• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KREDIT PEMBIAYAAN DALAM PERBANKAN A. Tinjauan Umum Tentang Kredit - Aspek Yuridis Pemberian Pembiayaan Modal Kerja pada Perbankan Syariah dengan Menggunakan Akad Mudharabah (Studi pada Bank Syariah Mandiri Cabang Medan Utama)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KREDIT PEMBIAYAAN DALAM PERBANKAN A. Tinjauan Umum Tentang Kredit - Aspek Yuridis Pemberian Pembiayaan Modal Kerja pada Perbankan Syariah dengan Menggunakan Akad Mudharabah (Studi pada Bank Syariah Mandiri Cabang Medan Utama)"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KREDIT PEMBIAYAAN DALAM PERBANKAN

A. Tinjauan Umum Tentang Kredit

Istilah kredit maupun pembiayaan sudah bukan kata yang asing lagi bagi masyarakat awam pada umumnya. Karena sebagian besar orang sudah mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan saat ini jarang sekali orang melakukan tindakan pembelian secara tunai apabila harga dari kebutuhan itu terbilang mahal. Seorang ibu rumah tangga menggunakan kredit untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, seorang pegawai melakukan atau memperoleh kredit untuk membeli kendaraan bermotor dan sebagainya. Sebagian besar orang menganggap kata kredit sebagai suatu sarana untuk memperoleh barang kebutuhan dengan cara menyicil atau mengangsur, tidak secara tunai. Mempunyai suatu ketetapan harga angsuran dan jangka waktu pembayaran. Pengertian tersebut tidaklah salah.

Secara etimologis istilah kredit berasal dari bahasa latin, credere, yang berarti kepercayaan.12

12

Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2008, hlm. 57

(2)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, salah satu pengertian kredit adalah pinjaman uang dengan pembayaran pengembalian secara mengangsur atau pinjaman sampai batas jumlah tertentu yang diizinkan oleh bank atau badan lain.13

Dalam perjanjian ini, pihak yang meminjamkan tidak boleh meminta kembali barang yang dipinjamkan sebelum jangka waktu yang diperjanjikan terakhir.

Makna kredit yang di pahami tersebut sesungguhnya sangat bermuatan hukum. Masalah kredit ini dikenal sebagai perjanjian pinjam pengganti yang diatur dalam buku ketiga bab ketiga belas tentang pinjam-meminjam. Dalam pasal 1754 KUH Perdata, disebutkan pengertian dari pinjam-meminjam yaitu :

Pinjam meminjam adalah persetujuan dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang menghabis karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang belakangan ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama pula.

14

Selanjutnya pula si peminjam berkewajiban membayar bunga, karena undang-undang memperbolehkan memperjanjikan bunga atas peminjaman uang atau lain barang yang menghabis karena pemakaian.15

Dalam Pasal 1 butir 11 UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (selanjutnya disebut Undang-Undang tentang Perbankan) dirumuskan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

13

Yandianto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, M2S Bandung, Bandung, 2000, hlm. 285 14

Pasal 1759 KUH Perdata 15

(3)

Berdasarkan pengertian diatas menunjukkan bahwa prestasi yang wajib dilakukan oleh debitor atas kredit yang diberikan kepadanya adalah tidak semata-mata melunasi utangnya tetapi juga disertai dengan bunga sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati sebelumnya.

Seperti yang telah dibahas dalam bab sebelumnya bahwasanya dalam perbankan syariah sistem bunga bank dihindari untuk menjauhkan dari riba yang hukumnya jelas-jelas haram. Karena itu perbankan syariah menyebut kredit dengan istilah pembiayaan. Pembiayaan selalu berkaitan dengan aktivitas bisnis. Bisnis adalah aktivitas yang mengarah pada peningkatan nilai tambah melalui proses penyerahan jasa, perdagangan, atau pengolahan barang (produksi)16

Pembiayaan atau financing, yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan.

. Jika pelaku tidak memiliki modal secara cukup, maka ia akan berhubungan dengan pihak lain, seperti bank, untuk mendapat suntikan dana, dengan melakukan pembiayaan.

17

16

Veithzal Rivai, Op.Cit, hlm. 681 17

Ibid

(4)

Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu.

