• Tidak ada hasil yang ditemukan

KALKULASI HARGA POKOK PENJUALAN PADA UD PONDOK MEKAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KALKULASI HARGA POKOK PENJUALAN PADA UD PONDOK MEKAR"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Vol 2, No. 003 (2016) Amir Sardi 35

KALKULASI HARGA POKOK PENJUALAN PADA

UD PONDOK MEKAR

Diajukan oleh : AMIR SARDI

Email :amirsardi@yahoo.com

Pembimbing I : CHAHYONO

Email : husain_chahyono@yahoo.co.id Pembimbing II :

ARIFUDDIN MANE Email : manearifuddin@yahoo.com

Prodi Management Faculty of Economics Bosowa University Makassar

ABSTRACT

Amir Sardi, 2015. Thesis. Calculation of Cost of Goods Sold Analysis Furniture at Pondok Mekar UD. (guided by Chahyono as a supervisor I and HA Arifuddin Mane II). This study aims to determine whether the determination of the cost of furniture can increase its profit. These studies are conducted from June to September 2015 in Makassar, given UD cottage Bloom is one of the commercial enterprise engaged in the manufacture of furniture which aim to meet consumer demand in particular regions of Makassar Makassar and outside in general.

Cost of Goods Sold is any cost incurred in order to create a product being ready for sale. Or in other words, the Cost of sales is the cost involved in the manufacture of goods or which can be linked directly to the process that brings merchandise ready for sale.

Tools for analyzing the calculation of cost of goods sold using HPP analysis, Cost Plus Pricing and Break Even Point. The financial ratio used is the ratio of profitability. Data analyzed are operational costs, fixed costs and production costs from 2010 to 2014. Based on the research that has been done on the cottage Mekar UD that Penentuah classified as cost of goods sold furniture can increase profits.

---

(2)

Vol 2, No. 003 (2016) Amir Sardi 36 PENDAHULUAN

Perkembangan Perusahaan Meubel di Indonesia saat ini berkembang cukup

pesat, hal ini ditandai dengan semakin banyaknya perusahaan meubel yang

melakukan kegiatan usaha pada sektor tersebut di pasaran. Pada sisi lain semakin

banyaknya perusahaan yang bergerak dalam sektor meubel tersebut menjadikan

usaha pada sektor tersebut menjadi salah satu sektor unggulan di Indonesia.

Apalagi pangsa pasar produk meubel ini tidak hanya terbatas untuk kalangan

tertentu seperti produk industri yang lain. Faktor lain yang mendukung untuk

perkembangan perusahaan meubel yaitu ketersediaan bahan baku yang tersebar

luas di wilayah Indonesia.

UD Pondok Mekar Makassar, sebagai salah satu perusahaan yang bergerak

dibidang pembuatan meubel aktivitas pengolahan meubel membutuhkan

pengawasan terkait dalam proses produksi maka dibutuhkan pengalokasian biaya

yang tepat sehingga aktivitas perusahaan dapat berjalan dengan efektif dan efisien

Pada tahun 2010, jumlah produksi meubel yang dapat dilaksanakan oleh

perusahaan UD Pondok Mekar Makassar adalah sebanyak 1.330 unit dari yang

diperoleh, tahun 2010 tersebut kondisi penjualan sangat lemah karena kondisi

perekonomian Indonesia pada saat itu tidak menentu sehingga perusahaan agak

kesulitan dalam memasarkan hasil produksinya. Kondisi berimbas pada tahun

2011 dimana produksi meubel yang dapat dihasilkan perusahaan meskipun

meningkat namun belum optimal karena hanya mencapai 2.124 unit sehingga

kenaikannya hanya sebesar 40,11 %.

Pada tahun 2012 menunjukkan kenaikan produksi namun penjualannya

sangat kecil, yaitu mencapai 2,510 unit atau sebanyak 4,37 % dari keterangan

yang diperoleh dari pihak perusahaan diketahui bahwa peningkatan produksi

meubel yang cenderung kecil adalah akibat tingginya biaya-biaya produksi

khususnya meningkatnya harga kayu dan bahan lainnya sehingga perusahaan

harus menetapkan harga meubel lebih tinggi dari harga sebelumnya agar tidak

menderita rugi.

