Laporan Praktikum ke-8 Hari/Tanggal : Kamis/ 8 Mei 2014
MK. Integrasi Proses Nutrisi Tempat praktikum : Laboratorium Biokimia dan Mikrobiologi Nutrisi (BMN) Asisten : Lisa Adiyanti (D24100096)
KARBOHIDRAT
Akri SanjaniD14135001
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Karbohidrat merupakan senyawa polihidroksi aldehid dan keton polihidroksil yang sangat diperlukan tubuh makhluk hidup seperti manusia, hewan maupun tumbuhan. samping lemak dan protein. Senyawa ini dalam jaringan merupakan cadangan makanan atau energi yang disimpan dalam sel. Karbohidrat yang dihasilkan oleh tumbuhan merupakan cadangan makanan yang disimpan dalam akar, batang, dan biji sebagai pati (amilum). Suatu senyawa karbohidrat biasanya di akhiri dengan kata sakarida yang berarti gula ( bahasa Yunani ) atau dengan kata osa ( Hawab, 2004 ). Karbohidrat memiliki fungsi utama sabagai penghasil energy. menurut (library USU, 2007) setiap gram karbohidrat dapat menghasilkan 4 kalori. Karbohhidrat terbentuk pada saat proses fotosintesis, sehingga merupakan senyawa perantara awal dalam pengaturan CO2 hidrogen dan oksigen dan cahaya matahari kedalam bentuk hayati.
Karbohidrat memiliki 3 unsur utama yaitu karbon, hydrogen dan Oksigen dengan rumus umum (CH2O)n. di alam terdapat 4 golongan utama karbohirat yaitu
monosakaraida atau biasa disebut gula sederhana yang terdiri dai satu unit polihidroksi aldehid atau keton,disakarida yang terdiri dari 2 molekul monosakarida, oligosakarida yang merupakan rantai pendek unit monosakarida yang berikatan secara kovalen, polisakarida yang merupakan rantai panjang yang terdiri dari ribuan monosakarida. higrokopis karbohidrat bervariasi pada struktur isomer dan kemurniannya sedangkan solubilitas karbohidrat akan halnya karbohidrat lengket satu sama lain ( Palupi et al 2007 ).
Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk menetahui dan mengidentifikasi keberadaaan karbohidrat dengan menggunakan bebrapa metode seperti uji molish, uji benedict adau uji iod.
MATERI DAN METODE
Materi
Dalam materi praktikum mengenai saponin diperlukan bahan dan alat-alat sebagai penunjang dalam praktikum.Adapun alat yang digunakan seperti tabung reaksi, rak tabung reaksi, spoid, pipet Morh, gelas piala, ruang asam, kompor, spote plate, mortar. Sedangkan bahan yang diperlukan yaitu untuk uji molish debutuhkan pereaksi molish yang terdiri dari larutan 5 % α-naftol dalam alcohol 95 %, larutan H2SO4 pekat, dan beberapa sampel bahan seperti glukosa 1 %, fruktosa 1%, sukrosa
1%, pati 1%, Madu , onggok, ransum, CMC, Pellet, Gaplek, Tepung Beras, Tepung Tapioka, Tepung Maizena, Tepung Terigu, Gula Merah, Permen. Sedangkan untuk uji benedict dan iod dibutuhkan bahan separti pelarut benedict, larutan I2 dalam KI
Sukrosa 1 %, Tepung Tapioka, Pati 1 %, Onggok, Pellet, CMC, Ransum, Gaplek, dan Gula Pasir.
Metode
Dalam praktikum uji karbohidrat dilakukan beberapa pengujian dan beberapa tahap persiapan. Hal yang pertama yang perlu dilakukan adalah tahap prsiapan sampel daun dan sampel sabun, kemudian beberapa pengujian seperti uji molish, uji benedict, dan uji iod. dilarutkan. Untuk sampel 3ml madu dilarutkan dengan air sebanyak 12 ml. Dan untuk tepung-tepungan dilarutkan dengan aquadest sebanyak ¾ untuk 1 sendok tepung.
