• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Hubungan Faktor Kependudukan, Fasilitas Kesehatan, Dan Tenaga Kesehatan Dengan Jumlah Akseptor Aktif Metode Kontrasepsi Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Hubungan Faktor Kependudukan, Fasilitas Kesehatan, Dan Tenaga Kesehatan Dengan Jumlah Akseptor Aktif Metode Kontrasepsi Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti “melawan” atau “mencegah”, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel

telur yang matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/ mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat

adanya pertemuan antara sel telur dengan sperma. Untuk itu, berdasarkan maksud dan tujuan konsepsi, maka yang membutuhkan kontrasepsi adalah pasangan yang

aktif melakukan hubungan seks dan kedua-duanya memiliki kesuburan normal namun tidak menghendaki kehamilan.

Menurut Suratun et al (2008), pengelompokan metode kontrasepsi dapat

dibagi menjadi tiga yaitu metode kontrasepsi sederhana, metode kontrasepsi efektif, dan metode kontrasepsi mantap. Metode kontrasepsi sederhana antara lain

kondom. Metode kontrasepsi efektif antara lain pil, suntikan, implan, dan IUD. Metode kontrasepsi mantap antara lain vasektomi dan tubektomi.

Metode kontrasepsi merupakan alat yang digunakan dalam

penyelenggaraan program Keluarga Berencana (KB). Secara umum, Keluarga Berencana (KB) dapat diartikan sebagai suatu usaha yang mengatur banyaknya

kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak positif bagi ibu, bayi, ayah, serta keluarganya yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari kehamilan tersebut. Diharapkan dengan adanya perencanaan

(2)

keluarga yang matang kehamilan merupakan suatu hal yang memang sangat diharapkan sehingga akan terhindar dari perbuatan untuk mengakhiri kehamilan

dengan aborsi.

Badan kependudukan dan keluarga berencana Nasional (BkkbN)

merupakan lembaga yang diresmikan pemerintah pada tahun 1970. BkkbN bertanggung jawab kepada presiden yang mempunyai tugas dan fungsi berupa melaksanakan pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana.

Berdasarkan data Badan kependudukan dan keluarga berencana Nasional (BkkbN), jumlah akseptor aktif metode kontrasepsi di Indonesia tahun 2012

adalah 35.845.356 jiwa atau sekitar 76,39%. Persentase akseptor aktif metode kontrasepsi tertinggi di Indonesia adalah Provinsi Bengkulu yaitu 87,91 % atau sekitar 328.154 jiwa sedangkan persentase akseptor aktif metode kontrasepsi

terendah adalah Provinsi Papua yaitu 67,70 % atau sekitar 208.671 jiwa. Provinsi Sumatera Utara menempati urutan ke-32 dari 33 provinsi di Indonesia

berdasarkan persentase akseptor aktif metode kontrasepsi yaitu 67,99 % atau sekitar 1.463.520 jiwa.

Dewasa ini, adanya pembangunan baik ekonomi maupun sosial mampu

menurunkan tingkat kematian. Hal ini dilihat dari semakin tingginya angka harapan hidup di Indonesia yakni 70,1 pada tahun 2015. Peningkatan angka

harapan hidup ini akan menyebabkan pertumbuhan penduduk yang semakin pesat bila tidak diikuti oleh penurunan tingkat kelahiran di masa yang akan datang.

Pertumbuhan penduduk merupakan keseimbangan yang dinamis antara

(3)

jumlah penduduk. Secara terus menerus penduduk akan dipengaruhi oleh jumlah bayi yang lahir (menambah jumlah penduduk), tetapi secara bersamaan pula akan

dikurangi oleh jumlah kematian yang terjadi pada semua golongan umur (Lembaga demografi FE UI, 1981).

Pertumbuhan penduduk yang tinggi sebenarnya membawa beberapa keuntungan, di antaranya adalah ketersediaan tenaga kerja yang melimpah. Namun, jika pertumbuhan penduduk yang tinggi tidak dibarengi oleh kebijakan

pemerintah yang baik dalam menghadapi masalah ini, maka pertumbuhan penduduk yang tinggi hanya akan membawa dampak yang buruk bagi suatu

negara. Dampak buruk yang dapat terjadi antara lain angka kemiskinan meningkat, angka penganguran meningkat, lahan tempat tinggal dan bercocok tanam berkurang, semakin banyaknya polusi dan limbah yang berasal dari rumah

tangga, pabrik, perusahaan, dan lain-lain, angka kesehatan menurun, ketersedian pangan sulit, angka kecukupan gizi memburuk, muncul wabah penyakit baru, dan

lain sebagainya.

