• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGAWASAN PREVENTIF KEUANGAN DAERAH OLEH BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN (BPKP) DI PEMERINTAH DAERAH PROVINSI LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGAWASAN PREVENTIF KEUANGAN DAERAH OLEH BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN (BPKP) DI PEMERINTAH DAERAH PROVINSI LAMPUNG"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

PENGAWASAN PREVENTIF KEUANGAN DAERAH OLEH BADAN

PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN (BPKP)

DI PEMERINTAH DAERAH PROVINSI LAMPUNG

Moch Rizky, Nurmayani, Marlia Eka Putri

Hukum Administrasi Negara, Fakultas Hukum Universitas Lampung

Jl. Prof. Soemantri Brojonegoro Nomor 1 Gedung Meneng Bandar Lampung 35145

Email: mochrizky@rocketmail.com

ABSTRAK

Kebijakan pengawasan pengelolaan keuangan daerah di Provinsi Lampung dilakukan

secara profesional, terbuka, dan bertanggungjawab. BPKP perwakilan Provinsi

Lampung melakukan pengawasan preventif keuangan daerah dalam mewujudkan

pemerintahan yang efisien dan efektif. Berdasarkan Pasal 52 Keputusan Presiden

Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan

Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana diubah

dengan Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2005 bahwa BPKP mempunyai tugas

melaksanakan tugas pemerintahan bidang pengawasan keuangan dan pembangunan.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah: (1) Bagimanakah pengawasan preventif

keuangan daerah oleh BPKP di Pemerintah Daerah Provinsi Lampung dan (2)

Faktor-faktor apakah yang menjadi penghambat dalam pengawasan preventif keuangan daerah

oleh BPKP di Pemerintah Daerah Provinsi Lampung.

Penelitian hukum ini termasuk jenis penelitian hukum normatif dan empiris. Data yang

digunakan data primer dan data sekunder yang setelah dilakukan pengolahan data

dilakukan analisis secara deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian bahwa (1) Pengawasan preventif keuangan daerah oleh BPKP di

Pemerintah Daerah Provinsi Lampung dilakukan dalam tiga hal yakni: pertama,

pengawasan preventif dengan pemberian bimbingan dan pengawasan atas

penatausahaan PAD dan Persiapan audit pengawasan. Kedua, pengawasan preventif

dengan pemantauan pelaksanaan audit pengawasan. Ketiga, pengawasan preventif

dengan pembinaan kegiatan pengawasan keuangan dan pembangunan meliputi

(2)

pengawasan preventif keuangan daerah oleh BPKP di Pemerintah Daerah Provinsi

Lampung antara lain: dalam evaluasi pengawasan preventif pengelolaan keuangan

daerah masih ditemui SKPD yang tidak memasukkan laporan realisasi, SDM

profesional masih sedikit, penetapan target tidak berdasarkan pemetaan potensi PAD,

regulasi perlu dispesifikasikan, fasilitas belum memadai dan dana operasional terbatas.

Kata Kunci: Pengawasan Preventif, Keuangan Daerah.

ABSTRACT

Control policies in the areas of financial management Lampung Province conducted in

a professional, open, and accountable. BPK representative Lampung Province

preventive monitoring local finances make government efficient and effective. Pursuant

to Article 52 of Presidential Decree No. 103 of 2001 concerning Position, Duty,

Function, Authority, Organizational Structure and Work Procedures Non Departmental

Government Institutions as amended by Presidential Decree No. 64 of 2005 that the

BPK has the task of carrying out the task of supervision of financial administration and

development.

The problem in this study were: (1) preventive Bagimanakah financial supervision by

BPK area in Lampung Province and Local Government (2) What factors are a barrier

to preventive supervision by BPK local finance in Lampung Provincial Government.

The legal research, including the type of normative and empirical legal research. The

data used primary data and secondary data after processing the data were then

analyzed using descriptive qualitative.

The results of the study that (1) the area of financial supervision by BPK preventive in

Lampung Provincial Government performed in three areas: First, preventive

supervision by providing guidance and supervision over the administration of PAD and

Preparation of audit supervision. Second, preventive supervision with monitoring the

implementation of the surveillance audits. Third, the development of preventive

supervision of financial supervision and development activities include coaching

completion audit report. (2) inhibiting factor in preventive financial control area by

BPK in Lampung Provincial Government, among others: the evaluation of preventive

supervision of the financial management areas are still encountered on education that

(3)

based on mapping the potential revenue, regulations need to be specified,inadequate

facilities and limited operational funds.

Keywords: Preventive Supervision, Regional Finance.

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebijakan-kebijakan pemerintah pusat

terutama kebijakan dalam keuangan

negara haruslah melibatkan pemerintah

daerah. Sebab, kinerja dan pengelolaan

keuangan daerah saat ini menduduki

posisi penting dalam strategi

pemberdayaan pemerintah daerah

terlebih lagi dalam mewujudkan

pelaksanaan otonomi daerah dan

mewujudkan desentralisasi yang luas,

nyata dan bertanggungjawab. Tuntutan

terhadap pengawasan pengelolaan

keuangan rakyat (publik money) secara

baik merupakan hal utama yang harus

dilakukan pemerintah dalam

mewujudkan tujuan pemerintahan yang

bersih (clean goverment), dimana

pengawasan pengelolaan keuangan

negara yang baik adalah kemampuan

mengontrol kebijakan keuangan secara

ekonomis, efisien, transparan dan

akuntabel.1

1 Dayat Hidayat. Evaluasi Kinerja dan Pengembangan Model Kelembagaan Lembaga Pengawas Daerah. Surabaya. 2008. hlm. 8

Kebijakan pengawasan pengelolaan

keuangan daerah tidak terlepas dari

kebijakan desentralisasi dan otonomi

daerah yang dilakukan dengan

menekankan pada konsekuensi

hubungan keuangan antara pemerintah

pusat dengan pemerintah daerah.

Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008

sebagai perubahan kedua atas

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintah Daerah memberikan warna

baru landasan penyelenggaraan

pemerintahan daerah.

Pengawasan keuangan di Indonesia

pada dasarnya telah dikelompokan

dalam suatu sistem pengwasan terpadu,

sehingga jelas peranan pengawasan

keuangan sebagai unsur yang harus

terpenuhi dalam manajemen

pemerintahan dan pelaksanaan

pembangunan nasional. Badan

Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan (BPKP) perwakilan

(4)

satu perwakilan dari badan pengawas

pemerintah di tingkat provinsi yang

bertanggung jawab secara langsung

kepada presiden. Dari kedudukan ini

BPKP dapat dikatakan sebagai

pemeriksa intern, namun dari sudut

pemeriksaan BPKP merupakan

pemeriksa ekstern yang senantiasa

mempertahankan sikap obyektif dan

independen. BPKP sebagai salah satu

lembaga pengawasan dalam sistem

pengawasan pemerintahan merupakan

Lembaga Pemerintah Non Departemen

(LPND) untuk menjalankan

pemeriksaan atau audit keuangan,

dalam organisasi BPKP terdapat suatu

kelompok Auditor Pemerintah. Auditor

pemerintah merupakan auditor yang

bekerja sebagai pegawai pada

bermacam unit organisasi pemerintah

yang kualifikasi untuk melaksanakan

audit terhadap seluruh instansi

pemerintah.

Tahun 2009 lalu BPKP Perwakilan

Provinsi Lampung telah melakukan

sejumlah kegiatan pengawasan dengan

cara mengaudit atas laporan keuangan

Instansi Pemerintah di Kabupaten

Lampung Tengah. BPKP Perwakilan

Provinsi Lampung mengaudit APBD

Pemerintah Kabupaten Lampung

Tengah terkait dugaan tindak pidana

korupsi APBD oleh mantan Bupati

Lampung Tengah Andy Achmad

Sampoerna Jaya, Sekkab Lampung

Tengah Musawir Subing, dan mantan

Kepala Dinas Pendapatan dan Pengelola

Keuangan. Hasil audit negara dirugikan

sebesar Rp. 28 Miliar dalam kasus

tersebut. Sementara pada Tahun 2010

lalu BPKP Perwakilan Provinsi

Lampung juga melakukan audit kasus

dugaan tindak pidana korupsi (tipikor)

dana APBD Lampung Timur di BPR

Tripanca oleh mantan Bupati Lampung

Timur Satono. Penyimpanan dana

APBD Lampung Timur sebesar Rp. 107

Miliar di Bank Perkreditan Rakyat

(BPR) Tripanca Setiadana yang telah

dilikuidasi dan menimbulkan kerugian

Negara sebesar Rp. 119,448 Miliar.

Kerugian Rp119,448 miliar itu dihitung

dari jumlah dana APBD Rp107 miliar

plus bunga sejak tahun 2005 sebesar

Rp12,448 miliar. Hasil audit tersebut

diserahkan Tim Audit BPKP ke

Kejaksaan Tinggi Lampung.

Regulasi yang baik dapat menciptakan

pelaksanaan pemerintahan yang baik

(good governance), sehingga dalam

pembuatan aturan-aturan pelaksanaan

(5)

jawab, jadi tidak hanya pihak-pihak

yang akan melaksanakan saja yang

harus mematuhi atau mengikuti

aturan-aturan tapi pihak regulator atau pembuat

aturan tidak mau mendengar, melihat

dan memperhatikan best practice

sekaligus diadakan uji publik dahulu,

setelah itu baru diimplementasikan.2

Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun

1983 menunjukkan bahwa Pemerintah

telah meletakkan struktur organisasi

BPKP sesuai dengan proporsinya dalam

konstelasi lembaga-lembaga Pemerintah

yang ada. BPKP dengan kedudukannya

yang terlepas dari semua departemen

atau lembaga sudah barang tentu dapat

melaksanakan fungsinya secara lebih

baik dan obyektif.3

Tahun 2001 dikeluarkan Keputusan

Presiden Nomor 103 tentang

Kedudukan, Tugas, Fungsi,

Kewenangan, Susunan Organisasi, dan

Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non

Departemen sebagaimana telah

beberapa kali diubah, terakhir dengan

Peraturan Presiden Nomor 64 tahun

2005. Ketentuan dalam Pasal 52

disebutkan bahwa BPKP mempunyai

2 Ibid. hlm. 11

3 Sabar Gunawan. Kajian Kinerja Lembaga Pengawasan Daerah. PKP2A I LAN. Bandung. 2007. hlm. 23

tugas melaksanakan tugas pemerintahan

di bidang pengawasan keuangan dan

pembangunan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Pendekatan yang dilakukan BPKP

perwakilan Provinsi Lampung

diarahkan lebih bersifat preventif atau

pembinaan. BPKP perwakilan Provinsi

Lampung menegaskan tugas pokoknya

pada pengembangan fungsi preventif.