Uji Molish
Dimasukkan masing 5 ml untuk tiap sampel percobaan (glukosa 1 %, fruktosa 1%, sukrosa 1%, pati 1%, Madu , onggok, ransum, CMC, Pellet, Gaplek, Tepung Beras, Tepung Tapioka, Tepung Maizena, Tepung Terigu, Gula Merah, Permen ) kedalam tiap tabung reaksi, lalu ditambahkan 2 tetes pereaksi molish yang terdiri dari larutan 5 % α-naftol dalam alqoho 95 %. Kemudian tabung reaksi disusun di rak dan diletakkan di dalam ruang asam. Kemudian ditambahkan perlahan-lahan 3 ml larutan H2SO4 pekat dengan pipet Morh melalui dinding tabung reaksi satu
persatu. Lalu diamati perubahan warna yang terjadi pada batas larutan, apakah berwarna ungu atau coklat.
Uji Benedict
Dimasukkan sebanyak 0.5 ml pereaksi benedict ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan sebanyak 8 tetes larutan sampel percobaan (Permen, Fruktosa 1 %, Madu, Gula Merah, Glukosa 1%, Tepung Terigu, Tepung Ketan, Tepung Maizena, Tepung Beras, Sukrosa 1 %, Tepung Tapioka, Pati 1 %, Onggok, Pellet, CMC, Ransum, Gaplek, dan Gula Pasir) dan dicampur hingga merata. Kemudian tabung reaksi yang berisi sampel dididihkan atau dipanaskan selama 5 menit dan didinginkan pada suhu ruangan. Kemudian diamati perubahan warna yang terjadi dan ada atau tidaknya keberadaan endapan yang berwarna orange atau merah bata. Diamati juga perubahan dan perbedaan yang terjadi di antara karbohidrat.
Uji Iod
Sampel percobaan diambil sedikit dan dimasukkan pada spot plate dan ditambahkan 1 tetes larutan iod encer dan dicampurkan hingga homogen dan diamati warna yang terbentuk ( Biru - Hitam ). Kemudian juga diamati perunahan dan perbedaan yang terjadi di antara sampel karbohidrat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tabel 1. Uji Molish
Brdasarkan praktikum yang telah dilakukan untuk mengaetaui keberadaan karbohhidrat dapa sampel dengan melakukan uji Benedict dan uji Iod, maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 2. Uji Benedict dan Uji Iod
Sample Hasil Uji Benedict Hasil Uji Iod
-Keterangan :
Karbohidrat merupakan senyawa polihidroksi aldehid dan keton polihidroksil yang sangat diperlukan tubuh makhluk hidup seperti manusia, hewan maupun tumbuhan. samping lemak dan protein. Senyawa ini dalam jaringan merupakan cadangan makanan atau energi yang disimpan dalam sel. Karbohidrat yang dihasilkan oleh tumbuhan merupakan cadangan makanan yang disimpan dalam akar, batang, dan biji sebagai pati (amilum). Karbohidrat dalam tubuh manusia dan hewan dibentuk dari beberapa asam amino, gliserol lemak, dan sebagian besar diperoleh dari makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan (Sirajuddin dan Najamuddin, 2011). Karbohidrat disusun oleh dua sampai delapan monosakarida atau yang biasa disebut oligosakarida. Rumus umun karbohidrat adalah Cn(H2O)n.
Secara umum karbohidrat dalap digolongkan ke dalam dua golongan yaitu karbohidrat sederhana dan karbohidrat kompleks, dialam terdapat bebrapa jenis karbohidratseperti :
Monosakarida, yang terdiri atas 3-6 atom C. Monosakarida biasa dikenal dengan heksosa, karena terdiri atas 6 cincin karbon.Ada tiga jenis heksosa yang dikenal dalam ilmu gizi, yaitu glukosa, fruktosa, dan galaktosa. Ketiganya memiliki jenis dan jumlah atom yang sama. Perbedaannya adalah terletak pada cara penyusunan atomnya. Perbedaan inilah yang menyebabkan adanya perbedaan dalam tingkat kemanisan dan daya larutnya. Monosakaarida tidak dapat dihidrolisis kembali ke bentuk yang lbih sederhana. Monosakarida juga terbagi dalam bebrapa macam seperti triosa (C3) contohnya Gliserosa, Gliseraldehid, Dihidroksi aseton , tetrosa (C4) contohnya: threosa, Eritrosa, xylulosa, pentosa (C5)contohnya Lyxosa, Xilosa, Arabinosa, Ribosa, Ribulosa , heksosa (C6)contohhnya Galaktosa, Glukosa, Mannosa, fruktosa , heptosa (C7)dan contohnya adalah Sedoheptulosa. Sebuah monosakarida yang mengandung enam atom karbon dan kelompok fungsional aldehida dikenal sebagai suatu aldohexose. Glukosa adalah suatu aldohexose, fruktosa adalah suatu ketohexose (Nurhalim. 2009).
Disakarida yang merupakan senyawanya terbentuk dari 2 molekul monosakarida yg sejenis atau tidak. Disakarida dapat dihidrolisis oleh larutan asam dalam air sehingga terurai menjadi 2 molekul monosakarida, contohnya sukrosa : glukosa + fruktosa (C 1-2), maltosa : 2 glukosa (C 1-4), trehalosa ; 2 glukosa (C1-1), Laktosa ; glukosa + galaktosa (C1-4)
Polisakarida : senyawa yang terdiri dari gabungan molekul- molekul monosakarida yang banyak jumlahnya, senyawa ini bisa dihidrolisis menjadi banyak molekul monosakarida. Polisakarida merupakan jenis karbohidrat yang terdiri dari lebih 6 monosakarida dengan rantai lurus/cabang. Semua terbuat dari molekul glukosa terhubung dalam susunan yang berbeda (Nurhalim. 2009).
Dalam praktikum ini menggunakan beberapa pengujian seprtiuji molish, uji benedict, dan uji iod. Dari hasil praktikum dapat diperoleh bahwa:
Pada Uji molisch,setelah dilakukan pengujian didapatkan hasil bahwa semua bahan mengandungg karbohidrat. Ini dapat dilihat bahwa terdapatnya cincin berwarna ungu hingga unggu pekat diantara kedua lauran sampel yang di uji. Hasil ini sesuai dengan literature cincin tersebut terbentuk didasari oleh reaksi dehidrasi karbohidrat yang trjadi oleh asam sulfat Reaksi positif ditandai dengan munculnya cincin ungu di permukaan antara lapisan asam dan lapisan sampel. (Monruw, 2010). Uji molisch menggunakan larutan atau reagen mlisch dimana komposisi reagen tersebut yaitu alfanaftol yang terlarut dalam etanol. (Monruw, 2010). Prinsip kerja dari uji ini didasarkan pada penambahan suatu asam sulfat pekat pada karbohidrat kemudian karbohidrat akan mengalami hidrolisis sehingga senyawa hidroksi metil fulfural dengan penambahan alfanaftol akan terbentuk cincin ungu pada bidang batas antara kedua cairan (yildiz 2007). H2SO4 pekat (dapat diganti dengan asam kuat lainnya) berfungsi untuk menghidrolisis ikatan pada sakarida untuk menghasilkan furfural. Furfural ini kemudian bereaksi dengan reagen molisch, alfanaftol membentuk cincin yang berwarna ungu. (Monruw, 2010). Dalam larutan encer, walaupun dipanaskan, monosakarida umumnya stabil. Tetapi bila di panaskan dengan asam kuat yang pekat monosakarida mengahasilkan furfural atau derivatnya. Reaksi pembentukan furfural ini adalah reaksi dehidrasi atau pelepasan molekul-molekul air dari suatu senyawa yang bereaksi. (Poedjiadi,2007). pada uji benedict didapat kan hasil bahwa pada permen dan fruktosa terjadi perubahan yang paling besar kemudian pada madu, gula merah, glukosa dan tepung terigu menjadi warna merah bata atau kecoklatan. dan yang lainnya terjadi perubahan menjadi warna biru. Ini dikarenakan permen, fruktosa, madu, gula merah, glukosa dan tepung terigu bereaksi dengan gugus aldehid pada pereaksi. Ini sesuai dengan literature (Anna Poedjiadi, 1994) bahwa pada fruktosa walupun bukanlah gula pereduksi, namun karena memiliki gugus alpha hidroksi keton, maka fruktosa akan berubah menjadi glukosa dan mannosa dalam suasana basa dan memberikan hasil positif dengan pereaksi benedict. Molekul maltosa atau glukosa yang terlihat dari hasil positif pada uji benedict yang terbukti dengan terbentuknya warna merah bata pada tabung reaksi yang telah dipanaskan. Maltosa yang diuji dengan benedict memberikan warna merah bata. Warna merah bata yang terbentuk disebabkan oleh maltosa dan glukosa memiliki gugus aldehid yang bebas sehingga dapat mereduksi ion-ion tembaga (Cu) yang terdapat pada larutan benedict menjadi Cu2O yang berwarna merah bata. reduksi Cu2+ menjadi Cu+ yang mengendap sebagai Cu