Dari rumusan kedua istilah kredit tersebut, perbedaannya terletak pada bentuk kontra-prestasi yang akan diberikan nasabah peminjam dana (debitor) kepada bank (kreditor) atas pemberian kredit atau pembiayaannya. Pada bank konvensional, kontra prestasinya berupa bunga, sedangkan bank syariah kontra prestasinya dapat berupa imbalan atau bagi hasil sesuai dengan persetujuan atau kesepakatan bersama.

Baik kredit maupun pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, sama-sama menyediakan uang atau tagihan atas dasar persetujuan atau kesepakatan bersama antara pihak bank dan pihak lain dengan kewajiban pihak peminjam atau pihak yang dibiayai untuk melunasi utangnya atau mengembalikannya beserta bunga, imbalan, atau bagi hasil dalam tenggang waktu yang telah disepakati bersama.18

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan unsur-unsur yang terdapat di dalam kreditor yaitu:

19

1. Kepercayaan; yaitu adanya keyakinan dari pihak bank atas prestasi yang diberikannya kepada nasabah peminjam dana yang akan dilunasinya sesuai dengan diperjanjikan pada waktu tertentu;

2. Waktu; adanya jangka waktu tertentu antara pemberian kredit dan pelunasannya; jangka waktu tersebut sebelumnya terlebih dahulu

18

Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001, hlm 237

19

(5)

disetujui atau disepakati bersama antara pihak bank dan nasabah peminjam dana;

3. Prestasi; yaitu adanya objek tertentu berupa prestasi dan kontra prestasi pada saat tercapainya persetujuan atau kesepakatan perjanjian pemberian kredit antara bank dan nasabah peminjam dana berupa uang dan bunga atau imbalan;

4. Risiko; yaitu adanya risiko yang mungkin akan terjadi selama jangka waktu antara pemberian dan pelunasan kredit tersebut, sehingga untuk mengamankan pemberian kredit dan menutup kemungkinan terjadinya wanprestasi dari nasabah peminjam dana, maka diadakanlah pengikatan jaminan dan agunan.

Dari pengertian-pengertian kredit yang telah disebutkan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam suatu perjanjian kredit terdapat beberapa unsur, antara lain:

1. Adanya kesepakatan atau perjanjian antara pihak kreditur dengan debitur, yang disebutkan sebagai perjanjian kredit.

2. Adanya para pihak yaitu pihak kreditur sebagai pihak yang memberikan pinjaman, seperti bank, dan pihak debitur yang merupakan pihak yang membutuhkan uang pinjaman barang atau jasa

3. Adanya unsur kepercayaan dari kreditur bahwa pihak debitur mau dan mampu membayar dan mencicil kreditnya.

4. Adanya kesanggupan dan janji membayar utang dari pihak debitur.

5. Adanya pemberian sejumlah uang atau barang atau jasa oleh pihak kreditur kepada pihak debitur

(6)

7. Adanya perbedaan waktu antara pemberian kredit oleh kreditur dengan pengembalian kredit oleh debitur.

8. Adanya risiko tertentu yang diakibatkan karena adanya perbedaan waktu tadi, semakin jauh tenggang waktu pengembalian, semakin besar pula risiko tidak terlasananya pembayaran kembali suatu kredit

Kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang diberikan oleh bank mengandung risiko, sehingga dalam setiap pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah harus memperhatikan asas-asas perkreditan atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, bank harus melakukan penilaian yang seksama terhadap pelbagai aspek. Berdasarkan penjelasan pasal 8 Undang-Undang Perbankan, yang mesti dinilai oleh bank sebelum memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha dari nasabah debitor, yang kemudian dikenal dengan sebutan “the five C of credit analysis” atau prinsip 5 C’s.

Pada sasarannya konsep 5 C’s ini akan dapat memberikan informasi mengenai itikad baik (willingness to pay) dan kemampuan membayar (ability to pay) nasabah untuk melunasi kembali pinjaman beserta bunganya.20

1. Penilaian watak (character)

Penilaian watak atau kepribadian calon debitor dimaksudkan untuk mngetahui kejujuran dan itikad baik calon debitor untuk melunasi atau mengembalikan pinjamannya, sehingga tidak akan menyulitkan bank dikemudian hari

20

(7)

2. Penilaian kemampuan (capacity)

Bank harus meneliti tentang keahlian calon debitor dalam bidang usahanyadan kemampuan manajerialnya, sehingga bank yakin bahwa usaha yang akan dibiayainya dikelola oleh orang-orang yang tepat, sehingga calon debitornya dalam jangka waktu tertentu mampu melunasi atau mengembalikan pinjamannya.

