• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP PAKAIAN KIMONO DAN HANBOK 2.1 Pengertian dan Sejarah Kimono dan Hanbok 2.1.1 Pengertian Kimono dan Hanbok 2.1.1.1 Kimono - Perbandingan Karakteristik Kimono (Pakaian Jepang) dengan Hanbok (Pakaian Korea)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP PAKAIAN KIMONO DAN HANBOK 2.1 Pengertian dan Sejarah Kimono dan Hanbok 2.1.1 Pengertian Kimono dan Hanbok 2.1.1.1 Kimono - Perbandingan Karakteristik Kimono (Pakaian Jepang) dengan Hanbok (Pakaian Korea)"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP PAKAIAN KIMONO DAN HANBOK

2.1 Pengertian dan Sejarah Kimono dan Hanbok 2.1.1 Pengertian Kimono dan Hanbok

2.1.1.1 Kimono

Kimono adalah pakaian tradisional Jepang. Kimono 着 物 」Dari

kanjinya, dapat diartikan, “sesuatu untuk dipakai”. 着 dibaca ki, asal kata 着

る(kiru) “memakai” dan 物 dibaca mono, berarti sesuatu atau benda. Pada

zaman sekarang, kimono berbentuk seperti huruf “T”, mirip mantel berlengan panjang dan berkerah. Panjang kimono dibuat hingga ke pergelangan kaki. Wanita mengenakan kimono berbentuk baju terusan, sementara pria mengenakan kimono berbentuk setelan. Kerah bagian kanan harus berada di bawah kerah bagian kiri. Sabuk kain yang disebut obi dililitkan di bagian perut / pinggang, dan diikat di bagian punggung. Alas kaki sewaktu mengenakan kimono adalah zori atau geta. Kimono sekarang ini lebih sering dikenakan wanita pada kesempatan istimewa. Wanita yang belum menikah mengenakan sejenis kimono yang disebut furisode.

Pria mengenakan kimono pada pesta pernikahan, upacara minum teh, dan acara formal lainnya. Ketika tampil di luar arena sumo, pesumo profesional diharuskan mengenakan kimono. Anak-anak mengenakan kimono ketika menghadiri perayaan Shichi-Go-San.

(2)

kelas terbaik dan hanya dijahit dengan tangan (tidak memakai mesin jahit). Oleh karena itu, harga kimono sering menjadi sangat mahal. Kimono umumnya tidak pernah dijual dalam keadaan jadi, melainkan harus dipesan dan dijahit sesuai dengan ukuran badan pemakai. Warna yang selalu digunakan pada kimono disesuaikan dengan umur dan gender. Para pria biasanya memakai kimono berwarna gelap, dan wanita memakai warna cerah. Sewaktu membeli kain, tinggi badan pemakai tidak diperhitungkan. Bahan kimono dibeli dalam satu gulungan kain yang ditenun dengan sempurna tanpa cacat. Sisa bahan kimono bisa dimanfaatkan untk membuat aksesori pelengkap kimono, seperti tas, dompet, atau sandal. Kain kimono dapat dibeli dengan harga lebih murah pada kesempatan obral bahan kelas dua yang disebut B-tan ichi (B), arti harfiah: pasar kain kelas B, untuk membedakannya dari bahan kimono kelas A yang ditenun sempurna tanpa cacat. Walaupun bahan kain yang dibeli memiliki sedikit cacat, penjahit kimono yang berpengalaman dapat menyembunyikan bagian tenunan yang rusak. Setelah jadi, kimono dari pasar kain kelas B mungkin akan terlihat sama dengan kimono dari bahan sempurna (id.wikipedia.org/wiki/kimono).

2.1.1.2 Hanbok

Haŏn-ot

(3)

pada "pakaian gaya Dinasti Joseon" yang biasa dipakai secara formal atau semi-formal dalam perayaan atau festival tradisional.