2O akan
Pada uji iod setelah pengujian diadapatkan hasil bahwa pada umumnya semua bahan yang di uji terjadi perubahan warna dan yang paling menonjol perubahannya adalah pada sampel tepung tapioca kemudian onggok. Ini menandakan bahwa kedua bahan tersebut menganduk karbohidrat yang tinggi. Hasil ini sesuai dengan yang dikemukakan (Anna Poedjiadi, 1994) Bila makanan yang kita tetesi lugol menghitam, maka makanan tersebut mengandung karbohidrat. Semakin hitam berarti makanan tersebut banyak kandungan karbohidrat
Selain ketiga uji diatas, pengujian keberadaan karbohidrat juga dapat dilakukan dengan pengujian lain seperti :
Uji Barfoed
Adalah uji untuk membedakan monosakarida dan disakarida dengan mengontrol kondisi pH serta waktu pemanasan. Prinsipnya berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi
Cu+. Reagen Barfoed mengandung senyawa tembaga asetat.
Uji Seliwanoff
Prinsipnya berdasarkan konversi fruktosa menjadi asam levulinat dan hidroksimetil furfural oleh asam hidroklorida panas dan terjadi kondensasi hidroksimetilfurfural dengan resorsinol yang menghasilkan senyawa berwarna merah, reaksi ini spesifik untuk ketosa. Sukrosa yang mudah dihidrolisis menjadi glukosa dan fruktosa akan memberikan reaksi positif dengan uji seliwanoff yang akan memberikan warna jingga pada larutan.
Uji Hidrolisis Pati
Pati dan iodium membentuk ikatan kompleks berwarna biru. Pati dalam suasana asam bila dipanaskan dapat terhidrolisis menjadi senyawa yang lebih sederhana, hasilnya diuji dengan iodium yang akan memberikan warna biru sampai tidak berwarna dan hasil akhir ditegaskan dengan uji Benedict (Zulfikar, A. 2010).
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Sirajuddin, S dan Najamuddin, U. 2011. Penuntun Praktikum Biokimia. Makassar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin
Biomolekul, 2007. karbohidrat. www.dydra.com/karbohidrat_ Biomolekul /2007-11;15.
Boikess, R.S and G. Edelson. 1978. Chemical Principles. Harper International Edit, London.
Hawab, H. M., 2004. Pengantar Biokimia. Bayumedia, Jakarta. Library,USU. 2007.www.library.USU.id. 6/11/2007.
Martin, D. W.; P. A. Mayes; V. W. Rodwell; an D. K. Granner. 1992. Biokimia Edisi 20 Alih Bahasa Iyan Darmawan. EGC, Jakarta.
Poedjiadi,A. 1994. Dasar – Dasar Biokimia. UI-Press, Jakarta.
Yazid,E. 2006. Penuntun Praktikum Biokimia Untuk Mahasiswa Analis. Penerbit Andi, Yogyakarta.
Anna Poedjiadi, 1994. Dasar-dasar Biokimia.Jakarta: Universitas Indonesia Press Hawab. 2007. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: Diadit Media
Sunita Almatsier. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Pedjiadi, Anna. (2007). Dasar-dasar Biokimia. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Monruw. (2010). The discovery and development of marine compound with
pharmaceutical potential. Journal of Biotechnology 70: 14 -25.
Palupi, N. S., Zakaria, F. R., & Prangdimurti, E. (2007). Pengaruh pengolahan terhadap nilai gizi pangan. Modul e-Learning ENBP, Departemen Ilmu & Teknologi Pangan-Fateta-IPB.
Yildiz, M., & Arikan, E. S. (2007). PESTİSİTLERİN SİTOTOKSİK ETKİLERİ VE BİTKİ BİYOTESTLERİ. Anadolu University Journal of Sciences &