• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pengembangan Sistem Penilaian Kinerja Perawat Pelaksana di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pengembangan Sistem Penilaian Kinerja Perawat Pelaksana di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Rumah sakit merupakan salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yang

memiliki peranan yang sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan

derajat kesehatan masyarakat Indonesia. Peran strategis ini didapat karena rumah

sakit adalah fasilitas kesehatan yang padat teknologi, karya, modal, masalah dan

profesi (Aditama, 2007).

Perawat merupakan salah satu profesi yang berperan penting dalam

penyelenggaraan upaya menjaga mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit

(Aditama, 2003). Pelayanan keperawatan di rumah sakit merupakan bagian yang

tidak dapat dipisahkan dari pelayanan kesehatan secara keseluruhan, bahkan

sebagai salah satu faktor penentu bagi mutu pelayanan dan citra rumah sakit di

mata masyarakat (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1994). Oleh karena

itu untuk mencapai pelayanan yang berkualitas, kinerja perawat sangat

berkontribusi dalam mendukung terselenggaranya pelayanan kesehatan di rumah

sakit (Marquis & Huston, 2010).

Pelayanan kesehatan di rumah sakit berupaya untuk memberikan

pelayanan yang berkualitas dengan menerapkan kebijakan, prosedur dan protokol

yang sesuai dengan ilmu pengetahuan serta mengikuti standar akreditasi nasional.

Tanggung jawab seorang perawat adalah mengikuti kebijakan dan prosedur, serta

mengikuti standar praktek dan kompetensi yang terbaru. Standar praktek

(2)

tingkat kompetensi dari pelayanan keperawatan (Potter & Perry, 2009). Di

Indonesia, standar kompetensi perawat diatur dalam Standar Kompetensi Kerja

Nasional Indonesia (SKKNI) sektor jasa kesehatan bidang ahli keperawatan

(Keputusan Mentri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, 2007)

Standar kinerja bentuknya tertulis tentang suatu pekerjaan. Perawat yang

diukur pekerjaannya dapat dilihat dari daftar isian pekerjaan yang diisi manajer.

Kinerja perawat dapat dinilai melalui suatu sistem yang dinamakan dengan

penilaian kinerja perawat. Penilaian kinerja perawat merupakan kegiatan

mengontrol sumber daya manusia dan produktifitasnya (Swansburg, 2000), suatu

ukuran pengawasan yang digunakan oleh manajer perawat (Gillies, 2000), alat

yang mengobservasi kinerja dan kepuasan kerja yang dapat diukur dengan

menggunakan tehnik komunikasi yang efektif (Vasset, Marnburg, & Furunes,

2011) yang tujuannya adalah untuk mencapai tujuan dan misi dari suatu

organisasi.

Penilaian kinerja memainkan peranan penting dalam memotivasi perawat

untuk mencapai kinerja yang tinggi, promosi pegawai, peningkatan pembayaran

gaji, pelatihan bagi pengembangan keterampilan, rencana tindakan untuk

mencapai tujuan (Alvear , 2006), struktur sistem formal dalam mengevaluasi dan

memprediksi kinerja seseorang dari waktu lalu sekarang dan akan datang,

membuat perawat memiliki moral yang baik (Kalisch, 2009 dalam Morodiya,

Kothari, & Banshiwal, 2012), memfasilitasi pengakuan atas kekuatan, area

(3)

Penilaian kinerja merupakan hal penting dalam mengelola manajemen

sumber daya manusia, namun pada kenyataannya dapat menimbulkan berbagai

masalah ketika diterapkan, masalah yang muncul bisa dari segi penilai, orang

yang dinilai, proses penilaian, alat penilaian, dan hasil penilaian (Clarck, Harcourt

dan Flynn 2013; Nikpeyma, Saeedi, Azargashb, Majd, 2013). Dari segi penilai

yaitu tidak ada seorang manajer yang dapat begitu objektif dalam menilai kinerja

orang lain, karena pekerjaan adalah bagian penting identitas seseorang, seseorang

menjadi sensitif terhadap opini tentang cara mereka bekerja (Marquis & Huston,

2010). Faraday (2001 dalam Marquis & Huston 2010) menyatakan penilaian

kinerja tahunan tidak dilakukan oleh sumber daya profesional.