Pakaian tradisional Korea disebut Hanbok.“Han” adalah sebutan bagi Korea, dan “bok” berarti pakaian.Jadi, secara harfiah orang Korea pun sebenarnya hanya menyebut pakaian mereka sebagai “pakaian korea”.Orang Korea sangat bangga terhadap hanbok sebagai identitas pakaian tradisional mereka.ada sedikit perbedaan penyebutan nama pakaian ini antara Korea Selatan dengan Korea Utara. Karakteristik yang menjadi keunggulan Hanbok adalah potongan siluetnya yang simpel dan warna-warnanya yang atraktif dan indah. Jika Hanbok digunakan oleh orang-orang di Korea Selatan, orang Korea Utara menyebut ““Jeoseon ot” (저선옷).

(www://mykoreanstudies.wordpress.com/hanbok)

2.1.2 Sejarah Kimono dan Hanbok 2.1.2.1 Kimono

Perkembangan kimono telah berkembang dari jaman ke jaman, yaitu;

a. Zaman Jomon dan zaman Yayoi.

Kimono Dari situs arkeologi tumpukan kulit kerang zaman Jomon ditemukan

Pakaian atas yang dikenakan haniwa disebut kantoi ( 貫 頭 衣 ).

(4)

untuk memasukkan kepala. Tali digunakan sebagai pengikat di bagian pinggang. Masih menurut Gishiwajinden, kaisar wanita bernama Himiko dari Yamataikoku (sebutan zaman dulu untuk Jepang) "selalu mengenakan pakaian kantoi berwarnaputih". Serat rami merupakan bahan pakaian untuk rakyat biasa, sementara orang berpangkat mengenakan kain sutra (id.wikipedia.org/wiki/kimono).

b. Zaman Kofun

potong pakaian: pakaian atas dan pakaian bawah. Haniwa mengenakan baju atas sepertikantoi. Pakaian bagian bawah berupahaniwa terlihat pakaian berupa celana berpipa lebar seperti

Pada depan kantoi dibuat terbuka dan lengan baju bagian bawah mulai dijahit agar mudah dipakai. Selanjutnya, baju atas terdiri dari dua jenis kerah:

- Kerah datar sampai persis di bawah leher (agekubi)

- Kerah berbentuk huruftarekubi) yang dipertemukan di bagian dada (id.wikipedia.org/wiki/kimono).

c. Zaman Nara

Aristokrat zaman Asuka bernama Pangeran Shotoku

menetapkan dua belas strata jabatan dalam istana kaisar (kan-i jūnikai). Pejabat

(5)

pejabat sipil (bunkan) dijahit di bagian bawah ketiak. Pejabat militer mengenakan pakaian formal yang tidak dijahit di bagian bawah ketiak agar pemakainya bebas bergerak. Busana dan aksesori zaman Nara banyak dipengaruhi budaya China yang masuk ke Jepang. Pengaruh budaya kosode untuk dikenakan sebagai pakaian dalam. Pada zaman Nara terjadi perubahan dalam cara mengenakan kimono. Kalau sebelumnya kerah bagian kiri harus berada di bawah kerah bagian kanan, sejak zaman Nara, kerah bagian kanan harus berada di bawah kerah bagian kiri. Cara mengenakan kimono dari zaman Nara terus dipertahankan hingga kini. Hanya orang meninggal dipakaikan kimono dengan kerah kiri berada di bawah kerah kanan (id.wikipedia.org/wiki/kimono).

d. Zaman Heian

Menurut aristokrat Jepang untuk Dinasti Tang (kentoshi) memicu pertumbuhan budaya lokal. Tata cara berbusana dan standardisasi protokol untuk upacara-upacara formal mulai ditetapkan secara resmi. Ketetapan tersebut berakibat semakin rumitnya tata busana zaman Heian. Wanita zaman Heian mengenakan pakaian berlapis-lapis yang disebut jūnihitoe. Tidak hanya wanita zaman Heian, pakaian formal untuk

militer juga menjadi tidak praktis.

Ada tiga jenis pakaian untuk pejabat pria pada zaman Heian: - Sokutai (pakaian upacara resmi berupa setelan lengkap)

(6)

Rakyat biasa mengenakan pakaian yang disebut suikan atau kariginu (狩衣,

arti harafiah: baju berburu). Di kemudian hari, kalangan aristokrat menjadikan kariginu sebagai pakaian sehari-hari sebelum diikuti kalangan samurai. Pada zaman Heian terjadi pengambilalihan kekuasaan oleh kalangan samurai, dan bangsawan istana dijauhkan dari dunia politik. Pakaian yang dulunya merupakan simbol status bangsawan istana dijadikan simbol status kalangan samurai (id.wikipedia.org/wiki/kimono).

e. Zaman Kamakura dan zaman Muromachi

Pada Samurai mengenakan pakaian yang disebu berubah menjadi pakaian yang disebut hitatare. Pada hitataremerupakan pakaian resmi samurai. Pada zaman

Muromachi dikenal kimono yang disebut suō ( 素 襖 ), yakni sejenis hitatareyang tidak menggunakan kain pelapis dalam. Ciri khas suō adalah lambang keluarga dalam ukuran besar di delapan tempat. Pakaian wanita juga makin sederhana. Rok bawah yang disebut mo (裳) makin

(7)

f. Awal zaman Edo

Penyederhaan pakaian samurai berlanjut hingga samurai zaman Edo adalah setelan berpundak lebar yang disebut kamishimo ( 裃). Satu setel kamishimo terdiri dari kataginu ( 肩 衣) da

kalangan wanita, kosodemenjadi semakin populer sebagai simbol budaya orang kota yang mengikuti tren busana. Zaman Edo adalah zaman keemasan panggung sandiwara warni yang disebut pemeran kabuki yang mengenakan kimono mahal dan gemerlap. Pakaian orang kota pun cenderung makin mewah karena iking meniru pakaian aktor kabuki. Kecenderungan orang kota berpakaian semakin bagus dan jauh dari norma pemerintah keshogunan memaksakan kenyaku-rei, yakni norma kehidupan sederhana yang pantas. Pemaksaan tersebut gagal karena keinginan rakyat untuk berpakaian bagus tidak bisa dibendung. Tradisi kenyaku-rei. Orang menghadiri upacara minum teh memakai kimono yang terlihat sederhana namun ternyata berharga mahal. Tali pinggang kumihimo dan gaya mengikat sejak zaman Edo. Hingga kini, keduanya bertahan sebagai aksesori sewaktu mengenakan kimono (id.wikipedia.org/wiki/kimono).

g. Akhir zaman Edo

(8)

Temmei (1783-1788), untuk mengenakan kimono dari sutra. Pakaian orang kota dibuat dari kai awal dari h. Zaman Meiji dan zaman Taisho

Industri berkembang maju pada dan Jepang menjadi eksportir sutra terbesar. Harga kain sutra tidak lagi mahal, dan mulai dikenal berjenis-jenis kain sutra. Peraturan pemakaian benang sutra dinyatakan tidak berlaku. Kimono untuk wanita mulai dibuat dari berbagai macam jenis kain sutra. Industri di Jepang. Sejalan dengan pesatnya perkembangan industri pemintalan, industri tekstil benang sutra ikut berkembang. Produknya berupa berbagai kain sutra, mulai darihingga meisen.Tersedianya beraneka jenis kain yang dapat diproses menyebabkan berkembangnya teknik pencelupan kain. Pada zaman Meiji mulai dikenal teknik denga

(9)

selama ini dipakai orang Jepang dengan pakaian dari Barat. Ketika pakaian Barat mulai dikenal di Jepang, kalangan atas memakai pakaian Barat yang dipinjam dari toko persewaan pakaian barat.

Di era modernisasi Meiji, bangsawan istana mengganti kimono dengan pakaian Barat supaya tidak dianggap kuno. Walaupun demikian, orang kota yang ingin melestarikan tradisi estetika keindahan tradisional tidak menjadi terpengaruh. Orang kota tetap berusaha mempertahankan kimono dan tradisi yang dipelihara sejak zaman Edo. Sebagian besar pria zaman Meiji masih memakai kimono untuk pakaian sehari-hari. Setelan pria juga mulai populer. Sebagian besar wanita zaman Meiji masih mengenakan kimono, kecuali wanita bangsawan dan guru wanita yang bertugas mengajar anak-anak perempua mengikuti dinas militer. Seragam tentara angkatan darat menjadi model untuk seragam sekolah anak laki-laki. Seragam anak sekolah juga menggunakan model kerah berdiri yang mengelilingi leher dan tidak jatuh ke pundak (stand-up collar) persis model kerah seragam tentara. Pada akhir pemerintah menjalankan kebijakan mobilisasi. Seragam anak sekolah perempuan diganti dari andonbakama (kimono dan Barat yang disebut serafuku (sailor fuku), yakni setelan blus mirip pakaian pelaut dan rok (id.wikipedia.org/wiki/kimono).

i. Zaman Showa

(10)

celana panjang untuk kerja dengan karet di bagian pergelangan kaki. Setelah Jepang kalah dalam mengenakan kimono sebelum akhirnya ditinggalkan karena tuntutan modernisasi. Dibandingan kerumitan memakai kimono, pakaian Barat dianggap lebih praktis sebagai pakaian sehari-hari .

Hingga pertengahan tahun wanita Jepang sebagai pakaian sehari-hari. Pada saat itu, kepopuleran kimono terangkat kembali setelah diperkenalkannya kimono berwarna-warni dari baha kesempatan santai. Setelah kimono tidak lagi populer, pedagang kimono mencoba berbagai macam strategi untuk meningkatkan angka penjualan kimono. Salah satu di antaranya dengan mengeluarkan "peraturan mengenakan kimono" yang disebut yakusoku. Menurut peraturan tersebut, kimono jenis tertentu dikatakan hanya cocok dengan aksesori tertentu. Maksudnya untuk mendikte pembeli agar membeli sebanyak mungkin barang. Strategi tersebut ternyata tidak disukai konsumen, dan minat masyarakat terhadap kimono makin menurun. Walaupun pedagang kimono melakukan promosi besar-besaran, opini "memakai kimono itu ruwet" sudah terbentuk di tengah masyarakat Jepang.

(11)

rumah, kecuali (id.wikipedia.org/wiki/kimono).

2.1.2.2 Hanbok

HaChosŏn-ot

tradisional cerah, dengan garis yang sederhana serta tidak memiliki saku. Walaupun secara harfiah berarti "pakaian orang Korea", hanbok pada saat ini mengacu pada "pakaian gaya Dinasti Joseon" yang biasa dipakai secara formal atau semi-formal dalam perayaan atau festival tradisional.

Beberapa elemen dasar hanbok pada saat ini seperti jeogori atau baju, baji (celana) dan chima(rok) diduga telah dipakai sejak waktu yang lama, namun pada zaman mulai berkembang. Lukisan pada situs makam laki-laki dan wanita pada saat itu memakai celana panjang yang ketat dan baju yang berukuran sepinggang. Struktur tersebut sepertinya tidak banyak berubah sampai saat ini.

(12)

Periode Goryeo

Ketika Dinasti damai dengan Kerajaan Mongol, raja Goryeo menikahi ratu Mongol dan pakaian pegawai kerajaan lalu mengikuti gaya Mongol. Sebagai hasil dari pengaruh Mongol ini, rok (chima) jadi sedikit lebih pendek. Sedangkan Jeogori (baju untuk tubuh bagian atas) diikat ke bagian dada dengan pita lebar, sedangkan lengan bajunya didesain agak ramping. Periode Joseon

Pada masa Dinasti Joseon, jeogori wanita secara perlahan menjadi ketat dan diperpendek. Pada abad ke-16, jeogori agak menggelembung dan panjangnya mencapai di bawah pinggang. Namun pada akhir abad ke-19, bergaya manchu yang sering dipakai hingga saat ini.

(13)

2.2 Jenis – jenis Kimono dan Hanbok 2.2.1 Jenis Kimono

Pakaian tradisional Jepang adalah kimono. Pada umumnya kimonodibuat dari sutera, berlengan besar yang menjulai dari bahu hingga ke tumit. Kimono dan obi yang kita kenal sekarang merupakan pakaian tradisional Jepang pada masa Edo (1600-1868).Obi menjadi bagian dari kimono wanita kira-kira pada pertengahan periode Edo.Ukuran obi yang standar adalah panjang 360 cm dan lebar 30 cm.

Model pakaian pada masa Edo banyak dipengaruhi oleh desain dan gaya artis. Para wanita di kelas samurai terus memakai kimono yang sederhana dengan obi yang terbuat dari braided cards. Sedangkan para wanita diluar kelas samurai mencoba memakai kimono dengan model yang lebih beragam dengan furisode (kimono dengan lengan panjang) yang sering dilihat dipanggung kabuki. Selama bertahun, obi diikat di depan atau disamping. Tetapi pada pertengahan Edo, obi mulai diikat di belakang. Dan katanya ini semua dimulai pada pertengahan tahun 1700 ketika aktor kabuki yang memerankan perempuan menggunakan obi yang diikat di belakang.

