendidikan adalah perbuatan jasmani yang tidak boleh
dilupakan untuk mempelajari ilmu pengetahuan serta mendidik
anak-anak bangsa.
Abu Ahmadi dkk sebagaimana dikutip Helmawati (2013: 12)
pendidikan berasal dari kata paedagogie bahasa yunani, terdiri dari kata pais yang berarti anak dan again berarti pembimbing, jadi paedagogie yaitu bimbingan yang diberikan kepada anak.
Secara terminologi menurut Wiji Suwarno sebagaimana dikutip
Helmawati (2013: 13) menyatakan bahwa pendidikan memiliki arti
luas dan sempit. Dalam arti luas, pendidikan diartikan sebagai tindakan
atau pengalaman yang mempengaruhi perkembangan jiwa, watak,
ataupun kemampuan fisik individu. Dalam arti sempit, pendidikan
adalah suatu proses mentransformasikan pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan dari generasi ke generasi yang dilakukan oleh masyarakat
melalui lembaga-lembaga pendidikan seperti sekolah, pendidikan
Telah dijelaskan dalam UU No.20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Menurut Muchtar (2005: 14) Pendidikan adalah segala usaha
untuk dilakukan untuk mendidik manusia sehingga dapat tumbuh dan
berkembang serta memiliki potensi atau kemampuan sebagaimana
mestinya yang sesuai dengan norma-norma untuk menhasilkan potensi
yang hebat.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan pendidikan
adalah usaha untuk memelihara sebuah ilmu pengetahuan sebagai
wujud belajar dan bekal dimasa mendatang dengan tujuan menjadikan
manusia yang mulia sesuai dengan norma.
Dapat penulis simpulkan bahwasannya nilai pendidikan adalah
sesuatu yang menjadi tolok ukur untuk menentukan perbuatan atau
hasil dalam sebuah ilmu pengetahuan yang akan menjadi bekal
2. Macam-macam nilai
Nilai dilihat dari berbagai sudut pandang yang menyebabkan
terdapat bermacam-macam nilai, antara lain:
a. Dilihat dari segi kebutuhan hidup manusia, nilai menurut
Abraham Maslow dapat dikelompokkan menjadi: (1) Nilai
biologis, (2) Nilai keamanan, (3) Nilai cinta kasih, (4) Nilai
harga diri, dan (5) Nilai jati diri. Kelima nilai tersebut
berkembang sesuai dengan tuntutan kebutuhan yang paling
sederhana sampai kebutuhan yang paling tinggi (Thoha,
1996: 62)
b. Muhadjir, 1987: 133 sebagaimana dikutip Thoha (1996: 63)
nilai dilihat dari kemampuan jiwa manusia untuk
menangkap dan mengembangkan nilai dapat dibedakan
menjadi dua, yakni: (1) Nilai Statistik, seperti kognisi,
emosi, psikomotor, dan (2) Nilai yang bersifat dinamis,
seperi motivasi berprestasi, motivasi berkuasa.
c. Pendekatan proses budaya sebagaimana dikemukakan oleh
Abdullah Sigit, nilai dapat dikelompokkan dalam tujuh
jenis, yaitu: (1) Nilai ilmu pengetahuan, (2) Nilai ekonomi,
(3) Nilai keindahan, (4) Nilai politik, (5) Nilai keagamaan,
(6) Nilai kekeluargaan, dan (7) Nilai kejasmanian
3. Struktur Nilai
a. Menurut Noeng Muhadjir, herarki tata nilai dikelompokkan ke
dalam dua jenis, yakni (1) Nilai-nilai Ilahiyah yang terdiri dari nilai
ubudiyah dan muamalah, dan (2) Nilai Etik insaniyah yang terdiri
dari nilai rasional, nilai sosial, individual (Thoha,1996: 65)
b. Menurut Sidi Gazalba herarki nilai atas dasar pendekatan kualitas
nilai, sesuai dengan pendekatan hukum, yakni nilai dibagi dalam
lima kelas: (1) Nilai-nilai yang wajib (paling baik), (2) Nilai-nilai
yang sunnah (baik), (3) Nilai-nilai yang mubah (netral tidak
bernilai), (4) Nilai-nilai yang makruh (cela), dan (5) Nilai yang
haram (jelek) (Gazalba, 1978: 498)
Dalam hal penggunaan nilai-nilai yang baik, sebaiknya
dikembangkan oleh manusia dan nilai-nilai yang kurang baik bahkan
jelek sebaiknya ditinggalkan, walaupun masing-masing individu tidak
sama tingkat kebaikan dan keimanannya.
