SISTEM PAKAR MENGIDENTIFIKASI GEJALA DEFISIENSI
UNSUR HARA PADA TANAMAN KELAPA SAWIT
Linda Wahyuni1, Surya Darma2, M. Rhifky Wayahdi3
1
Dosen STMIK Potensi Utama
2,3
Mahasiswa Jurusan Sistem Informasi, STMIK Potensi Utama
1,2,3
STMIK Potensi Utama, Jl. K.L. Yos Sudarso Km 6,5 No. 3A Medan 1
linda_irsyad83@yahoo.co.id, 2 surya.darma_pu@yahoo.com, 3 rhifky.wayahdi@yahoo.com
Abstrak
Kelapa sawit merupakan tumbuhan tropis yang tergolong dalam family Palmea dan berasal dari Afrika Barat. Meskipun demikian, dapat tumbuh di luar daerah asalnya termasuk Indonesia, tanaman dengan nilai ekonomis yang cukup tinggi ini merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati, di samping itu salah satu hambatan utama dalam pembudidayaan kelapa sawit yaitu kekurangan atau defisiensi unsur hara tanaman. Melihat kondisi ini penulis membuat suatu aplikasi sistem pakar mengidentifikasi gejala defisiensi unsur hara pada tanaman kelapa sawit dengan metode forward chaining yang bisa digunakan sebagai pengganti pakar yang sebenarnya, hasil penelitian ini berupa program aplikasi sistem pakar yang mampu mengidentifikasi gejala defisiensi unsur hara pada tanaman kelapa sawit.
Kata kunci : sistem pakar, defisiensi unsur hara, forward chaining, kelapa sawit.
1. Pendahuluan
Kelapa sawit merupakan tumbuhan tropis yang tergolong dalam family Palmea dan berasal dari Afrika Barat. Meskipun demikian, dapat tumbuh di luar daerah asalnya, termasuk di Indonesia. Hingga kini tanaman ini telah diusahakan dalam bentuk perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit. Kelapa sawit merupakan tanaman dengan nilai ekonomis yang cukup tinggi karena merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati. Bagi Indonesia, kelapa sawit memiliki arti penting karena mampu menciptakan kesempatan kerja bagi masyarakat dan sebagai sumber perolehan devisa negara.
Salah satu tindakan perawatan tanaman yang berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman adalah pemupukan. Pemupukan bertujuan untuk menambah ketersediaan unsur hara di dalam tanah terutama agar tanaman dapat menyerapnya sesuai dengan kebutuhan. Dengan pemupukan dapat meningkatkan produktivitas tanaman, kekurangan atau defisiensi unsur hara tanaman, dapat diketahui dari gejala-gejala yang tampak pada tanaman. Defisiensi unsur hara yang berlebihan dapat menurunkan produktivitas tanaman bahkan dapat menyebabkan kematian. [1]
Sistem pakar adalah sistem berbasis komputer yang menggunakan pengetahuan, fakta dan teknik penalaran dalam memecahkan masalah yang biasanya hanya dapat dipecahkan oleh seorang pakar dalam bidang tersebut [2], dalam hal ini adalah permasalahan mengidentifikasi
gejala defisiensi unsur hara pada tanaman kelapa sawit.
Pada penelitian ini penulis melakukan penelitian untuk mengidentifikasi gejala defisiensi unsur hara pada tanaman kelapa sawit dengan metode forward chaining. Data yang tersimpan dalam database akan menginformasikan suatu keluhan dengan akurat dan dapat menyimpulkan kekurangan unsur hara pada tanaman kelapa sawit tersebut.
