• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Penelitian Terdahulu. - Pengaruh Strategi Green Marketing Terhadap Keputusan Membeli Pensil Tulis Dan Pensil Warna Faber Castell Pada Masyarakat Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Penelitian Terdahulu. - Pengaruh Strategi Green Marketing Terhadap Keputusan Membeli Pensil Tulis Dan Pensil Warna Faber Castell Pada Masyarakat Medan"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

12

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. Penelitian Terdahulu.

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan erat dan mendasari adanya penelitian ini. Penelitian-penelitian tersebut diantaranya adalah seperti yang

terlihat dalam Tabel 2.1. berikut ini. Tabel 2.1.

Penelitian Terdahulu

No Judul Peneliti Alat analisis Hasil penelitian

(2)

13

Lanjutan

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu

No Judul Peneliti Alat analisis Hasil penelitian

3 Menurut Peattie (2001), evolusi pemasaran hijau memiliki tiga fase. Tahap pertama disebut sebagai "Ecological" green marketing, dan selama periode ini semua kegiatan pemasaran yang bersangkutan untuk membantu masalah lingkungan dan memberikan solusi untuk masalah lingkungan. Tahap kedua adalah "Lingkungan" green marketing dan bergeser pada teknologi bersih yang focus merancang

produk baru yang inovatif, mengurusi masalah polusi dan limbah. Fase ketiga adalah "Sustainable" green marketing yang datang pada akhir

(3)

14 tahun 1990 dan menjadi tren di awal tahun 2000. Henion dan Kinnear pada tahun 1976 memperkenalkan ecological marketing sebagai ilmu yang mempelajari dampak positif dan negative dari aktivitas pemasaran pada polusi, penipisan energi dan dan penipisan sumberdaya nonenergi (Polonsky, 1994). Pengertian ini digunakan dalam workshop yang diadakan oleh The American Marketing association (AMA) yang melibatkan akademisi, praktisi dan pembuat keputusan public.

Pemasaran hijau perlu didefinisikan secara luas. Polonsky (1994) mendefinisikan pemasaran hijau sebagai "yang terdiri dari semua kegiatan yang dirancang untuk menghasilkan dan memfasilitasi setiap pertukaran yang dimaksud untuk memenuhi kebutuhan manusia sehingga kepuasan akan kebutuhan dan keinginan terjadi dengan dampak kerugian yang minimal terhadap lingkungan alam’’. Aktifitas green marketing menyertakan berbagai hal meliputi: modifikasi produk, perubahan proses produksi, perbaikan pengemasan, seperti halnya memodifikasi periklanan. Namun demikian definisi green marketing tidak sesederhana yang dimaksud karena berbagai kontradiktif ada didalamnya, misalnya saja definisi dan kasus sosial dan lingkungan yang bermacam-macam. Menurut Peattie (1995) green marketing didefinisikan sebagai suatu proses management yang bertanggungjawab untuk mengidentifikasi, mengantisipasi dan memuaskan kebutuhan konsumen dan masyarakat secara profitable dan

berkesinambungan. Sedangkan menurut Cahter dan Polonsky (1999) green marketing dianggap sebagai suatu proses menyeluruh dengan mengantisipasi,

(4)

15 strategis bisnis di masa depan. Menurut Grundey, D. & Zaharia, M.R. (2008), green marketing adalah segala sesuatu aktifitas yang dirancang untuk secara umum memfasilitasi perubahan untuk memuaskan kebutuhan atau keinginan manusia, dengan meminimalisir dampak pada lingkungan alam. Ada tujuh prinsip yang dapat digunakan sebagai pedoman penyusunan kebijakan publik terhadap marketing (Kotler dalam Arif Zulkifli,2011).

a. Prinsip kebebasan konsumen dan produsen.

Kebebasan marketing penting bila sistem marketing dimaksudkan untuk memberi standar kehidupan yang tinggi. Kebebasan untuk produsen dan konsumen adalah tonggak dari sistem marketing yang dinamis. Tetapi diperlukan lebih banyak prinsip untuk mengimplementasikan kebebasan ini dan mencegah penyalahgunaannya

b. Prinsip mengendalikan bahaya potensial.

Sistem politik dapat mengendalikan kebebasan produsen atau konsumen untuk mencegah transaksi yang berbahaya atau mengancam akan merugikan produsen, konsumen atau pihak ketiga. Transaksi yang merugikan merupakan dasar yang diakui secara luas bagi intervensi pemerintah

c. Prinsip memenuhi kebutuhan dasar.