4. Dasar pendidikan
Dasar pendidikan diambil dari ideologi yang dianut negara,
secara etimologi ideologi adalah keyakinan yang dipakai atau
dicita-citakan untuk dasar pendidikan. ideologi negara indonesia adalah
pancasila dan undang-undang dasar negara kesatuan republik
indonesia tahun 1945. Oleh karena itu dasar pendidikan di indonesia
berakar pada pancasila dan undang-undang dasar sebagaiman yang
nasional berdasarkan pancasila dan UUD tahun 1945 (Helmawati,
2013: 20)
5. Fungsi Pendidikan
Fungsi utama pendidikan mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak, kepribadian serta peradaban yang bermartabat
dalam hidup dan kehidupan, dengan kata lain pendidikan berfungsi
memanusiakan manusia agar menjadi manusia yang benar sesuai
dengan norma yang dijadikan landasannya (Abdul kadir, dkk, 2012:
81).
6. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan merupakan salah satu komponen utama
pada sistem pendidikan dengan diharapkan proses pendidikan dapat
mencapai hasil secara efektif dan efesien (Jumali dkk,2004: 48)
Menurut Langeveld, sebagaimana telah dikutip oleh (Abdul
Kadir, 2012: 81-82), tujuan pendidikan dibedakan menjadi enam yaitu:
a. Tujuan Umum
Tujuan yang dicapai diakhir proses pendidikan,
yaitu tercapainya kedewasaan jasmani dan rohani dan
anak didik. Maksud kedewasaan jasmani adalah jika
pertumbuhan jasmani sudah mencapai batas pertumbuhan
maksimal, maka pertumbuhan jasmani tidak akan
berlangsung lagi. Sedangkan maksud kedewasaan rohani
sendiri, mampu berdiri sendiri, dan mampu bertanggung
jawab atas semua perbuatannya.
b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus adalah tujuan tertentu yang hendak
dicapai berdasarkan usia, jenis kelamin, sifat, bakat,
intelegensi, lingkungan sosial budaya, tahap-tahap
perkembangan, tuntutan syarat pekerjaan, dan lain
sebagainya.
c. Tujuan Tidak Lengkap
Tujuan tidak lengkap adalah tujuan yang
menyangkut sebagian aspek manusia, misalnya aspek
psikologis, biologis, dan sosisologis saja.
d. Tujuan Sementara
Tujuan sementara adalah tujuan yang sifatnya
sementara.dan tidak dapat dicapai secara sekaligus,
karenanya harus ditembuh secara bertingkat. Contohnya
untuk memperoleh gelar sarjana harus melalui sekolah
menengah, dan sebelum menengah harus menempuh
tingkat menengah pertama.
e. Tujuan intermedier
Tujuan internedier adalah tujuan perantara bagi
dibiasaka untuk menyapu halaman, maksudnya agar ia
kelak mempunyai rasa tanggung jawab.
f. Tujuan Insidental
Tujuan insendental adalah tujuan yang dicapai
pada saat-saat tertentu, yang sifatnya seketika dan spontan.
Misalnya, oramgtua menegur anak-anak agar berbicara
sopan.
7. Unsur Pendidikan
Menurut Muchtar (2005-14) ada tiga unsur utama yang harus
terdapat dalam proses pendidikan, yaitu: Pendidik (orangtua,
guru/ustadz/dosen/pembimbing/ulama), Peserta didik
(anak/santri/mahasiswa), ilmu atau pesan yang disampaikan (nasehat,
materi pembelajaran). Tanpa ada unsur-unsur dalam pendidikan,
pendidikan tidak akan berjalan efektif karena setiap unsur mempunyai
ketergantungan yang sangat erat dan mempunyai ikatan satu kesatuan
dalam menegakkan bahkan melejitkan pendidikan yang bagus sesuai
yang harapan bangsa, jika salah satu mempunyai celah diantara unsur
tersebut pendidikan tidak akan efektif bahkan akan hilang
BAB III
PONDOK PESANTREN AL-HUDA DAN PENDIDIKANNYA A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Al-Huda
Penulis melakukan penelitian di Pondok Pesantren Al-Huda
yang beralamat di dukuh Soko, RT 01 RW 01 Desa Sokopuluhan,
Kecamatan Pucakwangi, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Sebagai sebuah
Pondok Pesantren yang memiliki sejarah, visi-misi tujuan yang tidak jauh
berbeda dengan pondok pesantren yang lainnya. Dalam menyelenggarakan
seluruh kegiatan dan menetapkan seluruh peraturan Pondok Pesantren
Al-Huda memiliki pedoman ajaran agama islam yaitu Al Quran dan
As-sunnah.