Hasil pengawasan preventif

(pencegahan) dijadikan model sistem

manajemen dalam rangka kegiatan yang

bersifat pre-emptive. Apabila setelah

hasil pengawasan preventif dianalisis

terdapat indikasi perlunya audit yang

mendalam, dilakukan pengawasan

represif non justisia. Pengawasan

represif non justisia digunakan sebagai

dasar untuk membangun sistem

manajemen pemerintah yang lebih baik

untuk mencegah moral hazard atau

potensi penyimpangan (fraud).

Pengawasan yang dilakukan BPKP

Perwakilan Provinsi Lampung bertujuan

untuk menghindari dan mencegah

adanya kemungkinan penyelewengan

atau penyimpangan atas tujuan yang

(6)

Dalam kaitannya dengan keuangan

negara, pengawasan ditujukan untuk

menghindari terjadinya korupsi,

penyelewengan, dan pemborosan

anggaran negara yang tertuju pada

aparatur atau pegawai negeri, atau

lembaga negara/lembaga pemerintahan

yang mengelola APBD. Dalam

menjalankan tugas dan fungsinya BPKP

Perwakilan Provinsi Lampung masih

menemui beberapa hambatan yang

brpengaruh terhadap BPKP dalam

keefektifan melakakukan pengawasan

keuangan daerah.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah

penulis uraikan, maka yang menjadi

permasalahan dalam penelitian ini

adalah:

a) Bagimanakah Pengawasan Preventif

Keuangan Daerah oleh Badan

Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan (BPKP) di

Pemerintah Daerah Provinsi

Lampung?

b) Faktor-faktor apakah yang menjadi

penghambat dalam Pengawasan

Preventif Keuangan Daerah oleh

Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan (BPKP) di

Pemerintah Daerah Provinsi

Lampung?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui pengawasan

preventif keuangan daerah oleh

Badan Pengawasan Keuangan

dan Pembangunan (BPKP) di

Pemerintah Daerah Provinsi

Lampung.

b. Untuk mengetahui faktor-faktor

yang menjadi penghambat

pengawasan preventif keuangan

daerah oleh Badan Pengawasan

Keuangan dan Pembangunan

(BPKP) di Pemerintah Daerah

Provinsi Lampung.

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pengawasan

Pengawasan secara umum merupakan

suatu bentuk pemeriksaan atau

pengontrolan dari pihak yang lebih atas

kepada pihak yang dibawahnya. Istilah

pengawasan dalam bahasa indonesia

asal katanya adalah “awas” sehingga

(7)

mengawasi, dalam arti melihat sesuatu

dengan seksama.

Pengertian pengawasan sebagaimana

diungkapkan oleh Sarwoto antara lain

pengawasan adalah kegiatan manajer

yang mengusahakan agar

pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan

rencana yang ditetapkan dan atau hasil

yang dikehendaki. Sedangkan menurut

George R. Terry mengungkapkan

pengertian pengawasan adalah

pengawasan adalah untuk menetukan

apa yang telah dicapai, mengadakan

evaluasi atasnya, dan untuk menjamin

agar hasilnya sesuai dengan rencana.4

2.3. Macam-macam Pengawasan

Ada beberapa bentuk pengawasan,

antara lain:

1). Pengawasan Langsung dan Tidak

Langsung

a). Pengawasan Langsung

Pengawasan langsung adalah

pengawasan yang dilakukan secara

pribadi oleh pimpinan atau pengawas

dengan mengamati, meneliti

memeriksa, mengecek sendiri secara on

the spot di tempat kegiatan. Hal ini

dilakukan dengan inspeksi.

4 Irfan Ridwan Maksum. Pengawasan Internal Daerah Otonom. Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi, Bisnis & Birokrasi, Vol. 14, No. 4 (Desember). 2006. hlm. 21

b). Pengawasan Tidak Langsung

Pengawasan tidak langsung diadakan

dengan mempelajari laporan yang

diterima dari pelaksana baik lisan

maupun tertulis, mempelajari pendapat

masyarakat dan sebagainya tanpa

pengawasan on the spot.

2). Pengawasan Represif dan Preventif

a). Pengawasan Represif

Pengawasan represif, yaitu pengawasan

yang dilakukan kemudian,

keputusan-keputusan badan-badan yang bertingkat

lebih rendah akan dicabut kemudian

apabila bertentengan dengan

undang-undang atau kepentingan umum.

b). Pengawasan Preventif

Pengawasan preventif, yaitu

pengawasan yang dilakukan

sebelumnya atau pengawasan terhadap

keputusan-keputusan dari aparat

pemerintah yang lebih rendah yang

dilakukan sebelumnya. Pengawasan

preventif merupakan suatu proses untuk

menentukan apa yang harus dikerjakan,

apa yang sedang dikerjakan, nilai proses

dan hasil pelaksanaan pekerjaan atau

tugas, melakukan koreksi-koreksi atas

kesalahan-kesalahan atau sesuai rencana

sebagainya.

Pengawasan preventif terhadap laporan

(8)

pendapat yang obyektif, profesional

dan independen mengenai kesesuaian

laporan keuangan obyek pemeriksaan

dengan standar akuntansi yang berlaku

yang telah ditetapkan secara konsisten

dibandingkan dengan laporan

keuangan pada tahun-tahun

sebelumnya. Pengawas/auditor dalam

menjalankan tugasnya yaitu melakukan

pengawasan dan pemeriksaan

keuangan harus berdasar prinsip

akuntansi berterima umum yang

berlaku. Pemeriksaan keuangan juga

mencakup pengawasan mengenai

ketaatan obyek pemeriksaan kepada

peraturan perundangan yang mendasari

transaksi/kejadian yang mempunyai

pengaruh material terhadap laporan

keuangan yang diawasi.