Sistem marketing harus melayani tidak hanya konsumen kaya namun juga yang kurang mampu. Kelompok tertentu yang kurang mempunyai daya beli mungkin dapat hidup tanpa barang dan jasa yang dibutuhkan, yang mungkin saja dapat menyebabkan gangguan fisik atau psikologis. Prinsip ini harus diarahkan memenuhi kebutuhan dasar bagi semua orang, dan semua orang dapat menikmati standar kehidupan yang setara sampai pada tingkat tertentu.

(5)

16 d. Prinsip efisiensi ekonomi.

Sejauh mana kebutuhan dan keinginan masyarakat dapat dipuaskan tergantung pada seberapa efisiennya pemanfaatan sumber daya yang langka. Adanya persaingan aktif dan pembeli yang memiliki informasi mempertahankan kualitas yang tinggi dan harga yang rendah.

e. Prinsip inovasi.

Banyak inovasi sebenarnya merupakan tiruan merek lain, dengan sedikit perbedaan untuk memberikan nilai jual. Tetapi sistem marketing efektif mendorong inovasi produk yang nyata dan diferensiasi untuk memenuhi keinginan segmen pasar yang berbeda.

f. Prinsip pendidikan dan informasi kepada konsumen.

Sistem marketing yang efektif banyak melakukan investasi dalam pendidikan dan informasi konsumen, untuk meningkatkan kepuasan dan kesejahteraan konsumen jangka panjang. Idealnya, perusahaan akan menyediakan informasi secukupnya mengenai produknya. Tetapi kelompok konsumen dan pemerintah dapat juga memberikan informasi serta peringkatnya, misalnya Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan atau biasa disingkat Proper

g. Prinsip perlindungan konsumen.

(6)

17 Ketujuh prinsip ini didasarkan pada asumsi bahwa, tujuan marketing bukan untuk memaksimalkan laba perusahaan, total konsumsi atau pilihan konsumen, melainkan memaksimalkan kualitas kehidupan.Memasuki abad ke-21, perusahaan-perusahaan yang semula tidak menyetujui program penanggulangan lingkungan dan merasa terpaksa mematuhi kebijakan lingkungan berubah menjadi mencegah pencemaran dan bertanggungjawab. Semakin banyak perusahaan yang mengadopsi kebijakan pelestarian fungsi lingkungan yaitu mengembangkan strategi yang melestarikan lingkungan maupun menghasilkan laba bagi perusahaan. Sebuah perusahaan dapat mempraktikkan pencegahan polusi, tidak sekadar mengendalikan polusi yang hanya membersihkan limbah setelah menghasilkannya. Pencegahan polusi berarti menghilangkan atau meminimasi limbah sebelum limbah dihasilkan.

Gerakan go-green telah mendorong lahirnya green marketing. Perusahaan-perusahaan yang menekankan pencegahan telah menjalankan program green marketing yaitu mengembangkan produk yang lebih ramah lingkungan, pengemasan yang dapat didaur ulang dan dapat terurai oleh alam dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama, pengendalian polusi yang lebih baik, dan operasi yang lebih hemat energi. Perusahaan sekarang menyadari bahwa mereka dapat ramah lingkungan, sekaligus efisien dan tetap kompetitif. Menurut Ottman, J.A.,Stafford, E.R., dan Hartman. C.L. (2006) dari sudut pandang organisatoris, pertimbangan lingkungan harus terintegrasi ke dalam semua aspek marketing termasuk pengembangan produksi baru dan komunikasi. Dalam green marketing tidak hanya para penyalur dan pengecer sebagai bagian dari stakeholders, tetapi mencakup pendidik, anggota masyarakat, pemerintah dan lembaga sumberdaya manusia

(7)

18 Karena itu isu lingkungan harus seimbang dengan kebutuhan pelanggan utama. Green marketing harus mempunyai dua sasaran yaitu meningkatkan mutu lingkungan dan kepuasan konsumen. Manfaat green marketing pada perusahaan adalah dapat mengembangkan produk dan jasa baru yang berkenaan dengan lingkungan, mengakses ke pasar baru dan meningkatkan laba mereka (Ottman, J.A., Stafford, E.R., & Hartman. C.L. 2006).