2. Dasar Teori
2.1 Sistem Pakar
Bidang sistem pakar merupakan penyelesaiaan pendekatan yang sangat berhasil dan bagus untuk permasalahan AI (Artificial
Intelligent) klasik dari pemograman intelligent
(cerdas). Sistem pakar (expert system) merupakan solusi AI bagi masalah pemrograman pintar
(intelligent). Profesor Edward Feigenbaum dari
Stanford University yang merupakan pionir dalam teknologi sistem pakar mendefinisikan sistem pakar sebagai sebuah program kamputer pintar
(intelligent computer program) yang
memanfaatkan pengetahuan (knowledge) dan prosedur inferensi (inference procedure) untuk memecahkan masalah yang cukup sulit sehingga membutuhkan keahlian khusus dari manusia.
pengetahuan khusus selayaknya seorang pakar untuk memecahkan masalah. [3]
2.2 Manfaat Sistem Pakar
Secara garis besar, banyak manfaat yang dapat diambil dengan adanya sistem pakar, antara lain [4]:
7. Membuat seorang yang awam bekerja seperti layaknya seorang pakar.
8. Meningkatkan produktivitas akibat meningkatnya kualitas hasil pekerjaan, mengingkatnya kualitas pekerjaan ini disebabkan meningkatnya efisiensi kerja. 9. Menghemat waktu kerja.
10. Menyederhanakan pekerjaan.
11. Merupakan arsip terpercaya dari sebuah keahlian, sehingga bagi pemakai sistem pakar seolah-olah berkonsultasi langsung dengan sang pakar, meskipun mungkin sang pakar telah tiada.
12. Memperluas jangkauan, dari keahlian seorang pakar. Di mana sebuah sistem pakar yang telah disahkan, akan sama saja artinya dengan seorang pakar yang tersedia dalam jumlah besar (dapat diperbanyak dengan kemampuan yang persis sama), dapat diperoleh dan dipakai di mana saja.
2.3 Metode Forward Chaining
Metode forward chaining adalah teknik pencarian yang dimulai dengan fakta yang diketahui, kemudian mencocokkan fakta-fakta tersebut dengan bagian IF dari rules IF-THEN. Bila ada fakta yang cocok dengan bagian IF, maka rule tersebut dieksekusi. Bila sebuah rule dieksekusi, maka sebuah fakta baru (bagian THEN) ditambahkan kedalam database. Setiap kali pencocokan, dimulai dari rule teratas. Setiap rule hanya boleh dieksekusi sekali saja. Proses pencocokan berhenti bila tidak ada lagi rule yang bisa dieksekusi.[5]
2.4 Sekilas Sejarah Kelapa Sawit
Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah Belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada empat batang bibit kelapa sawit yang dibawa dari Mauritius dan Amsterdam dan ditanam di Kebun Raya Bogor. Tanaman kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial pada tahun 1911. Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien Hallet, seorang Belgia yang telah belajar banyak tentang kelapa sawit di Afrika. Budi daya yang dilakukannya diikuti oleh K. Schadt yang menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Sejak saat itu perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Luas areal perkebunannya mencapai 5.123 ha. Indonesia
mulai mengekspor minyak sawit pada tahun 1919 sebesar 567 ton ke negara-negara Eropa, kemudian tahun 1923 mulai mengekspor minyak inti sawit sebesar 850 ton.[1]
2.5 Pemupukan
Salah satu tindakan perawatan tanaman yang berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman adalah pemupukan. Pemupukan bertujuan untuk menambah ketersediaan unsur hara di dalam tanah terutama agar tanaman dapat menyerapnya sesuai dengan kebutuhan. Dengan pemupukan dapat meningkatkan produktivitas tanaman.
Kekurangan atau defisiensi unsur hara tanaman, dapat diketahui dari gejala-gejala yang tampak pada tanaman. Defisiensi unsur hara yang berlebihan menurunkan produktivitas tanaman bahkan dapat menyebabkan kematian.
