• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Demam Berdarah Dengue 2.1.1. Pengertian - Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan Bajenis Kota Tebing Tinggi Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Demam Berdarah Dengue 2.1.1. Pengertian - Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan Bajenis Kota Tebing Tinggi Tahun 2014"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Demam Berdarah Dengue 2.1.1. Pengertian16

Penyakit demam berdarah dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue I, II, III dan IV, yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap

serotipe yang bersangkutan sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe

lain sangat kurang sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain tersebut.

2.1.2.Etiologi dan Masa Inkubasi1

Penyakit demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue dari kelompok Arbovirus B, yaitu arthropod-borne virus atau virus yang disebarkan oleh artropoda virus ini termasuk genus Flavivirus dari famili Flaviviridae.

Vektor utama penyakit demam berdarah dengue adalah nyamuk Aedes aegypti (di daerah perkotaan) dan Aedes albopictus (di daerah pedesaan). Adapun

ciri-ciri nyamuk Aedes aegypti sayap dan badannya belang-belang atau bergaris garis putih, berkembangbiak di air jernih yang tidak beralaskan tanah seperti bak mandi, WC, tempayan, drum, dan barang-barang yang menampung air seperti kaleng, ban bekas, pot tanaman air, tempat minum burung, dan lain-lain. Masa inkubasi demam berdarah dengue biasanya berkisar antara 4 – 7 hari.

2.1.3.Cara Penularan 1

(2)

akan dipindahkan bersama air liur nyamuk. Dalam tubuh manusia, virus ini akan berkembang selama 4-6 hari dan orang tersebut akan mengalami sakit demam berdarah dengue. Virus dengue memperbanyak diri dalam tubuh manusia dan berada dalam darah selama satu minggu.

2.1.4. Tanda dan Gejala Klinik 16 a. Demam

Penyakit ini didahului oleh demam tinggi yang mendadak, terus menerus berlansung 2-7 hari.Panas dapat turun pada hari ke-3 yang kemudian naik lagi, dan pada hari ke-6 atau ke-7 panas mendadak turun.

b. Tanda-tanda perdarahan

Perdarahan ini terjadi di semua organ. Bentuk perdarahan dapat hanya berupa uji Tourniquet (Rumple Leede) positif atau dalam bentuk satu atau lebih manifestasi perdarahan sebagai berikut :petekie, purpura, ekimosis, perdarahan konjungtiva, epistaksis, perdarahan gusi,

hematemesis, melena, dan hematuri.

c. Pembesaran hati (hepatomegali)

Sifat pembesaran hati pada kasus DBD umumnya ditemukan pada permulaan sakit, tidak berbanding lurus dengan beratnya penyakit dan sering dijumpai nyeri tanpa disertai ikterus.

d. Renjatan (Syok)

(3)

lembab terutama pada ujung hidung, jari tangan dan kaki, sianosis di sekitar mulut, nadi cepat dan kecil hingga tak teraba serta tekanan darah menurun yang menyebabkan penderita menjadi gelisah.

e. Trombositopeni

Jumlah trombosit ฀ 100.000/µl yang biasanya ditemukan pada hari ke

3-7 sakit. Pemeriksaan dilakukan pada pasien yang diduga menderita DBD dan dilakukan berulang sampai suhu tubuh menurun dan terbukti jika jumlah trombosit dalam batas normal atau menurun.

f. Haemokonsentrasi (peningkatan hematokrit)

Peningkatan nilai hematokrit (Ht) menggambarkan hemokonsentrasi selalu dijumpai pada DBD, merupakan indikator yang peka terjadinya perembesan plasma, sehingga dilakukan pemeriksaan hematokrit secara berkala. Pada umumnya penurunan trombosit mendahului peningkatan hematokrit.

g. Gejala klinik lain

Gejala klinik lain yang dapat menyertai penderita DBD ialah nyeri otot, anoreksia, lemah, mual, muntah, sakit perut, diare atau konstipasi dan kejang. Pada beberapa kasus terjadi hiperpireksia disertai kejang dan penurunan kesadaran sehingga sering diagnosis sebagai ensefalitis.Keluhan sakit perut yang hebat sering kali timbul

(4)

2.1.5. Diagnosis Laboratoris 16 a. Pemeriksaan Serologis

Pemeriksaan serologis didasarkan atas timbulnya antibodi pada penderita setelah infeksi.

1) HI (Haemaglutination Inhibition)

Pemeriksaan HI sampai saat ini dianggap sebagai tes standar (gold standard).Namun pemeriksaan ini memerlukan 2 sampel darah

(serum), dimana spesimen kedua harus diambil pada fase penyembuhan (konvalensen), sehingga tidak dapat memberikan hasil yang cepat.

2) ELISA (IgM/IgG)

Infeksi dengue dapat dibedakan sebagai infeksi primer atau sekunder dengan menentukan rasio limit antibodi dengue IgM terhadap IgG. Dengan cara uji antibodi dengue IgM dan IgG, uji tersebut dapat dilakukan hanya dengan menggunakan satu sampel darah (serum) saja, yaitu darah akut sehingga hasil cepat didapat. Saat ini tersedia Dengue Rapid Test dengan prinsip pemeriksaan ELISA.

b. Deteksi Antigen

Virus dengue atau bagiannya (RNA) dapat ditentukan dengan cara hibridisasi DNA-RNA dan/atau amplifikasi segmen tertentu dengan metode PCR (Polymerase Chain Reaction). Cara ini dapat mengetahui serotipe virus, namun pemeriksaan ini masih cukup mahal, rumit dan

(5)

c. Isolasi Virus

Penemuan virus dari sampel darah atau jaringan adalah cara yang paling konklusif untuk menunjukan infeksi dengue dan serotipenya, namun perlu perlakuan khusus, membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mendapatkan hasil, sulit dan mahal.

2.1.6. Derajat 16

Derajat demam berdarah dengue dikelompokkan dalam empat derajat (pada setiap derajat ditemukan trombositopenia dan hemokonsentrasi), yaitu

a. Derajat I

Demam yang disertai dengan gejala klinis tidak khas, satu-satunya gejala pendarahan adalah hasil uji Torniquet positif.

b. Derajat II

Gejala yang timbul pada DBD derajat I, ditambah pendarahan spontan, biasanya dalam bentuk pendarahan di bawah kulit dan atau bentuk pendarahan lainnya.

c. Derajat III

Kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan denyut nadi yang cepat dan

lemah, menyempitnya tekanan nadi (฀ 20 mmHg) atau hipotensi yang

ditandai dengan kulit dingin dan lembab serta pasien menjadi gelisah. d. Derajat IV

Syok berat dengan tidak terabanya denyut nadi maupun tekanan darah. 2.1.7. Prognosis 16

(6)

memburuk dan tidak tertolong.Sebaliknya, pasien yang keadaan umumnya sangat buruk, dengan pengobatan yang adekuat dapat tertolong.

2.1.8. Pengobatan 16

Pengobatan yang spesifik untuk DBD tidak ada, karena obat terhadap virus dengue belum ada. Oleh karena itu prinsip dasar pengobatan penderita DBD adalah penggantian cairan tubuh yang hilang karena kebocoran plasma.

2.1.9. Diagnosis Banding 16

a. Pada awal perjalanan penyakit, diagnosis banding mencakup infeksi bakteri, virus atau infeksi parasit seperti demam tifoid, campak, influenza, hepatitis, demam chikungunya, leptospirosis, dan malaria.

b. Perdarahan seperti petekie dan ekimosis ditemukan pada beberapa penyakit infeksi misalnya sepsis dan meningitis meningokokus.

c. Idiopathic thrombocytopenic purpura (ITP) sulit dibedakan dengan demam berdarah dengue derajat II, oleh karena didapatkan demam disertai perdarahan di bawah kulit.

d. Perdarahan dapat juga terjadi pada leukemia stadium lanjut dan anemia aplastik stadium lanjut.

2.1.10. Epidemiologi1

Di Indonesia kasus DBD pertama kali terjadi di Surabaya pada tahun 1968. Penyakit DBD ditemukan di 200 kota pada 27 provinsi dan telah terjadi KLB akibat DBD.

(7)

Data dari Departemen Kesehatan RI melaporkan bahwa pada tahun 2004 selama bulan Januari dan Februari, pada 25 provinsi tercatat 17.707 orang terkena DBD dengan kematian 322 penderita. Daerah yang perlu diwaspadai adalah DKI Jakarta, Bali dan NTB.

Ada empat serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4.Serotipe DEN-1 merupakan jenis yang sering dihubungkan dengan kasus-kasus parah. Infeksi oleh salah satu serotipeakan menimbulkan kekebalan terhadap serotipe yang bersangkutan tetapi tidak untuk serotipe yang lain. Keempat jenis virus tersebut semuanya terdapat di Indonesia.Di daerah endemik DBD, seseorang dapat terkena virus pada waktu yang bersamaan.

Untuk pertama kalinya, pada bulan Maret 2002, Michael Rossman dan Richard Kuhn dari Purdue University.Amerika Serikat melaporkan bahwa struktur virus dengue yang berbeda dengan struktur virus lainnya telah ditemukan.Permukaan virus ini halus dan selaputnya ditutupi oleh lapisan protein yang berwarna biru, hijau, dan kuning.Protein amplop tersebut dinamakan protein E yang berfungsi melindungi bahan genetik di dalamnya.

2.2. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian DBD

(8)

Bila agen penyakit dengan pejamu berada dalam keadaan seimbang, maka seseorang berada dalam keadaan sehat. Perubahan keseimbangan akan menyebabkan seseorang sehat atau sakit. Penurunan daya tahan tubuh akan menyebabkan bobot agen penyebab penyakit menjadi lebih berat sehingga seseorang menjadi sakit. Demikian pula bila agen penyakit lebih banyak atau lebih ganas sedangkan faktor pejamu tetap, maka bobot agen penyebab menjadi lebih berat. Sebaiknya bila daya tahan tubuh seseorang baik atau meningkat maka ia dalam keadaan sehat. Apabila faktor lingkungan berubah menjadi cenderung menguntungkan agen penyebab penyakit, maka orang akan sakit. Pada prakteknya seseorang menjadi sakit akibat pengaruh berbagai faktor berikut.1

2.2.1 Faktor Pejamu (Host)

Virus dengue dapat menginfeksi manusia dan beberapa spesies primata.Manusia merupakan reservoir utama virus dengue di daerah perkotaan.Beberapa variabel yang berkaitan dengan karakteristik pejamu adalah umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, imunitas, status gizi, ras dan perilaku.

a. Umur dan Jenis Kelamin 18

Selama awal tahun epidemi pada setiap negara penyakit demam berdarah dengue ini kebanyakan menyerang anak-anak dan 95% kasus yang

dilaporkan berumur kurang dari 15 tahun.Walaupun demikian, berbagai negara melaporkan bahwa kasus-kasus dewasa meningkat selama terjadi kejadian luar biasa.

(9)

Thailand, Myanmar, Indonesia dan Vietnam tetap melaporkan banyak kasus di bawah 14 tahun.

Jenis kelamin pernah ditemukan perbedaan nyata diantara anak laki-laki dan wanita.Beberapa negara melaporkan banyak kelompok wanita menunjukkan angka kematian yang tinggi daripada laki-laki.

b. Pendidikan 19

Pendidikan adalah suatu proses atau kegiatan untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan individu atau masyarakat. Ini berarti bahwa pendidikan adalah suatu pembentukan watak yaitu sikap disertai kemampuan dalam bentuk kecerdasan, pengetahuan dan keterampilan.Seperti diketahui bahwa pendidikan formal yang ada di Indonesia adalah tingkat sekolah dasar, sekolah lanjutan tingkat pertama, sekolah lanjut tingkat atas, dan tingkat akademik/perguruan tinggi.Tingkat pendidikan sangat menentukan daya nalar seseorang yang lebih baik, sehingga memungkinkan menyerap informasi-informasi juga dapat berpikir secara rasional dalam menanggapi informasi atau setiap masalah yang dihadapi.

c. Pekerjaan 19

Pekerjaan lebih banyak dilihat dari kemungkinan keterpaparan khusus dan derajat keterpaparan tersebut serta besarnya resiko menurut sifat pekerjaan juga akan berpengaruh pada lingkungan kerja dan sifat sosial ekonomi karyawan pada pekerjaan tertentu

(10)

Status gizi didapat orang dari nutrisi yang diberikan padanya.Ada tiga jenis kekurangan gizi; ada yang kurang secara kualitatif dan ada juga yang kurang secara kuantitatif, serta kekurangan keduanya.Apabila kuantitas nutrisi cukup, tetapi kualitasnya kurang maka orang dapat menderita berbagai kekurangan vitamin, mineral, protein dan lainnya. Tetapi apabila orang kurang jumlah nutrisinya, maka ia akan menderita apa yang disebut marasmus. Kombinasi keduanya sering kali ditemukan bersama-sama dengan kekurangan kuantitas makanan. Secara umum kekurangan gizi akan berpengaruh terhadap kekuatan daya tahan dan respons imunologis terhadap penyakit dan keracunan. e. Ras (Suku Bangsa) 1

Kecenderungan penyakit menular tertentu untuk menyerang ras tertentu masih banyak diperdebatkan karena faktor ini berbaur dengan faktor lainnya seperti daya tahan tubuh, gaya hidup, lingkungan, dan lain sebagainya.

f. Perilaku 19

(11)

mencegah atau melindungi diri dari penyakit dan masalah penyakit lain, meningkatkan kesehatan dan mencari penyembuhan apabila sakit atau terkena masalah kesehatan. Oleh sebab itu perilaku kesehatan ini pada garis besarnya dikelompokkan menjadi dua yakni :

1) Perilaku orang yang sehat agar tetap sehat dan meningkat. Oleh sebab itu perilaku ini disebut perilaku sehat (health behavior) yang mencakup perilaku-perilaku (overt dan covert behavior) dalam mencegah atau menghindari dari penyakit dan penyebab penyakit atau masalah atau penyebab masalah (perilaku preventif), dan perilaku dalam mengupayakan meningkatnya kesehatan.

2) Perilaku orang yang sakit atau telah terkena masalah kesehatan untuk memperoleh penyembuhan atau pemecahan masalah kesehatannya. Oleh karena itu perilaku ini disebut perilaku pencarian pelayanan kesehatan (health seeking behavior).

Berikut adalah beberapa perilaku pencegahan terhadap penyakit DBD : a) Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)

(12)

(ABJ).Apabila ABJ > 95%, diharapkan penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi.

b) Cara Kimiawi (Larvasida)

Larvasida adalah pemberantasan jentik dengan menaburkan bubuk larvasida.Pemberantasan jentik dengan bahan kimia tersebut untuk wadah yang tidak dapat dibersihkan/dikuras.Bila wadah sudah diberi larvasida, maka jangan dikuras selama 2-3 bulan.Kegiatan ini tepat digunakan apabila surveilans epidemiologi penyakit dan vektor menunjukkan adanya periode berisiko tinggi dan di lokasi yang berpotensi terjadi KLB.Penentuan waktu dan tempat yang tepat untuk pelaksanaan larvasida sangat penting untuk memaksimalkan efektivitasnya. 2.2.2 Faktor Agent16

Penularan demam berdarah dengue umumnya melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti meskipun dapat juga ditularkan oleh Aedes Albopictus yang

biasanya hidup di kebun-kebun. Nyamuk penular demam berdarah dengue ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat dengan ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut.

a. Morfologi dan Lingkaran Hidup 1) Morfologi

(13)

Kepompong (pupa) berbentuk seperti koma. Bentuknya lebih besar namun lebih ramping dibanding larva (jentik)nya. Pupa berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-rata pupa nyamuk lain. Jentik (larva) ada 4 tingkat (instar) jentik sesuai dengan pertumbuhan larva tersebut, yaitu :

a) Instar I : berukuran paling kecil, yaitu 1 – 2 mm b) Instar II : 2,5 – 3,8 mm

c) Instar III : lebih besar sedikit dari larva instar II d) Instar IV : berukuran paling besar 5 mm

Telur berwarna hitam dengan ukuran ±0,80 mm, berbentuk oval yang mengapung satu persatu pada permukaan air yang jernih atau menempel pada dinding tempat penampung air.

2) Lingkaran Hidup

(14)

b. Tempat Perkembangbiakan

Tempat perkembangbiakan utama ialah tempat-tempat penampungan air berupa genangan air yang tertampung di suatu tempat atau bejana di dalam atau sekitar rumah atau tempat-tempat umum, biasanya tidak melebihi jarak 500 meter dari rumah.Nyamuk ini biasanya tidak dapat berkembangbiak di genangan air yang lansung berhubungan dengan tanah.

Jenis tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1) Tempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari, seperti drum, tangki reservoir, tempayan, bak mandi/wc, dan ember.

2) Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari seperti ; tempat minum burung, vas bunga, perangkap semut, dan barang-barang bekas (ban, kaleng, botol, plastik dan lain-lain).

3) Tempat penampungan air alamiah seperti ; lobang pohon, lobang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, pelepah pisang dan potongan bambu.

c. Perilaku Nyamuk Dewasa

(15)

2) Nyamuk Aedes Aegypti jantan mengisap cairan tumbuhan atau sari bunga untuk keperluan hidupnya sedangkan yang betina mengisap darah.

3) Biasanya nyamuk betina mencari mangsanya pada siang hari. Aktivitas menggigit biasanya mulai dari pagi sampai petang hari, dengan puncak aktifitas antara pukul 09.00 – 10.00 dan 16.00 – 17.00. Tidak seperti nyamuk lain, Aedes Agypti mempunyai kebiasaan mengisap darah berulang kali (multiple bites) dalam satu siklus gonotropik, untuk memenuhi lambungnya dengan darah. Dengan demikian nyamuk ini sangat efektif sebagai penular penyakit.

4) Setelah mengisap darah, nyamuk ini hinggap (istirahat) di dalam atau kadang-kadang di luar rumah berdekatan dengan tempat perkembangbiakannya. Biasanya di tempat yang agak gelap dan lembab. Di tempat-tempat ini nyamuk menunggu proses pematangan telurnya.

(16)

sampai 42ºC, dan bila tempat-tempat tersebut kemudian tergenang air atau kelembabannya tinggi maka telur dapat menetas lebih cepat. d. Penyebaran

Kemampuan terbang nyamuk betina rata-rata 40 meter, maksimal 100 meter, namun secara pasif misalnya karena angin atau terbawa kendaraan dapat berpindah lebih jauh.

Aedes Aegypti tersebar luas di daerah tropis dan sub-tropis.Di Indonesia

nyamuk ini tersebar luas baik di rumah-rumah maupun di tempat-tempat umum. Nyamuk ini dapat hidup dan berkembangbiak sampai ketinggian daerah ±1.000 m dari permukaan air laut. Di atas ketinggian 1.000 m tidak dapat berkembangbiak, karena pada ketinggian tersebut suhu udara terlalu rendah, sehingga tidak memungkinkan bagi kehidupan nyamuk tersebut.

e. Variasi Musiman

(17)

f. Ukuran Kepadatan Nyamuk Penular

Untuk mengetahui kepadatan populasi nyamuk Aedes Aegypti di suatu lokasi dapat dilakukan beberapa survey di rumah yang dipilih secara acak.

1) Survei Nyamuk

Survei nyamuk dilakukan dengan cara penangkapan nyamuk umpan orang di dalam dan di luar rumah, masing-masing selama 20 menit per rumah dan penangkapan nyamuk yang hinggap di dinding dalam rumah yang sama. Penangkapan nyamuk biasanya dilakukan dengan menggunakan aspirator.

2) Survei Jentik

(18)

3) Survei perangkap telur (ovitrap)

Survei ini dilakukan dengan cara memasang ovitrap yaitu berupa bejana, misalnya potongan bambu, kaleng (seperti bekas kaleng susu atau gelas plastik) yang dinding sebelah dalamnya dicat hitam, kemudian diberi air secukupnya. Ke dalam bejana tersebut dimasukkan padel berupa potongan bilah bambu atau kain yang tenunnya kasar dan berwarna gelap sebagai tempat meletakkan telur bagi nyamuk.

2.2.3 Faktor Lingkungan 21

Habitat vektor mempelajari hubungan antara vektor dan lingkungannya atau mempelajari bagaimana pengaruh lingkungan terhadap vektor.

a. Lingkungan Fisik

Lingkungan fisik ada bermacam-macam, diantaranya jenis tempat penampung air/kontainer, keberadaan benda yang dapat menampung air di sekitar rumah dan ketinggian tempat.

b. Lingkungan Biologi

(19)

menampung air bersih. Jentik-jentik nyamuk (nyamuk muda) dapat terlihat berenang naik turun di tempat-tempat penampungan air tersebut.

c. Lingkungan Sosial Ekonomi

Pendapatan keluarga, aktifitas sosial, kepadatan hunian, bencana alam, kemiskinan dan kondisi rumah adalah faktor-faktor yang ikut berperan dalam penularan DBD.

Semakin baik tingkat pendapatan keluarga, semakin mampu keluarga itu untuk memenuhi kebutuhannya, termasuk dalam hal pencegahan dan pengobatan suatu penyakit.

Semakin sering seseorang beraktifitas secara massal di dalam ruangan (arisan, sekolah dll) pada waktu puncak aktifitas nyamuk Aedes aegypti menggigit, semakin besar resiko orang tersebut untuk tertular dan menderita penyakit DBD.

(20)

2.3. Pencegahan dan Pengendalian 22

Sampai saat ini belum ada vaksin yang dapat mencegah infeksi demam dengue dan belum ada obat yang khusus untuk mengobatinya.Dengan demikian

pengendalian penyakit DBD hanya tergantung pada pengendalian nyamuk Aedes aegypti.

2.3.1 Manajemen Lingkungan

Manajemen lingkungan mencakup semua perubahan yang dapat mencegah atau meminimalkan perkembangbiakan vektor sehingga kontak antara manusia dan vektor berkurang. Metode lingkungan untuk mengendalikan populasi nyamuk Aedes aegypti dan untuk mengurangi kontak antara manusia dan vektor, antara lain penurunan sumber, manajemen limbah, pengubahan tempat perkembangbiakan buatan manusia, dan perbaikan desain rumah.

2.3.2 Perlindungan diri a. Pakaian Pelindung

Pakaian mengurangi resiko tergigit nyamuk jika pakaian itu cukup tebal atau longgar.Baju lengan panjang dan celana panjang dengan kaos kaki dapat melindungi tangan dan kaki, yang merupakan tempat yang paling sering terkena gigitan nyamuk.

b. Tikar, obat nyamuk bakar, dan aerosol

(21)

c. Penolak Serangga

Penolak serangga merupakan sarana perlindungan terdiri terhadap nyamuk dan serangga yang umum digunakan.Benda ini secara garis besarnya dibagi menjadi dua kategori, penolak alami dan penolak kimiawi.

d. Insektisida untuk kelambu dan gorden

Kelambu yang diberi insektisida kegunaannya sangat terbatas dalam program pengendalian penyakit DBD karena spesies vektor menggigit di siang hari.Akan tetapi kelambu ini dapat memberikan perlindungan efektif bagi bayi dan pekerja malam yang tidur di siang hari.

2.3.3. Pengendalian Biologis a. Ikan

Ikan pemakan larva (Gambusia affinis dan Poecilia reticulate) sudah semakin banyak digunakan untuk mengendalikan Aedes agypti di kumpulan air yang banyak atau di kontainer air yang besar.

b. Bakteri

(22)

c. Perangkap telur autosidal

Metode perangkap telur autosidal (perangkap telur pembunuh) yang diterapkan pemerintah Singapura menunjukkan hasil yang memuaskan sebagai alat pengendali dalam pemberantasan nyamuk Aedes aegypti di Bandara Internasional Changgi. Sementara di Thailand, saran ini lebih jauh dimodifikasi sebagai perangkap larva-auto (auto-larval trap) dengan menggunakan benda plastik yang tersedia di daerah itu.

2.3.4. Pengendalian Kimiawi 17 a. Pemberian Larvasida Kimiawi

Pemberian larvasida atau pengendalian local nyamuk Aedes aegypti biasanya terbatas pada wadah air yang digunakan di rumah tangga yang tidak dapat dihancurkan, dimusnakan, ataupun dikelola.Insektisida yang dapat digunakan untuk wadah air minum adalah butiran pasir temefos 1%, diberikan pada wadah dengan menggunakan sendok plastik sebagai penakar untuk memberikan dosis 1 ppm.Dosis ini terbukti ampuh untuk 8 – 12 minggu.

b. Pengasapan Wilayah

(23)

2.4. Kerangka Konsep

Karakteristik : 1. Pendidikan 2. Pekerjaan

3.Pendapatan keluarga

Perilaku :

1. Pengetahuan

2. Upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3. Kebiasaan menggunakan obat anti nyamuk

4.Kebiasaan menggunakan kelambu saat tidur.

5. Kebiasaan menggantung pakaian bekas pakai dalam rumah.

6. Penggunaan kasa nyamuk 7. Kebiasaan tidur siang

Lingkungan :

1. Keberadaan barang bekas yang dapat menampung air di sekitar rumah.

2. Keberadaan jentik nyamuk 3. Kepadatan hunian

4.Kondisi rumah

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Heterokedastisitas adalah keadaan dimana terjadi ketidaksamaan varian dari residual pada model regresi. Persyaratan yang harus dipenuhi dalam model regresi adalah tidak

pekerjaan karena harus mengulang dan mengulang pekerjaan untuk mencapai hasil yang benar?. Akan lebih baik jika diteliti terlebih dahulu

“Inilah Lima Kudapan Khas Orang Jepang di Musim Panas”.Japanese Station Portal Berita Jepang.10 Mei 2014.5 Juni. “Oyatsu Cemilan Sore

Rumus statistik dihubungkan dengan jaringan-jaringan halaman ( hyperlink ) yang bersifat statis. Analisis jalur digunakan jika terdapat variabel mediasi. Dalam penelitian

Berdasarkan hasil yang telah dipaparkan, hasil hipotesis 3 menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor tes akhir hasil belajar keterampilan

Konsep gitar akustik rotan ini adalah dengan mengaplikasikan papan rotan laminasi yang merupakan produk hasil riset Pak Dodi Mulyadi di PIRNAS (Pusat Inovasi

Pemotongan Ternak Sapi Perah di Luar RPH (Tercatat) Provinsi Kalimantan Timur