1. Sejarah Pondok Pesantren Al-huda
Pondok Pesantren Al-Huda merupakan lembaga pendidikan
dan pengajaran agama islam yang berdiri sekitar tahun 1988.
Pendirinya adalah Kyai Masyhudi dan diwariskan kepada putranya
dan sampe sekarang diasuh oleh Kyai Muhammad Thosin AH dengan
alamat Dukuh Soko, RT 01 RW 01 Desa Sokopuluhan, Kecamatan
Pucakwangi, Kabupaten Pati.
Awal mula pada zaman itu simbah kyai Masyhudi sudah
mempunyai santri 3 tapi hanya mengaji dengan cara pulang pergi
karena pada zaman dahulu belum mempunyai tempat tinggal yang
khusus untuk menampung para santri. Berawal dari situlah simbah
untuk bermukim santri dengan alasan kasihan dengan santri yang
harus pulang pergi dalam menimba ilmu walaupun dikala itu hanya 3
orang, tapi dengan berjalannya waktu semakin banyak santri dan
akhirnya diresmikanlah menjadi Pondok Pesantren Al-Huda sekitar
pada tahun 1988.
Setelah simbah masyhudi meninggal dunia diwariskan lah
Pondok Pesantren Al-Huda kepada kyai Muhammad Thosin sampai
sekarang ini yang perkembangannya semakin pesat yang hampir
setiap tahunnya ada pembangunan pondok pesantren entah dari
renovasi ataupun membuat tambahan kamar mandi.
Dahulu sebelum ada pondok putri yang dibangun sekitar tahun
2009 hanyalah pondok putra saja dengan santri yang kurang begitu
banyak, tapi Pondok Pesantren Al-Huda meluluskan alumni yang
hafidz dan hafidzoh yang ta’dzim kepada kyai dan orang yang lebih
tua. Pondok Pesantren Al-Huda adalah satu-satunya Pondok Pesantren
putra putri yang ada di Pucakwangi yang latar belakangnya pondok Al
Quran dan pondok yang dipandang bagus dalam manajamen
lembaganya yang diyakini masyarakat pondok paling ketat yang ada
di Pucakwangi.
2. Keadaan Santri dan Ustadz
Santri di Pondok pesantren Al-Huda ada dua bagian yaitu santri
mukim dan santri kalong. Adapun pengertian dari santri mukim yaitu
mempelajari agama Islam dan melaksanakan kewajiban sebagai
seorang santri, sedangkan santri kalong yaitu santri yang berasal dari
sekeliling pesantren bahkan yang dari beda daerah yang mengaji tapi
tidak untuk menetap di Pondok Pesantren dan hanya pulang pergi
dalam kegiatan mengajinya.
Adapun jumlah santri Pondok Pesantren Al-Huda secara
keseluruhan adalah 61 santri diantaranya 26 santri putri mukim 20
santri putra mukim, dan 15 santri kalong. Ustadz di Pondok Pesantren
Al-Huda ada 3 semua ustadz bermukim dekat dengan dipondok
pesantren Al-Huda.
3. Sarana dan Fasilitas Pondok Pesantren
Pondok Pesantren Al-Huda termasuk pesantren yang baru
karena belum lama juga dalam proses pendiriannya, maka dari ibu
sarana dan prasarana dapat dikatakan terabatas, tetapi hal tersebut tidak
membuat para santri dan kyai yang mengasuh merasa kecil hati.