Pemberian pupuk pada tanaman harus memperhatikan beberapa hal yang menjadi kunci keefektifan pemberian pupuk, waktu pemberian, serta jenis dan dosis pupuk. [1]
2.6 Keunggulan dan Manfaat Kelapa Sawit Berbagai hasil penelitian mengungkapkan bahwa minyak sawit memiliki keunggulan dibandingkan dengan minyak nabati lainnya. Menurut Yan Fauzi (2002) beberapa keunggulan minyak sawit, yaitu [1] :
1. Tingkat efisiensi minyak sawit tinggi sehingga mampu menempatkan CPO menjadi sumber minyak nabati termurah.
2. Produkivitas minyak sawit tinggi yaitu 3,2 ton/ha, sedangkan minyak kedelai, lobak, kopra, dan minyak bunga matahari masing-masing 0,34, 0,51, 0,57, dan 0,53 ton/ha. 3. Memiliki sifat yang cukup menonjol
dibanding dengan minyak nabati lainnya, karena memiliki keluwesan dan keluasan dalam ragam kegunaan baik di bidang pangan maupun non pangan.
4. Sekitar 80% dari penduduk dunia khususnya di negara berkembang masih berpeluang meningkatkan konsumsi per kapita untuk minyak dan lemak terutama minyak yang harganya murah (minyak sawit).
Menurut Yan Fauzi (2002), pemanfaatan minyak sawit yaitu [1]:
1. Minyak kelapa sawit untuk industri pangan, minyak kelapa sawit antara lain digunakan dalam bentuk minyak goreng, margarin, butter, dan bahan untuk membuat kue-kue. 2. Minyak kelapa sawit untuk industri
vitamin A) dan pemusnahan radikal bebas yang selanjutnya juga bermanfaat untuk mencegah kanker, arterosklerosis, dan memperlambat proses penuaan. Minyak kelapa sawit juga digunakan sebagai bahan baku oleokimia; sebagai bahan baku industri kosmetik, aspal, dan detergen, dll.
3. Analisa dan Perancangan
Untuk mengidentifikasi gejala defisiensi unsur hara pada tanaman kelapa sawit perlu diketahui terlebih dahulu gejala-gejala yang timbul, Meskipun dari gejala klinis (gejala-gejala yang terlihat langsung). Ada 4 tabel untuk membantu Rule basis pengetahuan untuk gejala defisiensi unsur hara yaitu tabel gejala, tabel jenis defisiensi unsur hara, tabel penanganan defisiensi usur hara, table keputusan ( pada lampiran ). Adapun table tersebut dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 1. Gejala Defisiensi Unsur Hara
Kode
Gejala
Gejala Defisiensi Unsur Hara
G001
Warna daun menjadi pucat
G002
Warna
daun
hijau
tua
dan
permukaannya terlihat mengkilap
kemerah-merahan
G003
Warna di sekitar daun kuning
terang serta klorosis terutama
pada daun muda, tetapi tulang
daun tetap hijau
G004
Daun kekuning-kuningan bahkan
kemerah-merahan terutama pada
daun yang agak tua-kondisi parah
G005
Tepi daun banyak timbul gejala
klorosis dan menjalar ketulang
daun
G006
Jaringan daun menjadi kering dan
mati
G007
Kuncup daun yang masih muda
sering mengalami kematian
G008
Helaian daun menjadi pendek dan
keras
G009
Daun berbentuk pendek-pendek
G0010
Pertumbuhan tanaman terhambat
dan kerdil
G011
Bagian tepi daun, cabang, dan
batang mengecil dan berwarna
merah keunguan dan lambat laun
berubah menjadi kuning
G012
Bagian pucuk akan banyak daun
yang gugur dan mati
G013
Tanaman lambat berbuah
G014
Tanaman lambat pertumbuhan dan
perkembangan
G015
Kualitas biji dan buah jelek, kecil,
dan cepat masak
G016
Daun tua akan mengerut atau
keriting
G017
Pada keadaan parah, tanaman
menjadi layu dan mati
G018
Timbul klorosis pada tepi daun
yang sudah tua
G019
Timbul bercak kuning transparan
pada daun dan berubah merah
kecoklatan serta mengering seperti
hangus terbakar
G020
Rentan terhadap penyakit
G021
Kondisi yang berat, jaringan daun
akan kering dan mati
G022
Daun kecoklat-coklatan dan merah
keungu-unguan
G023
Pada kondisi yang berat, daun tua
akan menguning secara merata
tetapi tulang daun berwarna hijau
G024
Ukuran buah kecil-kecil
G025
Buah cepat rusak atau membusuk
G026
Pembentukan perakaran kurang
sempurna
G027
Sering terjadi jaringan mati pada
sisi pinggir helaian daun sampai ke
masing-masing anak daun
G028
Daun muda berwarna kuning dan
terkadang tidak merata
G029
Tanaman kerdil dan daun hijau
kekuning-kuningan
bahkan
kemerah-merahan, tetapi tulang
daun tetap hijau
G030
Pada kondisi berat, jaringan daun
mati
G031
Pembentukan gizi tidak sempurna
G032
Daun menjadi klorosis dan bagian
ujungnya berwarna putih
G033
Pertumbuhan
tajuk
mengering
atau membelok
G034
Ujung pelepah melingkar dan
membuka
G035
Kuncup daun muda sulit membuka
dan pelayuannya cepat
G036
Daun yang baru muncul bentuknya
kerdil dan berkerut
Tabel 2. Jenis Defisiensi Unsur Hara
Kode
Kekurang
an Unsur
Hara
Jenis Defisiensi Unsur Hara
J001
Defisiensi Nitrogen (N)
J002
Defisiensi Fosfor (P)
J003
Defisiensi Besi (Fe)
J004
Defisiensi Kalium (K)
J005
Defisiensi Kalsium (Ca)
J006
Defisiensi Magnesium (Mg)
J007
Defisiensi Sulfur (S)
J008
Defisiensi Mangan (Mg
J009
Defisiensi Tembaga (Cu)
J010
Defisiensi Seng (Zn)
J011
Defisiensi Boron (B)
Tabel 3. Penanganan Defisiensi Unsur Hara
Kode
Penanga
nan
Defisien
si Unsur
Hara
Penanganan Defisiensi Unsur
Hara
S001
Aplikasi pupuk secara meratadipinggiran pada saat kondisi tanah lembab, tambah urea pada tanaman kelapa sawit, kendalikan gulma
S002
Berikan pupuk P secukupnya padamasa pembibitan, waktu penanaman di lahan dan selama masa TBM, baik kelapa sawit maupun LCC untuk
membangun persediaan phospat
dalam tanah. RP dapat diberikan secara besar-besaran 1 ton/ha pada LCC.
S003
Dengan menambahkan pupuk organikyang tinggi, pemberian pupuk organik cair untuk pemupukan susulan, serta penyemprotan pupuk daun dengan kandungan mikro lengkap.
S004
Memberikan pemupukan K yangcukup, mendaur ulang K yang terambil sebagai produksi, berupa pemupukan dengan abu tandan atau mulching dengan tandan kosong, Mulching
dengan tandan kosong sangat
diutamakan pada tanah berpasir, guna
membangun daya simpan tanah
terhadap makanan yang diberikan
S005
Dengan menambahkan pupuk kimiakieserite, menambahkan pupuk kapur
dolomite (Mg=18%), serta pupuk daun yang mengandung unsur Mg.
S006
Aplikasi Pupuk Mg dengan dosis yangcukup dapat memperbaiki tekstur tanah, Aplikasi Pupuk Mg secara
merata pada pinggir piringan,
pencegahan erosi terutama pada tanah berpasir dengan curah hujan yang tinggi, pada tanah yang beraksi
sangat masam dolomite dipakai
sebagai sumber utama pupuk Mg, karena ada efek samping menaikkan
pH tanah, bagaimanapun juga
sebenarnya kiesrite lebih mudah tersedia bagi tanaman
S007
Dengan menambahkan pupuk kimiaZA (S=20%), Phonska(S=10%), serta pupuk daun yang mengandung unsur S.
S008
Dengan menambahkan pupuk kimiakieserite, kapur dolomite (Mg=18%), serta pupuk daun yang mengandung unsur Mg.
S009
Inspeksi lapangan agar gejala awaldapat terdeteksi secara dini, defisiensi Cu di Nursery dilakukan drenching dengan 0.05 % larutan CuSO4 (0.5
gram dalam 1 liter air), pemupukan koreksi terhadap defisiensi K pada tanah gambut maupun tanah berpasir, dapat memperbaiki pengambilan Cu, basahi tajuk dengan 200 ppm Cu SO4.
S010
Pemberian pupuk lewat tanahsebaiknya dilakukan saat tanaman
masih muda, sebelum gejala
kekurangan Zn terlihat, menambahkan pupuk organic yang tinggi, pemberian pupuk organic cair untuk pemupukan susulan, penyemprotan pupuk daun dengan kandungan mikro lengkap
S011
Memberikan pemupukan HGF Boratesebanyak 100 – 200
gram/pokok/tahun, berikan HGF
Borate pada pangkal batang atau pada ketiak daun/pelepah.
1. Desain Sistem
Perancangan desain sistem yang akan dibangun menggunakan pemodelan Unified
Modelling System ( UML ). Diagram-diagram
yang digunakan kali ini hanya use case diagram
saja.
Use Case Diagram
SISTEM PAKAR MENGIDENTIFIKASI GEJALA DEFISIENSI UNSUR HARA PADA TANAMAN
Gambar 1. Use Case Diagram
Pada use case diagram di atas terdapat 3 aktor yaitu User, Pakar, dan Admin. Dari ketiga aktor tersebut memiliki peranan masing-masing, yaitu tugas user yang melakukan konsultasi, sebelum user melakukan aktifitas konsultasi user diwajibkan mengisi data user terlebih dahulu, dikarenakan agar seorang admin dapat mengetahui pengguna sistem tersebut, setelah user melakukan konsultasi, user dapat melihat langsung hasil konsultasi tersebut dan perintah terakhir yaitu sistem mengijinkan user untuk dapat langsung mencetak laporan ataupun tidak mencetak laporan hasil konsultasi user tersebut. Pakar di sini bertindak sebagai manipulasi jenis unsur hara, manipulasi gejala, mengolah basis pengetahuan, manipulasi hasil setelah sebelumnya telah melakukan login pakar terlebih dahulu, sedangkan admin bertugas sebagai pengolah data pakar, mengolah data admin, dan melihat laporan hasil konsultasi untuk keperluan akses sistem.
4. Pembahasan
Representasi Pengetahuan
Representasi pengetahuan (knowledge
representation) adalah cara untuk menyajikan
pengetahuan yang diperoleh ke dalam suatu skema/diagram tertentu sehingga dapat diketahui relasi antara suatu pengetahuan dengan pengetahuan yang lain dan dapat dipakai untuk menguji kebenaran penalarannya. Representasi
pengetahuan dibutuhkan untuk menangkap sifat-sifat penting masalah dan mempermudah prosedur pemecahan masalah dalam mengakses informasi. Format representasi harus mudah dipahami sehingga seorang programmer mampu mengekspresikan pengetahuan (fakta), namun semua cara tersebut harus mengacu pada dua entitas berikut.
1. Fakta, yaitu kejadian sebenarnya. Fakta inilah yang akan kita representasikan.
2. Representasi dari fakta. Berdasarkan representasi inilah kita dapat mengolah fakta.[5]
Representasi pengetahuan, kaidah produksi dibentuk dari pengubahan tabel keputusan. Pembuatan suatu kaidah dilakukan dengan beberapa tahapan. Sebagai contoh perhatian pembuatan kaidah konklusi ini akan dapat tercapai bila kondisi – kondisi yang mendukung terpenuhi. Pembuatan kaidah menggunakan goal dan kondisi yang telah diperolah, seperti pada tabel 1 di bawah ini :
(tabel dilampiran)
Setiap spektrum di atas akan di buat kombinasi untuk setiap kemungkinan gejala terpenuhi dan disesuaikan dengan jenis kekurangan unsur hara. Berikut ini akan di gambarkan dalam pohon keputusan pada gambar 4 di bawah ini.
Gambar 4. Pohon Keputusan
Dalam perancangan basis pengetahuan ini digunakan kaidah produksi sebagai sarana untuk representai pengetahuan. Kaidah produksi dituliskan dalam bentuk pernyataan JIKA [premis] MAKA [konklusi]. Pada perancangan basis pengetahuan sistem pakar ini premis adalah gejala dan konklusi adalah jenis unsur hara, sehingga bentuk pernyataannya adalah JIKA [gejala] MAKA [jenis unsur hara].
JIKA [gejala 1] JIKA [gejala 2] DAN [gejala 3]
MAKA [Jenis unsur hara]
Dan Untuk kaidah produksinya dapat dilihat di bawah ini :
1. Kaidah untuk Defisiensi Nitrogen (N)
IF
Warna daun menjadi pucat,
AND
Jaringan daun menjadi kering
dan mati,
AND
Helaian daun menjadi pendek
dan keras,
AND
Pertumbuhan
tanaman
terhambat dan kerdil,
THEN
Defisiensi Nitrogen (N)
2. Kaidah untuk Defisiensi Fosfor (P)
IF
Warna daun hijau tua dan
permukaannya
terlihat
mengkilap kemerah-merahan,
AND
Daun
berbentuk
pendek-pendek,
AND
Bagian tepi daun, cabang, dan
batang mengecil dan berwarna
merah keunguan dan lambat
laun berubah menjadi kuning,
AND
Tanaman lambat berbuah,
AND
Kualitas biji dan buah jelek,
kecil, dan cepat masak,
THEN
Defisiensi Fospor (P)
3. Kaidah untuk Defisiensi Besi (Fe)
IF
Warna di sekitar daun kuning
terang serta klorosis terutama
pada daun muda, tetapi tulang
daun tetap hijau,
AND
Tanaman lambat pertumbuhan
dan perkembangannya,
AND
Bagian pucuk akan banyak daun
yang gugur dan mati,
THEN
Defisiensi Besi (Fe)
4. Kaidah untuk Defisiensi Kalium (K)
IF
Daun tua akan mengerut atau
keriting,
AND
Timbul
bercak
kuning
transparan pada daun dan
berubah
merah
kecoklatan
serta mengering seperti hangus
terbakar,
AND
Rentan terhadap penyakit,
AND
Ukuran buah kecil-kecil,
AND
Buah
cepat
rusak
atau
membusuk,
THEN
Defisiensi Kalium (K)
5. Kaidah untuk Defisiensi Kalsium (Ca)
IF
Tepi daun banyak timbul gejala
klorosis dan menjalar ketulang
daun,
AND
Kuncup daun yang masih muda
sering mengalami kematian,
AND
Kondisi yang berat, jaringan
daun akan kering dan mati,
AND
Pembentukan perakaran kurang
sempurna,
THEN
Defisiensi Kalsium (Ca)
6. Kaidah untuk Defisiensi Magnesium (Mg)
IF
Timbul klorosis pada tepi daun
yang sudah tua,
AND
Daun
kecoklat-coklatan
dan
merah keungu-unguan,
AND
Pada kondisi yang berat, daun
tua akan menguning secara
merata tetapi tulang daun
berwarna hijau,
AND
Sering terjadi jaringan mati
pada sisi pinggir helaian daun
sampai ke masing-masing anak
daun,
THEN
Defisiensi Magnesium (Mg)
7. Kaidah untuk Defisiensi Sulfur (S)
IF
Pertumbuhan
tanaman
terhambat dan kerdil,
AND
Daun muda berwarna kuning
dan terkadang tidak merata,
AND
Helain daun menjadi pendek
dan keras,
AND
Jaringan daun menjadi kering
dan mati,
THEN
Defisiensi Sulfur (S)
8. Kaidah untuk Defisiensi Mangan (Mn)
IF
Tanaman kerdil dan daun hijau
kekuning-kuningan
bahkan
kemerah-merahan,
tetapi