Demikian pula pada tahun 2013 walaupun terlihat adanya peningkatan

(3)

Vol 2, No. 003 (2016) Amir Sardi 37 cenderung kecil, hanya mencapai 2.610 unit atau sebanyak 7,90 %. Kenaikan

produksi tersebut dibanding tahun 2012 hanya berjumlah 200 unit dibanding

dengan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan produksi cenderung kecil.

Hal ini disebabkan harga bahan baku produksi masih tetap tinggi sehingga pihak

perusahaan memutuskan tidak terjadi penurunan harga pada harga meubel.

Pada tahun 2014, produksi dan penjualan meubel yang dapat dilakukan

perusahaan UD Pondok Mekar Makassar terlihat kembali mengalami kenaikan,

karena jumlah produksi penjualan meubel yang dapat dicapai berjumlah 3.430

unit sehingga kenaikan produksi yang terjadi sebesar 25,64 % dengan demikian

dibanding tahun 2013 kenaikan yang terjadi terhadap produksi meubel mengalami

peningkatan yang cukup besar terhadap produksi dan penjualan meubel

perusahaan disebabkan karena adanya intervensi pasar yang dilakukan dengan

mengupayakan memasarkan meubel keluar daerah meskipun terjadi peningkatan

biaya penjualan namun tetap dapat memperoleh laba yang layak karena didukung

dengan adanya peningkatan dalam penentuan harga.

Langkah awal dalam pelaksanaan kegiatan penyusunan perencanaan

keuangan adalah peramalan penjualan, yaitu merupakan ramalan unit dan nilai

uang penjualan suatu perusahaan. Penyusunan perencanaan keuangan apabila

disajikan dengan benar, maka informasi tersebut akan berguna bagi pihak

manajemen perusahaan dalam rangka pengembangan usaha yang dilakukan.

Apabila perencanaan keuangan dilakukan secara tepat maka pihak manajemen

perusahaan mampu untuk berusaha secara maksimal dalam rangka pencapaian

tujuan yang telah ditetapkan.

Uraian yang dikemukakan diatas memberi gambaran bahwa pada dasarnya

produksi dan penjualan meubel pada UD Pondok Mekar Makassar mengalami

kenaikan dalam kurun waktu lima tahun terakhir, namun kenaikan penjualan yang

terjadi cenderung rendah jika melihat potensi sumber daya manusia dan peralatan

oleh perusahaan. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik mengangkat

(4)

Vol 2, No. 003 (2016) Amir Sardi 38 TINJAUAN PUSTAKA

a. Pengertian Manajemen Keuangan

Pengertian manajemen keuangan selalu berubah-ubah dari waktu ke waktu

sesuai dengan perkembangan dan tujuan yang hendak dicapai. Manajemen

keuangan merupakan fungsi yang tidak dapat dipisahkan dengan fungsi-fungsi

lainnya dalam suatu perusahaan, seperti fungsi pemasaran, fungsi produksi dan

fungsi personalia karena manajemen keuangan merupakan fungsi yang

bertanggung jawab pada masalah kelangsungan hidup perusahaan serta

bagaimana mendapatkan dan mengalokasikan dana perusahaan secara efisien

dan efektif sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.