Dengan adanya sarana prasarana yang seadanya tersebut mereka tetap
melaksanakan proses pendidikan dan pengajaran sebagai suatu
keharusan dalam menimba ilmu dan mengajarkan sebuah ilmu supaya
bermanfaat dan berkah. Sistem pendidikan di pesantren Al-Huda yng
diajarkan kepada santrinya tidak hanya untuk mengaji di pondok
tetapi santri juga dibebaskan untuk menimba ilmu di luar lingkungan
pesantren, terutama lembaga-lembaga formal. Adapun sarana da
a. Satu wisma untuk santri putra yang terdiri dari empat kamar santri
satu kantor untuk kepengurusan santri putra.
b. Satu wisma untuk santri putri yang terdiri dari tiga kamar santri
satu kantor kepengurusan santri putri.
c. Dua aula sebagai pusat kegiatan santri putra dan putri.
d. Satu rumah tempat ngaji santri khusus putra.
B. Program Pendidikan dan Pengajaran 1. Visi dan Misi Pondok Pesantren
a. Visi Pondok Pesantren Al-Huda
1) Melahirkan kader santri yang berwawasan islami
2) Membentuk karakter santri yang berakhlakul karimah
b. Misi Pondok Pesantren Al-Huda
1) Menanamkan keimana dan ketaqwaan kepada Allah SWT
2) Mengedepankan akhlak dan selamat dunia akhirat
3) Pemeliharaan dan pengembangan tradisi islam
2. Kurikulum
Santri di Pondok Pesantren Al-Huda ada dua bagian yaitu
bil-ghoib dan bin-nadzor, adapun yang disebut santri bil-bil-ghoib adalah
santri yang fokus pendidikannya khusus menghafalkan Al Quran
walaupun ada sebagian kitab-kitab klasik yang dipelajari itu hanya
sebagai sebagan kegiatan lainnya, sedangkan santri bin-nadzor adalah
santri yang pendidikannya tidak dengan manghafal Al Quran dan
yang lebih banyak mempelajari kitab-kitab klasik daripada santri
bil-ghoib.
Materi yang dipelajari di Pondok Pesantren Al-Huda adalah
kitab-kitab klasik tetapi yang lebih utama ditekankan pada hafalan Al
Quran, diantara kitab yang dipelajari mencakup bahasa, fiqih, tasawuf,
akhlak, tata cara berumah tangga. Diantara kitab-kitab klasik yang dipelajari adalah tajwid, hikam, fathul qorib, nashoihul ‘ibad, tanwirul
qulub, qurrotul uyun, uqudulujain, mina husaniyah, tafsir jalalain, tafhul mu’in, matan jurumiyah, kasifatussaja, ta’lim muta’alim.
Bagi santri bin-nadzor diwajibkan mengikuti semua jadwal
ngaji kitab-kitab klasik yang setiap harinya ngaji kitab yang berbeda.
Sedangkan untuk para santri bil-ghoib tidak ditekankan lebih dalam
mengaji kitab-kitab klasik tetapi juga diwajibkan untuk mengaji kitab
tapi hanya diwaktu sore setelah ashar dan selebihnya lebih fokus
kedalam hafalannya.
3. Metode
Pelaksanaan pendidikan manakala metode yang diterapkan
efektif dan terarah dengan baik. Untuk itu pelaksanaan pendidikan dan
pengajaran di Pondok Pesantren Al-Huda menggukan metode antara
lain:
a. Metode Sorogan
Qur’annya dihadapan kyai atau badalnya (asisten kyai). Metode
sorogan yang dipakai di Pondok Pesantren Al-Huda yaitu dimana
seorang kyai duduk di depan para santri sedangkan santrinya
maju satu persatu dengan membawa Al Quran untuk setoran ngaji
secara bergantian. (Fathurrokhim: 01 Mei 2016 pukul 15.30)
Sebagaimana dijelaskan Idrus, (2009: 97) sorogan berasal dari
kata sorog (bahasa jawa), yang berarti menyodorkan, sebab setiap
santri menyodorkan kitab atau Al Qurannya dihadapan kyai atau
badalnya (pengganti kyai). Metode sorogan ini termasuk mengaji
secara individual, dimana seorang santri berhadapan dengan kyai
dan terjadi interaksi belajar Al Quran dan saling mengenal
keduanya dengan cara bergantian antara santri satu dengan
lainnya.
b. Metode Wetonan/Bandongan
Metode weton ini merupakan metode kuliah, di mana para santri mengikuti pelajaran secara kuliah, santri menyimak kitab
masing-masing dan membuat catatan. Metode wetonan atau bandongan di Pondok Pesantren Al-Huda adalah metode ini lebih
sering digunakan dalam kegiatan mengaji kitab-kitab klasik,
dimana seorang kyai duduk di depan sedangkan santri duduk di
depannya kyai dengan rapi dan kyai membacakan dan
sedangakan santri menulisnya dalam kitab tersebut.