Program keluarga berencana menjadi kebijaksanaan kependudukan utama di Indonesia. Program ini mampu mencegah terjadinya ledakan penduduk dengan

menekan laju pertumbuhan penduduk. Hal ini tentunya akan diikuti dengan penurunan angka kelahiran total (Total Fertility Rate). Berdasarkan hasil sensus

penduduk tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia telah mencapai 237.641.326 jiwa. Di Provinsi Sumatera Utara, jumlah penduduk mencapai 12.982.204 jiwa. Hal ini menjadikan Provinsi Sumatera Utara sebagai provinsi yang mempunyai

(4)

Selain itu, program keluarga berencana juga akan menurunkan resiko kematian pada ibu. Faktor yang mendukung kematian ibu seperti terlalu sering

melahirkan, jarak kelahiran terlalu dekat, terlalu muda dan terlalu tua melahirkan dapat ditekan dengan keikutsertaan program ini. Berdasarkan data Survey

Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka kematian ibu di Indonesia mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih jauh dari target Millenium Development Goals (MDG’s) pada tahun 2015 yakni 102 per

100.000 kelahiran hidup.

Untuk menyelenggaraan program KB dibutuhkan pelayanan kesehatan

yang baik. Suatu pelayanan kesehatan yang baik harus memiliki berbagai persyaratan pokok antara lain tersedia dan berkesinambungan, dapat diterima dan wajar, mudah dicapai, mudah dijangkau, dan bermutu. Syarat pokok pertama

pelayanan kesehatan mempunyai arti bahwa semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat tidak sulit ditemukan, serta keberadaannya di

masyarakat adalah pada setiap saat yang dibutuhkan (Azwar, 1994).

Pelayanan kesehatan yang baik tentunya didukung oleh fasilitas dan sumber daya manusia dalam menjalankan kegiatannya. Fasilitas Kesehatan adalah

fasilitas pelayanan kesehatan yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan perorangan, baik promotif, preventif, kuratif maupun

rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/ atau Masyarakat (UU No. 12 Tahun 2013). Ketersediaan fasilitas diharapkan mampu melayani setiap kebutuhan sasaran dari pelayanan itu sehingga tujuan dari

pelayanan itu dapat tercapai.

(5)

Fasilitas kesehatan dalam pelayanan KB berupa klinik KB baik pemerintah maupun swasta dan mobil unit pelayanan KB. Klinik KB pemerintah termasuk

rumah sakit pemerintah, puskesmas, dan lain-lain sedangkan klinik KB swasta termasuk rumah sakit swasta, praktek dokter, praktek bidan dan lain sebagainya.

Selain itu, sumber daya manusia yang berperan dalam pelaksanaan pelayanan itu sendiri juga dibutuhkan baik secara kuantitas maupun kualitas. Dalam hal ini, sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk menjalankan

pelayanan kontrasepsi adalah tenaga kesehatan.

Tenaga kesehatan merupakan orang yang mengabdikan diri dalam bidang

kesehatan serta yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan (Adiasasmito, 2014). Tenaga kesehatan yang berperan dalam pelayanan KB berupa dokter, bidan, dan perawat. Ketersediaan

tenaga kesehatan ini diharapkan dapat diterima dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat agar sasaran dari pelayanan KB tercapai.

Berdasarkan uraian di atas, program keluarga berencana merupakan sebuah program yang tidak hanya mempengaruhi laju pertumbuhan penduduk melainkan juga berperan pada aspek sosial dan ekonomi lainnya. Program ini juga

membutuhkan dukungan baik dari fasilitas kesehatan maupun tenaga kesehatan. Dalam melakukan penelitian pada program ini, peneliti disarankan menggunakan

analisis multivariat.

Analisis multivariat merupakan analisis yang bertujuan untuk mempelajari hubungan beberapa variabel (lebih dari satu variabel) independen dengan satu

(6)

dianjurkan untuk menguasai analisis multivariat karena seperti kita ketahui bahwa dalam bidang apapun termasuk bidang kesehatan, suatu akibat (fenomena masalah

kesehatan) tidak mungkin dipengaruhi oleh satu penyebab, kenyataan yang ada adalah satu akibat pasti dipengaruhi oleh beberapa penyebab. Oleh karena itu,

analisis multivariat sangat penting untuk dipelajari (Riyanto, 2012).