Peningkatan kesadaran lingkungan seharusnya membuat perusahaan yang hendak menjadi pemimpin di green marketing tidak hanya sekedar merespon tetapi dapat menjadi pemimpin di dalam program lingkungan. Pemasar perlu; pertama, mengenali implikasi suatu produk pada lingkungan. Kedua; menganalisis perubahan perilaku konsumen dan sikap politik untuk memposisikan peran yang dapat dimainkan perusahaan untuk melindungi lingkungan. Ketiga; menyadari green marketing tidak semata-mata memikirkan kepentingan umum, namun dapat juga merupakan suatu usaha yang menguntungkan. Keempat; mengenali green marketing harus terintegrasi menjadi bagian dari suatu rencana marketing perusahaan strategis.

Dari keterangan diatas dapat disimpulkan beberapa alasan mengapa perusahaan meningkatkan penggunaan pemasaran hijau adalah :

1. Organisasi memahami pemasaran lingkungan menjadi kesempatan yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan.

2. Organisasi percaya bahwa mereka memiliki kewajiban moral untuk lebih bertanggung jawab secara sosial.

(8)

19 4. Lingkungan perusahaan tekanan kegiatan pesaing 'untuk mengubah kegiatan

pemasaran lingkungan mereka.

5. Faktor biaya yang terkait dengan pembuangan limbah, atau pengurangan pemakaian bahan kekuatan perusahaan untuk memodifikasi perilaku mereka. Yang jelas asumsi pemasaran hijau adalah bahwa konsumen potensial akan melihat produk atau jasa yang "hijau" sebagai manfaat dan mendasari keputusan pembelian mereka. Penting bagi pemasar untuk memanfaatkan sumber daya secara efisien tanpa limbah serta untuk mencapai tujuan organisasi mengingat bahwa sumber daya memiliki keterbatasan sementara keinginan manusia tidak terbatas. Jadi pemasaran hijau tidak bisa dihindari. Setiap elemen dari bauran pemasaran harus memiliki pandangan hijau, sebelum mengembangkan dan memperkenalkan produk di pasar. Polonsky (2001) melihat hal-hal yang diperlukan untuk kesuksesan green marketing :

1. Segmentasi Pasar Yang Sukses dan Konsentrasi Pada Segmen Pasar Terpilih. Sebuah perusahaan yang berfokus pada produk hijau perlu fokus pada pasar

yang terdiri dari konsumen hijau. Perusahaan dapat menjalankan iklan untuk produk-produknya dalam media yang difokuskan untuk produk dan jasa hijau. Hal ini dapat dilakukan dengan berinovasi dari produk hijau baru bersama dengan produk yang ada. Atau perusahaan semuanya bisa meluncurkan unit bisnis strategis baru yang bertujuan hijau.

2. Mengembangkan Generasi Baru Produk "Hijau".

Proses produksi yang tidak bertanggung jawab dalam merancang produk bisa sangat berbahaya bagi lingkungan, ini mengapa perusahaan harus mempertimbangkan kemungkinan efek negatif terhadap lingkungan dan meminimalkan mereka pada awal Pengembangan Produk Baru (NPD)

(9)

20 3. "Green" Positioning.

Perusahaan yang tertarik dalam memposisikan diri sebagai produk hijau harus memastikan bahwa semua kegiatan yang terlibat dalam mendukung citra yang diproyeksikan tidak untuk menipu konsumen serta media

4. Memutuskan Tentang Harga "Hijau".

Konsumen saat ini bersedia membayar harga premium untuk produk hijau atau tidak sama sekali. Mungkin ini yang menjadi penyebab keprihatinan ketika pemasar datang untuk menjual produk di pasar, mungkin juga mahal karena teknologi baru yang terlibat. Oleh karena itu menjadi tanggung jawab produsen untuk memutuskan penetapan harga produk.

5. Menerapkan Logistik "Hijau".

Distribusi barang juga dapat dirancang sedemikian rupa sehingga mereka meninggalkan dampak yang minimal terhadap lingkungan. Pengurangan kemasan dan pembungkus dapat berkontribusi besar dalam mengurangi limbah dan hemat kertas. Manajemen persediaan yang efisien juga dapat berkontribusi dalam meminimalkan pemborosan di perjalanan.

6. Mengubah Sikap terhadap Sampah.

Limbah yang dihasilkan mungkin tidak selalu menjadi negatif dan dapat membantu proses produksi . Sebuah pemahaman baru dari ide limbah telah melahirkan pasar baru produk daur ulang sehingga yang dianggap sampah untuk sebuah perusahaan dapat menjadi bahan baku bagi orang lain.