Studi literatur menunjukan bahwa penilai sering tidak sadar akan tujuan

dan objektivitas dari pekerjaan seseorang, penilai lebih menilai kepada pekerjaan

seseorang daripada kinerjanya, tidak mampu berprilaku cerdas dan kompeten

dalam menilai (Latham & Wexley, 1982), menentang kegiatan penilaian karena

dianggap sebagai kegiatan yang tidak dibutuhkan, rasa takut atas respon negatif

dari perawat dan ketidakcukupan data untuk melakukan penilaian (Carson, 2000),

menggunakan proses penilaian kinerja yang sama dari tahun ketahun untuk semua

perawat, kurangnya informasi dan ketidakakuratan tentang prilaku kerja perawat

(Denisi, 1996; Erdogan, 2002 dalam Vasset, 2010).

Masalah yang muncul dari segi orang yang dinilai yaitu kebanyakan

perawat memiliki sikap negatif terhadap penilaian kinerja, tidak serius menjalani

proses penilaian, mengganggap proses yang dijalani hanya sebagai ruitinitas

(4)

penilaian, (Northcott, 1997 dalam Marquis & Huston, 2010). Keengganan untuk

melengkapi format yang diisi secara tepat waktu dan sedikit yang berkenan untuk

melakukan sesuatu yang baru (Julie, 1994).

Beberapa masalah yang muncul dari segi proses penilaian kinerja yaitu

kurang terbinanya komunikasi yang baik antara penilai dan personel yang dinilai,

kurangnya supervisi yang dilakukan manajer perawat, penilaian yang dilakukan

tidak adil, penilaian bersifat subjektif, kurang berperannya sistem hukum dan

aturan dalam organisasi, kesenjangan antara teori dan praktek yang ada, tidak

adanya penilaian yang berkelanjutan (Vasset, Marnburg dan Furuness, 2010;

Clark, Harcourt dan Flynn, 2013; Nikpeyma, Saeedi, Azargashb, dan Majd, 2013)

dan kurangnya unsur caring selama proses penilaian kinerja (Carson, 2004).

Masalah yang juga timbul dari segi instrumen penilaian kinerja. Masalah

yang ditemukan pada instrumen penilaian kinerja yaitu instrumen tidak mewakili

kompetensi (Kalb et al. 2006), indikator penilaian kurang jelas (Goncalves, Lima,

Crisitiano, Hasimoto , 2007), instrumen yang digunakan selalu sama dari tahun

ketahun (Redshaw, 2008), kelayakan untuk digunakan masih kurang (Murie,

Wilson, Cerinus, 2009) dan ketidaksesuaian antara standar kinerja dengan tugas

perawat (Nikpeyma, Saeedi, Azargashb, dan Majd, 2013). Pemakaian instrumen

cukup rumit, prosesnya lama, tidak ada pratek pengisian, jumlahnya pemberian

ceklis sedikit (Julie, 1994).

Masalah yang berhubungan dengan hasil dari penilaian kinerja menurut

hasil penelitian Nikpeyma, Saeedi, Azargashb, Alavimajd (2013) adalah

(5)

Julie (1994) menyatakan ketidaktepatan dalam memberikan umpan balik dan

tidak ada tujuan yang jelas atas pencapaian kinerja pegawai yang

didokumentasikan.

Penelitian yang dilakukan oleh Schoessler et al. (2008) menemukan

bahwa pelayanan kesehatan membutuhkan tindakan yang lebih berfokus kepada

perawat dalam memberikan pelayanan yang akuntabilitas kepada pasien dan hal

ini dapat diselesaikan dengan mendiskusikan ulang alat penilaian kinerja perawat,

(Kalisch, 2009 dalam Morodiya, Kothari, & Banshiwal, 2012) pengembangan dan

penggunaan alat penilaian kinerja direkomendasikan untuk menjamin keamanan

dan kualitas pelayanan pasien. Pengembangan alat penilaian kinerja yang tepat

diperlukan standar kompetensi yang jelas (Naugright, 1987 dalam Carson, 2000),

deskripsi kerja yang akurat, mengurangai bias, meningkatkan objektivitas (Gillies,

1996).