Terdapat berbagai macam jenis kimono dijepang dan tempat digunakannya kimono tersebut, diantaranya yaitu;

1. Furisode

Furisode (振袖) adalah kimono berlengan lebar yang dikenakan wanita muda

yang belum menikah.Dibuat dari bahan berwarna cerah, motif kain berupa

bunga dan tanaman, keindahan musim, binatang, atau burung yang digambar

(14)

tambahan bordiran benang emas.Bukaan di bagian lengan kimono yang

berdekatan dengan ketiak disebut furiyatsuguchi (振八つ口).Bukaan tersebut

sengaja tidak dijahit hingga membentuk kantong lengan baju yang disebut

tamoto (袂) hingga ke bagian ujung lengan kimono.Lebar tamoto pada furisode

bisa mencapai 114 cm atau menjuntai hingga sekitar pergelangan kaki.Menurut

urutan tingkat formalitas, furisode adalah kimono paling formal setara dengan

kurotomesode, irotomesode, dan homongi.Furisode dikenakan sebagai pakaian

terbaik untuk pesta perkawinan (ketika hadir sebagai tamu atau sebagai baju

pengantin wanita), miai, dan upacara resmi, seperti seijin shiki, wisuda, atau

resepsi sesudah wisuda (shaonkai). Alas kaki untuk furisode adalah zōri berhak

tinggi.

2. Yukata (kimono musim panas)

Yukata (浴衣, baju sesudah mandi) adalah jenis kimono yang dibuat

(15)

Pegulat sumo memakai yukata sebelum dan sesudah bertanding. Musim panas berarti musim pesta kembang api dan matsuri di Jepang. Jika terlihat orang memakai yukata, berarti tidak jauh dari tempat itu ada matsuri atau pesta kembang api.

Bahan yukata pria umumnya berwarna dasar gelap (hitam, biru tua, ungu tua) dengan corak garis-garis warna gelap. Wanita biasanya mengenakan yukata dari bahan berwarna dasar cerah atau warna pastel dengan corak aneka warna yang terang. Walaupun umumnya dibuat dari kain katun, yukata zaman sekarang juga dibuat dari tekstil campuran, seperti katun bercampur poliester. Berbeda dengan kimono jadi yang hampir-hampir tidak ada toko yang menjualnya, yukata siap pakai dalam berbagai ukuran dijual toko dengan harga terjangkau. Corak kain yang populer untuk yukata wanita, misalnya bunga sakura, seruni, poppy, bunga-bunga musim panas. atau ikan mas koki. Karakter anime seperti Hamtaro, Pokemon, dan Hello Kitty populer sebagai corak yukata untuk anak-anak.

3. Homongi

Homongi (訪問着 Hōmon-gi) adalah salah satu jenis kimono formal

(16)

eba(絵羽) yakni corak kain yang saling tepat bertemu di perpotongan kain

(bagian jahitan kimono). Bila sehelai homongi dibeberkan, maka corak kain akan membentuk sebuah gambar utuh. Homongi dibuat dari bahan (tanmono) warna putih polos. Setelah bahan dipotong sesuai ukuran tubuh pemakai, kain dijelujur untuk membuat kimono sementara. Corak kain dilukis pada permukaan kain dengan memperhatikan letak perpotongan kain. Setelah kain selesai dilukis, jahitan sementara dibuka, dan proses pencelupan kain dimulai. Setelah pencelupan selesai, kain dijahit kembali sebelum diserahkan kepada pemesan. Corak yang saling bertemu di perpotongan kain merupakan perbedaan mencolok antara homongi dan tsukesage.