Ruang lingkup pengawasan preventif

merupakan suatu batasan-batasan yang

harus dipatuhi dalam setiap pelaksanaan

pengawasan pemeriksaan atau audit.

Lingkup pemeriksaan ini bertujuan

menetapkan luasnya pemeriksaan yang

menjadi tanggung jawab auditor dan

menyerahkan hasil pemeriksaan yang

dikehendaki. Dalam audit laporan

keuangan, ruang lingkup yang harus

dipatuhi adalah hanya terbatas pada

laporan keuangan dari badan usaha

yang diaudit.

2.5. Pegawasan Keuangan daerah

Pengawasan Keuangan daerah bertujuan

untuk memberikan pendapat yang

obyektif, profesional dan independen

mengenai kesesuaian laporan keuangan

obyek pemeriksaan dengan standar

akuntansi yang berlaku yang telah

ditetapkan secara konsisten

dibandingkan dengan laporan keuangan

pada tahun-tahun sebelumnya. Seorang

auditor dalam menjalankan tugasnya

yaitu melakukan pengawasan keuangan

daerah harus berdasar prinsip akuntansi

berterima umum yang berlaku.

Pengawasan keuangan daerah juga

mencakup pemeriksaan mengenai

ketaatan obyek pemeriksaan kepada

peraturan perundangan yang mendasari

transaksi/kejadian yang mempunyai

pengaruh material terhadap laporan

keuangan yang diperiksa.5

2.6. Badan Pengawasan Keuangan

dan Pembangunan (BPKP)

Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan (BPKP) adalah Lembaga

pemerintah non-kementerian Indonesia

yang melaksanakan tugas pemerintahan

(9)

di bidang pengawasan keuangan dan

pembangunan yang berupa Audit,

Konsultasi, Asistensi, Evaluasi,

Pemberantasan KKN serta Pendidikan

dan Pelatihan Pengawasan sesuai

dengan peraturan yang berlaku.

Hasil pengawasan keuangan dan

pembangunan dilaporkan kepada

Presiden selaku kepala pemerintahan

sebagai bahan pertimbangan untuk

menetapkan kebijakan-kebijakan dalam

menjalankan pemerintahan dan

memenuhi kewajiban akuntabilitasnya.

Hasil pengawasan BPKP juga

diperlukan oleh para penyelenggara

pemerintahan lainnya termasuk

pemerintah provinsi dan kabupaten/kota

dalam pencapaian dan peningkatan

kinerja instansi yang dipimpinnya.

II. METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan Masalah

Pendekatan yang digunakan dalarn

penelitian ini di lakukan dengan dua

cara yaitu pendekatan masalah normatif

dan empiris. Pendekatan normatif yaitu

pendekatan mengkaji hukum yang di

konsepkan sebagai norma atau kaidah

yang berlaku dalam masyarakat, dan

menjadi acuan prilaku setiap orang.

Norma hukum yang berlaku itu berupa

norma hukum positif tertulis bentukan

lembaga perundang-undangan,

kodifikasi, Undang-Undang, Peraturan

Pemerintah dan seterusnya dan norma

hukum tertulis buatan pihak-pihak yang

berkepentingan (dokumen hukum,

laporan hukum, catatan hukum, dan

Rancangan Undang-Undang).

Pendekatan Empiris yaitu pendekatan

yang dilakukan dengan cara melakukan

penelitian langsung di lapangan (field

research) berdasarkan fakta yang ada6.

Pendekatan yuridis empiris melalui

penelitian lapangan yang dilakukan

untuk mempelajari hukum dalam

kenyataan baik berupa penilaian,

perilaku, pendapat, sikap yang berkaitan

dengan pengawasan preventif keuangan

daerah oleh Badan Pengawasan

Keuangan dan Pembangunan (BPKP) di

Pemerintah Daerah Provinsi Lampung.

3.2. Sumber Data

Data berdasarkan dari sumbernya dapat

dibedakan antara data yang diperoleh

langsung dari masyarakat dan data yang

diperoleh dari bahan pustaka. Data yang

(10)

dipergunakan dalam penelitian ini

berupa data primer dan data sekunder.

3.2.1. Data Primer

Data primer adalah kumpulan data yang

diperoleh dari hasil penelitian yang

dilaksanakan secara langsung pada

objek penelitian yang di peroleh dari

studi lapangan (Field Research)

dilakukan dengan cara observasi dan

wawancara dengan informan dari Badan

Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan (BPKP) Perwakilan

Provinsi Lampung dan informan dari

Dinas Pendapatan dan Pengelolaan

Keuangan Asli Daerah (DPPKAD)

Provinsi Lampung.

