• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH KEPEMIMPINAN ISLAMI, BUDAYA ORGANISASI, MOTIVASI KERJA DAN PEMBERIAN REWARD TERHADAP KINERJA KARYAWAN DENGAN PEMBERIAN REWARD SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Studi Kasus Pada Bank BTN Syariah KC Semarang) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tug

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISIS PENGARUH KEPEMIMPINAN ISLAMI, BUDAYA ORGANISASI, MOTIVASI KERJA DAN PEMBERIAN REWARD TERHADAP KINERJA KARYAWAN DENGAN PEMBERIAN REWARD SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Studi Kasus Pada Bank BTN Syariah KC Semarang) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tug"

Copied!
156
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH KEPEMIMPINAN ISLAMI,

BUDAYA ORGANISASI, MOTIVASI KERJA DAN

PEMBERIAN

REWARD

TERHADAP KINERJA

KARYAWAN DENGAN PEMBERIAN

REWARD

SEBAGAI VARIABEL

MODERATING

(Studi Kasus Pada Bank BTN Syariah KC Semarang)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

Disusun Oleh

ILMI KARIMA JAMIL

NIM 21313175

JURUSAN S1 PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

MOTTO

Janganlah seperti ayam betina, barulah bertelur sebutir,

sudah petok-petok sampai ke ujung dunia. Jadilah serupa

akar. Misterius, namun diam-diam menghidupi pohon

tertinggi di dunia.

Jika hidup adalah fungsi waktu, maka bagi seorang

mukmin nilai puncaknya harus diraih dalam grafik di ujung

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap rasa syukur kepada Allah SWT, Skripsi ini saya

persembahkan untuk:

Allah SWT yang telah memberi kemudahan dan kelancaran dalam

pembuatan skripsi ini,

Untuk Ummi, Abi dan Ilma yang selalu mendoakan dan mensupport

dalam segala kondisi,

Seluruh keluarga dan kerabat yang memberikan semangat dalam

pembuatan skripsi ini,

Para dosen-dosenku, terutama Bapak Ahmad Mifdlol Muthohar

selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan

waktu, memberikan dorongan, bimbingan dan mengarahkan penulis

dalam penulisan skripsi ini,

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan

hidayah-Nya kepada penyusun skripsi, sehingga penyusun skripsi dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga tetap

tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang senantiasa dinanti-nantikan

syafa’atnya di Yaumul Qiyamah nanti.

Penyusun skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Kepemimpinan Islami,

Budaya Organisasi, Motivasi Kerja dan Pemberian Reward Terhadap Kinerja

Karyawan dengan Pemberian Reward Sebagai Variabel Moderating (Studi Kasus

Pada Bank BTN Syariah KC Semarang)” adalah untuk memenuhi salah satu

syarat memperoleh gelar akademik Sarjana Ekonomi (S.E) di Institut Agama

Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak akan

berjalan dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu,

penyusun menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr.Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) Salatiga.

2. Bapak Dr. Anton Bawono, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

3. Ibu Fetria Eka Yudiana, M.Si selaku Ketua Jurusan S1 Perbankan Syari’ah

(9)

ix

4. Bapak Dr. Ahmad Mifdlol M. MSI selaku dosen pembimbing yang telah

banyak meluangkan waktu, memberikan dorongan, bimbingan dan

mengarahkan penulis dalam penulisan skripsi ini dari awal sampai akhir.

5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam dan seluruh

sivitas akademik IAIN Salatiga.

6. Kedua orang tua tercinta yang telah membimbing dan memotivasi

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Terima

kasih atas kasih sayang, doa, nasehat, kesabaran dan semangat luar biasa

yang diberikan.

7. Rekan-rekan mahasiswa angkatan 2013 Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Islam jurusan S1 PerbankanSyariah.

8. Dan semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi baik secara

langsung maupun tidak langsung, yang tidak bisa penulis sebutkan

satu-per satu, terima kasih untuk semangat yang selalu kalian berikan.

Selanjutnya penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak

kekurangan dan jauh dari kata sempurna, semua itu karena keterbatasan penulis.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan

guna menyempurnakan penulisan skripsi ini.

Salatiga, 30 Juli 2017 Penulis

(10)

x ABSTRAK

Jamil, Ilmi Karima. 2017. Analisa Pengaruh Kepemimpinan Islami, Budaya Organisasi, Motivasi Kerja dan Pemberian Reward terhadap Kinerja Karyawan dengan Pemberian Reward Sebagai Variabel Moderating (Studi Kasus pada Bank BTN Syariah KC Semarang). Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Program Studi S1-Perbankan Syariah IAIN Salatiga. Pembimbing: Dr. Ahmad Mifdlol M. MSI.

Penelitian ini untuk menguji dan menganalisis pengaruh kepemimpinan Islami, budaya organisasi dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan dengan dimoderasi pemberian reward. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari lima variabel, yaitu: kepemimpinan Islam, budaya organisasi dan motivasi kerja sebagai variabel bebas, dan pemberian reward sebagai variabel moderasi, sedangkan kinerja karyawan sebagai variabel terikat.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan Bank BTN Syariah KC Semarang. Sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 74 orang. Teknik pengumpulan data penelitian dengan cara menyebar kuesioner yang disusun secara sistematis dengan beberapa pertanyaan yang mudah dipahami. Kemudian data yang terkumpul melalui kuesioner dilakukan uji analisis data; validitas dan reliabilitas, uji asumsi klasik dilanjutkan dengan analisis regresi berganda, uji variabel moderasi dengan menggunakan MRA (Moderated Regression Analysis).

Hasil uji menunjukkan bahwa variabel kepemimpinan Islami dan pemberian reward memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan dengan taraf signifikan yaitu 0,000, sedangkan variabel budaya organisasi dan motivasi kerja berpengaruh negative dan tidak signifikan terhadap kinerja karyawan dengan nilai signifikan berurutan masing-masing yaitu 0,238 dan 0,286, dan hasil uji moderasi variabel pemberian reward menunjukkan adanya pengaruh moderasi antara kepemimpinan Islami terhadap kinerja karyawan, budaya organisasi terhadap kinerja karyawan dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan.

(11)

xi DAFTAR ISI

JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv

PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Kegunaan Penelitian... 12

E. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II LANDASAN TEORI ... 15

A. Telaah Pustaka ... 15

(12)

xii

1. Kepemimpinan Islam ... 20

2. Budaya Organisasi ... 29

3. Motivasi Kerja ... 35

4. Pemberian Reward ... 41

5. Kinerja Karyawan ... 45

C. Kerangka Penelitian ... 47

D. Hipotesis ... 48

BAB III METODE PENELITIAN... 54

A. Jenis Penelitian ... 54

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 54

C. Populasi dan Sampel ... 54

D. Teknik Pengumpulan Data ... 55

E. Skala Pengukuran ... 56

F. Definisi Konsep dan Operasional ... 57

1. Definisi Konsep ... 57

2. Definisi Operasional... 59

G. Instrumen Penelitian... 61

H. Uji Instrumen Penelitian ... 61

1. Uji Instrumen ... 61

2. Uji Statistik ... 62

3. Uji Asumsi Klasik ... 65

I. Alat Analisis ... 67

(13)

xiii

A. Deskripsi Obyek Penelitian ... 68

B. Analisis Deskriptif Responden ... 72

C. Analisis Data ... 74

1. Uji Validitas ... 74

2. Uji Reliabilitas ... 76

3. Uji Statistik ... 77

4. Uji Asumsi Klasik ... 85

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 91

BAB V PENUTUP ... 100

A. Kesimpulan ... 100

B. Saran ... 103

DAFTAR PUSTAKA ... 105

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Research Gap ... 8

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 17

Tabel 3.1 Definisi Konsep dan Operasional ... 59

Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden ... 72

Tabel 4.2 Usia ... 73

Tabel 4.3 Pendidikan Terakhir ... 74

Tabel 4.4 Ringkasan Hasil Uji Validitas ... 75

Tabel 4.5 Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas ... 76

Tabel 4.6 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 77

Tabel 4.7 Hasil Uji Statistik F ... 78

Tabel 4.8 Hasil Uji Statistik t ... 79

Tabel 4.9 Hasil Uji Moderasi Variabel Pemberian Reward Terhadap Kepemimpinan Islam ... 82

Tabel 4.10 Hasil Uji Moderasi Variabel Pemberian Reward Terhadap Budaya Organisasi ... 83