Hair et al (2006) secara praktis membagi teknik multivariat dimulai dengan melihat hubungan antar-variabel. Variabel yang ada dalam sebuah data

multivariat pasti banyak (minimal dua). Variabel-variabel tersebut tentu berhubungan satu dengan yang lain karena untuk itulah analisis multivariat

dilakukan, yakni ingin mengetahui bagaimana hubungan di antara variabel-variabel yang ada. Namun, hubungan tersebut dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu dependensi dan interdependensi (Santoso, 2014).

Variabel-variabel yang tidak saling bergantungan disebut variabel interdependensi. Ciri penting interdependensi adalah tidak adanya variabel

dependen dan variabel independen. Semua variabel bersifat independen. Sedangkan variabel-variabel yang saling bergantungan disebut variabel dependensi. Ciri penting dependensi adalah adanya dua jenis variabel yakni

variabel independen dan variabel dependen.

Jika data multivariat bersifat interdependensi, alat analisis yang digunakan

adalah analisis faktor, analisis cluster, MDS (Multidimensional Scaling) dan CA

(Categorical Analysis). Sedangkan data multivariat yang bersifat dependensi, alat

analisis yang digunakan adalah regresi berganda, regresi logistik, analisis

diskriminan, SEM, MANOVA, dan korelasi kanonikal.

(7)

Analisis korelasi kanonik merupakan salah satu contoh analisis multivariat yang secara bersama-sama melakukan analisis terhadap lebih dari dua variabel

pada setiap objek penelitian. Analisis korelasi kanonik dapat melihat hubungan sekelompok peubah dependen (Y1, Y2, ..., Yp) dengan sekelompok peubah

independen (X1, X2, ..., Xq). Di samping itu, analisis korelasi kanonik juga mampu menguraikan struktur hubungan diantara kelompok variabel dependen maupun kelompok variabel independen. Pada penelitian ini, jumlah akseptor aktif

metode kontrasepsi merupakan variabel dependen sedangkan faktor kependudukan, fasilitas kesehatan, dan tenaga kesehatan merupakan variabel

independen.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya persentase akseptor aktif metode kontrasepsi di Provinsi

Sumatera Utara tahun 2012.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan faktor kependudukan, fasilitas kesehatan, dan

tenaga kesehatan dengan jumlah akseptor aktif metode kontrasepsi menggunakan analisis korelasi kanonik di Provinsi Sumatera Utara tahun 2012.

(8)

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hubungan faktor kependudukan yaitu rata-rata umur kawin

pertama, angka harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah, dan tingkat partisipasi angkatan kerja dengan jumlah akseptor aktif metode

kontrasepsi di Provinsi Sumatera Utara tahun 2012.

2. Untuk mengetahui hubungan fasilitas kesehatan yaitu klinik KB dan mobil unit pelayanan KB dengan jumlah akseptor aktif metode kontrasepsi di

Provinsi Sumatera Utara tahun 2012.

3. Untuk mengetahui hubungan tenaga kesehatan yaitu jumlah dokter, jumlah

bidan, jumlah perawat dengan jumlah akseptor aktif metode kontrasepsi di Provinsi Sumatera Utara tahun 2012.

4. Untuk mengetahui tingkat kekuatan hubungan antar variabel.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Menambah wawasan tentang penggunaan analisis multivariat khususnya analisis korelasi kanonik.

2. Sebagai bahan masukan bagi Badan kependudukan dan keluarga Berencana

Nasional (BkkbN) dalam mengevaluasi kebijakan program keluarga berencana.

3. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dalam pengadaan pelayanan kesehatan yang merangkul seluruh lapisan masyarakat.

Referensi

Dokumen terkait

in mastering speaking skill. It can be concluded that majority of the students not confident and worried for good pronunciation in speaking.. Based on the result of

dan kegiatan ekonomi masyarakat transmigran, analisis potensi ekonomi sumberdaya alam lokal, analisis potensi ekonomi sumberdaya manusia lokal, analisiskondisi

Unsur penunjang yang ada di Universitas Sains Al-Quran Jawa Tengah di Wonosbo dibuat berdasarkan pada kebutuhan Universitas dalam rangka menunjang penyelenggaraan

Bagi calon penyedia jasa konsultan peringkat 1 selanjutnya akan di undang untuk mengikuti Klarifikasi dan Negosiasi Biaya pada tanggal 7 Juni 2013, di ruang Sekretariat

[r]

Supaya dapat terjadi komunikasi, resipiens harus menguasai Bahasa yang dipergunakan. Keduanya hanya dapat saling berkomunikasi dan saling mengerti apabila mereka

Vote buying in the research of election of regional head is caused by: First, voters still doubts over their choices and waiting to see what will be provided by the

laut yang memanfaatkan pasang surut air laut sehingga dapat menggerakan turbin.. dan