55 KARAKTERISTIK JUMLAH PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE
(DBD) PROVINSI SULAWESI SELATAN
Asrirawan1*, Khaerati2
1
Program Studi Matematika Fakultas Sains, Universitas Cokroaminoto Palopo 2
Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Cokroaminoto Palopo
*
Email: enalmantovani@gmail.com
ABSTRAK
Demam Berdarah Dengue merupakan masalah kesehatan yang menjadi salah satu fokus perhatian oleh Indonesia. Pada tahun 2014, sampai pertengahan bulan Desember tercatat penderita DBD di 34 provinsi di Indonesia sebanyak 71.668 orang, dan 641 diantaranya meninggal dunia. Salah satu provinsi yang berada di bawah batas minimal Case Fatality Rate (CFR) adalah Sulawesi Selatan yaitu 0,49, tetapi tetap saja menjadi fokus bagi Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan. Salah satu upaya untuk mencegah terjadinya penyebaran penderita DBD maka akan dilakukan analisis karakteristik DBD di Sulawesi Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik jumlah penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) Provinsi Sulawesi Selatan yang disajikan dalam bentuk tabel, grafik maupun gambar. Data diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan mulai tahun 2003-2016. Berdasarkan hasil analisis diperoleh data bahwa pola penyebaran DBD dari tahun ke tahun tidak menentu, dengan jumlah penderita DBD tertinggi terjadi pada tahun 2016 yaitu sebanyak 7685 kasus di 24 kabupaten kota Sulawesi Selatan.
Kata kunci: Demam Berdarah Dengue, Karakteristik
PENDAHULUAN
Demam Berdarah Dengue banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempatiurutan pertama dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, WorldHealth
56 Demam Berdarah pertama kali
ditemukan di kota Surabaya pada tahun 1968, dimana sebanyak 58 orangterinfeksi dan 24 orang diantaranya meninggal dunia (Angka Kematian (AK): 41,3%). Dan sejak saat itu, penyakit ini menyebar luas ke seluruh Indonesia (Kemenkes RI, 2010)
Beberapa tahun terakhir, kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) seringkali muncul di musim pancaroba, khususnya di bulan-bulan awal tahun. Pada tahun 2014, sampai pertengahan bulan Desember tercatat penderita DBD di 34 provinsi di Indonesia sebanyak 71.668 orang, dan 641 diantaranya meninggal dunia. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya, yakni tahun 2013 dengan jumlah penderita sebanyak 112.511 orang dan jumlah kasus meninggal sebanyak 871 penderita.Namun, penyakit Demam Berdarah Dengue masih menjadi salah satu masalah kesehatan utama yang dihadapi oleh Indonesia (Kemenkes RI, 2015).
Penyakit DBD disebut sebagai penyakit serius karena penyakit ini
keadaannya dalam waktu yang relatif singkat yaitu kurang dari tujuh hari malah sering hanya lima hari bila korban tidak segera mendapat pertolongan dengan cepat dan tepat yakni dengan membawanya ke rumah sakit (Indrawan, 2012). Hal-hal yang ikut mendukung meningkatnya jumlah penderita DBD antara lain adalah pertumbuhan populasi dan arus urbanisasi, penggunaan plastik di dalam kehidupan sehari-hari, dan udarapu srakan mempermudah membawa virus DBD keberbagai belahan dunia antar negara tropis dan subtropis.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti akan melakukan kajian karakteristik penderita DBD di Sulawesi Selatan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif tentang jumlah penderita DBD Sulawesi Selatan.
Sumber Data
57
238,534 169,300
759,279
418,151 216,140
696,100
353,672 343,800 311,087 275,536 335,596
351,700 135,200
361,300 164,903 127,200
287,074
236,390 230,151 285,601 233,810 1,410,783
390,600 222,400
200,000 400,000 600,000 800,000 1,000,000 1,200,000 1,400,000 1,600,000
data bulanan mulai Januari-Desember pada 24 kabupaten kota di Sulawesi Selatan, diantaranya, Bantaeng, Barru, Bone, Bulukumba, Enrekang, Gowa, Jeneponto, Luwu, Luwu Utara, Luwu Timur, Maros, Pangkep, Pare-Pare, Pinrang, Palopo, Selayar, Sidrap, Sinjai, Soppeng, Takalar, Tana Toraja, Makassar, Wajo dan Toraja Utara. Teknik Analisis Data
Data yang digunakan akan disajikan dalam bentuk tabel, grafik
maupiun gambar yang
diinterpretasikan dalam bentuk analisis deskripsi. Analisis deskripsi yang dimaksud adalah rata-rata, standar deviasi, nilai maksimum dan nilai minimum serta variansi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis karakteristik data jumlah penderita DBD dan curah hujan Sulawesi Selatan disajikan dalam bentuk tabel, grafik maupun gambar. Data jumlah penderita DBD diperoleh dengan mengakumulasi junlah penderita DBD dari setiap kabupaten/kota di Sulawesi Selatan. Jumlah kabupaten/kota di Sulawesi Selatan sebanyak 24. jumlah Penduduk terbesar berada di Makassar sekitar 1.410.783 jiwa sebaliknya jumlah penduduk terkecil berada di Selayar sekitar 127.200 jiwa. Persebaran penduduk kabupaten/kota Sulawesi Selatan Tahun 2016 dapat dilihat pada gambar berikut:
58
2639 4197
3163
2755 2874
3553 3553 4225
1877 2333
4261
2966 2397
7685
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 bahwa Makassar, Bone, Gowa,
Bulukumba, dan Kabupaten/kota Selayar, Barru, Pare-pare dan Palopo merupakan kabupaten/kota dengan jumlah penduduk terkecil.
Secara keseluruhan karakteristik jumlah penderita DBD di Provinsi Sulawesi Selatan menunjukkan pola yang cenderung tidak berubah. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1. Berdasarkan plot data DBD tersebut terlihat bahwa pada tahun 2003 sampai 2016 memiliki pola penyebaran kasus yang sama terjadi penurunan maupun kenaikan yang hampir sama. Sampai dengan tahun 2016, tercatat jumlah penderita DBD terbanyak sepanjang tahun yakni 7685 kasus. nilai ini hampir dua kali lipat dibandingkan
Sulawesi Selatan tahun-tahun sebelumnya. Peningkatan jumlah penderita DBD setiap tahunnya dapat diakibatkan oleh perubahan iklim. Menurut Sukowati, perubahan iklim dapat memperpanjang masa penularan penyakit yang ditularkan melalui vektor dan mengubah luas geografinya, dengan kemungkinan menyebar ke daerah yang kekebalan populasinya rendah atau infrastruktur kesehatan masyarakat yang kurang. Penyebab lain yang cukup signifikan mempengaruhi jumlah penderita DBD adalah lemahnya upaya program pengendalian DBD, sehingga upaya pengendalian DBD perlu lebih mendapat perhatian terutama pada tingkat kabupaten/kota.
59 Gambar tersebut mengindikasikan
bahwa jumlah penderita DBD Sulawesi Selatan yang mninggal tahun 2016 dari bulan ke bulan terjadi penurunan kematian. Tercatat bahwa pada bulan Juni, Agustus, dan November jumlah penderita DBD yang meninggal sebanyak 0 orang.
Selain itu, terlihat juga bahwa mean jumlah penderita DBD terbesar terjadi pada bulan Mei dengan jumlah penderita minimum 4 penderita dan maksimum 682 penderita sedangkan mean jumlah penderita DBD terkecil
terjadi pada bulan Oktober dengan penderita minimum 0 penderita dan maksimum 182 penderita. Hal ini juga dapat dilihat boxplot tiap bulan data DBD pada Gambar 2. Gambar tersebut menunjukkan bahwa mean jumlah penderita pada bulan juli samapai desember cendeung relatif stabil. Sedangkan mulai januari terjadi peningkatan rata-rata jumlah penderita. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mafrida (2012), bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah penderita DBD adalah curah hujan .