7. Menerapkan Promosi "Hijau".

(10)

21 8. Membuat Kemitraan "Hijau".

Jenis-jenis kemitraan hijau dapat membantu dalam aliran pengetahuan dan informasi untuk pengembangan dan pelaksanaan yang efektif dari green marketing.

2.2.1.1. Produk Hijau

Kasali (2005) mendefinisikan, produk hijau (green product) adalah produk yang tidak berbahaya bagi manusia dan lingkungannya, tidak boros sumber daya, tidak menghasilkan sampah berlebihan, dan tidak melibatkan kekejaman pada binatang. Selanjutnya Nugrahadi (2002) mengemukakan, produk hijau (green product) adalah produk yang berwawasan lingkungan. Suatu produk yang dirancang dan diproses dengan suatu cara untuk mengurangi efek-efek yang dapat mencemari lingkungan, baik dalam produksi, pendistribusian dan pengkonsumsianya. Hal ini dapat dikaitkan dengan pemakaian bahan baku yang dapat didaur ulang. Produk yang diproduksi melalui teknologi hijau dan tidak menyebabkan bahaya lingkungan disebut produk hijau. Produk harus dikembangkan tergantung pada kebutuhan pelanggan yang lebih memilih produk yang ramah lingkungan. Produk bisa dibuat dari bahan daur ulang atau dari barang bekas. Produk yang efisien tidak hanya menghemat air, energi dan uang, tetapi juga mengurangi efek berbahaya terhadap lingkungan. Green chemistry membentuk fokus pertumbuhan pengembangan produk. Peran pemasar dalam manajemen produk termasuk menyediakan desainer produk dengan tren berbasis pasar dan permintaan pelanggan untuk atribut produk hijau seperti penghematan energi, produk organik, kimia hijau, sumber lokal, dan lain sebagainya. Eco-materials merupakan singkatan dari environmentally-conscious materials,

(11)

22 ecologically-oriented materials, atau ecologicall-benign material yaitu konsep

material sadar lingkungan, material berorientasi pada ekologi atau material ramah lingkungan, material berorientasi pada ekologi atau material ramah lingkungan (Harjanto, 2004).

Konsep ini dipelopori oleh ilmuwan Jepang yang selanjutnya berkembang di Negara-negara Eropa, Amerika Serikat serta Negara lainnya, setahun sebelum digelarnya Konferensi Tingkat Tinggi Bumi (Earth Summit) di Rio de Janeiro, Brasil tahun 1995. Material yang ramah lingkungan berarti juga menjamin kesehatan konsumen.

2.2.1.2. Harga Hijau Harga merupakan faktor penting dari bauran pemasaran hijau.

Kebanyakan konsumen hanya akan siap untuk membayar nilai tambah jika ada persepsi nilai produk tambahan. Nilai ini dapat meningkatkan kinerja, fungsi, desain, daya tarik visual, atau rasa. Pemasaran hijau harus mengambil semua fakta ini menjadi pertimbangan saat pengisian harga premium. Bagi perusahaan untuk mengubah dirinya menjadi perusahaan "hijau" yang mencoba untuk meminimalkan efek berbahaya terhadap lingkungan dapat berubah menjadi sebuah latihan yang mahal. Ottman (1997) menunjukkan bahwa konsumen benar-benar tidak tertarik untuk membayar lebih untuk produk yang dinyatakan "hijau". Untuk alasan ini pemasar perlu penekanan pada harga produk. Membawa produk dalam teknologi bersih, sumber-sumber bahan baru, mengkonfirmasikan dengan undang-undang hukum yang baru dan mengambil langkah-langkah lain dalam

transformasi perusahaan menjadi urusan mahal yang pada gilirannya dapat meningkatkan biaya produk. Perusahaan dalam kasus seperti itu harus

(12)

23 menyesuaikan semua biaya dengan teknologi dan biaya pelaksanaan standar

ekologi baru. . Sepanjang sejarah peradaban, harga umumnya ditetapkan oleh kesepakatan