Sistem penilaian kinerja sangat berguna bagi perawat. Walaupun

penilaian kinerja memiliki banyak kekurangan tetapi penilaian kinerja merupakan

suatu struktur sistem yang formal dalam mengevaluasi dan memprediksi kinerja

perawat di waktu lalu dan sekarang. Sistem penilaian kinerja yang adil membuat

perawat memiliki moral baik karena didukung metode dan karateristik yang adil

dan produktif untuk semua sasaran yang ingin dicapai (Morodya, Kothari, &

Banshiwal, 2012). Menurut Maktsuoka (dalam Morodya, Kothari, Banshiwal,

2012) mengatakan bahwa kebanyakan manajer perawat mengakui bahwa mereka

(6)

kinerja tersebut dikenalkan kepada perawat agar kemampuan dan bakat yang

dimiliki perawat dapat lebih digunakan.

Carson (2000) mengatakan bahwa pasien, anggota keluarga dan perawat

menyatakan caring merupakan pusat untuk profesi dan praktek keperawatan.

Keperawatan sebagai ilmu caring harus mepertimbangakan secara serius

bukti-bukti empiris yang berhubungan dengan pengembangan hubungan saling percaya

dan saling membantu (helping-trust realtionship). Helping-trust realtionship

dekat hubungannya kepada pernyataan penerimaan atas perasaan positif dan

negatif seseorang (Watson, 1979). Jika caring begitu sangat penting, maka caring

seharusnya diukur pada penilaian kinerja perawat. Hasil penelitian Carson tentang

penilaian kinerja perawat yang menggambarkan hubungan antara ukuran rumah

sakit dengan caring didapatkan hasil bahwa hubungan helping-trust yaitu

setidaknya 3/4 dari penilaian kinerja di fasilitas kecil, 2/3 di fasilitas medium dan

1/2 di fasilitas besar. Alat penilaian caring yang bertujuan untuk mengukur

aktivitas caring perawat dikembangkan oleh Duffy (1993), alat ini dirancang

untuk merefleksikan persepsi staf perawat atas manejer mereka yang digunakan

untuk meneliti dalam bidang administrasi keperawatan (Watson,2002).

Rumah sakit Dr. Pringadi adalah salah satu rumah sakit umum negeri

yang terletak di Kota Medan. Dari hasil studi awal yang dilakukan pada tanggal

2-22 Februari 2014 melalui tehnik wawancara kepada kepala bidang keperawatan,

kepala seksi keperawatan, supervisor dan kepala ruangan di Rumah Sakit Umum

Daerah Dr. Pirngadi Medan, diperoleh hasil yaitu belum adanya sistem penilaian

(7)

DP3 dari pemerintah. Penilaian kinerja perawat pelaksana dilakukan setahun

sekali oleh kepala ruangan, penilaian kinerja lebih ke arah subjektif dari pada

objektif. Hal ini terjadi karena berbagai alasan dan pertimbangan, salah satunya

adalah beban kerja perawat yang tinggi yaitu dengan indikator pelayanan pasien

rawat inap tahun 2013 tingkat BOR 70,65% dan LOS 6,22 hari sedangkan jumlah

pasien yang masuk rata-rata 55 orang perhari. Hasil penyebaran kuisioner pada

studi awal menunjukan bahwa terdapat 14,29% perawat memiliki pengetahuan

yang cukup tentang penilaian kinerja, 16,1 % perawat menyatakan tidak puas

dengan penilaian kinerja yang berlaku selama ini dan 16 % pasien merasa tidak

puas dengan kinerja perawat.