Bulan Rata-rata Standar
Deviasi Variansi
Nilai
Terendah Nilai Tertinggi
Januari 681,36 462,78 214160,71 188 2139
Februari 671,57 520,73 271161,18 188 2380
Maret 522,00 372,61 138836,31 160 1586
April 329,71 133,89 17925,91 157 591
Mei 236,93 107,85 11631,92 67 453
Juni 194,21 101,60 10323,10 53 404
Juli 145,00 99,57 9913,69 13 398
Agustus 124,57 79,78 6285,34 16 284
September 114,43 64,26 4129,03 29 255
Oktober 134,93 89,91 8082,99 20 384
Nopember 155,36 50,78 2578,25 52 234
Desember 238,14 129,40 16744,13 37 565
60 DBD padda bulan Januari dan Februari
lebih variatif dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya. Hal ini diakibatkan oleh curah hujan yang cukup tinggi di bulan tersebut. Pada tahun 2016, Pangkep dan Bone merupakan kabupaten/kota penyumbang terbesar bagi Sulawesi Selatan. Sedangkan Selayar, Pinrang, Luwu dan Tana Toraja penyumbang jumlah penderita terkecil dibandingkan dengan kabupaten kota lainnya. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa rata-rata kasus DBD tertinggi terjadi pada bulan Januari dan Februari sedangkan rata-rata kasus DBD terendah terjadi di bulan Agustus dan September.
DAFTAR PUSTAKA
Mafrida, F. A., (2012). Pemodelan Prediksi Jumlah Kasus
Penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Surabaya dengan Metode Integer Valued Autoregressive Moving Average (INARMA).Tugas Akhir. Surabaya: ITS.
Jendela Epidemiologi. Buletin. Volume 2. Jakarta.
Indrawan Yuli. 2012. Hubungan antara Curah Hujan dan Peningkatan
Kasus Demam Berdarah Dengue Anak di Kota Palembang. Jurnal volume 13. Palembang : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Anonim, 2015. Pencemaran. http://Ensiklopedia/wiki/org. Diakses pada tanggal 30 November 2015.
Blum, W.H. 1997. Cd uptake by Higher Plants. In proceeding of Extended abstracts from the Fourth International Conference on The Biogeochemistry of trace elements, Berkeley, USA. University Of California (online) diakses pada tanggal 20 desember 2015.
61 Elvira, T.H., Ishak dan S.Nita. 2012.
Fitoremediasi pada Media Tanah yang Mengandung Cu dengan Tanaman Kangkung Darat. Jurnal sainstek. 6 (6); 578-693.
Kadir salam abdul. 2009. Teknik pengelolaan Limbah Industri berlogam Berat. http://www. Gloria net/jurnal nature diakses pada tanggal 24 desember 20015.
Marganof, Potensi limbah udang sebagai penyerap logam berat (Timbal, Kadmium dan Tembaga) di Perairan, http://rudyct.Topcities.Com/pp s. hal. 702- 703. Diakses pada tanggal 2 september 2015. Mursydin, D.H, Menanggulangi
Pencemaran Logam Berat, (online)
http://www.Ychi.org/index.php diakses pada tanggal 2 Sepetember 2015.
Panjaitan yanti Grace. 2009. Akumulasi Logam Berat Tembaga dan timbal pada Pohon Avecennia narina di
hutan Mangrov. Skripsi USU. http://repository. USU.ac.id diakses pada tanggal 1 Februari 2016.
Nascimento, C.W, 2006, Phytoextraction, a Review on Enhanced Metal availability And Plant Accumulation, Sci. Agrig.
Qklinis, 2009, Kangkung. Tabloid senior No. 222 Diakses pada tanggal 15 Oktober 2015. Rismana Eriawan, 2002. Teknologi
pengolah limbah alternatif. Sinar harapan.
Syamsiah. 2009. Taksonomi Tumbuhan Tinggi. Jurusan Biologi FMIPA UNM. Makassar.
Yang, et. Al. 1998. Infact of Cd on growth and Nutrient Acumulation of Different Plant species. Chin.J.Appl.Ecol.