pembeli dan penjual. Penjual akan menawarkan harga yang tinggi untuk produk mereka, dan pembeli akan berupaya membeli dengan harga serendah-rendahnya. Melalui tawar menawar, kedua belah pihak akhirnya akan sampai pada harga yang dapat diterima (Kotler, 2009). Harga merupakan satu-satunya elemen marketing mix yang menghasilkan pendapatan, tiga unsur P lain menimbulkan biaya. Harga juga merupakan salah satu elemen marketing mix yang paling fleksibel. Harga dapat diubah dengan cepat tidak seperti feature produk dan perjanjian distribusi. Suatu perusahaan harus menetapkan harga untuk pertama kali ketika perusahaan tersebut mengembangkan atau memperoleh suatu produk baru. Perusahaan dapat memposisikan produknya di tengah pasar atau pada tingkat harga diatasnya atau tingkat harga dibawahnya . Penetapan harga adalah proses dan keputusan yang sulit dalam unsur marketing mix. Produk lingkungan yang bertanggung jawab bisa lebih murah jika biaya daur hidup produk dipertimbangkan dengan seksama. Banyak konsumen beranggapan bahwa harga produk hijau sering lebih tinggi dari pada produk konvensional (Peattie, 1999; Polonsky, 2001). Sementara ini asumsi mereka mungkin benar. Peattie (1999) berpendapat bahwa harga produk hijau tidak luar biasa mahal, namun produk konvensional realistis murah karena mereka mengecualikan sosio-lingkungan biaya produksi, penggunaan produk dan limbah.

(13)

24 2.2.1.3. Distribusi

(14)

25 yang luas bukan hanya kepada suatu pasar sempit saja. Penempatan produk hijau pada pasar harus konsisten dengan gambaran yang diinginkan, karena itu pemasar

harus merancang gambaran lokasi yang sesuai dengan produk hijau. 2.2.1.4. Promosi

Promosi berfungsi untuk menginformasikan, mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen dan menggugah ingatan kembali konsumen (Kotler, 2009). Menginformasikan dapat berarti memberitahu kehadiran produk baru di pasar, mengusulkan kegunaan baru suatu produk, menjelaskan pelayanan yang tersedia, perubahan harga produk, cara menggunakannya, mengembangkan citra perusahaan. Mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen atau meyakinkan konsumen dapat berarti menghimbau konsumen untuk membeli produk, meyakinkan konsumen mengenai keunggulan produk dibanding produk saingan sejenis. Mengingatkan konsumen berarti membuat pembeli tetap ingat pada produk itu walaupun tidak sedang musimnya, mengingatkan pembeli dimana dapat membelinya. Green promotion mengenai kegiatan perusahaan untuk mengkampanyekan program-program yang mengangkat isu lingkungan, untuk mengokohkan image sebagai sebuah perusahaan ramah lingkungan (Peattie, 1995). Promosi ini bisa dilakukan melalui iklan, promosi penjualan (melalui kemasan), maupun humas. Promosi produk dan jasa ke target pasar meliputi periklanan, hubungan masyarakat, promosi penjualan, marketing langsung dan promosi di tempat. Pemasar hijau yang cerdas dapat menguatkan kredibilitas lingkungan dengan menggunakan peralatan komunikasi dan marketing berkelanjutan. Contohnya banyak perusahaan dalam industri keuangan yang menyediakan statemen elektronik dengan menggunakan email. E-marketing

(15)

26 dengan cepat menggantikan metoda marketing yang lebih tradisional, dan hasil cetakan dapat diproduksi penggunaan material didaur ulang dan proses efisien seperti pencetakan tanpa air. Pengecer, sebagai contoh mengadakan aliansi dengan perusahaan lain, organisasi riset dan kelompok lingkungan lain ketika mengadakan promosi lingkungan mereka.

Kunci marketing berwawasan lingkungan yang sukses adalah kredibilitas (Ottman, J.A., Stafford, E.R., & Hartman. C.L, 2006). Jangan pernah mengklaim secara berlebihan produk berwawasan lingkungan atau menetapkan harapan yang tidak realistis yang dapat membuat orang kehilangan kepercayaan. Green advertising adalah periklanan yang pada tampilannya berwawasan lingkungan. Periklanan model ini dapat termasuk satu seri dari elemen-elemen yang digunakan untuk mengkomunikasikan kepedulian suatu perusahaan atau produk terhadap lingkungan (Karna, J. Heikki. J. Virpi, A. & Eric. H, 2001). Sebagai contoh, iklan yang berorientasi pada lingkungan dapat memuat satu atau lebih dari hal-hal berikut : warna hijau, pemandangan alam, eco-labels, pernyataan kepedulian terhadap lingkungan, perlakuan terhadap bahan baku, proses produksi yang ramah lingkungan maupun bisa di daur ulang. Selain itu suatu iklan bisa dibilang berwawasan lingkungan jika memenuhi satu atau lebih dari kriteria berikut:

a. Baik secara eksplisit maupun implisit menunjukkan hubungan antara produk atau jasa lingkungan biophysical. Misalnya disebutkan bahwa produk yang diiklankan mengandung jejak karbon yang rendah sehingga ikut berkontribusi menurunkan pemanasan global atau tidak mengandung CFC sehingga aman bagi kelestarian lapisan ozon

(16)

27 penggunaan energy fosil atau menanam pohon di sekitar rumah untuk

mengurangi karbondioksida

c. Menghadirkan suatu corporate image yang mengandung environmental responsibility, misalnya memunculkan sertifikast ISO 14001, ekolabel atau jejak karbon dalam iklannya

Ada lima langkah untuk membangun suatu kampanye iklan berwawasan lingkungan. Peattie (1995) menyajikan seperti berikut ini:

1. Mission. Memutuskan apa yang akan dijadikan tujuan dari green advertising. Beberapa tujuan mungkin jadi adalah:

a. Menginformasikan kepada konsumen tentang adanya produk hijau baru atau menjelaskan dimensi mana yang akan dikatakan hijau dari produk yang dimaksud

b. Mengingatkan konsumen mengenai level hijau dari produk maupun perusahaan yang memproduksinya

c. Membujuk konsumen agar berpaling pada produk-produk hijau d. Mengalokasikan sejumlah dana untuk kampanye

2. Message. Pesan iklan seharusnya sesuai dengan konsep produk. Untuk menciptakan suatu pesan yang dapat membujuk konsumen potensial perlu disiapkan dengan cermat. Tergantung pada media yang digunakan, warna, desain, tone, music serta tambahan aksi lain, bisa ditambahkan untuk mendapatkan keseluruhan pesan yang ingin disampaikan

3. Media. Media harus dipilih utuk memastikan pesan menjangkau dan mempengaruhi target pasar. Penggunaan media berbeda-beda tergantung pada pesan yang ingin disampaikan, anggaran dan segmen pasar

(17)

28 4. Measurement. Riset iklan dibutuhkan untuk melakukan evaluasi efektifitas dari

kampanye periklanan dan untuk membuat penilaian jika dibutuhkan.

Suatu produk yang dibuat oleh suatu perusahaan, memiliki banyak keistimewaan yang bisa dijadikan klaim dalam iklan. Misalnya bahan baku yang digunakan, darimana bahan baku itu diperoleh, bagaimana proses produksinya, bagaimana dampak saat digunakan, mau dikemanakan produk itu setelah digunakan. Beberapa hal yang umum dijadikan klaim dari green advertising

diantaranya adalah (Karna.J, Heikki. J, Virpi. A, & Eric,.H, 2001) : a. Recycled. Biasanya ditandai dengan symbol anak panah yang melingkar

b. Ozone friendly. Produk yang diiklankan tidak mengancam lapisan ozon. c. Biodegradable. Produk tidak mencemari udara, air dan angin

d. Phosphate free. Produk terbebas dari Phospat yang dapat mencemari lingkungan khususnya air.

e. Organic. Produk telah menggunakan zat organic tertentu untuk mengganti zat-zat kimia atau zat-zat lainnya yang dapat mengganggu kesehatan dan keselamatan konsumen

f. Fat-free. Produk bebas lemak, seperti produk makanan ringan, permen

g. Non-toxic, produk tidak mengandung zat yang mengandung racun yang dapat mengancam keselamatan manusia.

h. Cruelty free. Produk dibuat tidak melalui percobaan terhadap hewan seperti produk obat-obatan maupun kosmetik.

(18)

29 2.2.2. Keputusan Membeli

Keputusan pembelian merupakan bagian dari serangkaian proses pembelian yang sudah mengalami beberapa tahap, mulai dari mengenali masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan perilaku pasca pembelian (James F Engle, 1994). Calon pembeli sebelum mengambil keputusan pembelian melakukan evaluasi terhadap produk secara alternatif, kemudian timbul minat membeli, selanjutnya mengambil keputusan pembelian (Philip Kotler, 1997). Keputusan pembeli merupakan proses pengintegrasian yang mengkombinasikan beberapa pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku dan memilih salah satunya dengan berbagai macam cara yang mampu mempengaruhi konsumen untuk menjadi konsumen tetap.