Berdasarkan hal tersebut di atas dan melihat perkembangan dunia usaha

dewasa ini, maka banyak perusahaan baik yang dikelolah oleh pemerintah

maupun swasta yang bergerak diberbagai bidang usaha selalu memberi

perhatian yang lebih besar terhadap masalah keuangan perusahaan, khususnya

pengelolaan sumber dan penggunaan dana. Untuk memberikan batasan

mengenai pengertian manajemen keuangan, maka terlebih dahulu harus

diketahui fungsi dan tugas manajemen keuangan. Berikut ini beberapa batasan

yang dikemukakan oleh penulis, antara lain:

Munawir (2010:3), mengemukakan bahwa : “Manajemen keuangan

meliputi semua aktivitas yang bersangkutan dengan usaha mendapatkan dana

yang dibutuhkan oleh perusahaan beserta usaha untuk menggunakan dana tersebut seefisien mungkin”.

b. Pengertian Harga Pokok Penjualan

Harga pokok penjualan (HPP) adalah seluruh biaya yang dikeluarkan

untuk memperoleh barang yang dijual atau harga perolehan dari barang yang

dijual, atau bisa dikatakan penghitungan harga pokok penjualan merupakan

perbandingan antara seluruh harga yang di keluarkan untuk mendapatkan

barang yang di jual dengan hasil dari barang-barang yang di jual/penjualan

(nilai-nilai dan harga jual).

Mulyadi (2013:135) mengatakan Harga Pokok Penjualan adalah segala

(5)

Vol 2, No. 003 (2016) Amir Sardi 39 dijual. Atau dengan kalimat lain, Harga Pokok penjualan adalah cost

yangterlibat dalam proses pembuatan barang atau yang bisa dihubungkan

langsungdengan proses yang membawa barang dagangan siap untuk dijual.

Ada dua manfaat dari harga pokok penjualan :

1) Sebagai patokan untuk menentukan harga jual.

2) Untuk mengetahui laba yang diinginkan perusahaan.

Apabila harga jual lebih besar dari harga pokok penjualan maka akan

diperoleh laba, dan sebaliknya apabila harga jual lebih rendah dari harga pokok

penjualan akan diperoleh kerugian. Unsur-unsur itu antara lain:

1) Persediaan awal barang dagangan;

2) pembelian;

3) biaya angkut pembelian;

4) retur pembelian dan pengurangan harga;

5) potongan pembelian

Komponen lain dalam perhitungan Harga Pokok Penjualan yaitu biaya

angkut, retur pembelian, potongan pembelian, dan sebagainya. Namun

komponen-komponen ini tidak menjadi masalah atau tidak mempengaruhi

dalam perhitungan Harga Pokok Penjualan. Jika tidak terdapat biaya angkut,

retur pembelian, potongan pembelian, dan sebagainya maka Harga Pokok

Penjualan masih tetap dapat dhitung.

Cara Menghitung Harga Pokok Penjualan sebagai berikut :

HPP = Barang tersedia untuk dijual – Persediaan Akhir

Ket :

Barang tersedia untuk dijual = Persediaan Barang dagangan awal + Pembelian

bersih

Pembeliaan bersih = (Pembelian + biaya angkut pembelian ) –

(ReturPembelian + Potongan Pembelian)

Cara lain dalam menghitung Harga Pokok Penjualan

1) persediaan barang dagangan awal (+)

2) pembelian barang dagangan (+)

(6)

Vol 2, No. 003 (2016) Amir Sardi 40 4) retur pembelian dan pengurangan harga (–)

5) potongan pembelian (–)

6) persediaan barang dagangan akhir (–)

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilakaukan di UD Pondok Mekar Makassar, metode penelitian

yang digunakan adalah metode deskriptif dan kuantitatif, fokus penelitian tentang

kalkulasi harga pokok penjualan, dengan menggunakan analisis PHP, break event

point dan cost plus pricing, dan teknik pengumpulan data menggunakan teknik

pengamatan lapangan dan wawancara.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Untuk dapat menganalisis kalkulasi penjualan meubel menggunakan metode

analisis harga pokok penjualan (HPP), Break Even Ponit (BEP) dan cost plus

pricing. Dengan mengetahui perubahan yang terjadi pada masing-masing biaya,

maka dapat diketahui perubahan laba UD Pondok Mekar.

a. Analisis Harga Pokok Penjualan (HPP)

Harga pokok penjualan adalah hasil perkalian antara perputaran

persediaan dengan rata-rata persediaan selama satu periode tertentu. Adapun

Rumus harga pokok penjualan sebagai berikut:

Berdasarkan data harga pokok pengujualan UD Pondok Mekar diatas

besarnya margin laba berdasarkan harga pokok penjualan dengan

menggunakan metode HPP (Harga Pokok Penjualan ) yaitu :

1) Tahun 2010

HPP = Persediaan Awal + Pembelian Bersih – Persediaan Akhir

11.200.000 + 20.450.000 – 5.600.000= 26.050.000 2) Tahun 2011

HPP = Persediaan Awal + Pembelian Bersih – Persediaan Akhir

(7)

Vol 2, No. 003 (2016) Amir Sardi 41 3) Tahun 2012

HPP = Persediaan Awal + Pembelian Bersih – Persediaan Akhir

4.700.000 + 26.340.000 – 5.600.000 = 25.440.000

4) Tahun 2013

HPP = Persediaan Awal + Pembelian Bersih – Persediaan Akhir

5.600.000 + 31.200.000 – 7.900.000 = 28.900.000

5) Tahun 2014

HPP = Persediaan Awal + Pembelian Bersih – Persediaan Akhir

7.900.000 + 31.200.000 – 6.550.000 = 32.550.000

TABEL 1

HASIL PERHITUNGAN HARGA POKOK PENJUALAN 2010 - 2014

Tahun Harga Pokok Penjualan

2010 26.050.000

2011 24.920.000

2012 25.440.000

2013 28.900.000

2014 32.550.000

Sumber : Hasil pengolahan, 2015

Berdasarkan dari hasil perhitungan total bersih masing-masing setiap

tahun yang tertera dalam tabel 4.7 dari semua hasil keseluruhan harga pokok

penjualan mulai tahun 2010 sampai tahun 2014. Pada tahun 2010 hasil total

harga pokok penjualan mencapai Rp 26.050.000 dimana pada tahun 2011

mengalami penurunan dengan total harga pokok penjualannya yaitu Rp

24.920.000 karena biaya bahan baku berfluktuasi, dan dilihat tahun 2012 sudah

mencapai Rp 25.440.000 dan sudah mengalami kenaikan dilihat dari tahun

2011. Pada tahun 2013 dan tahun 2014 mengalami kenaikan dari tahun

sebelumnya masing-masing sebesar Rp 28.900.000 dan Rp 32.550.000.

b. Analisis Cost Plus Pricing Method

Dalam menentukan harga suatu produk bisa berdasarkan prilaku biaya

dalam hal menggunakan pendekatan cost plus pricing, hal ini dapat

(8)

Vol 2, No. 003 (2016) Amir Sardi 42 harga yang telah ditentukan dengan cara menghubungkan biaya dan

penambahan laba yang diinginkan. Berdasarkan tabel 4.6 tentang data biaya

variabel dan biaya tetap yang dikeluarkan oleh UD Pondok Mekar, maka

penulis dapat menghitung harga jual dengan pendekatan cost plus pricing

seperti dibawah ini :

1) Tahun 2010

Harga jual = Biaya Variabel + Biaya Tetap + Laba yang diinginkan

( 1.041.618 + 16.470.000 ) + (26% x 17.511.618 ) = 22.064.639

2) Tahun 2011

Harga jual = Biaya Variabel + Biaya Tetap + Laba yang diinginkan

( 875.248 + 16.470.000 ) + ( 28% x 17.345.248 ) = 22.201.917

3) Tahun 2012

Harga jual = Biaya Variabel + Biaya Tetap + Laba yang diinginkan

( 914.862 + 16.085.000 ) + ( 34% x 16.999.862 ) = 22.779.815

4) Tahun 2013

Harga jual = Biaya Variabel + Biaya Tetap + Laba yang diinginkan

( 1.040.806 + 16.880.000 ) + ( 40% x 17.920.806 ) = 25.089.128

5) Tahun 2014

Harga jual = Biaya Variabel + Biaya Tetap + Laba yang diinginkan

( 848.776 + 16.880.000 ) + ( 41% x 17.728.776 ) = 24.997.573

TABEL 2

PERHITUNGAN COST PLUS PRICING 2010 – 2014

Tahun Cost Plus Pricing

2010 22.064.639

2011 22.201.917

2012 22.779.815

2013 25.089.128

2014 24.997.573

(9)

Vol 2, No. 003 (2016) Amir Sardi 43 Dari hasil perhitungan diatas maka harga jual yang ditetapkan oleh UD

Pondok Mekar Makassar dengan pendekatan cost plus pricing dari tahun 2010

sampai tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 4.8. Hasil analisis ini menunjukkan

bahwa selama tahun 2010 – 2012 penggunaan biaya tidak terlalu mengalami

perubahan cukup tinggi sedangkan tahun 2013-2014 mengalami kenaikan

biaya sehingga harga jualnya pun mengalami kenaikan.

c. Analisis Metode BEP ( Break Event Point )

Perhitungan sales BEP pada produk tunggal pada prinsipnya sama

perhitungan BEP multi produk yang membuatnya berbeda adalah perhitungan

sales BEP masing-masing produk. Sales BEP masing-masing produk

tergantung kepada sales BEP total atau sales BEP perusahaan. Artinya lebih

dahulu menetapkan sales BEP total.

Berdasarkan tabel 4.5. dan tabel 4.6. maka kita dapat menghitung Break

Event point(BEP) keseluruhan produksi meubel UD Pondok Mekar untuk lima

tahun terakhir.

1) Tahun 2010

Sales rata-rata = (560 x 700)+(610 x 200)+(560 x 2.300) = Rp.1.041,618

1.730

VC rata-rata = (560 x 480) + (610 x 155) + (560 x 1.215) = Rp 603.324

1.730

Contribution Margin rata-rata per unit Rp. 438.295

BEP total (Unit) = Total FC seluruh produk = 16.470.000 = 37.58 unit

CM rata-rata 438.295

BEP total (Rp) = 37.58 x 1.041.618 = Rp. 39.144.004.44

a) BEP Produk Meja

Dalam Rp = 560 x 39.144.004.44 = 12.526.081,42

1.730

Dalam unit = 560 x 37.58 unit = 12.03 unit

1.730

b) BEP Produk Kursi

(10)

Vol 2, No. 003 (2016) Amir Sardi 44 1.730

Dalam unit = 610 x 37.58 unit = 13.15 unit

1.730

c. BEP Produk Lemari

Dalam Rp = 560 x 39.144.004.44 = 12.526.081,42

1.730

Dalam unit = 560 x 37.58 unit = 12.03 unit

1.730

2) Tahun 2011

Sales rata-rata = (531x700) + (1.240x200) + (653x2.300) = Rp 875.248

2.424

VC rata-rata = (531 x 480) + (1.240 x 155) + (653 x 1.215) = Rp 511.747

2.424

Contribution Margin rata-rata per unit Rp 363.500

BEP total (Unit) = Total FC seluruh produk = 16.470.000 = 45.32 unit

CM rata-rata 363.500

BEP total (Rp) = 45.31 x 875.500 = Rp. 39.657.486.88

a) BEP Produk Meja

Dalam Rp = 531 x 39.657.486.88 = 8.687.345.52

2.424

Dalam unit = 531 x 45.32 unit = 9.94 unit

2.424

b) BEP Produk Kursi

Dalam Rp = 1.240 x 39.657.486.88 = 20.286.833.22

2.424

Dalam unit = 1.240 x 45.32 unit = 23.18 unit

2.424

c. BEP Produk Lemari

Dalam Rp = 653 x 39.657.486.88 = 10.683.308.14

(11)