3.2.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari bahan

literatur kepustakaan (Library

Research) dengan melakukan studi

dokumen, arsip yang bersifat teoritis,

konsep-konsep, doktrin dan asas-asas

hukum yang berkaitan dengan pokok

cara mengutip dan menelaah peraturan

perundang-undangan, teori-teori dari

para ahli hukum, kamus hukum, serta

artikel ilmiah. Menurut Soerjono

Soekanto menjelaskan bahwa data

sekunder, yaitu data yang diperoleh dari

studi kepustakaan dengan cara

membaca, mengutip dan menelaah

peraturan perundang-undangan,

buku-buku, dokumen, kamus, artikel dan

literatur hukum lainnya yang berkenaan

dengan permasalahan yang akan

dibahas7. Adapun data sekunder dalam

penelitian ini terdiri dari:

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan

hukum yang mempunyai kekuatan

hukum yang mengikat berupa

peraturan perundang-undangan.

b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan

hukum yang diperoleh dari studi

kepustakaan yang berupa

literatur-literatur yang ada kaitannya dengan

permasalahan hukum yang ditulis.

c. Bahan hukum tersier yaitu bahan

hukum yang memberikan petunjuk

maupun penjelasan terhadap bahan

hukum primer dan bahan hukum

sekunder yang lebih dikenal dengan

nama acuan bidang hukum,

misalnya kamus hukum, indeks

majalah hukum dan lain-lain.

3.3. Prosedur Pengumpulan dan

Pengolahan Data

3.3.1. Prosedur Pengumpulan Data

a. Studi Pustaka

(11)

Studi kepustakaan merupakan

serangkaian kegiatan yang dilakukan

penulis dengan maksud untuk

memperoleh data sekunder dengan cara

membaca, mencatat dan mengutip dari

berbagai literatur, perundang-undangan,

buku-buku, media massa dan bahasa

tertulis lainnya yang ada hubungannya

dengan penelitian yang dilakukan.

b. Studi Lapangan

Studi lapangan merupakan penelitian

yang dilakukan dengan cara wawancara

(interview) yaitu sebagai usaha

mengumpulkan data dengan

mengajukan pertanyaan secara lisan,

maupun dengan menggunakan pedoman

pertanyaan secara tertulis untuk

mendapatkan jawaban.

3.3.2. Prosedur Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, baik studi

kepustakaan maupun studi lapangan,

maka data diproses melalui pengolahan

data dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

a) Editing yaitu data yang diperoleh

diolah dengan cara pemilahan data

dengan cermat dan selektif sehingga

diperoleh data yang relevan dengan

pokok masalah.

b) Evaluasi yaitu menentukan nilai

terhadap data-data yang telah

terkumpul.

c) Klasifikasi data, yaitu menempatkan

data menurut kelompok-kelompok

yang ditentukan sehingga diperoleh

data yang obyektif dan sistematis

sesuai dengan penelitian yang

dilakukan.

d) Sistematika data yaitu penyusunan

data berdasarkan urutan data

ditentukan dan sesuai dengan pokok

bahasan secara sistematis

e) Penyusunan data yaitu menyusun

data secara sistematis menurut data

urutan pokok bahasan yang telah

ditentukan dengan maksud untuk

memudahkan dalam menganalisis

data.

3.4. Analisis Data

Data yang telah diolah, dianalisis

dengan menggunakan cara deskriptif

kualitatif maksudnya adalah analisis

data yang dilakukan dengan

menjabarkan secara rinci kenyataan atau

keadaan atas suatu objek dalam bentuk

kalimat guna memberikan gambaran

yang lebih jelas terhadap permasalahan

yang diajukan sehingga memudahkan

untuk dirangkum pembahasan pada

(12)

III. HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

3.1. Pengawasan Preventif Keuangan

Daerah oleh Badan Pengawasan

Keuangan dan Pembangunan

(BPKP) di Pemerintah Daerah

Provinsi Lampung

Perwakilan BPKP Provinsi Lampung

mempunyai wewenang untuk

melaksanakan pengawasan preventif

yang bersifat audit atas pengelolaan

keuangan daerah. Salah satu

pengawasan preventif yang dilakukan

Bidang Akuntan Negara adalah

melaksanakan audit laporan keuangan

daerah di Pemerintah daerah Provinsi

Lampung. Prosedur pelaksanaan

pengawasan preventif ini meliputi

beberapa tahap sebagai berikut:

a. Pemberian bimbingan, meliputi:

1) Pemberian bimbingan dan

pengawasan atas penatausahaan

Pendapatan Asli Daerah (PAD);

2) Persiapan audit pengawasan

BPKP perwakilan Provinsi

Lampung.

b. Pemantauan, meliputi:

1) Pemantauan pelaksanaan audit

pengawasan BPKP perwakilan

Provinsi Lampung.

c. Pembinaan terhadap kegiatan

pengawasan keuangan dan

pembangunan, meliputi:

1) Pembinaan penyelesaian laporan

hasil audit kegiatan pengawasan

keuangan dan pembangunan

BPKP perwakilan Provinsi

Lampung.;

2) Pembinaan penggunaan kendali

mutu dalam pengawasan

preventif dan prosedur

pengawasan preventif keuangan

daerah.

a. Pemberian Bimbingan sebagai

Pengawasan Preventif Keuangan

Daerah oleh BPKP di Pemerintah

Daerah Provinsi Lampung

1). Bimbingan Pengawasan atas

Penatausahaan Pendapatan Asli

Daerah (PAD) di Pemerintah

Daerah Provinsi Lampung

Pemberian bimbingan penatausahaan

PAD oleh BPKP perwakilan Provinsi

Lampung berkoordinasi dengan Dinas

Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan

(13)

Lampung. Pemberian bimbingan

penatausahaan PAD difokuskan pada

Bidang Akuntansi dan Anggaran

DPPKAD. Dalam memberikan

bimbingan penatausahaan PAD maka

BPKP tetap mengamati keterkaitannya

dengan bidang atau seksi lain dalam

lembaga DPPKAD Provinsi Lampung.