Keputusan seorang pembeli di pengaruhi oleh ciri-ciri kepribadiannya, termasuk usia, pekerjaan, dan keadaan ekonomi. Perilaku konsumen akan menentukan proses pengambilan keputusan dalam melakukan pembelian.Pengaruh Perilaku Terhadap Pengambilan Keputusan Individu, yaitu : a. Perilaku yang mempengaruhi pengambilan keputusan adalah: Ethics, values,

Personality, Propensity for Risk, Potensial for Dissonance, serta Escalation of

Comitment.

b. Etika adalah sistem atau kode yang memberikan arahan pekerjaan bagi

individu.

c. Faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan etis: gender, filosofi,

edukasi, pengalaman, umur, kesadaran, kultur organisasi, kode etik, reward dan sangsi.

(19)

30

Pengertian keputusan pembelian, menurut Kotler dan Armstrong (2001: 226) adalah tahap dalam proses pengambilan keputusan pembeli di mana konsumen benar-benar membeli. Pengambilan keputusan merupakan suatu kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang yang ditawarkan.

(20)

31

2.2.

Strategi berbasis pemasaran hijau adalah pengembangan campuran produk hijau, harga hijau, distribusi hijau, dan promosi hijau. Umumnya tidak terbatas pada disiplin pemasaran saja tetapi dapat digunakan oleh bidang fungsional lain dari organisasi dalam menangani masalah kelestarian lingkungan meliputi adopsi eco-marketing sebagai orientasi filosofi bisnis, intervensi pemerintah, melakukan analisis siklus-hidup dan bekerja sama untuk sukses (Polonsky et al, 1997; Ottman, 1997;Willum,1998). Menurut Ginsberg, J.M. and Bloom, P.N. (2004) green strategy terbagi empat yaitu lean strategy, defensive strategy, shaded strategy dan extreme strategy. Perbedaan diantara empat strategi dari green marketing dapat dirujuk pada empat elemen pada marketing mix (produk, harga, lokasi dan promosi) dimana masing-masing strategi memiliki perbedaan manfaat. Lean strategy tujuan utamanya pada pengembangan produk, desain dan manufaktur. Strategi defensive green utamanya membutuhkan aspek promosi dari marketing mix, menggunakan promosi dalam bentuk hubungan masyarakat dibanding periklanan. Defensive green memiliki konsekuensi hijau yang kecil baik terhadap pengembangan produk, desain dan manufaktur. Strategi shaded green mengajukan argument untuk mencapai hijau tidak hanya pada aspek promosi dan produk namun juga harga untuk biaya efektif untuk mencapai hijau. Terakhir strategi extreme green membutuhkan seluruh elemen dari marketing mix termasuk elemen lokasi seperti system distribusi dan retailer.

3. Marketing Strategy

(21)

32

2.3. Kerangka Konseptual

Produk adalah seperangkat atribut baik berwujud maupun tidak berwujud, termasuk di dalamnya masalah warna, harga, nama baik pabrik, nama baik toko yang menjual (pengecer), dan pelayanan pabrik serta pelayanan pengecer, yang diterima oleh pembeli guna memuaskan keinginannya. Apabila seseorang membutuhkan produk, maka terbayang lebih dahulu manfaat produk, setelah itu baru mempertimbangkan faktor-faktor lain di luar manfaat. Faktor-faktor itu ada pada produk alat tulis Faber Castell yang mampu memenuhi pilihan konsumen mendapatkan produk yang layak, aman, dan produk yang ramah lingkungan (environment friendly) untuk produk alat-alat tulis.

. Murah atau mahalnya harga suatu produk sangat relatif sifatnya. Untuk mengatakannya perlu terlebih dahulu dibandingkan dengan harga produk serupa yang diproduksi atau dijual perusahaan lain. Sejumlah penelitian telah menentukan hubungan antara harga dan persepsi konsumen terhadap kualitas produk. Secara empiris menunjukan bahwa harga merupakan informasi yang paling valid sebagai indikator dengan harga premium adalah karena mereka yakin akan kualitas suatu produk.Konsumen bersedia membayar harga premium untuk produk alat tulis Faber-Castell karena mampu menyediakan alat tulis yang ramah lingkungan dan berkualitas tinggi serta tampil dengan desain yang unik dan memiliki kelas tersendiri.

(22)

3 3 pemakai. Distribusi ini menyangkut cara penyampaian produk ke tangan konsumen. Produk alat tulis Faber Castell menjadi pilihan konsumen karena toko-toko yang menyediakan produk alat tulis Faber Castel sudah banyak dan mudah dijangkau serta nyaman untuk melakukan pembelian.

Mempromosikan suatu produk dan jasa untuk memperoleh pasar dapat dilakukan dengan iklan, public relations, promosi penjualan direct marketing dan on-site promotions. Pemasar produk hijau yang cerdas akan dapat menekankan keunggulan produk yang ramah lingkungan dengan menggunakan sustainable marketing juga alat dan praktek komunikasi. Produk alat tulis Faber Castell dalam mempromosikan produk ramah lingkungannya tidak mengambil keuntungan dengan menipu konsumen. Dalam promosi produk alat tulis Faber Castell juga selalu mengkampanyekan cinta lingkungan dan peduli pada masalah sosial.

Preferensi konsumen adalah sesuatu yang lebih disukai dan dipilih oleh konsumen sebagai pilihan utamanya. Preferensi tersebut adalah bergantung pada barang dan layanan yang baik. Konsumen memilih dan berlangganan produk alat tulis Faber Castell karena adanya label yang memberikan jaminan kepada konsumen bahwa produk yang dikonsumsi tersebut sudah melalui proses yang

memperhatikan kaidah-kaidah pengelolaan lingkungan. Berkaitan dengan variabel-variabel yang ditetapkan untuk

mengidentifikasi pilihan konsumen pada alat tulis Faber Castell, maka kerangka pemikiran teoritis yang telah dibangun dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

(23)

34

Sumber : Wicaksono (2006), SoeratmanSusilowat(2004)Susilowa(2yandikemban pen ini. Gambar 2.3.

Kerangka Konseptual

Sumber : dikembangkan untuk penelitian ini,2013 Gambar 2.3. Kerangka Konseptual

2.4. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, didasarkan pada tinjauan kepustakaan dan kerangka konseptual yang telah dikembangkan di atas adalah sebagai berikut:

1.Hipotesis 1 : Produk hijau b e r pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan membeli pensil tulis dan pensil warna Faber Castell pada masyarakat Medan

2.Hipotesis 2 : H a r g a H i j a u b e r pengaruh positif dan s i g n i f i k a n t e r h a d a p keputusan membeli pensil tulis dan pensil warna Faber Castell pada masyarakat Medan

Keputusan Membeli Faber Castell Pada

Masyarakat Medan (Y)

Produk Hijau (X1)

Harga Hijau (X2)

Distribusi (X3)

(24)

35 3.Hipotesis 3 : Distribusi berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan

membeli pensil tulis dan pensil warna Faber Castell pada masyarakat Medan.

4.Hipotesis 4 : Promosi berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan membeli pensil tulis dan pensil warna Faber Castell pada masyarakat Medan.

5.Hipotesis 5 : Produk hijau, harga hijau, distribusi dan promosi secara serempak berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan membeli pensil tulis dan pensil warna Faber Castell pada masyarakat Medan.

(25)

Gambar

Tabel 2.1.
Tabel 2.1.
Gambar 2.3.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil uraian-uraian wawancara dan analisis yang dikemukakan di atas maka dapat disimpulkan bahwa prestasi kerja pegawai pada Fakultas Hukum Universitas

penelitian ini adalah: “ Bagaimanakah pengaruh konvergensi International Financial Reporting Standards (IFRS) terhadap Informasi Asimetris pada. perusahaan Real Estate

Hasil penelitian ini didapat dari kuesioner yang diberikan peneliti kepada responden dengan hasil sebanyak 38 responden (82, 6%) menyatakan ibu lebih memilih

Ketiga sapi tersebut berjenis kelamin betina yang berasal dari peternakan rakyat Lembang dengan nomor sampel 52, 53, dan 54, masing- masing dengan nama pemilik sapi FH Sunarya

Informasi tersebut sangat dibutuhkan dalam membuat tabel distribusi pengambilan sampah untuk guna mengetahui jumlah kontainer per hari yang harus diangkut ke TPA, dari rata – rata

Keseimbangan lintasan produksi dengan metode RPW dan MY berdasarkan penetapan waktu baku tertinggi sebagai dasar perhitungan penugasan operasi, meskipun memberikan

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: pertama, larangan nikah satu suku di Komunitas Masyarakat Melayu Suku Ampu terjadi karena a masih tertanamnya kepercayaan bahwa orang

Untuk fraksi air didapatkan nillai rata-rata absorbansi pada konsentrasi 1000-4000 µg/ml hampir sama dengan nilai rata-rata absorbansi kontrol sel yang menandakan