Vol 2, No. 003 (2016) Amir Sardi 45 Dalam unit = 653 x 45.32 unit = 12.21 unit

2.424

3) Tahun 2012

Sales rata-rata = (546x750) + (1.313x250) + (671x2.350) = Rp 914.862

2.530

VC rata-rata = (5486 x 575) + (1.313 x 190) + (671 x 1.380) = Rp 588.696

2.530

Contribution Margin rata-rata per unit Rp. 326.166

BEP total (Unit) = Total FC seluruh produk = 16.085.000 = 49.32 unit

CM rata-rata 326.166

BEP total (Rp) = 49.32 x 914.862 = Rp. 45.120.993.84

a) BEP Produk Meja

Dalam Rp = 546 x 45.120.993.84 = 9.737.574.16

2.530

Dalam unit = 546 x 49.32 unit = 10.64 unit

2.530

b) BEP Produk Kursi

Dalam Rp = 1.313 x 45.120.993.84 = 23.416.547,40

2.530

Dalam unit = 1.313 x 49.32 unit = 25.60 unit

2.530

c. BEP Produk Lemari

Dalam Rp = 671 x 45.120.993.84 = 11.966.872.28

2.530

Dalam unit = 671 x 49.32 unit = 12.03 unit

2.530

4) Tahun 2013

Sales rata-rata = (648x800) + (1.310x300) + (772 x 2.500) = Rp 1.040.806

2.730

VC rata-rata = (648 x 650) + (1.310 x 250) + (772 x 1.650) = Rp 740.842

(12)

Vol 2, No. 003 (2016) Amir Sardi 46 Contribution Margin rata-rata per unit Rp 299.963

BEP total (Unit) = Total FC seluruh produk = 16.880.000 = 56.27 unit

CM rata-rata 299.963

BEP total (Rp) = 56.27 x 1.040.806 = Rp. 58.569.907.89

a. BEP Produk Meja

Dalam Rp = 648 x58.569.907.89 = 13.902.307.81

2.730

Dalam unit = 648 x 56.27 unit = 13.36 unit

2.730

b. BEP Produk Kursi

Dalam Rp = 1.310 x 58.569.907.89 = 28.104.974.12

2.730

Dalam unit = 1.310 x 56.27 unit = 27.00 unit

2.730

c. BEP Produk Lemari

Dalam Rp = 772 x 58.569.907.89 = 16.562.62597

2.730

Dalam unit = 772 x 56.27 unit = 15.91 unit

2.730

5) Tahun 2014

Sales rata-rata = (865x800) + (1.906x300) + (659x2.500) = Rp 848.776

3.430

VC rata-rata = (865 x 650) + (1.906 x 250) + (659 x 1.650) = Rp 619.854

3.430

Contribution Margin rata-rata per unit Rp 228.921

BEP total (Unit) = Total FC seluruh produk = 16.880.000 = 73.75 unit

CM rata-rata 228.912

(13)

Vol 2, No. 003 (2016) Amir Sardi 47 a. BEP Produk Meja

Dalam Rp = 865 x 62.588.742.24 = 15.784.041.41

3.430

Dalam unit = 865 x 73.75 unit = 18.60 unit

3.430

b. BEP Produk Kursi

Dalam Rp = 1.906 x 62.588.742.24 = 34.779.633.44

3.430

Dalam unit = 1.906 x 73.75 unit = 40.98 unit

3.430

c. BEP Produk Lemari

Dalam Rp = 659 x 62.588.742.24 = 12.025.067.39 3.430

Dalam unit = 659 x 73.75 unit = 14.18 unit 3.430

TABEL 3

HASIL PERHITUNGAN BREAK EVENT POINT 2010 – 2014

Tahun Meja Kursi Lemari

Rp Unit Rp Unit Rp Unit

2010 12.526.081,42 12.03 13.700.401.554 13.15 12.526.081,42 12.03 2011 8.687.345.52 9.94 20.286.833.22 23.18 10.683.308.14 12.21 2012 9.737.574.16 10.64 23.416.547,40 25.60 11.966.872.28 12.03 2013 13.902.307.81 13.36 28.104.974.12 27.00 16.562.62597 15.91 2014 15.784.041.41 18.60 34.779.633.44 40.98 12.025.067.39 14.18

Sumber : Hasil pengolahan, 2015

Berdasarkan hasil analisis break event point diatas maka perusahaan dapat

mengetahui jumlah penjualan minimum dalam unit produk maupun satuan

uang agar tidak menderita kerugian.

Dari hasil tabel 4.9 bahwa UD Pondok Mekar Makassar minimal harus

menjual meja, kursi, dan lemari setiap tahunnya sesuai dengan unit pada tabel

4.9 hal ini menunjukkan bahwa setiap tambahan penjualan 1 unit produk dari

(14)

Vol 2, No. 003 (2016) Amir Sardi 48 perusahaan. Adapun perolehan laba pada UD Pondok Mekar dapat dilihat pada

tabel 4.10 berikut.

tahun 2013 dan mencapai sebesar Rp 124.450.500 dengan pertumbuhan

(49,31%).

d.Pembahasan

Berdasarkan deskripsi data dan analisis yang di kemukakan diatas, dapat

memberikan kepastian tentang kalkulasi harga pokok penjualan untuk

mendapatkan laba pada UD Pondok Mekar Makassar. Hal ini dapat dilihat dari

hasil analisis data dengan metode anlisis harga pokok penjualan (HPP), Cost

Plus Pricing dan break event point adalah sebagai berikut :

1) Dari hasil perhitungan harga pokok penjualan (HPP) yang dikemukakan

diatas, pada tahun 2010 hasil total harga pokok penjualan mencapai Rp

28.720.000 dimana pada tahun 2011 mengalami penurunan dengan total

harga pokok penjualannya yaitu Rp 24.920.000 karena biaya bahan baku

berfluktuasi, dan dilihat tahun 2012 sudah mencapai Rp 25.440.000 dan

(15)

Vol 2, No. 003 (2016) Amir Sardi 49 tahun 2014 mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya masing-masing

sebesar Rp 28.900.000 dan Rp 32.550.000.

2) Hasil analisis cost plus pricing ini menunjukkan bahwa selama tahun 2010

sampai 2012 penggunaan biaya tidak terlalu mengalami perubahan cukup

tinggi sedangkan tahun 2013 sampai 2014 mengalami kenaikan biaya

sehingga harga jualnya pun mengalami kenaikan.

3) Penentuan harga pokok penjualan meubel pada UD Pondok Mekar

menunjukan dampak yang positif bagi perusahaan, karena hasil dari analisis

harga pokok penjualan (HPP), break even point (BEP) dan cost plus pricing

terlihat pada tabel 4.10 dapat meningkatkan laba.

Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kalkulasi harga pokok

penjualan yang di mana menggunakan metode HPP, Cost Plus Pricing dan

break event point (BEP) terhadap peningkatan laba pada UD Pondok Mekar

Makassar. Berdasrkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, maka dapat di

tarik kesimpulan antara lain:

1) Harga Pokok Penjualan adalah segala cost yang timbul dalam rangka

membuat suatu produk menjadi siap untuk dijual. Atau dengan kalimat lain,

Harga Pokok penjualan adalah cost yang terlibat dalam proses pembuatan

barang atau yang bisa dihubungkan langsung dengan proses yang membawa

barang dagangan siap untuk dijual.

2) Dari hasil perhitungan harga pokok penjualan (HPP) sebelumnya, pada

tahun 2010 hasil total harga pokok penjualan mencapai Rp 28.720.000

dimana pada tahun 2011 mengalami penurunan dengan total harga pokok

penjualannya yaitu Rp 24.920.000 karena biaya bahan baku berfluktuasi,

dan dilihat tahun 2012 sudah mencapai Rp 25.440.000 dan sudah

mengalami kenaikan dilihat dari tahun 2011. Pada tahun 2013 dan tahun

2014 mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya masing-masing sebesar

Rp 28.900.000 dan Rp 32.550.000. Hal ini menunjukan penentuan harga

(16)

Vol 2, No. 003 (2016) Amir Sardi 50 3) Berdasarkan hasil analisis kalkulasi harga pokok penjualan (HPP), cost plus

pricing dan break event point terlihat dapat meningkatkan laba dari

tahun

ketahun, dimana pada tahun 2010 perolehan laba sebesar Rp 58.250.000,

2011 sebesar Rp 67.050.000, 2012 sebesar Rp 81.700.000, pada tahun 2013

sebesar Rp 83.350.200, dan pada tahun 2014 perolehan laba cukup

melompat dari Rp 83.350.200 pada tahun 2013 dan mencapai sebesar Rp

(17)

Vol 2, No. 003 (2016) Amir Sardi 51 DAFTAR PUSTAKA

Bambang Riyanto. 2009, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Alfabeta, Bandung

Dwi Prastowo. 2011, Analisis Laporan Keuangan Konsep dan Aplikasi, Edisi Ketiga,UPP Stim Ykpn, Yogyakarta.

Harmono. 2014, Manajemen Keuangan, Bumi Aksara, Jakarta.

Hansen, 2010. Sistem Perencanaan Pemasaran, Cetakan Kedua, Salemba Empat Jakarta.

Irmam Fahmi. 2014, Pengantar Manajemen Keuangan Teori dan Soal Jawab, Alfabeta, Bandung.

___________,2013, Manajemen Kinerja Teori dan Aplikasi,Alfabeta, Bandung.

___________, 2014, Analisis Kinerja Keuangan, Alfabeta. Bandung.

James C. Van Horne. 2009, Financial Management Policy, Bumi Aksara, Jakarta.

Kasmir. 2010, Pengantar Manajemen Keuangan, Kencana, Jakarta.

Mulyadi. 2013, Sistem Perencanaan dan Pengendalian, Edisi Kedua, Salemba Empat, Jakarta.

Munawir, 2010. Pengantar Manajemen Keuangan, Bumi Aksara, Jakarta.

Philp Kotler, 2009. Manajemen Pemasaran, Alfabeta, Bandung.

Sofyan Syafri Harap. 2013, Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Supriyono, 2013. Akuntansi Manajemen, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Gambar

TABEL 3 HASIL PERHITUNGAN BREAK EVENT POINT
TABEL 4 PEROLEHAN LABA UD PONDOK MEKAR

Referensi

Dokumen terkait

Di dalam sel bakteri tidak terdapat membrane dalam (endomembran) dan organel bermembran seperti kloroplas dan mitkondria. Struktur tubuh bakteri dari lapisan luar

Hal ini bisa dilihat perbedaan rata-rata aktivitas volume perdagangan saham sebelum, saat, dan sesudah dimana sebelum peristiwa rata-rata aktivitas volume

5 Sindu Lora Monica SMPN 4 Pare Kediri 22. 6 Zainun Maisaroh SMPN 1 Ngasem

Penelitian menemukan: pasar tenaga kerja PNS guru dalam kurun waktu 10 tahun terakhir tidak melaksanakan open recruitment pegawai melalui tes ujian tertulis,

Praktek Kerja Lapangan Farmasi merupakan program khusus yang harus dilaksanakan oleh Mahasiswa Muhammadiyah Mataram pada semester 2. Program ini dilaksanakan di luar kampus

Tata cara eksekusi obyek hak tanggungan diatur dalam Pasal 20 UUHT yang pada intinya memuat tiga cara, yaitu : (1) eksekusi berdasarkan janji untuk menjual obyek hak

Salah satu metode yang dapat digunakan untuk sistem pendukung keputusan adalah dengan menggunakan metode TOPSIS.. Pada penelitian ini akan diangkat suatu kasus yaitu mencari

Telah diketahui bersama bahwa tujuan utama dilakukan anestesi pada tindakan bedah fossa posterior adalah untuk; (1) mencegah terjadinya kenaikan tekanan