4. Tomesode

(17)

pemakai, semakin berumur pemakainya, corak kain makin diletakkan di bawah. Lambang keluarga berjumlah lima buah: satu di punggung, sepasang di belakang lengan, dan sepasang di dada bagian atas. Berbeda dengan kurotomesode, irotomesode tidak selalu harus dihiasi lima buah lambang keluarga. Sesuai formalitas acara yang ingin dihadiri pemakai, irotomesode cukup dilengkapi tiga buah lambang keluarga (satu di punggung, sepasang di bagian belakang lengan) atau cukup satu di bagian punggung. Irotomesode dikenakan sebagai pakaian formal sewaktu diundang ke pesta pernikahan sanak keluarga, pesta dan upacara resmi. Kain untuk irotomesode bisa berupa kain krep tanpa motif tenun atau kain krep dengan motif tenun seperti monishō, rinzu, dan shusuji.Wanita yang belum menikah juga boleh mengenakan irotomesode, namun bila sudah berumur atau ketika tidak ingin mengenakan homongi. Upacara resmi di istana kaisar dihadiri tamu dengan mengenakan irotomesode. Hitam sebagai warna duka merupakan alasan tidak dipakainya kurotomesode.

5. Kuromontsuki

(18)

6. Uru no kimono

Kimono pria ini terbuat dari bahan wol, cendrung berbahan gelap. Kimono informal ini dipakai sehari-hari.

7. Uchihake

Uchihake merupakan kimono yang dipakai wanita untuk pernikahannya. Uchihake berwarna putih, sehingga kontras dengan warna tomesode yang berwarna hitam. Uchihake merupakan kimono yang paling indah. Kimono ini sangat mahal, sehingga kebanyakan orang tidak membelinya tetapi meminjamnya dan itupun dengan harga yang sangat mahal yaitu sekitar 50 juta rupiah. Jika diperhatikan dengan jelas, uchihake sangat panjang sampai menyentuh tanah, sehingga pengantin wanita harus dibantu untuk berjalan dengan kimono ini.

8. Mofuku

Mofuku adalah kimono yang dipakai khusus pada upacara pemakaman kerabat dekat. Kimono ini seluruhnya berwarna hitam sesuai dengan situasi kapan kimono ini dipakai. Tidak hanya kimono, obi pun memiliki beberapa variasi misalnya fukurasuzume, bunko, otaiko, dan kainokuchi. Untuk menjaga bentuk obi agar tidak rusak digunakan obijime. Ada beberapa cara dalam mengikat obijime, tergantung pada acaranya, misalnya obijime untuk perayaan, obijime untuk acara informal, ataupun obijime berduka.

(19)

kotor lumpur ketika berjalan diluar. Sedangkan tabi adalah kaus kaki gaya Jepang yang biasanya terbuat dari kartun dan berwarna putih.

Dibandingkan dengan pakaian barat, kimono cendrung membatasi gerak dan diperlukan lebih banyak waktu untuk mengenakannya dengan baik. Tetapi di Jepang, ada beberapa profesi yang mengenakan kimono sebagai bagian dari pekerjaan mereka seperti maiko, kannushi (pendeta shinto), soryo (pendeta budha), rikishi (pemain sumo), rakugoka (pencerita rakugo), dan nakai (wanita yang membawa dan menghidangkan makanan di restoran atau penginapan tradisional Jepang (Pitri, 2013: 79).

2.2.2 Jenis Hanbok

Seperti halnya kimono, hanbok juga tedapat berbagai macam jenis. Hanbok pada umumnya memiliki warna yang cerah, dengan garis yang sederhana serta tidak memiliki saku. Hanbok pada saat ini mengacu pada "pakaian gaya Dinasti Joseon" yang biasa dipakai secara formal atau semi-formal dalam perayaan atau festival tradisional.

(20)

Pada akhir masa Tiga Kerajaan, wanita dari kalangan bangsawan mulai memakai rok berukuran panjang dan baju seukuran pinggang yang diikat di pinggang dengan celana panjang yang tidak ketat, serta memakai jubah seukuran pinggang dan diikatkan di pinggang. Pada masa ini, pakaian berbahan sutra dari Tiongkok (Dinasti Tang) diadopsi oleh anggota keluarga kerajaan dan pegawai kerajaan. Ada yang disebut pegawai kerajaan pada masa lalu.

Ketika Dinasti dengan Kerajaan Mongol, raja Goryeo menikahi ratu Mongol dan pakaian pegawai kerajaan lalu mengikuti gaya Mongol. Sebagai hasil dari pengaruh Mongol ini, rok (chima) jadi sedikit lebih pendek. Sedangkan Jeogori (baju untuk tubuh bagian atas) diikat ke bagian dada dengan pita lebar, sedangkan lengan bajunya didesain agak ramping.

Pada masa Dinasti Joseon, jeogori wanita secara perlahan menjadi ketat dan diperpendek. Pada abad ke-16, jeogori agak menggelembung dan panjangnya mencapai di bawah pinggang. Namun pada akhir abad ke-manchu yang sering dipakai hingga saat ini.

(21)

terang. Rakyat biasa tidak dapat menggunakan bahan berkualitas bagus karena tidak sanggup membelinya. Umumnya dahulu kaum laki-laki dewasa mengenakan durumagi (semacam jaket panjang) saat keluar rumah.

Sedangkan pada hanbok pria, terdapat berbagai macam jenis, diantaranya;

1. Durumagi

Durumagi awalnya dipakai oleh pegawai Kerajaan sebagai pakaian dinas

sehari-hari mereka. Durumagi adalah sejenis coat panjang yang dipakai

sebagai luaran dikala angin sedang berhembus dingin – dinginnya.

2. Gat-Jeogori

Bentuknya sedikit lebih besar dibandingan dengan Jeogori. Bedanya hanya

dibagian dalam pakaian jenis ini terbuat dari bulu kelinci, sehingga tetap

membuat pemakainya tetap hangat. Bahan yang di luar biasanya terbuat dari

sutra.

3. Changot

Di zaman Jeoseon dipakai oleh orang-orang kelas bangsawan atau prang

terpandang. Merupakan varian lain hanbok selain hanbok yang biasa

kita lihat.

4. Hakjangui

Ha- berarti belajar atau ilmu. hakja berarti ilmuwan atau cendekia. hanbok

jenis ini dipakai oleh kalangan cendekia pada masa Koryo hingga masa

Jeoseon. Dilihat dari garis potongan bajunya, memiliki makna rendah hari

(22)

5. Shimui

Hanbok ini dikenakan para cendekia/ilmuwan ketika di waktu senggang

atau pada saat beristirahat. Shim (심) berarti merenung. Oleh karena para

ilmuwan biasanya di waktu senggang masih suka merenungkan sesuatu,

pakain ini kemudia dinamakan sedemikian hingga. Pakaian-pakaian

ilmuwan ini, dilihat dari bentuknya, lebih cocok dikenakan untuk belajar

pasif daripada aktif. Seperti melukis atau ilmu filsafat.

6. T’eol Magoja

Pakaian ini sebenarnya lebih ke arah pakaian orang Manchuria. Pertama kali

diperkenalkan oleh seorang politikus Korea di zaman Jeoseon yang

ditugaskan di daerah Manchuria, dan kembali lagi ke Korea dengan

menggunakan pakaian jenis ini. Pakaian ini di dalamnya dilapisi bulu. Juga

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya kuat tarik dan kuat geser sambungan batang tarik masing-masing pola Self Drilling Screw (SDS) pada sambungan rangka

Yamaha Yes Surabaya berkaitan dengan variabel etos kerja yaitu karyawan yang memiliki etos kerja tinggi dapat tercermin dalam perilakunya, seperti suka bekerja keras,

IFRS merupakan standar akuntansi internasional yang diterbitkan oleh International Accounting Standard Board (IASB), salah satu kesepakatan yang dicapai oleh

Pengakuan bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah dilakukan oleh masing-masing jemaah dan imam sholat, kemudian secara bersama-sama kita

Namun hasil dari studi meta analisis ini setidaknya dapat memberikan informasi bahwa efikasi diri dapat diperankan sebagai faktor protektif yang dapat diberdayakan dari

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah diuraikankan pada bagian pembahasan, peneliti merinci kesimpulan dan saran mengenai penelitian tentang fungsi media

Harga pembukuan adalah harga yang diminta oleh penjual atau pembeli pada saat jam bursa dibuka. Dapat terjadi pada saat dimulainya hari bursa itu sudah terjadi transaksi

Angka kejadian reaksi lokal kemerahan paling tinggi diketahui pada pengamatan satu hari setelah pemberian imunisasi sebesar 867 (21,79%) dengan mayoritas kategori ringan