Tabel 4.11 Hasil Uji Moderasi Variabel Pemberian Reward Terhadap Motivasi Kerja ... 84

Tabel 4.12 Hasil Uji Multikolonieritas ... 86

Tabel 4.13 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 87

Tabel 4.14 Hasil Regresi Persamaan Linier ... 89

(15)

xv

Tabel 4.16 Hasil Uji Normalitas ... 90

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian ... 48

Gambar 4.1 Lambang Perusahaan PT Bank Tabungan Negara ... 71

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

A. Hasil Uji Penelitian

1. Uji Instrumen

2. Uji Regresi

3. Moderated Regression Analysis (MRA)

4. Uji Asumsi Klasik

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan dan perkembangan perbankan syariah yang

begitu pesat akhir-akhir ini ditandai dengan semakin bertambahnya

jumlah jaringan pelayanan bank syariah dan semakin beragamnya

produk menyebabkan penerapan Good Corporate Governance

(GCG) pada perbankan syariah menjadi semakin penting. GCG yang

berfungsi untuk mengantisipasi berbagai macam risiko, baik risiko

finansial maupun reputasi, juga merupakan pilar penting yang harus

diterapkan untuk mewujudkan bank syariah yang unggul dan

tangguh. Penerapan GCG di bank syariah menjadi penting

mengingat bank syariah merupakan bank yang menggunakan prinsip

profit sharing (keuntungan dibagi bersama antara bank dan nasabah)

(Faozan, 2013: 2).

GCG merupakan suatu sistem pengelolaan perbankan yang

dirancang untuk meningkatkan kinerja bank, melindungi

kepentingan stakeholders dan meningkatkan kepatuhan terhadap

peraturan perundang-undangan serta nilai-nilai etika yang berlaku

secara umum. Oleh sebab itu, untuk membangun kepercayaan

(19)

prinsip syariah, diperlukan pelaksanaan GCG sebagai syarat bagi

bank syariah untuk berkembang dengan baik dan sehat.

Agar penerapan GCG lebih efektif di perbankan syariah,

Bank Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI)

Nomor 11/33/PBI/2009 yang selanjutnya dilengkapi dengan Surat

Edaran Bank Indonesia (SEBI) tentang Pelaksanaan GCG di Bank

Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS). Sejak

dikeluarkannya PBI tersebut, bank syariah berkewajiban

menerapkan GCG dan melakukan self assessment serta kemudian

membuat laporan tentang penerapan GCG dalam laporan

tahunannya.

Perbankan syariah diharapkan turut berkonstribusi dalam

mendukung transformasi perekonomian pada aktivitas ekonomi

produktif, bernilai tambah tinggi dan inklusif, terutama dengan

memanfaatkan bonus demografi dan prospek pertumbuhan ekonomi

yang tinggi, sehingga peran perbankan syariah dapat terasa

signifikan bagi masyarakat.

Semakin besar pertumbuhan perbankan syariah, maka akan

semakin banyak masyarakat yang terlayani. Makin meluasnya

jangkauan perbankan syariah menunjukkan peran perbankan syariah

(20)

Perbankan syariah seharusnya tampil sebagai garda terdepan atau

lokomotif untuk terwujudnya financial inclusion.

Ketua Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI)

Agustianto Mingka menilai, dalam pembangunan proyek

infrastruktur yang sedang gencar-gencarnya dilaksanakan

pemerintah, seharusnya perbankan syariah dapat mengambil peran.

Dalam hal ini bank-bank syariah dapat melakukan pembiayaan

sindikasi baik sesama bank syariah maupun bergabung (bersindikasi)

dengan bank-bank konvensional.

Pada tahun akhir-akhir ini diwarnai tingkat kompetisi bisnis

jasa keuangan yang semakin ketat, karena mulai berlakunya

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dimana untuk industri

perbankan hal ini tertuang dalam ASEAN Banking Integration

Framework (ABIF). Semakin sengitnya persaingan di industri jasa

keuangan akan berpengaruh negatif terhadap kinerja perbankan

syariah karena masih terkendala beberapa masalah seperti

keterbatasan modal, sumber dana, SDM dan TI yang belum

mumpuni.

Dalam menghadapi persaingan di era global perusahaan

dituntut untuk bekerja lebih efisien dan efektif. Persaingan yang

semakin ketat menyebabkan perusahaan dituntut untuk mampu

(21)

hidup perusahaan. Perusahaan merupakan salah satu organisasi yang

menghimpun orang-orang yang biasa disebut dengan karyawan atau

pegawai untuk menjalankan kegiatan rumah tangga produksi

perusahaan. Hampir di semua perusahaan mempunyai tujuan yaitu

memaksimalkan keuntungan dan nilai bagi perusahaan, dan juga

untuk meningkatkan kesejahteraan pemilik dan karyawan. Karyawan

atau pegawai merupakan unsur terpenting dalam menentukan maju

mundurnya suatu perusahaan. Untuk mencapai tujuan perusahaan

diperlukan karyawan yang sesuai dengan persyaratan dalam

perusahaan, dan juga harus mampu menjalankan tugas-tugas yang

telah ditentukan oleh perusahaan. Setiap perusahaan akan selalu

berusaha untuk meningkatkan kinerja karyawannya, dengan harapan

apa yang menjadi tujuan perusahaan akan tercapai.

Kemampuan karyawan tercermin dari kinerja, kinerja yang

baik adalah kinerja yang optimal. Kinerja karyawan tersebut

merupakan salah satu modal bagi perusahaan untuk mencapai

tujuannya. Sehingga kinerja karyawan adalah hal yang patut

diperhatikan oleh pemimpin perusahaan.

Kinerja pada umumnya diartikan sebagai kesuksesan

seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Kinerja karyawan

merupakan hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan

(22)

kerja. Karyawan dapat bekerja dengan baik bila memiliki kinerja

yang tinggi sehingga dapat menghasilkan kerja yang baik. Kinerja

karyawan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan

perusahaan atau organisasi dalam mencapai tujuannya. Untuk itu

kinerja dari para karyawan harus mendapat perhatian dari para

pimpinan perusahaan, sebab menurunnya kinerja dari karyawan

dapat mempengaruhi kinerja perusahaan secara keseluruhan.

Kepemimpinan merupakan salah satu faktor penting karena

faktor kepemimpinan dapat memberikan pengaruh yang berarti

terhadap kinerja karyawan karena pimpinan yang merencanakan,

menginformasikan, membuat, dan mengevaluasi berbagai keputusan

yang harus dilaksanakan dalam perusahaan.

Keberhasilaan suatu perusahaan ditunjang oleh peran dari

seorang pemimpin dengan gaya kepemimpinan dalam

mempengaruhi bawahannya. Untuk mewujudkan gaya

kepemimpinan yang efektif diperlukan pemimpin yang berkualitas

dan professional yang mampu memotivasi bawahan agar dapat

melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan yang telah

ditetapkan oleh perusahaan tersebut. Setiap pemimpin memiliki gaya

kepemimpinan yang berbeda-beda. Dimana gaya pemimpin yang

(23)

karyawan yang bekerja akan menjadi tertekan dan kurang

bersemangat untuk bekerja.

Faktor lain yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan

adalah budaya organisasi. Susanto (2006: 109) mengatakan untuk

menciptakan kinerja karyawan yang efektif dan efisien demi

kemajuan organisasi maka perlu adanya budaya organisasi sebagai

salah satu pedoman kerja yang bisa menjadi acuan karyawan untuk

melakukan aktivitas organisasi. Setiap organisasi maupun

perusahaan akan berusaha untuk meningkatkan kinerja karyawan

untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Banyak

perusahaan atau organisasi yang mencoba berbagai cara untuk

meningkatkan kinerja karyawan menjadi lebih efektif dan efisien,

misalnya melalui pendidikan dan pelatihan, pemberian kompensasi

dan motivasi, serta menciptakan lingkungan kerja yang baik.

Faktor lain yang dapat berpengaruh terhadap kinerja

karyawan adalah motivasi kerja. Motivasi kerja adalah suatu

dorongan pribadi seseorang terhadap situasi dan kondisi pekerjaanya

yang dipengaruhi oleh tiga kunci utama yaitu usaha individu, tujuan

organisasi dan kebutuhan pribadi, dimana hal tersebut akan

menetukan prestasi kerja individu sekaligus kinerja organisasi dalam

mencapai tujuan. Upaya memotivasi karyawan disini mengacu pada

(24)

membangun sebuah tim, pertemuan-pertemuan dengan staf, seminar

dan workshop. Strategi memotivasi karyawan meningkatkan kendali

karyawan untuk bekerja pada tingkat yang lebih tinggi lagi.