BPKP memfokusakan pemberian

bimbingan penatausahaan PAD pada

bidang akuntansi dan anggaran

didasarkan pada tugas pokok bidang

akuntansi dan anggaran DPPKAD

Provinsi Lampung melakukan

pengawasan dan koordinasi atas

penatausahaan dan pelaporan keuangan

pemerintah daerah terhadap pelaksanaan

APBD, termasuk di dalamnya jenis

PAD sebagai salah satu komponen

Keuangan Daerah dalam struktur APBD

setiap tahun anggaran. Pencatatan dan

pelaporan adalah bentuk pengawasan

yang dilakukan Bidang Akuntansi dan

Anggaran berdasarkan kewenangannya.

Pencatatan itu meliputi data target dan

realisasi PAD setiap tahun anggaran,

laporan realisasi yang dimasukkan oleh

petugas Unit Pelaksana Teknis Daerah

(UPTD), laporan realisasi setiap Satuan

Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

pengelola PAD, termasuk laporan

keuangan dari jenis PAD pada bidang

perbendaharaan.

2). Pemberian Bimbingan untuk

Persiapan Audit Pengawasan BPKP

di Pemerintah Daerah Provinsi

Lampung

Tahap pemebrian bimbingan untuk

persiapan audit pengawasan di

Pemerintah Daerah Provinsi Lampung,

tim fungsional pengawas/auditor BPKP

menyiapkan berkas-berkas berupa surat

tugas, yang berisi nama tim yang

diserahi tugas untuk memeriksa suatu

objek audit dan lama waktu proses audit

pengawasan. Setelah berkas surat tugas

diterima tim, pemberian bimbingan

persiapan audit pengawasan dapat

segera dilakukan. Langkah-langkah

yang dilakukan tim audit pada tahap

pemberian bimbingan untuk persiapan

audit pengawasan terdiri dari :

a) Pemberian bimbingan dalam

pemeriksaan untuk pertama kali

(Initial Audit)

1). Ketua tim bersama-sama

pengawas pemeriksaan

mengadakan pembicaraan

dengan Bidang Akuntansi dan

Anggaran DPPKAD Provinsi

Lampung.

2). Tim BPKP mengumpulkan

(14)

kegiatan instansi DPPKAD

antara lain operasional, struktur

organisasi, pedoman akuntansi

serta kebijaksanaan

akuntansinya, dan persoalan

khusus yang perlu.

3). Tim BPKP melakukan

bimbingan dan penilaian

terhadap sistem pengendalian

intern obyek pemeriksaan. Ketua

tim menyusun program

pemeriksaan berdasarkan hasil

penilaian sistem pengendalian

intern.

b) Pemberian bimbingan dalam

pemeriksaan ulangan (Repeat Audit)

1). Tim BPKP mempelajari KKA

permanen (permanent data) dan

KKA tidak permanen (current

data) tahun pemeriksaan

terakhir.

2). Ketua tim bersama-sama

pengawas pemeriksaan

mengadakan pembicaraan

dengan Bidang Akuntansi dan

Anggaran DPPKAD Provinsi

Lampung (apabila sangat

penting dipimpin langsung oleh

penanggung-jawab).

3). Tim BPKP melakukan review

dan penilaian serta memberikan

arahan terhadap sistem

pengendalian intern dan

program pemeriksaan keuangan

daerah yang telah dipersiapkan

oleh tim pemeriksaan.

b. Pemantauan sebagai Pengawasan

Preventif Keuangan Daerah oleh

BPKP di Pemerintah Daerah

Provinsi Lampung

1). Pemantauan Pelaksanaan Audit

Pengawasan BPKP di Pemerintah

Daerah Provinsi Lampung

BPKP melaksanakan pengawasan

preventif yang bersifat audit atas

pengelolaan keuangan daerah di

Pemerintah daerah Provinsi Lampung

salah satunya adalah pemantauan

pelaksanaan audit pengawasan di

pemerintah daerah Provinsi Lampung.

Adapun langkah-langkah pemantauan

pelaksanaan audit pengawasan sebagai

berikut :

1) Ketua tim bersama para pelaksana

lainnya melaksanakan prosedur

pemantauan audit sesuai dengan

program audit.

2) Hasil pemantauan pelaksanaan audit

pengawasan dituangkan dalam

(15)

3) Pengawas audit secara berkala

mengawasi proses audit yang

dilakukan oleh tim audit serta

memberikan pengarahan dan

pembinaan seperlunya.

4) Pengawas audit didampingi oleh

ketua tim membicarakan koreksi

hasil audit dengan pemimpin objek

yang di audit.

5) Setelah program audit selesai

dilaksanakan dan KKA dilakukan

review seluruhnya, ketua tim

berdasarkan KKA menyusun konsep

Laporan Akuntan (LA).

6) Konsep LA Diserahkan oleh ketua

tim kepada pengawas audit disertai

KKA.

7) Pada saat akhir pemantauan

pelaksanaan audit pengawasan,

ketua tim bersama-sama anggota tim

harus melakukan review dan menilai

sistem pengendalian intern yang

berlaku pada tahun buku berjalan

serta menyusun program audit untuk

Keperluan audit umum berikutnya.

c. Pembinaan terhadap Kegiatan

Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan sebagai

Pengawasan Preventif Keuangan

Daerah oleh BPKP di Pemerintah

Daerah Provinsi Lampung

1). Pembinaan terhadap Penyelesaian

Laporan Hasil Audit Pengawasan

BPKP di Pemerintah Daerah

Provinsi Lampung

Pembinaan terhadap penyelesaian

laporan hasil audit pengawasan

merupakan penjelasan rinci auditor atas

laporan keuangan dari objek audit.