tulang daun tetap hijau,
AND
Pada kondisi berat, jaringan
daun mati,
AND
Pembentukan
gizi
tidak
sempurna,
9. Kaidah untuk Defisiensi Tembaga (Cu)
IF
Daun menjadi klorosis dan
bagian
ujungnya
berwarna
putih,
AND
Pada keadaan parah, tanaman
menjadi layu dan mati,
THEN
Defisiensi Tembaga (Cu)
10. Kaidah untuk Defisiensi Seng (Zn)
IF
Daun
kekuning
–
kuningan
bahkan
kemerah
–
merahan
terutama pada daun yang agak
tua-kondisi parah,
AND
Daun dan pelepah mengering,
THEN
Defisiensi Seng (Zn)
11. Kaidah untuk Defisiensi Boron (B)
IF
Pertumbuhan tajuk mengering
atau membelok,
AND
Ujung pelepah melingkar dan
membuka,
AND
Daun
yang
baru
muncul
bentuknya kerdil dan berkerut,
AND
Kuncup
daun
muda
sulit
membuka
dan
pelayuannya
cepat,
THEN
Defisiensi Boron (B).
5. Hasil
Halaman ini merupakan tampilan data hasil konsultasi user yang telah menjawab beberapa pertanyaan dari sistem yang dibangun. Hasilnya berupa data diri user, gejala defisiensi unsur hara, penanganan, dan gambar dari kekurangan gejala defisiensi unsur hara tersebut. Gambar 5. Berikut ini menampilkan halaman hasil konsultasi user.
Gambar 5. Halaman Data Hasil Konsultasi
6. Kesimpulan
Berdasarkan selesainya penyusunan makalah ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Sistem pakar yang dibangun membantu para petani atau asisten perkebunan industri kelapa sawit dalam memberikan kesimpulan tentang kekurangan unsur hara pada tanaman kelapa sawit tersebut, dan keakuratannya mencapai 83% dengan membandingkan gejala-gejala yang ada serta di lengkapi gambar sebagai contoh kekurangan unsur hara tersebut.
2. Penggunaan sistem pakar dalam sistem ini adalah berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dirancang agar dapat menyelesaikan suatu permasalahan tertentu dengan meniru kerja para ahli, dan dapat menjawab pertanyaan yang menyangkut bidang keahliannya.
3. Sistem pakar yang dibangun menggunakan metode forward chaining.
4. Perancangan sistem pakar mengidentifikasi gejala defisiensi unsur hara pada tanaman kelapa sawit menggunakan bahasa pemrograman PHP dengan database MySQL
5. Aplikasi sistem pakar mengidentifikasi gejala defisiensi unsur hara pada tanaman kelapa sawit menampilkan interface yang menarik dan user friendly sehingga memudahkan pengguna dalam pemakaian aplikasi ini.
6. Pada aplikasi sistem pakar ini telah jelas batasan antara user, admin dan Pakar.
Daftar Pustaka
[1] Fauzi Yan, et al, 2002, Kelapa Sawit,
Jakarta, Penebar Swadaya.
[2] Kusrini, 2006, Sistem Pakar : Teori dan
Aplikasi, Yogyakarta, Andi Offset.
[3] Rosnelly Rika, 2012, Sistem Pakar Konsep
dan Teori, Yogyakarta, Andi Offset.
[4] Sari Ria Eka, 2013, Sistem Pakar Untuk
Mendeteksi Penyakit THT Dengan
Menggunakan Metode Forward Chaining,
Prosiding SNIf STMIK Potensi Utama 2013.
[5] Sutojo, et al, 2011, Kecerdasan Buatan,