• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LIUKANG KALMAS KABUPATEN PANGKEP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LIUKANG KALMAS KABUPATEN PANGKEP"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 6 Nomor 6 Tahun 2015 ● ISSN : 2302-1721

739

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LIUKANG

KALMAS KABUPATEN PANGKEP

Harliani

1

, Nuraeni Mustari

2

, Nurhadi

3

1Poltekkes Kemenkes Makassar

2Poltekkes Kemenkes Makassar

3Poltekkes Kemenkes Makassar

ABSTRAK

Penyakit malaria adalah penyakit menular yang disebsbkan oleh parasit Plasmodium yang hidup dan berkembang dalam sel darah manusia. Kabupten pangkep adalah daerah kategori endemic malaria. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengungkapkan factor yang berhubungan dengan kejadian malaria. Desain penelitian ini adalah deskriptif analitik dangan penelitian

Cross sectional Study dimana data tentang variable independent dan variable dependent

diamabil dalam waktu yang bersamaan. data dikumpulkan dan diolah meliputi karakteristik responden, variable iklam, perilaku dan lingkungan, Variabel iklim diolah untuk melihat tingkat kemaknaan hubungannya dengan kejadian malaria pada tingkat signifikasn p.0.05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Karasteristik responden berdasarkan umur kasus malaria tertinggi pada kelompok umur 35 – 60 tahun hal ini disebabkan kelompok umur tersebut cenderung aktif keluar rumah. perilaku masyarakt umumnya sudah yang berperilaku baik 23 (96%) responden,,yaitu tidak menggantung pakaian didalam kamar, menggunakan kelambu saat tidur, sering membersihkan tempat penampungan air, membuang sampah pada tempatnya, membersihkan sarang-sarang nyamuk denga teknik 5M (membuang, membersihkan, menutup, menguras, dan mengubur), %). Dari segi iklim, kasus malaria menigkat pada musim penghujan sebanyak 16 kasus (67%) dan terendah pada musim kemarau sebanyak 8 orang (33%) . sebanayk 24 responden kasus malaria semuanya berada pada lingkungan yang banyak terdapat pohon bakau, semak-semak, lagon, dan rawa-rawa dan air payau sehingga sangat memungkinkan sebagai tempat penyebaran malaria.

Kata kunci : Malaria, Perilaku, Iklim dan Lingkungan.

PENDAHULUAN

Penyakit malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah manusia. Malaria merupakan masalah kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia karena sampai tahun 2009 sekitar 80% Kabupaten/Kota masih termasuk kategori daerah endemis malaria dan sekitar 45% penduduk bertempat tinggal di daerah yang beresiko tertular malaria. Jumlah kasus yang dilaporkan tahun 2009 sebanyak 1.143.024 orang. Jumlah ini mungkin lebih besar dari keadaan sebenarnya karena lokasi yang endemis malaria adalah desa-desa yang terpencil dengan sarana transportasi yang sulit dan akses pelayanan kesehatan yang rendah. Menurut perhitungan ahli ekonomi kesehatan, dengan jumlah kasus malaria di atas dapat menimbulkan kerugian ekonomi mencapai sekitar 3,3 triliun rupiah lebih sebagai akibat tidak dapat bekerja selama seminggu, biaya pengobatan dan lain – lain, belum termasuk kerugian sosial seperti menurunnya tingkat kecerdasan anak dan menurunnya sumber

daya manusia yang berdampak pada penurunan produktivitas (Depkes RI, 2010).

Angka kesakitan malaria yang dilaporkan pada tahun 2009 sebesar 1. 143.024 kasus. Angka kesakitan malaria di Indonesia berdasarkan Annual Parasite

Incidence (API) pada tahun 2009 sebesar 1,85

per mil. Upaya pengendalian malaria masih harus di tingkatkan karena Kejadian Luar

Biasa (KLB) masih terjadi di beberapa daerah.

Pada tahun 2009 terjadi KLB dan peningkatan kasus malaria di Indonesia yaitu di 20 desa dalam 10 Provinsi dengan jumlah penderita posirif malaria sebesar 869 penderita dan 11 kematian (CFR KLB = 1,2 %). Propinsi yang menjadi sasaran adalah : 1. Kalimantan Barat ; 2. Kalimantan Selatan ; 3. Kalimantan Tengah ; 4. Kalimantan Timur ; 5. Sulawesi Utara ; 6. Sulawesi Tengah ; 7. Sulawesi Selatan ; 8 . Sulawesi Barat ; 9. Sulawesi Tenggara ; 10. Gorontalo (Ditjen P2PL Depkes RI, 2010).

(2)

Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 6 Nomor 6 Tahun 2015 ● ISSN : 2302-1721

740

antara lain diagnosa dini, pengobatan cepat dan tepat, surveilans dan pengendalian vektor yang kesemuanya ditujukan untuk memutuskan mata rantai penularan malaria. Sejak tahun 1973 ditemukan pertama kali adanya kasus resistensi Plasmodium falciparum terhadap klorokuin di Kalimantan Timur. Sejak itu kasus-kasus resistensi plasmodium Falciparum terhadap klorokuin semakin meluas dan pada tahun 1990 resistensi telah terjadi pada seluruh propinsi di Indonesia.

Perkembangan kasus malaria dari tahun ke tahun menunjukkan kecendrungan yang fluktuatif, hal tersebut diakibatkan antara lain mobilitas penduduk yang relatif tinggi, semakin menyebarnya daerah -daerah yang resisten terhadap obat malaria yaitu klorokuin, kurang berkualitasnya penegakan diagnosis malaria, adanya perubahan lingkungan, perilaku masyarakat yang kurang mendukung proses penanggulangan penyakit ini, meningkatnya pembangunan yang kurang memperhatikan lingkungan, nyamuk Anopheles yang sudah dikonfirmasi sebagai vektor malaria di Indonesia sebanyak 14 spesies.

Akses pelayanan kesehatan belum menjangkau ke seluruh pelosok desa – desa yang bermasalah malaria, hal ini disebabkan beberapa faktor antara lain faktor geogarfis, sumber daya manusia, dan faktor demografis.

Di Sulawesi Selatan, kegiatan penemuan penderita malaria bersifat pasif dan dilaksanakan oleh unit-unit pelayanan kesehatan (Pustu, Puskesmas, dan Rumah Sakit). Pada tahun 2009 jumlah penderita malaria klinis mengalami peningkatan menjadi 11.305 kasus dengan jumlah penderita positif sebanyak 1.963 kasus (17,36 %). Kasus tertinggi terjadi di Kabupaten Bulukumba, Selayar, Pangkep, dan Luwu Utara (merah)

Di Kabupaten Pangkep kasus malaria sangat spesifik, hanya umumnya terjadi di daerah kepulauan seperti diketahui terdapat 4 kecamatan di Kabupaten Pangkep yang termasuk wilayah Pulau yaitu Kecamatan Liukang Kalmas, Kecamatan Liukang Tangaya, Kecamatan Liukang Tupabiring, dan Kecamatan Liukang Tupabbiring Utara. Hal ini terjadi kerana wilayah pulau tersebut masih merupakan daerah tertinggal, kendala infrastruktur seperti transportasi dan komunikasi masih terbatas sehingga petugas kesehatan sulit melakukan pemantauan terhadap penderita malaria.

Berdasarkan data laporan penemuan dan pengobatan malaria Dinas Kesehatan Kabupaten Pangkep tahun 2010, di Wilayah kerja Puskesmas Liukang Kalmas terdapat

687 kasus, dan terdapat 131 kasus malaria positif. Selain jumlah kasus diatas juga dilaporkan adanya yang meninggal karena kasus malaria. Sehingga pada tahun 2010 di wilayah kerja Puskesmas Liukang Kalmas telah terjadi KLB malaria.

Pada tahun 2011, di Kabupaten Pangkep jumlah penderita yang positif malaria sebanyak 745 kasus. Sedangkan khusus di Puskesmas Liukang Kalmas jumlah penderiata positif malaria sebanyak 340 kasus. Pada tahun 2012, penderita malaria mengalami penurunan dengan jumlah penderita yang positif sebanyak 208 kasus. Di Puskesmas Liukang Kalmas jumlah penderita malaria sebanyak 127 kasus Pada tahun 2013, penderita malaria semakin menurun dengan jumlah positif sebanyak 142 kasus. Khusus di wilayah kerja Puskesmas Liukang Kalmas jumlah penderita sebanyak 78 kasus.

Dari data tiga tahun terakhir jumlah penderita malaria di Kabupaten Pangkep menunjukkan adanya penurunan, walaupun demikian tetap perlu diwaspadai mengingat Kabupaten Pangkep (terutama di wilayah kepualuan) ditetapkan sebagai daerah endemis, dimana disetiap tahunnya terjadi kasus malaria (P2PL Dinkes Pangkep, 2013).

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian malaria di suatu wilayah dipengaruhi oleh faktor lingkungan, yaitu tempat perindukan nyamuk dan pemeliharaan ternak, faktor perilaku seperti kebiasaan memakai kelambu dan sering keluar malam, penggunaan kawat kasa, dan faktor iklim dimana perubahan iklim makro dan mikro dapat mempengaruhi penyebaran penyakit menular termasuk malaria (Depkes RI, 2009 ).

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian malaria di Kabupaten pangkep antara lain faktor geografis dimana malaria umumya terjadi di wilayah kepulauan, faktor lingkungan dimana wilayah kepulauan dikelilingi pohon bakau yang menjadi tempat perindukan nyamuk, faktor perilaku yakni masyarakat kepulauan masih ada sebagian yang senang bekerja pada malam hari dan tidak memakai kelambu pada saat tidur, menggali lubang untuk mengambil pasir, serta faktor iklim dimana curah hujan, suhu, dan kelembaban udara sangat rentan terhadap kejadian malaria

(P2PL Dinkes Pangkep, 2010). Berdasarkan uraian dalam latar

(3)

Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 6 Nomor 6 Tahun 2015 ● ISSN : 2302-1721

741

BAHAN DAN METODE

Lokasi, populasi dan sampel

Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan metode “Cross Sectional Study“ dimana data yang menyangkut variabel independen dan dependen diteliti dalam waktu yang bersamaan kemudian diolah dan dianalisis.

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Liukang Kalmas Kabupaten Pangkep. yang dilaksanakan penelitian dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2014 Populasi adalah adalah semua pasien yang pernah menderita penyakit malaria baik yang di rawat di Puskesmas Liukang Kalmas maupun yang sudah pulang ke rumah yang berjumlah 78 orang.

Sampel adalah pasien datang beroabat di puskesmas sebanayk 48 orang yang positif menderita malaria 24 orang yang positif malaria dan 24 orang negatif malaria sebagai kasus control. kriteria inklusi sebagai berikut :

a. Pasien yang bersedian menjadi responden b. Berdomisili di wilayah kerja Puskesmas

Liukang (penduduk asli)

Pengumpulan Data

Data pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Peneliti mengumpulkan data primer dengan menggunakan kuesioner yang disebarkan kepada responden yang dibuat oleh peneliti. Kuesioner berisi data identitas reponden dan daftar pertanyaan tentang variable independen dan variable dependen yaitu :

1. Kejadian malaria yang berupa pilihan/choice yang diisi langsung oleh responden.

2. Lingkungan yang terdiri dari 6 pertanyaan, penilaian menggunakan skala Guttman, dimana setiap jawaban YA diberi skor 2 dan jawaban TIDAK diberi skor 1. Nilai tertinggi adalah 12 dan nilai terendah adalah 6.

3. Perilaku yang terdiri dari 6 pertanyaan, penilaian menggunakan skala Guttman, dimana setiap jawaban YA diberi skor 2 dan jawaban TIDAK diberi skor 1. Nilai tertinggi adalah 12 dan nilai terendah adalah 6.

4. Iklim yang terdiri dari 3 pertanyaan, penilaian menggunakan skala Guttman, dimana setiap jawaban YA diberi skor 2 dan jawaban TIDAK diberi skor 1. Nilai tertinggi adalah 6 dan nilai terendah adalah Kemudian data diolah dengan menggunakan program SPSS 20 dengan uji

chi – square dan uji alternatif fisher’s dengan tingkat kemaknaan α = 0,05 dimana jika nilai ρ = < α ada hubungan, dan sebaliknya jika nilai ρ = > α maka tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel independen dan variabel dependen.

Pengolahan Data 1. Editing

Proses editing (penyuntingan data) dilakukan dengan memeriksa setiap lembar kuesioner yang telah diisi. Mengenai kelengkapan data, kesinambungan data, dan keseragaman data.

2. Koding

Pada tahap ini yang dilakukan adalah pemberian nilai pada opsion dari jawaban yang telah diisi dilapangan. Selanjutnya dibuat daftar variabel yang ada dalam kuesioner. Apabila ada variabel yang tidak diperlukan dalam kuesioner maka tidak dimasukkan dalam daftar variabel. Selanjutnya untuk mempermudah pemasukan data maka dibuat format koding, kemudian hasil koding kuesioner dipindahkan kedalam tabel koding, dan pada saat itu data siap untuk dimasukkan kedalam komputer.

3. Tabulation

Mengelompokkan data dalam bentuk tabel, untuk memudahkan dalam pengolahan data memuat sifat-sifat yang dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian.

Analisa Data

Setelah memperoleh nilai skor dari tiap– tiap tabel selanjutnya data dianalisa dengan menggunakan :

1. Analisa Univariat

Dilakukan terhadap tiap-tiap variabel dari hasil penelitian. Analisis menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap-tiap variabel yang diteliti.

2. Analisa Bivariat

Analisa data ditujukan untuk menjawab tujuan penelitian dan menguji hipotesis penelitian untuk mengetahui adanya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dengan menggunakan SPSS 20

HASIL PENELITIAN

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

(4)

Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 6 Nomor 6 Tahun 2015 ● ISSN : 2302-1721

742

9 Pulau (Pualu Kalukalukuang, Pulau Doangan Lompo, Pulau

Doang-Doangan Caddi, Pulau

Bangko-Bangkoang, Pulau Butung-Butungan, Pulau Marasende, Pulau Dewakang Lompo, Pulau Dewakang Caddi, dan Pulau Bangkauluang), 1 Kelurahan (Kelurahan kalukalukuang), dan 4 Desa (Desa Doang-Doangan Lompo, Desa Kanyurang, Desa Marasende, dan Desa Dewakang). Luas wilayah kerja Puskesmas Liukang Kalmas adalah 69,5 Km2 dan berjarak 120 mil atau

sekitar 240 Km ke Makassar, dan berjarak 131,7 mil atau sekitar 212 Km dari Ibukota Kecamatan Liukang Kalmas ke Ibukota Kabupaten Pangkep dengan jarak tempuh sekitar 16 – 20 jam (cuaca normal).

Adapuan batas-batas wilayah Puskesmas Liukang Kalmas Kabupaten Pangkep sebagai berikut :

a. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Liukang Tupabbiring Kabupaten Pangkep.

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan

Kecamatan Liukang Tangaya

Kabupaten Pangkep.

c. Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Selatan.

d. Sebelah Baraft berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah.

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 20 Februari – 20 Maret 2014 pada masyarakat Pulau Kalukalukuang yang pernah berkunjung ke Puskesmas Liukang Kalmas sebanyak 48 orang dengan menggunakan metode Accidental sampling dengan data yang dikumpulkan terdiri dari data demografi yang meliputi : umur, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian malaria di wilayah kerja Puskesmas Liukang Kalmas Kabupaten Pangkep dengan menggunakan kuesioner dalam pengumpulan data.

2.Analisa Univariat

Analisa Univariat pada penelitian ini bertujuan untuk melihat distribusi frekuensi responden yang meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan serta untuk mengetahui hubungan antara variabel independen yang meliputi lingkungan, perilaku, dan iklim terhadap variabel dependen yaitu kejadian malaria.

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Respon berdasarkan umur di Wilayah Kerja Pukesmas Liukang Kalmas Kabupaten Pangkep

Umur Kasus Malaria Bukan Malaria n % n %

20-34 tahun 7 29,2 2 8,3

35-60 tahun 16 66,7 17 70,9 >60 tahun 1 4,1 5 20,8

Total 24 100.0 24 100,0

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa jumlah responden penelitian tertinggi untuk kasus malaria berada pada golongan umur 35-60 tahun sebanyak 16 orang (66,7%) dan terendah berada pada golongan umur > 60 tahun sebanyak 1 orang (4,1%). Dan yang bukan malaria berada tertinggi pada golongan umur 35-65 tahun sebanyak 17 orang (70,9%) dan terendah berada pada golongan umur 20 – 34 tahun sebanyak 2 orang (8,3%).

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Respon berdasarkan Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Pukesmas Liukang Kalmas Kabupaten Pangkep

Jenis

kelamin Kasus Malaria Bukan Malaria n % n % Laki-laki 19 79,2 11 45,9

Perempuan 15 20,8 13 54,1

Total 24 100.0 20 100,0

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa jumlah responden penelitian tertinggi untuk kasus malaria berada pada jenis kelamin laki – laki sebanyak 19 orang (79,2%) sedangkan jenis kelamin perempuan sebanyak 5 orang (20,8%). Dan yang bukan malaria tertinggi berada pada jenis kelamin perempuan sebanyak 13 orang (54,1%) sedangkan terendah berada pada jenis kelamin laki-laki sebanyak 11 orang (45,9%).

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Respon berdasarkan pendidikan di Wilayah Kerja Pukesmas Liukang Kalmas Kabupaten Pangkep

Pendidikan Kasus Malaria Bukan Malaria n % n %

Tamat SD 11 45,9 13 54,1

Tamat SMP 7 29,2 5 20,9

Tamat SMA 4 16,6 4 16,7

Diploma/

Sarjana 2 8,3 2 8,3

Total 24 100.0 24 100,0

(5)

Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 6 Nomor 6 Tahun 2015 ● ISSN : 2302-1721

743

tertinggi untuk kasus malaria berada pada

tingkat pendidikan SD sebanyak 11 orang (45,9%) sedangkan terendah berada pada tingkat pendidikan Diploma/Sarjana sebanyak 2 orang (8,3%). Dan yang bukan malaria tertinggi berada pada tingkat pendidikan SD sebanyak 13 orang (54,1%) dan terendah berada pada tingkat pendidikan Diploma/Sarjana sebanyak 2 orang (8,3%).

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Respon berdasarkan pekerjaan di Wilayah Kerja Pukesmas Liukang Kalmas Kabupaten Pangkep

Pekerjaan Kasus Malaria Bukan Malaria n % n %

Nelayan 9 37,6 6 25.0

Petani 3 12.5 3 12,5

PNS 2 8.3 1 4,1

IRT 4 16,6 8 33,4

Lainnya 6 25.0 6 25,0

Total 24 100.0 24 100,0

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa jumlah responden penelitian tertinggi untuk kasus malaria berada pada kelompok pekerja sebagai nelayan sebanyak 9 orang (37,6%) sedangkan terendah berada pada kelompok pekerja sebagai PNS sebanyak 2 orang (8,3%). Dan yang bukan malaria tertinggi berada kelompok pekerja sebagai IRT sebanyak 8 orang (33,4%) dan terendah berada pada kelompok pekerja sebagai PNS sebanyak 1 orang (4,1%).

Untuk faktor lingkungan tabelnya tidak di tampilkan karena dari 24 kelompok kasus malaria dan 24 kelompok kasus bukan malaria semuanya tinggal pada lingkungan yang sama (lingkungan beresiko),yaitu lingkungan dimana di sekeliling pantai terdapat pohon bakau, rawa-rawa, lagon,dan semak-semak di tengah hutan yang menjadi sarang nyamuk.

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Respon berdasarkan perilaku di Wilayah Kerja Pukesmas Liukang Kalmas Kabupaten Pangkep

Perilaku Kasus Malaria Bukan Malaria n % n %

Baik 23 95,9 24 100,0

Kurang 1 4,1 0 0

Total 24 100.0 24 100,0

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa jumlah responden penelitian tertinggi untuk kasus umumnya berada pada perilaku yang baik sebanyak 23 orang (95,9%) sedangkan perilaku yang kurang baik hanya 1 orang (4,1%). Dan yang bukan malaria semuanya berperilaku baik sebanyak 24 orang (100%).

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Respon berdasarkan iklim di Wilayah Kerja Pukesmas Liukang Kalmas Kabupaten Pangkep

Iklim Kasus Malaria Bukan Malaria n % n % Penghujan 16 66,7 20 83,4

Peralihan 25 25,0 3 12,5

Kemarau 2 8,3 1 4,1

Total 24 100.0 24 100,0

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa jumlah responden penelitian tertinggi untuk kasus malaria berada pada iklim penghujan sebanyak 16 orang (66,7%) sedangkan terendah pada iklim kemarau sebanyak 2 orang (8,3%). Dan yang bukan malaria tertinggi berada pada iklim iklim penghujan sebanyak 20 orang (83,4%) dan pada iklim terendah pada iklim kemarau sebanyak 1 orang (4,1%).

3. Analisa Bivariat

Pada analisa bivariat ini, dilakukan analisis persentase kejadian malaria dengan berbagai variabel sesuai dengan tujuan khusus penelitian yaitu untuk mengetahui hubungan antara faktor lingkungan dengan kejadian malaria, untuk mengetahui hubungan antara perilaku dengan kejadian malaria, dan untuk mengetahui hubungan antara iklim dengan kejadian malaria.

Analisa bivariat digunakan untuk menilai hubungan variabel independen. Dengan menggunakan uji statistik

chi-square dimana hubungan dikatakan

bermakna jika α < 0,05 interval kepercayaan ρ < 0,05.

(6)

Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 6 Nomor 6 Tahun 2015 ● ISSN : 2302-1721 tentang hubungan antara faktor perilaku dengan kejadian malaria dari 24 kasus malaria dan 24 bukan malaria didapatkan responden yang berperilaku baik menderita positif malaria sebanyak 23 orang (48,9%), dan yang negatif malaria sebanyak 24 orang (51,1%). Sedangkan 1 orang reponden yang berperilaku kurang baik terdapat 1 orang yang menderita positif malaria (100%) dan yang negatif malaria tidak ada (0%).

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai ρ = 0,312 dimana nilai ρ > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara faktor perilaku dengan kejadian malaria.

Melihat tabel tersebut di atas dapat dapat di katakana bahwa persentase perilaku terhadap kejadian malaria sangat kecil hal ini dapat dilihat dari 24 kasus malaria terdapat 23 responden berperilaku baik (97,9%), dan hanya 1 responden berperilaku kurang baik (2,1%). Sedangkan 24 kelompok bukan malaria semuanya berperilaku baik (100%).

PEMBAHASAN

1. Berdasarkan karakteristik responden: Berdasarkan umur, kasus malaria tertinggi pada kelompok umur 35 – 60 tahun hal ini disebabkan kelompok umur tersebut cenderung aktif keluar rumah. Berdasarkan jenis kelamin kasus malaria tertinggi pada jenis kelamin laki-laki hal ini disebabkan laki-laki sebagai tulang punggung keluarga senantiasa bekerja di luar bahkan sampai malam. berdasarkan Pendidikan;

hampir sama di setiap tingkat pendidikan dengan kata lain tidak ada yang dominan dari setiap tingkat pendidikan. Berdasarkan pekerjaan; tidak ada perbedaan menonjol dapa jenis pekerjaan sama setiap kelompok kerja/jenis

pekerjaan tidak ada yang dominan dari setiap kelompok pekerjaan.

2. Perilaku

perilaku yang berhubungan dengan kejadian malaria antara laian jrang membersihkan sarang-sarang nyamuk, Tidak menggunakan obat anti nyamuk, Sering menggantung pakaian bekas dalam rumah, Tidak memasang kawat kasa pada ventilasi rumah, tidak memakai SPAL sehingga terjadi genangan air yang menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk, menggali lubang untuk mengambil pasir, melakukan tindakan pencegahan dengan teknik 5 M (membuang, membersihkan, menguras, menutup, dan mengubur),

Dari 24 kelompok kasus malaria terdapat 23 responden yang berperilaku baik, yaitu tidak menggantung pakaian didalam kamar, menggunakan kelambu saat tidur, sering membersihkan tempat penampungan air, membuang sampah pada tempatnya, membersihkan sarang-sarang nyamuk denga teknik 5M (membuang, membersihkan, menutup, menguras, dan mengubur),

Sedangkan 1 orang lainnya berperilaku kurang baik dimana sering menggantung pakaian dalam kamar, tidak menggunakan kelambu saat tidur, jarang membersihkan tempat penampungan air, membuang sampah di sembarang tempat, dan jarang membersihkan sarang-sarang nyamuk dengan teknik 5M. sehingga dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa kejadian malaria di Puskesmas Liukang Kalmas Kabupaten Pangkep bukan karena perilaku masyarakat yang kurang baik. 3. Iklim

Peningkatan kelembaban dan curah hujan berbanding lurus dengan kepadatan nyamuk, sedangkan suhu mempunyai batas optimum bagi perkembangbiakan nyamuk antara 25 – 27 oC. Penelitian

mengenai simulasi matematis transmisi malaria yang dikaitkan dengan perubahan iklim sangat membantu deteksi dini merebaknya kasus malaria (Martens, 2009).

Penderita malaria tiga tahun terakhir (data di Puskesmas Liukang Kalmas Kabupaten Pangkep 2011-2013). umumnya terjadi pada musim penghujan. Pada musim penghujan sebanyak 16 kasus (67%) dan terendah pada musim kemarau sebanyak 8 orang (33 %).

(7)

Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 6 Nomor 6 Tahun 2015 ● ISSN : 2302-1721

745

tertinggi pada musim penghujan karena

banyak genangan-genangan air lembab menjadi tempat perkembangbiakan larva naymuk Anopheles. di dukung dengan lingkungan banyak pohon bakau, semak-semak, lagon, dan rawa-rawa dan air payau sehingga sangat memungkinkan sebagai tempat penyebaran malaria. 4. lingkungan

Lingkungan fisik adalah lingkungan dimana manusia dan nyamuk berada. Nyamuk berkembangbiak dengan baik bila lingkungan sesuai dengan keadaan nyamuk. Kondisi lingkungan yang mendukung perkembangan nyamuk berbeda setiap jenis nyamuk.

Faktor geografis dan meteologi di Indonesia sangat menguntungkan transmisi malaria. Beberapa faktor lingkungan fisik yang terkait dengan malaria meliputi keadaan tempat perkembangbiakan (pohon bakau, buah kelapa, dan lagon di tengah hutan).

secara kimiawi larva nyamuk Anoheles sandaicus tumbuh optimal pada air payau yang kadar garamnya 12 – 18 % dan tidak berkembang pada kadar garam > 40 %.

Beberapa spesies dapat digolongkan menurut kandungan kadar garam air di habitatnya, terdiri dari kelompok, yaitu spesies air asin, air payau, dan air tawar (A. Arsunan Arsin, 2009).

Tumbuhan bakau, lumut dan berbagai tumbuhan lainnya dapat mempengaruhi tumbuhan larva karena ia dapat menghalangi sinar matahari atau melindungi dari serangan makhluk hidup lainnya.

peran masyarakat dalam penyehatan lingkungan, dan mencegah diri dari gigitan nyamuk seperti menggunakan kelambu, memasang kawat kasa pada rumah dan menggunakan obat anti nyamuk, pertambangan, pemukiman baru atau transmigran sering mengakibatkan

perubahan lingkungan yang

menguntungkan penularan malaria (Arsunan Arsin, 2009).

Di Puskesmas Liukang Kalmas Kabupaten Pangkep menunjukkan bahwa dari 24 kelompok kasus malaria dan 24 kelompok bukan malaria semuanya berada pada lingkungan yang banyak terdapat pohon bakau, semak-semak, lagon, dan rawa-rawa dan air payau sehingga sangat

memungkinkan sebagai tempat

penyebaran malaria.

KESIMPULAN

1. Berdasarkan Karasteristik responden kasus malaria tertinggi pada kelompok umur 35 – 60 tahun, berdasarkan jenis kelamin kasus tertinggi pada laki-laki, sedangkan berdasarkan pendidikan dan pekerjaan hampir sama. (tidak ada yang lebih dominan).

2. Di Puskesmas Liukang Kalmas Kabupaten Pangkep Kasus malaria tertinggi terjadi pada musim penghujan dibanding dengan musim kemarau. 3. Di Puskesmas Liukang Kalmas Kabupaten

Pangkep menunjukkan bahwa kelompok kasus malaria semuanya berada pada lingkungan yang banyak terdapat pohon bakau, semak-semak, lagon, dan rawa-rawa dan air payau sehingga sangat mendukung sebagai tempat penyebaran malaria.

SARAN

1. Untuk pemberi pelayanan (Rumah Sakit, Puskesmas, Pustu, Polindes, dan Posyandu) agar tetap meningkatkan pemberian informasi kepada masyarakat tentang pencegahan, terutama pada menjelang musim penghujan

2. untuk pihak birokrasi terutama Dinas Kesehatan Kabupaten Pangkep untuk selalu membuat suatu program untuk mencegah kejadian malaria.

3. Disarankan bagi warga masyarakat untuk tetap menjaga kebersihan lingkungan dan meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) agar dapat mencegah penyakit yang berbasis lingkungan ini (terutama malaria) dan penyakit lainnya. 4. Disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk

(8)

Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 6 Nomor 6 Tahun 2015 ● ISSN : 2302-1721

746

DAFTAR PUSTAKA

Anjasmoro Rian, 2013, Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Malaria,(Online), /eprint.undip.ac.id/38864/diakses 6 Februari 2014.

Ariani Luh, 2012, Faktor Lingkungan Dan Perilaku Dengan Kejadian Malaria,(Online), luharianikesmas, blogspot.com, diakses 6 Februari 2014.

Aziz Efrida, 2012, Metodologi Penelitian Kesehatan, Badouse Media, Jakarta.

Bilotta A. J. Kimberly, 2011, Kapita Selekta Penyakit Dengan Implikasi Keperawatan Ed 2, EGC, Jakarta.

Depkes RI, 2009, Manajemen Tata Laksana Kasus Malaria Bagi Paramedis,Depkes RI, Jakarta.

Edy, 2010, Kasus Malaria Di Indonesia, (Online),/http malaria depkes, diakses 9 Januari 2014.

Kelly Heath dkk, 2009, Penyakit yang Disebabkan Oleh Virus dan Bakteri, Palmall, Yogyakarta.

Kunoli J. Firdaus, 2011, Asuhan Keperawatan Penyakit Tropis, Trans Infomedia, Jakarta.

Mandal, B.K, dkk. 2008. PenyakitInfeksi.Erlangga : Jakarta.

Ndoen ML. Ermi, 2009, Malaria, Pembunuh Terbesar Sepanjang Abad,

(Online),/http/www.indomedia.com/poskup/2009/05/edisi 5 opini.htm.diakses 6 Februari 2014.

N.P. Harijanto, 2009, Malaria, Dari Molekul Ke Klinis, EGC, Jakarta.

Sandria Dewi, 2011, Penyakit Mematikan, Smart Pustaka, Yogyakarta.

Sorontou Yohanna, 2013, Ilmu Malaria Klinis, EGC, Jakarta.

Sudarianto, 2010, Kejadian Malaria Di Sulawesi Selatan, Malaria Masih Tinggi Di Selayar, Bulukumba, Pangkep, Dan Luwu Utara, (Online),/http malaria sulsel diakses 9 Januari 2014.

Suminto dkk, 2010, Hubungan Iklim, Kepadatan Nyamuk Anopheles, Dan Kejadian Penyakit Malaria (Online), vol.7 No.1,http/scribd.com/diakses 6 Februari 2014

Widoyono, 2011, Penyakit Tropis, Epidemiologi, Penularan, Pencegahan & Pemberantasannya Ed Kedua,

Gambar

Tabel 2.  Distribusi   Frekuensi  Respon
Tabel 6.

Referensi

Dokumen terkait

Desain penelitian ini menggunakan model Sequential Explonatory (Eksplanatoris Sekuensial), yakni model penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data dan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Ekspor neto, investasi asing (PMA) dan investasi dalam negeri (PMDN) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sosialisasi Program Keluarga Harapan di Kelurahan Kranggan sudah dilaksanakan dengan baik, pelaksana kebijakan ada penyusunan anggota

Hal itu sejalan dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu fungsi pendidikan adalah mengembangkan kemampuan dan

(3) Bagaimanakah hubungan antara dukungan sosial dengan prokrastinasi akademik dalam mengerjakan tugas sekolah pada Siswa SMA PGRI Kota Batu. dan penelitian ini

Buku Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan dan Hasil Mengikuti PKB.. Buku Materi Tambahan/Pelengkap,

mendekati kebutuhan gizi pasien untuk jangka waktu pendek  adaptasi thd bentuk makanan lebih padat. • Syarat

Berdasarkan pengertian dan maksud dari judul di atas, yaitu: suatu tata cara pelaksanaan penghimpunan dana Deposito Berjangka Rupiah yang penarikannya dapat