(Fathurrokhim: 01 Mei 2016 pukul 15.40)
4. Jadwal Kegiatan Santri
Tabel 3.2
Jadwal Kegiatan Harian Santri
No Waktu Jenis Kegiatan Pelaksana Koordinator
1 04.30 Jamaah sholat subuh Selruh
santri Kyai Muhammad Thosin 2 05.00 Ngaji Al Quran Selruh
santri Kyai Muhammad Thosin 3 07.00 Sekolah Selruh
santri Kyai Muhammad Thosin 4 15.30 Jamaah sholat ashar Selruh
santri Kyai Muhammad Thosin 5 16.00 Ngaji kitab nashoikhul
‘ibad Selruh santri Kyai Muhammad Thosin 6 18.00 Jamaah sholat maghrib Selruh
santri Kyai Muhammad Thosin 7 18.30 Ngaji kitab fasholatan Selruh
santri Kyai Muhammad Thosin 8 19.00 Jamaah sholat isya’ Selruh
santri Kyai Muhammad Thosin 9 19.30 Ngaji Kitab Ta’lim
Tabel 3.3
Jadwal Kegiatan Mingguan Santri
No Hari/Waktu Kegiatan Pelaksana Koordinator
1 Kamis 16.00 Ziarah Makam
Kyai Masyhudi Seluruh santri Pengurus 2 Kamis 19.30 Marhabanan Seluruh
santri Pengurus 3 Jum’at 04.30 Dziba’an Seluruh
santri Pengurus 4 Jum’at 13.00 Ngaji kitab salam
taufiq Seluruh santri Pengurus 5 Ahad 18.30 Sholawat
burdahan/berjanji Seluruh santri Pengurus 6 Senin 18.30 Fasholatan Seluruh
santri Pengurus 7 Selasa 02.00 Tawassulan Seluruh
santri Pengurus
Tabel 3.4
Jadwal Kegiatan Bulanan Santri
No Hari Kegiatan Pelaksana Koordinator 1 Tanggal
Tabel 3.5
Jadwal Kegiatan Tahunan Santri
No Kegiatan Koordinator
1 Re-Organisasi Pengurus
2 Haul si mbah kyai Masyhudi Keluarga Ndalem dan seluruh santri
3 Ziarah (Wisata Religi) Kyai Muhammad Thosin
4. Tata Terbit Santri a. Kewajiban Santri
1) Bagi santri baru diharuskan sowan kepada bapak kyai dan
mengantarkan diri kepada ketua pondok dengan dintar kedua
orangtua.
2) Santri wajib pamit kepada pengurus sebelum kepengasuh
ketika mau pulang/bepergian baru pulang kerumah.
3) Santri wajib membayar syahriyah dan uang kebersihan yang
sudah ditentukan pada setiap bulannya.
4) Santri wajib mengikuti pengajian Al quran yang sudah
dijadwalkan.
5) Santri yang tidak menghafalkan Al quran wajib mengikuti
pengajian kitab yang sudah dijadwalkan.
6) Bagi santri putra wajib mengikuti sholat jama’ah di masjid
pada setiap waktu sholat terutama pada waktu sholat subuh
beserta wiridannya. Sedangkan santri putri wajib berjama’ah
7) Bagi santri putra wajib mengikuti al-barjanji di masjid pada
malam jum’at dan pondok pada malam senin serta hari besar
lainnya yang sudah ditentukan. Sedangkan bagi snatri putri
wajib mengikuti al-barjanji pada waktu-waktu yang
ditentukan.
8) Santri wajib mengikuti sholawatan ba’da maghrib di aula
Pondok Pesantren Al-Huda.
9) Santri wajib mengikuti jam belajar setiap malam kecuali
malam selasa dan jum’at di aula Pondok Pesantren Al-Huda.