Hasil wawancara pada studi awal juga menunjukan bahwa pelatihan

khusus bagi kepala ruangan untuk menilai kinerja perawatnya tidak pernahnya

diadakan. Ketidaktegasan dalam pemberian reward, promosi dan pelatihan dan

pengembangan kepada perawat membuat kegiatan penilaian kinerja hanya sebagai

rutinitas tahunan yang sedikit memberikan makna bagi perawat. Dari kondisi ini

disadari bahwa perawat membutuhkan suatu bentuk sistem penilaian kinerja yang

mendukung pengembangan kinerja perawat demi tercapainya mutu pelayanan

keperawatan yang sesuai dengan visi, misi dan tujuan rumah sakit.

Perubahan dan perbaikan dari sistem sangat diperlukan dalam mencapai

kualitas pelayanan keperawatan (Nikpeyma, Saeedi, Azargashb, Majd, 2013).

Penelitian pengembangan sistem penilaian kinerja perawat pelaksana dilakukan

dengan pendekatan action research. Dengan action research memungkinkan

(8)

( Searl et al., 2009 ). Oleh karena itu, berdasarkan data diatas maka peneliti ingin

melakukan penelitian tentang Pengembangan Sistem Penilaian Kinerja Perawat di

Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan.

1.2. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana pengembangan sistem

penilaian kinerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi

Kota Medan ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan sistem penilaian

kinerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota

Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian pengembangan sistem penilaian kinerja perawat pelaksana ini

menghasilkan sebuah sistem penilaian kinerja khusus untuk perawat pelaksana di

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan. Penelitian ini diharapkan akan

bermanfaat bagi praktik keperawatan, pendidikan keperawatan, penelitian

keperawatan.

1.4.1. Praktik Keperawatan (Nursing Practice)

Hasil dari penelitian ini adalah sebuah sistem penilaian kinerja perawat

pelaksana yang diharapkan dapat berguna sebagai panduan bagi manajemen

keperawatan di RSUD Dr. Pirngadi Medan mengenai penilaian kinerja perawat.

(9)

keputusan untuk promosi jabatan, kenaikan tunjangan, kegiatan pelatihan,

pemecatan serta dapat digunakan sebagai acuan untuk pengembangan dan

pelatihan perawat yang berguna untuk meningkatkan mutu pelayanan

keperawatan yang lebih baik.

1.4.2. Pendidikan Keperawatan (Nursing Education)

Penelitian ini akan menghasilkan sistem penilaian kinerja perawat

pelaksana yang dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan dan panduan yang

dapat digunakan oleh akademisi keperawatan khususnya bidang manajemen dan

administrasi keperawatan.

1.4.3. Penelitian Keperawatan (Nursing Research)

Penelitian ini menghasilkan sistem penilaian kinerja perawat pelaksana

yang dapat dijadikan sumber informasi dan dapat digunakan sebagai

pertimbangan terhadap penelitian selanjutnya terutama yang berkaitan dengan

Referensi

Dokumen terkait

Although the entire clause is adjectival and will modify a noun, the relative word itself fulfills an adverbial function (modifying a verb within its own clause). The relative adverb

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat dukungan keluarga yang diterima oleh responden adalah kategori baik (95,6%), kepatuhan pasien dalam mengikuti

Praktikum ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengukur besarnya intensitas cahaya yang ada di tempat kerja, mengukur intensitas suara yang ada di tempat kerja, mengetahui

Menurut Istanti (2006), salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan untuk melakukan perawatan diri adalah adanya dukungan dari lingkugan.. Keluarga merupakan

Masyarakat Desa Namo telah menerapkan penyadapan dengan metode koakan maka permasalahan dalam penelitian ini seberapa besar jumlah produksi getah pinus yang

Penerapan “Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 45 tentang Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba” akan memberikan kemudahan bagi pengguna laporan keuangan Palang

Keempat mereka me- maknai kearifan budaya tidak hanya sekedar budaya yang memang warisan dari nenek moyang mereka, namun juga merupakan budaya yang memang sebagai pemersatu

Dari sekian banyak teori tentang intensi berwirausaha, karakteristik wirausahawan, dan pendidikan kewirausahaa, penelitian ini mendasarkan pada definsi konsep sebagai berikut: