• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perawat - Hubungan Pengetahuan, Komunikasi Interpersonal, dan Keterampilan Teknik dengan Penerapan Proses Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUP Haji Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perawat - Hubungan Pengetahuan, Komunikasi Interpersonal, dan Keterampilan Teknik dengan Penerapan Proses Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUP Haji Adam Malik Medan"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perawat

Definisi Perawat menurut ICN (International council of Nursing) tahun 1965, perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan keperawatan yang memenuhi syarat serta berwenang di negeri bersangkutan untuk memberikan pelayanan keperawatan yang bertanggungjawab untuk meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit dan pelayanan penderita sakit.

Keperawatan adalah suatu disiplin ilmu, dan ilmu tersebut menjadi landasan dalam melaksanakan praktek keperawatan. Keperawatan sebagai ilmu yang mampu berperan dalam meningkatkan adaptasi individu dan kelompok terhadap kesehatan sehingga sikap yang muncul semakin positif (Raymond, 2011).

(2)

serta (g) memberikan kesempatan untuk pertumbuhan profesional dan mendoku-mentasikan proses perawatan.

Tugas pokok perawat memberikan pelayanan keperawatan berupa asuhan keperawatan/kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat dalam upaya kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, dan pemulihan serta pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka kemandirian di bidang keperawatan/kesehatan (Depkes RI, 2001).

Perawat pelaksana merupakan orang yang memberikan paling banyak tindakan, jika pasien memerlukan terapi intravena, biasanya perawat memasang jalur intravena dan memberikan pasien cairan dan obat yang ditentukan, jika pasien memerlukan injeksi perawat yang memberikannya. Perawat mengganti balutan pasien dan memantau penyembuhan lukanya. perawat memberikan medikasi untuk nyeri, memantau kemajuan pasien untuk pemulihan tanpa komplikasi, perawat lebih sering kontak dengan pasien daripada staf lain, mereka sering menemukan masalah sebelum orang lain menemukannya (Monica, 2006).

2.2. Pengetahuan Perawat

(3)

seseorang diperoleh melalui indra pendengaran (telinga), dan penglihatan (mata) (Taufik, 2007).

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai dorongan pikir dalam menumbuhkan kepercayaan diri maupun dorongan sikap dan perilaku, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan stimuli terhadap tindakan seseorang. Seseorang dapat mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya dan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Pengetahuan yang telah dimiliki tersebut menjadikan seseorang memiliki kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya (Notoatmodjo, 2010).

(4)

Tingkat pengetahuan yang tinggi diperlukan untuk profesi keperawatan untuk dapat memberikan pelayanan keperawatan secara mandiri dengan baik dan dapat atau mampu berkolaborasi dengan tenaga kesehatan yang lain. Pengetahuan didapat dari proses pembelajaran baik secara formal maupun informal. Pembelajaran formal seperti Program Diploma 3 Keperawatan, Program S1 ilmu Keperawatan (PSIK), S2 Magister keperawatan, maupun S3 Keperawatan. Pembelajaran informal didapat dari pendidikan informal, seperti pembelajaran klinik, pelatihan khusus, seminar dan di dalam dunia kerja itu sendiri. Melalui pembelajaran tersebut baik formal maupun informal, perawat seharusnya mempunyai dasar yang kuat dari segi pengetahuan sehingga mampu bekerja berdampingan dan sepadan dengan tenaga kesehatan lainnya. Dengan pengetahuan yang didapat tersebut perawat dituntut untuk dapat melakukan segala bentuk tindakan keperawatan berdasarkan pada pengetahuan yang didapatkan, termasuk dalam penerapan proses keperawatan.

Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu :

1. Tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

(5)

terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. 3. Aplikasi (application), diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (analysis), adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja: dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

5. Sintesis (synthesis), menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (evaluation), berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2.3. Komunikasi Interpersonal

(6)

Interpersonal adalah antara dua orang, dalam hal ini sedang bercakap antara dua pribadi seperti suami istri yang sedang bercakap-cakap, atau antara dua orang dalam suatu pertemuan, misalnya antara penyaji makalah dengan salah satu peserta suatu seminar (Effendy, 2003).

Deddy Mulyana (2005) menyatakan: komunikasi Interpersonal (inter-personal communication) adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal.

Komunikasi interpersonal oleh Devito (2000) dalam Liliweri (2001) didefinisikan sebagai pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik secara langsung. Selanjutnya bahwa komunikasi interpersonal, individu selain menunjukkan perhatian juga menunjukkan seberapa jauh perhatian itu diberikan. Semakin besar interaksi interpersonal yang ada menunjukkan semakin besar perhatian seseorang pada orang lain yang diajak komunikasi, sebaliknya semakin sedikit komunikasi interpersonal yang terjadi semakin kecil orang memperhatikannya.

(7)

Pentingnya situasi komunikasi interpersonal ialah karena prosesnya memungkinkan berlangsung secara dialogis. Komunikasi yang berlangsung secara dialogis selalu lebih baik daripada monologis. Monolog menunjukkan suatu bentuk komunikasi dimana seseorang berbicara dan yang lain menjadi pendengar, jadi tidak terjadi interaksi. Dialog adalah bentuk komunikasi interpersonal yang menunjukkan terjadinya interaksi. Mereka yang terlibat dalam komunikasi bentuk ini berfungsi ganda, masing-masing menjadi pembicara dan pendengar secara bergantian (Effendy, 2003).

Dibanding dengan bentuk-bentuk komunikasi lainnya, komunikasi interpersonal dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan, opini dan perilaku komunikan. Hal ini disebabkan komunikasi interpersonal umumnya berlangsung secara tatap muka (face to face). Pada saat tatap muka antara pembicara dengan pendengar terjadi kontak pribadi (personal contact). Pribadi komunikator menyentuh pribadi komunikan. Ketika pesan disampaikan, umpan balik berlangsung seketika (immediate feedback), pada saat itu komunikator dapat mengetahui tanggapan komunikan terhadap pesan yang disampaikan (Effendy, 2003).

Secara teoritis komunikasi interpersonal diklasifikasikan menjadi dua jenis menurut sifatnya (Effendy, 2003)

1. Komunikasi Diadik (dyadic communication)

(8)

berlangsung secara intens. Komunikator memusatkan perhatian hanya kepada diri komunikan seorang itu.

2. Komunikasi Triadik (triadic communication)

Komunikasi triadik adalah komunikasi interpersonal yang pelakunya terdiri dari tiga orang, yakni seorang komunikator dan dua orang komunikan. Jika misalnya A yang menjadi komunikator, maka ia pertama-tama menyampaikan kepada komunikan B kemudian kalau dijawab atau ditanggapi beralih pada komunikan C, juga secara berdialogis.

Model komunikasi interpersonal dibagi menjadi tiga bagian yaitu: (Wood, 2007; Rothwell, 2004).

1. Linier model

“They portrayed communication as flowing in only direction, from a sender to a passive receiver” (Wood, 2007)

Linier model adalah proses komunikasi yang terjadi antara satu orang ke orang yang lain. Dengan komponen sebagai berikut source yaitu sumber pesan,

kemudian transmitter yaitu pemancar mengubah pesan menjadi sebuah signal

yang sesuai dengan saluran yang digunakan. Transmitter mengubah sinyal yang diterima menjadi pesan agar dapat dimengerti oleh penerima. Dalam proses

penyampaian pesan terdapat gangguan atau noise yang dapat mengganggu proses penyampaian pesan ke penerima (Wood, 2007).

2. Interaktif model

(9)

interactive models recognize that communicators create and interpret messages within personal fields of experience” (Wood, 2007).

Interaktif model membawa komunikasi menjadi sebuah proses dimana

komunikan atau pendengar memberikan umpan balik dan merespon sebuah pesan

(Weiner, 1967). Dengan kata lain, interaktif model menemukan bahwa seorang

komunikator membuat dan menginterpretasikan pesan dalam pengalaman pribadi

seseorang. Komponen dalam interaktif model adalah sumber atau komunikator

mengirimkan pesan dan diterima oleh komunikan, selanjutnya dengan segera

komunikan dapat memberikan respon berupa umpan balik ke komunikator.

Dalam hal ini komunikator dapat menjadi komunikan begitu pula dengan

komunikan dapat menjadi komunikator (Wood, 2007).

3. Transaksional model

“The transactional model of interpersonal communication emphasizes the dynamism of interpersonal communication ad the multiple roles people assume during the process” (Wood, 2007)

(10)

yang satu sebagai pengirim pesan dan yang lainnya adalah penerima pesan,

karena di waktu yang bersamaan pada saat komunikator dan komunikan

melaksanakan komunikasi, komunikator sedang menyampaikan sebuah

pesan sekaligus menerima pesan, atau melakukan hal-hal yang lain seperti memberikan anggukan. Sebab komunikator mempengaruhi satu sama lain (Rothwell, 2004), dan komunikasi interpersonal termasuk dalam pertanggung jawaban etika. Perilaku verbal maupun non verbal dapat mempertinggi atau

mengurangi martabat orang (Wood, 2007).

Menurut Kohler dalam Muhammad (2009), komunikasi yang efektif adalah penting dalam meningkatkan kinerja dan mencapai tujuan bagi semua organisasi. Oleh karena itu, para pimpinan organisasi dan para komunikator dalam organisasi perlu memahami dan menyempurnakan kemampuan komunikasi mereka. Robbins (2002) menyatakan bahwa komunikasi memelihara motivasi dengan memberikan penjelasan kepada para karyawan tentang apa yang harus dilakukan, seberapa baik mereka mengerjakannya dan apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja jika sedang berada di bawah standar. Gibson et.al (1997) juga menyatakan komunikasi interpersonal yang efektif sangat penting untuk dapat mencapai kinerja yang efektif.

(11)

merasakan apa yang dirasakan orang lain; (3)Dukungan (Supportiveness) adalah situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung efektif; (4)Rasa positif (Positiveness), seseorang harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi, dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif; (5) Kesetaraan (Equality) adalah pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.

Berikut ini efektivitas komunikasi interpersonal : (Thoha, 2007; Hasibuan, 2005; Rakhmat, 2005).

(12)

kokoh, mendorong kerjasama yang produktif dan kreatif untuk mencapai sasaran atau tujuan bersama (Hasibuan, 2005).

Rakhmat (2005) mengutip Brooks dan Emmert mengemukakan bahwa karakteristik orang yang terbuka adalah sebagai berikut: (1)menilai pesan secara objektif, dengan menggunakan data dan keajegan logika, (2)membedakan dengan mudah perbedaan nuansa yang setipis apapun. Ibaratnya diantara hitam dan putihnya dunia ini, ia mampu melihat adanya beda yang kelabu atau setengah benar dan setengah salah, (3)mencari informasi dari berbagai sumber, (4)mencari pengertian pesan yang tidak sesuai dengan rangkaian kepercayaannya.

2. Empati (Empathy) yaitu ikut merasakan apa yang orang lain rasakan tanpa kehilangan identitas diri sendiri. Melalui empathy kita bisa memahami baik secara emosi maupun secara intelektual apa yang pernah dialami oleh orang lain. Empathy harus diekspresikan sehingga lawan bicara kita mengetahui bahwa kita berempathy padanya, sehingga bisa meningkatkan efektivitas komunikasi (Komariah, 2009).

(13)

bahwa empati merupakan faktor esensial untuk membangun hubungan yang saling memercayai. Ia memandang empati sebagai usaha menyelam ke dalam perasaan orang lain untuk merasakan dan menangkap makna perasaan itu. Empati memberikan sumbangan guna terciptanya hubungan yang saling memercayai karena empati mengomunikasikan sikap penerimaan dan pengertian terhadap perasaan orang lain secara tepat.

3. Dukungan (Supportiveness) adalah situasi yang terbuka untuk mendukung agar komunikasi berlangsung efektif. Menurut Kriyantono (2007) yang mengutip Devito, menyatakan sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensive dalam komunikasi. Orang bersikap defensif bila ia tidak menerima, tidak jujur dan tidak empatis. Orang defensif akan lebih banyak melindungi diri dari ancaman yang ditanggapinya dalam situasi komunikasi ketimbang memahami pesan orang lain. Komunikasi defensif dapat terjadi karena faktor-faktor personal (ketakutan, kecemasan, harga diri yang rendah, pengalaman defensif dan sebagainya) atau faktor-faktor situasional seperti perilaku komunikasi orang lain.

(14)

peka terhadap kebutuhan orang lain, pada kebiasaan sosial yang telah diterima. Dapat memberi dan menerima pujian tanpa pura-pura memberi dan menerima penghargaan tanpa merasa bersalah. Sugiyo (2005) mengartikan bahwa rasa positif adalah adanya kecenderungan bertindak pada diri komunikator untuk memberikan penilaian yang positif pada diri komunikan. Komunikasi interpersonal akan efektif jika seseorang mempunyai rasa positif terhadap dirinya dan dikomunikasikan kepada orang lain, akan membuat orang lain juga memiliki rasa positif, merasa lebih baik dan mempunyai keberanian untuk lebih berpartisipasi dalam setiap kesempatan sehingga bermanfaat untuk mengefektifkan kerjasama (Thoha, 2007). Orang yang memiliki konsep diri positif, bersikap optimis terhadap kompetisi, akan terungkap dari kemauannya bersaing dengan orang lain dalam membuat prestasi. Dari konsep positif ini lahir pola perilaku komunikasi interpersonal yang positif pula, yakni melakukan persepsi yang lebih cermat dan mengungkapkan petunjuk-petunjuk yang membuat orang lain menafsirkan kita dengan cermat pula (Rahmat, 2005)

(15)

2.4. Keterampilan Teknik

Keterampilan perawat terdiri dari keterampilan teknis dan keterampilan perilaku. Agar seseorang memiliki keterampilan yang sesuai dengan pekerjaannya, dia harus memanfaatkan secara optimal kedua komponen utama kompetensi tersebut. Sehingga ia memiliki kompetensi yang sesuai dengan apa yang disyaratkan oleh pekerjaannya. Apabila dilihat keterampilan teknis atau keterampilan perilaku secara terpisah, dengan hanya memiliki salah satu keterampilan tersebut belumlah cukup bagi seseorang untuk mampu melakukan pekerjaan dengan prestasi yang luar biasa secara konsisten.

Menurut Hidayat (2012), kriteria keterampilan teknis perawat yaitu: 1. Dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan.

2. Menyangkut keadaan bio-psikososial spiritual pasien.

3. Menjelaskan setiap tindakan keperawatan yang akan dilakukan kepada pasien/keluarga.

4. Sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. 5. Menggunakan sumber daya yang ada. 6. Menerapkan prinsip aseptik dan antiseptik.

7. Menerapkan prinsip aman, nyaman, ekonomis, privacy dan mengutamakan keselamatan pasien.

8. Melaksanakan perbaikan tindakan berdasarkan respons pasien.

9. Merujuk dengan segera bila ada masalah yang mengancam keselamatan pasien.

10.Mencatat semua tindakan yang telah dilaksanakan.

(16)

12.Melaksanakan tindakan keperawatan berpedoman pada prosedur teknis yang telah ditentukan.

Keterampilan teknik perawat berorientasi pada 14 komponen keperawatan dasar meliputi : (Henderson, 1966 dalam Tomey, 2002).

1. Memenuhi Kebutuhan Oksigen Kriteria:

a. Menyiapkan alat sesuai dengan jenis tindakan dan umur pasien. b. Mengatur posisi pasien.

c. Memberikan obat atau O2

2. Memenuhi Kebutuhan Nutrisi, Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit

dengan prinsip 5 benar dan 1W (benar pasien, benar obat, benar dosis, benar cara, benar waktu dan waspada terhadap reaksi).

Kriteria :

a. Menyiapkan alat sesuai dengan jenis tindakan dan umur pasien. b. Mengatur posisi pasien sesuai jenis tindakan.

c. Memberikan cairan dan makanan sesuai program.

d. Mencocokkan jenis cairan dan mengobservasi tetesan infus.

e. Memeriksa kondisi darah dan golongan darah sebelum pemberian transfusi darah.

f. Mengobservasi reaksi pasien, tanda-tanda vital selama pasien mendapat transfusi darah.

3. Memenuhi Kebutuhan Eliminasi Kriteria :

(17)

b. Memperhatikan suhu cairan (pada pemberian huknah). c. Menjaga privacy pasien.

d. Mengobservasi dan mencatat konsistensi faeses dan keadaan urine. e. Mengobservasi reaksi pasien dan keberhasilan huknah.

4. Memenuhi Kebutuhan Keamanan Kriteria :

a. Menerapkan pelaksanaan aseptik dan antiseptik dalam setiap tindakan. b. Memasang alat pengaman pada pasien yang tidak sadar, gelisah, dan

memberi label ibu dan bayi, sidik jari bayi kaki kanan dan kiri.

c. Menyimpan alat-alat dan obat berbahaya di tempat yang telah disediakan. d. Menyiapkan lingkungan yang aman, lantai tidak licin, cukup penerangan e. Menyediakan alat dalam keadaan siap pakai.

5. Memenuhi Kebutuhan Kebersihan Dan Kenyamanan Fisik Kriteria :

a. Memperhatikan privacy pasien.

b. Memperhatikan kebersihan perseorangan.

c. Mengganti alat-alat tenun sesuai dengan kebutuhan. 6. Memenuhi Kebutuhan Istirahat Dan Tidur

Kriteria :

a. Mengatur posisi yang tepat.

b. Mengatur ventilasi dan penerangan atau cahaya. c. Mencegah kebisingan suara.

d. Memperhatikan kebersihan lingkungan.

(18)

g.

Mengatur kunjungan visite dokter.

h. Mencegah tamu di luar jam kunjungan.

d. Mengobservasi respons pasien usia lanjut atas cahaya. 7. Memenuhi Kebutuhan Gerak dan Kegiatan Jasmani

Kriteria :

a. Mengatur posisi sesuai dengan kebutuhan. b. Memperhatikan reaksi pasien.

8. Memenuhi Kebutuhan Spiritual Kriteria :

a. Menyediakan sarana ibadah sesuai kebutuhan pasien. b. Membantu pasien beribadah.

c. Mendampingi pasien saat mendapat bimbingan spiritual. 9. Memenuhi Kebutuhan Emosional

Kriteria :

a. Memperhatikan kebutuhan pasien. b. Mendengarkan keluhan pasien.

c. Memberikan penjelasan tentang tindakan, pengobatan yang akan diberikan d. Melaksanakan program orientasi kepada pasien dan keluarganya.

10. Memenuhi Kebutuhan Komunikasi Kriteria :

a. Menggunakan bahasa sederhana dan mudah dimengerti. b. Memberi penjelasan dengan singkat dan jelas.

(19)

e. Membantu dan memberi kemudahan kepada pasien dan keluarga untuk dilakukan komunikasi.

11. Mencegah Dan Mengatasi Reaksi Fisiologis Kriteria :

a. Mengobservasi tanda-tanda vital sesuai kebutuhan dan kondisi pasien. b. Melakukan test alergi pada setiap pemberian obat tertentu dan dicatat

hasilnya.

c. Mengobservasi reaksi pasien.

12. Memenuhi Kebutuhan Pengobatan Dan Membantu Proses Penyembuhan Kriteria :

Melaksanakan tindakan perawatan dan program pengobatan dengan memperhatikan prinsip 5 benar dan 1 W (benar pasien, benar obat, benar dosis, benar cara, benar waktu dan waspada terhadap reaksi) ekonomis dan aman bagi pasien.

13. Memenuhi Kebutuhan Penyuluhan Kriteria :

a. Mengidentifikasi kebutuhan penyuluhan.

b. Melaksanakan penyuluhan sesuai dengan kebutuhan. c. Menggunakan bahasa yang dapat dimengerti.

14. Memenuhi Kebutuhan Rehabilitasi Kriteria :

a. Menyiapkan alat sesuai kebutuhan.

(20)

c. Membantu dan melatih pasien untuk menggunakan alat bantu sesuai kondisi.

d. Mengobservasi reaksi pasien, baik secara aktif maupun pasif.

2.5. Penerapan Proses Keperawatan

Keperawatan sebagai proses, diperkenalkan sejak tahun 1955 oleh Hall dan pada tahun 2004 proses keperawatan (nursing process) ditetapkan sebagai series of steps oleh ANA (American Nursing Association) yang terdiri dari pengkajian (assessment), penetapan diagnosa (diagnosis), perencanaan hasil (planning outcomes), implementasi (implementasi), dan evaluasi (evaluation) (Henderson, 1966).

Tujuan proses keperawatan secara umum adalah untuk menyusun kerangka konsep berdasarkan keadaan individu (klien), keluarga, dan masyarakat agar kebutuhan mereka dapat terpenuhi. Yura dan Walsh (1983) menyatakan proses keperawatan adalah suatu tahapan desain tindakan yang ditujukan untuk memenuhi tujuan keperawatan, yang meliputi mempertahankan keadaan kesehatan klien yang optimal, apabila keadaannya berubah menjadi suatu kuantitas dan kualitas asuhan keperawatan terhadap kondisinya guna kembali ke keadaan yang normal. Jika kesehatan yang optimal tidak dapat tercapai, proses keperawatan harus dapat memfasilitasi kualitas kehidupan yang maksimal berdasarkan keadaannya untuk mencapai derajat kehidupan yang lebih tinggi selama hidupnya (Iyer et al., 1996 dalam Nursalam 2007).

(21)

tahun 1973. Perawat Mempunyai tanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan standar praktik keperawatan tanpa melihat dimana dia bekerja dan apa spesialisasinya. Di Indonesia pelaksanaan standar praktik keperawatan juga telah diatur dalam peraturan pemerintah melalui Undang-Undang Kesehatan di Indonesia (Depkes, 1992) dan akan diberlakukan PERMENKES No. 647/2000 tentang Praktik Keperawatan Profesional di Indonesia.

Menurut Henderson (1996), indikator standar asuhan keperawatan adalah pemberdayaan proses keperawatan meliputi standard: 1) Pengkajian perawatan: data di anamnesa, untuk menegakkan diagnosa keperawatan, 2) Diagnosa keperawatan: respon pasien yang dirumuskan berdasarkan data status kesehatan pasien, 3) Perencanaan keperawatan: disusun sebelum melaksanakan tindakan, 4)Implementasi atau pelaksanaan tindakan keperawatan: ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien dipenuhi secara maksimal, 5) Evaluasi Perawat: dilakukan secara periodik dari semua tindakan dan rencana tindakan yang tidak terlaksana(Nurjannah, 2010).

1. Pengkajian Keperawatan

(22)

perkem-bangan, spiritual dan interaksi. Dari kelima area pengkajian tersebut sangat diperlukan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan klien serta dalam membantu klien mencapai tingkat kesehatan yang optimal (Keliat, 2004). 2. Diagnosa Keperawatan

Setelah melakukan pengkajian langkah selanjutnya adalah penegakan diagnosa keperawatan berdasarkan data yang telah didapatkan. Diagnosa keperawatan adalah pernyataan menjelaskan status kesehatan atau masalah yang ada pada pasien baik aktual, resiko tinggi dan potensial. Perawat memakai proses keperawatan dalam mengidentifikasi dan mensintetis data klinis dan menentukan tindakan keperawatan untuk mengurangi, menghilangkan atau mencegah masalah kesehatan klien yang ada pada tanggung jawabnya (Carpenito, 2003).

3. Perencanaan tindakan Keperawatan

(23)

4. Pelaksanaan (implementasi)

Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah aplikasi dari rencana tindakan keperawatan yang disusun oleh perawat dan dilakukan pada klien, yang menjadi petunjuk pada pelaksanaan adalah sebagai berikut: 1). Tindakan dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi. 2).Keterampilan interpersonal, intelektual dan teknikal dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat. 3). Keamanan fisik dan psikologis dilindungi. 4). Dokumentasi tindakan dan respon klien (Keliat, 2004).

5. Evaluasi

Evaluasi dilakukan setelah seluruh tindakan keperawatan yang telah disusun pada perencanaan telah dilakukan pada pasien. Untuk mengukur kemajuan dan keberhasilan tindakan keperawatan yang telah dilakukan apakah berhasil atau tidak terhadap status kesehatan pasien maka dapat dinilai melalui proses perawatan dengan metode evaluasi. Evaluasi adalah penilaian atau pengukuran tentang status kesehatan pasien setelah tindakan perawatan dilaksanakan (Keliat, 2004).

Proses keperawatan sangat relevan dengan upaya dan arah perkembangan profesionalisme keperawatan dewasa ini, disamping itu penerapan proses keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan memberikan beberapa keuntungan (dampak positif) sebagai berikut: (Raymond, 2011).

(24)

tugas-tugas rutin yang mungkin ada, atau yang tidak ada hubungannya dengan kebutuhan dan masalah tersebut.

Melalui penerapan proses keperawatan akan mengakibatkan hubungan yang lebih erat antara perawat dan pasien, keterlibatan yang lebih besar dari pasien dalam upaya keperawatannya, serta akan mengalihkan pola pikir perawat dari orientasi pasien. Dengan menggunakan proses keperawatan, kesinambungan asuhan keperawatan juga ditingkatkan hal ini dibuktikan melalui rencana asuhan keperawatan tertulis serta pengkajian kebutuhan / masalah pasien yang dilakukan secara terus-menerus. Dengan demikian diharapkan akan meng-hasilkan pelayanan keperawatan yang bersifat menyeluruh, komprehensif, memenuhi kebutuhan pasien, efektif dan manusiawi.

2. Mengembangkan keterampilan teknis dan intelektual bagi pelaksana perawatan.

Berbagai langkah / tahapan dalam proses keperawatan memberikan kesempatan kepada perawat untuk menerapkan berbagai disiplin ilmu pengetahuan dan pengalaman, serta bekerja sama dengan teman sejawat. Disamping itu juga mengembangkan keterampilan teknis dan prosedur keperawatan yang ditujukan kepada pemenuhan kebutuhan kesehatan serta masalah keperawatan pasien.

(25)

puas dengan pelayanan keperawatan akan memberikan pengakuan yang konkrit untuk profesi keperawatan.

Perawat tidak dapat menuntut status profesional pengakuan dan penghargaan dari masyarakat, maupun teman sejawat atau anggota tim kesehatan lain, tetapi hal tersebut diperoleh melalui pemberian pelayanan yang bermutu. Proses keperawatan yang menjamin pemberian pelayanan yang menyeluruh, ilmiah dan manusiawi, akan memberikan sumbangan yang sangat berarti untuk peningkatan citra perawat terutama di mata masyarakat. Dokumentasi proses dan hasil asuhan perawat melalui catatan yang lengkap dan jelas, akan membuktikan kepada anggota tim kesehatan lain tentang sifat dan hakikat yang sebenarnya dari lingkungan pelayanan keperawatan.

4. Meningkatkan rasa solidaritas dan rasa kesatuan perawat. Proses keperawatan adalah metode ilmiah dalam pemberian asuhan keperawatan. Kesamaan metode praktik keperawatan digunakan oleh semua tenaga keperawatan, akan memperkuat sebagai suatu profesi yang mandiri dalam bidang kesehatan.

5. Menggambarkan kewenangan / otonomi dan tanggung jawab perawat.

(26)

atas tindakan, serta mutu asuhan keperawatan yang diberikannya kepada pasien.

6. Menghasilkan praktik keperawatan yang profesional. Penerapan proses keperawatan yang berdasarkan pada metode ilmiah, membedakan praktik keperawatan yang dilakukan oleh seorang perawat dengan yang dilaksanakan oleh masyarakat/bukan perawat.

Masyarakat/tenaga non perawat memberikan pelayanan keperawatan hanya

menggunakan intuisi dan akal budi, tetapi penggunaan proses keperawatan memperagakan ciri-ciri profesional, antara lain pengutamaan kepentingan

pasien / klien, pengetahuan ilmiah, kemampuan dan tanggung jawaban dalam melaksanakan praktik keperawatan.

Apabila perawat bertindak secara profesional, maka masyarakat dan anggota tim kesehatan lain akan memandang dan mengakui perawat sebagai tenaga profesional, sehingga mempunyai hak yang sama untuk keterlibatannya dalam

proses pengambilan keputusan

7. Mendukung pengembangan penelitian keperawatan. Penerapan proses

keperawatan di rumah sakit, dapat mendukung pengembangan penelitian keperawatan melalui penentuan jenis dan sifat masalah keperawatan dan

(27)

8. Mendukung pengembangan ilmu keperawatan. Profesi keperawatan dewasa ini masih dalam masa peralihan untuk menuju pengembangan profesionalisme. Penerapan proses keperawatan akan mengantar perawat ke jenjang perkembangan ini, apabila setiap perawat dapat menentukan secara jelas dan mendokumentasikan keperawatan secara baik dan benar maka akan menunjang proses keperawatan sehingga catatan tersebut berfungsi informatif dan komunikatif bagi tenaga kesehatan.

9. Meningkatkan peran dan upaya perawat dalam perencanaan dan pengambilan keputusan.

Dengan pengetahuan yang mendalam dan luas terhadap masalah pasien melalui penggunaan proses keperawatan, membuktikan bahwa perawat dapat berperan serta dalam pembahasan, perencanaan dan pengambilan keputusan atas hal-hal yang menyangkut perawatan pasien.

10. Meningkatkan kepuasan kerja. Kegiatan dan kelambatan dalam pekerjaan menimbulkan rasa bosan dan frustrasi bagi perawat. Penerapan proses keperawatan menuntut kemampuan intelektual, inisiatif dan kreatifitas yang tinggi dari seorang perawat, hal ini merupakan tantangan. Bila seorang perawat mampu menerapkan proses keperawatan dengan baik, berarti perawat dapat mengatasi tantangan, sehingga pada akhirnya menimbulkan kepuasan kerja.

2.6. Landasan Teori

2.6.1. Konsep Penerapan Proses Keperawatan

(28)

Keperawatan sebagai proses terdiri dari pengkajian (assessment), penetapan diagnosa (diagnosis), perencanaan hasil (planning outcomes), implementasi (implementasi), dan evaluasi (evaluation) (Nurjannah, 2010).

2.6.2. Teori Keperawatan

Keperawatan sebagai suatu profesi mengharuskan pelayanan keperawatan diberikan secara profesional berdasarkan pelaksanaan proses keperawatan dengan menggunakan pengetahuan, komunikasi interpersonal, dan keterampilan teknik yang baik.

(29)
(30)

2.7. Kerangka Konsep Penelitian

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dan terarahkan alur penelitian ini digambarkan dalam rangka konsep seperti berikut.

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1. Kerangka Konsep 2. Komunikasi d. Pemenuhan keamanan e. Pemenuhan kebersihan diri f. Pemenuhan istirahat g. Pemenuhan gerak h. Pemenuhan spiritual i. Pemenuhan emosional j. Pemenuhan komunikasi k. Pencegahan reaksi fisiologis l. Pemenuhan pengobatan m. Pemenuhan penyuluhan n. Pemenuhan rehabilitasi

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Konsep

Referensi

Dokumen terkait

Hasil simulasi memperlihatkan bahwa perubahan posisi lubang masuk dan posisi lubang keluar yang dilakukan tidak menunjukkan perubahan yang signifikan baik terhadap tekanan dalam

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan lama konsumsi obat anti tuberkulosis pada pasien TB paru dengan pa- rameter yang berbeda seperti jumlah trombosit dan

In this paper, QMCF method is used to investigate solvation structure and dynamical properties of Cu + in liquid ammonia during simulation time of 20 ps, especially in the second

In situ Conservation of Domestic Chicken (ayam pelung, sentul, dan kedu). Report of Research Activity Ciawi. Reproductive Animal Technology. Faculty of Animal Husbandry. Gadjah

Pendidikan perdamaian mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai-nilai yang kemudian akan mengubah perilaku individu kearah penghilangan

Surat yang memberi perintah pada bank untuk membayar sejumlah uang kepada pihak penerima pembayaran

Puncak keemasan Nanggroe Aceh Darussalam tersebut tidak dapat dilepaskan dari pemberlakuan Syariat Islam secara k É ffah sebagai pedoman hidup rakyat Nanggroe

Pentadbiran Unit Penerbitan diletakkan di bawah Bahagian Pengurusan Ilmu, Pusat Pengurusan Ilmu dan Teknologi Maklumat (PPITM) dengan diketuai oleh seorang