Sebenarnya banyak karyawan telah termotivasi dengan sendirinya

untuk memberikan apa yang mereka yakini sebagai yang baik. Akan

tetapi dalam beberapa kasus mereka mungkin merasa pihak

management sering membuat mereka frustrasi berkaitan dengan

keinginan-keinginan mereka untuk berbuat demikian (Tansuhaj,

Randall & McCulough 1996). Oleh karena itu untuk memotivasi

mereka supaya tidak frustasi dan merasa puas dengan pekerjaan

mereka maka perusahaan seharusnya menerapkan internal marketing

atau pemasaran internal.

Selain itu menurut Mulyadi (2001), sistem penghargaan

berbasis kinerja merupakan satu alat pengendalian penting yang

digunakan oleh perusahaan untuk memotivasi personil agar

mencapai tujuan perusahaan dengan perilaku sesuai dengan yang

diharapkan perusahaan.

Dari telaah beberapa hasil temuan di atas maka ditemukan

hasil penelitian pengaruh kepemimpinan Islami, budaya organisasi

dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan dengan dimoderasi

pemberian reward. Berikut temuan peniliti dan hasilnya yang

(25)

Tabel 1.1

Research Gap

No Peneliti (Tahun)

Variabel Penelitian Hasil

Penelitian

X Y

A. Kepemimpinan Islami terhadap kinerja karyawan 1. Harahap, B. Budaya organisasi terhadap kinerja karyawan

1. Shalahuddin, C. Motivasi kerja terhadap kinerja karyawan

1. Agusta dan Sutanto, (2013)

Motivasi kerja Kinerja karyawan

+ / signifikan

2. Khumaedi, (2016)

Motivasi kerja Kinerja karyawan

+ / signifikan

3. Inaray dkk, (2016)

Motivasi kerja Kinerja karyawan

- / tidak signifikan No Peneliti

(Tahun) Variabel Moderating Hasil

D Reward sebagai variabel moderating 1. Yuliana dkk,

(2012)

Sistem penghargaan Sistem

penghargaan memoderasi 2. Meidiyana

dkk, (2014)

Sistem penghargaan (reward) Sistem penghargaan (reward) memoderasi

Dari tabel di atas, penelitian Harahap (2016) serta Wijayanti

(26)

karyawan adalah positif dan signifikan, sedangkan hasil penelitian

Juanti (2017) menyatakan negatif dan tidak signifikan. Penelitian

Shalahuddin (2014) dan Budiono (2016) tentang budaya organisasi

terhadap kinerja karyawan adalah positif dan signifikan, sedangkan

hasil penelitian Maabut (2016) menyatakan negatif dan tidak

signifikan. Penelitian Agusta dan Sutanto (2013) serta Khumaedi

(2016) tentang pengaruh motivasi terhadap kinerja karyawan adalah

positif dan signifikan, sedangkan hasil penelitian Inaray dkk (2016)

menyatakan pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja karyawan

adalah negatif dan tidak signifikan. Selanjutnya penelitian Yuliana

dkk (2012) dan Meidiyana dkk (2014) tentang reward sebagai

variabel moderating adalah reward berguna sebagai variabel

moderasi atau reward memoderasi variabel.

Dari penelitian di atas terdapat research gap yang cukup

terlihat. Untuk itu perbankan syariah masih perlu banyak melakukan

pengembangan-pengembangan dan membuat kebijakan-kebijakan

baru dalam hal kepemimpinan, budaya organisasi serta motivasi

kerjanya supaya perbankan syariah mampu untuk lebih

meningkatkan lagi kinerja karyawannya.

Berdasarkan data yang diperoleh, maka penulis tertarik untuk

mengambil judul Skripsi yaitu, “Analisis Pengaruh

(27)

Pemberian Reward terhadap Kinerja Karyawan dengan Pemberian Reward Sebagai Variabel Moderating”.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas maka fokus penelitian dalam

skripsi ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh variabel kepemimpinan Islami terhadap

variabel kinerja karyawan Bank BTN Syariah KC Semarang?

2. Bagaimana pengaruh variabel budaya organisasi terhadap

variabel kinerja karyawan Bank BTN Syariah KC Semarang?

3. Bagaimana pengaruh variabel motivasi kerja terhadap variabel

kinerja karyawan Bank BTN Syariah KC Semarang?

4. Bagaimana pengaruh variabel pemberian reward terhadap

variabel kinerja karyawan Bank BTN Syariah KC Semarang?

5. Bagaimana pengaruh secara bersama-sama variabel

kepemimpinan Islami, budaya organisasi, motivasi kerja dan

pemberian reward terhadap variabel kinerja karyawan Bank

BTN Syariah KC Semarang?

6. Bagaimana pengaruh variabel kepemimpinan Islami yang

dimoderasi oleh variabel pemberian reward terhadap variabel

(28)

7. Bagaimana pengaruh variabel budaya organisasi yang

dimoderasi oleh variabel pemberian reward terhadap variabel

kinerja karyawan Bank BTN Syariah KC Semarang?

8. Bagaimana pengaruh variabel motivasi kerja yang dimoderasi

oleh variabel pemberian reward terhadap variabel kinerja

karyawan Bank BTN Syariah KC Semarang?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus permasalahan yang dirumuskan di atas,

maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh variabel kepemimpinan Islami

terhadap variabel kinerja karyawan Bank BTN Syariah KC

Semarang.

2. Untuk mengetahui pengaruh variabel budaya organisasi terhadap

variabel kinerja karyawan Bank BTN Syariah KC Semarang.

3. Untuk mengetahui pengaruh variabel motivasi kerja terhadap

variabel kinerja karyawan Bank BTN Syariah KC Semarang.

4. Untuk mengetahui pengaruh variabel pemberian reward terhadap

variabel kinerja karyawan Bank BTN Syariah KC Semarang.

5. Untuk mengetahui pengaruh secara bersama-sama variabel

(29)

pemberian reward terhadap variabel kinerja karyawan Bank

BTN Syariah KC Semarang.

6. Untuk mengetahui pengaruh variabel kepemimpinan Islami yang

dimoderasi oleh variabel pemberian reward terhadap variabel

kinerja karyawan Bank BTN Syariah KC Semarang.

7. Untuk mengetahui pengaruh variabel budaya organisasi yang

dimoderasi oleh variabel pemberian reward terhadap variabel

kinerja karyawan Bank BTN Syariah KC Semarang.

8. Untuk mengetahui pengaruh variabel motivasi kerja yang

dimoderasi oleh variabel pemberian reward terhadap variabel

kinerja karyawan Bank BTN Syariah KC Semarang.

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah serta

memperluas pengetahuan penulis khususnya mengenai pengaruh

kepemimpinan Islami, budaya organisasi, motivasi kerja, dan

pemberian reward terhadap kinerja karyawan di perbankan

syariah.

2. Bagi Akademisi

a. Hasil penelitian diharapkan dapat menyumbang kajian ilmu

(30)

b. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

informasi/ referensi untuk penelitian berikutnya.

E. Sistematika Penulisan

Untuk mengetahui gambaran tentang isi dan mempermudah

pembaca dalam memahami sistematika penulisan dalam penelitian

ini, berikut penjelasannya:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini membahas Latar Belakang Masalah, Research

Gap, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian,

dan Sistematika Penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Dalam bab ini membahas Telaah Pustaka, Kerangka Teori,

Kerangka Penelitian, dan Hipotesis.

BAB III METODE PENELITIAN

Dalam bab ini membahas Jenis Penelitian, Lokasi dan Waktu

Penelitian, Populasi dan Sampel, Teknik Pengumpulan Data, Skala

Pengukuran, Definisi Konsep dan Operasional, Instrumen Penelitian,

Uji Instrumen Penelitian dan Alat Analisis.