10) Santri wajib menjaga kebersihan, ketenangan dan kenyamanan,
baik di dalam maupun di luar pondok.
11) Santri wajib menjaga nama baik almamater Pondok Pesantren
di dalam maupun di luar lingkungan Pondok Pesantren
Al-Huda.
12) Santri diwajibkan memakai jubah dan surban lengkap sewaktu
sholat jama’ah
13) Santri wajib memakai kopyah hitam sewaktu mengaji Al
quran.
14) Santri wajib mentaati peraturan yang sudah ditentukan oleh
b. Larangan Santri
1) Santri dilarang bergaul bebas dan erat dengan anak kampung
(orang kampung)
2) Santri dilarang keras bermu’asyaroh dengan perempuan bukan
mahromnya terutama dilingkungan pondok.
3) Santri dilarang pulang dan bepergian tanpa seizin bapak
pengasuh/kyai dan seksi keamanan.
4) Santri dilarang memakai barang milik orang lain tanpa seizin
pemiliknya.
5) Santri dilarang menonton orkes atau kesenian lainnya.
6) Santri dilarang merokok kecuali sudah berumur 20 tahun atau
mendapat izin dari pengasuh/kyai.
7) Santri dilarang main catur/remi atau mainan lainnya.
8) Santri dilarang keras membawa HP di Pondok Pesantren.
9) Santri dilarang menonton TV selain waktu-waktu yang
diizinkan.
10) Santri dilarang mengambil barang orang lain (mencuri) barang
orang lain.
11) santri dilarang berbicara jorok atau seenaknya yng tidak sesuai
dengan norma santri dan norma agama.
12) santri dilarang keluar malam melewati jam malam kecuali
5. Struktur Organisasi
Tabel 3.6
Struktur Organisasi Putra
No Jabatan Nama
1 Pengasuh 1. Kyai Muhammad Thosin A.H 2. Ibu Nyai Sumiyati
2 Ustadz dan Ustadzah 1. M. Khairul Amin 2. M. Abdul Aziz 3. M. Basyri Dahlan 3 Lurah/ketua Pondok Fathurrohim
4 Sekretaris Syahid Nur Rohman 5 Bendahara Ahmad Arifudin
6 Seksi Pendidikan 1. Heru Rif’an Susanto 2. Nurhadi
7 Seksi Kebersihan 1. Ahmad Suwadi 2. M. Subkhi 8 Seksi Keamanan 1. M. Zainal Abidin
2. Firman Hidayat 9 Seksi Sosial 1. Aan Andriana
Tabel 3.6
2 Ustadz dan Ustadzah 1. M. Khairul Amin 2. M. Abdul Aziz 3. M. Basyri Dahlan 3 Lurah/ketua Pondok Nur Khosi’ah
4 Sekretaris Maryati
5 Bendahara Nur Evita Amilatun 6 Seksi Pendidikan 1. Akmilatul
Maghfiroh 9 Seksi Sosial 1. Iin Setyaningsih
2. Nunung Setiana
C. Ritual Tawassulan di Pondok Pesantren Al-Huda
Berdasarkan wawancara dan observasi yang dilakukan oleh
1. Pengertian Tawassulan
Makna tawassulan adalah tali sambung perantara kepada Allah atau tatacara mendekatkan diri kepada Allah dengan bertawassul kepada para wali, karena kalau hanya orang awam ibarat berjalan
sendiri tanpa ada perantara itu keberatan, dengan adanya perantara dari
wali diharapkan cepat sampainya kepada Allah.
2. Syarat dan Rukun Tawassulan
Adapun syarat dan rukun tidak ada syarat tertentu, semua
kalangan bisa mengikuti tawassulan tanpa memenuhi syarat, tetapi alangkah baiknya yang diyakini di Pondok Pesantren Al-Huda agar
doanya cepat sampai yaitu kalau sudah di ba’iat oleh syaikhona
mukarrom di Bondanas Subang Jawa Barat, untuk diba’iat sendiri ada
syaratnya yaitu puasa semalam sehari 24 jam yang dimulai dari malam
hari baru bisa mengikuti ba’iat.