Tujuan utama dalam pembinaan

terhadap penyelesaian laporan hasil

audit pengawasan antara lain :

a) Memberikan pembinaan terhadap

akuntan atas kelayakan laporan

keuangan secara keseluruhan dan

informasi tambahan yang disajikan

oleh manajemen.

b) Memberikan bahan kepada menteri

untuk pengesahan laporan keuangan

dan pembebasan tanggung jawab

manajemen.

c) Memberikan pembinaan atas

gambaran kondisi keuangan daerah

dan bahan-bahan lainnya kepada

pemerintah dalam rangka

menentukan kebijaksanaan

pembinaan dan pengawasan instansi

pemerintah daerah.

Adapun langkah-langkah dalam

pembinaan penyelesaian laporan hasil

(16)

a). Pejabat Pembina audit mereview

konsep laporan hasil audit

pengawasan dan

menghubungkannya dengan kertas

kerja audit.

b). Pejabat Pembina audit mereview

konsep laporan hasil audit

pengawasan kepada

penanggungjawab.

c). Penanggung jawab mereview

konsep laporan hasil audit

pengawasan.

d). Pembinaan penyusunan konsep

laporan hasil audit pengawasan

kemudian dibicarakan dengan

pemimpin objek yang di audit oleh

penanggung jawab atau petugas

yang ditunjuk.

e). Konsep laporan hasil audit

pengawasan setelah disetujui

penanggung jawab diproses lebih

lanjut sampai pembinaan laporan

hasil audit pengawasan selesai.

3.2. Faktor-faktor penghambat

dalam Pengawasan Preventif

Keuangan Daerah oleh Badan

Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan (BPKP) di

Pemerintah Daerah Provinsi

Lampung

Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan (BPKP) Perwakilan

Daerah Lampung menjelaskan bahwa

beberapa faktor yang menjadi

penghambat bagi BPKP perwakilan

Provinsi Lampung dalam pengawasan

preventif keuangan daerah yaitu:

1) Dalam evaluasi pengawasan

preventif pengelolaan keuangan

daerah masih ditemui SKPD yang

tidak memasukkan laporan realisasi.

Selain itu, data realisasi penerimaan

tidak sesuai dengan data realisasi

penerimaan di DPRD sehingga

DPPKAD dalam hal ini Bidang

Pendapatan harus mengidentifikasi

letak masalahnya melalui rapat

evaluasi/rekonsiliasi sebagai data

awal untuk kemudian ditentukan

langkah-langkah penyelesaiannya.

Selain itu, laporan yang masuk

terkadang terjadi perbedaan.

Misalnya, laporan yang dimasukkan

SKPD pengelola PAD dengan

laporan UPTD berbeda dalam

nominal. Untuk itu, DPPKAD harus

menyesuaikan atau mencocokkan

data tersebut, jika tidak cocok,

diidentifikasi permasalahannya.

2) Penetapan target tidak berdasarkan

pemetaan potensi PAD. Sebagai

(17)

pemerintah daerah Provinsi

Lampung menargetkan PAD sebesar

Rp. 46 M dan yang terealisasi hanya

Rp 23,5 M. Ini berarti terjadi

ketimpangan yang sangat besar.

Untuk itu, perlu adanya penetapan

ulang sesuai dengan perhitungan ril

di lapangan.

3) Sumber Daya Manusia profesional

yang masih sedikit dan tunjangan

masih rendah sehingga

mempengaruhi kedisiplinan kinerja.

4) Regulasi yang belum tepat dan

masih perlu dispesifikasikan.

Sebagai contoh, dalam hal

pengawasan keuangan daerah dari

sumber kebijakan retribusi, tidak

jarang SKPD seperti Dinas Perindag

melakukan kegiatan pemungutan

pada objek retribusi yang sama

dengan SKPD lain. Padahal

masing-masing memiliki ruang kerja yang

jelas berbeda. Oleh karena itu, perlu

adanya pengorganisasian kembali

dalam instansi pemerintah daerah

Provinsi Lampung.

5) Tingkat kesadaran masyarakat

masih sangat rendah dalam hal pro

aktif membantu pengawasan

keuangan daerah. Solusi sosialisasi

dan regulasi harus tepat (penetapan

ulang).

6) Fasilitas tidak memadai seperti

perangkat lunak dan dana

operasional yang masih sangat

terbatas.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Dari penelitian yang dilakukan maka

peneliti menyimpulkan sebagai berikut:

1) Pengawasan Preventif Keuangan

Daerah oleh Badan Pengawasan

Keuangan dan Pembangunan

(BPKP) di Pemerintah Daerah

Provinsi Lampung dilakukan dalam

tiga hal yakni: pertama, pengawasan

preventif dengan pemberian

bimbingan yang meliputi tugas

bimbingan dan pengawasan atas

penatausahaan Pendapatan Asli

Daerah dan Persiapan audit

pengawasan BPKP perwakilan

Provinsi Lampung (terdiri dari:

penugasan, penilaian resiko

penugasan, pemahaman objek audit,

review dan penilaian sistem

(18)

program audit pengawasan). Kedua,

pengawasan preventif dengan

pemantauan yang meliputi tugas

pemantauan pelaksanaan audit

pengawasan BPKP perwakilan

Provinsi Lampung (terdiri dari:

pelaksanaaan program audit,

Pembuatan Kertas Kerja

Audit/KKA, review KKA,

penyusunann konsep Laporan

Akuntan/LA). Ketiga, pengawasan

preventif dengan pembinaan

terhadap kegiatan pengawasan

keuangan dan pembangunan yang

meliputi tugas pembinaan

penyelesaian laporan hasil audit

kegiatan pengawasan keuangan dan

pembangunan BPKP perwakilan

Provinsi Lampung dan pembinaan

penggunaan kendali mutu dalam

pengawasan preventif (terdiri dari:

rapat evaluasi dan laporan

pembinaan hasil audit pengawasan

bersama DPPKAD, review

pembinaan konsep Laporan

Akuntan/LA, pembicaraan dan

pembinaan konsep Laporan

Akuntan/LA dengan pimpinan objek

audit DPPKAD, konsep Laporan

Akuntan/LA disetujui kemudian

dilakukan pembinaan

berkelanjutan).

2) Faktor-faktor yang menjadi

penghambat dalam Pengawasan

Preventif Keuangan Daerah oleh

Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan (BPKP) di

Pemerintah Daerah Provinsi

Lampung antara lain:

a) Dalam evaluasi pengawasan

preventif pengelolaan keuangan

daerah masih ditemui SKPD

yang tidak memasukkan laporan

realisasi.

b) Penetapan target tidak

berdasarkan pemetaan potensi

PAD.

c) Sumber Daya Manusia

profesional yang masih sedikit

dan tunjangan masih rendah

sehingga mempengaruhi

kedisiplinan kinerja.

d) Regulasi yang belum tepat dan

masih perlu dispesifikasikan.

e) Tingkat kesadaran masyarakat

masih sangat rendah dalam hal

pro aktif membantu pengawasan

keuangan daerah.

f) Fasilitas tidak memadai seperti

perangkat lunak dan dana

operasional yang masih sangat

(19)

5.2. Saran

1) Sebaiknya kantor Perwakilan BPKP

Provinsi Lampung dalam Pemberian

bimbingan, Pemantauan, dan

Pembinaan terhadap kegiatan

pengawasan keuangan dan

pembangunan dapat

mengembangkan sistem informasi

dan prosedur pengelolaan kegiatan

pengawasan seiring dengan

kemajuan teknologi agar lebih

efektif dalam melakukan pengawasn

preventif keuangan daerah.

2) Berdasarkan fungsi dan tugasnya

yang begitu penting, sebaiknya

BPKP dapat meningkatkan

sosialisasi kepada masyarakat

bahwa peranan BPKP sebagai

pembina, penggerak dan pelaksana

pengawasan terhadap keuangan dan

pembangunan yang dilakukan oleh

pemerintah.

DAFTAR PUSTAKA

Buku/Literatur:

Devas, et. al. 2001. Keuangan

Pemerintah Daerah di

Indonesia. UI Press. Jakarta.

Djaenuri, Aries. 2005. Hubungan

Keuangan Pusat-Daerah.

Makalah. IIP Jakarta.

Hidayat, Dayat. 2008. Evaluasi Kinerja

dan Pengembangan Model

Kelembagaan Lembaga

Pengawas Daerah. Surabaya.

Muhammad, Abdulkadir. 2004. Hukum

dan Penelitian Hukum. Citra

Aditya. Bandung.

Sedarmayanti. 2011. Good Gavernance

(Kepemerintahan Yang Baik)

Dalam Rangka Otonomi

Daerah. Mandar Maju.

Bandung.

Soejito, lrwan. 1990. Hubangan

Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah. Rineka

Cipta. Jakarta.

Perundang-Undangan:

Undang-Undang Dasar Republik

(20)

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008

sebagai perubahan kedua atas

Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang

Pemerintah Daerah.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003

tentang Keuangan Negara.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004

tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah

dengan Pemerintah Daerah.

Peraturan Presiden Republik Indonesia

Nomor 64 Tahun 2005 tentang

Kedudukan, Tugas Fungsi,

Kewenangan, Susunan

Organisasi dan Tata Kerja

Lembaga Pemerintah Non

Departemen.

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun

2008 tentang Sistem

Pengendalian Internal

Referensi

Dokumen terkait

Investasi fisik atau PMTB sangat diandalkan sebagai salah satu sumber pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan PMDN ke Jawa Barat selama dua tahun terakhir menurun. Namun

Untuk mencapai tahapan ikhlas yang tertinggi ini bukan sesuatu yang mudah untuk diraih, tetapi setiap manusia harus berupaya dan berusaha agar dapat mencapainya,

Demikian undangan ini atas perhatian dan partisipasinya kami ucapkan terima kasih. POKJA PENGADAAN BELANJA BAHAN

Seiring dengan ucapan syukur ke hadirat TYME yang telah memberikan berkat dan restunya hingga saat ini saya dapat menyelesaikan Tesis ini, karya ini saya persembahkan

Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa dengan meningkatnya persentase Lumpur Bakar dalam total binder, akan menurunkan nilai kuat tekan yang

Menimbang : bahwa setelah diadakan pembahasan terhadap Rancangan Peraturan Desa Kedaton Kecamatan Kapas Kabupaten Bojonegoro tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gaya bahasa kiasan yang terdapat dalam kumpulan cerita pendek Roro Mendut & Atmo karya Besar S.W. terdiri atas delapan jenis, meliputi gaya

I certify that this research paper entitled “ Turn-taking Patterns and the Functions of Overlaps in Conversations ” which is submitted in partial. fulfillment of