BAB IV ANALISIS DATA

Dalam bab ini membahas mengenai Deskripsi Obyek

Penelitian dan Analisis Data, yang meliputi; Analisis terhadap tiap

(31)

BAB V PENUTUP

Dalam bab ini membahas kesimpulan dan saran. Kesimpulan

menjelaskan tentang hasil penelitian dan pembahasan disesuaikan

dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang disajikan secara

singkat dan jelas. Sedangkan saran merupakan himbauan kepada

pembaca atau instansi terkait agar saran yang dipaparkan dapat

memberi pengetahuan dan manfaat serta dapat dikembangkan

(32)

15

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Telaah Pustaka

Penelitian Harahap (2016) dengan judul Pengaruh Kepemimpinan

Islami dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Bank

Syariah Mandiri, Tbk Kantor Cabang Pembantu Sukaramai Medan. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa nilai F hitung 7,155 > F tabel 3,55 pada

tingkat kesalahan α = 5% nilai F hitung tersebut signifikan. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa dari variabel kepemimpinan Islami (X1),

motivasi kerja (X2) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap

kinerja karyawan pada PT. Bank Syariah Mandiri, Tbk Kantor Cabang

Pembantu Sukaramai Medan.

Putri (2015), melakukan penelitian yang berjudul Hubungan

Budaya Organisasidengan Kinerja Pegawai Pada kantor Badan

Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Kota Padang. Hasil penelitian

menunjukkan Terdapat hubungan yang signifikan (berarti) antara budaya

organisasi dengan kinerja pegawai pada Kantor Badan Pengendalian

Dampak Lingkungan Daerah Kota Padang dimana r hitung = 0,712 > r

tabel = 0,312 pada taraf kepercayaan 99%. Pada keberartian korelasi juga

terdapat hubungan yang signifikan antara budaya organisasi dengan

kinerja pegawai yaitu r hitung = 3,56 > r tabel = 2,021 pada taraf

(33)

Aruan (2013), melakukan penelitian dengan judul Pengaruh

Pelatihan Kerja dan Motivasi terhadap Kinerja Karyawan PT. Sucofindo

(Persero) Surabaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat

pengaruh secara bersama-sama, antara variabel pelatihan (X1) dan

motivasi (X2) terhadap variabel dependen kinerja (Y) yaitu sebesar 61,7%

sedangkan sisanya 38,3% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dibahas

pada penelitian.

Khumaedi (2016), melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh

Disiplin dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Pegawai Pada Dinas Sentra

Operasi Terminal PT.Angkasa Pura II. Hasil penelian ini menunjukkan

hasil uji hipotesis pada tingkat signifikansi 0,000 maka Ho ditolak dan Ha

diterima secara simultan. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima

dan variabel disiplin dan motivasi berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kinerja karyawan.

Siahaan (2013), melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh

Reward dan Punishment terhadap Disiplin Kerja Karyawan Pada PT.

Perkebunan Nusantara III Rambutan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

variabel bebas secara bersama-sama (secara simultan) terhadap variabel

terikatnya. Dilakukan dengan menggunakan uji F. Hasil perhitungan

statistik menunjukan nilai F hitung = 102,370 > 3,896 yaitu lebih besar

dari F tabel dengan signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Hal ini berarti

bahwa secara bersama-sama (simultan) reward dan punishment

(34)

Triyanto dan Sudarwati (2014), melakukan penelitian yang

berjudul Pengaruh Kompetensi dan Penghargaan terhadap Motivasi Kerja

Karyawan PT KAI di Stasiun Sragen. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa dari kedua variabel (kompetensi dan penghargaan) tersebut,

variabel kompetensi merupakan variabel paling dominan mempengaruhi

motivasi kerja, karena nilai koefisiennya paling tinggi yaitu sebesar

0,851.

Meidiyana (2014), melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh

Total Quality Management (TQM) Terhadap Kinerja Manajerial dengan

Sistem Pengukuran Kinerja dan Sistem Penghargaan (Reward) Sebagai

Variabel Moderating Pada PT INKA (Persero) Madiun. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa TQM yang dimoderasi oleh sistem penghargaan

berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja manajerial.

Yuliana dkk (2012), melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh

Penerapan Total Quality Management Terhadap Kinerja Manajerial

dengan Budaya Organisasi, Sistem Pengukuran Kinerja dan Sistem

Penghargaan Sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris Pada Manajer

Bank-Bank yang Beroperasional di Banda Aceh). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa TQM yang dimoderasi oleh sistem penghargaan

berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja manajerial.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Penulis

(Tahun) Judul

Variabel Penelitian

Hasil Penelitian

(35)

(2016) Kepemimpinan

(36)

dan

Moderating Pada PT

INKA (Persero)

(37)

Dari penelitian-penelitian terdahulu tersebut di atas, maka

perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah terletak pada

variabel, hipotesis, obyek, dan sampelnya. Pada penelitian terdahulu

sepengetahuan peneliti belum ada yang meneliti dengan menggunakan

variabel Kepemimpinan Islami sebagai X1, budaya organisasi sebagai X2,

motivasi kerja sebagai X3 dan pemberian reward (Z) sebagai variabel

independen dalam satu penelitian. Disini peneliti menggunakan hipotesis

menggabungkan keempat variabel independen secara bersama-sama

berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Sedangkan perbedaan penelitian

terletak pada populasi dan sampel penelitian. Populasi dalam penelitian ini

adalah karyawan Bank BTN Syariah KC Semarang yang berbeda dengan

penelitian terdahulu yang kebanyakan mengambil obyek pada

pemerintahan dan perusahaan. Adapun untuk jumlah sampel dalam

penelitian ini ditentukan dengan rumus Slovin.

B. Kerangka Teori

1. Kepemimpinan Islam

a. Pengertian

Pemimpin adalah seseorang yang diberi kedudukan tertentu

dan bertindak sesuai dengan kedudukannya tersebut (Patimah,

2015: 37).

Locke et al. mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses

membujuk orang lain untuk mengambil langkah menuju suatu

(38)

Menurut Griffin dan Ebert dalam Harahap (2016: 254),

kepemimpinan (leadership) adalah proses memotivasi orang lain

untuk mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan yang telah

ditetapkan.

Menurut Tangkilisan dalam Saira (2016: 15) kepemimpinan

dimaknai sebagai rangkaian kegiatan penataan berupa kemampuan

mempengaruhi perilaku orang lain dalam situasi tertentu agar

bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Keberhasilan atau kegagalan sebagian besar organisasi

ditentukan oleh kualitas kepemimpinan yang dimiliki oleh

orang-orang yang diserahi tugas memimpin organisasi itu. Lebih jauh

ditegaskan bahwa yang dimaksud dengan kepemimpinan adalah

kemampuan untuk memotivasi, mempengaruhi, mengarahkan dan

berkomunikasi dengan bawahannya.

Kepemimpinan menurut pandangan Islam ada perbedaan

dengan pandangan barat yang hanya mengunggulkan pengetahuan,

kreativitas, dan kemampuan untuk mengendalikan manusia.

Kepemimpinan dalam pandangan Islam menonjolkan sifat

tawadhu’, kebaikan dan perbaikan, amal soleh, serta berjihad

di jalan Allah SWT. Amanah dan tanggung jawab yang tidak

hanya dipertanggungjawabkan kepada anggota-anggota yang

dipimpinnya, tetapi juga akan dipertanggungjawabkan di hadapan

(39)

Menurut Saira (2016: 13) dalam menjalankan Bisnis

Perbankan Syariah sebagaimana juga dalam lembaga bisnis

lainnya, diperlukan pemimpin yang paham tentang hukum Ilahi,

benar-benar taat kepada ajaran Islam, dan menjalankan amanah

kepemimpinannya.

Dari pengertian di atas, kepemimpinan Islam berarti suatu

proses atau kemampuan orang lain untuk mengarahkan dan

memotivasi tingkah laku orang lain, dan adanya usaha kerja sama

sesuai dengan Al Quran dan hadits untuk mencapai tujuan yang

diinginkan bersama dengan menonjolkan sifat tawadhu’, kebaikan

dan perbaikan, amal soleh, serta berjihad di jalan Allah SWT.

Serta amanah dan tanggungjawab yang tidak hanya

dipertanggungjawabkan kepada anggota-anggota yang

dipimpinnya, tetapi juga akan dipertanggungjawabkan di hadapan

Allah SWT.

b. Sifat Ideal Pemimpin dalam Perspektif Islam

Sifat ideal pemimpin dalam perspektif Islam adalah sebagai

berikut (Fakih dan Wijayanto, 2001: 33-34):

1) Harus mampu memimpin dan mengendalikan dirinya sendiri

sebelum memimpin orang lain.

2) Memiliki kemampuan manajerial yang baik karena seorang

pemimpin itu harus dipilih dari orang-orang dengan kualitas

(40)

3) Memiliki konsep relasi yang baik karena seorang pemimpin

harus mampu menjembatani berbagai perbedaan yang ada di

tengah-tengah masyarakatnya.

4) Visinya adalah Al-Qur’an, misinya adalah menegakkan

kebenaran.

5) Memiliki sikap tawadhu’ dan mawas diri dalam mengemban

amanah Allah, karena pada prinsipnya kepemimpinan itu bukan

saja harus dipertanggungjawabkan di depan lembaga formal

tapi yang lebih penting lagi di hadapan Allah SWT.

6) Memiliki sifat Siddiq (benar), Amanah (terpercaya), Tabligh

(menyampaikan apa adanya), Fathonah (pandai) serta

menyadari sepenuhnya bahwa Allah memberikan kemampuan

yang berbeda-beda bagi setiap orang (Q.S: Al-Jumlah: 4) serta

menerimanya dengan rasa syukur dan ikhlas.

c. Ciri-ciri Pemimpin Islam

Pemimpin adalah orang yang berada di depan, yang

mempunyai otoritas dan memiliki kekuasaan untuk mengatur dan

memberikan arahan pada pengikutnya ke arah yang diridhai Allah

SWT. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus memiliki

kompetensi, berilmu, dan memiliki sifat jujur baik dalam perkataan

maupun perbuatan. Disamping itu, seorang pemimpin senantiasa

(41)

perbuatan, karena apa yang dilakukannya menjadi sorotan orang

lain. Adapun ciri-ciri pemimpin Islami adalah:

1) Taat kepada Allah dan rasul-Nya.

2) Beriman dan beramal shaleh.

3) Mempunyai ilmu.

4) Berpegang pada hukum Allah SWT (Al Qur’an dan hadits).

5) Menjalankan amanah.

6) Memutuskan perkara dengan adil.

7) Mencintai bawahan.

8) Lemah lembut.

9) Bersikap tegas.

d. Model Kepemimpinan Rasulullah SAW

Rasulullah SAW merupakan figur pemimpin yang dicintai

oleh rakyatnya, pemikirannya sangat jernih, Rasulullah

memerintah dirinya sendiri sebelum memerintah orang lain.

Rasulullah adalah pemimpin yang disukai rakyatnya dan disegani

lawannya. Karena pada dasarnya Rasulullah adalah utusan terakhir

untuk seluruh umat manusia yang menjadi teladan dalam segenap

hal (uswah hasanah). Rasulullah SAW sangatlah mencintai

umatnya, sangat belas kasihan dan beliau menginginkan umatnya

mencapai keselamatan di dunia dan di akhirat. Terdapat enam hal

penting akhlak yang melekat dalam kepemimpinan Nabi

(42)

1) Nabi Muhammad SAW adalah sosok yang mampu meresapkan

rasa keadilan yang merata kepada semua pihak tanpa kecuali.

2) Nabi Muhammad SAW memimpin dengan sentuhan rasa cinta,

empati dan simpatik yang dipersembahkan kepada seluruh

umatnya. Begitu cintanya Nabi kepada rakyatnya sampai

sampai kata-kata yang keluar dari mulutnya ketika hendak

mengembuskan nafasnya pun adalah simbol dari kecintaannya,

“ummati… ummati… ummati” (bagaimana nasib umatku

kelak). Bahkan lebih dari itu, kecintaan juga beliau alokasikan

untuk binatang dan alam sebagaimana tergambar dari

kebijakannya yang membuat kawasan hima (cagar alam) di

Madinah dan tanah haram di seputar Mekah di mana di tanah

ini siapa pun tidak diperkenankan membunuh binatang bahkan

mencabut sehelai rumput. Sebuah gambaran akan kesadaran

ekologis yang sangat mengagumkan.

3) Nabi Muhammad SAW adalah pemimpin yang selalu berkata

benar (shiddiq). Beliau sangat paham bahwa kata-kata itu

bukan hanya akan membawa pengaruh bagi lingkungan tapi

juga dapat membawa akibat kelak di akhirat. Beliau senantiasa

berpedoman kepada prinsip, “Apabila tidak bisa berkata benar

dan jujur maka lebih baik diam”.

4) Nabi Muhammad SAW adalah pemimpin yang selalu

(43)

janji itu ditepati. Al-aminatau orang yang terpercaya jauh-jauh

hari merupakan atribut yang melekat dalam dirinya. Sikap

amanah yang diakui bukan hanya oleh sahabat-sahabatnya

sendiri bahkan oleh mereka yang berbeda keyakinan sekali pun.

Karena amanahnya setiap keputusan yang diambil selalu

memuaskan semua pihak.

5) Nabi Muhammad SAW adalah pemimpin yang memiliki

kecerdasan di atas rata-rata (fathanah). Kata-kata yang keluar

dari mulutnya dan kebajikan yang diambilnya menjadi bukti

ihwal kecerdasan Nabi. Ketika Nabi berbicara walaupun

sebentar misalnya, maka kata-kata tersebut menyimpan makna

yang mendalam.

6) Nabi Muhammad SAW selalu bersikap transparan (Tabligh).

Beliau sampaikan setiap kebenaran dan diluruskannya segala

hal yang dianggap keliru. Di tangannya tidak ada kebenaran

yang disembunyikan. Lebih dari itu, dalam menyampaikan

kebenarannya pun, Nabi melakukannya dengan cara-cara yang

bijaksana (al-hikmah) tutur kata yang santun (al-mauidzhah

alhasanah) diiringi alasan dan logika yang kokoh

(al-mujadalah).

e. Hakikat Kepemimpinan dalam Pandangan Islam

Pemimpin memiliki kedudukan yang sangat penting,

(44)

jangan sampai menyalahgunakan kepemimpinannya untuk hal-hal

yang tidak benar. Karena itu, para pemimpin dan orang-orang yang

dipimpin harus memahami hakikat kepemimpinan dalam

pandangan Islam yang secara garis besar dalam lima lingkup

(Patimah, 2015: 41-45).

1) Tanggung Jawab

Ketika seseorang diangkat atau ditunjuk untuk

memimpin suatu lembaga atau institusi, maka ia sebenarnya

mengemban tanggung jawab yang besar sebagaiseorang

pemimpin yang harus mampu mempertanggungjawabkannya.

Bukan hanya di hadapan manusia tapi juga di hadapan Allah

SWT.

2) Pengorbanan

Pemimpin atau pejabat bukanlah untuk menikmati

kemewahan atau kesenangan hidup dengan berbagai fasilitas

duniawi yang menyenangkan, tapi justru ia harus mau

berkorban dan menunjukkan pengorbanan, apalagi ketika

masyarakat yang dipimpinnya berada dalam kondisi yang

sangat sulit.

3) Kerja Keras

Seorang pemimpin mendapat tanggung jawab yang

besar untuk menghadapi dan mengatasi berbagai persoalan

(45)

mengarahkan kehidupan masyarakat untuk menjalani

kehidupan yang baik dan benar serta mencapai kemajuan dan

kesejahteraan. Untuk itu, para pemimpin dituntut bekerja keras

dengan penuh kesungguhan dan optimisme.

4) Kewenangan Melayani

Pemimpin adalah pelayan bagi orang yang

dipimpinnya, karena itu menjadi pemimpin atau pejabat berarti

mendapatkan kewenangan yang besar untuk bisa melayani

masyarakat dengan pelayanan yang lebih baik dari pemimpin

sebelumnya, Rasulullah SAW bersabda: “Pemimpin suatu

kaum adalah pelayan mereka” (HR. Abu Na’im). Oleh karena

itu, setiap pemimpin harus memiliki visi dan misi pelayanan

terhadap orang-orang yang dipimpinnya guna meningkatkan

kesejahteraan hidup.

5) Keteladanan dan Kepeloporan

Dalam segala bentuk kebaikan, seorang pemimpin

seharusnya menjadi teladan dan pelopor, bukan menjadi

pengekor yang tidak memiliki sikap terhadap nilai-nilai

kebenaran dan kebaikan.

f. Karakteristik Kepemimpinan Islami

Menurut Rivai dan Arifin dalam Wijayanti dan Wajdi

(2012: 109) kepemimpinan yang baik adalah kepemimpinan yang

(46)

menelusuri Al-Qur’an dan hadist menetapkan empat dasar sifat

yang harus dipenuhi oleh para nabi yang pada hakikatnya adalah

pemimpin umatnya, yaitu:

1) Ash-Shidq, yakni kebenaran dan kesungguhan dalam bersikap,

berucap serta berjuang melaksanakan tugasnya.

2) Al-amanah atau kepercayaan, yang menjadikan dia memelihara

sebaik-baiknya apa yang diserahkan kepadanya baik dari Tuhan

maupun dari orang-orang yang dipimpinnya, sehingga tercipta

rasa aman bagi semua pihak.

3) Al-Fathanah, yaitu kecerdasan yang melahirkan kemampuan

menghadapi dan menanggulangi persoalan yang muncul

seketika sekalipun.

4) At-Tabligh, yaitu penyampaian yang jujur dan bertanggung

jawab, atau dapat diistilahkan dengan keterbukaan.

2. Budaya Organisasi

a. Pengertian

Menurut Edgar Schein budaya adalah suatu pola asumsi

dasar yang ditemukan dan dikembangkan oleh suatu kelompok

tertentu karena mempelajari dan menguasai masalah adaptasi

eksternal dan integrasi internal, yang telah bekerja dengan cukup

baik untuk dipertimbangkan secara layak dan karena itu diajarkan

(47)

dirasakan dengan benar dalam hubungan dengan masalah tersebut

(Wibowo, 2010: 15).

Menurut Stephen P. Robbins budaya organisasi adalah

sebuah persepsi umum yang dipegang oleh anggota organisasi,

suatu sistem tentang keberartian bersama. Budaya organisasi

berkepentingan dengan bagaimana pekerja merasakan karakteristik

suatu budaya organisasi, tidak dengan apakah seperti mereka atau

tidak (Wibowo, 2010: 17).

Menurut David dalam Arianty (2014: 145) menyatakan

budaya organisasi adalah pola tingkah laku yang dikembangkan

oleh suatu organisasi yang dipelajarinya ketika mengalami masalah

adaptasi eksternal dan integrasi internal, yang telah terbukti cukup

baik untuk disahkan dan diajarkan kepada anggota baru sebagai

cara untuk menyadari, berpikir dan merasa.

Menurut Edy Sutrisno dalam Putri (2015: 21) budaya

orgnisasi adalah perangkat sistem nilai-nilai (values),

keyakinan-keyakinan (beliefs), asumsi-asumsi (assimptions), atau

norma-norma yang telah lama berlaku, disepakati dan diikuti oleh para

anggota suatu organisasi sebagai pedoman perilaku dan pemecahan

masalah-masalah organisasinya. Budaya organisasi juga disebut

budaya perusahaan, yaitu seperangkat nilai-nilai atau norma-norma

(48)

anggota organisasi (karyawan) sebagai norma perilaku dalam

menyelesaikan masalah-masalah organisasi (perusahaan).

Menurut Robbins dalam Soedjono (2005: 24-25)

mendefinisikan budaya organisasi (organizational culture) sebagai

suatu sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota

yang membedakan organisasi tersebut dengan organisasi yang lain.

Lebih lanjut, Robbins menyatakan bahwa sebuah sistem

pemaknaan bersama dibentuk oleh warganya yang sekaligus

menjadi pembeda dengan organisasi lain. Sistem pemaknaan

bersama merupakan seperangkat karakter kunci dari nilai-nilai

organisasi ("a system of shared meaning held by members that

distinguishes the organization from other organization. This system

of shared meaning is, on closer examination, a set of key

characteristics that the organization values").

b. Karakteristik Budaya Organisasi

Stephen P. Robbins mengemukakan adanya tujuh

karakteristik budaya organisasi sebagai berikut (Wibowo, 2010:

37-38):

1) Innovation and risk taking (inovasi dan pengambilan risiko),

suatu tingkatan di mana pekerja didorong untuk menjadi

(49)

2) Attention to detail (perhatian pada hal detail), di mana pekerja

diharapkan menunjukkan ketepatan, analisis, dan perhatian

pada hal detail.

3) Outcome orientation (orientasi pada manfaat), di mana

manajemen memfokus pada hasil atau manfaat daripada

sekadar pada teknik dan proses yang dipergunakan untuk

mendapatkan manfaat tersebut.

4) People orientation (orientasi pada orang), di mana keputusan

manajemen mempertimbangkan pengaruh manfaatnya pada

orang dalam organisasi.

5) Team orientation (orientasi pada tim), di mana aktivitas kerja

diorganisasikan berdasar tim daripada individual.

6) Aggressiveness (agresivitas), di mana orang cenderung lebih

agresif dan kompetitif daripada easy-going.

7) Stability (stabilitas), di mana aktivitas organisasional

menekankan pada menjaga status quo sebagai lawan dari

perkembangan.

c. Fungsi Budaya Organisasi

Fungsi budaya organisasi menunjukkan peranan atau

kegunaan dari budaya organisasi. Fungsi budaya organisasi

menurut Robert Kreitner dan Angelo Kinicki (Wibowo, 2010:

(50)

1) Memberi anggota identitas organisasional, menjadikan

perusahaan diakui sebagai perusahaan yang inovatif dengan

mengembangkan produk baru. Identitas organisasi

menunjukkan ciri khas yang membedakan dengan organisasi

lain yang mempunyai sifat khas yang berbeda.

2) Memfasilitasi komitmen kolektif, perusahaan mampu membuat

pekerjanya bangga menjadi bagian daripadanya. Anggota

organisasi mempunyai komitmen bersama tentang

norma-norma dalam organisasi yang harus diakui dan tujuan bersama

yang harus dicapai.

3) Meningkatkan stabilitas sistem sosial sehingga mencerminkan

bahwa lingkungan kerja dirasakan positif dan diperkuat,

konflik dan perubahan dapat dikelola secara efektif. Dengan

kesepakatan bersama tentang budaya organisasi yang harus

dijalani mampu membuat lingkungan dan interaksi social

berjalan dengan stabil dan tanpa gejolak.

4) Membentuk perilaku dengan membantu anggota menyadari

atas lingkungannya. Budaya organisasi dapat menjadi alat

untuk membuat orang berpikiran sehat dan masuk akal.

d. Peran Budaya Organisasi

Menurut Sopiah dalam Arianty (2014: 145) secara spesifik

mengemukakan peran penting yang dimainkan oleh budaya

(51)

1) Membantu menciptakan rasa memiliki jati diri bagi pekerja .

2) Dapat dipakai untuk mengembangkan ikatan pribadi dengan

perusahaan.

3) Membantu stabilitasi perusahaan sebagai suatu sistim sosial.

4) Menyajikan pedoman sebagai hasil dari norma-norma perilaku

yang sudah terbentuk.

e. Jenis-jenis Budaya Organisasi

Menurut Kreitner dan Kinicki dalam Arianty (2014: 146)

secara umum terdapat tiga jenis budaya organisasi yaitu:

1) Budaya Konstruktif

Budaya kontruktif adalah budaya dimana para

karyawan di dorong untuk berinteraksi dengan orang lain dan

mengajarkan tugas dan proyeknya dengan cara yang membantu

mereka dalam memuaskan kebutuhannya untuk tumbuh dan

berkembang. Tipe budaya ini mendukung keyakinan normatif

yang berhubungan dengan pencapaian tujuan aktualisasi diri,

penghargaan yang manusiawi dan persatuan.

2) Budaya Pasif-Defensif

Budaya pasif-defensif bercirikan keyakinan yang

memungkinkan bahwa karyawan berinteraksi dengan karyawan

lain dengan cara yang tidak mengancam keamanan kerja

(52)

berhubungan dengan persetujuan, konvensional,

ketergantungan, dan penghidupan.

3) Budaya Agresif Defensif

Budaya agresif-defensif mendorong karyawannya

untuk mengerjakan tugasnya dengan kerja keras untuk

melindungi keamanan kerja dan status mereka. Tipe budaya ini

lebih bercirikan keyakinan normatif yang mencerminkan

oposisi, kekuasaan, kompetitif dan perfeksionis.

3. Motivasi Kerja

a. Pengertian Motivasi

Motivasi berasal dari kata latin movere yang berarti

dorongan atau daya penggerak. Motivasi mempersoalkan

bagaimana dapat memberikan dorongan kepada pengikutnya atau

bawahan, agar dapat bekerja bersungguh-sungguh, serta

menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mereka mau bekerja

sama (Indryani dan Budiarti, 2016: 4).

Motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan

seseorang anggota organisasi mau dan rela untuk mengerahkan

kemampuan dalam bentuk keahlian atau keterampilan tenaga dan

waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang

menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya, dalam

rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang

(53)

Menurut Hasibuan dalam Sutrischastini (2015: 124),

“motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan

kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama secara

produktif berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah

ditentukan”.

b. Tujuan Motivasi Kerja

Tujuan motivasi kerja menurut Hasibuan dalam

Permatasari, dkk (2015: 3)adalah sebagai berikut:

1) Meningkatkan moral dan juga kepuasaan kerja diantara para

karyawan.

2) Meningkatkan produktivitas.

3) Mempertahankan kestabilan di dalam perusahaan.

4) Meningkatkan sikap disiplin para karyawan.

5) Pengadaan karyawan yang efektif.

6) Menciptakan suasana dan juga hubungan kerja yang baik antar

atasan dengan karyawan maupun antar sesama karyawan.

7) Meningkatkan loyalitas, kreatifitas, serta partisipasi karyawan.

8) Meningkatkan kesejahteraan hidup karyawan.

9) Meningkatkan rasa tanggung jawab karyawan terhadap

tugas-tugas yang diberikan.

10)Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan juga bahan

(54)

c. Teori mengenai Motivasi

Teori motivasi yang dikembangkan oleh Maslow

menyatakan bahwa kebutuhan manusia itu dapat diklarifikasikan

sebagai berikut (Siagian, 1995: 146-158):

1) Kebutuhan Fisiologis.

Perwujudan paling nyata dari kebutuhan fisologis ialah

kebutuhan-kebutuhan pokok manusia seperti sandang, pangan

dan perumahan. Kebutuhan ini dipandang sebagai kebutuhan

yang paling mendasar bukan saja karena setiap orang

membutuhkannya terus menerus sejak lahir hingga ajalnya,

akan tetapi juga karena tanpa pemuasan berbagai kebutuhan

tersebut seseorang tidak dapat dikatakan hidup secara normal.

Berbagai kebutuhan fisiologis itu berkaitan dengan status

manusia sebagai insane ekonomi.

2) Kebutuhan Keamanan.

Kebutuhan keamanan harus dilihat dalam arti luas, tidak

hanya dalam arti keamanan fisik meskipun hal ini aspek yang

sangat penting, akan tetapi juga keamanan yang bersifat

psikologis termasuk perlakuan adil dalam pekerjaan seseorang.

Karena pemuasan kebutuhan ini terutama dikaitkan dengan

tugas pekerjaan seseorang, kebutuhan seseorang itu sangat

(55)

arti fisik mencakup keamanan di tempat pekerjaan dan

keamanan dari dan ke tempat pekerjaan.

3) Kebutuhan Sosial.

Telah umum diterima sebagai kebenaran universal

bahwa manusia adalah makhluk sosial. Dalam kehidupan

organisasional manusia sebagai insan sosial mempunyai

berbagai kebutuhan yang berkisar pada pengakuan akan

keberadaan seseorang dan penghargaan atas harkat dan

martabatnya. Biasanya kebutuhan sosial tersebut tercermin

dalam empat bentuk perasaan, yaitu:

a) Perasaan diterima oleh orang lain dengan siapa ia bergaul

dan berinteraksi dalam organisasi.

b) Harus diterima sebagai kenyataan bahwa setiap orang

mempunyai jati diri yang khas dengan segala kelebihan dan

kekurangannya.

c) Kebutuhan akan perasaan maju.

d) Kebutuhan akan perasaan diikutsertakan atau “sense of

participation

4) Kebutuhan Esteem.

Salah satu cirri manusia ialah bahwa dia mempunyai

harga diri. Karena itu semua orang memerlukan pengakuan atas

keberadaan dan statusnya oleh orang lain. Keberadaan dan

(56)

yang penggunaannya sering dipandang sebagai hak seseorang,

di dalam dan di luar organisasi.

5) Aktualisasi Diri.

Dewasa ini semakin disadari oleh berbagai kalangan

yang semakin luas bahwa dalam diri setiap orang terpendam

potensi kemampuan yang belum seluruhnya dikembangkan.

Adapun hal yang normal apabila dalam meneliti karier,

seseorang ingin agar potensinya itu dikembangkan secara

sistematik sehingga menjadi kemampuan efektif. Dengan

pengembangan demikian, seseorang dapat memberikan

sumbangan yang lebih besar bagi kepentingan organisasi dan

meraih kemajuan professional yang pada gilirannya

memungkinkan yang bersangkutan memuaskan berbagai jenis

kebutuhannya.

d. Jenis-jenis Motivasi Kerja

Menurut Hasibuan dalam Indryani (2016: 4) ada dua jenis

motivasi kerja yaitu:

1) Motivasi Positif

Motivasi positif maksudnya manajer memotivasi bawahan

dengan memberikan hadiah kepada mereka yang

berproduktivitas di atas produktivitas standar. Dengan

(57)

karena umumnya manusia senang menerima yang baik-baik

saja.

2) Motivasi Negatif

Motivasi negatif maksudnya manajer memotivasi bawahan

dengan standar mereka akan mendapat hukuman kepada

mereka yang pekerjannya kurang baik. Dengan motivasi

negatif ini semangat kerja bawahan dalam jangka waktu

pendek akan meningkat karena mereka takut dihukum, tetapi

untuk jangka waktu panjang dapat berakibat kurang baik.

e. Prinsip-prinsip dalam Memotivasi Karyawan

Menurut Rivai dalam Permatasari, dkk (2015: 4)

prinsip-prinsip dalam memotivasi karyawan adalah sebagai berikut:

1) Prinsip Partisipasi

Atasan sebaiknya memberikan kesempatan kepada

bawahan untuk ikut berpartisipasi di dalam menentukan tujuan

kerja yang ingin dicapai.

2) Prinsip Komunikasi

Bawahan sebaiknya diberi informasi tentang segala

sesuatu yang berhubungan dengan usaha pencapaian tugas.

3) Prinsip mengakui andil bawahan

Motivasi kerja bawahan dapat ditingkatkan apabila

atasan selalu bersedia untuk mengakui bawahan mempunyai

(58)

4) Prinsip pendelegasian wewenang

Manajer perlu memberikan otoritas kepada bawahan

untuk memutuskan sesuatu yang mempengaruhi hasil kerja.

Lebih banyak atasan mengizinkan bawahan untuk membuat

keputusan-keputusan sendiri, sehubungan dengan pekerjaan

yang dilakukannya. Lebih banyak bawahan akan merasa sangat

terlibat secara emosional dengan tujuan yang akan dicapai.

5) Prinsip memberikan perhatian timbal balik

Dengan menunjukkan perhatian yang tulus terhadap

keinginan dan tujuan yang ingin dicapai bawahan, maka atasan

telah berusaha menaikkan keinginan bawahan untuk

menunjukkan pula perhatiannya dalam menolong perusahaan

untuk mencapai tujuan.

4. Pemberian Reward

a. Pengertian Reward

Menurut Oemar (2007: 127) reward didefinisikan sebagai

imbalan yang diberikan perusahaan terhadap karyawan

berdasarkan atas kinerja.

Penghargaan atau reward adalah ganjaran, hadiah,

penghargaan atau imbalan yang bertujuan agar seseorang

menjadi lebih giat lagi usahanya untuk memperbaiki atau

meningkatkan kinerja yang telah dicapai (Nugroho dalam

(59)

Menurut Handoyo dalam Siahaan (2013: 20) reward

merupakan bentuk apresiasi usaha untuk mendapatkan tenaga kerja

yang profesional sesuai dengan tuntutan jabatan diperlukan suatu

pembinaan yang berkeseimbangan, yaitu suatu usaha kegiatan

perencanaan, pengorganisasian, penggunaan, dan pemeliharaan

tenaga kerja agar mampu melaksanakan tugas dengan efektif dan

efisien. Sebagai langkah nyata dalam hasil pembinaan maka

diadakan pemberian reward pegawai yang telah menunjukan

prestasi kerja yang baik.

Dari berbagai sudut pandang tersebut dapat ditarik

kesimpulan bahwa reward adalah imbalan yang diberikan dalam

bentuk material dan non material yang diberikan oleh pihak

perusahaan kepada karyawannya agar mereka dapat bekerja dengan

motivasi tinggi dan berprestasi dalam mencapai tujuan-tujuan

perusahaan, dengan kata lain pemberian penghargaan dimaksudkan

untuk meningkatkan produktivitas dan mempertahankan karyawan

yang berprestasi agar tetap berada dalam perusahaan. Pemberian

sistem penghargaan dimaksudkan sebagai dorongan agar karyawan

mau bekerja dengan lebih baik dan membangkitkan motivasi

sehingga dapat mendorong kinerja karyawan menjadi lebih baik.

b. Fungsi Pemberian Reward

Menurut Handoko dalam Siahaan (2013: 21)

(60)

1) Memperkuat motivasi untuk memacu diri agar mencapai

prestasi.

2) Memberikan tanda bagi seseorang yang memiliki kemampuan

lebih.

3) Bersifat Universal.

c. Tujuan Pemberian Reward

Tujuan reward yang dikemukakan oleh Taylor dalam

Siahaan (2013: 21) adalah sebagai berikut:

1) Menarik (merangsang) seseorang agar mau bergabung dengan

perusahaan.

2) Mempertahankan karyawan yang ada agar tetap mau bekerja di

perusahaan.

3) Memberi lebih banyak dorongan agar para karyawan tetap

berprestasi. Pencapaian tujuan perusahaan agar sesuai dengan

yang diharapkan maka fungsi reward harus dilakukan sebelum

terjadinya penyimpangan-penyimpangan sehingga lebih

bersifat mencegah dibandingkan dengan tindakan-tindakan

reward yang sesudah terjadinya penyimpangan. Oleh karena

itu, tujuan reward adalah menjaga hasil pelaksanaan kegiatan

sesuai dengan rencana, ketentuan-ketentuan dan instruksi yang

telah ditetapkan benar-benar diimplementasikan, sebab reward

(61)

d. Bentuk-bentuk Reward

Menurut Robbins dalam Siahaan (2013: 21) reward ada

bermacam-macam, ada dalam bentuk bonus, promosi,

penambahan tanggung jawab yang bagi beberapa pegawai bisa

menjadi beban namun bagi beberapa pegawai lainnya dapat

menjadi poin reward bagi dirinya. Tapi yang pasti perusahaan

harus memberikan nilai lebih. “Kadang kala tidak seluruhnya

mengenai uang. Menurut Winardi, bentuk-bentuk reward atau

insentif dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1) Material berupa gaji/ upah.

Kenaikan gaji/ upah, rencana-rencana bonus, rencana-rencana

perangsang.

2) Imbalan diluar gaji.

Berupa istirahat kerja, dan bonus.

3) Penghargaan sosial

Berupa reward informal, pujian, senyum, umpan balik

evaluatif, isyarat-isyarat non verbal, tepukan dibahu, meminta

saran, undangan minum kopi bersama atau makan bersama,

penghargaan formal, dan plakat dinding.

4) Tugas itu sendiri

Seperti perasaan berprestasi, pekerjaan dengan tanggung jawab

(62)

5) Diterapkan sendiri

Berupa reward terhadap diri sendiri, pujian untuk diri sendiri,

ucapan selamat untuk diri sendiri. Bentuk reward yang paling

baik adalah membuat pegawai mengetahui kalau dirinya

dihargai oleh perusahaan, bukan hanya oleh sekelompok kecil.

Beberapa perusahaan kadang kala menempatkan foto pegawai

yang paling berprestasi di area pabrik untuk menegaskan

bahwa pegawai tersebut dapat menjadi panutan bagi yang lain.

5. Kinerja Karyawan

a. Pengertian Kinerja Karyawan

Menurut Hasibuan dalam Rahmayanti (2014: 218) kinerja

adalah hasil yang dicapai seseorang dalam melaksanakan

tugas-tugas yang diberikan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan,

pengalaman dan kesungguhan serta waktu.

Menurut Mangkunegara dalam Khumaedi (2016: 70)

kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang

dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya

sesuai tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Selain itu,

menurut Rivai dan Basri dalam Khumaedi (2016: 70) kinerja

adalah hasil seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu

di dalam melaksanakan tugas, seperti standar hasil kerja, target

atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan

(63)

b. Penilaian Kinerja

Untuk mengetahui kinerja karyawan diperlukan

kegiatan-kegiatan khusus. Bernandin dan Russell dalan Khumaedi (2016:

70) mengajukan enam kinerja primer yang dapat digunakan untuk

mengukur kinerja yaitu:

1) Quality, merupakan tingkat sejauh mana proses atau hasil

pelaksanaan kegiatan mendekati kesempurnaan atau mendekati

tujuan yang diharapkan.

2) Quantity, merupakan jumlah yang dihasilkan, misalnya jumlah

rupiah, unit, siklus kegiatan yang dilakukan.

3) Timeliness, merupakan sejauh mana suatu kegiatan

diselesaikan pada waktu yang dihendaki, dengan

memperhatikan koordinasi output lain serta waktu yang

tersebut untuk kegiatan orang lain.

4) Cost effectiveness, merupakan tingkat sejauh mana penggunaan

sumber daya organisasi (manusia, keuangan, teknologi, dan

material) dimaksimalkan untuk mencapai hasil tertinggi atau

pengurangan kerugian dari setiap unit penggunaan sumber

daya.

5) Need for supervision, merupakan tingkat sejauh mana seorang

pekerja dapat melaksanakan suatu fungsi pekerjaan tanpa

memerlukan pengawasan seseorang supervisor untuk mencegah

(64)

6) Interpersonal impact, merupakan tingkat sejauh mana

pegawai memelihara harga diri, nama baik, dan kerja sama

diantara rekan kerja dan bawahan.

c. Tujuan Penilaian Kinerja

Menurut Sulistiyani dan Rosidah dalam Khumaedi (2016:

71) tujuan pemberian penilaian kinerja adalah sebagai berikut:

1) Untuk mengetahui tujuan dan sasaran manajemen dan pegawai.

2) Memotivasi pegawai untuk memperbaiki kinerjanya.

3) Mendistribusikan reward dari organisasi atau instansi yang

dapat berupa kenaikan pangkat dan promosi yang adil.

4) Mengadakan penelitian manajemen personalia.

C. Kerangka Penelitian

Berdasarkan penjabaran landasan teori dan penelitian terdahulu,

maka dapat disusun suatu kerangka penelitian dalam penelitian ini yaitu

variabel bebas (independen variable) adalah kepemimpinan islam (X1),

budaya organisasi (X2), motivasi kerja (X3) dan pemberian reward (Z).

Sedangkan untuk variabel terikat (dependen variable) adalah kinerja

Gambar

Tabel 1.1 Research Gap
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1: Kerangka Konseptual Penelitian
Tabel 3.1 Definisi Konsep dan Operasional
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh motivasi kerja, kepemimpinan dan budaya organisasi terhadap kepuasan kerja karyawan serta dampaknya pada kinerja perusahan ( Studi Kasus pada PT. Pei Hei

tersebut menunjukkan bahwa 36% variasi variabel kinerja karyawan bagian akuntansi dapat dijelaskan oleh variabel motivasi kerja, budaya organisasi serta kepemimpinan

Ada pengaruh secara bersama-sama variabel budaya organisasi, kepemimpinan, dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan pada PT Bank Danamon Divisi SEMM Area

Pengaruh Motivasi Kerja, Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan serta Dampaknya pada Kinerja Perusahaan (Studi kasus pada PT. Pei Hai

Wijayanti dan Farid Wajdi/ Pengaruh Kepemimpinan Islami, Motivasi dan kepuasan Kerja terhadap Kinerja Karyawan dengan Lama Kerja Sebagai Independent: -kepemimpinan islami

“Pengaruh Motivasi Kerja, Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai dengan Kepuasan Kerja Pegawai Sebagai Intervening Variabel Pada Dipertahortnakbun

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Islami, Budaya Organisasi Islami dan Insentif terhadap Produktivitas Kerja Karyawan PT Yanmar Indonesia.. Wawancara, Observasi dan Focus

Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Motivasi dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Dengan Pemahaman Etika Kerja Islami.. Upajiwa Dewantara,