3. Penilaian terhadap modal (capital)

Bank harus melakukan analisis terhadap posisi keuangan secara menyeluruh mengenai masa lalu dan yang akan datang, sehingga dapat diketahui kemampuan permodalan calon debitor dalam menunjang pembiayaan proyek atau usaha calon debitor yang bersangkutan.

4. Penilaian terhadap agunan (collateral)

Untuk menanggung pembayaran kredit macet, calon debitor umumnya wajib menyediakan jaminan berupa agunan yang berkualitas tinggi dan mudah dicairkan yang nilainya minimal sebesar jumlah kredit atau pembiayaan yang diberikan kepadanya.

5. Penilaian terhadap prospek usaha nasabah debitor (condition of economy)

(8)

Dalam pemberian kredit, suatu bank pada hakikatnya harus menganut asas “mengambil risiko sekecil mungkin”. Risiko yang dimaksud adalah risiko terhadap kemungkinan kredit itu tidak dapat dibayar kembali oleh debitornya. Risiko itu dapat dibatasi antara lain bila suatu bank tidak terlalu banyak memberikan kredit kepada nasabah tertentu saja atau kepada pihak-pihak yang mempunyai keterkaitan dengan bank tersebut. Untuk itu perlu adanya ketentuan tentang penentuan batas maksimum pemberian kredit atau legal lending limit yang harus dipatuhi oleh setiap bank. Batas maksimum pemberian kredit adalah batas maksimum penyediaan dana yang diperkenankan untuk dilakukan oleh bank kepada peminjam atau sekelompok peminjam tertentu.

Berdasarkan Pasal 11 UU No 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, maka ketentuan batas maksimum pemberian kredit dibedakan atas dua jenis, yaitu:

1. Jenis batas maksimum 30%

Bank Indonesia dapat menetapkan batas maksimum yang lebih rendah dari 30% dari modal bank, tetapi tidak boleh melebihi 30% dari modal bank yang bersangkutan.

2. Jenis batas maksimum 10%

Bank Indonesia dapat menetapkan batas maksimum yang lebih rendah dari 10%, tetapi tidak boleh melebihi 10% dari modal bank yang bersangkutan. Batas maksimum pemberian kredit ini ditujukan kepada:

(9)

b. Anggota dewan komisaris; c. Anggota direksi;

d. Keluarga dari pihak pemegang saham, anggota dewan komisaris, dan anggota direksi;

e. Pejabat bank lainnya; dan

f. Perusahaan-perusahaan yang didalamnya terdapat kepentingan dari pihak-pihak pemegang saham, anggota dewan komisaris, anggota direksi, keluarga pemegang saham, anggota dewan komisaris dan anggota direksi, dan pejabat bank lainnya.

Bank dinyatakan melakukan pelanggaran larangan terhadap ketentuan batas maksimum pemberian kredit apabila pada saat pemberiannya saldo kredit atau pembiayaan tersebut melampaui batas maksimum yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia.

B. Jenis Kredit Pembiayaan dalam Perbankan

Kredit dalam perbankan terdiri dari beberapa jenis. Banyaknya jenis kredit ini tergantung dari kriteria yang diberikan. Pada mulanya kredit berdasarkan kepercayaan murni, yaitu berbentuk kredit perorangan karena kedua belah pihak saling mengenal, seiring dengan berkembangnya waktu maka akhirnya berkembang pula unsur-unsur lain yang menjadi landasan suatu kredit, sehingga selanjutnya berkembang pula jenis kredit yang ada seperti sekarang.21

21

Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996, hlm 234

(10)

Secara umum jenis-jenis kredit ini dapat dilihat dari :22 1. Penggolongan menurut jangka waktunya

Dari segi jangka waktunya terdapat tiga macam kredit yaitu :

a. Kredit jangka pendek, adalah kredit yang berjangka waktu paling lama satu tahun.

b. Kredit jangka menengah, adalah kredit yang berjangka waktu antara satu tahun sampai dengan tiga tahun.

c. Kredit jangka panjang, adalah kredit yang jangka waktunya lebih dari tiga tahun.

2. Penggolongan menurut kegunaannya

Apabila dilihat dari segi kegunaannya maka kredit digolongkan menjadi :

a. Kredit investasi, kata investasi artinya adalah penanaman modal. Dengan demikian kredit investasi adalah kredit yang diberikan kepada nasabah untuk keperluan penanaman modal yang bersifat ekspansi, modernisasi, rehabilitasi perusahaan, dan tahan lama. Seperti tanah, mesin, dll. Karenanya pula kredit investasi ini sering disebut sebagai kredit bantuan proyek.

b. Kredit modal kerja, adalah kredit yang diberikan untuk kepentingan kelancaran modal kerja nasabah. Jadi kredit ini sasarannya untuk membiayai biaya operasi usaha nasabah. Kredit tersebut dipergunakan untuk membiayai pembelian dan modal

22

(11)

lancar yang habis dalam pemakaian, seperti barang dagangan, bahan baku, dll.

c. Kredit profesi, kredit ini diberikan bank kepada nasabah semata-mata untuk kepentingan profesinya. Sebenarnya kredit tersebut tidaklah berbeda dari kredit investasi, yang berbeda hanya terletak pada kedudukan atau status nasabah.

3. Penggolongan menurut pemakaiannya

Apabila kredit dilihat dari sudut pemakaiannya maka kredit dapat digolongkan dalam :

a. Kredit konsumtif, adalah kredit yang diberikan kepada nasabah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Seperti kredit yang diberikan untuk membeli alat-alat rumah tangga. Dengan kata lain jenis kredit konsumtif ini adalah kredit yang tidak memberikan tambahan hasil dari jenis produk atau barang yang dibeli dengan uang kredit tersebut.

b. Kredit produktif, merupakan kebalikan dari kredit konsumtif, sebab pada kredit produktif, pembiayaan bank ditujukan untuk keperluan usaha nasabah agar produktifitas bertambah meningkat. Bentuk kredit produktif dapat berupa kredit investasi maupun kredit modal kerja, karena kedua kredit tersebut diberikan untuk meningkatkan produktifitas usahanya.

(12)

kredit likuiditas Bank Indonesia yang diberikan kepada bank-bank yang memiliki likuiditas dibawah minimal tertentu.

4. Penggolongan berdasaran waktu pencairannya

Apabila suatu kredit dilihat dari sudut pandang waktu pencairannya, maka kredit jenis ini dapat dibagi atas :

a. Kredit tunai (cash credit). Adalah kredit yang pencairan dananya dilakukan secara tunai, hal ini dapat dilakukan dengan cara memindah bukukan ke dalam rekening debitur.

b. Kredit tidak tunai (non cash credit). Adalah merupakan kredit yang pembayarannya tidak dilakukan saat perjanjian selesai dibuat, akan tetapi pembayaran baru dilakukan oleh kreditur kepada debitur apabila debitur telah melakukan suatu pekerjaan tertentu. Yang termasuk ke dalam jenis kredit yang tidak tunai diantaranya :

1) Garansi bank atau Standby L/C, dalam hal ini bank akan membayarkan jumlah tertentu kepada debitur apabila debitur telah melakukan suatu perbuatan tertentu, misalnya jika pada suatu saat pihak pemohon garansi tidak melaksanakan kewajibannya kepada pihak lain. Dalam keadaan demikian, maka pihak bank-lah yang akan membayarnya.

(13)

5. Penggolongan berdasarkan jaminan (collateral)23 a. Kredit dengan jaminan (secured loan)

b. Kredit dengan tanpa jaminan (unsecured loan)

Hal diatas merupakan beberapa jenis kredit perbankan yang pembagian jenis-jenis itu masih dapat dilakukan lagi berdasarkan cara bagaimana melihatnya yang kurang lebih sama, namun hanya sedikit berbeda tergantung cara melihatnya. Jenis-jenis kredit diatas adalah merupakan jenis kredit yang terdapat di bank umum. Ciri utamanya adalah sistem pembagian keuntungan berdasarkan bunga (interest) dan terdapatnya sistem agunan sebagai jaminan atas kredit yang diberikan bank selaku kreditur kepada debitur atau nasabah.

Sejalan dengan perkembangan perbankan di Indonesia, maka jenis kredit perbankan ini menjadi bertambah dengan diperkenalkannnya sistem perbankan berdasarkan prinsip syariah Islam dengan ciri utamanya pembagian keuntungan berdasarkan bagi hasil (profit sharing).

C. Tujuan dan Fungsi Kredit Pembiayaan Perbankan

Tujuan dan fungsi kredit merupakan bagian penting dari kredit. Yaitu untuk apa kredit tersebut digunakan, dan apa fungsi dari pemberian kredit tersebut. Inti dari pemberian kredit adalah pemberian pinjaman kepada nasabah yang memerlukan pinjaman untuk kebutuhannya. Penyimpangan terhadap penggunaan kredit yang tidak sesuai dengan saat aplikasi merupakan tindakan yang dilarang oleh perjanjian kredit.

23

(14)

Di negara kita Indonesia yang berfalsafah pancasila maka tujuan kredit tidak hanya semata-mata mencari keuntungan, melainkan disesuaikan dengan tujuan negara yaitu untuk mencapai masyarakat adil makmur berdasarkan pancasila. Kredit pada awal perkembangannya mengarahkan fungsinya untuk merangsang bagi kedua belah pihak untuk saling menolong untuk tujuan pencapaian kebutuhan baik dalam bidang usaha maupun kebutuhan sehari-hari. Pihak yang mendapat kredit harus dapat menujukkan prestasi yang lebih tinggi dari kemajuan usahanya itu sendiri, atau mendapatkan pemenuhan kebutuhannya.

Suatu kredit mencapai fungsinya, apabila secara sosial ekonomis, baik bagi debitur, kreditur, maupun masyarakat membawa pengaruh yang lebih baik. Bagi pihak debitur dan kreditur, mereka memperoleh keuntungan, juga mengalami peningkatan kesejahteraan, sedangkan bagi negara mengalami tambahan penerimaan negara dari pajak, juga kemajuan ekonomi yang bersifat mikro maupun makro.

Sekarang ini kredit dalam kehidupan perekonomian, dan perdagangan mempunyai fungsi :24

1. Meningkatkan daya guna uang.

Para penabung menyimpan uangnya di bank dalam bentuk giro, deposito, ataupun tabungan. Uang tersebut kemudian diberikan sebagai pinjaman kepada perusahaan-perusahaan untuk meningkatkan produksinya, perdagangan, maupun untuk usaha-usaha rehabilitasi ataupun usaha memulai yang baru.

24

(15)

2. Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.

Seperti halnya meningkatkan daya guna uang, kredit juga mampu meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang. Uang yang disimpan oleh para penabung tidaklah diam mengendap di bank melainkan disalurkan untuk usaha-usaha yang bermanfaat baik bagi pengusaha maupun bagi masyarakat.

3. Meningkatkan daya guna dan peredaran barang.

Dengan mendapat kredit, para pengusaha dapat memproses bahan baku menjadi barang jadi, sehingga daya guna barang tersebut menjadi meningkat. Disamping itu juga dapat meningkatkan peredaran barang dari satu tempat yang kegunaannya kurang, ketempat yang lebih bermanfaat. Seluruh barang-barang yang dipindahkan dari suatu tempat ketempat lain yang kemanfaatannya lebih terasa pada dasarnya meningkatkan daya guna dari barang itu, pemindahan barang-barang tersebut tidaklah dapat diatasi oleh keuangan para distributor saja, karena itu mereka memerlukan bantuan yang berupa kredit dari bank. 4. Salah satu alat stabilitas ekonomi.

(16)

pembatasan kualitatif, dijalankan secara selektif untuk menutup usaha-usaha yang bersifat spekulatif, yaitu mengarah ke sektor-sektor yang produktif dan prioritas yang secara langsung berpengaruh pada hajat hidup masyarakat. Seperti di Indonesia diarahkan pada sektor-sektor pertanian, industri, sandang pangan, produksi barang-barang ekspor, dan lain-lain.

5. Meningkatkan kegairahan berusaha.

Setiap orang dan badan hukum yang berusaha, selalu ingin meningkatkan usahanya, namun adakalanya dibatasi oleh kemampuan di bidang permodalan. Dengan bantuan kredit yang diberikan oleh bank akan mengatasi kekurangmampuan para pengusaha di bidang permodalan tersebut, sehingga mereka dapat meningkatkan volume usahanya dan produktifitasnya.

6. Meningkatkan pemerataan pendapatan.

(17)

7. Meningkatkan hubungan internasional.

Bank sebagai lembaga kredit tidak saja bergerak di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri. Bank-bank besar di luar negeri dapat memberikan bantuan dalam bentuk kredit, baik secara langsung maupun tidak langsung kepada perusahaan-perusahaan di dalam negeri. Negara-negara yang kuat ekonominya, demi persahabatan antar Negara-negara banyak memberikan bantuan kepada negara-negara yang sedang berkembang dalam bentuk bantuan kredit dengan syarat ringan yaitu bunga yang relative murah dan waktu penggunaan yang lama. Memulai bantuan ini dapat mempererat hubungan antar negara yang bersangkutan, yaitu dengan bantuan kredit antar negara atau yang dikenal dengan kredit G to G (government to government).

Dalam kasus tertentu, kegunaan kredit sebenarnya adalah untuk melunasi kredit. Misalnya jika nasabah memerlukan bridging loan yaitu kredit yang mendesak dalam jangka pendek serta sudah adanya kepastian dana sebagai pelunasannya, maka bridging loan tersebut dapat dipenuhi antara lain dengan adanya kepastian pelunasan bridging loan dari hasil pencairan kredit investasi yang disetujui. Oleh karena itu, kredit investasi tersebut dalam persyaratan penarikannya perlu menyebutkan klausula yang intinya bahwa pencairan kredit tersebut digunakan untuk melunasi bridging loan yang bersangkutan.25

Sedang dalam hal tujuan kredit, kredit multiguna atau konsumtif, penggunaannya dapat dilakukan secara bebas, tetapi perlu diingatkan bahwa

25

Try Widiyono, Aspek Hukum Operasional Transaksi Produk Perbankan di Indonesia,

(18)

kredit tersebut hanya dapat digunakan dalam kegiatan usaha yang tidak bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan, dan ketertiban umum (public policy).

Di samping itu, kredit juga dapat digunakan untuk pembiayaan kembali (refinancing). Istilah refinancing mempunyai beberapa pengertian, tetapi yang terpenting dari istilah refinancing adalah sebelumnya telah terdapat pembiayaan atas barang yang dijadikan objek kredit.26

D. Berakhirnya Perjanjian Kredit Pembiayaan Perbankan

Kredit juga dapat digunakan untuk take over atau pelunasan kredit pada lembaga lain, baik melalui lembaga novasi atau subrogasi atau cessie, dengan suatu pola yang dalam praktik perbankan dikenal dengan istilah take over, transfer balance atau asset buying.

Berakhirnya kredit pembiayaan seiring dengan berakhirnya perjanjian kredit pembiayaan. Berdasarkan ketentuan pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998, perjanjian kredit atau perjanjian persetujuan akan pembiayaan dibuat secara kontraktual berdasarkan pinjam meminjam yang diatur dalam Buku Ketiga Bab XIII Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Karenanya pasal 1381 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang mengatur cara hapusnya perikatan dapat diberlakukan pula pada perjanjian kredit bank. Umumnya perjanjian kredit bank harus hapus atau berakhir karena hal-hal dibawah ini:27

1. Pembayaran

26Ibid,

hlm. 264 27

(19)

Pembayaran (lunas) ini merupakan pemenuhan prestasi dari debitor, baik pembayaran utang pokok, bunga, denda, maupun biaya-biaya lainnya yang wajib dibayar lunas oleh debitor. Pembayaran lunas ini baik karena jatuh tempo kreditnya atau karena diharuskannya debitor melunasi kreditnya secara seketika dan sekaligus (opelbaarheid clause).28

2. Subrogasi (subrogatie)

Pasal 1382 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyebutkan kemungkinan pembayaran (pelunasan) utang dilakukan oleh pihak ketiga kepada pihak berpiutang (kreditor), sehingga terjadi penggantian kedudukan atau hak-hak kreditor oleh pihak ketiga. Inilah yang dinamakan dengan subrogasi. Jadi subrogasi ini terjadi karena adanya penggantian kedudukan atau hak-hak kreditor lama oleh kreditor baru dengan mengadakan pembayaran. Dengan adanya subrogasi, maka segala kedudukan atau hak-hak yang dipunyai oleh kreditor lama beralih kepada pihak ketiga. Berdasarkan pasal 1400 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, terjadinya subrogasi bisa karena perjanjian atau demi undang-undang, diatur lebih lanjut dalam pasal 1401 dan pasal 1402 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

3. Pembaruan utang (novasi)

Pembaruan utang terjadi dengan jalan mengganti utang lama dengan utang baru, debitor lama dengan debitor baru, dan kreditor lama dengan kreditor baru. Dalam hal ini bila utang lama diganti dengan utang baru terjadilah

28

(20)

penggantian objek perjanjian yang disebut “novasi objektif”. Disini utang lama lenyap. Dalam hal terjadi penggantian orangnya (subjeknya), maka jika diganti debitornya, pembaruan ini disebut “novasi subjektif pasif”. Jika yang diganti itu kreditornya, pembaruan ini disebut “novasi subjektif aktif”. Dalam hal ini utang lama lenyap.29

a. dengan membuat suatu perikatan utang baru yang menggantikan perikatan utang lama yang dihapuskan karenanya;

Pada umumnya pembaruan utang yang terjadi dalam dunia perbankan adalah dengan mengganti atau memperbarui perjanjian kredit bank yang ada. Dalam hal ini yang diganti adalah perjanjian kredit banknya dengan perjanjian kredit bank yang baru. Dengan terjadinya penggantian atau pembaruan perjanjian kredit, otomatis perjanjian kredit bank yang lama berakhir atau tidak berlaku lagi. Pasal 1413 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyebutkan tiga cara untuk melakukan novasi, yaitu:

b. dengan cara expromissie, yakni mengganti debitor lama dengan debitor baru;

c. mengganti debitor lama dengan debitor baru sebagai akibat suatu perjanjian baru yang diadakan.

4. Perjumpaan utang (kompensasi)

Kompensasi adalah perjumpaan dua utang, yang berupa benda-benda yang ditentukan menurut jenis (generieke ziken), yang dipunyai oleh dua orang atau pihak secara timbal balik, di mana masing-masing pihak

29

(21)

berkedudukan baik sebagai kreditor maupun debitor terhadap orang lain, sampai jumlah terkecil yang ada diantara kedua utang tersebut.30 Dasar kompensasi ini disebutkan dalam pasal 1425 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Dikatakan jika dua orang saling berhutang satu pada yang lain, maka terjadilah antara mereka suatu perjumpaan utang-piutang, dengan mana utang-utang antara kedua orang tersebut dihapuskan. Kondisi demikian ini dijalankan oleh bank dengan cara mengkompensasikan barang jaminan debitor dengan utangnya kepada bank, sebesar jumlah jaminan yang diambil alih tersebut.

30

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas maka akan muncul pertanyaan penelitian, yaitu apakah corporate governance yang dalam penelitian ini

Τα ονόματα των θεών έφτασαν πολύ αργότερα στην Ελλάδα από την Αίγυπτο κι έτσι τα έμαθαν οι Πελασγοί, με εξαίρεση αυτό του Διονύσου,

Sebagaimana terlihat dalam pembahasan, cukup banyak kepentingan yang menjadi taruhan China ketika memutuskan untuk meningkatkan kehadirannya di Pasifik Selatan,

Menindaklanjuti Kegiatan Verifikasi Administrasi Pengadaan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) Tahap I Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Simalungun

Perlu adanya pengamatan lebih lanjut pada periode tanam jagung berikutnya, agar dapat diketahui efek sisa pupuk P terhadap peningkatan hasil yang diperoleh dari perlakuan

Petugas memasukan Nomor Rekam Medis pada pencarian data bagi pasien yang membawa KIB dan jika pasien tidak membawa KIB petugas mencari data pasien dengan menggunakan nama

Pembelajaran Pertemuan Ketiga (120 Menit).. Materi pokok pertemuan ketiga membahas tentang jaminan perlindungan hak dan kewajiban asasi manusia dalam UUD Negara Republik

Berdasarkan ketentuan Pasal 105 huruf a ditegaskan yang pada intinya adalah pemeliharaan anak yang belum mumayyiz atau belum berumur 12 tahun, maka hak