Berkaitan dengan rukun dalam bertawassul di Pondok Pesantren Al-Huda disunnahkan untuk memakai jubah, sorban, pecis
yang lengkap dengan udeng-udeng berwarna putih polos bagi jamaah
laki-laki, sedangkan para jamaah putri memakai mukena putih polos
yang diyakini setiap satu barang yang dipakai dan berwarna putih
pahalanya 27 derajat.
3. Tatacara Pelaksanaan Ritual Tawassulan
sekali pada pukul setengah delapan malam, yang diikuti para santri dan
masyarakat sekitar pondok pesantren Al-Huda jumlahnya kurang lebih
100 jamaah. Dengan tujuan dilaksanakannya tawassulan adalah bertujuan beribadah menghadap kepada Allah dan menata kehidupan
yang Islami dan beriman untuk menjadikan insan mulia yang selalu
berakhlakul karimah sesuai tuntunan agama dan norma-norma.
Kitab yang digunakan untuk ritual tawassulan adalah buku khusus yang memang hanya untuk tawassulan, nama kitabnya adalah Sab’ul Khoirat yang diciptakan oleh Al-Habib Abah Ahmad bin Abdul Jalil dari Kebondanas, Pasukanegara, Subang, Jawa Barat. Sedangkan
penulis dari kitab tersebut Simbah Irsyad Sya’roni Blora pada tahun
Jumadil Akhir 1320 H.
Kitab Sab’ul Khoirat tersebut di dalamnya mencakup hadroh kepada para Nabi, malaikat, ulama, wali, syi’iran jawa, dan doa-doa
tawassul itu sendiri, dari sanad kitab itu sendiri dari Subang Jawa Barat yang diyakini disana itu pusat orang syahadat. Banyak orang
yang meyakini adanya tawassulan seperti yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Al-Huda Sokopuluhan Pucakwangi Pati.
Adapun tata cara pelaksanaan ritual tawassulan di Pondok Pesantren Al-Hudasecara detailyaitu:
a. Para jamaah beserta imam membaca nadzoman pada halaman 1-2
b. Imam tawassul membaca hadroh dari halaman 3-4 dalam kitab Sab’ul Khairat panduan tawassulan,
c. Membaca asmaul husna dilanjutkan membaca syahadat beserta
sholawat dan istighfar tiga kali,
d. Imam dan para jamaah membaca ayat-ayat Al Quran diantaranya
Q.S A’raf ayat 175-180, Q.S Thoha ayat 1-14, Q.S
Al-Mudatssir ayat 1-56, Q.S Al-Hadid ayat 1-10 dalam kitab Sab’ul Khairat panduan tawassulan,
e. Imam membaca bacaan-bacaan inti dalam ritual tawassulan dari halaman 7-14 dalam kitab Sab’ul Khairat panduan tawassulan, sedangkan para jamaah hanya mendengarkan saja,
f. Dilanjutkan membaca doa-doa pada halaman 15-23 dalam kitab
Sab’ul Khairat panduan tawassulan, yang dibaca oleh imam beserta jamaah,
g. Dari halaman 24-28 dalam kitab Sab’ul Khairat panduan tawassulan, yaitu mahalul qiyam (berdiri) yang dibaca oleh imam beserta jamaah secara bersama-sama, setelah mahalul qiyam (berdiri)
h. Dilanjutkan untuk kembali duduk kembali dengan membaca ayat
ayat Al quran yaitu Q.S Al-Isro’ ayat 78-84, 110-111, Q.S Al-Kahfi
i. Setelah itu dilanjutkan imam beserta jamaah berdiri kembali yaitu
membaca doa di kitab panduan halaman 30 dalam kitab Sab’ul Khairat panduan tawassulan padabagian bawah,
j. Setelah membaca doa duduk kembali melanjutkan ritual tawassul sampai selesai di halaman 31-33 dalam kitab Sab’ul Khairat panduan tawassulan,
k. Bagian terakhir dalam ritual tawassulan yaitu penutup yang diakhiri dengan membaca nadzoman.
Berdasarkan hasil wawancara dan observsi yang peneliti
lakukan pelaksanaan ritual tawassulan sesuai pendapat dari responden sebagai berikut:
“Pelaksanaannya dilaksanakan pada hari jum’at wage malam sabtu kliwon, dalam bertawassul diperintahkan untuk berpakaian putih lengkap dengan jubah, sorban, udeng-udeng, rida’ serta harus bersuci dahulu, dan tatacaranya pertama hadroh kepada Nabi, wali, rasulullah, Ali, Fatimah, Khotijah, Hasan, Husain, syekh-syekh mukarrom, Ahmad Nurul Mubin, yang kedua membaca sholawat dan syahadat, ketiga membaca ayat-ayat Al quran, keempat membaca doa-doa sampai akhir.” (MT)
Pelaksanaan ritual tawassulan yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Al-Huda pada setiap satu bulan sekali yaitu pada hari
Jum’at Wage malam Sabtu Kliwon dan itu sebagai kegiatan rutinan
setiap bulannya, dalam tawassulan dianjurkan untuk memakai jubah lengkap dengan sorban, rida’ dan udeng-udeng, tatacaranya diawali
membaca syahadatain, membaca ayat-ayat Al Quran, dan terakhir
membaca doa-doa yang ada dalam kitab panduan tawassulan.
“Tata caranya pertama pembukaan, dilanjutkan dengan mauidzoh hasanah/siraman rohani, hadroh, dan dilanjutkan puncak acara yaitu tawassulan dengan panduan kitab.” (FR) Jadi tata cara pelaksanaan ritual tawassulan itu diawali dengan pembukaan yang dilanjutkan dengan siraman rohani dari seorang
imam sebelum acara puncak yaitu dengan diawali hadroh kepada Nabi
dan para wali dilanjutkan membaca doa-doa dan ada syair-syair yang
sudah tertera dalam kitab panduan tawassulan.
“Tata caranya yang pertama tawassul kepada sesepuh ulama’, kyai, terus dzikir biasa, selanjutnya berdoa sampai akhir.” (MR)
Urutan tata cara tawassulan yang pertama yaitu tawassul kepada sesepuh, ulama’, kyai, yang kedua dzikir seprti halnya dzikir
yang sering dilakukan, yang ketiga membaca doa-doa yang ada dalam
kitab panduan tawassulan sampai akhir.
“Tata cara pelaksanaan tawassulan di Pondok Pesantren Al-Huda adalah dimulai dengan berwudhu, muqoddimah dari imam, membaca nadzoman, hadroh, doa tawassul, penutup.” (HS)
Jadi tata cara urutan pelaksanaan ritual tawassulan di Pondok Pesantren Al-Huda adalah dimulai dengan berwudhu, muqoddimah
dari imam, membaca nadzoman, hadroh, doa tawassul sesuai kitab panduan tawassulan dan yang terakhir penutup.
adalah untuk menyambung tali tawassul kepada ulama’, Nabi, dan para malaikat, (3) bacaan Al quran dimaksudkan untuk mengingatkan kita bahwa sumber hukum islam yang utama adalah Al quran, (4) bacaan doa tawassul dimaksudkan untuk menerangkan bahwa manusia tidak bisa hidup sendiri dan membutuhkan sambungan dari tawassul kepada Nabi, ulama’, dan malaikat untuk menghamba kepada Allah.” (KH)
Pelaksanaannya dimulai dengan membaca nadzoman, kedua
membaca hadroh kepada Nabi, ulama’ dan malaikat, ketiga membaca
ayat-ayat Al Quran, keempat membaca doa-doa tawassul sesuai dengan kitab panduan bertawassul.
“Pertama hadroh dilanjutkan membaca doa-doa yang sudah tertera dalam kitab panduan tawassulan.” (NK)
Tata cara dalam bertawassul akan dimulai dengan membaca hadroh kepada para Nabi, wali, dilanjutkan dengan membaca doa-doa
tawassul sesuai dengan kitab panduannya.
“Tata cara pelaksanaan tawassulan yang pertama dimulai dengan pembukaan yaitu seorang imam membuka dengan salam, dilanjutkan dengan mauidzoh hasanah, kedua membaca hadroh asmaul husna dan syahadat, ketiga membaca doa-doa tawassul sampai akhir sesuai kitab panduan.” (KA)
Tawassulan di Pondok Pesantren Al-Huda dimulai dengan pembukaan yang dibuka seorang imam tawassul dilanjutan mauidzoh hasanah, kedua membaca hadroh kepada para Nabi, wali, ulama, dan
malaikat Allah serta membaca syahadat dan asmaul husna, ketiga